• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Pasien Memilih Jenis Pengobatan (Studi Kasus Pada Pasien Penderita Kanker Payudara Dikota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Determinan Pasien Memilih Jenis Pengobatan (Studi Kasus Pada Pasien Penderita Kanker Payudara Dikota Medan)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN

(Studi Kasus Pada Pasien Penderita Kanker Payudara Dikota Medan)

Disusun oleh :

Rini Handayani Siregar 060901006

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Ahli pengobatan Yunani tahu bahwa penyakit yang mematikan sering membawa hikmat alam bawah sadar tentang cara menyembuhkan yang sangat dekat dengan permukaan,yang tinggal mencari tempat untuk melepaskannya. Kuil kesembuhan Aesculapian yang agung merupakan tempat dimana pasien datang dengan tujuan menanti mimpi yang akan menunjukkan jalan kepada mereka kearah kesembuhan. Bukan hal sepele bahwa kita membutuhkan semacam kuil Aesculapian bagi diri kita sendiri,seperti halnya kita membutuhkan rumah sakit.namun kita harus menciptakan kuil Aesculapian kita sendiri,Karena budaya kita telah melupakan pentingnya mimpi, pentingnya perumpamaan, untuk kesembuhan kita.

Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan, faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu bagaimana keadaan sosial ekonomi pasien atau keluarga pasien terkait dengan pendapatan dan pekerjaan, kebanyakan pasien merupakan kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, kemudian keluarga dan kerabat juga faktor yang menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, pendidikan dan pengetahuan pasien juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasien, pasien yang latar belakang pendidikannya rendah cenderung lebih percaya kepada pengobatan tradisional, namun tidak terlalu besar pengaruh dari pengetahuan kepada pemilihan jenis pengobatan oleh pasien karena masih ada yang berpengaruh yaitu kepercayaan, dengan rasa ingin sembuh maka pasien terkadang lebih percaya terhadap suatu pengobatan tertentu. Kemudian faktor penentu lainnya yaitu Rasionalitas yang termasuk didalamnya kepada keefektifan kondisi pasien pada saat memilih jenis pengobatan, kemudian pengalaman pribadi pasien atau orang lain yang berpengaruh kepada pasien terhadap suatu jenis pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.

(3)

KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim

AlhamdulillahiRabbi’Aalamin, segala puji hanya bagi Allah swt. shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya. Tiada suatu keinginan dan cita-cita yang dapat tercapai tanpa perjuangan. perjalanan langkahpun terkadang tidak semulus yang dibayangkan sebab sering pula menemukan senandung disana sini, berkat tekad yang kuat InsyaAllah semua dapat teratasi dengan baik.

Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik, saran dan pendapat dari para pembaca dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Penulis juga menyadari bahwa apa yang telah diraih penulis saat ini tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, dan penghargaan yang setinggi- tingginya dipersembahkan kepada Papa Muhammad Amin Siregar dan Mama Siti Maryam Harahap atas segala perhatian dan doanya. Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada orang – orang yang penulis sayangi yaitu Alm Erwin Albova Siregar, Muhammad Arfan Siregar, Uda kamal Basri Siregar, Nanguda, dan semua sepupu- sepupu, seluruh keluarga yang di Siantar, Medan, Padang Sidimpuan yang selalu memberi perhatian dan motivasi kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

(4)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku ketua Departemen Sosiologi

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku sekretaris Departemen Sosiologi dan Penguji II penulis.

4. Bapak Nurman Achmad M. soc selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama mengerjakan skripsi ini, dan juga penguji I penulis.

5. Ibu Dra. Hadriana M. Munthe, M.Si selaku dosen wali penulis 6. Bapak Drs.Henry Sitorus, M.si selaku ketua penguji

7. Semua Dosen FISIP Universitas Sumatera Utara yang pernah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah.

8. Semua Staf Administrasi di FISIP USU, K’Feny, K’Devi, K’Beti dll.

9. Buat B’Fendi makasih ya…., dan sobat – sobat penulis Dwi Yuli, Mita Ranita, Maya Novita, Dila, Vivi, Metha, ulya, Indah, Novi, Esha, Icha, Angga, Riski, Yandi, Gibran, mamak Viana, Irma, Debora, Lidya, Ibot Regar, Rian, Darma , Ayis, Wina, Melinda, Imay, Tuti, Asma, Tantri dan semua Sosiologi Stambuk ’06 yang gak disebutin namanya, makasih ya…. Semua Senior dan Junior Sosiologi FISIP USU.

10.Akhi wa Ukhti fillah kulluhum di UKMI As-siyasah FISIP USU, Ukh Wira, Ira, Tiwi. Rena, Kakanda Tersayang Yelmis Fetri, K’Indah, K’Yo dll.

(5)

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang membutuhkannya.

Penulis

(6)

ABSTRAK

Ahli pengobatan Yunani tahu bahwa penyakit yang mematikan sering membawa hikmat alam bawah sadar tentang cara menyembuhkan yang sangat dekat dengan permukaan,yang tinggal mencari tempat untuk melepaskannya. Kuil kesembuhan Aesculapian yang agung merupakan tempat dimana pasien datang dengan tujuan menanti mimpi yang akan menunjukkan jalan kepada mereka kearah kesembuhan. Bukan hal sepele bahwa kita membutuhkan semacam kuil Aesculapian bagi diri kita sendiri,seperti halnya kita membutuhkan rumah sakit.namun kita harus menciptakan kuil Aesculapian kita sendiri,Karena budaya kita telah melupakan pentingnya mimpi, pentingnya perumpamaan, untuk kesembuhan kita.

Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan, faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu bagaimana keadaan sosial ekonomi pasien atau keluarga pasien terkait dengan pendapatan dan pekerjaan, kebanyakan pasien merupakan kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, kemudian keluarga dan kerabat juga faktor yang menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, pendidikan dan pengetahuan pasien juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasien, pasien yang latar belakang pendidikannya rendah cenderung lebih percaya kepada pengobatan tradisional, namun tidak terlalu besar pengaruh dari pengetahuan kepada pemilihan jenis pengobatan oleh pasien karena masih ada yang berpengaruh yaitu kepercayaan, dengan rasa ingin sembuh maka pasien terkadang lebih percaya terhadap suatu pengobatan tertentu. Kemudian faktor penentu lainnya yaitu Rasionalitas yang termasuk didalamnya kepada keefektifan kondisi pasien pada saat memilih jenis pengobatan, kemudian pengalaman pribadi pasien atau orang lain yang berpengaruh kepada pasien terhadap suatu jenis pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(8)

dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya untuk sembuh dan hidup lebih sejahtera.

Masalah kesehatan belakangan ini semakin sering menjadi bahan pembicaraan di masyarakat, antara lain permasalahan perilaku masyarakat terhadap pengobatan itu sendiri,perilaku masyarakat disini lebih difokuskan pada perilaku seseorang atau sekelompok orang yang kemungkinan besar sakit, dan mereka memilih pergi ke tempat pelayanan kesehatan ataupun memilih alternative pengobatan yang lain.penentuan pemilihan pengobatan oleh masyarakat inimungkin dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien,mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan terhadap suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir ini di Indonesia.

(9)

kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. ( Solita Sarwono, 2007).

Jika seseorang sakit maka dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa determinan yang berpengaruh terhadap perilaku pasien.determinan itu banyak terdapat diluar ilmu kedokteran,sehingga sering kurang mendapat perhatian petugas kesehatan.harapan pasien berada dalam peran sakit memutuskan untuk mencari pengobatan dan keputusan ini dipengaruhi oleh harapan yang akan diperoleh dari pengobatan.beberapa hal yang mempengaruhi pemilihan itu,antara lain internalisasi dan ciri-ciri penyakit dalam individu serta konsep dan pengertian tentang sebab dan akibat penyakit yang dideritanya.

Dewasa ini banyaknya jenis pengobatan yang bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pasiennya. Sehingga pasien juga harus lebih selektif lagi memilih jenis pengobatan yang mana yang lebih baik untuk penyakit yang dideritanya. Ada dua jenis pengobatan yang lebih dikenal masyarakat secara umum yaitu pengobatan modern yang menggunakan tenaga medis professional atau sering disebut pengobatan ala barat dan pengobatan tradisonal atau pengobatan ala timur.

(10)

20% saja penyakit yang bias ditangani melalui pengobatan modern sisanya belum diketahui obatnya.

Sistem pengobatan tradisional banyak mendapat perhatian dari masyarakat karena sistem ini dalam kenyataannya masih tetap hidup dan berdampingan dengan sistem pengobatan modern, meskipun praktik – praktik biomedik kedokteran, makin berkembang pesat dinegara kita yang ditandai dengan munculnya pusat – pusat layanan kesehatan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Pengobatan tradisional berkaitan erat dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu wilayah geografi tertentu. Pengobatan tradisional ini juga lazim digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota – kota besar. Perbedaan mendasar antara pengobatan modern dengan pengobatan tradisional adalah bahwa pengobatan modern menganggap bahwa manusia lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging dan mengabaikan aspek spritual manusia) dan menggunakan obat – obatan materialistik dan alat – alat yang semakin canggih untuk mendiagnosa penyakit pasiennya. (wan sri,2009)

(11)

sistematik mengenai lingkungan sosiopsikologi pada sekolah – sekolah professional dan bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi proses belajar. Mereka menyimpulkan bahwa suatu studi sosiologis mengenai fakultas kedokteran akan memberikan prototip yang dibutuhkan bagi studi – studi yang hampir serupa dalam bidang – bidang lain. Hasilnya adalah karya klasik : the student – pysician (Merton et.al, 1957), yang merupakan studi penting pertama tentang profesionalisasi kedokteran (Foster / Anderson : 2008) .

(12)

Kanker adalah merupakan salah satu dari lima besar penyakit utama pada masyarakat modern dan industri. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit jantung kororer, penyakit kanker, gangguan jiwa, kecelakaan (lalu lintas) dan HIV / AIDS. Kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan kedua sesudah kanker rahim pada wanita. Di luar negeri ( Amerika Serikat) kanker payudara ini menduduki peringkat tertinggi diantara kanker – kanker yang lainnya. Dari penelitian membuktikan bahwa kanker payudara baik di indonesia maupun di Amerika Serikat memperlihatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara itu Tjindarbumi, D (2003) mengatakan bahwa hanya kira – kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Sebagai contoh misalnya di bagian Badan FKUI / RSCM selama tahun 1971 sampai 1978 dari 732 penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan penderita yang dapat dioperasi. Temuan dini kanker payudara amat penting bagi keberhasilan pengobatan dengan operasi. Sedangkan bagi penderita kanker payudara stadium lanjut meskipun dapat dilakukan operasi, kemungkinan penyebarannya (metastasis) sukar untuk dicegah sehingga usia harapan hidup disebutkan sebagai “Fice years survival rate”. (Prof Dadang Hawari:IX). Dengan demikian pasien penderita kanker payudara dapat mempertimbangkan jenis pengobatan yang bagaimana yang sesuai dengan kondisinya, yaitu pengobatan yang tidak hanya memberikan proses penyembuhan secara biologik atau fisik tetapi juga psikis, social dan spritual.

(13)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dilatar belakang masalah, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi (Determinan) pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai persyaratan akademis, juga diharapkan akan bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan mereka secara Sosiologis.

1.4Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: 1.4.1 Manfaat Teoritis

(14)

1.4.2 Manfaat Praktis

Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dari hasil penelitian dan dapat juga di jadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait penelitian sebelumnya.

1.4.3 Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan mengenai fenomena yang ada dalam masyarakat dan sebagai wadah latihan serta pembentukan pola pikir yang rasional dalam menghadapi segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat.

1.5 Defenisi Konsep

Adapun konsep – konsep penting dalam penelitian ini adalah: 1.5.1 Determinan

Determinan adalah faktor-faktor yang sangat menentukan sehingga mempengaruhi setiap pasien penderita kanker payudara untuk memilih jenis pengobatan tertentu.

1.5.2 Penyakit

(15)

1.5.3 Kanker Payudara

Kanker yang ada pada jaringan payudara, ini adalah jenis kanker yang paling umum yang diderita kaum wanita.kaum pria juga dapat terserang kanker payudara,walaupun kemungkinan lebih kecil dari 1 diantara 1000.

1.5.4 Sakit dan Prilaku Sakit

Sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita sutau penyakit. Fenomena subjektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak.

Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit.

1.5.5 Sehat dan Prilaku Sehat

Sehat adalah suatu keadaan dimana sesorang tidak mempunyai keluhan atau tidak terdapat tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan menurut White (1977). Sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran – peran sosial dalam kehidupan sehari – hari.

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.

1.5.6 Pengobatan

(16)

1.5.7 Pasien

Pasien adalah seseorang yang mengalami suatu penyakit dan membutuhkan perawatan atas penyakitnya tersebut.

1.5.8 Tenaga Medis

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Aksi dan Pilihan Rasional Max Weber

Menurut Bachtiar (2006) aksi adalah zweckrational (berguna secara Rasional) manakala seseorang menerapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara – cara dan tujuan – tujuan dimana seseorang bebas memilih cara – caranya secara murni untuk keperluan efisiensi. Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Teori aksi yang juga dikenal sebagai teori bertindak pada awalnya dikembangkan oleh Max. weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana – sarana yang paling tepat (Ritzer, 1983)

(18)

tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat – alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan – tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai – nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya. (wan sri 2009)

2.2 Model Perubahan Perilaku Green

Suatu teori yang dikembangkan Lawrence Green yang menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu factor prilaku (behavior causes) dan faktor diluar prilaku (Non Behavior causes) ,selanjutnya faktor prilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari terjadinya perilaku tertentu yang terwujud dalam bentuk pengetahuan dari pendidikan formal, sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan budaya serta beberapa karakteristik individu.

2. Faktor pemungkin (Enabling factor) yaitu yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu terbentuk dan berwujud dalam lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan yaitu ketersediaan, ketercapainya fasilitas dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. 3. Faktor memperkuat atau pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku tersebut yaitu mendapat dukungan dari keluarga/kerabat, teman, petugas kesehatan dan lain-lain.

(19)

Teori Sistem

Teori sistem jika dikaitkan dengan teori aksi yaitu sebuah kritikan dari Talcott Parson mengenai teori aksi weber bahwa aksi merupakan tanggapan / respons mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan prilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parson yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma – norma dan nilai – nilai social yang menuntun dan mengatur perilaku (Poloma, 1987). Parson melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya dan sistem keperibadian masing – masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan perannya. Dalam setiap sistem sosial individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan) sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan prilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya.

2.3 Prilaku Sakit Suchman

Suchman memberikan batasan perilaku sakit sebagai tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak (discomfort) atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Suchman menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun pola proses pencarian pengobatannya, terhadap lima macam reaksi dalam proses mencari pengobtan:

(20)

b. Figmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh : Berobat ke dokter, sekaligus ke sinse dan dukun. c. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala

penyakitnya sudah dirasakan.

d. Self medication ialah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat – obatan yang dinilainya tepat baginya.

e. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.

Dalam menentukan reaksi / tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut suchman individu berproses melalui tahap – tahap berikut ini : Tahap pengenalan gejala,tahap asumsi peran sakit ,tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, Tahap ketergantungan si sakit, Tahap penyembuhan atau rehabilitasi.

2.4 Teori Trust / Kepercayaan

Menurut fukuyama (1995) bahwa kepercayaan merupakan produk dari komunitas – komunitas yang telah ada sebelumnya yang memiliki norma – norma atau nilai – nilai moral bersama. Ada beberapa elemen – elemen utama yang terkait dengan isu Trust, yakni kebijakan sosial dan Modal sosial.

(21)

Norma – norma terdiri dari pemahaman – pemahaman, nilai – nilai, harapan – harapan dan tujuan - tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. norma – norma yang bersumber dari agama, panduan moral maupun standar – standar sekuler, seperti hal nya kode etik professional. norma – norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (fukunyama, 2002). norma – norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan social.

Fukuyama memandang Trust sebagai komponen ekonomi yang melekat dalam kultur yang ada pada masyarakat.Qianhong fu membagi tiga tingkatan trust yaitu :

1. Pada tingkat individual, trust merupakan keyakinan individual, merupakan variabel personal sebagai karakteristik individu.

2. Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan – tujuan kelompok.

3. Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang berkembang menurut sistem sosial yang ada ( Jausari, 2006:12)

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan rancangan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis studi kasus (case study). Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku, yang didapat dari apa yang di amati (Moleong, 2006)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota medan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini adalah, karena kota Medan merupakan daerah perkotaan yang menyediakan banyak fasilitas dan jenis Peengobatan. Dan pada umumnya banyak pasien yang dari luar kota medan mencari pengobatan di kota Medan. Selain itu lokasi ini juga mudah dijangkau peneliti yang dapat mendukung peneliti dalam mengumpulkan data.

3.3 Unit Analisa dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

(23)

sosial (danandjaya, 2005 : 31). Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999 : 2). Adapun unit analisis penelitian ini adalah pasien penderita kanker payudara yang sering berobat medis dan tradisional.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang – orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini pasien penderita kanker payudara yang sering berobat medis dan berobat tradisional.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :

3.4.1.1 Metode Wawancara

Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Metode wawancara memperoleh proses untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka , antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview).

(24)

tujuan untuk membedakan karakteristik pasien penderita kanker yang satu dengan yang lain.

3.4.1.2 Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara, yaitu berupa bagaimana pelayanan dan fasilitas yang diberikan balai pengobatan kepada pasien, dan bagaimana persepsi atau tanggapan pasien terhadap pengobatan tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan menggunakan data dan mengambil informasi dari buku – buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interprestasi Data

(25)

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan proposal √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penyerahan hasil seminar √

7 Operasional penelitian √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan laporan akhir √ √

(26)

3.7 Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah karena beberapa kendala yang dihadapi peneliti dalam proses penelitian:

1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature yang diperoleh peneliti, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu. Dalam hal ini penelitian belum dapat di deskriptifkan secara mendalam sehingga penyajian analisis masih belum maksimal

(27)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Lahirnya Kota Medan

(28)

Rumah Administarasi terletak diSebrang sungai dari kota Medan.kalau kita lihat bahwa letak dari kampung Medan ini adalahdi Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrasi tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Pada awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan.gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh.mereka datang ke Medan bukan sebagai buruh perkebunan,tetapi untuk berdagang,menjadi guru, dan ulama.Sejak tahun 1950,Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974.Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelahpenyerahan kedaulatan,kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

4.1.2 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota, yang saat ini dijabat oleh Drs. H. Rahudman Harahap, M.M. wilayah kota Medan memiliki luas 26.510 ha atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, daengan demikian ,dibandingkan dengan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3”30”-3”43” Lintang Utara dan 98”35’-98”44” Bujur Timur.untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas kota Medan adalah:

 Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka  Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

(29)

 Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang Perkebunan dan Kehutanan.karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya akan Sumber Daya Alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu,Simalungun, Tapanuli Utara,Tapanuli Selatan,Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.kondisi ini menjadikan Medan secara Ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Struktur perekonomian kota Medan didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan 14,28% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 28,10% Pengangkutan dan Telekomunikasi 19,83 %, serta keuangan,persewaan dan jasa 14,42 %. Keempat sector ini memberikan kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah. Sedikitnya ada Sembilan sungai yang melintasi kota Medan :

 Sungai Belawan  Sungai Bader  Sungai Sikambing  Sungai Putih  Sungai Babur  Sungai Deli

 Sungai Sulang Saling  Sungai Kera

(30)

4.1.2.1Penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar membuat pemerintah sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan yang layak dan merata. Program kependudukan dikota Medan seperti halnya didaerah Indonesia lainnya meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi, perpanjangan usia harapan hidup,penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika social yang terjadi masyarakat,baik secara sosial maupun kultural.menurunnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

(31)

berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

4.1.2.1.1 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan dikota Medan cukup memadai, sehingga masyarakat medan tidak terlalu sulit memperoleh fasilitas kesehatan, bahkan banyak juga masyarakat luar kota Medan yang berobat ke Medan.

Tabel 4.1

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2008

Kecamatan Puskesmas Pustu BPU Rumah Bersalin Rumah sakit

Medan Tuntungan 2 4 3 5 2

(32)

4.2 Profil Pasien Penderita Kanker Payudara dikota Medan

4.2.1 IMFORMAN 1

Nama : Zuraidah

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sei Sikambing

Umur : 46 thn

Etnis : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : -

Pendidikan Terakhir : SMA

Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara

Zuraidah : Seorang Ibu Yang Gesit

(33)

sudah kuliah juga dek di USU, fakultas Petanian, anak saya yang kedua SMA kelas dua, dan anaknya yang ketiga masih kelas satu SMP, saya merasa anak-anak saya masih banyak yang membutuhkan biaya, kenapa saya harus menderita sakit seperti ini, tapi ya mungkin sudah kehendak yang diatas ya, harus diterima juga, saya kan tidak bisa berbuat apa-apa, ibu ini sering sekali terlihat mengeluh karena Ibu Zuraidah merupakan seorang ibu rumah tangga yang cepat menangani masalahnya sendiri, pada awalnya ibu 3 orang anak ini enggan untuk diwawancarai karena ia menganggap bahwa proses pengobatan yang ia lakukan tidak menarik dan berlangsung sangat singkat, namun bagi peneliti proses pengobatan ibu Zuraidah ini unik, berawal dari chek up yang secara tidak sengaja, pada saat itu ibu Zuraidah sebagai anak pertama diKeluarganya menjaga dan merawat ibunya yang sedang sakit di Rumah Sakit, ketika ibunya sudah mulai sembuh dan di izinkan oleh dokter pulang, sebelum pulang dokter memeriksa kondisi ibunya ibu Zuraidah, dan ia pun sambil iseng menanyakan benjolan yang ada pada payudaranya kepada dokter yang merawat ibunya pada saat itu, sebelumnya ibu Zuraidah tidak menghiraukan benjolan itu, kemudian dokter menyarankan agar ibu Zuraidah chek up lebih lanjut lagi tentang benjolan itu, setelah chek up yang kedua dokter yang sama menyarankan agar benjolan pada payudar ibu Zuraidah diangkat, mendengar itu ibu Zuraidah sangat terkejut, dan akhirnya ia pun pasrah dan menyetujui saran dokter dengan alasan agar cepat sembuh.

(34)
(35)

4.2.2 IMFORMAN 2

Nama : Lisda Sagita

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl.H.M Said Gg. Yahya no.43 Kampung baru Medan

Umur : 33 thn

Etnis : Melayu

Agama : Islam

Pekerjaan : - Penghasilan : -

Pendidikan Terakhir : Sarjana Sastra Inggris

Anak ke : Tunggal

Lisda Perempuan yang Kuat

(36)
(37)
(38)

selanjutnya, karena kanker yang dideritanya sudah menyebar ke leher dan perutnya. Sudah terlihat benjolan di bagian leher Lisda. Dan ia ingin mencoba kemoterapi dulu sebelum dioperasi.

4.2.3 IMFORMAN 3

Nama : Sutiyem Tarigan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Perumahan Milala blok 6 Medan

Umur : 47 Thn

Etnis : Batak Karo

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Anak : 3 dari 4

Sutiyem Tarigan Seorang Ibu yang Penyabar

(39)
(40)

dokter ia di suruh kemoterapi, hingga saat ini ia sudah 3 kali menjalani kemoterapi, dan tidak menakutkaan seperti yang ia bayangkan, keadaan sudah mulai membaik, dokter juga menyarankan ibu pinem untuk berobat memakai askes karena sudah banyak habis biaya perobatan yang ibu pinem keluarkan selama kurang lebih 13 Thn ini. Ia pun berobat jalan dan kemoterapi di RS negeri di kota Medan dengan memakai Askes. Permasalahan yang ibu pinem rasakan sebelumnya adalah ia merasa banyak mencoba pengobatan namun tidak memberi perkembangan yang lebih baik, hingga akhirnya ia pasrah untuk dioperasi, dan ia merasa lebih membaik. Ketika ibu pinem berobat ia selalu di antar oleh suaminya tercinta dan tiga orang putrinya yang sangat menyayanginya, ibu Pinem berkata “ mereka ini lah (keluarga) harta saya yang paling berharga, mereka selalu memberi saya semangat dan cinta di saat saya jatuh dan terbaring, kalau harta materi hilang masih bisa di cari tapi kalau kasih sayang anak-anak dan suami saya sulit didapatkan, karena mereka saya bisa bertahan hingga saat ini, kalau masalah uang saya tetap bersyukur untuk bisa makan apa adanya setiap hari, dan anak-anak saya kuliah dan sekolah masih bisa dicukup-cukupkan biayanya, mereka juga tidak pernah mengeluh dengan itu semua, mereka hanya berharap saya bisa sembuh.”, ibu Pinem bercerita sambil tersenyum dan mengeluarkan air mata, ibu Pinem terkenal ramah di kalangan teman-temannya yang sesama penyakit kanker, karena orangnya terbuka dan lebih bersifat apa adanya.

(41)

4.2.4 IMFORMAN 4

Nama : Aprilianti

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln.Kapten Sumarsono no. 81 Medan Helvetia

Umur : 22 Thn

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Etnis : Jawa

Anak ke : 2 dari 4

Lia Gadis yang Ceria

(42)
(43)
(44)

4.2.5 IMFORMAN 5

Nama : Sumi fratiwi

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Pembangunan no. 13 Medan

Umur : 22 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi Anak ke : 2 dari 4

Sumi Fratiwi Gadis Yang Supel

(45)

pengobatan Alternatif yang dilakukan Tiwi, tiwi juga mengatakan” tidak ada keturunan sebelumnya yang sakit kanker payudara, saya merasa sudah cocok dengan satu jenis pengobatan, jadi tidak perlu mencoba pengobatan lain lagi, ntar jadi gak sembuh-sembuh kalau banyak yang dicoba,kalau pantangan saya banyak terutama makanan seperti rempelo,terong belanda, makanan berminyak, dll, kalau mitos atau kepercayaan tidak ada, saat ini sudah 1 tahun saya berobat Alternatif dengan minum Jamu, proses pengobatan Alternatif yang saya keluti yaitu dengan cara memakai Infra merah dan Plaster ditaruh ditempat atau bagian mana yang sakit, kemudian untuk pengobatan selanjutnya ditentukan waktunya dan harus rutin berobat dan minum Jamu, dan saya merasa ada perkembangan dari sebelumnya”.

4.2.6 IMFORMAN 6

Nama : Suryati

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Seksama no.5 B Simpang Limun Medan

Umur : 40 Thn

Etnis : Jawa

Agama : Islam

(46)

Suryati Ibu yang Ramah

(47)
(48)

sehingga timbul lagi penyakit saya, contohnya Dukun, dukun sering bilang kalau sakit itu dibuat orang lain, teman kitalah , tetangga kitalah, dan akhirnya kita su’uzon dengan orang tersebut, dan jadi stress memikirkannya, menambah rasa sakit juga, belum lagi dosanya, percaya kepada dukun itu kan sirik “. Pada saat akhir wawancara ibu Ati bercerita tentang kakak sepupu dari pihak suaminya yang sudah meninggal karena sakit kanker Payudara, kakak sepupu Ibu Ati sangat takut dengan pengobatan Modern, takut dioperasi, hingga akhirnya ia meninggal, mungkin hal ini juga yang membuat ibu Ati untuk lebih memilih operasi. Dan ia tidak mau lama-lama menahan rasa sakitnya. Saat ini ibu Ati merasa sudah sembuh, cuma kadang-kadang kalau ibu Ati memakan sesuatu yang sudah menjadi pantangan dari sejak dulu maka ibu Ati sering sakit kepala. Ibu Ati tidak pernah kemoterapi sejak di operasi.

4.2.7 IMFORMAN 7

Nama : Rauli Siregar

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Turi no.164 Medan Denai

Umur : 59 Thn

Etnis : Batak

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pensiunan Guru SD Penghasilan : Rp.2.000.000/ bulan Pendidikan Terakhir : PGSD

(49)

Pekerjaan Suami : Pensiunan Tentara Penghasilan Suami : Rp. 2.000.000

Rauli Siregar Seorang Guru Yang Tegar

(50)

dan PNS di salah satu Instasi di kota Medan, anaknya yang paling kecil PNS di Jakarta, yang paling kecil anak ibu Rauli merupakan anak satu-satunya yang belum menikah dan sedang mengambil S-2 di Jakarta. Dengan latar belakang keluarga berpendidikan seperti ini juga yang menjadikan alasan beliau untuk tidak memilih pengobatan Alternatif karena ibu ini sendiri beserta keluarga tidak percaya pada pengobatan selain medis(modern) , beliau takut akan salah penanganan karena “pengobatan alternatif kan cuma hanya pengalaman tidak ilmu, saya tidak berani, hingga 30 thn ini saya tidak pernah berobat alternatif, saya hanya minum kopi benalu itu saja. Adapun karena sakit yang saya derita saya menpercepat masa pensiun saya sebagai guru, yang seharusnya umur 60 thn menjadi 58 thn, hingga kini ibu Rauli lebih focus pada tahap kotrol penyakitnya dan ia sudah tidak bisa terlalu letih mengingat penyakit yang dideritanya bukan hanya kanker Payudara tetapi juga Jantung, ibu Rauli tidak mau memilih sembarangan pengobatan katanya. Ketika ditanyakan apakah ada keluarga sebelumnya yang menderita kanker payudara, ibu Rauli menjawab pada zaman dulu ibunya ibu rauli juga pernah terkena sejenis kanker payudara , namun penanganannya hanya berobat kampung saja,karena zaman dahulu belum banyak mengetahui pengobatan, akhirnya payudara ibunya ibu Rauli membusuk dan tidak lama dari situ meninggal.

(51)

”kanker saya sudah Stadium 2b pada saat itu dan sudah menjalar ke leher, setelah proses biopsy ada sekitar 2kg yang terangkat. Dan saat ini saya rutin kontrol 1 bulan sekali di RS HAM, minum obat 1*1 hari, dan ini yang saya ingin tanyakan kepada dokyer saat ini, apakah selama 30 thn ini saya harus selalu mengkonsumsi obat ? “ ketika ditanyakan mengapa ibu rauli tidak mau mencoba pengobatan lain,ia menjawab” alasan saya tidak percaya dengan pengobatan Alternatif karena saya takut salah pengalaman yang berakibat fatal pada kesehatan saya, dan saya memang tidak percaya dengan hal-hal yang tidak pasti”.

4.2.8 IMFORMAN 8

Nama : Susilawati Sinurat

Alamat :Gg.Melati PasarMedan Helvetia (belakang Plaza Milenium)

Umur : 31 Thn

Agama : Kristen

Etnis : Batak

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP

Jumlah anak : 1 orang

(52)

Susilawati Sinurat Seorang Perempuan Pemberani

(53)
(54)

4.2.9 IMFORMAN 9

Nama : Uly

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Binjai km 10 no.6D, Medan Sunggal

Umur : 23 Thn

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Etnis : Jawa

Anak ke : 3 dari 4

Uly gadis yang Manja

(55)
(56)

4.2.10 IMFORMAN 10

Nama : Eli

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln.Pembangunan Gg.Kehakiman Padang Bulan Medan

Umur : 21 Thn

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Etnis : Aceh

Anak ke : 2 dari 3

Eli gadis yang Mandiri

(57)

yang tidak ribet. Eli juga mengatakan belum ada anggota keluarga sebelumnya yang sakit kanker payudara, pasca operasi Eli chek up ke dokter untuk mengetahui perkembangan selanjutnya, saat ditanya kenapa tidak mencoba pengobatan lain, eli menjawab ia ragu akan pengobatan-pengobatan lain yang diluar pengobatan medis,karena pengobatan medis hanya cocok-cocokan aja, tidak bisa dipastikan penyembuhannya, eli pernah disarankan oleh salah satu petugas kesehatan untuk mencoba pengotan Alternatif. Namun Eli masih ragu.proses pengobatan eli sangat singkat, chek up 2 kali, operasi dan opname 6 hari.

Dari beberapa hasil wawancara imforman yang dihubungkan dengan factor-faktor apa saja yang menentukan pasien penderita kanker payudara dalam memilih pengobatan, yang pertama adalah kepercayaan yang mana dari kesepuluh kasus kebanyakan dari pasien yang menderita kanker payudara di kota Medan dalam memutuskan suatu pengobatan ditentukan oleh kepercayaan mereka dalam hal pengobatan tersebut, seperti paparan beberapa pasien berikut yang memilih pengobatan karena kepercayaan mereka terhadap pengobatan tersebut. Tiwi yang dari kecil sudah sering berobat ke pengobatan Alternatif yang saat ini ia jalani, ia merasa penyakitnya akan lebih membaik jika berobat ke pengobatan Alternatif ini,

“saya merasa sudah cocok dengan satu jenis pengobatan, jadi tidak perlu mencoba pengobatan lain lagi, ntar jadi gak sembuh-sembuh kalau banyak yang dicoba”

(58)

“saya tidak percaya pengobatan-pengobatan Alternatif atau Tradisional seperti Akupuntur, Ceragem, atau Dukun, saya pikir itu hanya menambah masalah sehingga timbul lagi penyakit saya, contohnya Dukun, dukun sering bilang kalau sakit itu dibuat orang lain, teman kitalah , tetangga kitalah, dan akhirnya kita su’uzon dengan orang tersebut, dan jadi stress memikirkannya, menambah rasa sakit juga, belum lagi dosanya, percaya kepada dukun itu kan sirik “

Selain kepercayaan faktor ekonomi juga merupakan faktor yang lebih sering menjadi penentu dalam memutuskan pemilihan terhadap pengobatan, ekonomi dan juga jarak yang harus ditempuh pasien ke tempat pengobatan dikaitkan juga dengan factor ekonomi, berikut penuturan Lisda yang menentukan pemilihan suatu jenis pengobatan dikarenakan faktor ekonomi,

“Awalnya saya memilih berobat ke dokter Spesialis atas anjuran tetangga saya ya teman dekat saya juga, setelah beberapa lama saya yang hanya seorang pengangguran dan tinggal bersama uwak saya tidak memiliki biaya lagi untuk berobat ke dokter spesialis, akhirnya saya memlih pengobatan Akupuntur, yang mana pasien boleh membayar seikhlasnya saja,tapi berobatnya harus rutin, untuk beberapa kali pengobatan saya masih rutin dating,namun setelah lama kelamaan saya tidak sanggup lagi ke pengobatan Akupuntur karena lokasinya yang sangat jauh dari rumah, kondisi saya yang sakit tidak bisa untuk pergi berobat setiap hari kesana, ditambah lagi ongkosnya yang mahal”.

Faktor dari dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi proses pengobatan, bagaimana keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan dan dapat memberikan semangat dan motivasi kepada pasien, berikut penuturan ibu Pinem dalam sepanjang proses pengobatannya yang banyak merugikan ibu pinem secara materi, namun keluarga tetap memberinya semangat,

(59)

sekolah masih bisa dicukup-cukupkan biayanya, mereka juga tidak pernah mengeluh dengan itu semua, mereka hanya berharap saya bisa sembuh.”

4.3 Analisis Data

4.3.1 Persepsi Penderita Kanker Payudara Tentang Pengobatan Kanker Payudara

Pada dasarnya setiap penderita Kanker Payudara mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mendapatkan kesembuhan, namun untuk mencapai kesembuhan tersebut mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan dari beberapa hal yang menentukan pilihan mereka untuk melalui tahapan-tahapan pengobatan harus mereka lalui, ada bermacam-macam penderita Kanker Payudara yang memiliki cerita yang berbeda dalam proses pengobatannya, ada pasien yang melalui proses pengobatan yang panjang dan ada pasien yang melalui proses pengobatan yang singkat, ini tergantung pada ketepatan dan kesesuaian pasien dalam memilih jenis pengobatan terhadap penyembuhan penyakitnya, banyak hal yang mempengaruhi atau menentukan pasien penderita kanker Payudara dalam memilih pengobatan, seperti pernyataan Lisda:

“saya berobat ke Rumah Sakit ini karena saya kan seorang pengangguran, penghasilan saya tidak ada, saya hanya bisa berobat dengan memakai Askes, lebih murah daripada berobat ke Klinik. Sebelumnya saya juga pernah berobat Akupuntur tapi saya tidak rutin berobat karena lokasinya jauh dari tempat tinggal saya, sebenarnya biaya pengobatan Akupuntur juga murah, tapi ongkos ke tempat pengobatan yang jauh dan kondisi saya juga yang sedang sakit tidak memungkinkan untuk rutin berobat kesana”

(60)

yang Lisda pilih saat ini, begitu juga dengan ungkapan Tiwi, seorang gadis yang menderita kanker Payudara jinak di usia muda:

“saya lebih memilih pengobatan Alternatif untuk proses pengobatan sakit yang saya derita saat ini, karena saya sudah percaya dengan pengobatan ini, saya sudah lama berobat disini, dari kecil setiap saya sakit saya selalu berobat kesini dan mudah-mudahan sembuh, memang itu semua tergantung yang diatas tapi saya sudah cocok dengan pengobatan ini, jadi saya tidak mau mencoba pengobatan lain”

Faktor yang menentukan pengobatan tiwi adalah kepercayaan dan pengalaman yang selama ini ia rasakan ketika berobat di pengobatan Alternatif tersebut, ia merasa sudah cocok dan tidak akan mencoba pengobatan lain lagi.

Begitu juga penuturan Lia, perempuan periang ini menyatakan bahwa factor utama yang menyebabkan ia memilih pengobatan yang ia keluti saat ini adalah factor kenyamanan,

“saya nyaman sekali berobat di Pengobatan Alternatif Mutiara kakiku ini, disini saya dianggap bukan seperti pasien lagi, tapi sudah seperti keluarga, saya sudah sangat dekat dengan yang mengobati, saya senang sekali setiap berobat, karena mereka sangat baik dan ramah, saya sudah seperti saudara sendiri bagi mereka, saya pernah diberi hadiah di hari Ulang Tahun saya,dan ada perkembangan juga dari penyakit saya, saya merasa sudah berkurang rasa nyeri pada payudara saya.”

(61)

Seperti halnya dengan Analisa Prilaku sakit Suchman dalam hal mencari pengobatan yaitu Shoping merupakan proses mencari Alternatif sumber pengobatan yang menemukan seseorang yang dapat memberikkan diagnosa atau pengobatan sesuai dengan harapan si Sakit, begitu juga dengan harapan Lisda,Lia dan Tiwi. Proses yang kedua yaitu Figmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, seperti proses pengobatan Lia yang berobat rutin ke Alternatif namun untuk mengontrol perkembangannya ia berobat ke dokter. Kemudian proses pengobatan Suchman selanjutnya yaitu Self medication yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan dan obat-obatan yang dinilainya tepat baginya, berikut pendapat ibu Rauli Siregar :

“saya tidak pernah berobat Alternatif, saya selalu berobat ke dokter, untuk membantu mengurangi zat-zat kimia obat yang sudah saya makan saya minum kopi benalu dan banyak makan bawang putih, saya baca di majalah dapat mengurangi atau mencegah sel-sel kanker untuk berkembang, saya juga rajin mengkonsumsi sayur dan buah, makanan yang tidak disukai sel-sel kanker.”

Kemudian Proses pengobatan selanjutnya adalah Discotinuity yaitu penghentian proses pengobatan, proses ini di lakukan bagi pasien yang meras sudah sembuh atau merasa tidak cocok dengan pengobatan yang ia lakukan, ia merasa sakitnya semakin parah dengan berobat dengan satu jenis pengobatan, berikut ungkapan ibu Ati:

“saya merasa saat ini sudah sembuh, saya tidak berobat lagi, mungkin hanya menjaga untuk tidak memakan makanan yang di pantangkan.”

(62)
(63)

4.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien Penderita Kanker Payudara dalam Memilih Jenis Pengobatan

1. Kepercayaan Pasien Penderita kanker Payudara

Kanker Payudara tidak hanya menimbulkan stress seperti pada pasien kanker lainnya karena kanker payudara menyerang organ seksual sekunder yang turut memberikan identitas kepada setiap wanita.sehingga jika organ tersebut terkena kanker, maka identitas pasien sebagai wanita juga turut terancam.hal ini yang membuat mereka mengalami stres yang lebih berat , dalam hal ini pasien kanker payudara membutuhkan orang lain yang dapat membantu kondisinya baik secara fisik maupun Psikis. Kepercayaan pasien kanker payudara lebih kepada kondisi Psikisnya, yang mana pasien akan memilih suatu pengobatan yang menurut pasien tersebut Aman dan Nyaman untuk dirinya, untuk kesehatan tubuh dan jiwanya. Kerentanan stress yang dialami pasien penderita kanker payudara memunculkan trust pada pengobatan yang mereka pilih untuk menangani mereka agar dapat menerima pelayanan pengobatan dengan efektif. Kepercayaan pasien terhadap pengobatan juga mempengaruhi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan status kesehatan pasien. Dalam hal ini pasien menjalani atau memilih suatu pengobatan sebelumnya didasarkan atas suatu kepercayaan terhadap pengobatan tersebut, seperti pemaran ibu Ati, pasien yang tidak percaya dengan pengobatan Alternatif :

(64)

Setiap pasien penderita kanker payudara sebaiknya memiliki kepercayaan diri dan keyakinan pada efektivitas pengobatan yang dipilihnya, karena hal ini merupakan salah satu factor dalam mendapatkan hasil yang positif dalam proses penyembuhan, bagaimanapun alasan pasien dalam memilih pengobatan tertentu, semakin ia mempercayainya akan berhasil, maka hasilnya akan menjadi seperti apa yang ia percayai.keyakinan pada kemampuan tubuhnya untuk menyembuhkan diri sendiri,dan keyakinannya pada kemampuannya untuk memilih yang terbaik pada dirinya,membantunya memastikan bahwa ia akan memaksimalkan setiap manfaat dari pengobatan apa pun yang ia pilih.

2. Tindakan Rasional Pasien Penderita Kanker Payudara dalam memilih Jenis Pengobatan

Mengacu kepada teori Aksi dan pilihan Rasional Max Weber yang menyatakan teori bertindak yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas objek stimulus dan situasi tertentu.tindakan individu ini merupakan sosial yang rasional yaitu untuk mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang tepat, begitu juga halnya dengan Pasien penderita kanker payudara dalam hal bertindak yaitu memutuskan untuk menjalani suatu pengobatan tertentu dilakukan berdasarkan pengalaman pengobatan pasien penderita kanker payudara tersebut dan juga pengalaman orang lain yang sama-sama menderita kanker payudara yang mempengaruhi pasien tersebut dalam bertindak, seperti paparan ibu Ati berikut ini:

(65)

Alternatif dan sudah banyak mencoba tempat pengobatan yang berbeda-beda, ia takut berobat ke Rumah sakit karena ia takut di Operasi atau diangkat, hingga akhirnya penyakitnya semakin parah ketika dibawa ke Rumah Sakit tidak tertolong lagi, maka ketika saya disarankan dokter untuk operasi saya tidak berpikir panjang lagi, yang terpenting adalah saya bisa menjalani hidup sehat”.

Sementara persepsi dan pemahaman pasien dalam memilih pengobatan adalah bagaimana pengetahuan pasien penderita kanker payudara tersebut terhadap berbagai jenis pengobatan.sikap cerdas dan berpikir secara rasional baik dari segi keefisienan jarak, ekonomi, serta meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan untuk kesembuhan dan kesehatan nantinya, pasien penderita kanker payudara akan dapat bertindak lebih strategis yaitu melakukan pemilihan secara benardi segala bidang,termasuk di bidang kesehatan, banyak sekali terdengar ungkapan pasien seperti ini “Kesehatan itu sangatlah Mahal”. Masyarakat tentunya banyak yang mengeluh tentang pengobatan-pengobatan yang tidak seperti yang mereka harapkan, dikota Medan sendiri masih banyak pasien yang belum menjangkau untuk pengobatan Klinik Spesialis, biaya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Radiologis, pemeriksaan patologis dan lain-lain, berikut ungkapan ibu Zuraidah:

“untuk seorang ibu rumah tangga seperti saya kok bisa ya terkena penyakit seperti ini, padahal saya tidak punya penghasilan, penghasilan saya ya dari suami saya, belum lagi biaya kuliah anak saya, untunglah saya punya askes, jadi bisa berobat ke Rumah Sakit ini lebih murah, walaupun pelayanannya jauh sekali dari yang diharapkan, tapi daripada saya berobat ke Klinik Dokter spesialis, mungkin saya tidak mampu”

(66)

“sakit”. Dibidang kesehatan secara tidak disadari selama ini dalam kehidupan sehari-hari terjadi pemborosan dalam pembiayaan kesehatan.

(67)

analogikan dengan beberapa orang buta yang bertemu seekor gajah besar: orang yang menyentuh sisi badan gajah yang lebar dank eras berpikir itu adalah dinding,orang yang menyentuh gadingnya percaya bahwa ia menemukan lembing,orang yang memegang ekornya yakin kalau itu adalah seutas tali, dan orang yang menyentuh kakinya mengira itu adalah pohon.setiap benda yang disentuh menggambarkan objek yang sangat berbeda berdasarkan apa yang diterima oleh orang tersebut dari sudut pandangnya yang terbatas. hal ini sama juga ditemui pada klasifikasi pengobatan Alternatif dan pengobatan modern.

(68)

medis, baik yang stadium awal maupun stadium akhir, dan tak jarang pasien merasa sembuh setelah melakukan kemoterapi ini, dan cara-cara pengobatan lain adalah Operasi atau untuk istilah Bedah kankernya Biopsy, Radiologi, Ronsen, dan lain-lain. Banyak prosedur yang harus dilalui dalam pengobatan medis (modern), seperti pengurusan surat-surat rujukan, surat Status kesehatan Pasien dan surat pasien yang menggunakan Askes, surat hasil Laboratorium, dan lain-lain.

4.3.4 Pilihan-pilihan dalam pengobatan

Menurut Michael Lerner, Ph.D. presiden suatu institusi penelitian kesehatan dan lingkungan di California menyatakan,”saya percaya bahwa ketika anda didiagnosis kanker payudara, lima pilihan yang hebat akan terbuka di hadapan anda, entah anda sadari atau tidak,dan saya percaya bahwa munculnya kesadaran akan hal tersebut dapat mengubah hidup anda kearah yang lebih baik. lima bidang pilihan pada kanker tersebut adalah, pilihan dalam penyembuhan, pilihan dalam terapi konvensional atau pengobatan modern,pilihan dalam terapi pelengkap atau Alternatif, pilihan dalam menghadapi rasa sakit,kesedihan dan penderitaan,pilihan dalam menghadapi kematian dan keadaan sekarat.

(69)

sayangi,menelusuri kelima hal dalam pilihan penyembuhan ini,dan membuat pilihan-pilihan sesadar dan seterampil mungkin, adalah yang saya inginkan agar orang-orang dengan penyakit kanker mampu melakukannya.

(70)

Syarat suatu standar yang baik adalah:

1. Bersifat jelas, artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal, suatu standar harus bisa diterima akal.

3. Dapat dipercaya, tidak ada gunanya menentukan standar yang sulit karena tidak akan mampu tercapai, karena itu sering disebutkan dalam menentukan standar,salah satu syarat yang harus terpenuhi adalah harus sesuai dengan kondisi rganisasi yang dimiliki.

4. Absah artinya adalah adanya hubungan yang kuat dan dapat dideterminasikan antara standar dan sesuatu (misalnya mutu pelayanan) yang diwakilinya.

5. Meyakinkan, artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.

6. Mantap dan spesifik artinya tidak terpenuhi oleh perubahan waktu, bersifat khas dan gamblang.

(71)

Pengobatan biomedis memberi perhatian pada menyembuhkan dan mengurangi rasa sakit, sementara pengobatan biopsikososial memberi perhatian tidak hanya pada menyembuhkan penyakit dan meredakan rasa sakit tetapi juga pada menyembuhkan keadaan sakitnya dan mengurangi penderitaan. Proses penyembuhan dapat terlihat seperti suatu pencarian akan hubungan kembali dengan kekuatan penyembuhan kreatif yang ada dalam diri kita, untuk memulihkan kita dangan api kreatifitas tersebut. Penting untuk mempertimbangkan nilai sebuah karya kreatif dalam penyembuhan dengan pengobatan kanker karena begitu banyak dari kita, sebagai orang dewasa, telah lupa atau bahkan takut pada kekuatan kreatif.

(72)

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

(73)

pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.

5.2 SARAN

Dari kesimpulan yang dipaparkan mengenai faktor-faktor yang menentukan pasien memilih jenis pengobatan, yaitu bertujuan ingin memperoleh kesembuhan dengan lebih efektif dan efisien, dengan kata lain mengatasi masalah tanpa masalah, untuk memperoleh kesembuhan yang efektif dan efisien ini, pasien lebih cerdas dalam memilih pengobatan yang dikelutinya.

(74)
(75)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan H.M, 2007; Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu social, Jakarta : Kencana Prenama Media Group

Damsar, 1998;Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Rajawali Press

Foster, Anderson, 2008; Antropologi Kesehatan, Terjemahan, Jakarta : UI Press Illieh Ivan, 1995 ; Batas – Batas Pengobatan ( Perampasan hak untuk sehat), Jakarta :

yayasan obor Indonesia.

Lexy, J. Moleong, 2006; Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poloma, Margaret, 2004; Sosiologi Kontemporer, Jakarta :PT. Rajawali Grafindo Persada.

Prof. Dr. dr. H. Hawari, Dadang, Psikiater; Kanker Payudara Dimasi Psikoreligi, Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Soekanto, Soerjono, 2002; Sosiologi suatu pengantar, Jakarta : Raja Grafindo

Sunarto, Komanto, 2000; Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi.

Sarwono, Solita, 2007 ; Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Soekanto,Soerjono, 1984;Teori Sosiologi(Tentang Pribadi dalam masyarakat),Jakarta:Ghalia Indonesia.

(76)

Sumber lain:

Wan Sri.2008.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Memilih Persalinan.Skripsi(S-1)tidak diterbitkan.Medan,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait