• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PENDERITA SEPSIS (Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PENDERITA SEPSIS (Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

POERNOMO ADJI

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON

PADA PENDERITA SEPSIS

(Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap RSUD

Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Studi Penggunaan Seftrikson pada Penderita Sepsis (Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo)”

untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan, dukungan, bantuan serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayahNYA, Rasulullah SAW yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep, M.Kep., Sp.Kom. Selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., SpFRS selaku dosen pembimbing I serta Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan arahan dengan penuh semangat dan kesabaran, membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS., dan Andri Tilaqsa, S.Farm., M.Farm., Apt. selaku Tim Penguji yang memberikan dorongan, saran, kritik dan masukan yang membangun serta nasehat demi kesempurnaan skripsi penulis.

5. Seluruh pegawai RSUD Sidoarjo dengan baik, sabar, dan ramah membantu dan mengijinkan sebagai tempat penelitian kepada penulis . 6. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah

(5)

v

7. Ayah Somoredjo dan ibu Tutik Irianingsih yang dengan penuh kasih sayang, ketulusan dan kesabaran selalu memberikan semangat, nasehat, dukungan moral dan materi serta doa sehingga penulis dapat menjalani studi dan menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.

8. Nila Martina dan Dwi Wulan Sari sebagai kakak kandung tersayang yang selalu memotivasi dan membantu proses penyelesaian naskah skripsi penulis.

9. Dyah Rahmasari sahabat terbaik penulis yang dengan sabar selalu mendengarkan keluh kesah, memberikan perhatian, dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Sahabat – sahabat yang luar biasa yang selalu memberi dukungan, nasehat dan bantuan kepada penulis dari awal penelitian hingga akhir, Gilang Rizki Al-Farizi, Sindy Viliony, Yudi Choirudin Ashari, Juwita Sartika, Angga Wardana.

11. Keluarga Ngranggon dan Keluarga Mojokerto yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas semua dukungan, bantuan, semangat dan doa yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Malang yang telah ikut mengangkat derajadku.

Akhir kata, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi bagi kita semua. Amin. Terimakasih.

Malang, 30 April 2016 Penyusun

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian 1.3.2 Tujuan umum... ... 4

1.3.3 Tujuan khusus... ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sepsis 2.1.1 Definisi sepsis ... 5

2.1.2 Epidemiologi sepsis ... 6

2.1.3 Penyebab sepsis ... 6

2.1.4 Mortalitas sepsis ... 10

2.1.5 Etiologi ... 11

2.1.6 Patofisiologi sepsis ... 12

2.1.6.1 Kaskade inflamasi (Inflamasi cascade) ... 12

(7)

vii

2.1.8 Komplikasi sepsis ... 15

2.1.8.1 Gagal ginjal ... 15

2.1.8.2 Sindrom distres pernafasan akut ... 15

2.1.8.3 Disfungsi hati ... 15

2.1.8.4 Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) 16 2.1.8.5 Komplikasi kardiovaskular ... 16

2.1.8.6 Sindroma disfungsi multiorgan ... 17

2.1.9 Diagnosa Sepsis ... 17

2.1.9.1 Pemeriksaan klinis ... 17

2.1.9.2 Pemeriksaan laboratorium ... 18

2.1.10 Penatalaksanaan sepsis ... 19

2.1.10.1 Tatalaksanaan antibiotik pada sepsis ... 19

2.1.10.2 Kepekaan terhadap antibiotik ... 20

2.2 Sefalosporin 2.2.1 Sejarah dan sumber ... 21

2.2.2 Struktur kimia ... 21

2.2.3 Klasifikasi sefalosporin ... 23

2.2.3.1 Sefalosporin generasi pertama ... 23

2.2.3.2 Sefalosporin generasi dua ... 24

2.2.3.3 Sefalosporin generasi tiga ... 24

2.2.3.3.1 Gambaran umum ... 24

2.2.3.3.2 Penggunaan terapi ... 24

2.2.3.4 Seftriakson generasi empat ... 24

2.3 Seftriakson 2.3.1 Definisi ... 24

2.3.2 Farmakokinetika dan dosis ... 26

2.3.3 Kegunaan klinis ... 26

2.3.4 Efek samping ... 26

2.3.5 Interaksi ... 27

(8)

viii BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Skema kerangka konseptual ... 28

3.2 Skema kerangka operasional ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian ... 30

4.2 Populasi dan sampel ... 30

4.2.1 Populasi ... 30

4.2.2 Sampel ... 30

4.2.3 Kriteria data inklusi ... 30

4.2.4 Kriteria data ekslusi ... 31

4.3 Bahan penelitian ... 31

4.4 Instrumen penelitian ... 31

4.5 Tempat dan waktu penelitian ... 31

4.6 Definisi operasional ... 31

4.7 Metode pengumpulan data ... 32

4.8 Analisa data ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Demografi pasien ... 34

5.1.1 Jenis kelamin ... 34

5.1.2 Status ... 34

5.1.3 Usia ... 35

5.2 Diagnosa penyerta sepsis ... 35

5.3 Pola terapi seftriakson ... 36

5.4 Lama terapi antibiotik ... 39

5.5 Kondisi KRS pasien ... 36

BAB VI PEMBAHASAN ... 40

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 51

7.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penyebab umum sepsis pada orang sehat ... 7

2.2 Penyebab umum sepsis pada pasien yang dirawat ... 8

2.3 Terminologi dan definisi sepsis ... 9

2.4 Tipe organisme yang didapat dan angka mortalitas pada sepsis ... 11

2.5 Indikator laboratorium penderita sepsis ... 18

2.6 Sediaan antibiotik sefalosporin dan dosis ... 23

5.1 Jenis kelamin pasien sepsis ... 34

5.2 Status pasien sepsis ... 34

5.3 Usia pasien sepsis ... 35

5.4 Diagnosa penyerta sepsis ... 35

5.5 Pola penggunaan terapi antibiotik tunggal dan kombinasi ... 36

5.6 Penggunaan seftriakson pada pasien sepsis ... 37

5.7 Pola penggantian seftriakson dengan antibiotik lain ... 37

5.8 Pola penggunaan seftriakson dengan antibiotik lain ... 38

5.9 Pola penggantian terapi kombinasi seftriakson ... 38

5.10 Lama terapi seftriakson pasien sepsis ... 39

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan santara sepsis dengan SIRS ... 5

2.2 Penderita sepsis ... 10

2.3 Bagan jalur utama patogenesis sepsis ... 13

2.4 Struktur sefalosporin ... 22

2.5 Mekanisme penghambatan enzim transpeptidase ... 22

2.6 Struktur seftriakson ... 25

3.1 Skema kerangka konseptual ... 28

3.2 Skema kerangka operasional ... 29

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar riwayat hidup ... 56

2. Surat Pernyataan ... 57

3. Rekomendasi penelitian dari provinsi ... 58

4. Rekomendasi penelitian dari kabupaten... 59

5. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ... 60

6. Lembar Pengumpulan Data ... 62

(12)

xii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS = Acquired immunodeficiency syndrome AKI = Acute Kidney Injury

ALT = Alanine Transaminase

ARDS = Sindrom Distres Pernafasan Akut

AS = Amerika Serikat

AST = Aspartate aminotransferase

BB = Berat badan

BPJS = Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

°C = Celcius

CDC = Centers for Disease Control CKMb = Creatine Kinase Mb

Cl = Clorida

CRP = C-reaktif protein

DHF = Dengue Haemorrhagic Fever

DIC = Disseminated Intravascular Coagulation

dL = Desiliter

DNA = Deoxyribise nucleic acid

ESGNI = European Study Group on Nosocomial Infections EVLW = Extravascular lung water

FL = Fentoliter

GCS = Glasgow Coma Scale

GD = Gula darah

Hb = Hemoglobin

Hct = Hematokrit

HR = Heart rate

ICU = Intensive care unit

IL = Interleukin

INR = International Normalized Ratio ISK = Infeksi Saluran Kemih

(13)

xiii Jamkesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat

K = Kalium

Kg = Kilogram

KRS = Keluar rumah sakit

L = Liter

LED = Laju endap darah

LPS = Lipopolisakarida

MAP = Mean Arteriap Pressure

MCH = Mean corpuscular hemoglobin atau mean cell hemoglobin MCHC = Mean corpuscular hemoglobin concentration

MCV = Mean corpuscular volume Menkes = Menteri kesehatan

mEq = Miliekuivalen

mL = Mililiter

mg = Miligram

mmHg = Milimeter Hydrargyrum mmol = Milimol

MODS = Multiple Organ DysfunctionSyndrome MOF = Multiple Organ Failure

MPV = Multi Purpose Vehicle NF-kB = Nuclear factor-kB

Na = Natrium

nL = Nano liter

NO = Oksida nitrat

PCT = Procalcitonin

PDW = Platelet Disribution Width

pH = Pangkat hidrogen

PLT = Platelet

PMN = Polymorphonuclear RBC = Red blood cell

(14)

xiv RSUD = Rumah sakit umum daerah

SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase SIRS = Systemic Inflamation Respons Syndrome TNF = Tumor Necrosis Factor

TNF-α = Tumor necrosis factor α

(15)

xv

Daftar Pustaka

Adisasmito, A.W., and Tumbelaka, A.R., 2006. Penggunaan Antibiotik Khususnya pada Infeksi Bakteri Gram Negatif di ICU Anak RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 2, September 2006: 127 – 134 Apriliana, E., Rukmono, P., et al. 2013. Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum

Dan Pola Kepekaannya Terhadap Antibiotika. Lambung

Arifin, M.R.A., 2011. Hubungan Antara Hiperglikemia dan Mortalitas Pada Anak Dengan Sepsis di Ruang Rawat Inap Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Solo. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 2 No. 1

Artero, A., Zaragoza, R., et al. 2012. Severe Sepsis and Septic Shock Understanding a Serious Killer. Valencia

Aulia, N.F., 2008. Pola Kuman Aerob dan Sensitifitas Pada Gangren Diabetik. Medan. Persyaratan mencapai Keahlian Dalam Bidang Klinik Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Buchori, Prihatini. 2006. Diagnosis Sepsis Menggunakan Procalcitonin. Surabaya. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 131-137

Carolina, M., Widayati, A. 2014. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Dengan Metode Ddd (Defined Daily Dose) Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Sebuah Rumah Sakit Pemerintah Di. Yogyakarta. Media Farmasi, Vol.11 No.1

Chodijah, S., Nugroho, A., et al. 2013. Hubungan Kadar Gula Darah Puasa Dengan Jumlah Leukosit Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Sepsis. Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, hlm. 602-606 Damayanti, T., Saputro, I,D. 2011. Nilai Uji Diagnostik Prokalsitonin sebagai

(16)

xvi

Derek C. Angus, M.D., M.P.H., and Tom van der Poll, M.D., Ph.D. 2013. Severe Sepsis and Septic Shock. N Engl J Med 369;9

Dewi, R. 2011. Sepsis pada Anak : Pola Kuman dan Uji Kepekaan. Jakarta. Maj Kedokt Indon, Vol. 61

Effendi, S.H. 2013. Sepsis Neonatal; Penatalaksanaan Terkini Serta Berbagai Masalah Dilematis. Bandung

Farhana, N., 2010. Hubungan Pemberian Beras Angkak Merah (Monascus

Purpureus) Terhadap Hitung Limfosit Pada Mencit Balb/C Model

Sepsis. Surakarta. Peryarata Memperoleh Gelar Sarjana Kedokterran Universitas Sebelas Maret

Fauziyah, S., Maksum Radji et al., 2011. Hubungan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Empiris Dengan Kepekaan Bakteri Di Icu Rsup Fatmawati. Jakarta. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 150 -158

Hermawan, A.G., 2012. Mekanisme Apoptosis pada Sepsis. Solo. Vol. 2 No. 1 Internet Drug Index. 2008. Diunduh dari: http://www.rxlist.com/rocephin drug.htm

Hooton TM., 2008. Nosocomial Urinary tract infections. Principles and Practice of Infectious Disease. 7th ed. Philadephia.

Jacobsen SM, Stickler DJ, at al., 2008. Complicated catheter-associated urinary tract infections due to Escherichia coli and Proteus mirabilis. American Society for Microbiology.

Japardi, I., 2002. Manifestasi Neurologik Shock Sepsis. Medan

(17)

xvii

Juniatiningsih, A., Aminullah, A et al., Profil Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 1

Katzung, Bertram G et al. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. McGraw Hill. San Fransisco, 2006

Medicastore, 2006. Sefalosporin. Available at:

http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/sefalosporin.htm

Monson, Kristi. Ceftriaxone side effects. 2009. Diunduh dari http://bacteria.emedtv.com /ceftriaxone/ceftriaxone-side-effects.html

Muslim S, Raveinal and Resta A., 2013. Tinjauan Akumulasi Seftriakson Dari Data Urin Menggunakan Elektroforesis Kapiler Pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Stadium V. Padang

Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80-84

Parlindungan, F., Sembiring, E., et al. 2012. Sepsis pada Lansia. Medan

Prayogo, B.W., Budi Prasetyo et al., 2011. Hubungan antara Faktor Risiko Sepsis Obstetri dengan Kejadian Sepsis Berat dan Syok Sepsis di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Obstetri & Ginekologi, Vol. 19 No. 3

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/PER/XII/2011

Petri, W.A., 2006. Antibiotics. In: Brunton, L., Chabner, B., and Knollman, B. Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi ke-11, New York : McGraw-Hill, Chapter 43-45

(18)

xviii

Sari, L.P.A., 2013., Perbedaan Mortalitas Antara Pasien Sepsis dan Sepsis Komplikasi Disseminated Intravascular Coagulation (Dic) Di Icu Rsup Dr. Kariadi. Semarang : Skripsi Program Sarjana Strata-1 kedokteran umum

Saraswati, P.F.D., 2012., Faktor Yang Berhubungan Dengan Hasil Tes Prokalsitonin Pada Sepsis. Semarang. Laporan akhir Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum Universitas Diponegoro Saraswati, D.D., Pudjiadi, A.H., et al. 2014. Faktor Risiko yang Berperan pada

Mortalitas Sepsis. Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 15, No. 5

Soekardjo, B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2008. Hubungan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika. In: Siswandono, dan Soekardjo, B. Kimia Medisinal. Edisi ke-2. Surbaya: Airlangga University press, hal. 110-153 Suharjono, et al. 2009. Studi Penggunaan Antibiotik pada Penderita Rawat

Inap Pneumonia. Surabaya

Sumantri, S. 2012. Tinjauan Imunopatogenesis dan Tatalaksana Sepsis. Jakarta

Suardi, M., Andria, R., et al. 2013. Tinjauan Akumulasi Seftriakson Dari Data Urin Menggunakan Elektroforesis Kapiler Pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Stadium V. Padang

Tjay & Kirana. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Samping. Jakarta : PT Elex media Komputindo

Widodo, A.D., Tumbelaka, A.R. 2010. Penggunaan Steroid dalam Tata Laksana Sepsis Analisis Kasus Berbasis Bukti. Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sepsis merupakan kondisi seseorang yang memiliki potensi mematikan karena mengalami peradangan diseluruh tubuh yang diakibatkan darah terinfeksi bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Sepsis juga bisa disebut keracunan darah atau septicemia. Kondisi ini diakibatkan oleh respon imunitas dalam tubuh terhadap bakteri terjadi secara menyeluruh dan meluas yang mengakibatkan sel-sel normal lain yang jauh dari lokasi awal bagian tubuh yang terinfeksi juga mengalami kerusakan (Sari, 2013).

Penderita sepsis yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan gagal ginjal akut, sindrom distres pernafasan akut, disfungsi hati, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), komplikasi kardiovaskular dan kematian. Penderita sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Gram negatif 70% (Pseudomonas auriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E. coli, Proteus). Infeksi bakteri Gram positif 20-40% (Staphylococcus aureus, Stretococcus, Pneumococcus), infeksi karena jamur dan virus 2-3% (Dengue hemorrhagic fever, Herpes viruses), protozoa (Malaria falciparum). Pada kultur yang dilakukan sering ditemukan adalah Pseudomonas, Staphylococcus dan Pneumococcus. Sepsis yang terjadi karena infeksi Gram negatif sebanyak 40% dari kasus, sedangkan gram positif adalah 5-15% dari kasus. Pasien dikatakan sepsis apabila mengalami demam atau hipotermia, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah. Perbaikan kondisi sepsis lebih tergantung kepada faktor host dari pada virulensi organisme. Angka mortalitas lebih dipengaruhi oleh kondisi pasien, misal pasien sepsis dengan leukemia akut lebih tinggi angka mortalitasnya (Saraswati, 2012).

Menurut penelitian 750.000 penduduk di Amerika menderita sepsis dan menyebabkan kematian sedikitnya 215.000 orang setiap tahunnya karena sepsis. Diperkirakan sepsis menyebabkan 30 sampai 50 kematian tiap 100.000 populasi. Kondisi ini menempatkan sepsis di rangking 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak di seluruh dunia. Menurut laporan kasus dari ICU di USA dan Kanada, yaitu lebih dari 2.600 kasus resiko kematian akibat

(20)

2

sepsis akan naik dari 6 menjadi 10% setiap jam yang dilewati dari onset sepsis sampai dimulainya terapi antibiotik yang sesuai (Saraswati, 2012).

Sepsis selama periode 5 tahun (mulai 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2008) di RSU dr Soetomo Surabaya dari 43 kasus sepsis didapatkan 35 pasien sepsis berat dan 8 pasien syok sepsis. Pasien usia termuda 18 tahun dan tertua 42 tahun. Sebanyak 37 kasus merupakan kasus rujukan luar dengan cara pengiriman rujukan yang benar. Pasien kasus sepsis ini telah mendapat tindakan sebelumnya sehingga saat dirujuk telah terpasang infus set, terapi antibiotik dan surat rujukan (Prayogo et al, 2011).

Terapi utama pada pasien sepsis meliputi resusitasi cairan untuk mengembalikan tekanan sirkulasi darah, terapi antibiotik, mengatasi sumber infeksi, pemberian vasopresor untuk mencegah sepsis berkembang menjadi syok sepsis. Terapi tambahan untuk pasien sepsis yaitu terapi steroid untuk menurunkan kebutuhan mereka akan vasopresor dan menurunkan laju mortalitas, protein C teraktivasi merupakan antikoagulan endogen yang juga memiliki efek profibrinolitik, anti-inflamatorik, anti-apoptosis dan dapat memperbaiki aliran mikrosirkulasi (Sumantri, 2012).

Pemberian antibiotik pada pasien sepsis dimulai dengan terapi awal dengan menggunakan antibiotik untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Pemilihan antibiotik didasarkan pada karakteristik host, lokasi infeksi, pola resistensi antibiotik setempat, prevalensi dari mikroorganisme penyebab serta

farmakokinetik dan dinamik dari antibiotik. Terapi antibiotik harus efisien melawan

pertumbuhan ataupun membunuh bakteri untuk menurunkan angka mortalitas dan

morbiditas pasien. Pemberian antibiotik yang tepat dalam jam pertama setelah

seorang pasien terdiagnosis sepsis berhubungan dengan peningkatan angka

(21)

3

yang mengalami sepsiskarena memiliki spektrum antibakteri yang lebih luas dan aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi. Sefalosporin termasuk golongan antibiotik beta laktam yang kerja dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Saat menghambat sintesis dinding sel mikroba reaksi yang dihambat oleh antibiotik golongan sefalosporin yaitu reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Antibiotik golongan sefalosporin menpunyai 4 generasi. Generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram positif. Keunggulanya dari penisilinase golongan ini efektif terhadap sebagian besar S. Aureus dan Streptococcus. Generasi kedua kurang aktif terhadap Gram positif dibanding dengan generasi pertama dan lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif, misalnya : H. Influenzae, P. Mirabilis, dan E. coli. Sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kokus Gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Kemudian sefalosporin generasi keempat mempunyai spektrum aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotik tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga (Fauziyah et al, 2011).

(22)

4

menembus sawar darah otak sehingga dapat dicapai kadar obat yang cukup tinggi dalam cairan serebrospinal. Tetapi seftriakson juga juga dapat memberi efek nefrotoksik karena kebanyakan sefalosporin diekskresikan dalam bentuk utuh melalui organ ginjal dan seftriakson dapat dengan mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya dalam darah janin lebih rendah daripada dalam darah ibunya (Suardi et al, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pola penggunaan seftriakson yang digunakan pada pasien sepsis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan obat seftriakson pada penderita sepsis di RSUD Sidoarjo selama periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.2 Tujuan umum

Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik seftriakson pada pasien sepsis di RSUD Sidoarjo.

1.3.3 Tujuan khusus

Mempelajari pola penggunaan seftriakson meliputi jenis, rute, frekuensi dosis penggunaan antibiotik seftriakson, data klinik dan data laboratorium yang dikaitkan dengan kondisi pasien.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai database atau bahan informasi dalam rangka pengembangan farmasi klinik.

2. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi antibiotik seftriakson pada kasus sepsis.

Gambar

Tabel
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Jika setelah pengukuran poligon tersebut ada pengukuran titik kontrol horisontal yang lebih teliti, misalnya dengan GPS Geodetic, di titik BM.1 dan Titik-1, maka nilai azimuth

Ampas yang tidak terpakai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan baterai, dengan cara menggantikan arang baterai bekas dengan ampas buah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Winarti (2010), perlakuan terbaik untuk ekstraksi zat warna merah bunga rosella adalah perbandingan jenis pelarut

Dalam hukum Islam, baik otoritas wahyu dan kesaksian ahli bukanlah se- suatu yang harus ditel1ma begitu saja. Kesaksian ahli harus disikapi secara klitis, sementara otoritas

Hasil pengamatan terhadap produksi kompos cair menunjukkan bahwa kompos cair mulai terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 setelah pertama kali sampah organik rumah tangga

berkaitan dengan pangan jajanan anak sekolah yang lebih baik dan tidak..

Kritik sistemik : suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan Munculnya kritik sistemik berawal dari pemikiran bahwa bergantung pada suatu prinsip

Hasil pengamatan singkat yang penulis lakukan di beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Klirong mengenai peran guru penjasorkes melalui usaha kesehatan sekolah dikatakan belum