PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS KENAF (Hibiscus cannabinus L. ) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
DIBAWAH TEGAKAN KELAPA SAWIT.
SKRIPSI
OLEH :
JOSAFAT PASARIBU 110301251
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS KENAF (Hibiscus cannabinus L. ) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT(TKKS) DIBAWAH TEGAKAN KELAPA SAWIT.
SKRIPSI
OLEH :
JOSAFAT PASARIBU 110301251
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pertumbuhan Beberapa Varietas Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) Di Bawah Tegakan Kelapa Sawit. Nama : Josafat Pasaribu
Nim : 110301251 Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS) (Ir.Ratna Rosanty Lahay, MP. Ketua Anggota
)
Diketahui Oleh :
(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc. Ketua Program Studi Agrooekoteknologi
ABSTRACT
JOSAFAT PASARIBU. Growth of some varieties of kenaf with composting under oil palm empty fruit bunches of oil palm. Supervised by CHAIRANI HANUM and RATNA ROSANTY LAHAY.
The objective of research to determine the growth varieties of kenaf with composts bunches oil palm. The research has been conducted at PT. Perkebunan Nusantara III silau dunia village, district galang serdang bedagai, north sumatera from may to september 2015, using a randomized block design with two factors. The first factor is varieties kenaf (KR 11, KR 12 and KR 14) the second factor is with composts bunches oil palm (0, 50, 100 and 150 g/ plant) The results showed that treatment of several varieties of kenaf under stands of oil palm (shade) significantly affect root dry weight, while treatment compost empty fruit bunches of oil palm real effect on the parameters plant height, number of leaves, stem diameter, as well as the interaction of both real effect on the amount of leaf age 11-12 period after planting and plant stem diameter ages 4-9 times after planting.
ABSTRAK
JOSAFAT PASARIBU. Pertumbuhan beberapa varietas kenaf dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa sawit oleh CHAIRANI HANUM dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan varietas kenaf dengan pemberian kompos tandan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Desa Silau Dunia, Kecamatan Galang Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai September 2015, menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu varietas (KR 11, KR 12 dan KR 14), faktor kedua yaitu kompos tandan kelapa sawit (0, 50, 100 dan 150 g/tanaman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas kenaf dibawah tegakan kelapa sawit (naungan) berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan perlakuan kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,serta interaksi kedua berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 11-12 MST dan diameter batang tanaman umur 4 – 9 MST.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 10 Juli 1993 dari Ayahanda
Badiri Pasaribu dan Ibunda Nurmida Simangunsong. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang telah diperoleh penulis antara lain tahun
1999-2005 menempuh pendidikan dasar di SDN 173115 Siatas Barita; tahun 1999-2005-2008
menempuh pendidikan di SMPN 3 Tarutung; tahun 2008-2011 menempuh
pendidikan di SMAN 2 Tarutung dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian masuk bersama (UMB)
pada tahun 2011. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat
Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).
Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium
Budidaya Pertanian dan Perkebunan. Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Panca Eka
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pertumbuhan Beberapa Varietas
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit Di Bawah Tegakan Kelapa Sawit” yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS selaku ketua komisi pembimbing
dan Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP selaku anggota komisi pembimbing yang
telah membimbing membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan
yang telah menbantu yaitu Khairunisa, Rifandi, Tomi, Andan, Frans, Rasi, teman
– teman Agroekoteknologi angkatan 2011, adik – adik angkatan 2012, 2013 dan
2014 serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 7
Tanah ... 7
Iklim ... 7
Varietas Kenaf ... 8
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat Penelitian ... 13
Metode Penelitian ... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 16
Pembuatan Plot ... 16
Penyediaan Media Tanam ... 16
Penanaman ... 16
Pemeliharaan Tanaman ... 16
Penyiraman ... 16
Penjarangan ... 17
Pemupukan ... 17
Pembumbunan ... 17
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18
Panen ... 18
Peubah Amatan ... 18
Tinggi Tanaman (cm) ... 18
Diameter Batang (mm) ... 18
Jumlah Daun (Helai) ... 19
Panjang Akar (cm) ... 19
Bobot Segar Tajuk (g) ... 19
Bobot Segar Akar (g) ... 19
Bobot Kering Akar (g) ... 19
Bobot Kering Tajuk (g) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Pertambahan tinggi kenaf 4 MST – 13 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 21 2. Pertambahan jumlah daun kenaf 4 MST – 13 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 22 3. Pertambahan diameter batang tanaman kenaf 4 MST – 13 MST
dengan perlakuan beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 23 4. Bobot segar tajuk tanaman kenaf 14 MST dengan perlakuan beberapa
varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 25 5. Bobot segar akar tanaman kenaf 14 MST dengan perlakuan beberapa
varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 26 6. Bobot panjang akar tanaman kenaf 14 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 27 7. Bobot kering tajuk tanaman kenaf 14 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 28 8. Bobot kering akar tanaman kenaf umur 14 MST dengan perlakuan
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1 Kubik pertambahan tinggi kenaf 13 MST dengan perlakuan beberapa
varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 27 2 Histogram pertambahan jumlah daun umur 13 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 29 3 Kubik pertambahan diameter batang umur 13 MST dengan perlakuan
beberapa varietas dan kompos tandan kosong kelapa sawit ... 24 4 Histogram bobot kering akar umur 14 MST dengan perlakuan
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Deskripsi kenaf varietas karangploso 11 (KR 11) ... 37
2. Deskripsi kenaf varietas karangploso 12 (KR12) ... 38
3. Deskripsi kenaf varietas karangploso 14 (KR14) ... 39
4. Bagan penelitian dibawah tegakan kelpa sawit ... 40
5. Letak tanaman dalam plot ... 41
6. Jadwal penelitian ... 42
7. Data pengamatan tinggi tanaman umur 4 MST (cm) ... 43
8. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 4 MST ... 43
9. Data pengamatan tinggi tanaman umur 5 MST (cm) ... 44
10. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 5 MST ... 44
11. Data pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST (cm) ... 45
12. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 6 MST ... 45
13. Data pengamatan tinggi tanaman umur 7 MST (cm) ... 46
14. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 7 MST ... 46
15. Data pengamatan tinggi tanaman umur 8 MST (cm) ... 47
16. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 8 MST ... 47
17. Data pengamatan tinggi tanaman umur 9 MST (cm) ... 48
18. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 9 MST ... 48
19. Data pengamatan tinggi tanaman umur 10 MST (cm) ... 49
20. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 10 MST ... 49
21. Data pengamatan tinggi tanaman umur 11 MST (cm) ... 50
22. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 11 MST ... 50
24. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 12 MST ... 51
25. Data pengamatan tinggi tanaman umur 13 MST ... .... 52
26. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 13 MST ... 52
27. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 4 MST (helai) ... 53
28. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 4 MST ... 53
29. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 5 MST (helai) ... 54
30. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 5 MST ... 54
31. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 6 MST (helai) ... 55
32. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 6 MST ... 55
33. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 7 MST (helai) ... 56
34. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 7 MST ... 56
35. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 8 MST (helai) ... 57
36. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 8 MST ... 57
37. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 9 MST (helai) ... 58
38. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 9 MST ... 58
39. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 10 MST (helai) ... 59
40. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 10 MST ... 59
41. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 11 MST (helai) ... 60
42. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 11 MST ... 60
43. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 12 MST (helai) ... 61
44. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 12 MST ... 61
45. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 13 MST (helai) ... 62
46. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 13 MST ... 62
47. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 4 MST (mm) ... 63
48. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 4 MST ... 63
50. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 4 MST ... 64
51. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 6 MST (mm) ... 65
52. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 6 MST ... 65
53. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 7 MST (mm) ... 66
54. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 7 MST ... 66
55. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 8 MST (mm) ... 67
56. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 8 MST ... 67
57. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 9 MST (mm) ... 68
58. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 9 MST ... 68
59. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 10 MST (mm) ... 69
60. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 10 MST ... 69
61. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 11 MST (mm) ... 70
62. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 11 MST ... 70
63. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 12 MST (mm) ... 71
64. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 12 MST ... 71
65. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 13 MST (mm) ... 72
66. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 13 MST ... . 72
67. Data pengamatan bobot segar tajuk tanaman umur 14 MST (g) ... 73
68. Sidik ragam bobot segar tajuk tanaman umur 14 MST ... 73
69. Transformasi data pengamatan bobot basah tajuk tanaman umur 14 MST (g) ... 74
70. Data pengamatan bobot segar akar tanaman umur 14 MST (g) ... 75
71. Sidik ragam bobot segar akar tanaman umur 14 MST ... 75
72. Transformasi data pengamatan bobot basah akar tanaman umur 14 MST (g) ... 76
73. Data pengamatan panjang akar tanaman umur 14 MST (cm) ... 77
75. Data pengamatan bobot kering tajuk tanaman umur 14 MST (g) ... 78
76. Sidik ragam bobot kering tajuk tanaman umur 14 MST ... 78
77. Data pengamatan bobot kering akar tanaman umur 14 MST (g) ... 79
ABSTRACT
JOSAFAT PASARIBU. Growth of some varieties of kenaf with composting under oil palm empty fruit bunches of oil palm. Supervised by CHAIRANI HANUM and RATNA ROSANTY LAHAY.
The objective of research to determine the growth varieties of kenaf with composts bunches oil palm. The research has been conducted at PT. Perkebunan Nusantara III silau dunia village, district galang serdang bedagai, north sumatera from may to september 2015, using a randomized block design with two factors. The first factor is varieties kenaf (KR 11, KR 12 and KR 14) the second factor is with composts bunches oil palm (0, 50, 100 and 150 g/ plant) The results showed that treatment of several varieties of kenaf under stands of oil palm (shade) significantly affect root dry weight, while treatment compost empty fruit bunches of oil palm real effect on the parameters plant height, number of leaves, stem diameter, as well as the interaction of both real effect on the amount of leaf age 11-12 period after planting and plant stem diameter ages 4-9 times after planting.
ABSTRAK
JOSAFAT PASARIBU. Pertumbuhan beberapa varietas kenaf dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa sawit oleh CHAIRANI HANUM dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan varietas kenaf dengan pemberian kompos tandan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Desa Silau Dunia, Kecamatan Galang Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai September 2015, menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu varietas (KR 11, KR 12 dan KR 14), faktor kedua yaitu kompos tandan kelapa sawit (0, 50, 100 dan 150 g/tanaman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas kenaf dibawah tegakan kelapa sawit (naungan) berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan perlakuan kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,serta interaksi kedua berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 11-12 MST dan diameter batang tanaman umur 4 – 9 MST.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa
sawit terluas di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) bahwa luas
areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9.271.039 Ha. Lahan
tersebut terdiri atas tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman belum
menghasilkan (TBM). Dimana permasalahan selama ini banyak dari luasan
tanaman ini yang tidak dimanfaatkan tanaman lain yang dapat dibudidayakan
untuk meningkatkan pendapatan pemerintah maupun masyarakat. Dalam
mengatasi permasalahan ini tanaman kenaf dapat ditanam secara tumpang sari
antara tanaman kelapa sawit, kenaf merupakan tanaman penghasil serat yang
tinggi serta mempunyai prospek dan ekonomis yang tinggi, kandungan nitrogen
yang tinggi, pada daun kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
maupun pakan ternak.
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah tanaman herba semusim hari
pendek yang kulit batangnya menghasilkan serat. Hasil utama kenaf adalah serat
untuk bahan baku pembuatan karung, bahan pulp, komposit polypropilene dalam
industri polimer, pengganti fiberglass, alas tidur binatang, particle board,
material absorbent untuk industri, campuran media tanam, pakan ternak, filler
organik untuk plastik serta untuk insulasi. Selain itu, biji kenaf juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan bahan kosmetik yang
mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat. Komposisi sterol
minyak biji kenaf sama dengan komposisi sterol pada biji kedelai dan biji kapas
Usaha dalam peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan
dengan menghasilkan varietas unggul tanaman kenaf yang mampu meningkatkan
biomassa lebih banyak. Salah satunya adalah introduksi varietas untuk Sumatera
Utara yang cocok untuk varietas tanaman kenaf untuk meningkatkan hasil serat
yang tinggi bagi perkebunan.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang mempunyai tajuk yang luas serta
vegetasi disekitar kelapa sawit tidak dapat ditanami tanaman karena kurang
mendapatkan sinar matahari, kenaf dapat di tanam di bawah vegetasi kelapa sawit
karena kenaf dapat meningkatkan biomassa di dalam tanah dan juga toleran
tumbuh pada naungan kelapa sawit yang dapat membuat serat tinggi.
Kenaf memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lain
yang sejenis maupun dengan tanaman tahunan bila digunakan sebagai bahan baku
suatu industri, antara lain: mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana,
umur relatif pendek yaitu 4-5 bulan, mampu beradaptasi pada berbagai
lingkungan tumbuh, tanaman kenaf ramah lingkungan karena mampu menyerap
CO2 dalam jumlah yang banyak (Sudjindro, 2010). Menurut Ghosh (1978), Dari
hasil analisis tanah di wilayah pengembangan kenaf, unsur K, Ca, dan Mg
umumnya tidak menjadi masalah atau cukup tersedia, sedang N dan P sering
kekurangan, terutama unsur N. Hal ini sesuai dengan sifat tanaman kenaf. Karena
yang dipanen bagian vegetatif berupa batang, maka tanaman kenaf sangat
responsif terhadap pemupukan N.
Peningkatkan untuk varietas unggul tanaman kenaf dibutuhkan upaya
untuk menciptakan teknologi dan budidaya untuk serat yang berkualitas optimal,
tinggi untuk mengatasi ketertinggalan produktivitas serat untuk petani
kedepannya. Tanaman kenaf di Indonesia terdapat beberapa jenis varietas yaitu
KR 1, KR 2, KR 3, KR 4, KR 5, KR 6, KR 9, KR 11, KR 12, KR 14 dan KR 15
(Balittas, 2014).
Kenaf merupakan tanaman yang belum banyak yang membudidayakan di
Sumatera Utara untuk itu diperlukan penelitian kenaf yang memilih tiga jenis
varietas yaitu Karangploso 11 (KR 11), Karangploso 12 (KR 12) dan
Karangploso 14 (KR14), yang akan dibudidayakan sehingga penelitian ini
nantinya akan mendapatkan varietas yang lebih adaptif di perkebunan Sumantera
Utara.
Limbah pabrik kelapa sawit merupakan sisa dari suatu areal perkebunan
yang dapat dijadikan sebagai pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) untuk tanaman kenaf yang memunyai kandungan kalium yang tinggi,
memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah dan mampu memperbaiki sifak
fisik, kimia dan biologi tanah. Sehingga dapat membuat amandemen tanah yang
akan meningkatkan produktivitas produksi dari tanah yang telah diberikan, dan
juga menjadikan tanaman menjadi menghasilkan produksi serat yang tinggi bagi
tanaman kenaf (Soetopo dan Surahman. 2010).
Ketepatan pemberian kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan.
Tingkat kematangan yang tepat akan menghindari terjadinya proses imobilisasi
hara. Respon tanaman merupakan indikator utama dari kualitas kompos. Menurut
Schuchard, et al. (1998) tingkat kematangan kompos dapat dilihat dari kriteria primer maupun sekunder. Ratio C/N, suhu, kadar air, warna, dan struktur bahan
kompos adalah pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh pemberian kompos
tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk penelitian ini adalah untuk mendapatkan varietas kenaf
(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh pertumbuhan beberapa varietas kenaf
(Hibiscus cannabicus L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
di bawah tegakan kelapa sawit dan interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan pertumbuhan varietas kenaf (Hibiscus cannabicus L.)
dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dibawah tegakan kelapa
sawit dan memperoleh gelar sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Sistematika kenaf menurut Ben-Hill et al. (1960) sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas:
Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Genus: Hibiscus; Spesies:
Hibiscus cannabicus L.
Kenaf membentuk akar tunggang yang panjangnya dapat mencapai 25–75
cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang, panjangnya 25–30 cm.
Perakaran kenaf lebih kuat dibanding perakaran rosela. Dalam keadaan tergenang
air pada batas tertentu akar kenaf masih dapat bertahan. Perakaran tanaman kenaf
akan toleran di saat tanaman sudah berumur 1,5–2 bulan (Sastrosupadi, 1983).
Batang kenaf terdiri dari bagian kulit yang mengandung serat dan bagian
kayu. Untuk tujuan penghasil serat, maka diperlukan tanaman serat yang tanpa
cabang. Cabang pada batang kenaf tidak dibutuhkan karena menurunkan produksi
serat, sedangkan wiwilan adalah tunas kecil tidak menurunkan produksi serat
bahkan membantu mempertinggi fotosintesis. Batang berwarna hijau, merah, atau
campuran merah dan hijau tidak teratur. Diameter batang kenaf dapat mencapai 25
mm tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada
yang licin, berbulu halus, berbulu kasar dan ada juga yang berduri. Kandungan
serat terbanyak berada pada batang bawah setinggi 1-1,2,5 m (Wijiastuti, 2013).
Daun tanaman kenaf letaknya berselang-seling (alternate), dan terletak
pada cabang dan batang utama. Permukaan daun (atas dan bawah) ada yang
berduri, berbulu, berduri dan berbulu, maupun tidak berduri dan tidak berbulu.
daun. Panjang tangkai daun (petiole) 3–18 cm dan tidak beruas. Warna tangkai
daun umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen.
Letak tangkai daun pada cabang berbeda pada setiap spesies antara lain
intermediate, horizontal, dan terkulai. Pada ketiak daun terdapat stipula. Tepi daun kenaf umumnya bergerigi (Setyo dan Budi, 2013).
Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, tetapi sekitar
4% terjadi penyerbukan silang. Tanaman kenaf bersifat otosensitif, yaitu
pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari, yaitu akan berbunga awal jika
mendapat penyinaran yang lebih pendek dari fotoperiode. Kenaf mulai berbunga
pada minggu ke 12 setelah tanam. Bunga biasanya berdiri sendiri, terdapat pada
ketiak daun bagian atas. Bunga kenaf terdiri dari: 1) kelopak tambahan 7-10 helai,
berdaging tipis, hampir lepas, berbentuk garis; 2) kelopak yang berwarna hijau
terbagi lima, tidak lebih panjang dari kelopak tambahan; 3) tajuk atau mahkota
berjumlah lima kelopak berbentuk bulat telur terbalik, panjang sampai 6 cm,
berwarna kuning atau putih dengan noda merah tua pada pangkalnya; 4) benang
sari seluruhnya tertutup dengan kepalasari, dan 5) putik berwarna merah ada yang
menonjol dan ada yang pendek tangkai putiknya. Periode pembungaan kenaf tidak
serempak. Mekarnya sangat singkat, biasanya terjadi sebelum matahari terbit dan
akan menutup kembali pada siang hari atau sore hari (Wijiastuti, 2013).
Buah kenaf (kapsul) berbentuk bulat meruncing (seperti kerucut) dengan
panjang 2–2,5 cm dan diameter 1–1,5 cm. Permukaan buah terdapat bulu pendek,
halus dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda berwarna hijau. Sedangkan
buah tua berwarna hijau tua, dan buah kering berwarna cokelat
Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3–0,5 cm,
berwarna kelabu agak kecokelatan Ada juga yang berbentuk
reniform,subreniform, dan angular (Ochse et al., 1961). Syarat Tumbuh
Tanah
Kenaf dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, tetapi tanah yang ideal
untuk kenaf yaitu tanah lempung berpasir atau lempung liat berpasir dengan
drainase yang baik (Dempsey, 1963).
Kenaf mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, tetapi yang
paling sesuai untuk pertumbuhan kenaf adalah pada tanah yang subur, remah dan
lempung berpasir yang mengandung humus dengan drainase baik
(Sastrosupadi, et al., 1996).
Kenaf agak tahan pada kekeringan, namun karena seluruh bagian
vegetatifnya (batang) harus dipanen pada umur 3,5-4 bulan, maka ketersediaan air
selama pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm
selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH cukup
luas, yaitu dari 4,5-6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah yang agak
masam, antara lain di lahan gambut.
Iklim
Curah hujan yang dikehendaki oleh kenaf selama pertumbuhannya sebesar
500-750 mm atau curah hujan setiap bulan 125-150 mm (Berger, 1969; Dempsey,
1963). Bila curah hujan kurang dari jumlah tersebut, umumnya perlu dibantu
Daerah penyebaran kenaf sangat luas, terletak antara 450 LU sampai
dengan 30o LS. Kenaf sangat toleran terhadap temperatur harian dengan variasi
sekitar 10oC–50oC, tapi akan mati pada suhu dingin (frost). Kenaf akan tumbuh
baik pada daerah dengan kisaran temperatur 20oC–35oC, dengan curah hujan 500–
625 mm selama musim tanam (5–6 bulan), umumnya peka fotoperiodisitas dan
sedikit yang kurang peka fotoperiodisitas. (Brink dan Escobin, 2003).
Varietas Kenaf
Usaha peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan dengan
menghasilkan varietas unggul kenaf yang mampu menghasilkan biomasa lebih
banyak. Karangploso 11 (KR11) merupakan varietas potensi serat yang tinggi
(2,75 – 4,20 ton/ha). Berumur dalam , mulai berbunga pda umur 86 – 92 hari dan
umur panen 130–140 hari. Tahan terhadap genangan dan kekeringan, serta
terpengaruh fotoperiodesitas. Dapat ditanam di sembarang waktu tanam. Agak
tahan terhadap hama wereng kenaf dan nematode puru akar setra memlilki
produktivitas benih rendah yaitu 0,5 – 0,7 ton/ha (Balittas, 2010).
Karangploso 12 (KR 12) merupakan varietas berumur genjah, dan pada
umur 130 – 140 hari telah dapat dipanen. Potensi hasil serat tinggi ( 2,75 – 4,20
ton/ha). Tahan terhadap genangan dan juga rekatifpeka terhadap fotoperiodisitas
dan serangan hama wereng serta nematode. memiliki produktivitas benih tinggi
yaitu 1 – 2 ton/ha (Balittas, 2010).
Karangploso 14 (KR 14) merupakan varietas mulai berbunga pada umur
75 -85 hari dan bisa dipanen pada umur 120 – 130 hari. Potensi hasil serat tinggi
(2,75 – 4,20 ton/ha). Tahan genangan dan kekeringan, dan juga kurang
peka terhadap hama wereng kenaf dan nematode puru akar. Memiliki
produktivitas benih rendah yakni 0,5 – 0,7 ton/ha (Balittas, 2010).
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tanah merupakan medium yang dinamis tempat tanaman dan
mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Lapisan
atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang tanah yang
kedalamannya ±10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan
berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan
daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung unsur
hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal
dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan
bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman
tanah (Nadalia, 2009).
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
untuk hasil yang optimal. Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus
mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan
air. Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman
menjadi dewasa (Fatimah , 2008).
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan
campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia dipasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan
tanaman (Acquaah, 2002 dalam Hanum, 2010).
Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik
dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah
sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih
sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan
subsoil tersebut (Buckman dan Brady, 1982).
Top soil adalah tanah yang berwarna gelap yang memiliki ketebalam
minimal 10 cm. Mengandung C organikk 1-17% dan perbandingan C/N kurang
dari 17%. Ciri khasnya struktur baik (remah) sehingga tanah tidak mengeras dan
kaku ketika kering (Foth dan Schafer, 1980).
Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan berasal dari top soil.
Namun pengambilan top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi
ekosistem di areal tersebut. Oleh karena itu penggunaan bahan lain untuk media
pertumbuhan bibit perlu dilakukan (Kurniati et al., 2009).
TKKS adalah merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik/industri
pengolahan minyak kelapa sawit. TKKS yang merupakan 23 % dari tandan buah
segar mengandung bahan lignoselulosa sebesar 55-60 % berat kering
(Rahmalia et al., 2006). TKKS sebagai salah satu limbah sawit semakin banyak dengan semakin meningkatnya perkebunan kelapa sawit. TKKS memiliki
beberapa keunggulan memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. TKKS merupakan bahan
Kompos dari limbah pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan
kosong merupakan salah satu sumber bahan baku yang potensial untuk dibuat
kompos, karena ketersediannya dalam volume yang besar, sebagai gambaran
untuk setiap ton TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah akan dihasilkan tandan
kosong sebesar 20% atau 200 kg (Wijaya et al.,2001). TKKS merupakan salah
satu limbah padat yang berasal dari proses pengolahan industri kelapa sawit
(Rahmalia,et al., 2006).
Ketersedian TKKS cukup besar sejalan dengan peningkatan jumlah dan
kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) untuk menyerap TBS yang dihasilkan. Salah
satu potensi TKKS yang cukup besar adalah sebagai bahan pembenah tanah dan
sumber hara bagi tanaman. Potensi ini didasarkan pada materi TKKS yang
merupakan bahan organik dengan kandungan hara yang cukup tinggi. Secara fisik
tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi
antara lain sellulosa sekitar 45,95%; hemisellulosa sekitar 16,49% dan lignin
sekitar 22.84%. Tandan kosong sawit mengandung 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80
% N, 0,22 % P2O5, 0,30 % MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23
ppm Cu dan 51 ppm Zn (Yunindanova, 2009).
Keunggulan kompos TKKS meliputi kandungan kalium yang tinggi, tanpa
penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu
kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)
memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat
pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Silau Dunia, PT Perkebunan Nusantara III,
Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dengan
ketinggian tempat 60–90 meter dpl. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei
sampai dengan September 2015 pada tegakan pohon kelapa sawit tanaman
menghasilkan (TM) umur 8 tahun keatas.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Varietas kenaf
Karangploso 11, Karangpoloso 12 dan Karangploso 14, kompos tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), pupuk urea, SP- 36 dan KCl, dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tugal, gembor,
meteran, jangka sorong, timbangan analitik, oven, tali plastik, pacak yang terbuat
dari bambu, pisau, plang nama, kalkulator, alat tulis, amplot dan kamera.
Metode Penelitian
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1 : Varietas (V) dengan tiga jenis, yaitu :
V1 : KR 11
V2 : KR 12
V3 : KR 14
Faktor 2 : Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) (T) dengan empat taraf,
yaitu
T1 : 50 g / Lubang tanam
T2 : 100 g / Lubang tanam
T3 : 150 g / Lubang tanam
Sehingga diperoleh 12 kombinasi :
V1T0 V2T0 V3T0
V1T1 V2T1 V3T1
V1T2 V2T2 V3T2
V1T3 V2T3 V3T3
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 36
Ukuran plot : 4 m x 4 m
Jarak Tanam : 40 cm x 30 cm
Jumlah tanaman/plot : 130 tanaman
Jumlah sampel per plot : 10 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 4680 tanaman
Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linear sebagai berikut :
Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3, k = 1,2,3,4
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat varietas (V) ke-j dan pengaruh
dosis kompos TKKS (T) pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah
αj : Efek perlakuan pemberian varietas (V) ke-j
βk : Efek dosis kompos TKKS (T) pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara varietas (V) ke-j dan dosis kompos TKKS (T)
pada taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, varietas (V) ke-j dan dosis kompos TKKS (T) pada
taraf ke-k
Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan dibuat pada naungan kelapa sawit dengan plot ukuran 4 m x 4 m
dilakukan 2 minggu sebelum penanaman dan dibuat saluran drainase dengan
ukuran 30 cm antar plot dan 3 m antar blok. Lahan yang diolah sesuai dengan
perlakuan serta dibersihkan dari gulma dan meratakan lapisan tanah bagian atas.
Olah tanah sempurna diolah dengan cara membalik tanah secara sempurna,
dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan cangkul.
Penyediaan Media Tanam
Media tanam kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dimasukkan ke
dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan cara tugal dan disiapkan dengan
dosis secara merata.
Penanaman Benih
Penanaman dilakukan dengan tugal, yakni menugal lahan kira – kira
sedalam 2 – 3 cm dari permukaan tanah. Sebelumnya benih direndam air selama 5
jam . Kemudian dimasukkan benih pada tiap lubang tanam terdapat 2 benih/
lubang tanam dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm . Kemudian ditutup dengan
tanah dengan tipis hingga benih tanaman tidak nampak dan kemudian dilakukan
penyiraman.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari. Pelaksanaan penyiraman
dikurangi tergantung keadaan cuaca. Bila areal hujan, tidak perlu dilakukan
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam, dengan cara
memotong tanaman menggunakan pisau atau gunting. Dipilih bibit dengan
pertumbuhan yang baik dan sehat kemudian disisakan satu pada tiap lubang
tanam.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali selama tanam. Pemberian
pertama 96 g urea/plot, 160 g P/plot dan 160 KCl/plot pemupukan diberikan
setelah tanaman berumur 10 hari pada alur pupuk selang dua baris tanaman.
Pemupukan kedua 224 g/ plot diberikan setelah tanaman berumur 30 hari dengan
cara disebar.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan interval 1 kali dalam 2 minggu secara
manual dengan tangan ataupun dengan cangkul, baik didalam plot atau diluar
plot. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman utama
dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari tanah.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengemburkan tanah pada areal
batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang
tanaman kenaf. Dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan
untuk menekan penguapan air tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi
dengan insektisida, yang bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kenaf.
Panen
Tanaman kenaf dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Ciri-ciri tanaman
kenaf yang sudah layak panen adalah jika kuncup bunga ke sepuluh sudah mekar
dan membentuk buah (kapsul) yang terletak pada bagian ujung batang tanaman,
dan berwarna coklat tua.
Peubah Amatan Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga pucuk daun
tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan 4 - 13 minggu
setelah tanam (MST) dengan interval sekali seminggu.
Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan 4 - 13 minggu setelah tanam
dengan interval 1 minggu sekali. Pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
pada bagian pangkal batang.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung terhadap daun-daun yang tumbuh yang sudah
mengalami membuka sempurna pada 4 – 13 minggu setelah tanam dengan
interval 1 minggu sekali.
Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur pada minggu 15 terhadap akar yang tumbuh dari
pangkal batang pokok, diukur dari leher akar sampai ujung terpanjang pada akhir
Bobot Segar Tajuk (g)
Bobot segar tajuk tanaman dihitung saat setelah panen. Bobot segar Tajuk
sampel dihitung dalam keadaan segar dengan menggunakan timbangan digital,
yakni dengan dibersihkan dahulu kemudian dipotong-potong dengan seragam.
Bobot Segar Akar (g)
Bobot segar akar tanaman dihitung saat setelah panen. bobot segar akar
sampel dihitung dalam keadaan segar dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot kering akar (g)
Bobot kering akar tanaman dihitung dengan cara menimbang seluruh
bagian akar tanaman sampel yang telah dikeringovenkan selama 24 jam dengan
suhu 800C.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk tanaman di hitung dengan cara menimbang seluruh
bagian tanaman sampel yang telah dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan beberapa
varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman kenaf dan
berpengaruh tidak nyata pada parameter lainnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos tandan
kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang serta berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun kenaf pada umur 4, 5, 6, 11, 12 dan 13 MST, dan diameter batang
pada umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST serta berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter lainnya.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 7 sampai 16), diketahui bahwa
pemberian beberapa varietas kenaf berpengaruh tidak nyata, sedangkan
pemberian tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 4-13 MST.
Rataan tinggi tanaman umur 4-13 MST pada perlakuan beberapa varietas
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kenaf pada umur 9-13 MST pada perlakuan beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Umur Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
9 MST
V1 (KR 11) 72.56 74.43 80.93 79.91 76.96
V2 (KR 12) 79.49 68.85 96.00 64.36 77.17
V3 (KR 14) 79.13 62.21 83.95 76.86 75.54
Rataan 77.06ab 68.50b 86.96a 73.71b 76.56
10 MST
V1 (KR 11) 88.58 89.97 95.81 94.85 92.30
V2 (KR 12) 94.27 80.76 116.07 74.39 91.38
V3 (KR 14) 95.55 74.05 100.65 91.19 90.36
Rataan 92.80ab 81.59b 104.18a 86.81b 91.35
11 MST
V1 (KR 11) 103.05 105.41 112.48 110.88 107.96 V2 (KR 12) 108.34 94.40 136.09 85.85 106.17 V3 (KR 14) 111.94 86.80 119.37 105.84 105.99 Rataan 107.78ab 95.54b 122.65a 100.86b 106.71
12 MST
V1 (KR 11) 112.83 116.25 121.80 121.23 118.03 V2 (KR 12) 118.68 103.90 151.55 95.28 117.35 V3 (KR 14) 125.07 95.25 131.23 116.77 117.08 Rataan 118.86ab 105.13b 134.86a 111.09b 117.49
13 MST
V1 (KR 11) 121.60 125.97 129.87 130.27 126.93 V2 (KR 12) 127.97 112.60 165.57 102.50 127.16 V3 (KR 14) 134.27 104.08 142.68 125.63 126.67 Rataan 127.94ab 114.22b 146.04a 119.47b 126.92 Keterangan: Angka yang dihitung oleh huruf yang berbeda nyata pada kolom
yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman pada umur 9-13 MST tertinggi
diperoleh pada perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100
g/tanaman (T2) dengan tinggi 146.04 cm dan terendah pada perlakuan T1 dengan
tinggi 114.22 cm.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 17 sampai 26), diketahui
jumlah daun pada umur 4-13MST, sedangkan pemberian tandan kosong kelapa
sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Interaksi antara pemberian tandan
kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4-6
MST dan 11-13 MST.
Rataan jumlah daun umur 9-13 MST pada perlakuan beberapa varietas
[image:39.595.114.515.284.668.2]kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) tanaman kenaf umur 4-13 MST pada perlakuan beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Umur Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
9 MST
V1 (KR 11) 19.87 18.57 19.43 19.70 19.39
V2 (KR 12) 18.50 17.50 22.67 16.50 18.79
V3 (KR 14) 19.43 16.17 20.07 18.90 18.64
Rataan 19.27ab 17.41b 20.72a 18.37ab 18.94
10 MST
V1 (KR 11) 23.03 21.77 22.47 23.47 22.68
V2 (KR 12) 21.60 20.40 26.43 18.90 21.83
V3 (KR 14) 23.30 18.63 23.63 22.13 21.93
Rataan 22.64ab 20.27b 24.18a 21.50b 22.15
11 MST
V1 (KR 11) 26.47b 25.40b 25.53b 26.70b 26.03 V2 (KR 12) 24.77b 24.60b 31.20a 21.70ab 25.57 V3 (KR 14) 25.87b 22.00b 26.60b 25.53b 25.00
Rataan 25.70 24.00 27.78 24.64 25.53
12 MST
V1 (KR 11) 29.20b 28.07b 28.50b 30.23ab 29.00 V2 (KR 12) 27.70b 25.70b 35.70a 23.93c 28.26 V3 (KR 14) 29.17b 23.73c 30.27b 27.97b 27.78
Rataan 28.69 25.83 31.49 27.38 28.35
13 MST
V1 (KR 11) 31.90b 31.23b 30.33b 33.33ab 31.70 V2 (KR 12) 30.60b 28.73b 39.23a 27.20b 31.44 V3 (KR 14) 31.80b 27.07b 34.23ab 30.77b 30.97
Rataan 31.43 29.01 34.60 30.43 31.37
Tabel 2 menunjukkan rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g/tanaman (T2)
pada varietas KR 12 dengan jumlah daun yang terbanyak 39.23 helai dan yang
terendah 27.07 helai daun.
Diameter Batang (mm)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 27 sampai 36.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang dan pemberian tandan kosong
kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang kenaf pada 10, 11, 12
dan 13 MST serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang
kenaf pada 4,5,6,7,8 dan 9 MST.
Rataan diameter batang umur 4-13 MST pada perlakuan beberapa
varietas kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada tabel
Tabel 3. Rataan diameter batang (mm) tanaman kenaf umur 9-13 MST pada perlakuan beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit
Umur Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
9 MST
V1 (KR 11) 6.57b 5.93b 6.15b 6.25b 6.22
V2 (KR 12) 5.66b 5.08b 9.23a 4.35b 6.08
V3 (KR 14) 6.19b 4.63b 6.50b 5.77b 5.77
Rataan 6.14 5.21 7.29 5.46 6.03
10 MST
V1 (KR 11) 7.40 6.57 7.05 7.12 7.03
V2 (KR 12) 6.53 5.91 10.01 4.95 6.85
V3 (KR 14) 7.02 5.29 7.41 6.52 6.56
Rataan 6.98b 5.92b 8.15a 6.19b 6.81
11 MST
V1 (KR 11) 8.35 7.41 7.78 8.06 7.90
V2 (KR 12) 7.35 6.56 10.92 5.71 7.64
V3 (KR 14) 8.03 6.08 8.50 7.46 7.52
Rataan 7.91ab 6.68b 9.06a 7.08b 7.68
12 MST
V1 (KR 11) 9.37 8.32 8.99 9.29 8.99
V2 (KR 12) 8.19 7.57 12.88 6.52 8.79
V3 (KR 14) 8.83 6.88 9.61 8.40 8.43
Rataan 8.80b 7.59b 10.50a 8.07b 8.74
13 MST
V1 (KR 11) 8.66 9.27 9.50 9.63 9.26
V2 (KR 12) 8.76 8.30 12.16 7.17 9.10
V3 (KR 14) 9.18 7.57 10.48 9.36 9.15
Rataan 8.86b 8.38b 10.71a 8.72b 9.17
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang kenaf pada 13 MST
perlakuan beberapa varietas KR 11 (V1) yaitu 9.26 mm lebih tinggi dibandingkan
dengan KR 12 (V2) yaitu 9.10 mm. Sedangkan pada perlakuan pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g (T2) dengan nilai 10.71
Grafik diameter batang kenaf pada perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit umur 13 MST dapat dilihat pada gambar
[image:42.595.124.465.158.370.2]3.
Gambar 1. Hubungan diameter batang tanaman kenaf pada umur 13 MST pada berbagai dosis pemberian tandan kosong kelapa sawit.
Pada gambar 1 memperlihatkan bahwa grafik kubik pada pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 0 g menurun pada dosisi 50 g
sedangkan pada dosis 100 g meningkat kembali dengan ketinggian 10.71 mm dan
dosis 150 g menurun kembali, dimana pada grafik ini menunjukkan bahwa
diameter batang terbesar pada dosis 100 g/tanaman.
Bobot Basah Tajuk (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 37.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot basah tajuk kenaf.
y = -1E-05x3+ 0,002x2- 0,0855x + 8,8649
R² = 1
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
0 50 100 150 200
D iam et er b at an g ( m m )
Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 4.
Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman) --- g ---
V1 (KR 11) 102.76 86.86 80.01 104.67 93.57 V2 (KR 12) 78.82 72.49 98.99 50.48 75.19 V3 (KR 14) 98.63 57.71 101.82 85.82 85.99 Rataan 93.40 72.35 93.60 80.32 84.92 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
[image:43.595.112.510.141.288.2]adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot basah tajuk kenaf pada perlakuan
varietas KR 11 (V1) yaitu 93.57 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2) yaitu
75.19 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 93.60 g dan yang terendah dengan dosis
50 g (T1) yaitu 72.35 g.
Bobot Basah Akar (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 38.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 5.
Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
--- g ---
V1 (KR 11) 11.19 13.12 10.71 12.70 11.93 V2 (KR 12) 8.90 8.34 11.73 5.32 8.57 V3 (KR 14) 11.57 7.91 12.57 10.61 10.66 Rataan 10.55 9.79 11.67 9.54 10.39 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
[image:44.595.113.510.195.350.2]adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot basah akar kenaf pada perlakuan
varietas varietas KR 11 (V1) yaitu 11.93 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2)
yaitu 8.57 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 11.67 dan yang terendah dengan dosis 50
g (T3) yaitu 9.54 g.
Panjang Akar (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar kenaf dapat dilihat pada
Lampiran 39
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
Rataan panjang akar pada perlakuan beberapa varietas kenaf dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 6.
Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
--- cm ---
V1 (KR 11) 20.59 18.98 21.37 21.73 20.67 V2 (KR 12) 20.78 17.12 20.73 16.79 18.85 V3 (KR 14) 18.33 16.47 21.09 19.69 18.90 Rataan 19.90 17.52 21.06 19.40 19.47 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
[image:45.595.112.511.142.300.2]adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang akar kenaf pada perlakuan varietas
varietas KR 11 (V1) yaitu 20.67 cm lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2) yaitu
18.85 cm. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 100 g (T2) yaitu 21.06 cm dan yang terendah dengan dosis
50 g (T1) yaitu 17.52 cm.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 40
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
Rataan panjang akar umur 14 MST pada perlakuan beberapa varietas
kenaf dan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada table 7.
Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
--- g ---
V1 (KR 11) 52.47 36.80 35.50 44.87 42.41 V2 (KR 12) 31.68 31.65 45.29 21.90 32.63 V3 (KR 14) 42.06 21.68 44.49 37.33 36.39 Rataan 42.07 30.04 41.76 34.70 37.14 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
[image:46.595.115.513.141.295.2]adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basah tajuk kenaf pada perlakuan
varietas varietas KR 11 (V1) yaitu 42.41 g lebih tinggi dibandingkan KR 12 (V2)
yaitu 32.63 g. Sedangkan perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit yang
tertinggi dengan dosis 0 g (T0) yaitu 42.07 g dan yang terendah dengan dosis 50 g
(T1) yaitu 30.04 g.
Bobot Kering Akar ( g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk kenaf dapat dilihat
pada Lampiran 3
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas
berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan pemberian tandan kosong
kelapa sawit berpengaruh tidak nyata serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering akar kenaf.
Rataan bobot kering akar umur 14 MST pada perlakuan beberapa varietas
Varietas
Kompos TKKS
Rataan
T0 T1 T2 T3
(0 g/ (50 g/ (100 g/ (150 g/ tanaman) tanaman) tanaman) tanaman)
--- g ---
V1 (KR 11) 7.83 8.38 8.17 6.69 7.77a V2 (KR 12) 6.31 4.10 6.26 3.08 4.94b V3 (KR 14) 8.70 5.34 6.38 5.41 6.46b
Rataan 7.61 5.94 6.94 5.06 6.39
[image:47.595.113.510.85.241.2]Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 8 menunjukkan bobot kering akar terbesar diperoleh pada perlakuan
varietas KR 11 (V1) dengan bobot 7.77 g dan terendah pada perlakuan KR 12
(V2) dengan bobot 4.94 g.Bobot kering akar kenaf pada perlakuan V1 berbeda
nyata dengan perlakuan V2 dan V3
Hubungan bobot kering akar tanaman kenaf dengan beberapa varietas dan
pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik bobot kering akar kenaf pada beberapa varietas.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
V1 V2 V3
[image:47.595.126.466.464.665.2]Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa bobot kering akar pada perlakuan
beberapa varietas dan pemberian tandan kosong kelapa sawit diperoleh tinggi
pada grafik KR 11 (V1) dengan nilai 7.77 cm dibandingkan dengan KR 12 (V2)
yaitu 4.94 cm, dimana perlakuan varietas yang terbaik yaitu KR 11.
Pembahasan
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan beberapa
varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar (Tabel 8) dan
berpengaruh tidah nyata terhadap parameter lainnya, sedangkan perlakuan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman (Tabel 1), jumlah daun (Tabel 2), diameter batang
(Tabel 3), dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya. Dimana
interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun
(Tabel 2), diameter batang (Tabel 3) pada umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST serta
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
Perlakuan beberapa varietas kenaf dan pemberian kompos tandan kosong
kelapa sawit pada parameter tinggi tanaman (Tabel 2), diameter batang (Tabel 3)
pada tegakan kelapa sawit menghasilkan pertambahan tinggi kenaf yang berbeda
dengan parameter lainnya yang menunjukkan bahwa tinggi tanaman, diameter
batang yang paling baik dengan dosis 100 g/tanaman. Hal yang sama juga terjadi
pada parameter jumlah daun, dimana salah satu potensi TKKS yang cukup besar
sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara yang cukup tinggi, bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Soetopo dan Surahman . 2010) yang menyatakan bahwa
kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan
pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
Parameter bobot basah tajuk, bobot basah akar, panjang akar, dan bobot
kering tajuk yang menghasilkan data tertinggi pada verietas KR 11 dan pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit pada dosis 100 g/tanaman lebih baik
dibandingkan dengan dosis lainnya. Pemberian kompos dengan dosis yang sesuai
dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang baik, dimana pemberian kompos
dengan dosis yang lebih tinggi belum tentu meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma (2003) yang
menyatakan dalam pengaplikasian perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena
dosis yang terlalu tinggi malah menghambat pertumbuhan tanaman dan
menyebabkan keracunan pada jaringan tanaman.
Pada Tabel 8 parameter bobot kering akar pada varietas KR 11 yaitu 7.77
g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga pada varietas kr
11 dengan dosis 100 g mampu melakukan fotosistesis lebih baik dan
mengandung air lebih sedikit serta menghasilkan fotosintat yang lebih banyak dari
pada tanaman lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Huik (2004) yang
menyatakan bahwa hormon mengatur proses fisiologis tanaman, sehingga lebih
mudah dan leluasa menyerap hara dan air serta proses fotosistesis dapat
berlangsung lancar.
Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan varietas
kenaf dan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh tidak
bobot kering tajuk. Pertumbuhan kenaf yang mendapatkan cahaya matahari yang
cukup dapat menghambat proses fotosintesis sehingga dapat mengakibatkan bobot
tajuk pada tanaman jadi berkurang. Hal ini dijelaskan juga oleh Salisbury and ross
(1985) yang menyatakan bahwa cahaya merupakan energi yang mampu
mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik pada proses fotosintesis.
Cahaya yang cukup menjadikan klorofil berflourosensi yang akhirnya
meningkatkan laju fotosintesis pada kenaf. Kenaf yang ditanam pada kondisi
ternaungi memiliki laju tranportasi dan absorbsi yang rendah sehingga tanaman
terhambat tranportasi haranya sehingga menghambat fotosintesis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi antara
perlakuan beberapa varietas kenaf dan pemeberian kompos tandan kosong kelapa
sawit berpegaruh nyata pada parameter jumlah daun pada 4-6 MST dan 11-13
MST, diameter batang pada 4, 5, 6, 7, dan 8 MST. Namun berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah tajuk, bobot basah akar,
panjang akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan
karena salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya atau kedua faktor
tidak saling mendukung untuk pertumbuhan tanaman kenaf. Sesuai dengan
pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila
masing- masing faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat
kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot
kering akar dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
2. Perlakuan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang
sedangkan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
3. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun dan diameter batang serta tidak berpengaruh meningkatkan pada
parameter lainnya. Dan kombinasi perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 100 g/tanaman.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan untuk
pertumbuhan varietas kenaf yang terbaik KR 11 dan kompos tandan kosong
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2002. Horticulture: Principlesand Practices. 2nd Ed. Pearson Education. New Jersey. 787 p.
Balittas.2010.Kenaf.http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com cconten&view=category&layout=blog&id=47&Itemid=69. Tanggal askses
17 Desember 2014.
Balittas.2014. Biologi Tanaman Kenaf. Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat, Malang.
Ben-Hill, J., L.O. Overhold, H.W. Popp, and A.R. Grove. 1960. Botany. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.
Berger, J. 1969. The World's Major Fiber Crops, Their Cultivation and Manuring. Centre D'Etude Del Azote 6, Zurich.
Buckman, H.O dan N.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Brink, M.. and R.P. Escobin (ed). 2003. PROSEA. Plant Resources of South-East Asia. No. 17. Fibre Plants. Backhuys Publishers, Leiden, The Netherlands. P. 456.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik perkebunan Indonesia 2010-2013: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Dempsey, J.M. 1963. Long vegetable fiber development in South Vietnam and Other Asian Countries. USOM-Saigon.Disbun TIt. I Jawa 1imur. 1992. Laporan evaluasi Program ISKARA 1991/1992.Surabaya.
Fatimah, S., B. M. Handarto. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees). Embryo 5(2):133-148. Diakses dari
/wp-content/uploads/2012/03/2FATIMAH-SAMBILOTO.pdf
Foth, H. D., dan John W. Schafer. 1980. Soil Geography and Land Use. John Willey and Sons. New York.
Ghosh, T. 1978. Jute manual. Agric. Res. lost. Yesin, Burma.
Hakin, R. dan Estri Laras. A. 2014. Keragaman Morfologi Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) KR 11 Mutan EMS (Ethyl Methanesulfonate) Berdasarkan Panduan Karakteristik Kenaf. Jurnal Biotropika.vol 2 No.1, Malang. Iswindiyono, S. dan A Sastrosupadi. 1987. Pengaruh Interval Pemberian Air Pada
Tenaf Dan Jute Terbadap Pertumbuhan. Skripsi SI Rttultas Pertanian, UPN "Veteran", Surabaya.
Kurniaty, R., B. Budiman dan M. Suartana. 2009. Pengaruh Media dan Naungan Terhadap Mutu Bibit Suren (Toona sureni Merr.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7(2):77-83. Diakses dari
Nadalia, D. 2009. Perbedaan Karakterisik Tanah Pada Lahan Reklamasi Pascatambang Dengan Tanah Asli Tanpa Top Soil. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses dari
Ochse, J.J., M.J. Soule, Jr., M.J. Dijkman, C. Wehlbur. 1961. Tropical and
subtropical agriculture. Vol. II. The Macmillan, New York. p. 1139– 1177.
Rahmalia,W., Yulistira, F. Ningrum. J. Qurbaniah. M. dan Ismadi. M. 2006. Pemanfaatan potensi tandan kosong kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) sebagai bahan dasar c-aktif untuk adsorpsi logam perak.
Sastrosupadi, A. 1983. Pengaruh Umur Dan Lama Penggenangan Terhadap Pertumbuhan, Produksi, Dan Kualitas Kenaf Hc G4. Balai Penelitian Tanaman Industri, Malang.
Setyo,U dan Budi. 2013. Biologi Tanaman Kenaf. Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat, Malang.
Sastrosupadi.A.,B. Santoso dan Sudjidro.1996. Budidaya Kenaf ( Hibiscus cannabinus L.) Masing –masing Ahli Penelitian Utama, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat.
Sastrosupadi, A. dan M. Sahid. 1996. Potensi Tanaman Serat Karung Sebagai Penghasil Bahan Baku Pulp. Monograf Blittas No. 1. Dept. Pertanian, Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang.
Schuchardt, F., E. Susilawati, dan P. Guritno. 1998. Influence of C/N ratio and inoculum upon rotting characteristics of oil palm empty fruit bunc. Proc.1998. International Oil Palm Conference. Bali, Indonesia. 501-510. Soetopo, R., S., Septiningrum, K. dan Surahman A. 2010. Potensi Kompos Dari
Sudjindro. 2010. Produk – Produk Diversifikasi Kenaf. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang
Yunindanova, M B. 2009. Tingkat kematangan kompos tandan kosong kelapa sawit dan penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) dan cabai (Capsicum annuum L.). Skripsi Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wijaya, T.,Rosyid,M.J. dan Boerhendhy, I .2001. Teknologi pengelolaan nutrisi dan air pada perkebunan karet. Pusat Penelitian Karet.