• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGGI TANAMAN

VARIETAS KELAPA SAWIT (Elaeis quineensis Jacq)

DENGAN KUALITAS TANDAN

TESIS

Oleh

J A M I D I

992101005/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGGI TANAMAN

VARIETAS KELAPA SAWIT (Elaeis quineensis Jacq)

DENGAN KUALITAS TANDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian

dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JAMIDI

992101005/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TINGGI TANAMAN

VARIETAS KELAPA SAWIT (Elaeis quineensis

Jacq) DENGAN KUALITAS TANDAN

Nama Mahasiswa : JAMIDI

Nomor Pokok : 992101005

Program Studi : Agronomi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc) Ketua

(Prof. Dr. Ir. P.M. Naibaho) Anggota

(Dr. Ir. Razak Purba) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc)

Direktur SPs USU,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)

(4)

Telah Diuji pada Tanggal 23 Juli 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.Ir.J.A.Napitupulu,MSc Anggota : Prof.Dr.Ir.PM.Naibaho

Dr.Ir.Razak Purba

(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dilahan kering kebun pengujian AvdelingTiga Bah Jambi Marihat Pematang Siantar Sumatera Utara dengan topografi datar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi tanaman dan iklim mikro dari berbagai varietas pada tahun tanam yang berbeda terhadap kualitas tandan,

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancang Kelompok Lengkap Teracak (RKTL) yaitu Faktor Varietas (V) terdiri dari tiga taraf yaitu : Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Faktor Tahun tanam terdiri dari dua taraf yaitu: Tahun Tanam 1993 (T1) dan Tahun Tanam 1989 (T2).

Parameter yang diamati terdiri dari : Pengamatan di lapangan dan Analisis Laboratorium.

Pengamatan dilapangan adalah Kondisi Tanaman dan lingkungan, terdiri dari Temperatur, Kelembaban, curah hujan dan Penyinaran. Pengamatan harian dilakukan terhadap keadaaan temperatur, kelembaban dan curah hujan, sedangkan pengamatan terhadap penyinaran dilakukan perminggu yang dicatat selama ± 4 bulan. Temperatur dan kelembaban harian diperoleh dari rata-rata pengamatan setiap pukul 07,00 – 12.00 dan 16.00 wib.

Analisis laboratorium yang diamati terdiri dari : bobot tandan, bobot buah, bobot inti dan komposisi tandan yang mencakup : persentase buah / tandan, persentase daging / buah, persentase inti / buah, persentase minyak / daging, persentase minyak / tandan, persentase cangkang / buah, kadar air (%) dan rendemen pati (%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebelas parameter yang diamati ayng berpengaruh nyata adalah persentase buah/tandan antara varietas yang dicobakan. Persentase tertinggi diperoleh pada varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989. Persentase buah/tandan terendah dijumpai pada varietas Rispa baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

Demikian juga persentase minyak/tandan, varietas Marihat diperoleh persentase minyak/tandan tertinggi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989. persentase minyak/tandan terendah dijumpai pada varietas yangambi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

Rendemen pati (%), Varietas Marihat juga diperoleh persentase rendemen pati tertinggi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989, Rendemen pati (%) terendah dijumpai pada varietas yangambi, baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

(7)

daging/buah, persentase minyak/daging, semuanya cenderung lebih tinggi pada varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tanam 1989.

Dengan demikian varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989 lebih baik untuk dibudidayakan dibandingkan dengan variatas Yangambi dan Variatas Rispa pada kedua tahun tanam.

(8)

ABSTRACT

This research was conducted in a dried-field of trial garden of Avdeling Tiga Bah Jambi Marihat Pematang Siantar Sumatera Utara with a flat topography.

The purpose of this research was that to know the influence of the height of plants and micro climate of varieties with a difference planting year to stem quality. This research was conducted by using random complete struk design that was variety factor (V) consist of three levels, those were Yangambi Varieties (V1), Marihat Varieties (V2) and Rispa Varieties (V3); planting year factor consist of two levels; planting year 1993 (T1) and planting year 1989 (T2).

The parameter which was observed consist of ; observation in the field and laboratorium analysis. Observation in the field included plant condition and circumstance, consist of temperature, humidity, rainfall and illumination. Daily observation was conducted to temperatur condition, humidity and rainfall, while observation toward illumination was conducted weekly which was recorded for + 4 months. Temperature and daily humidity were found from the average of observation in every 07.00-12.00 and 16.00 (West Indonesia Time zone).

Laboratorium analysis observed consist of : stem quality , fruit quality, core quality and stem composition, which covered : persentage of fruit/stem, percentage of meat/stem, percentage of core/fruit, percentage of oil/meat, percentage of oil/stem. Percentage of eggshell/fruit, the amount of water (%) and the amount of patty (%).

The research result showed that from eleven parameters observed, those which had real influence were percentage of fruit/stem among varieties which had been tried. The highest percentage was gotten from Marihat varieties either the planting year 1993 or the planting year 1989. The lowest percentage fruit/stem was gotten from Rispa varieties either the planting year 1993 or the planting year 1989.

Furthermore, the percentage oil/stem, Marihat Varieties was gotten the highest either in the planting year 1993 or the planting year 1989. The lowest percentage oil/stem was gotten from the varieties taken with the planting year 1993 and also the planting year 1989. the amount of patty (%) Marihat Varieties was also gotten the highest percentage, either the planting year 1993 or the planting year 1989. The lowest the amount of patty was gotten from Yangambi Varieties either the planting year 1993 or the planting year 1989.

(9)

Then, Marihat varieties either the planting year 1993 or the planting year 1989 were better to be cultivated than those of Yangambi varieties and Rispa Varieties in that two of the planting years.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dengan berkat dan rahmat Nya hasil penelitian ini dapat saya selesaikan. Penelitian ini dengan judul Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis

quineensis Jacq) Dengan Kualitas Tandan.

Merupakan pedoman pelaksanaan penelitian tesis sebagai tugas akhir pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Prof .Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Bapak Dr. Ir. P.M. Naibaho, dan Bapak Dr. Ir. Razak Purba, masing-masing sebagai komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan ini.

Terimakasih yang teristimewa untuk isteri tercinta Fauzah Nur Aksa,S.Ag dan Ananda tersayang Zalfa Malika Azzahra serta Alm Zaidan Rizki Zikrullah, Ayahanda Tgk Nurdin Abd (Alm) dan ibunda Manfaridjah serta abang dan adik-adik. Juga untuk mertua Ibu Hj.Rusiah Ibr,S.Ag dan Tgk M.Yusuf Aksa (Alm).

(11)

Prof Dr.Ir.B Sengli J.Damanik, Msc, sebagai ketua program Studi Agronomi; serta Bapak dan Ibu Dosen serta staf dan karyawan/i pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas pelayanan, pengajaran dan pembimbingan serta kesempatan yang telah diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.J.A.Napitupulu, Msc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof.Dr.Ir.PM.Naibaho, dan Bapak Dr.Ir.Razak Purba selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala waktu, perhatian dan keseriusan dalam memberikan sarana dan fasilitas untuk penelitian sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Akhirnya tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada staf dan karyawan pusat penelitian Kelapa Sawit Pematang Siantar Sumatera Utara, khususnya Kepada Bapak Sujadi,Sp dan Bapak Pangihutan Pangabean (P.Gabe) yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini

Penulis menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penulisan dan penyusunan hasil penelitian ini, sehingga penulis menerima kritikan saran yang membangun, untuk kesempurnaannya.

Medan, September 2007 Penulis

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh Utara pada tanggal 11 Nopember 1966 tepatnya di desa Paloh Raya Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Anak kedua dari delapan bersaudara, putra kedua dari Alm. Tgk. Nurdin Abdullah dan Ibunda Manfaridjah Muhammad. Pada tahun 1980 penulis menamatkan SDN Cot Usi Kecamatan Muara Batu. Pada tahun 1983 Penulis menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMPN) Gandapura Kecamatan Gandapura. Pada tahun 1986 Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMAN I) Bireuen Jurusan IPA. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala melalui SIPENMARU dan selesai pada tahun 1993.

Pada bulan Februari 1993 penulis bekerja staf PT. Perkebunan Blang Ara Company kebun Bukit Payong Kecamatan Matang Kuli Aceh Utara sampai Mencapai Posisi ASKEP (Kepala Lapangan).

(14)
(15)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… .. i

ABSTRACT……….... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP………. vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Landasan Teori... 5

Tujuan Penelitian ... 7

Hipotesis Penelitian... 7

Kegunaan Penelitian... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Tinggi Tanaman ... 9

Cahaya... 10

(16)

Komponen Minyak ... 14

Pematangan Buah... 16

Pembentukan Minyak Dalam Buah ... 16

Biosintesa Asam Lemak... 19

Kelembaban dan Suhu ... 21

Efek Lingkungan Terhadap Komponen Minyak... 22

Hubungan Perkembangan Umur Tanaman Dengan Kandungan Minyak... 24

BAHAN DAN METODE ... 26

Bahan dan Alat... 26

Metode Penelitian ... 27

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

Pelaksaan Penelitian... 28

Penetapan Areal Penelitian ... 29

Pemilihan Pohon Pengamatan... 29

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

Kondisi Tanaman Dan Lingkungan ... 32

Tinggi Tanaman ... 32

Temperatur ... 32

Kelembaban ... 33

(17)

Persentase Buah/Tandan ... 36

Persentase Daging/Buah... 37

Persentase Inti/Buah... 39

Persentase Minyak/Daging... 41

Persentase Minyak/Tandan ... 42

Persentase Cangkang/Buah ... 43

Kadar Air (%)... 44

Rendemen Pati (%) ... 45

Pembahasan Umum... 46

Pengaruh Tinggi Tanaman ... 46

Pengaruh Temperatur dan Kelembaban (iklim mikro) ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 52

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Asam Lemak Dalam Buah Sawit Pada Berbagai Umur…… 13 2. Komposisi Tandan Buah Sawit Rata-rata 5 Tahun Panen 1984-1988

pada Tanaman Tahun Tanam 1978………. 14 3. Perubahan Komposisi Asam Lemak………... 19 4. Tinggi Tanaman Pada Beberapa Varietas dan Tahun Tanam (m)………32 5. Rata-rata Temperatur di Sekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit

Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2); Varietas Rispa (V3) Tahun Tanam 1989 (T2) Dan Tahun Tanam 1993 (T1) (ºC)………….. 33 6. Rata-rata Kelembaban di Sekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit

Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2); Varietas Rispa (V3) Tahun Tanam 1989 (T2) Dan Tahun Tanam 1993 (T1) (%)... 34 7. Rata-rata Bobot Tandan, Bobot Buah,Bobot Inti, Persentase Buah

Tandan, Persentase Daging Buah, Persentase Inti Buah,

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Grafik Hubungan antara Jumlah Hari Setelah Penyerbukan

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Susunan Kombinasi antara Varietas dan Tahun Tanam ... 57 2. Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1), Varietas

Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3). Tahun Tanam 1993 (T1) ... 57 3. Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3). Tahun Tanam 1989 (T2) ... 57 4. Rata-rata Temperatur disekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit

Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2); Varietas Rispa (V3),

Tahun Tanam 1993 (T1) dan Tahun Tanam 1989 (T2)………..58

5. Rata-rata Kelembaban Disekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2), Varietas Rispa (V3);

Tahun Tanam 1993 (T1) dan Tahun Tanam 1989 (T2) ... 58 6. Bobot Tandan ... 59 7. Analisis Ragam Bobot Tandan Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1),

Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa. Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1) ... 58 8. Bobot Buah ... 60 9. Analisis Ragam Bobot Buah Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1),

(21)

13. Analisis Ragam Persentase Buah/Tandan Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)... 62 14. Persentase Daging/Buah... 63 15. Analisis Ragam Persentase Daging/Buah Kelapa Sawit Varietas

Yangmabi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)... 63 16. Persentase Inti/Buah... 64 17. Analisis Ragam Persentase Inti/ Buah Kelapa Sawit Varietas

Yangambi (V1), Variatas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)... 64 18. Persentase Minyak/Daging... 65 19. Analisis Ragam Persentase Minyak/ Daging Kelapa Sawit Varietas

Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)... 65 20. Persentase Minyak/Tandan... 66 21. Analisis Ragam Persentase Minyak/Tandan Kelapa Sawit Varietas

Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)... 66 22. Persentase Cangkang/Buah ... 67 23. Analisis Ragam Persentase Cangkang/ Buah Kelapa Sawit Varietas

Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3),

Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1) ... 67 24. Kadar Air (%) ... 68 25. Analisis Ragam Kadar Air (%) Kelapa Sawit Varietas Yangambi

(V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam

(22)

27. Analisis Ragam Rendemen Pati (%) Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3),

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg) merupakan komoditi andalan Indonesia, akan terus dikembangkan sebagai sumber devisa dari sektor perkebunan. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar, berpotensi untuk mengembangkan kelapa sawit karena memiliki lahan subur yang luas dan sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit. Pada tahun 2005/2006 dengan areal pertanaman kelapa sawit seluas 5,35 juta ha dapat menghasilkan 14,7 juta ton minyak kelapa sawit.

Tanaman ini telah dibudidayakan sebagai komoditi andalan yakni penghasil devisa, penyerap tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam (Silitonga, 1989). Selain faktor bahan tanaman dan pengelolaan yang dapat dimodifikasi maka perlu diperhatikan penetapan dan penilaian lahan yang sesuai dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.

(24)

Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi tanaman kelapa sawit agar produksinya mendekati potensi maksimum. Saat ini areal perkebunan kelapa sawit tersebar pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut . Curah hujan yang baik antara 2000 – 2500 mm per tahun, tidak memiliki defisit air, distribusi hujan merata sepanjang tahun. Temperatur optimal 24 – 28 °C , terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C. Panjang penyinaran harian untuk tanaman kelapa sawit tidak kurang dari 6 jam per hari dan kelembaban relatif yang diinginkan sekitar 50-90 % atau kelembaban optimal 80 % (Lubis,1992).

Temperatur sangat mempengaruhi semua reaksi yang terjadi di dalam tanaman yaitu mempengaruhi laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim (Salisbury dan Ross, 1992). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur berhubungan dengan spikelet dan proses pematangan. Tanaman padi yang ditanam pada ketinggian berbeda menunjukkan bahwa pengaruh temperatur udara rata-rata yang rendah dapat memperpanjang periode pematangan dan tentunya mempengaruhi proses pengisian komponen buah (Yoshida,1972). Menurut Uexkull dan Fairhurst (1994) bahwa tanaman kelapa sawit dengan temperatur lingkungan yang ekstrim dan berfluktuasi merupakan salah satu faktor penyebab stress, terutama mulai dari masa berbunga hingga produksi tandan.

(25)

efisiensi dan pengendalian mutu. Karakter mutu minyak sawit yang sering diperhatikan dalam pemasaran dan penggunaannya antara lain; asam lemak bebas (ALB), karoten, warna, komposisi asam lemak, tocoferol serta aromanya. Faktor-faktor ini mempengaruhi penggunaan minyak sawit untuk oleo pangan atau oleo kimia (Simanjuntak,1994 dan Naibaho,1996).

Waktu dan saat panen merupakan faktor pertama yang mempengaruhi jumlah dan mutu minyak sawit. Selanjutnya dipengaruhi oleh kelancaran pengangkutan (transportasi), efisiensi pengolahan dan kondisi penyimpanan. Pemanenan terhadap buah matang (tandan buah segar) menghasilkan minyak dengan jumlah dan mutu yang optimal. Buah matang tidak boleh tertinggal, karena minyaknya akan terurai serta mengalami kerusakan. Buah mentah tidak boleh dipanen, karena rendemen minyaknya masih rendah. Seluruh tandan dan brondolan dikumpul ditempat pengumpulan hasil (TPH), untuk selanjutnya di angkut ke pabrik pengolahan (Lubis,1992).

(26)

pada tanaman yang di tanam pada suhu 30°C (John dan Christiansen dalam Galston,dkk.,1980).

Pada tanaman kakao, derajat ketidak jenuhan asam lemak berkorelasi positif dengan tinggi tempat penanaman. Hal ini disebabkan lingkungan yang lebih basah dengan rerata suhu harian yang lebih rendah menyebabkan biosintesis asam lemak berlangsung lebih cepat. Secara biokimia asam lemak tidak jenuh (ALTJ) disintesis lebih akhir dari pada asam lemak jenuh (ALJ) yang berantai pendek. Selain itu makin banyak ikatan rangkap (tidak jenuh) makin rendah titik cairnya (Prawoto dan Karneni,1994).

Produksi minyak kelapa sawit mulai meningkat saat umur tanaman 4-6 tahun, akan mencapai produksi maksimum pada saat tanaman berumur 8-10 tahun (Turner dan Gilbanks,1974; Corley dan Gray, 1976).

(27)

Perumusan Masalah

Usaha budidaya tanaman kelapa sawit di Indonesia sudah lama dan penyebarannya dari 0-500 m dari permukaan laut maka ingin diketahui apakah ada hubungan antara berbagai tinggi beberapa varietas tanaman kelapa sawit dengan kelembaban dan suhu di sekitar kanopi terhadap kualitas tandan dan minyak. Di samping itu belum ada penelitian mengenai hubungan tinggi beberapa varietas tanaman dengan suhu di sekitar kanopi terhadap pembentukan komponen minyak kelapa sawit.

Landasan Teori

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk golongan palma yang

dapat menghasilkan minyak. Ada tiga macam varietas yang sudah dikenal yaitu,

Dura, Tenera dan Pisifera yang masing-masing dibedakan berdasarkan tebal

cangkang dan daging buah (mesokap).

(28)

Siahaan (1998) menemukan bahwa komposisi minyak sawit dipengaruhi oleh ketinggian daerah penanaman dan umur tanaman, karena kedua faktor ini menyebabkan perbedaan kelembaban dan suhu disekitar tandan.

Buah sawit duduk pada spikelet dan beberapa spikelet bersamaan membentuk tandan, dipanen dalam bentuk tandan buah sawit. Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur enam bulan, terhitung sejak penyerbukan (Naibaho, 1996).

Hasil panen merupakan bagian tanaman yang masih hidup, beberapa proses fisiologi pasca panen yang berlangsung didalamnya ialah respirasi, perubahan kimia, perubahan organik, pergerakan dari pertukaran gas, pergerakan larutan dan air, dan transfer panas. (Pantastico, 1986 ; dan Kays, 1991).

Perubahan–perubahan fisiologis yang dapat terjadi antara lain : perubahan warna, respirasi, produksi etilen, permeabilitas jaringan, karbohidrat, asam organik,dan lain-lain (Wills, Lee, Graham, Mc Glasson and Hall, 1982). Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan buah lebih matang secara fisiologis menuju sifat yang dikehendaki atau justru menyebabkan penurunan mutu yang perlu dicegah.

(29)

diperlukan dalam proses metabolisme dalam tubuh dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Di samping itu minyak sawit kaya akan karotene dan tocoferol yang perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh tinggi tanaman dan iklim mikro dari berbagai varietas pada tahun tanam yang berbeda terhadap kualitas tandan dan minyak.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh tinggi tanaman dari berbagai varietas dan tahun tanam terhadap iklim mikro.

2. Ada pengaruh iklim mikro terhadap kualitas tandan dan minyak.

Kegunaan Penelitian

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan satu diantara tanaman

palma penghasil minyak. Tanaman ini yang dibudidayakan merupakan hasil persilangan Dura (D) dengan Pisifera (P) yang disebut Tenera (DxP atau T) yang menghasilkan minyak terbanyak, sehingga sampai saat ini dibudidayakan secara luas dan komersial di Indonesia, Malaysia dll. Minyak sawit terdapat dalam daging buah (mesokarp), buah tersusun pada spikelet-spikelet dan bersatu membentuk tandan. Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya buah matang panen dicapai pada umur sekitar 6 bulan sejak penyerbukan (Naibaho, 1996).

(31)

Tinggi Tanaman

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon (Lubis, dkk, 1989).

Tinggi tanaman akan berbeda antara satu varietas dengan varietas lainnya. klasifikasi varietas didasarkan atas beberapa hal, misalnya dibedakan atas tipe buah, tebal cangkang, warna buah dan lainnya.

Ketinggian tanaman dari permukaan tanah dan dari permukaan laut, menentukan tingkat kelembaban di sekitar kanopi. Hal ini berhubungan dengan faktor produksi yaitu: kadar air, rendemen minyak, asam lemak bebas, dan karoten.

Klasifikasi varietas berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan daging buah (mesocarp) yang diukur dalam mm dan ada yang mengukurnya dalam persentase (%) berat terhadap berat buah yang dihitung dalam gram. Ada Varietas yang sangat tebal yaitu varietas Marcocarya dengan tebal cangkang 4-8,5 mm dan daging buah hanya 0,75- 2,5 mm saja.

(32)

yang akan menggunakan hibridnya. Para pemulia tertentu menggunakannya, karena memiliki beberapa sifat unik, antara lain:

1. Pertumbuhan meninggi lambat hanya 20 cm/thn, sedangkan Elaeis guineensis 45 cm/thn.

2. Memiliki canopy yang relatif lebih kecil, sehingga dapat ditanam lebih banyak/ha.

3. Memiliki sex ratio tinggi dan sedikit sekali tandan bunga jantan. 4. Memiliki asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi.

Ketinggian tanaman kelapa sawit juga ditentukan oleh varietas, seperti

Elaeis melanococca yang berasal dari Brazil, Suriname dan Colombia. Ketiga

tanaman ini meskipun berasal dari varietas yang sama, tetapi pertumbuhan meningginya sangat beda.

Elaeis melanococca yang berasal dari Suriname pertumbuhan meninggi

hanya 13 cm/tahun, yang berasal dari hibrida Columbia, 26,6 cm/tahun. Sedangkan yang berasal dari Brazil pertumbuhan meningginya 27,8 cm/tahun.

Cahaya

(33)

Pengaruh cahaya terhadap mutu buah jeruk telah terdokumentasikan dengan baik. Mereka menemukan bahwa buah-buah yang terkena sinar matahari langsung, mempunyai bobot lebih kecil, kulit lebih tipis, kandungan zat padat lebih besar, asam-asam dan cairan buahnya lebih sedikit dari pada buah-buah yang keteduhan atau terlindung dalam teduh (Pantastico, 1986).

Hal ini berlaku pula untuk mangga dan pohon buah-buahan lainnya yang padanya tak dapat dihindarkan terjadinya susunan letak daun yang tumpang tindih. Variasi jarak tanam pun akan mempengaruhi mutu buah dan sayuran yang berupa buah. Makin rapat jarak tanamannya, makin kurang rasa manisnya. Diantara sayuran yang berupa daun, daunnya lebih besar dan lebih tipis pada intensitas penyinaran yang rendah.

Perbedaan dalam panjang hari dan mutu sinar mempengaruhi fisiologi hasil, misalnya varietas-varietas bawang merah yang dikembangkan untuk iklim dengan hari pendek tidak akan menghasilkan umbi lapis yang besar dalam iklim dengan hari panjang. Demikian pula dengan pembentukan zat warna biru pada bunga (antosiamin) seperti misalnya pada kubis atau terong ungu, yang dikendalikan oleh cahaya gelombang pendek di daerah biru dan lembayung (Pantastico, 1986).

(34)

kerusakan oleh pendinginan yang dilakukan kemudian. Namun gangguan ini terutama merupakan sindrom yang dikendalikan oleh suhu.

Komposisi Minyak Sawit

Buah sawit mengalami perkembangan dan pembentukan minyak, sejalan dengan berubahnya komposisi minyak. Hasil pengamatan para ahli memperkirakan adanya variasi komposisi minyak sawit sesuai penanaman.

Minyak sawit terdiri dari asam lemak tidak jenuh (ALTJ) dan asam lemak jenuh (ALJ). Kedua jenis asam lemak dibutuhkan dalam industri lemak makanan. Asam lemak tidak jenuh sangat diperlukan dalam proses metabolisme dalam tubuh dibanding dengan asam lemak jenuh. Di samping itu minyak sawit kaya akan karoten dan tocoferol yang perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin (Naibaho, 1996).

Kandungan asam lemak jenuh minyak sawit sekitar 50-55 % yang terdiri dari asam miristat (C : 14-0), palmitat (C : 16-0), stearat (C : 18-0) dan 45-50 % asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam-asam oleat (C : 18-1), linoleat (C : 18-2) dan linolenat (C : 18-3) (Ng, Corley dan Cleeg, 1976; Arasu, Lawrence dan Rajanaidu, 1986).

(35)

1987). Bahan lain dalam minyak sawit yaitu karoten, lycopen dan lutein. Kadar karoten lebih tinggi dalam minyak sawit berwarna merah dibandingkan dengan minyak sawit berwarna oranye. Tocoferol ialah phosfolipid atau sterol yang juga terdapat dalam minyak sawit (Loncin, 1963 dalam Hartley, 1977). Minyak sawit merupakan sumber karoten alami terbesar dengan kadar 500-700 ppm dalam minyak yang belum dimurnikan.

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dalam Buah Sawit pada Berbagai Umur

Umur (minggu) setelah Penyerbukan

(36)

berkorelasi positif dengan tinggi tempat penanaman, hal ini berkaitan dengan penurunan temperatur yang secara hipotesis menurunkan kelarutan. Penyinaran dapat mempengaruhi kadar karoten dan curah hujan dapat mendorong pemucatan minyak.

Komponen Minyak

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat Fisika-Kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan.

Tabel 2. Komposisi Tandan Buah Sawit Rata-rata 5 Tahun Panen 1984- 1988 pada Tanaman Tahun Tanam 1978

No. Komponen-Komponen Tandan Sumber : Naibaho, 1996: Tekhnologi Pengolahan Kelapa Sawit Keterangan : Buah I = Buah normal

(37)

Berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah memberondol normal (Naibaho, 1996).

Masih menurut Naibaho (1996) bahwa, minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas (ALB) jenuh, setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong-kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.

(38)

Pematangan Buah

Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase pematangan.

Pada fase pematangan buah terjadi beberapa hal:

a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada inti sawit dan daging buah.

b. Perombakan hemisellulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat dilihat bahwa ikatan antar serat kurang dengan tekstur yang lemah.

c. Perubahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah manjadi hijau kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi orange merah jingga.

d. Fisik buah berubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram Setelah terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliseral, maka mulai bekerja. Proses ini akan lebih cepat terjadi jika panas terik matahari yang diikuti dengan hujan.

Pembentukan Minyak Dalam Buah

(39)

biosintesis lemak adalah sukrosa dari daun dialirkan ke mesokarp dan diubah menjadi asam lemak dan asam lemak ini terakumulasi dalam mesokarp, tidak ditranslokasi ke bagian lain (Stumpf, 1976).

(40)

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Jumlah Hari Setelah Penyerbukan dengan % Minyak/Mesokarp

Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudak 100 hari setelah penyerbukan dan berhenti 180 hari atau setelah minyak sudah jenuh dalam buah. Pembentukan minyak berakhir jika tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal. Saat membrondolnya buah menunjukkan bahwa kandungan minyak sudah mencapai maksimum (Naibaho, 1996).

Tandan yang matang tetapi buahnya belum membrondol telah cukup baik untuk menghasilkan minyak yang memadai dan dalam komposisi asam lemaknya tidak terdapat perbedaan (Subroto, dkk, 1991).

(41)

Tabel 3. Perubahan Komposisi Asam Lemak

Komposisi Asam Lemak (%) Penyerbukan

(minggu) C : 14-0 C : 16-0 C : 18-0 C : 18-1 C : 18-2 C : 18-3

12 3,0 (0) 25,4 (57,5) 0,4 (7,0) 45,0 (0,9) 9,5 (29,6) 1,4 (5,2) 16 0 (2,8) 28,3 (67,0) 0,8 (7,6) 54,9 (0) 15,4 (20,3) 0 (1,5) 20 2,5 (0,4) 58,8 (45,5) 6,0 (7,8) 24,7 (34) 7,6 (11,8) 0 (0)

CPO 0,2 44 4,5 39,2 10,1 0,4

Sumber: Data diperoleh dari (Oo, Lee, dan Ong, 1986) dan angka dalam kurung dari (Crombie dan Hardman, 1958)

Biosintesa Asam Lemak

(42)

Gambar 2. Ketiga Tahapan Utama Mekanisme Biosintesa Asam Lemak

Keterangan : ACP = Asetil Caril Protein

(43)

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa proses biosintesa asam lemak selain dipengaruhi oleh faktor dalam yakni ketersediaan bahan baku seperti asetil Co A dan energi untuk mengubah unit asetat tersebut menjadi asam lemak juga dibutuhkan faktor luar seperti adanya CO2.

Kelembaban dan Suhu

Untuk kebanyakan buah-buahan dan sayuran, makin tinggi suhu selama masa pertumbuhan, makin cepat pula waktu panennya. Bagi buah-buahan diperlukan hari-hari panas dan malam-malam dingin selama pertumbuhan untuk perkembangan warna yang penuh pada saat masak. Di daerah tropika suhu tidak banyak bervariasi, biasanya siang dan malam suhu tetap panas kecuali selama bulan Desember sampai awal Februari. Oleh karena itu, buah-buah dapat sangat rendah mutunya pada saat panen (Pantastico, 1986).

Masih menurut Pantastico (1986) bahwa penelitian mengenai pengaruh suhu terhadap susunan buah telah dilakukan terutama pada jeruk.

Perlu dicatat bahwa untuk jeruk manis” Valencia “, waktu dari mekarnya bunga sampai tercapainya angka 9 mengenai perbandingan zat padat asam dengan ketatnya mengikuti suhu rata-rata tahunan.

(44)

makin tinggi suhu pada musim panas, makin rendah kandungan TZT buah tomat (Pantastico, 1986).

Efek Lingkungan Terhadap Komponen Minyak

(45)

Gambar 3. Ringkasan Biosintesa Asam Palmitat

(46)

Biale dan Young (1971) juga menyatakan bahwa udara atmosfir dengan kandungan CO2 yang tinggi dan O2 yang rendah akan menyebabkan peningkatan jumlah asam palmitat dan asam palmitoleat (asam lemak tidak jenuh) serta penurunan persentase asam oleat (asam lemak tidak jenuh). Para peneliti seperti Montefredin dan Laporta, 1963; Violante, mengulas kandungan asam lemak tak jenuh akan meningkat selama temperatur lingkungan turun. Seperti juga halnya Bienaine (1956) dalam Corley, 1980) menggambarkan variasi komposisi minyak yang terjadi di Afrika Barat, asam lemak tidak jenuh lebih banyak diproduksi selama periode temperatur rendah.

Faktor lingkungan lainnya adalah penyinaran matahari yang mempengaruhi jumlah kandungan karoten sedangkan curah hujan akan mempercepat proses hidrolisa dari bahan organik dalam mesokarp sehingga mesokarp menjadi lembek dan mudah memar. Saat pematangan dan dalam beberapa hal ditemukan hubungan antara pemucatan dan curah hujan. Temperatur yang rendah terlibat dalam tingkat asam lemak bebas walaupun tidak secara langsung (Turner dan Gillbanks, 1974).

Hubungan Perkembangan Umur Tanaman dengan Kandungan Minyak

(47)

dengan rendemen yang tinggi dan kandungan asam lemak bebas yang rendah. Pada pelaksanaan panen kondisi tanaman tetap dipelihara dengan baik agar produksi tandan selanjutnya tetap tinggi (Lubis, 1992).

(48)

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang diteliti adalah tandan buah sawit yang berasal dari tanaman hasil persilangan origin:

1. Yangambi (YA) = BO 973 D X BO 327 P tahun tanam 1989 (V1) BO 961 D X BO 912 T tahun tanam 1993

Keturunan dari (DA 128 D X LM 270 D) X LM 239 T SELF 2. Marihat (MA) = BO 2575 D X BO 709 T tahun tanam 1989

(V2) BO 2545 D X BO 709 T tahun tanam 1993

Keturunan dari (MA 284 D X MA 213 D) X MA 845 T SELF 3. Rispa (RS) = BO 2600 D X BO 710 T tahun tanam 1989

(V3) BO 2602 D X BO 258 P tahun tanam 1993

Keturunan dari (TI 221 D X GB 30 D) X RS 8 T SELF.

Bahan lain yang digunakan adalah bahan-bahan untuk penentuan rendemen minyak, kadar air, asam lemak bebas (ALB), karoten dan penentuan indek kerusakan minyak/lemak atau dobi (deterioration of bleachability index). Bahan-bahan dimaksud, yaitu: larutan NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, indikator fenolfthalein, alkohol netral, heksan dan aguadest.

(49)

dan 100 ml, cawan porselen, timbangan, timbangan analitik, oven, desicator, kantong plastik, freezer, mortar, soxhlet unit (eksraksi minyak), labu ukur 250 ml, erlenmeyer, gelas ukur, unit pemanas listrik, pemanas/penangas air (water bath), buret titrasi, labu ukur 25 ml, unit, parang, cisel, kapak, egrek, pisau, alat-alat tulis dan alat-alat-alat-alat ukur lainnya.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKTL) yaitu Faktor Varietas (V) terdiri dari tiga taraf yaitu: Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3), Faktor Tahun tanam terdiri dari dua taraf yaitu: Tahun Tanam 1993 (T1); dan Tahun Tanam 1989 (T2).

Dengan demikian Kombinasi Perlakuan adalah 3 x 2 = 6 unit percobaan yaitu:

V1 T1 V2 T1 V3 T1

V1 T2 V2 T2 V3 T2

Setiap unit percobaan diulang tiga kali yang masing-masing terdiri dari tiga pohon, sehingga jumlah pohon yang akan diamati adalah 3 x 2 x 3 = 18 pohon.

(50)

Yijk = µ + i + j + k + jk + ijk

Yijk = nilai hasil pengamatan pada unit percobaan di dalam ke-i untuk perlakuan tinggi varietas pada taraf ke-j dan tahun tanam pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah sebenarnya

i =Pengaruh tahun tanam ke-i = 1 dan 2

j = Pengaruh perlakuan tinggi varietas pada taraf ke-j; j= 1,2 dan 3 k = Pengaruh perlakuan kelompok pada taraf ke-k; k = 1,2 dan 3

i j = Pengaruh interaksi antara tinggi varietas pada taraf ke-j dan tahun tanam pada taraf ke-k

ijk =Nilai error dari seluruh pengamatan (error)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun pengujian avdeling tiga Bah Jambi Marihat di Sumatera Utara, masing-masing lokasi dengan ketinggian tanaman dan varietas yang berbeda.

Pelaksanaan Penelitian

(51)

Nopember dan Desember 2002 dan analisis di laboratorium berlangsung dalam bulan Januari dan Februari 2003.

Penetapan Areal Penelitian

Lokasi areal penelitian ditetapkan berdasarkan keperluan dalam perlakuan tinggi tanaman dari permukaan tanah dan varietas yang berbeda dengan kelas kebun yang sama dan pengelolaan kultur teknis tanaman yang terekomendasi.

Pemilihan Pohon Pengamatan

Pohon kelapa sawit yang akan diamati dipilih dari sejumlah pohon yang dianggap sehat dengan pertumbuhan normal. Pohon-pohon yang merupakan plot ditandai dengan jelas dengan memberikan nomor (label) sesuai perlakuan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan yang dilakukan meliputi: 1. Pengamatan di lapangan

a. Kondisi Tanaman dan Lingkungan

(52)

sedangkan pengamatan terhadap penyinaran dilakukan perminggu yang dicatat selama + 4 bulan. Temperatur dan kelembaban harian diperoleh dari rata-rata pengamatan setiap pukul 07,00 – 12,00 dan 16,00 Wib.

2. Analisis Laboratorium a. Peubah yang di amati

1) Bobot Tandan 2) Bobot buah 3) Bobot inti b. Komposisi tandan:

1) Persentase buah/tandan 2) Persentase daging/buah 3) Persentase inti/buah 4) Persentase minyak/daging 5) Persentase minyak/tandan 6) Persentase cangkang/buah 7) Kadar Air (%)

8) Rendemen Pati (%)

(53)
(54)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Tanaman dan Lingkungan

Tinggi Tanaman

Kondisi tanaman dan lingkungan (temperatur dan kelembaban) pada Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2), dan Varietas Rispa (V3) tahun tanam 1993 (T1) dan tahun tanam 1989 (T2) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 dan Tabel 4.

Tabel 4. Tinggi Tanaman pada Beberapa Varietas dan Tahun Tanam

T1 T2

---(m)---

V1 12,13 15,20

V2 12,33 15,35

V3 12,55 15,52

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tahun tanam 1989 (T2) lebih tinggi dari tanaman tahun tanam 1993 (T1) untuk semua varietas. Tanaman tertinggi dijumpai pada Varietas Rispa (V3) diikuti Varietas Marihat (V2) dan Varietas Yangambi (V1) baik tahun tanam 1989 (T2) maupun tahun tanam 1993 (T1).

Temperatur

(55)

Tabel 5. Rata-rata Temperatur disekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2); Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1993 (T1) dan Tahun Tanam 1989 (T2)

Dari Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata temperatur selama empat bulan, temperatur relatif turun 3-4 ºC merata pada seluruh pertanaman. Antara tanaman tahun tanam 1989 (T2) dengan tanaman tahun tanam 1993 (T1) terlihat bahwa Varietas Yangambi (V1) dan Varietas Marihat (V2) serta Varietas Rispa (V3), temperatur tanaman tahun tanam 1989 (T2) relatif lebih rendah dari temperatur tanaman tahun tanam 1993 (T1), perbedaannya kurang dari 1ºC. Rataan selama 4 bulan pada kesemua varietas relatif sama, hanya berbeda sekitar 0,1º C pada T1 dan dan 0,7º C pada T2.

Kelembaban

(56)

Tabel 6. Rata-rata Kelembaban di Sekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat (V2), Varietas Rispa (V3); Tahun Tanam 1989 (T2) dan Tahun Tanam 1993 (T1)

Bulan Ke

I II III IV Rataan

---(%)--- V1 T1 80,20 81,30 82,10 82,88 81,62

T2 84,66 85,58 85,40 87,66 85,82 V2 T1 79,41 82,37 82,48 83,40 81,91 T2 86,68 86,71 87,10 88,86 87,34 V3 T1 81,10 82,28 83,20 83,50 82,52 T2 85,51 86,67 87,78 87,91 86,97

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, rata-rata kelembaban selama empat bulan relatif naik 1-7 % merata pada seluruh pertanaman. Antara tanaman tahun tanam 1993 (T1) dengan tanaman tahun tanam 1989 (T2) selama 4 bulan terlihat bahwa semua varietas baik Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) maupun Varietas Rispa (V3) kelembaban relatif lebih tinggi pada tahun tanam 1989 (T2).

(57)

Parameter

Rata-rata persentase buah/tandan, persentase daging/buah, persentase inti/ buah, persentase minyak/daging, persentase minyak/tandan, persentase cangkang/buah, kadar air (%), rendemen pati (%) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Bobot Tandan, Bobot Buah, Bobot Inti, Persentase Buah/ Tandan, Persentase Daging/buah, Persentase Inti/Buah, Persentase Minyak/Daging, Persentase Minyak/Tandan, Persentase Cangkang/ Buah, Kadar Air (%), Rendemen Pati (%)

Parameter V1 V2 V3 Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang

(58)

Persentase Buah/Tandan

Hasil pengamatan terhadap persentase buah/tandan pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap persentase buah/tandan (Tabel Lampiran 13). Sedangkan tahun tanam dan tinggi tanaman tidak nyata. Persentase buah/tandan pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa persentase buah/tandan tertinggi diperoleh pada Varietas Marihat (V2) sebesar 80,11 % tahun tanam 1993 (T1) dan sebesar 67,28 % tahun tanam 1989 (T2) nyata lebih tinggi dari Varietas Yangambi (V1) dan Rispa (V3), namun antara kedua varietas ini tidak berbeda nyata.

Bobot Tandan

Hasil pengamatan terhadap bobot tandan pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tandan (Tabel Lampiran 7). Bobot tandan pada beberapa varietas dan tahun tanam kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(59)

bobot tandan terendah dijumpai pada Varietas Rispa (V3) sebesar 32,58 kilogram

tahun tanam 1989 (T2) dan 27,83 kilogram tahun tanam 1993 (T1). Dari Tabel tersebut dapat dijelaskan juga bahwa faktor tahun tanam tidak berpenagruh nyata terhadap bobot tandan kelapa sawit. Meskipun demikian terdapat kecenderungan bahwa kelapa sawit pada tahun tanam 1989 (T2) mempunyai bobot tandan yang lebih berat dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi tanaman, tahun tanam 1989 (T2) (Tabel Lampiran 3) tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan pada semua verietas, demikian juga tinggi tanaman kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1) (Tabel Lampiran 2).

Persentase Daging/Buah

Hasil pengamatan terhadap persentase daging/buah pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 14 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap persentase/daging buah (Tabel Lampiran 15). Persentase daging/buah pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(60)

tahun tanam 1993 (T1) dan 56,58 % tahun tanam 1989 (T2). Dari Tabel tersebut juga dapat dijelaskan bahwa faktor tahun tanam tidak berbeda nyata terhadap persentase daging/buah kelapa sawit. Meskipun demikian terdapat kecenderungan yang bahwa kelapa sawit pada tahun tanam 1993 (T1) mempunyai persentase daging/buah lebih besar dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1989 (T2).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi tanaman tahun tanam 1993 (T1) dan tahun tanam 1989 (T2) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase daging/buah pada semua varietas.

Bobot Buah

Hasil pengamatan terhadap bobot buah pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah (Tabel Lampiran 9). Bobot buah pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(61)

terdapat kecenderungan yang bahwa kelapa sawit pada tahun tanam 1989 (T2) mempunyai bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1).

Hal ini dapat dijelaskan juga bahwa tinggi tanaman, tahun tanam 1989 (T2) (Tabel Lampiran 3) dan tahun tanam 1993 (T1) (Tabel Lampiran 2) tidak berbeda nyata terhadap bobot buah kelapa sawit pada Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3).

Persentase Inti/Buah

Hasil pengamatan terhadap persentase inti/buah pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 16 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap persentase inti/buah (Tabel Lampiran 17). Persentase inti/buah pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(62)

kecenderungan yang bahwa kelapa sawit pada tahun tanam 1989 (T2) mempunyai persentase inti/buah lebih besar dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa persentase inti/buah tidak berbeda nyata akibat perbedaan tinggi tanaman kelapa sawit tahun tanam 1989 (T2) dan tahun tanam 1993 (T1).

Bobot Inti

Hasil pengamatan terhadap bobot inti pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot inti (Tabel Lampiran 11). Bobot inti pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(63)

Hal ini dapat dijelaskan juga bahwa bobot inti tidak berbeda nyata terhadap ketinggian tanaman kelapa sawit tahun tanam 1989 (T2) (Tabel Lampiran 3) maupun kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1) (Tabel Lampiran 2).

Persentase Minyak/Daging

Hasil pengamatan terhadap persentase minyak/daging pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 18 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap persentase minyak/daging (Tabel Lampiran 19). Persentase minyak/daging pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

(64)

Hal ini dapat dijelaskan juga bahwa persentase minyak/daging tidak berbeda nyata akibat perbedaan tinggi tanaman kelapa sawit tahun tanam 1989 (T2) (Tabel Lampiran 3), maupun kelapa sawit tahun tanam 1993) (T1) (Tabel Lampiran 2).

Persentase Minyak/Tandan

Hasil pengamatan terhadap persentase minyak/tandan pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 20 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap persentase minyak/tandan (Tabel Lampiran 21). Sedangkan tahun tanam dan tinggi tanaman tidak nyata. Persentase minyak/tandan pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa persentase minyak/tandan tertinggi diperoleh pada Varietas Marihat (V2) sebesar 31,67 % tahun tanam 1993 (T1) dan 29,11 % tahun tanam 1989 (T2) yang tidak berbeda nyata dengan Varietas Rispa (V3) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2). Persentase minyak/tandan terendah dijumpai pada Varietas Yangambi sebesar 21,52 % tahun tanam 1993 (T1) dan 24,82 % tahun tanam 1989 (T2) yang berbeda nyata dengan Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3).

(65)

besar dari pada kelapa sawit pada tahun tanam 1993 (T1) dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1989 (T2).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa persentase minyak/tandan tidak berbeda nyata akibat perbedaan tinggi tanaman, baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2).

Persentase Cangkang/Buah

Hasil pengamatan terhadap persentase cangkang/buah pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 22 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap persentase/cangkang buah (Tabel Lampiran 23). Persentase cangkang/buah pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa persentase cangkang/buah tidak berpengaruh nyata pada semua varietas. Secara umum dapat diketahui bahwa persentase cangkang/buah tertinggi dijumpai pada Varietas Yangambi (V1) sebesar 33,90 % tahun tanam 1989 (T2) dan 18,24 % tahun tanam 1993 (T1), sedangkan persentase cangkang/buah terendah dijumpai pada Varietas Marihat (V2) sebesar 11,67 % tahun tanam 1993 (T1).

(66)

1989 (T2) mempunyai rata-rata persentase cangkang/buah lebih besar dibandingkan dengan kelapa sawit tahun tanam 1993 (T1).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi tanaman Kelapa Sawit tahun tanam 1989 (T2) (Tabel Lampiran 3) dan tinggi tanaman tahun tanam 1993 (T1) (Tabel Lampiran 2) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase cangkang/buah.

Kadar Air (%)

Hasil pengamatan terhadap persentase kadar air pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 24 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kadar air (Tabel Lampiran 25). Persentase kadar air pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa persentase kadar air tidak berpengaruh nyata pada semua varietas. Secara umum dapat diketahui bahwa persentase kadar air tertinggi dijumpai pada Varietas Yangambi (V1) sebesar 30,80 % tahun tanam 1993 (T1), sedangkan persentase kadar air terendah dijumpai pada varietas Marihat (V2) sebesar 24,20 %. Dari Tabel tersebut juga dapat dijelaskan bahwa faktor tahun tanam tidak berbeda nyata terhadap persentase kadar air kelapa sawit baik tahun tanam 1989 (T2) dan tahun 1993 (T1).

(67)

tanam 1993 (T1) (Tabel Lampiran 2) tidak berpengaruh nyata terhadap

persentase kadar air.

Rendemen Pati (%)

Hasil pengamatan terhadap persentase rendemen pati pada beberapa varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel Lampiran 26 dan Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen pati (Tabel Lampiran 27). Sedangkan tahun tanam dan tinggi tanaman tidak nyata. Persentase rendemen pati pada beberapa varietas kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa persentase rendemen pati tertinggi diperoleh pada Varietas Marihat (V2) diikuti oleh Varietas Rispa (V3) dan Varietas Yangambi (V1) yang kedua varietas (V2 dan V3) berbeda nyata dengan Varietas Yangambi (V1).

(68)

Pembahasan Umum

Pengaruh Tinggi Tanaman

Perbedaan ketinggian tanaman antara tahun tanam 1993 (T1) dengan tahun tanam 1989 (T2) hanya berkisar lebih kurang 3 meter, pada saat pengukuran tinggi tanaman, tanaman sudah berumur 9 tahun dan 13 tahun.

Akibat perbedaan ketinggian tanaman antara 2 tahun tanam hanya berkisar 3 meter, hal ini diduga tidak memberi pengaruh terhadap iklim mikro pada semua varietas dan semua tahun tanam.

Dengan perbedaan ketinggian tanaman hanya 3 meter, maka iklim mikro pada kedua tahun tanam tidak berbeda. Hal ini karena pantulan sinar matahari (sinar balik) dari tanah ketanaman tidak memberi pengaruh akibat perbedaan ketinggian hanya 3 meter. Pengaruh angin juga relatif sama pada kedua tahun tanam dimana perputaran angin pada ketinggian 2 tahun tanam diduga sama. Sehingga ventilasi udara pada tanaman tahun tanam 1993 (T1) dengan tanaman tahun tanam 1989 (T2) diduga sama. Sedangkan sinar matahari yang datang yang diterima oleh semua varietas pada kedua tahun tanam sama sehingga proses fotosintesis juga sama

(69)

Salisbury dan Ross (1992) menambahkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Cahaya berperan penting selain fotosintesis. Dalam cahaya redup dan sering dalam gelap, klorofil berpisah menjadi dua kelompok yang tersebar di sepanjang dinding di sisi terdekat dan terjauh dari sumber cahaya, dengan demikian memaksimumkan penyerapan cahaya.

Akibat dari perbedaan tinggi tanaman antara tahun tanam 1993 (T1) dengan tahun tanam 1989 (T2) hanya 3 meter sehingga tinggi tanaman dari semua varietas yang diamati tidak berpengaruh terhadap kualitas tandan dan minyak.

Pengaruh temperatur dan kelembaban (iklim mikro)

Temperatur dan kelembaban tidak nyata pada semua parameter yang diamati pada semua varietas dan semua tahun tanam. Hal ini karena perbedaan temperatur pada semua varietas dan semua tahun tanam relatif sama, berbeda hanya sekitar 0,1º C pada tahun tanam 1993 (T1) dan 0,7 ºC pada tahun tanam 1989 (T2).

(70)

Waktu pengamatan iklim mikro yaitu temperatur dan kelembaban relatif singkat yaitu selama 4 bulan sehingga iklim mikro relatif sama pada semua varietas dan semua tahun tanam. Pengamatan dimulai pada bulan Nopember 2002 sampai dengan Februari 2003 sehingga tidak mengalami 2 musim karena dikebun pengujian Pematang Siantar pada bulan yang diamati tersebut selama 4 bulan termasuk bulan-bulan musim hujan.

Pengamatan di lapangan semua varietas dan semua tahun tanam yang diamati, kanopi daun, rotasi pemangkasan, rotasi panen sama.

Dari berbagai penjelasan di atas, baik perbedaan iklim mikro yang relatif sama waktu pengamatan yang relatif singkat dan tidak mengalami dua musim sehingga iklim mikro tidak nyata pada semua parameter yang diamati.

Faktor-faktor yang diamati baik tinggi tanaman, iklim mikro yang perbedaan faktor-faktor tersebut relatif sama sehingga tidak nyata pada semua parameter yang diamati. Akibat perbedaan tidak nyata tersebut maka proses metabolisme tanaman relatif sama pada semua varietas.

Dari 11 parameter yang diamati, hanya 3 parameter yang berpengaruh nyata yaitu persentase buah/tandan, persentase minyak/tandan dan rendemen pati (%). Ketiga parameter tersebut semuanya lebih tinggi pada varietas Marihat (V2) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2).

(71)

semuanya lebih cenderung lebih tinggi pada Varietas Marihat (V2) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2). 4 parameter lainnya yaitu bobot inti lebih tinggi pada Varietas Yangambi (V1) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2) dan diikuti oleh Varietas Marihat (V2), sedangkan Varietas Rispa paling rendah bobot intinya baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2). Parameter persentase inti/buah tertinggi Varietas Yangambi (V1) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2), diikuti Varietas Marihat (V2) dan terendah Varietas Rispa (V3). Parameter persentase cangkang/buah dan kadar air (%) tertinggi Varietas Yangambi baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2) terendah Varietas Marihat (V2) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2).

Rendahnya persentase cangkang/buah pada Varietas Marihat (V2) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2) hal ini diduga dari hasil persilangan Varietas Dura dengan Pesifera yang melahirkan Tenera yang bercangkang sedang. Sesuai dengan pendapat Lubis (1992) bahwa berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal yaitu Dura yang bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pesifera yang bercangkang tipis akan menghasilkan Varietas Tenera yang memiliki ketebalan cangkang antara keduanya.

(72)

persentase minyak/tandan dan rendemen pati (%) semuanya lebih tinggi pada Varietas Marihat baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2). Empat parameter lainnya yaitu bobot tandan, bobot buah, persentase daging/buah/persentase minyak/daging semuanya cenderung lebih tinggi pada Varietas Marihat (V2) baik tahun tanam 1993 (T1) maupun tahun tanam 1989 (T2).

(73)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari sebelas parameter yang diamati yang berpengaruh nyata adalah persentase buah/tandan antara varietas yang dicobakan. Persentase tertinggi diperoleh pada Varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989. Persentase buah/tandan terendah dijumpai pada Varietas Rispa baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

Demikian juga persentase minyak/tandan, Varietas Marihat diperoleh persentase minyak/tandan tertinggi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989. Persentase minyak/tandan terendah dijumpai pada Varietas Yangambi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

Rendemen pati (%), Varietas Marihat juga diperoleh persentase rendemen pati tertinggi baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989. Rendemen pati (%) terendah dijumpai pada Varietas Yangambi, baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

(74)

semuanya cenderung lebih tinggi pada Varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989.

Dengan demikian, Varietas Marihat baik tahun tanam 1993 maupun tahun tanam 1989 lebih baik untuk dibudidayakan dibandingkan dengan Varietas Yangambi dan Varietas Rispa pada kedua tahun tanam.

Saran

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Arasu, N.T., M.J. Lawrence and N. Rajanaidu. 1986. Prospects for the Alteration of Fatty Acid Composition in the Oil Palm Through Breeding. Proc. of 1987 Int. Oil Palm/Palm Oil Conf. Kuala Lumpur: 86-93.

Biale, J.B. and R.E. Young. 1971. The Avocado Pear. In Hulme (Ed). A.C. The Biochemistry of Fruit and Their Product. Vol. 2. Academic. Press. London and New York: 1-63.

Corley, R.H.V. 1980. Palm Oil Composition and Oil Palm Breeding. Oil Palm Research. Malaysia: 467-478.

________ and B.S. Gray. 1976. Yield and Yield Components. In R.H.V. Corley; J.H. Hardon and B.J. Wood (Eds). Oil Palm Research. Elsevier Sci. Publ. Co Amsterdam: 77-86.

Crombie, W.M. and E. E. Hardman. 1958. Fat Metabolism in the West African Oil Palm (Elaeis quineensis) III. Fatty Acid Formation in the Maturing Exocarp. J. Exp. Bot. 9 (226): 247-253.

Ekpa, O.D., E.P. Fubara and F.N.I. Morah. 1994. Variation in Fatty Acid Composition of Palm Oils from Two Varieties of the Oil Palm (Elaeis

quineensisd). J. Sci. Food. Agric. 64: 483-486.

Esechie, H.A. 1983. Fatty Acid Distribution in Palm. J. Nifor. Inst. Oil Palm Res. Vol. VI: 360-366.

Fitter, A.H dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Galston, A.W., P.J. Davies and R.L. Satter. 1980. The Life of Green Plant. rd Ed. Prentice Hall Inc New Jersey: 311-313.

Gardner, FP, R.B.Perarce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI. Jakarta.

(76)

Henson, I.E. 1993. Factors Determining Mesocarp Oil to Bunch Ratio in the Oil Palm (Elaeis quineensi): A Physiological Perspective. Proc. Seminar. Palm Oil Extraction Rate: Problems and Issues. PORIM: 27-35.

Hess, D. 1975. Plant Physiology. Springer International. Student Edition. New York: 90-93.

Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant, Product. An Avi Book. Publised by Van Nostrand Reinhold, New York: 77-207.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta: 61-129, 250-260.

Lubis, A.U Arifin Dj, Sriwahyuni. I.R. Harahap. 1989. Budidaya Kelapa Sawit. PT.P Vi – Vii. Pusat Penelitian. Pematang Siantar.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacg) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala. Pematang Siantar. P.391.

Mazliak, P. 1970. Lipids. In Hulme ( Ed ). A.C. The biochemistry of fruits and Their Products. Vol. 1. Academic Press. London and New York: 209-238.

Mengel, D.K. and E.A. Kirby. 1982. Principles of Plant Nutrition. 3 rd Ed. Int. Potash. Inst., Bern: 112-114.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. P.306.

Ng, B.H., R.H.V. Corley and A.J. Clegg. 1976. Variation in the Fatty Acid Composition of Palm Oil. Oleagineux. 31: 1-6.

Ochs, R. and C. Daniel. 1976. Research on Techniques Adapted to Dry Regions. In R.H.V. Corley; J.H. Hardon and B.J. Wood (Eds). Oil Palm Research. Elsevier. Sci. Publ. Co., Amsterdam: 315-330.

Oo, K.C., R. Sambanthamurthi and A.S.H. Ong. 1987. Biosynthesis of Palm Oil. Prof. of. Int.O.P/P.o Conf. Agriculture PORIM: 102-103.

(77)

Oleh Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 39-55, 136-145, 160-184, 501-508.

Prawoto, A,A. dan I.A. Karneni. 1994. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman Kakao terhadap Kadar Lemak dan Komposisi Asam Lemak. Pelita Perkebunan. 10 (2) ; 65-72.

Ryall, A.L. and W.T. Pentzer. 1982. Handling, Transportation & Stroge of Fruits & Vegetables. Volume 2, Second Edition, An Avi Publishing Company Inc. Westport – Connecticut, USA: 1-33.

Salisbury, Frank B. and Cleon W. Ross. 1992. Plant Physiology. Fourth Edition. Wadsworth Publishing Company Belmont. California: 204-461.

Saxena, N.C. and V.V. Tran. 1981. Problem Related to Harvesting and Transport of Oil Palm. In : International Conference the Oil Palm in Agriculture in the Eighties, 17-20 June 1981. Kuala Lumpur. P.10.

Siahaan, A.S. 1998. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman dan Umur Tanaman terhadap Pembentukan Komponen Minyak Kelapa Sawit (Elaeis

quineensis Jacg). Thesis (tidak dipublikasikan), Pascasarjana USU,

Medan. P. 79.

Silitonga, H. 1989. Industri Perkebunan Besar di Indonesia Profil dan Petunjuk. Departemen Pertanian, PT. Alogo Sejahtera. Jakarta: 24-40.

Simanjuntak, S.B. 1994. Daya Saing dan Prospek Daya Saing Hasil Kelapa Sawit di Pasar Internasional. Perhepi Komda Sumut. Medan: 37.

Stumpf, P.K. 1976. Lipid Metabolims. In. J. Bonner and J.E. Varner. 3rd Ed. Plant Biochemistry. Academic Press. Inc. London LTD: 427-461.

Subroto, Maskudin dan P. M. Naibaho. 1991. Komposisi Asam Lemak Berdasarkan Jumlah Brondolan Buah Kelapa Sawit. Bull. Perkb. 22 (3): 183-190.

Taniputra, B. 1977. Hubungan Antara Umur Tanaman dan Rendemen Minyak pada Tanaman Kelapa Sawit. Bull BPP. Medan. 8 (3): 85-89.

(78)

Turner, P.D. and R.A. Gilbanks. 1974. Oil Palm Cultivation and Managemennt. The Incorporated Society of Planters. Kuala Lumpur: 277-543.

Uexkull, H.R. Von and T.H. Fairhurst. 1994. Fertilizing for High Yield and Quality the Oil Palm. 12th Ed. Int. Potash. Inst. Bern: 7-11.

Wills, R.B.H.; T.H. Lee; D. Graham; W.B. McGlasson and E.G. Hall. 1982. Postharvest. An Introduction to the Physiologi and Handling of Fruit and Vegetables. Second Edition. New South Wales University Press, NSW – Australia: p.150.

Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Lipid. ITB. Bandung: 119-152.

Yoshida, S. 1972. Physiological Aspects of Grain Yield. Ann. Rev. Plant physiol. 23: 437-464.

(79)

Tabel Lampiran 1 : Susunan Kombinasi antara Varietas dan Tahun Tanam Kombinasi

Perlakuan Varietas Tahun Tanam

V1 T1 YA 1993

Tabel Lampiran 2 : Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1), Varietas Marihat (V2) dan Varietas Rispa (V3). Tahun Tanam 1993 (T1)

(80)

Tabel Lampiran 4 : Rata-rata Temperatur disekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1); Varietas

Marihat (V2); Varietas Rispa (V3), Tahun Tanam 1993

Tabel Lampiran 5 : Rata-rata Kelembaban Disekitar Kanopi Daun Tanaman Kelapa Sawit Varietas Yangambi (V1); Varietas Marihat

(81)

Tabel Lampiran 6 : Bobot Tandan

(82)

Tabel Lampiran 8 : Bobot Buah

(83)

Tabel Lampiran 10 : Bobot Inti

Tabel Lampiran 11 : Analisis Ragam Bobot Inti Kelapa Sawit Varietas

(84)

Tabel Lampiran 12 : Persentase Buah /Tandan Total 390,47 413,54 405,81

Rata-rata 65,08 68,92 67,64 67,21

(85)

Tabel Lampiran 14 : Persentase Daging/ Buah

(86)

Tabel Lampiran 16 : Persentase Inti/ Buah

(87)

Tabel Lampiran 18 : Persentase Minyak/ Daging Total 359,30 370,20 345,35

Rata-rata 59,88 61,70 57,56 59,71

(88)

Tabel Lampiran 20 : Persentase Minyak/ Tandan

(89)

Tabel Lampiran 22 : Persentase Cangkang/ Buah

(90)

Tabel Lampiran 24 : Kadar Air (%)

(91)
(92)
(93)

Gambar

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dalam Buah Sawit pada Berbagai Umur
Tabel  2. Komposisi Tandan Buah Sawit Rata-rata 5 Tahun Panen 1984-    1988 pada Tanaman Tahun Tanam 1978
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Jumlah Hari Setelah Penyerbukan dengan %  Minyak/Mesokarp
Tabel 3. Perubahan Komposisi Asam Lemak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, sedangkan komposisi media tanam dan interaksi

menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman bibit kelapa sawit ggu setelah tanam bahwasannya pada kombinasi A2S0 yaitu pada media tanam tanah mineral dengan pemberian asam

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk tandan kosong kelapa sawit memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina per tanaman, jumlah buah

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai evapotranspirasi dan koefisien tanaman dengan menggunakan bibit tanaman kelapa sawit varietas tenera pada umur 4 bulan..

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai evapotranspirasi dan koefisien tanaman dengan menggunakan bibit tanaman kelapa sawit varietas tenera pada umur 4 bulan..

kelapa sawit adalah irigasi, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi tanaman. Penentuan jumlah air untuk memenuhi kebutuhan air yang sesuai

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dapat dianalisis bahwa hubungan antara diameter batang dan umur tanaman dengan pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa

Berkaitan dengan produktivitas tanaman kelapa sawit yang membutuhkan banyak air, maka harus diketahui kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit agar tercukupi sehingga