1
ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG
SINABUNG DI KABUPATEN KARO SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
NUR KHOTIMAH SURI
110903008
Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Medan
i
ABSTRAKSI
ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO NUR KHOTIMAH SURI
NIM: 110903008
Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana.BPBD Kabupaten Karo yang masih tergolong baru terbentuk satu tahun yang lalu masih perlu pembenahan dalam meningkatkan kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam penanggulangan bencana .
Hasil penelitian ini menunjukkan koordinasi antar instansi daerah kurang efektif dalam penanganan bencana dan Sumber Daya Manusia nya juga kurang memadai untuk dapat cepat terselesainya maslah penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Sehingga kinerja BPBD Kabupaten Karo belum efektif dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung, untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan teori penelitian penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dalam kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai teknik pengumpulan data yang ada. Menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara dan observasi langsung.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Assalammu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW, yang selalu menjadi suri tauladan dalam kehidupan.
Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah Analisis Kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan
Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Selama penyusunan skripsi ini
penulis menyadari akan adanya sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga
mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman menulis maka dengan kerendahan hati penulis
membuka hati untuk kritik dan saran yang membangun guna untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Ayahanda
iii
doa dan dukungan yang tiada hentinya yang diberikan kepada penulis. Thank you
mom and dad.
Untuk menyelesaikan skripsi ini , penulis tidak bekerja sendiri. Banyak
pihak-pihak yang membantu penulis saat proses penyelesaian skripsi ini. Maka, penulis
ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Baddaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasyudin Ginting, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos.,M.SP , selaku dosen pembimbing
yang penuh kesabaran membimbing penulis .
4. Bapak Faisal Riza S.Sos.,M.SP , selaku dosen penguji yang membimbing
penulis juga dalam menyelesaikan skripsi penulis .
5. Seluruh bapak dan ibu dosen serta staf pegawai Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara atas segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan jasa-jasa dalam
segala urusan administrasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
6. Semua Pegawai BPBD Kabupaten Karo terima kasih atas bantuannya selama
iv
7. Buat kekasihku Alfredo Clauce Montggomerie terima kasih banyak yang
sudah sabar menemaniku selama penyusunan skripsi dan memberikan
motivasi yang sangat mendukung penulis .
8. Buat abangku Mohd. Khadafi HS terima kasih atas doa-doa yang diberikan
untuk penulis .
9. Sahabatku (Nova Sri Agustina, Debby Ana Pratami) terima kasih sudah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Teman-teman magang di Desa Benteng Batu Bara
(Nova,jerry,yusuf,fauzan,dian,beby,bintang,ribka,eva,jordan, dan antoni).
Tetap semangat ya teman-teman.
11.Keluarga dan teman-temanku yang lain yang tidak disebutkan namanya,
Terima Kasih ya.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa dan
pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Wassalammualaikum Wr.Wb.
Medan, 2015
v
Nur Khotimah Suri
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nur Khotimah Suri yang dilahirkan pada tanggal 21 Agustus
1993 di Kota Medan. Anak dari Bapak Hasnul Kamisu dan Ibu Suriati Lubis penulis
beragama Islam dan betempat tinggal di Jl. Gelugur Rimbun, Desa Sukaraya Lorong
Perjuangan, Kecamatan Pancur Batu. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di
SD Neg.05262 pada tahun 1998-2003, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama
di SMP Negeri 3 Pancur Batu pada tahun 2003-2008, pendidikan sekolah menengah
atas di SMA Yayasan Sultan Iskandar Muda,Kecamatan Medan-Sunggal pada tahun
2008-2011. Dan meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ,
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 5
I.3 Tujuan Penelitian ... 6
I.4 Manfaat Penelitian ... 6
I.5 Kerangka Teori ... 7
I.5.1 Kinerja ... 8
I.5.1.1 Pengertian Kinerja ... 8
I.5.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 9
I.5.1.3 Teori Kinerja ... 11
I.5.2 Bencana ... 12
vii
I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana ... 15
I.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana ... 17
I.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana ... 20
I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo ... 21
I.5.4.1 Sejarah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Karo . 21 I.6 Defenisi Konsep ... 22
I.7 Sistematika Penulisan ... 25
BAB II METODE PENELITIAN ... 27
II.1 Bentuk Penelitian ... 27
II.2 Lokasi Penelitian ... 28
II.3 Informan Penelitian ... 28
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29
II.5 Teknik Analisis Data ... 30
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 33
III.1 Kondisi Umum Kabupaten Karo ... 33
III.1.1 Geografis ... 33
III.1.2 Topografis ... 35
III.1.3 Hidrologi ... 35
viii
III.2.1 Luas Wilayah Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan ... 36
III.3 Kependudukan ... 40
III.4 Pendidikan ... 44
III.5 Kesehatan ... 48
III.6 Sosial Masyarakat ... 51
III.7 Perekonomian ... 53
III.8 Visi dan Misi ... 55
III.8.1 Visi Kabupaten Karo ... 55
III.8.2 Misi Kabupaten Karo ... 56
III.9 Institusi Dan Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo ... 57
III.10 Tata Ruang Wilayah ... 60
III.11 Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Karo ... 66
III.11.1 Visi dan Misi BPBD Kabupaten Karo ... 68
III.11.2 Struktur Organisasi ... 70
III.11.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 71
III.11.4 Peta Rawan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo ... 83
III.12 Rencana Kerja BPBD Kab.Karo Tahun Anggaran 2015 ... 85
III.12.1 Latar Belakang ... 85
III.12.2 Landasan Hukum ... 90
III.12.3 Maksud dan Tujuan ... 92
ix
III.12.4.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian
Renstra SKPD ... 95
III.12.4.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD ... 112
III.12.5 Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi BPBD . 121 III.12.6 Review Terhadap Rancangan Awal RKPD ... 147
III.12.7 Tujuan,Sasaran Program Dan Kegiatan ... 162
III.12.7.1 Telaah Terhadap Kebijakan Nasional ... 162
III.12.7.2 Tujuan Dan Sasaran Renja SKPD ... 163
III.12.7.3 Program Dan Kegiatan Tahun 2015 ... 169
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 185
IV.1 Kinerja BPBD Kab.Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung ... 187
BAB V ANALISIS DATA ... 199
V.1 Analisis Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung ... 199
x
V.3 Analisis Strategi yang dilakukan dalam mengahdapi
kendala yang ada pada BPBD Kab.Karo dalam
Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung... 209
BAB VI PENUTUP ... 213
VI.1 Kesimpulan ... 213
VI.2 Saran ... 214
xi Daftar Tabel
No Judul Halaman
3.1 Daearah Aliran Sungai Kabupaten Karo ... 35
3.2 Luas Wilayah Kabupaten Karo ... 37
3.3 Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003-2013 ... 39
3.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 41
3.5 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karo ... 42
3.6 Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 43
3.7 Jumlah Fasilitas Penduduk Umum di Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 46
3.8 Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan murid di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 47
3.9 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karo ... 49
3.10 Banyaknya Tenaga dokter di Kabupaten Karo sampai dengan Tahun 2009 ... 50
3.11 Jumlah sarana Ibadah di Kabupaten karo ... 52
3.12 Rencana Pemanfaatan lahan di Kabupaten Karo tahun 2003-2013 ... 65
3.13 Data Jumlah SDM BPBD Kabupaten Karo ... 66
3.14 Rekapitulasi Evaluasi Hasil pelaksanaan Renja Tahun 2014
xii
2014 (tahun lalu) * Kabupaten Karo ……….. 96
3.15 Pencapaian Kinerja pelayanan SKPD BPBD Kab.Karo ... 112
3.16 Review terhadap Rancangan Awal RKPD Tahun 2014 Kab.Karo ... 148
3.17 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD
xiii
Daftar Gambar
No. Judul Halaman
3.1 Peta Kabupaten Karo ……… 38
3.2 Grafik Distribusi Persentase Pdrb Kabupaten karo
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 …. 53
3.3 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Karo ………... 70
i
ABSTRAKSI
ANALISIS KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO NUR KHOTIMAH SURI
NIM: 110903008
Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana.BPBD Kabupaten Karo yang masih tergolong baru terbentuk satu tahun yang lalu masih perlu pembenahan dalam meningkatkan kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam penanggulangan bencana .
Hasil penelitian ini menunjukkan koordinasi antar instansi daerah kurang efektif dalam penanganan bencana dan Sumber Daya Manusia nya juga kurang memadai untuk dapat cepat terselesainya maslah penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Sehingga kinerja BPBD Kabupaten Karo belum efektif dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung, untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan teori penelitian penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dalam kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai teknik pengumpulan data yang ada. Menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara dan observasi langsung.
1 BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, dimana saja
dan kapan saja. Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi di luar
kehendak manusia. Terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya
terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa. Hal ini
mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana untuk
memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan
dan kenyamanan nya.Selain masyarakat yang tanggap akan bencana alam diperlukan
juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten Karo yang terletak di
kawasan dataran tinggi Sumatera Utara memiliki potensi bencana alam yang cukup
tinggi. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung yang sampai saat ini masih aktif,
yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Hal ini lah yang menyebabkan
Kabupaten Karo sering mengalami bencana alam gunung meletus.
Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010
kembali aktif dan mengakibatkan terjadinya erupsi di Kabupaten Karo. Selang tiga
tahun kemudian, Gunung Sinabung tersebut pun kembali meletus dan mengakibatkan
2
menyebabkan jatuhnya korban jiwa.1
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus
kembali, sampai 17 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama
terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore
harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan
ini melepaska
Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama
beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2,
Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.
Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan
letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00
status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Letusan terjadi berkali-kali setelah itu, dan
disertai luncura
enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal
23 November 2013 sejak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali.
Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian
letusan ini
vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung
dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus
1
3
diungsikan ke daerah yang lebih aman.2 Hujan abu mencapai kawasan
terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan
panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi
rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari
berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20
ribu orang. 3Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi setiap bencana yang
terjadi di Indonesia. Penanggulangan bencana tersebut telah diatur dalam
undang-undang mulai dari masa prabencana, tanggap darurat hingga pascabencana. Salah satu
yang menjadi persoalan besar dalam penanggulangan bencanaadalah mengenai
pendataan. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal
penanggulangan bencana pendataan secara akurat adalahkendala utama dalam
pembagian logistik di dalam sebuah daerah bencana, keduapersediaan komunikasai
dan kelancaran arus komunikasi atau sarana dan prasarana komunikasi.4
Keterlambatan dan kesalahan data dalam menginformasikan peta bencana, data
korban (baik yang selamat, hilang, korban jiwa, dll), peta kamp pengungsian,
inventarisasi kebutuhan di lapangan, katalogbantuan, serta koordinasi aksi akan
berdampak pada kesalahan dalam mengambilkebijakan oleh pemerintah, serta
3
4
4
tindakan yang akan diambil oleh pihak-pihaklainnya seperti para relawan dan donator
bantuan bencana. Pengelolaan informasi yang baik dibutuhkan dalam usaha
penangananbencana yang efektif dan efisien. Seperti untuk memprediksi adanya
bencana, maka dibutuhkan data geografis sebuah daerah, atau ketika dideteksi akan
terjadi bencana maka dibutuhkan sarana untuk dapat menyebarkan informasi ke
masyarakat dalam waktu yang cepat.5
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari bencana alam erupsi Gunung
Sinabung tersebut diperlukan perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) yang bekerja sama dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat. Walaupun bencana erupsi gunung
Sinabung tidak ditetapkan sebagai bencana nasional namun tetap harus ada program Demikian juga ketika menolong korban
bencana, dibutuhkan pertukaran informasi antara petugas di lapangan dengan pusat
penanganan bencana antara lain untuk mengetahui keadaan di area bencana dan
bantuan apa saja yang dibutuhkan. Informasi yang ada sedapat mungkin harus
tersedia dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat diakes dengan mudah bagi siapa
saja yang membutuhkannya, karena itu dibutuhkan sistem informasi dalam
penanggulangan bencana, karena pada dasarnya kesimpangsiuran informasi dapat
menjadi salahsatu penghambat keberhasilan dalam penanggulangan bencana, baik
saat preparedness
, emergency, recovery ataupun rehabilitas.
5
5
pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk menanggulangi
bencana alam tersebut.
Namun pada kenyataannya, Badan Penanggulan Bencana Daerah Kabupaten
Karo baru terbentuk setelah erupsi gunung Sinabung terjadi beberapa kali dan mulai
menimbulkan korban materi dan juga korban jiwa. Sebelum terbentuknya Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo, penanggulangan
bencana alam erupsi Sinabung dilakukan oleh TNI dan juga Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Sumatera Utara.Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo diharapkan akan dapat membantu
penanggulangan bencana alam erupsi Sinabung yang masih terus aktif sampai saat
ini. Mengingat masih baru dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Karo yang belum terlihat kinerja yang maksimal. Hal ini terbukti
karena masih terdapat masalah-masalah dalam penanggulangan bencana erupsi
Gunung Sinabung, seperti :
“Syamsul Ma’arif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Posko utama pendopo rumah dinas Bupati Karo berkomentar kinerja tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung tidak tanggap dan kurang koordinasi. Penanganan tanggap darurat Gunung Sinabung kurang koordinasi setiap tim tidak tahu tugas dan fungsinya secara jelas dan berjalan sendirii-sendiri dan hasil yang dicapai tidak maksimal.Hal ini harus segera diatasi untuk melindungi puluhan ribu pengungsi, perlunys kekompakaan tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung dalam penanganan bencana di lapangan”.6
Masalah lainnya yaitu :
66
6
“Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo , Ir.Subur Tambun mengatakan bahwa pada awal terjadinya tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung BPBD Kabupaten Karo belum mempunyai sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja menanggulangi beban para pengungsi.”7 Walaupun demikian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo
harus dapat mengatasi masalah bencana erupsi Gunung Sinabung. Agar Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dapat mencegah dan
menanggulangi bencana tersebut. Sehingga dapat mengurangi resiko jatuhnya korban
jiwa akibat bencana erupsi Gunung Sinabung. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak
bencana berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 Pasal 2.8
7
Untuk itu
berdasarkan analisa di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian agar
dapat melihat bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah di
Kabupaten Karo dalam hal tanggap bencana, terutama dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh para korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Untuk
itu, peneliti akan melakukan penelitian di kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan yang menjadi salah satu korban
bencana alam erupsi Sinabung. Hal tersebut lah yang melatarbelakangi saya sebagai
peneliti untuk mengangkat judul penelitian tentang”Analisis Kinerja Badan
2015 pukul 14:00 WIB
8
7
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat rumusan
masalah, yaitu:”Bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Karo dalam upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanggulangan
bencana erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan dalam menghadapi
8 I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh melalui kegiatan penelitian ini, yaitu:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi
optimalisasi kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Karo dalam menanggulangi erupsi gunung Sinabung.
b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,khususnya di bidang Ilmu
Administrasi Negara.
c. Secara praktis, Secara praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat
menambah masukan bagi Pemerintah berupa saran-saran untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dalam menanggulangi bencana erupsi
gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
I.5 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori
merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus
terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk
9
dipilihnya. Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.9
Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar
yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka
teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan-batasan tentang teori-teori
yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian
penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.
I.5.1 Kinerja
1.5.1.1 Pengertian Kinerja
Kata ‘kinerja’ dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa
Inggris “performance” yang berarti : (1) pekerjaan perbuatan, (2) penampilan atau
pertunjukan, sedangkan kinerja dalam ilmu administrasi / manajemen memiliki
pengertian sebagai tingkat pencapaian hasil / penyelesaian terhadap tujuan organisasi
(the degree of accomplishment).10 Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan,
usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasil kombinasi
tersebut terlihat dalam bentuk catatan outcome dalam periode waktu tertentu.11
9
Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey(Jakarta:LP3ES,1995),hal 37 10
Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Bandung : LepKhair. 9
10
Sedangkan menurut Henry Simamor, Kinerja adalah tingkatan dimana para karyawan
mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan dan memberikan hasil maksimal dari
standar yang telah ditentukan selama masa periode waktu tertentu.12 Selain itu,
menurut Rivai dan Basri Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.13
Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang
dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dapat dilihat dari lima hal,
yaitu14
1. Quality of work – Kualitas hasil kerja :
2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
5. Communication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
12
Simamora, Henry.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. STEI: YKPN. 13
Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan. Jakarta : Rajagrafindo Persada
14
11
1.5.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang bekerja dalam suatu
lingkungan. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.15
Menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pencapaian kinerja antara lain :
a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability)
pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita
(pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahlihannya.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situasion) kerja. 16
15
16
12 1.5.1.3Teori Kinerja
Wexley dan Yuki mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
antara lain adalah disiplin kerja dan motivasi.17
Sutarto telah merangkum dari berbagai pendapat para ahli organisasi dan
manajemen, sehingga ditemukan ada beberapa faktor yang merupakan faktor internal
yang merupakan faktor penting bagi jalannya suatu organisasi untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan, yaitu seperti pembagian kerja, wewenang dan tanggung
jawab disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah prioritas kepentingan bersama, gaji,
sentralisasi, saluran jenjang,ketertiban, keadilan kestabilan masa kerja,inisitaif,rasa
kebersamaan, koordinasi,jenjang penyusunan fungsi, staf, ketetapan penempatan,
pengakuan terhadap pimpinan, staf khusus dan umum, departemenisasi, asas
pengecualian, keseimbangan.
Disiplin kerja diperlukan untuk
menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin pegawai akan berusaha untuk
melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang dihasilkan menjadi lebih
bagus. Dan motivasi juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dengan motivasi
pegawai akan mendorong pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi seorang pegawai maka
semakin tinggi pula kinerja pegawai.
17
13 I.5.2 Bencana
Menurut Asian Disaster Resources and Respon Network (ADDRN), bencana
merupakan sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau
masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap
manusia, materi ekonomi, dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas
atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri.18 Sedangkan menurut Purnomo dan
Sugiantoro, pemahaman tentang istilah bencana dari beberapa orang, meskipun
beragam, namun pada akhirnya, semuanya mengindikasikan sebagai peristiwa buruk
yang merugikan kehidupan manusia.19
Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Pasal 1 ayat (1), bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana itu dibagi tiga jenis menurut Undang-undang No.24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:
18
Asian Resources and Response Network (ADDRN). Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2010.
19
14
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (Pasal1 ayat
(2))
2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatka oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit. (Pasal 1 ayat 3))
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. (Pasal 1 ayat 4))
Dari beberaapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana
merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara sengaja dan tidak sengaja yang pada
akhirnya mengganggu dan merugikan kehidupan banyak orang.
1.5.3 Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana seperti yang didefenisikan Agus Rahmat,
merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus
manajmen bencana.20
20
Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana (Yogyakarta: Media Pressindo,2010),hlm.93.
Dan menurutnya, tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah
15
dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur
utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
Adapun Carter , mendefenisikan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu
pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan
analisis bencana untuk meningkatakan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan
pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, respon darurat dan
pemulihan.21
Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam
Pasal 1 ayat (6) menyebutkan bahwa penyelenggraan penanggulangan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa asas-asas penanggulangan
bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukumdan
pemerintah, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian, ketertiban dan kepastian
hokum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di ayat (2) digambarkan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana,
yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan Dan menurutnya, tujuan dari penanggulangan bencana diantaranya,
yaitu mengurangi atau menhindari kerugian secara fisik,ekonomi maupun jiwa yang
dialami oleh per orangan, masyrakat negara, mengurangi penderitaan korban
bencana, mempercepat pemulihan, dan memeberikan perlindungan kepada pengungsi
atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.
21
16
berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas,kemitraan , pemberdayaan
,nondiskriminatif dan nonproletisi. Adapun yang menjadi tujuan dari penanggulangan
bencana( Undang-undang No.24 tahun 2007 Pasal 4), yaitu memeberikan
perlindungan kepada masyarakat dan ancaman bencana, menyelaraskan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada , menjamin terselenggaranya penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai
budaya lokal, membangun partispasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong
semangat gotong-royong, dan kesetiakawanan, dan kedermawanan dan menciptakan
perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam penanggulangan bencana diatas, dapat dilihat bahwa yang merupakan
salah satu prinsip dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga
dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan
bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah
bencana terjadi.
I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana
Ada beberapa upaya dalam menanggulangi bencana seperti yang tertulis
17
1. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangakan dan/atau mengurangi ancaman
bencana.(Pasal 1 ayat (6))
2. Kesiapsiagaan adalah serangakaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.( Pasal 1 ayat (7))
3. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin pada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.( Pasal 1 ayat (8))
4. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. ( Pasal 1 ayat (9))
5. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. ( Pasal1 ayat (10))
6. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
dan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
18
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. (
Pasal 1 ayat (11))
7. Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan prekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. ( Pasal1 ayat (12))
Dari pengertian-pengertian diatas mengenai beberapa upaya penanggulangan
bencana, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak kegiatan penanggulangan
bencana yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah resiko bencana terjadi yang
bertujuan untuk mengembalikan sumber-sumber daya diwilayah yang terkena
bencana terebut.
1.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
masyarakat di Indonesia termasuk juga untuk kalangan industri beresiko tinggi.
Pelaksanaan penanggulangan bencana dilakukan berasaskan sebagai berikut :
1. Kemanusiaan
Aspek penanggulangan bencana memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi.
19
moral maupun materi sehingga memerlukan dukungan tangan dari pihak lain agar
bisa bangkit kembali. Penerapan manajemen bencana merupakan usaha mulia
yang menyangkut aspek kemanusiaan untuk melindungi sesama.
2. Keadilan
Penerapan penanggulangan bencana mengandung asas keadilan, yang berarti
bahwa penanggulangan bencana tidak ada diskriminasi atau berpihak kepada unsur
tertentu. Pertolongan harus diberikan dengan asas keadilan bagi semua pihak.
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Penanggulangan bencana mengandung asas kesamaan dalam hukum dan juga
dalam pemerintahan, semua pihak harus tunduk kepada perundangan yang berlaku
dan taat asas yang ditetapkan.
4. Keseimbangan,
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.
5. Keselarasan
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
keselarasan tata kehidupan sosial dan lingkungan.
20
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
7. Ketertiban dan kepastian hukum
Penanggulangan bencana harus mempertimbangkan aspek ketertiban dan
kepastian hukum. Program dan penerapan penanggulangan bencana harus
berlandaskan hukum yang berlaku dan ketertiban anggota masyarakat lainnya.
8. Kebersamaan
Salah satu asas penting dalam penanggulangan bencana adalah kebersamaan.
Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara partial atau hanya oleh satu pihak
saja, harus melibatkan seluruh anggota masyarakat atau komunitas yang ada.
Tanpa keterlibatan dan peran serta, program penanggulangan bencana tidak akan
berhasil dengan baik.
9. Kelestarian lingkungan hidup
Penanggulangan bencana harus memperhatikan aspek lingkungan hidup di
sekitarnya, benturan yang akan terjadi dalam menjalankan penanggulangan
bencana dengan aspek lingkungan. Untuk mencapai keberhasilan, kelestarian
lingkungan harus tetap terjaga dan terpelihara.
10. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Penerapan peanggulangan bencana dilakukan secara ilmiah dan memanfaatkan
21
keilmuan seperti geologi, geografi, linkungan, ekonomi, budaya, teknologi, dan
lainnya.Harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan sehingga diperoleh hasil
yang lebih baik. 22
1.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana
Penanggulanan bencana dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu pada tingkat
lokasi disebut manajemen insiden, tingkat unit atau daerah disebut manajemen
darurat, dan tingkat nasional atau korporat disebut manajemen krisis.
1. Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di
tempat kejadian. Dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas
lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggulangan bencana
pada tingkat ini bersifat teknis
2. Manjemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih
tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian.
3. Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya di tingkat nasional
atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana.
22
22
Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan adalah
berdasarkan fungsinya yaitu taktis dan strategis. Tingkat manajemen insiden, tugas
dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis dan semakin keatas tugasnya akan
lebih banyak menangani hal yang strategis. Pengaturan fungsi dan peran sangat
penting dilakukan dalam mengembangkan suatu penanggulangan bencana.
Hambatan di lapangan pada dasarnya terjadi karena pengaturan tugas dan peran
tidak jelas. Siapa yang bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar
dan siapa yang mengelola bantuan tersebut setelah berada di lapangan. Siapa
penentu kebijakan penanggulangan bencana dan siapa yang melakukan
penerapannya di lapangan.
I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo
1.5.4.1 Sejarah Berdirinya BPBD Kabupaten Karo
Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010
kembali aktif. Gunung yang berada 2.460 mdpl ini pada awalnya termasuk dalam
gunung berapi tipe B yaitu gunung berapi yang tidak memiliki aktivitas yang berarti
dalam waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun maka tidak masuk dalam
prioritas pengawasan. Tercatat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
23
Pada awalnya, Gunung Sinabung hanya menyemburkan debu disertai bau
belerang yang menyengat. Warga yang berada di kaki gunung segera melakukan
evakuasi karena aktivitas gunung tersebut tidak seperti biasanya. Ratusan kepala
keluarga mengungsi kebeberapa tempat yang dianggap aman. Daerah yang parah
terkena aktivitas awal Gunung Sinabung setelah ratusan tahun tersebut adalah Desa
Bekerah dan Suka Nalu yang berjarak tidak sampai 10 kilometer dari puncak gunung.
Aktivitas Gunung Sinabung rupaya terus meningkat hingga meletus dan
mengeluarkan lava pijar dan status pun diubah menjadi Awas sehingga aktivitas
Gunung Sinabung menjadi dalam pengawasan pihak yang berwenang. Oleh karena
itu, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah membuat sebuah
kebijakan untuk membentuk sebuah badan yang khusus bergerak pada bidang
penanggulangan bencana di Kabupaten Karo, yaitu Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Karo.
Sebelum BPBD berdiri di Kabupaten Karo pada tanggal 22 Januari 2014,
kewenangan dalam mengatasi masalah bencana berada di Badan Kesatuan Bangsa
dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kabupaten Karo berdasarkan
Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada salah satu bidang di instansi tersebut.
Kemudian pada tanggal 22 Januari 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Karo Nomor 01 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
24
fungsinya mengambil alih tugas-tugas dari KESBANGLINMAS dalam lingkup
penanggulangan bencana.
I.6 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial.23
1. Kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu
atau kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai
dengan tanggungjawab yang diberikannya. Adapun indikator kinerja yang
saya gunakan yaitu teori menurut T.R. Mitchell ada lima hal, yaitu:
Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interprestasi
ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk medapatkan batasan-batasan
yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Quality of work – Kualitas hasil kerja
b) Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
c) Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
d) Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
23
25
e) Communication – kemampuan membina kerjasama dengan
pihak lain.
2. Penanggulangan bencana merupakan salah satu bentuk pengurangan resiko
bencana. Dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga
dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan
penanggulangan bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada
sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi.
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo adalah
suatu Badan yang masih terbilang baru saja terbentuk pada tanggal 22
Januari 2014. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo
dibentuk karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung. Sebelum
adanya BPBD Kabupaten Karo bencana erupsi Gunung Sinabung
ditangani oleh TNI/POLRI,KESBANGLINMAS, dan BPBD Provinsi
Sumatera Utara.
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang , perumusan masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,
defenisi konsep, hipotesis dan sistematika penulisan.
26
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yang
meliputi keadaan
geografis,tpografis,hidrologi,kependudukan,pendidikan,kesehatan,
sosial ekonomi dan pemerintahan.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian di
lapangan dan dokumen-dokumen yang akan dianalsis.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data yang telah diperoleh selama penelitian
dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan dan
27 BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menuntaskan perhaian terhadap masalah-masalah
atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian
menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang
sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk
memberikan kebenarannya berdasrkan data yang diperoleh.
Menurut Bogdan dan Taylor , penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
28
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahnya. Ciri pokok dari
penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada
saat peneltian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat actual
dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
dan diiringi dengan interprestasi rasional.24 Dengan bentuk kualitatif deskriptif ini
diharapkan dapat memberikan gambaran dengan jelas mengenai kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menanggulangi bencana erupsi
gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
II.2 Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data dan guna menjawab permasalahan yang telah
dikemukakan, peneliti ini berlokasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan.
II.3 Informan Pnelitian
24
29
Menurut Hendarso, penelitian kualitatif tidak diaksudkan untuk membuat
generalisasi dari hasil penelitian sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam
focus penelitian ditentukan secara sengaja.25
Dalam penelitian kualitatif diperlukan informan penelitian agar setiap
informasi didapat secara detail oleh peneliti.
1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dan Pegawai
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo.
2. Informan Utama dari penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi
korban erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo yang bertempat
tinggal di Desa Gurukinayan.
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik
pengumpulan data sekunder.
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang
langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data
primer dapat dilakukan dengan cara :
25
30
1. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relative lama.26
a) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
sumber data.
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan
peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau
sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut.
b) Tape Recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
c) Camera Foto/Dokumentasi Foto
2. Observasi terstruktur, yaitu observasi dilakukan menggunakan guide
(pedoman) observasi.27
Data teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data
yang diperoleh dari bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data
primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara studi
dokumentasi dan studi kepustakaan.
II.5 Teknik Analisis Data
26
Burhan Bungin, Penelitian kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007),hlm. 108
27
31
Hamidi menyatakan bahwa analisa data dalam penelitian dengan pendekatan
kualitatif pada prinsipnya berproses secara induksi-interprestasi-konseptualisasi.28
Melalui teknik analisis data, peneliti menguji kemampuan nalar dalam
menghubungkan fakta, data dan informasi yang diperoleh. Dan selanjutnya akan
dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap
permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono),
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
inetraktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.
Dengan demikian laporan yang detail (induksi) dapat berupa data yang lebih mudah
dipahami, dicarikan makna sehingga ditemukan pikiran apa yang tersembunyi dibalik
cerita mereka (interprestasi) dan akhirnya dapat diciptakan suatu konsep
(konseptualisasi).
29
Di dalam teknis analisis data penulis menggunakan analisis SWOT
dalam penyajian data.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategi yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
28
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, 2005), hlm. 78-79. 29
32
suatu organisasi. Analisis SWOT digunakan untuk mencari keuntungan dan
memperbaiki situasi. Mencari keuntungan dilakukan dengan ekspansi, memperbaiki
situasi dengan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Faktor internal,
kekuatan (strength) ,kelemahan (weakness), dan faktor eksternal yaitu peluang
(opportunity),ancaman (threats).
1) Strength, faktor internal yang mendukung suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian, atau
kelebihan lainnya.
2) Weakness,faktor internal yang menghambat suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak
lengkap,kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola dan keahlian
dalam bekerja.
3) Opportunity , faktor eksternal yang mendukung organisasi dalam mencapai tujuan. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan dapat
berupa perubahan kebijakan dari suatu organisasi.
4) Threats,faktor eksternal yang menghambat suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Ancaman yang berasal dari luar organisasi.
33
1. Memberikan informasi mengenai kondisi organisasi, sebagai pedoman dan
panduan bagi pimpinan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis terkait
rencana dan pelaksanaan di masa akan dating.
2. Menjadi bentuk bahan evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah
organisasi.
3. Memberikan tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen organisasi.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Kondisi Umum Kabupaten Karo
III.1.1.Geografis
Kabupaten Karo terletak diantara 2°50” - 3°19” Lintang Utara serta pada
97°55 - 98°38¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di
kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.127,25 Km² atau merupakan
33
1. Memberikan informasi mengenai kondisi organisasi, sebagai pedoman dan
panduan bagi pimpinan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis terkait
rencana dan pelaksanaan di masa akan dating.
2. Menjadi bentuk bahan evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah
organisasi.
3. Memberikan tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen organisasi.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Kondisi Umum Kabupaten Karo
III.1.1.Geografis
Kabupaten Karo terletak diantara 2°50” - 3°19” Lintang Utara serta pada
97°55 - 98°38¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di
kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.127,25 Km² atau merupakan
34
Kecamatan dan 262`Desa/Kelurahan (252 desa dan 10 kelurahan), dengan jumlah
penduduk 2.127,25 jiwa (KaroDalam Angka 2009).30
KARAKTERISTIK PENJELASAN
Letak 2°50 - 3°19 Lintang Utara
97°55” - 98°38¨ Bujur Timur
Luas Wilayah 2.127,25 Km²
Letak diatas pemukaan Laut
120-1420 M
Batas-Batas Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten
Deliserdang
Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir
Barat : Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
Timur : Kabupaten Deliserdang dan Kaabupaten Simalungun
Daerah Administratif terdiri dari 17 Kecamatan dan 262 Desa/Kelurahan
30
35 III.1.2 Topografis
Kabupaten Karo secara geografis terletak pada jajaran bukit barisan dan
sebagian besar merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah
ini.Wilayah kabupaten karo berada 120-1420 diatas permukaan laut.
III.1.3. Hidrologi
Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang, dengan luas areal
2.127,25 km2, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka. Pada umumnya sub DAS
ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan
produksi pertanian.
Tabel 3.1
Daerah Aliran Sungai Kabupaten Karo
No. Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sub DAS
Luas Areal
Km2
Keterangan
1. Lau Biang Wampu / Ular - -
36
Secara administratif wilayah Kabupaten Karo terbagi dalam wilayah 17
kecamatan, 252 desa dan 10 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Karo berada
di kabanjahe.
III.2.1. Luas Wilayah Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan
Wilayah Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 262
desa/kelurahan memiliki luas wilayah 2.127, 25 km2 dengan luas wilayah
masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut
Tabel 3.2
Luas Wilayah Kabupaten Karo
No Kecamatan Luas Wilayah (km2)
1 Mardingding 7,11
2 Laubaleng 2,60
3 Tigabinanga 0,38
4 Juhar 8,56
5 Munte 5,64
6 Kutabuluh 5,70
7 Payung ,24
8 Tiganderket ,76
37
No Kecamatan Luas Wilayah (km2)
10 Naman Teran ,82
11 Merdeka ,17
12 Kabanjahe ,65
13 Berastagi ,50
14 Tigapanah 6,84
15 Dolat Rayat ,25
16 Merek 5,51
17 Barusjahe 8,04
Jumlah 127,25
Sumber : Kab. Karo Dalam Angka Tahun 2012
Untuk pembagian wilayah kabupaten karo dapat dilihat di gambar Peta Kabupaten Karo
berikut ini:
38
Gambar 3.1
Peta Kabupaten Karo
Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Karo dapat dibedakan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003 - 2013
No Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Luas Persentase
1 Hutan Lindung 96.387 45,31
2 Suaka Alam 475 0,22
39
4 Hutan Wisata 0 0,00
5 Tahura 7 0,003
6 Hutan Produksi 22.987 10,81
7 Tanaman Lahan Basah 16.454 7,73
8 Tanaman Lahan Kering 46.448 21,83
9 Tanaman Tahunan 14.138 6,65
10 Perkebunan Campuran 7.714 3,63
11 Alang-Alang 8.115 3,81
Jumlah 212.725 100
Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo 2003 – 2013
III.3 Kependudukan
Pemahaman tentang jumlah, struktur, dan pertumbuhan serta distribusi
penduduk sangat menentukan arah pembangunan di suatu daerah. Kondisi
kependudukan akan mempengaruhi berbagai kebijaksanaan pembangunan dari
berbagai sektor-sektor pelayanan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah. Jumlah
penduduk Kabupaten Karo terus tumbuh secara relatif cepat dan hal ini akan
40
penduduk Kabupaten Karo TA. 2007 tercatat sebanyak 351.368 jiwa, kemudian
meningkat menjadi 360.880 jiwa pada Tahun 2008, kemudian meningkat menjadi
370.655 jiwa pada Tahun 2009.
Dimana komposisi penduduk menurut umur pada tahun 2009 sebagai berikut :
penduduk kelompok umur 0 s/d 14 Tahun sebanyak 121.407 jiwa (32,76%) dan
penduduk kelompok umur 15 s/d 64 Tahun sebanyak 232.011 jiwa (62,60%),
sedangkan jumlah penduduk kelompok umur 65 Tahun keatas adalah 17.201 jiwa
(4,64%).
Jumlah penduduk Kabupaten Karo ini merupakan potensi sumber daya manusia
yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Hal ini akan dapat memperkuat SDM
Kabupaten Karo di masa yang akan datang guna mempercepat pengembangan daerah
Kabupaten Karo.Dilihat dari distribusi dan kepadatan penduduk, maka rata-rata
kepadatan penduduk telah mencapai ± 174,22 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi terdapat
di Kecamatan Berastagi yaitu 1.530,69 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah
terdapat di Kecamatan Mardinding yaitu 62,21 jiwa/km2.31
Tabel 3.4
Jumlah kepadatan
penduduk per kecamatan dapat terlihat pada tabel berikut :
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
di Kabupaten Karo Tahun 2012
41
Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Karo Tahun 2013
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio
1 Mardingding 8825 8.294 16.617 0,35
2 Laubaleng 9218 10.283 20.355 ,95
42
4 Juhar 6823 7.513 14.217 ,23
5 Munte 10081 10.841 21.586 ,11
6 Kutabuluh 5425 6.308 12.507 ,27
7 Payung 5552 5.757 11.309 ,44
8 Tiganderket 6660 7.455 14.579 ,56
9 Simpang Empat 9848 10.627 21.089 ,45
10 Naman Teran 6751 6.304 12.652 0,70
11 Merdeka 6915 6.610 13.218 ,97
12 Kabanjahe 32076 32.134 63.990 ,13
13 Berastagi 21950 24.823 46.686 ,08
14 Tigapanah 15028 16.811 33.102 ,91
15 Dolat Rayat 4252 4.317 8.573 ,59
16 Merek 9584 8.046 16.130 0,47
17 Barusjahe 180535 12.130 24.107 ,74
Jumlah 182.497 188.122 370.619 97,01
Sumber: Karo Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 3.6
Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2009 Kecamatan/Sub
Regency
Distribusi penduduk (tahun)
Rata-rata pertumbuhan penduduk
43
Kecamatan/Sub Regency
44
Kecamatan/Sub Regency
Distribusi penduduk (tahun)
Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2014
III.4 PENDIDIKAN
Ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Karodapat dibedakan
dari Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Jumlah fasilitas pendidikan umum di
Kabupaten Karopada tahun 2009 terdapat sekitar 384 Sekolah yang terdiri dari 286
unit Sekolah Dasar, 64 unit SLTP, 27 unit SMU dan 7 unit Sekolah Menengah
Kejuruan. Fasilitas pendidikan terbanyak terdapat di Kecamatan Tigapanah yaitu
sebanyak 27 unit sekolah. Sedangkan fasilitas pendidikan terkecil terdapat di
Kecamatan Kutabuluh dan Merek yaitu masing-masing sebanyak 13 unit sekolah.
Jumlah fasilitas pendidikan Agama Islam di Kabupaten Karo pada tahun 2009
terdapat sekitar 15 unit sekolah yang terdiri dari 7 unit Sekolah Mdrasah Ibtidaiyah, 5
unit Sekolah Madrasah Tsanawiyah, 3 unit Sekolah Madrasah Aliyah, 98 unit
45
masih terdapat di sebagian kecil wilayah Kabupaten Karo yaitu di kecamatan
Laubaleng, Tigabinanga, Simpang Empat, Kabanjahe, Berastagi, Kutabuluh.
Sedangkan untuk kecamatan Mardingding, Juhar, Munte, Payung, Tiganderket,
Naman Teran, Merdeka, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek, dan Barusjahe belum
memiliki sekolah agama Islam.
46
Jumlah Fasilitas Pendidikan Umum Di Kabupaten Karo Tahun 2008 No Kecamatan
SD SMP SMU SMK
Jumlah Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw.
1 Mardingding 16 3 3 - 1 - - - 23
2 Laubaleng 15 2 1 4 1 - - - 23
3 Tigabinanga 19 2 3 1 1 1 - - 27
4 Juhar 14 - 3 - 1 1 - - 19
5 Munte 20 - 2 1 1 - - - 24
6 Kutabuluh 13 1 5 - 1 - - - 20
7 Payung 26 - 3 1 1 1 - - 32
8 Tiganderket 1) - - - -
9 Simpang Empat 30 3 1 1 1 - 36
10 Naman Teran 1) - - - -
11 Merdeka 1) - - - -
12 Kabanjahe 23 12 3 10 3 1 3 55
13 Berastagi 16 10 3 4 1 6 1 - 41
14 Tigapanah 27 2 4 1 3 - 37
15 Dolat Rayat 1) - - - -
16 Merek 13 - 2 2 - - - 3 18
17 Barusjahe 21 1 4 1 1 1 - - 29
Jumlah 253 33 39 25 14 13 3 4 384
Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2010
Keterangan : Data Kecamatan Tiganderket masih bergabung dengan Kecamatan Payung,
47
Tabel 3.8
Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru Dan Murid Di Kabupaten Karo Tahun 2009
No. Kecamatan Sekolah Ruang Kelas Guru Murid
1 Mardingding 6 316
2 Laubaleng 1 233
3 Tigabinanga 3 931
4 Juhar 4 514
5 Munte 2 427
6 Kutabuluh 2 96
7 Payung 3 7 105
8 Tiganderket
9 Simpang Empat 1 392
10 Naman Teran
11 Merdeka
12 Kabanjahe 3 939
13 Berastagi 3 883
14 Tigapanah 7 990
15 Dolat Rayat
16 Merek 4 441
17 Barusjahe 9 043
Jumlah 49 710
48 III.5 Kesehatan
Jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Karo pada tahun 2009
terdapat sekitar 422 Unit, yang terdiri 6 unit Rumah Sakit Umum, 19 Unit Pukesmas
Rawat Jalan, 258 Unit Puskesmas Pembantu, 23 Unit Rumah Bersalin, 93 Unit Balai
Pengobatan Umum (BPU) dan 23 Unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang telah
tersebar di 19 (Sembilan belas kecamatan), disamping itu di Kabupaten karo juga
terdapat sebanyak 401 unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Fasilitas kesehatan
terbanyak terdapat di Kecamatan Berastagi, yaitu sebanyak 60 Unit. Sedangkan
fasilitas kesehatan terkecil terdapat di Kecamatan Dolat Rayat, yaitu hanya
49
Tabel 3.9
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Karo Tahun 2009
No Kecamatan
Bersalin BPU Poskesdes Jumlah
Rawat
50
Tabel 3.10
Banyaknya Tenaga Dokter
Di Kabupaten Karo Sampai Dengan Tahun 2009
No. Tahun
Sumber : Karo Dalam Angka Tahun 2010