• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kabupaten Karo Dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kabupaten Karo Dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Kabupaten Karo"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG

SINABUNG DI KABUPATEN KARO SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NUR KHOTIMAH SURI

110903008

Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

i

ABSTRAKSI

ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO NUR KHOTIMAH SURI

NIM: 110903008

Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana.BPBD Kabupaten Karo yang masih tergolong baru terbentuk satu tahun yang lalu masih perlu pembenahan dalam meningkatkan kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam penanggulangan bencana .

Hasil penelitian ini menunjukkan koordinasi antar instansi daerah kurang efektif dalam penanganan bencana dan Sumber Daya Manusia nya juga kurang memadai untuk dapat cepat terselesainya maslah penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Sehingga kinerja BPBD Kabupaten Karo belum efektif dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung, untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan teori penelitian penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dalam kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai teknik pengumpulan data yang ada. Menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara dan observasi langsung.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim

Assalammu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan berkah dan rahmat-Nya serta karunia-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammad

SAW, yang selalu menjadi suri tauladan dalam kehidupan.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah Analisis Kinerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan

Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Selama penyusunan skripsi ini

penulis menyadari akan adanya sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga

mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan,

kemampuan, dan pengalaman menulis maka dengan kerendahan hati penulis

membuka hati untuk kritik dan saran yang membangun guna untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Ayahanda

(4)

iii

doa dan dukungan yang tiada hentinya yang diberikan kepada penulis. Thank you

mom and dad.

Untuk menyelesaikan skripsi ini , penulis tidak bekerja sendiri. Banyak

pihak-pihak yang membantu penulis saat proses penyelesaian skripsi ini. Maka, penulis

ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Baddaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasyudin Ginting, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos.,M.SP , selaku dosen pembimbing

yang penuh kesabaran membimbing penulis .

4. Bapak Faisal Riza S.Sos.,M.SP , selaku dosen penguji yang membimbing

penulis juga dalam menyelesaikan skripsi penulis .

5. Seluruh bapak dan ibu dosen serta staf pegawai Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara atas segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan jasa-jasa dalam

segala urusan administrasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

dengan baik.

6. Semua Pegawai BPBD Kabupaten Karo terima kasih atas bantuannya selama

(5)

iv

7. Buat kekasihku Alfredo Clauce Montggomerie terima kasih banyak yang

sudah sabar menemaniku selama penyusunan skripsi dan memberikan

motivasi yang sangat mendukung penulis .

8. Buat abangku Mohd. Khadafi HS terima kasih atas doa-doa yang diberikan

untuk penulis .

9. Sahabatku (Nova Sri Agustina, Debby Ana Pratami) terima kasih sudah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman magang di Desa Benteng Batu Bara

(Nova,jerry,yusuf,fauzan,dian,beby,bintang,ribka,eva,jordan, dan antoni).

Tetap semangat ya teman-teman.

11.Keluarga dan teman-temanku yang lain yang tidak disebutkan namanya,

Terima Kasih ya.

Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa dan

pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Wassalammualaikum Wr.Wb.

Medan, 2015

(6)

v

Nur Khotimah Suri

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nur Khotimah Suri yang dilahirkan pada tanggal 21 Agustus

1993 di Kota Medan. Anak dari Bapak Hasnul Kamisu dan Ibu Suriati Lubis penulis

beragama Islam dan betempat tinggal di Jl. Gelugur Rimbun, Desa Sukaraya Lorong

Perjuangan, Kecamatan Pancur Batu. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di

SD Neg.05262 pada tahun 1998-2003, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama

di SMP Negeri 3 Pancur Batu pada tahun 2003-2008, pendidikan sekolah menengah

atas di SMA Yayasan Sultan Iskandar Muda,Kecamatan Medan-Sunggal pada tahun

2008-2011. Dan meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ,

(7)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Tujuan Penelitian ... 6

I.4 Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Kinerja ... 8

I.5.1.1 Pengertian Kinerja ... 8

I.5.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

I.5.1.3 Teori Kinerja ... 11

I.5.2 Bencana ... 12

(8)

vii

I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana ... 15

I.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana ... 17

I.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana ... 20

I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo ... 21

I.5.4.1 Sejarah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Karo . 21 I.6 Defenisi Konsep ... 22

I.7 Sistematika Penulisan ... 25

BAB II METODE PENELITIAN ... 27

II.1 Bentuk Penelitian ... 27

II.2 Lokasi Penelitian ... 28

II.3 Informan Penelitian ... 28

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

II.5 Teknik Analisis Data ... 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 33

III.1 Kondisi Umum Kabupaten Karo ... 33

III.1.1 Geografis ... 33

III.1.2 Topografis ... 35

III.1.3 Hidrologi ... 35

(9)

viii

III.2.1 Luas Wilayah Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan ... 36

III.3 Kependudukan ... 40

III.4 Pendidikan ... 44

III.5 Kesehatan ... 48

III.6 Sosial Masyarakat ... 51

III.7 Perekonomian ... 53

III.8 Visi dan Misi ... 55

III.8.1 Visi Kabupaten Karo ... 55

III.8.2 Misi Kabupaten Karo ... 56

III.9 Institusi Dan Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo ... 57

III.10 Tata Ruang Wilayah ... 60

III.11 Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Karo ... 66

III.11.1 Visi dan Misi BPBD Kabupaten Karo ... 68

III.11.2 Struktur Organisasi ... 70

III.11.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 71

III.11.4 Peta Rawan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo ... 83

III.12 Rencana Kerja BPBD Kab.Karo Tahun Anggaran 2015 ... 85

III.12.1 Latar Belakang ... 85

III.12.2 Landasan Hukum ... 90

III.12.3 Maksud dan Tujuan ... 92

(10)

ix

III.12.4.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian

Renstra SKPD ... 95

III.12.4.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD ... 112

III.12.5 Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi BPBD . 121 III.12.6 Review Terhadap Rancangan Awal RKPD ... 147

III.12.7 Tujuan,Sasaran Program Dan Kegiatan ... 162

III.12.7.1 Telaah Terhadap Kebijakan Nasional ... 162

III.12.7.2 Tujuan Dan Sasaran Renja SKPD ... 163

III.12.7.3 Program Dan Kegiatan Tahun 2015 ... 169

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 185

IV.1 Kinerja BPBD Kab.Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung ... 187

BAB V ANALISIS DATA ... 199

V.1 Analisis Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung ... 199

(11)

x

V.3 Analisis Strategi yang dilakukan dalam mengahdapi

kendala yang ada pada BPBD Kab.Karo dalam

Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung... 209

BAB VI PENUTUP ... 213

VI.1 Kesimpulan ... 213

VI.2 Saran ... 214

(12)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

3.1 Daearah Aliran Sungai Kabupaten Karo ... 35

3.2 Luas Wilayah Kabupaten Karo ... 37

3.3 Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003-2013 ... 39

3.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 41

3.5 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karo ... 42

3.6 Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 43

3.7 Jumlah Fasilitas Penduduk Umum di Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 46

3.8 Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan murid di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 47

3.9 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karo ... 49

3.10 Banyaknya Tenaga dokter di Kabupaten Karo sampai dengan Tahun 2009 ... 50

3.11 Jumlah sarana Ibadah di Kabupaten karo ... 52

3.12 Rencana Pemanfaatan lahan di Kabupaten Karo tahun 2003-2013 ... 65

3.13 Data Jumlah SDM BPBD Kabupaten Karo ... 66

3.14 Rekapitulasi Evaluasi Hasil pelaksanaan Renja Tahun 2014

(13)

xii

2014 (tahun lalu) * Kabupaten Karo ……….. 96

3.15 Pencapaian Kinerja pelayanan SKPD BPBD Kab.Karo ... 112

3.16 Review terhadap Rancangan Awal RKPD Tahun 2014 Kab.Karo ... 148

3.17 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD

(14)

xiii

Daftar Gambar

No. Judul Halaman

3.1 Peta Kabupaten Karo ……… 38

3.2 Grafik Distribusi Persentase Pdrb Kabupaten karo

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 …. 53

3.3 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Karo ………... 70

(15)

i

ABSTRAKSI

ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO NUR KHOTIMAH SURI

NIM: 110903008

Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana.BPBD Kabupaten Karo yang masih tergolong baru terbentuk satu tahun yang lalu masih perlu pembenahan dalam meningkatkan kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam penanggulangan bencana .

Hasil penelitian ini menunjukkan koordinasi antar instansi daerah kurang efektif dalam penanganan bencana dan Sumber Daya Manusia nya juga kurang memadai untuk dapat cepat terselesainya maslah penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Sehingga kinerja BPBD Kabupaten Karo belum efektif dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung, untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan teori penelitian penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dalam kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai teknik pengumpulan data yang ada. Menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara dan observasi langsung.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, dimana saja

dan kapan saja. Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi di luar

kehendak manusia. Terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya

terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa. Hal ini

mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana untuk

memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan

dan kenyamanan nya.Selain masyarakat yang tanggap akan bencana alam diperlukan

juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten Karo yang terletak di

kawasan dataran tinggi Sumatera Utara memiliki potensi bencana alam yang cukup

tinggi. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung yang sampai saat ini masih aktif,

yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Hal ini lah yang menyebabkan

Kabupaten Karo sering mengalami bencana alam gunung meletus.

Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010

kembali aktif dan mengakibatkan terjadinya erupsi di Kabupaten Karo. Selang tiga

tahun kemudian, Gunung Sinabung tersebut pun kembali meletus dan mengakibatkan

(17)

2

menyebabkan jatuhnya korban jiwa.1

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus

kembali, sampai 17 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama

terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore

harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan

ini melepaska

Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama

beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2,

Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.

Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan

letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00

status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Letusan terjadi berkali-kali setelah itu, dan

disertai luncura

enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal

23 November 2013 sejak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali.

Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian

letusan ini

vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung

dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus

1

(18)

3

diungsikan ke daerah yang lebih aman.2 Hujan abu mencapai kawasan

terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan

panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi

rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari

berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20

ribu orang. 3Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi setiap bencana yang

terjadi di Indonesia. Penanggulangan bencana tersebut telah diatur dalam

undang-undang mulai dari masa prabencana, tanggap darurat hingga pascabencana. Salah satu

yang menjadi persoalan besar dalam penanggulangan bencanaadalah mengenai

pendataan. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal

penanggulangan bencana pendataan secara akurat adalahkendala utama dalam

pembagian logistik di dalam sebuah daerah bencana, keduapersediaan komunikasai

dan kelancaran arus komunikasi atau sarana dan prasarana komunikasi.4

Keterlambatan dan kesalahan data dalam menginformasikan peta bencana, data

korban (baik yang selamat, hilang, korban jiwa, dll), peta kamp pengungsian,

inventarisasi kebutuhan di lapangan, katalogbantuan, serta koordinasi aksi akan

berdampak pada kesalahan dalam mengambilkebijakan oleh pemerintah, serta

3

4

(19)

4

tindakan yang akan diambil oleh pihak-pihaklainnya seperti para relawan dan donator

bantuan bencana. Pengelolaan informasi yang baik dibutuhkan dalam usaha

penangananbencana yang efektif dan efisien. Seperti untuk memprediksi adanya

bencana, maka dibutuhkan data geografis sebuah daerah, atau ketika dideteksi akan

terjadi bencana maka dibutuhkan sarana untuk dapat menyebarkan informasi ke

masyarakat dalam waktu yang cepat.5

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari bencana alam erupsi Gunung

Sinabung tersebut diperlukan perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) yang bekerja sama dengan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat. Walaupun bencana erupsi gunung

Sinabung tidak ditetapkan sebagai bencana nasional namun tetap harus ada program Demikian juga ketika menolong korban

bencana, dibutuhkan pertukaran informasi antara petugas di lapangan dengan pusat

penanganan bencana antara lain untuk mengetahui keadaan di area bencana dan

bantuan apa saja yang dibutuhkan. Informasi yang ada sedapat mungkin harus

tersedia dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat diakes dengan mudah bagi siapa

saja yang membutuhkannya, karena itu dibutuhkan sistem informasi dalam

penanggulangan bencana, karena pada dasarnya kesimpangsiuran informasi dapat

menjadi salahsatu penghambat keberhasilan dalam penanggulangan bencana, baik

saat preparedness

, emergency, recovery ataupun rehabilitas.

5

(20)

5

pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk menanggulangi

bencana alam tersebut.

Namun pada kenyataannya, Badan Penanggulan Bencana Daerah Kabupaten

Karo baru terbentuk setelah erupsi gunung Sinabung terjadi beberapa kali dan mulai

menimbulkan korban materi dan juga korban jiwa. Sebelum terbentuknya Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo, penanggulangan

bencana alam erupsi Sinabung dilakukan oleh TNI dan juga Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Sumatera Utara.Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo diharapkan akan dapat membantu

penanggulangan bencana alam erupsi Sinabung yang masih terus aktif sampai saat

ini. Mengingat masih baru dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Karo yang belum terlihat kinerja yang maksimal. Hal ini terbukti

karena masih terdapat masalah-masalah dalam penanggulangan bencana erupsi

Gunung Sinabung, seperti :

“Syamsul Ma’arif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Posko utama pendopo rumah dinas Bupati Karo berkomentar kinerja tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung tidak tanggap dan kurang koordinasi. Penanganan tanggap darurat Gunung Sinabung kurang koordinasi setiap tim tidak tahu tugas dan fungsinya secara jelas dan berjalan sendirii-sendiri dan hasil yang dicapai tidak maksimal.Hal ini harus segera diatasi untuk melindungi puluhan ribu pengungsi, perlunys kekompakaan tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung dalam penanganan bencana di lapangan”.6

Masalah lainnya yaitu :

66

(21)

6

“Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo , Ir.Subur Tambun mengatakan bahwa pada awal terjadinya tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung BPBD Kabupaten Karo belum mempunyai sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja menanggulangi beban para pengungsi.”7 Walaupun demikian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo

harus dapat mengatasi masalah bencana erupsi Gunung Sinabung. Agar Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dapat mencegah dan

menanggulangi bencana tersebut. Sehingga dapat mengurangi resiko jatuhnya korban

jiwa akibat bencana erupsi Gunung Sinabung. Penyelenggaraan penanggulangan

bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak

bencana berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 Pasal 2.8

7

Untuk itu

berdasarkan analisa di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian agar

dapat melihat bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah di

Kabupaten Karo dalam hal tanggap bencana, terutama dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi oleh para korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Untuk

itu, peneliti akan melakukan penelitian di kantor Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan yang menjadi salah satu korban

bencana alam erupsi Sinabung. Hal tersebut lah yang melatarbelakangi saya sebagai

peneliti untuk mengangkat judul penelitian tentang”Analisis Kinerja Badan

2015 pukul 14:00 WIB

8

(22)

7

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat rumusan

masalah, yaitu:”Bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Karo dalam upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung di

Kabupaten Karo?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanggulangan

bencana erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan dalam menghadapi

(23)

8 I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh melalui kegiatan penelitian ini, yaitu:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi

optimalisasi kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Karo dalam menanggulangi erupsi gunung Sinabung.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,khususnya di bidang Ilmu

Administrasi Negara.

c. Secara praktis, Secara praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat

menambah masukan bagi Pemerintah berupa saran-saran untuk digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kinerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dalam menanggulangi bencana erupsi

gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori

merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus

terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk

(24)

9

dipilihnya. Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,

defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.9

Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar

yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka

teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan-batasan tentang teori-teori

yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian

penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.

I.5.1 Kinerja

1.5.1.1 Pengertian Kinerja

Kata ‘kinerja’ dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa

Inggris “performance” yang berarti : (1) pekerjaan perbuatan, (2) penampilan atau

pertunjukan, sedangkan kinerja dalam ilmu administrasi / manajemen memiliki

pengertian sebagai tingkat pencapaian hasil / penyelesaian terhadap tujuan organisasi

(the degree of accomplishment).10 Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan,

usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasil kombinasi

tersebut terlihat dalam bentuk catatan outcome dalam periode waktu tertentu.11

9

Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey(Jakarta:LP3ES,1995),hal 37 10

Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Bandung : LepKhair. 9

(25)

10

Sedangkan menurut Henry Simamor, Kinerja adalah tingkatan dimana para karyawan

mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan dan memberikan hasil maksimal dari

standar yang telah ditentukan selama masa periode waktu tertentu.12 Selain itu,

menurut Rivai dan Basri Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang

untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.13

Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang

dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dapat dilihat dari lima hal,

yaitu14

1. Quality of work – Kualitas hasil kerja :

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Communication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.

12

Simamora, Henry.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. STEI: YKPN. 13

Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan. Jakarta : Rajagrafindo Persada

14

(26)

11

1.5.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang bekerja dalam suatu

lingkungan. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka,

2. Motivasi,

3. Dukungan yang diterima,

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

5. Hubungan mereka dengan organisasi.15

Menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability)

pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita

(pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang

sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi

situasi (situasion) kerja. 16

15

16

(27)

12 1.5.1.3Teori Kinerja

Wexley dan Yuki mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

antara lain adalah disiplin kerja dan motivasi.17

Sutarto telah merangkum dari berbagai pendapat para ahli organisasi dan

manajemen, sehingga ditemukan ada beberapa faktor yang merupakan faktor internal

yang merupakan faktor penting bagi jalannya suatu organisasi untuk mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan, yaitu seperti pembagian kerja, wewenang dan tanggung

jawab disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah prioritas kepentingan bersama, gaji,

sentralisasi, saluran jenjang,ketertiban, keadilan kestabilan masa kerja,inisitaif,rasa

kebersamaan, koordinasi,jenjang penyusunan fungsi, staf, ketetapan penempatan,

pengakuan terhadap pimpinan, staf khusus dan umum, departemenisasi, asas

pengecualian, keseimbangan.

Disiplin kerja diperlukan untuk

menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin pegawai akan berusaha untuk

melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang dihasilkan menjadi lebih

bagus. Dan motivasi juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dengan motivasi

pegawai akan mendorong pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi seorang pegawai maka

semakin tinggi pula kinerja pegawai.

17

(28)

13 I.5.2 Bencana

Menurut Asian Disaster Resources and Respon Network (ADDRN), bencana

merupakan sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau

masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap

manusia, materi ekonomi, dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas

atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan

menggunakan sumber daya mereka sendiri.18 Sedangkan menurut Purnomo dan

Sugiantoro, pemahaman tentang istilah bencana dari beberapa orang, meskipun

beragam, namun pada akhirnya, semuanya mengindikasikan sebagai peristiwa buruk

yang merugikan kehidupan manusia.19

Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Pasal 1 ayat (1), bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Bencana itu dibagi tiga jenis menurut Undang-undang No.24

tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:

18

Asian Resources and Response Network (ADDRN). Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2010.

19

(29)

14

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (Pasal1 ayat

(2))

2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatka oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,

dan wabah penyakit. (Pasal 1 ayat 3))

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar

kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. (Pasal 1 ayat 4))

Dari beberaapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana

merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara sengaja dan tidak sengaja yang pada

akhirnya mengganggu dan merugikan kehidupan banyak orang.

1.5.3 Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana seperti yang didefenisikan Agus Rahmat,

merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan

bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus

manajmen bencana.20

20

Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana (Yogyakarta: Media Pressindo,2010),hlm.93.

Dan menurutnya, tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah

(30)

15

dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur

utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Adapun Carter , mendefenisikan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu

pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan

analisis bencana untuk meningkatakan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan

pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, respon darurat dan

pemulihan.21

Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam

Pasal 1 ayat (6) menyebutkan bahwa penyelenggraan penanggulangan bencana

adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan

rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa asas-asas penanggulangan

bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukumdan

pemerintah, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian, ketertiban dan kepastian

hokum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Di ayat (2) digambarkan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana,

yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan Dan menurutnya, tujuan dari penanggulangan bencana diantaranya,

yaitu mengurangi atau menhindari kerugian secara fisik,ekonomi maupun jiwa yang

dialami oleh per orangan, masyrakat negara, mengurangi penderitaan korban

bencana, mempercepat pemulihan, dan memeberikan perlindungan kepada pengungsi

atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.

21

(31)

16

berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas,kemitraan , pemberdayaan

,nondiskriminatif dan nonproletisi. Adapun yang menjadi tujuan dari penanggulangan

bencana( Undang-undang No.24 tahun 2007 Pasal 4), yaitu memeberikan

perlindungan kepada masyarakat dan ancaman bencana, menyelaraskan peraturan

perundang-undangan yang sudah ada , menjamin terselenggaranya penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai

budaya lokal, membangun partispasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong

semangat gotong-royong, dan kesetiakawanan, dan kedermawanan dan menciptakan

perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam penanggulangan bencana diatas, dapat dilihat bahwa yang merupakan

salah satu prinsip dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga

dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan

bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah

bencana terjadi.

I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana

Ada beberapa upaya dalam menanggulangi bencana seperti yang tertulis

(32)

17

1. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangakan dan/atau mengurangi ancaman

bencana.(Pasal 1 ayat (6))

2. Kesiapsiagaan adalah serangakaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna.( Pasal 1 ayat (7))

3. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera

mungkin pada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada

suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.( Pasal 1 ayat (8))

4. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. ( Pasal 1 ayat (9))

5. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. ( Pasal1 ayat (10))

6. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

dan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana

(33)

18

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. (

Pasal 1 ayat (11))

7. Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya

kegiatan prekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,

dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. ( Pasal1 ayat (12))

Dari pengertian-pengertian diatas mengenai beberapa upaya penanggulangan

bencana, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak kegiatan penanggulangan

bencana yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah resiko bencana terjadi yang

bertujuan untuk mengembalikan sumber-sumber daya diwilayah yang terkena

bencana terebut.

1.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang sangat penting bagi

masyarakat di Indonesia termasuk juga untuk kalangan industri beresiko tinggi.

Pelaksanaan penanggulangan bencana dilakukan berasaskan sebagai berikut :

1. Kemanusiaan

Aspek penanggulangan bencana memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi.

(34)

19

moral maupun materi sehingga memerlukan dukungan tangan dari pihak lain agar

bisa bangkit kembali. Penerapan manajemen bencana merupakan usaha mulia

yang menyangkut aspek kemanusiaan untuk melindungi sesama.

2. Keadilan

Penerapan penanggulangan bencana mengandung asas keadilan, yang berarti

bahwa penanggulangan bencana tidak ada diskriminasi atau berpihak kepada unsur

tertentu. Pertolongan harus diberikan dengan asas keadilan bagi semua pihak.

3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Penanggulangan bencana mengandung asas kesamaan dalam hukum dan juga

dalam pemerintahan, semua pihak harus tunduk kepada perundangan yang berlaku

dan taat asas yang ditetapkan.

4. Keseimbangan,

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.

5. Keselarasan

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keselarasan tata kehidupan sosial dan lingkungan.

(35)

20

Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

7. Ketertiban dan kepastian hukum

Penanggulangan bencana harus mempertimbangkan aspek ketertiban dan

kepastian hukum. Program dan penerapan penanggulangan bencana harus

berlandaskan hukum yang berlaku dan ketertiban anggota masyarakat lainnya.

8. Kebersamaan

Salah satu asas penting dalam penanggulangan bencana adalah kebersamaan.

Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara partial atau hanya oleh satu pihak

saja, harus melibatkan seluruh anggota masyarakat atau komunitas yang ada.

Tanpa keterlibatan dan peran serta, program penanggulangan bencana tidak akan

berhasil dengan baik.

9. Kelestarian lingkungan hidup

Penanggulangan bencana harus memperhatikan aspek lingkungan hidup di

sekitarnya, benturan yang akan terjadi dalam menjalankan penanggulangan

bencana dengan aspek lingkungan. Untuk mencapai keberhasilan, kelestarian

lingkungan harus tetap terjaga dan terpelihara.

10. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Penerapan peanggulangan bencana dilakukan secara ilmiah dan memanfaatkan

(36)

21

keilmuan seperti geologi, geografi, linkungan, ekonomi, budaya, teknologi, dan

lainnya.Harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan sehingga diperoleh hasil

yang lebih baik. 22

1.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana

Penanggulanan bencana dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu pada tingkat

lokasi disebut manajemen insiden, tingkat unit atau daerah disebut manajemen

darurat, dan tingkat nasional atau korporat disebut manajemen krisis.

1. Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di

tempat kejadian. Dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas

lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggulangan bencana

pada tingkat ini bersifat teknis

2. Manjemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih

tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian.

3. Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya di tingkat nasional

atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana.

22

(37)

22

Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan adalah

berdasarkan fungsinya yaitu taktis dan strategis. Tingkat manajemen insiden, tugas

dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis dan semakin keatas tugasnya akan

lebih banyak menangani hal yang strategis. Pengaturan fungsi dan peran sangat

penting dilakukan dalam mengembangkan suatu penanggulangan bencana.

Hambatan di lapangan pada dasarnya terjadi karena pengaturan tugas dan peran

tidak jelas. Siapa yang bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar

dan siapa yang mengelola bantuan tersebut setelah berada di lapangan. Siapa

penentu kebijakan penanggulangan bencana dan siapa yang melakukan

penerapannya di lapangan.

I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo

1.5.4.1 Sejarah Berdirinya BPBD Kabupaten Karo

Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010

kembali aktif. Gunung yang berada 2.460 mdpl ini pada awalnya termasuk dalam

gunung berapi tipe B yaitu gunung berapi yang tidak memiliki aktivitas yang berarti

dalam waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun maka tidak masuk dalam

prioritas pengawasan. Tercatat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

(38)

23

Pada awalnya, Gunung Sinabung hanya menyemburkan debu disertai bau

belerang yang menyengat. Warga yang berada di kaki gunung segera melakukan

evakuasi karena aktivitas gunung tersebut tidak seperti biasanya. Ratusan kepala

keluarga mengungsi kebeberapa tempat yang dianggap aman. Daerah yang parah

terkena aktivitas awal Gunung Sinabung setelah ratusan tahun tersebut adalah Desa

Bekerah dan Suka Nalu yang berjarak tidak sampai 10 kilometer dari puncak gunung.

Aktivitas Gunung Sinabung rupaya terus meningkat hingga meletus dan

mengeluarkan lava pijar dan status pun diubah menjadi Awas sehingga aktivitas

Gunung Sinabung menjadi dalam pengawasan pihak yang berwenang. Oleh karena

itu, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah membuat sebuah

kebijakan untuk membentuk sebuah badan yang khusus bergerak pada bidang

penanggulangan bencana di Kabupaten Karo, yaitu Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Karo.

Sebelum BPBD berdiri di Kabupaten Karo pada tanggal 22 Januari 2014,

kewenangan dalam mengatasi masalah bencana berada di Badan Kesatuan Bangsa

dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kabupaten Karo berdasarkan

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada salah satu bidang di instansi tersebut.

Kemudian pada tanggal 22 Januari 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Karo Nomor 01 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

(39)

24

fungsinya mengambil alih tugas-tugas dari KESBANGLINMAS dalam lingkup

penanggulangan bencana.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial.23

1. Kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu

atau kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai

dengan tanggungjawab yang diberikannya. Adapun indikator kinerja yang

saya gunakan yaitu teori menurut T.R. Mitchell ada lima hal, yaitu:

Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interprestasi

ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk medapatkan batasan-batasan

yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Quality of work – Kualitas hasil kerja

b) Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

c) Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

d) Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

23

(40)

25

e) Communication – kemampuan membina kerjasama dengan

pihak lain.

2. Penanggulangan bencana merupakan salah satu bentuk pengurangan resiko

bencana. Dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga

dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan

penanggulangan bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada

sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi.

3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo adalah

suatu Badan yang masih terbilang baru saja terbentuk pada tanggal 22

Januari 2014. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo

dibentuk karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung. Sebelum

adanya BPBD Kabupaten Karo bencana erupsi Gunung Sinabung

ditangani oleh TNI/POLRI,KESBANGLINMAS, dan BPBD Provinsi

Sumatera Utara.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang , perumusan masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

defenisi konsep, hipotesis dan sistematika penulisan.

(41)

26

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yang

meliputi keadaan

geografis,tpografis,hidrologi,kependudukan,pendidikan,kesehatan,

sosial ekonomi dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian di

lapangan dan dokumen-dokumen yang akan dianalsis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang telah diperoleh selama penelitian

dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan dan

(42)

27 BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin, penelitian

deskriptif adalah penelitian yang menuntaskan perhaian terhadap masalah-masalah

atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian

menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang

sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk

memberikan kebenarannya berdasrkan data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor , penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

(43)

28

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahnya. Ciri pokok dari

penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada

saat peneltian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat actual

dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

dan diiringi dengan interprestasi rasional.24 Dengan bentuk kualitatif deskriptif ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dengan jelas mengenai kinerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menanggulangi bencana erupsi

gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

II.2 Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data dan guna menjawab permasalahan yang telah

dikemukakan, peneliti ini berlokasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan.

II.3 Informan Pnelitian

24

(44)

29

Menurut Hendarso, penelitian kualitatif tidak diaksudkan untuk membuat

generalisasi dari hasil penelitian sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam

focus penelitian ditentukan secara sengaja.25

Dalam penelitian kualitatif diperlukan informan penelitian agar setiap

informasi didapat secara detail oleh peneliti.

1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dan Pegawai

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo.

2. Informan Utama dari penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi

korban erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo yang bertempat

tinggal di Desa Gurukinayan.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan

mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik

pengumpulan data sekunder.

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang

langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data

primer dapat dilakukan dengan cara :

25

(45)

30

1. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang

relative lama.26

a) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan

sumber data.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan

peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau

sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut.

b) Tape Recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan.

c) Camera Foto/Dokumentasi Foto

2. Observasi terstruktur, yaitu observasi dilakukan menggunakan guide

(pedoman) observasi.27

Data teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data

yang diperoleh dari bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data

primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara studi

dokumentasi dan studi kepustakaan.

II.5 Teknik Analisis Data

26

Burhan Bungin, Penelitian kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 108

27

(46)

31

Hamidi menyatakan bahwa analisa data dalam penelitian dengan pendekatan

kualitatif pada prinsipnya berproses secara induksi-interprestasi-konseptualisasi.28

Melalui teknik analisis data, peneliti menguji kemampuan nalar dalam

menghubungkan fakta, data dan informasi yang diperoleh. Dan selanjutnya akan

dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap

permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono),

mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

inetraktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.

Dengan demikian laporan yang detail (induksi) dapat berupa data yang lebih mudah

dipahami, dicarikan makna sehingga ditemukan pikiran apa yang tersembunyi dibalik

cerita mereka (interprestasi) dan akhirnya dapat diciptakan suatu konsep

(konseptualisasi).

29

Di dalam teknis analisis data penulis menggunakan analisis SWOT

dalam penyajian data.

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategi yang

digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam

28

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, 2005), hlm. 78-79. 29

(47)

32

suatu organisasi. Analisis SWOT digunakan untuk mencari keuntungan dan

memperbaiki situasi. Mencari keuntungan dilakukan dengan ekspansi, memperbaiki

situasi dengan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Faktor internal,

kekuatan (strength) ,kelemahan (weakness), dan faktor eksternal yaitu peluang

(opportunity),ancaman (threats).

1) Strength, faktor internal yang mendukung suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian, atau

kelebihan lainnya.

2) Weakness,faktor internal yang menghambat suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak

lengkap,kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola dan keahlian

dalam bekerja.

3) Opportunity , faktor eksternal yang mendukung organisasi dalam mencapai tujuan. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan dapat

berupa perubahan kebijakan dari suatu organisasi.

4) Threats,faktor eksternal yang menghambat suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Ancaman yang berasal dari luar organisasi.

(48)

33

1. Memberikan informasi mengenai kondisi organisasi, sebagai pedoman dan

panduan bagi pimpinan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis terkait

rencana dan pelaksanaan di masa akan dating.

2. Menjadi bentuk bahan evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah

organisasi.

3. Memberikan tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen organisasi.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Kondisi Umum Kabupaten Karo

III.1.1.Geografis

Kabupaten Karo terletak diantara 2°50” - 3°19” Lintang Utara serta pada

97°55 - 98°38¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di

kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.127,25 Km² atau merupakan

(49)

33

1. Memberikan informasi mengenai kondisi organisasi, sebagai pedoman dan

panduan bagi pimpinan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis terkait

rencana dan pelaksanaan di masa akan dating.

2. Menjadi bentuk bahan evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah

organisasi.

3. Memberikan tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen organisasi.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Kondisi Umum Kabupaten Karo

III.1.1.Geografis

Kabupaten Karo terletak diantara 2°50” - 3°19” Lintang Utara serta pada

97°55 - 98°38¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di

kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.127,25 Km² atau merupakan

(50)

34

Kecamatan dan 262`Desa/Kelurahan (252 desa dan 10 kelurahan), dengan jumlah

penduduk 2.127,25 jiwa (KaroDalam Angka 2009).30

KARAKTERISTIK PENJELASAN

Letak 2°50 - 3°19 Lintang Utara

97°55” - 98°38¨ Bujur Timur

Luas Wilayah 2.127,25 Km²

Letak diatas pemukaan Laut

120-1420 M

Batas-Batas Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten

Deliserdang

Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir

Barat : Propinsi Nangroe Aceh Darusalam

Timur : Kabupaten Deliserdang dan Kaabupaten Simalungun

Daerah Administratif terdiri dari 17 Kecamatan dan 262 Desa/Kelurahan

30

(51)

35 III.1.2 Topografis

Kabupaten Karo secara geografis terletak pada jajaran bukit barisan dan

sebagian besar merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah

ini.Wilayah kabupaten karo berada 120-1420 diatas permukaan laut.

III.1.3. Hidrologi

Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran

Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang, dengan luas areal

2.127,25 km2, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka. Pada umumnya sub DAS

ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan

produksi pertanian.

Tabel 3.1

Daerah Aliran Sungai Kabupaten Karo

No. Daerah Aliran Sungai

(DAS) Sub DAS

Luas Areal

Km2

Keterangan

1. Lau Biang Wampu / Ular - -

(52)

36

Secara administratif wilayah Kabupaten Karo terbagi dalam wilayah 17

kecamatan, 252 desa dan 10 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Karo berada

di kabanjahe.

III.2.1. Luas Wilayah Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan

Wilayah Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 262

desa/kelurahan memiliki luas wilayah 2.127, 25 km2 dengan luas wilayah

masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut

Tabel 3.2

Luas Wilayah Kabupaten Karo

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Mardingding 7,11

2 Laubaleng 2,60

3 Tigabinanga 0,38

4 Juhar 8,56

5 Munte 5,64

6 Kutabuluh 5,70

7 Payung ,24

8 Tiganderket ,76

(53)

37

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

10 Naman Teran ,82

11 Merdeka ,17

12 Kabanjahe ,65

13 Berastagi ,50

14 Tigapanah 6,84

15 Dolat Rayat ,25

16 Merek 5,51

17 Barusjahe 8,04

Jumlah 127,25

Sumber : Kab. Karo Dalam Angka Tahun 2012

Untuk pembagian wilayah kabupaten karo dapat dilihat di gambar Peta Kabupaten Karo

berikut ini:

(54)

38

Gambar 3.1

Peta Kabupaten Karo

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Karo dapat dibedakan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003 - 2013

No Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Luas Persentase

1 Hutan Lindung 96.387 45,31

2 Suaka Alam 475 0,22

(55)

39

4 Hutan Wisata 0 0,00

5 Tahura 7 0,003

6 Hutan Produksi 22.987 10,81

7 Tanaman Lahan Basah 16.454 7,73

8 Tanaman Lahan Kering 46.448 21,83

9 Tanaman Tahunan 14.138 6,65

10 Perkebunan Campuran 7.714 3,63

11 Alang-Alang 8.115 3,81

Jumlah 212.725 100

Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo 2003 – 2013

III.3 Kependudukan

Pemahaman tentang jumlah, struktur, dan pertumbuhan serta distribusi

penduduk sangat menentukan arah pembangunan di suatu daerah. Kondisi

kependudukan akan mempengaruhi berbagai kebijaksanaan pembangunan dari

berbagai sektor-sektor pelayanan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah. Jumlah

penduduk Kabupaten Karo terus tumbuh secara relatif cepat dan hal ini akan

(56)

40

penduduk Kabupaten Karo TA. 2007 tercatat sebanyak 351.368 jiwa, kemudian

meningkat menjadi 360.880 jiwa pada Tahun 2008, kemudian meningkat menjadi

370.655 jiwa pada Tahun 2009.

Dimana komposisi penduduk menurut umur pada tahun 2009 sebagai berikut :

penduduk kelompok umur 0 s/d 14 Tahun sebanyak 121.407 jiwa (32,76%) dan

penduduk kelompok umur 15 s/d 64 Tahun sebanyak 232.011 jiwa (62,60%),

sedangkan jumlah penduduk kelompok umur 65 Tahun keatas adalah 17.201 jiwa

(4,64%).

Jumlah penduduk Kabupaten Karo ini merupakan potensi sumber daya manusia

yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Hal ini akan dapat memperkuat SDM

Kabupaten Karo di masa yang akan datang guna mempercepat pengembangan daerah

Kabupaten Karo.Dilihat dari distribusi dan kepadatan penduduk, maka rata-rata

kepadatan penduduk telah mencapai ± 174,22 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi terdapat

di Kecamatan Berastagi yaitu 1.530,69 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah

terdapat di Kecamatan Mardinding yaitu 62,21 jiwa/km2.31

Tabel 3.4

Jumlah kepadatan

penduduk per kecamatan dapat terlihat pada tabel berikut :

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan

di Kabupaten Karo Tahun 2012

(57)

41

Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Karo Tahun 2013

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

1 Mardingding 8825 8.294 16.617 0,35

2 Laubaleng 9218 10.283 20.355 ,95

(58)

42

4 Juhar 6823 7.513 14.217 ,23

5 Munte 10081 10.841 21.586 ,11

6 Kutabuluh 5425 6.308 12.507 ,27

7 Payung 5552 5.757 11.309 ,44

8 Tiganderket 6660 7.455 14.579 ,56

9 Simpang Empat 9848 10.627 21.089 ,45

10 Naman Teran 6751 6.304 12.652 0,70

11 Merdeka 6915 6.610 13.218 ,97

12 Kabanjahe 32076 32.134 63.990 ,13

13 Berastagi 21950 24.823 46.686 ,08

14 Tigapanah 15028 16.811 33.102 ,91

15 Dolat Rayat 4252 4.317 8.573 ,59

16 Merek 9584 8.046 16.130 0,47

17 Barusjahe 180535 12.130 24.107 ,74

Jumlah 182.497 188.122 370.619 97,01

Sumber: Karo Dalam Angka Tahun 2014

Tabel 3.6

Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2009 Kecamatan/Sub

Regency

Distribusi penduduk (tahun)

Rata-rata pertumbuhan penduduk

(59)

43

Kecamatan/Sub Regency

(60)

44

Kecamatan/Sub Regency

Distribusi penduduk (tahun)

Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2014

III.4 PENDIDIKAN

Ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Karodapat dibedakan

dari Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Jumlah fasilitas pendidikan umum di

Kabupaten Karopada tahun 2009 terdapat sekitar 384 Sekolah yang terdiri dari 286

unit Sekolah Dasar, 64 unit SLTP, 27 unit SMU dan 7 unit Sekolah Menengah

Kejuruan. Fasilitas pendidikan terbanyak terdapat di Kecamatan Tigapanah yaitu

sebanyak 27 unit sekolah. Sedangkan fasilitas pendidikan terkecil terdapat di

Kecamatan Kutabuluh dan Merek yaitu masing-masing sebanyak 13 unit sekolah.

Jumlah fasilitas pendidikan Agama Islam di Kabupaten Karo pada tahun 2009

terdapat sekitar 15 unit sekolah yang terdiri dari 7 unit Sekolah Mdrasah Ibtidaiyah, 5

unit Sekolah Madrasah Tsanawiyah, 3 unit Sekolah Madrasah Aliyah, 98 unit

(61)

45

masih terdapat di sebagian kecil wilayah Kabupaten Karo yaitu di kecamatan

Laubaleng, Tigabinanga, Simpang Empat, Kabanjahe, Berastagi, Kutabuluh.

Sedangkan untuk kecamatan Mardingding, Juhar, Munte, Payung, Tiganderket,

Naman Teran, Merdeka, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek, dan Barusjahe belum

memiliki sekolah agama Islam.

(62)

46

Jumlah Fasilitas Pendidikan Umum Di Kabupaten Karo Tahun 2008 No Kecamatan

SD SMP SMU SMK

Jumlah Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw.

1 Mardingding 16 3 3 - 1 - - - 23

2 Laubaleng 15 2 1 4 1 - - - 23

3 Tigabinanga 19 2 3 1 1 1 - - 27

4 Juhar 14 - 3 - 1 1 - - 19

5 Munte 20 - 2 1 1 - - - 24

6 Kutabuluh 13 1 5 - 1 - - - 20

7 Payung 26 - 3 1 1 1 - - 32

8 Tiganderket 1) - - - -

9 Simpang Empat 30 3 1 1 1 - 36

10 Naman Teran 1) - - - -

11 Merdeka 1) - - - -

12 Kabanjahe 23 12 3 10 3 1 3 55

13 Berastagi 16 10 3 4 1 6 1 - 41

14 Tigapanah 27 2 4 1 3 - 37

15 Dolat Rayat 1) - - - -

16 Merek 13 - 2 2 - - - 3 18

17 Barusjahe 21 1 4 1 1 1 - - 29

Jumlah 253 33 39 25 14 13 3 4 384

Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2010

Keterangan : Data Kecamatan Tiganderket masih bergabung dengan Kecamatan Payung,

(63)

47

Tabel 3.8

Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru Dan Murid Di Kabupaten Karo Tahun 2009

No. Kecamatan Sekolah Ruang Kelas Guru Murid

1 Mardingding 6 316

2 Laubaleng 1 233

3 Tigabinanga 3 931

4 Juhar 4 514

5 Munte 2 427

6 Kutabuluh 2 96

7 Payung 3 7 105

8 Tiganderket

9 Simpang Empat 1 392

10 Naman Teran

11 Merdeka

12 Kabanjahe 3 939

13 Berastagi 3 883

14 Tigapanah 7 990

15 Dolat Rayat

16 Merek 4 441

17 Barusjahe 9 043

Jumlah 49 710

(64)

48 III.5 Kesehatan

Jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Karo pada tahun 2009

terdapat sekitar 422 Unit, yang terdiri 6 unit Rumah Sakit Umum, 19 Unit Pukesmas

Rawat Jalan, 258 Unit Puskesmas Pembantu, 23 Unit Rumah Bersalin, 93 Unit Balai

Pengobatan Umum (BPU) dan 23 Unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang telah

tersebar di 19 (Sembilan belas kecamatan), disamping itu di Kabupaten karo juga

terdapat sebanyak 401 unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Fasilitas kesehatan

terbanyak terdapat di Kecamatan Berastagi, yaitu sebanyak 60 Unit. Sedangkan

fasilitas kesehatan terkecil terdapat di Kecamatan Dolat Rayat, yaitu hanya

(65)

49

Tabel 3.9

Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Karo Tahun 2009

No Kecamatan

Bersalin BPU Poskesdes Jumlah

Rawat

(66)

50

Tabel 3.10

Banyaknya Tenaga Dokter

Di Kabupaten Karo Sampai Dengan Tahun 2009

No. Tahun

Sumber : Karo Dalam Angka Tahun 2010

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Luas Wilayah Kabupaten Karo
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Karo
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo kurang maximal dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung yang dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo kurang maximal dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung yang dapat

generasi yang satu ke generasi yang lain. Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh. seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain

Peraturan Presiden No.08 tahun 2008, tentang badan nasional penanggulangan. bencana,

Apa saja Program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian Rehabilitasi & Rekonstruksi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?... Program BPBD KabupatenKaro yang

“Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo , Ir.Subur Tambun mengatakan bahwa pada awal terjadinya tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung BPBD Kabupaten Karo

berupa perubahan kebijakan dari suatu organisasi. 4) Threats,faktor eksternal yang menghambat suatu organisasi dalam

Dokumentasi Kondisi Tempat Tinggal Sementara Korban Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gurukinayan.. Dokumentasi Kondisi Kerusakan Tanaman Warga di Desa Gurukinayan Akibat Bencana