• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan dukungan sosial dalam manajemen stres wanita penderita kanker payudara : studi kasus pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R.S.Sukanto Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan dukungan sosial dalam manajemen stres wanita penderita kanker payudara : studi kasus pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R.S.Sukanto Jakarta"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

KANKER PAYUDARA

(Studi Kasus Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R.S. S1ukanto Jakarta)

Oleh:

Siti Nur Azizah

NIM.105070002353

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah

Jakarta

(2)

Kasus Pasien Rumah Saki!

R.

S. Sukanto· Jakarta) telah diajukan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

I

Jakarta, 11 Agustus 2008

Sidang Munaqasyah,

Pembantu Dnkan/ Dekan/

Ketua , 'rangkap Anggota

Penguji I,

NIP. QUPRSXWセWS@

Anggota:

. /

""

Ha1tati, M.Si 159:38

Pembimbing II

n・ッ・ッ{「セエゥZm@

s;,

Pe;

(3)
(4)

7.(f tik..r;i ftu tatap awan .

..

. . .

terukj.rindah se6uah nama idaman

7.(ftifta ftu Ei.hat tanah .

...

tergores jefas se6uah nama nan ramah

7.(ftifta ftu tengok.,fem6aran risalah

...

tertata rapi se6uah nama yang dicfam6a

...

nama yang penufi k.§tau[acfanan

...

nama yang telafi mengor6anftan am6ang 6atas liidup cfan matinya

..

. yang merelaftan masa 6afiagianya untuftftu

...

yang sefa[u mem6im6ing ftu

(5)

(0) Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Sires Pada Wanita Penderita kanker Payudara

(E) 125 Halaman (termasuk lampiran)

(F) Saal ini, kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering disebut sebagai mimpi buruk bagi kaum wanita. Menerima diagnosa menderita kanker payudara merupakan suatu peristiwa yang

mengejutkan, menakutkan bahkan traurnatis bagi penderita maupun orang-orang yang dekat dengan penderita. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit secara fisik, sosial dan psikologis harus dihadapi oleh penderita kanker payudara.

Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, penderita kanker payudara umumnya mengalami sires. Sires dapat berakibat buruk apabila penderita tidak mampu berespon dengan tepat dalam

mengatasi sires. Dampak dari stres pada penderita kanker payudara yang tidal< diharapkan terjadi, misalnya depresi berkepanjangan dan menarik diri. Untuk membatasi dampak negatif dari stres adalah melalui manajemen sires. Manajemen stress adalah upaya yang dilakukan individu untuk mengontrol atau mengurangi stres.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambran dukungan social yang dipersepsikan wanita penderita kanker payudara dalam menjalankan menejemen stress yang dilakukannya.

Penelitian ini menggunakan teori peran dukungan sosial sebagai stress-buffer. Hasil yang diperoleh, dari pengambilan data yang

dilakukan dengan metode studi kasus terhadap tiga subyek penelitian, menunjukkan bahwa wanita yang menderita kanker payudara yang menerima dukungan sosial dan mempersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan kebutuhannya dapat membantu dalam menjalankan

manajemen sires yang dilakukannya.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan hendaknya keluarga

penderita sebagai lingkungan terdekat lebih meningkatkan dukungan; dokter sebelum memberitahu hasil diagnosis kepada pasien yang menderita kanker payudara harus terlebih dahulu melakukan

(6)

lain yang dilakukan adalah berpikir positif dan yakin pada diri sendiri bahwa cobaan yang mereka alami dapat mereka lewati dengan baik.

(7)

menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peranan Dukungan Sosial Terhadap

Manajemen Sires Pada Wanita Penderita Kanker Payudara".

Shalawat dan salam penulis tujukan kepada pembawa risalah yang haq,

yang telah menyeberangkan umat manusia dari lembah kHhinaan menuju

alam yang penuh rahmat, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan hasil perjalanan studi penulis selama kuliah di Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dibuat untuk memenuhi syarat

akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI)

bidang Psikologi. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak

lepas dari saran, bantuan, motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

merangkap sebagai dosen pembimbing I, lbu Ora. Hj. Netty Hartati,

M.Si. Terima kasih ibu karena sudah meluangkan waktu dan

(8)

3. Seluruh stat bagian pendidikan dan penelitian rumah sakit Polisi Pusat R.S. Sukanto Jakarta atas kerjasamanya. Pembimbing penelitian lapangan penulis, ibu Evi Miranti, S.Psi., M.Psi., terima kasih bu .. atas waktu dan kerjasamanya.

4. Kepada semua responden, penulis haturkan banyal< terima kasih karena beliau-beliau inilah akhirnya penulis dapat ュ・ョケ・ャ・ウ。ゥャセ。ョ@

skripsi ini. Mudah-mudahan tali silaturrahmi kita tetE1p berjalan dan penulis doakan semoga cepat sembuh dan bisa kernbali beraktifitas tanpa penyakit (amin).

5. Kepada orangtuaku bapak Muhamad Harun dan mamah Nur Hidayati, yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayang dan do'anya kepada penulis serta kucuran dana yang ta' terhitung berapa

banyaknya, penulis haturkan banyak terima kasih dan mohon maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian. Kebahagiaan bapak dan mamah adalah segalanya untuk penulis, bapak dan mamah adalah sumber motivasi yang kuat dan tujuan hidup untuk penulis ketika penulis down, I Love U Soo Much mah n pa'.

(9)

keponakanku yang lucu dan imut Zalfa Putri Butar-13utar yang selalu

membuat penulis merasa ceria dan bahagia, cepat besar ya sayang,

semoga kelak kamu menjadi anak yang pintar dan sholehah. Untuk

tanteku (Nur Laila) yang baik banget, yang selalu rnencurahkan kasih

sayang dan doanya untuk penulis juga untuk om HHndri dan keluarga

besar di Kola. Terima kasih yah!. Maaf penulis belum bisa memberikan

yang terbaik untuk kalian semua.

7. Kepada keluarga besar bapak M. Djazim, terutama untuk mba Rini

terima kasih untuk dukungan dan segala bantuannya, berkat beliau

inilah penulis dapat melakukan penelitian di Rumkit R.S. Sukanto. Ta'

lupa juga untuk Bhara Juli Prasetio yang selalu memberikan do'a dan

sayangnya kepada penulis serta memberikan bantuan kepada penulis

baik moril maupun materil demi selesainya skripsi ini. Maaf penulis

belum bisa membalas semua kebaikan keluarga besar bapak. Semoga

Allah SWT selalu melindungi keluarga ini (amien).

8. Kepada semua teman-teman angkatan 2004 terutarna anak B (lpeh,

Agra, Diyan, Vina, Ochil, Djazim dkk), kadang dengan merekalah

penulis dapat tertawa, disanalah letak keharmonisan kami dan

(10)

Do'a dan harapan penulis semoga Allah SWT selalu mempersatukan

kami, amieenn.

10.

Teman-teman baik penulis yang selalu memberikan semangatnya dan

bantuannya demi selesainya skripsi ini. Terima kasih untuk Ali Akbar,

Kholil, dan Imam. Terima kasih banyak alas apa yang kalian lakukan

untuk skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua

(Amin).

11.

Seluruh staf akademik dan perpustakaan Fakultas Psikologi UIN

Jakarta, terutama kepada bu Syariah, bu' Sri, bu' Faozah, dan pa'

Yordanish yang telah memberikan bantuannya kepa1da penulis dalam

hal nilai maupun surat menyurat.

Mudah-mudahan segala bantuan dan partisipasinya mendapat imbalan

dan balasan dari Allah SWT. Ahkirnya, penulis berharap semoga skripsi

ini clapat bermanfaat bagi penulis khususnya clan bagi pembaca pada

umumnya. Amien.

Jakarta,

11

Agustus

2008

(11)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... ... ... iii

MOTTO ... iv

DEDIKASI... .. ... . .. ... .. . . . ... .. ... .. . .. . . .. .. ... .. . ... . .. ... ... v

ABSTRAKSI... ... vi

KAT A PENGANT AR... viii

DAFT AR ISi. ... xii

DAFT AR T ABEL... xv

Bab I. PENDAHULUAN ... 1-18 A. Latar belakang masalah... ... ... .. . ... ... ... . .. ... .. . ... ... .. . ... ... .. 1

B. ldentifikasi masalah.... .. ... ... ... ... ... .. . . .. . .. .. . . .. . .. .. ... . ... . .. . 14

C. Batasan dan rumusan masalah... ... ... ... ... ... ... 15

D. Tujuan penelitian... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 16

E. Manfaat penelitian... . . . 17

F. Sistematika penulisan... ... ... ... ... ... ... ... ... 17

Bab II. LANDASAN TEORI... 19-58 A. Kanker Payudara... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 19-26 1. Definisi kanker Payudara... ... ... ... ... ... ... ... ... 19

(12)

1. Pengertian stress... 26

2. Penilaian terhadap stress... . . . 29

3. Sumber stress... 31

4. Dimensi stress... 35

5. Pengertian manajemen stress... 38

6. Teknik manajemen stress... 39

C. Dukungan Sosial... .. 48-58 1. Pengertian dukungan sosial... 48

2. Bentuk-bentuk dukungan sosial... .. 49

3. Sumber dukungan sosial. .. . . .. . . .. 52

4. Pe ran dukungan sosial dalam manajemen stres... .. 55

Bab Ill. METODOLOGI PENELITIAN . . ... .. ... .. .. .. . . . ... . .. ... .... 59-67 A. Pendekatan dan metode penelitian ... 59

B. Metode pengumpulan data... 60

1. Wawancara... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... . .. . .. ... ... .. 60

2. Observasi ... 62

3. Ala! bantu pengumpulan data ... 62

(13)

A. 2. Gambaran riwayat penyakit subyek... .. .. ... .. . .... ... .. .. 70 a. 1. Manajemen Stres ... 98

(14)

A. Latar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

(15)

juta penderita kanker payudara dan lima juta orang diantaranya meninggal akibat mengidap penyakit tersebut (pdpersi.co.id). Mengutip data yang disampaikan Menteri Kesehatan Siti Fadilah, kanker payudara di Indonesia berada di urutan keenam penyebab kematian (www.pitapink.com).

Karena kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering disebut sebagai mimpi buruk bagi kaum wanita. Tetapi sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, apabila kita memberikan perhatian yang cukup terhadap kesehatan diri kita. Dengan deteksi dan diagnosa dini serta penanganan se!Jera, maka kanker payudara bukan lagi suatu vonis kematian ( Unit Uji Kesehatan dan Deteksi Dini kanker dan lnstalasi Radiodiagnostik). Menurut Tindarbumi (1995) pada wanita indonesia, usia rawan untuk terkena kanker payudara adalah di atas 30 tahun dan resikonya semakin tinggi sampai usia 50 tahun.

(16)

Melihat pada makna payudara bagi wanita, menerima diagnosis tumor ganas pada payudara merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan, menakutkan, bahkan traumatis bagi penderita maupun orang yang dekat dengannya. Kondisi ini membutuhkan perhatian besar dalam ー・ョ。ョセQ。ョ。ョョケ。@ secara medis atau sosial-psikologis (dalam Aristiati Adji, 1997).

Sehubungan dengan penyakitnya, penderita kanker payudara menghadapi masalah-masalah dalam menjalani kehidupannya. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah masalah perubahan fisik yang terjadi, masalah yang

berkaitan dengan seksual, masalah dampak kemoterapi (Kaplan, Sallis Jr & Patterson, 1993).

(17)

Lazarus & Folkman (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa individu dapat

mengalami stres bila ia menilai bahwa ia tidak sanggup lagi atau tidak punya sumber daya yang cukup untuk mengatasi masalahnya. Sebagai contoh, pandangan terhadap makna payudara bagi wanita berpengaruh terhadap bagaimana penderita menilai penyakitnya sebagai stressor. Menurut

Senescu (dalam Stoll, 1979), semakin penderita kanker memandang penting organ tubuh yang terserang kanker, maka semakin besar pengaruhnya terhadap melemahnya harga diri (self-esteem) bila organ tersebut rusak atau

hilang. Selanjutnya, bila kondisi itu terus berlangsung maka penderita akan kehilangan harga dirinya, dan menjadi depresi.

Stres dijelaskan sebagai :

.... the process of appraising events as threatf.ming, challenging or harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive,

or behavioral level (Feldman 1989)

Dalam definisi ini, individu dapat mengalami stres bila ia menghadapi peristiwa yang dinilainya mengancam, menentang atau membahayakan. Dalam hal ini penderita kanker payudara menghadapi peristiwa yang

dinilainya dapat mengancam atau membahayakan dirinya dan keluarganya. Ancaman yang mungkin dirasakan adalah kematian, kehilangan payudara,

(18)

Dalam menghadapi penyakitnya, penderita mungkin mengeluarkan reaksi takut, cemas atau depresi.

Tak mengherankan, dari sebuah penelitian di Amerika Serikat yang

melibatkan 236 perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara, ditemukan hampir 50 persen dari mereka mengalami gangguan emosional atau rnenunjukkan gejala kelainan kejiwaan, seperti depresi dan post-traumatic stres disorder (PTSD). Mayoritas mengalami problem kejiwaan menengah hingga gangguan emosional berat sebanyak 41 persen. Semua atau 100 persen pasien ketika dipaparkan hasil diagnosisnya langsung dilanda cemas. Kemudian 96 persen menyatakan khawatir memikirkan ketidakjelasan perawatan yang akan dijalaninya dan yang merasa cemas akan terjadinya perubahan fisik mencapai 81 persen (Koran Tempo, 2006).

Respon orang terhadap sumber stres sangat beragam, s;uatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus sires yang temporer. R:eaksi kita

(19)

Di tingkat fisiologis, respon orang terhadap sumber ウエイ・セ[@ ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stres tersebut (www.e-psikologi.com).

Bukti menunjukkan bahwa penderita kanker payudara yang

mempertahankan semangat juang melawan penyakit mendapatkan has ii pengobatan yang Jebih baik daripada pasien yang meny1erah dan putus asa terhadap penyakitnya (Pettingale, 1985). Penelitian terhadap pasien kanker yang ditindaklanjuti setelah

10

tahun mendapati pasien yang marah saat didiagnosis dan mempunyai semangat untuk melawan penyakit

menunjukkan tingkat bertahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang menerima penyakit dengan menahan diri atau memendam

perasaaan. Keinginan yang kuat untuk melawan penyakit dapat membantu meningkatkan katahanan hidup.

(20)

tepat dapat memperburuk kondisi individu (Lazarus dan Folkman dalam Steptoe, 1991 ).

Penderita kanker payudara perlu diarahkan untuk mengeluarkan respon-respon yang tepat dalam menghadapi stres, sehingga ia dapat

menyesuaikan diri dengan kondisinya (misalnya dengan terus menjalani pengobatan dan melakukan aktifitas yang sesuai). Kesembuhan total mungkin sulit dicapai namun penderita kanker dapat diusahakan terhindar dari akibat yang lebih fatal seperti munculnya gangguan--gangguan mental depresi, perasaan berdosa, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri (Ahmad Muhidin, 2004).

Stres yang dialami penderita kanker payudara harus dapat dibedakan

(21)

Sebagai sumber motivasi, stres dapat memacu kreativitas individu, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk mernbatasi dampak negatif stres adalah rnelalui manajemen stres (Greenberg, 2002).

Dengan menyadari bahwa stres yang dirasakan individu dapat dikontrol dan dikurangi, maka individu tidak perlu lagi menyadari masalah atau tekanan yang datang kepadanya dengan lari dari kenyataan atau menyalahkan orang lain bahkan dirinya sendiri, melainkan dapat dihadapi dengan langsung dan berusaha menguasainya dengan mengelola respon stres yang datang. Menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak

menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Penekanan individu disini adalah karena kerusakan yang ditimbulkan pada awalnya berpengaruh pada individu, maka penyebab dan proses untuk mengatasi stres pun bermula pada tingkat individu itu sendiri untuk mengenali ragam gejala dan pola reaksi terhadap stres yang dialaminya.

(22)

terjadi secara berurutan yang berarti suatu fase baru akan terbentuk setelah fase-fase sebelumnya dialami oleh individu.

Ditambahkan pula, bahwa individu dapat melakukan intervensi dalam setiap fase model stres. lntervensi yang diberikan pada salah :satu fase akan memperkecil dampak negatif dari stres, antara lain melalui intervensi terhadap situasi, intervensi terhadap persepsi, relaksasi dan olahraga rekreasi.

Suatu keberhasilan dalam manajemen stres penderita kanker payudara tidak terlepas dari adanya dukungan sosial dari berbagai pihak. Dukungan sosial sangat diperlukan penderita kanker payudara untuk tetap bertahan hidup dan keluar dari penderitaannya. Dukungan yang paling utama datang dari orang-orang yang paling dekat dengannya sampai pada pemerintah.

Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, tetangga dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terkait ataupun tokoh masyarakat maupun agama.

Penelitian dari Spiegel dkk (1989) terhadap sejumlah pasien kanker payudara yang sud ah metastasis (sel-sel kanker sudah mengalami penyebaran)

(23)

bertahan hidup satu setengah tahun lebih lama daripada yang tidak mendapatkan dukungan.

Dukungan sosial dapat dijelaskan sebagai:

.... perceived comfort, caring, esteem or help person receives from other people or groups (Sarafino, 1990)

Manurut definisi di atas, dukungan sosial adalah persepsi individu akan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan oleh orang lain atau kelompok lain. lnteraksi yang positif bagi pasien kanker adalah adanya perhatian dan penerimaan. Dengan kedua hal ini pasien dapat beradaptasi terhadap berbagai rasa ketidaknyamanan dan

ketidakmampuan yang dialaminya.

(24)

Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Fungsi dukungan keluarga adalah; dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukun9an emosional. Dinyatakan dalam Sheridan & Radmacher (1992), mengurus penderita kanker dapat dianggap sebagai tugas yang paling sulit, bahkan bagi orang yang paling dekat dengan pasien sekalipun.

Kesulitan itu terletak pada cara memberikan respon yanfl tepat terhadap penderita. Beberapa peneliti (dalam Manne & Zaurta, 1989) menyatakan bahwa mungkin saja terjadi masalah dalam interaksi penderita dengan keluarga, teman dan tenaga medis yang mengakibatkan penderita merasa tidak rnendapatkan dukungan.

(25)

orang lain. Pada penderita kanker, jenis dukungan sosial tertentu menjadi sangat berarti dalam mengatasi masalah penyakit, pengobatan, dan kemungkinan menghadapi kematian.

Pengaruh dukungan sosial sebagai sumber interpersonal yang berfungsi melindungi individu dari akibat negatif tingkat stres ケ。ョセQ@ tinggi, ternyata tidak selamanya memberikan dampak positif pada orang ケ。ョセQ@ mendapatkannya (Kulik & Mahler dalam Sheridan & Radmacher,

1992).

Meskipun dukungan sosial telah diberikan kepada individu, belum tentu diper.sepsikan individu sebagai hal yang mendukung oleh penderita (Sarason,

1983;

Taylor,

1999).

Hal ini berkaitan dengan efektifitas dukungan sosial, kamna konsep

dukungan sosial menunjukkan kualitas hubungan dan interaksi sosial yang dirasakan secara subyektif oleh penderita (Ahmad Muhiclin, 2004).

Pada kasus penderita kanker payudara, faktor yang kemungkinan clapat menghambat efektivitas dukungan sosial adalah adanya reaksi penolakan (denial) pada penderita. Setelah seseorang mengetahui dirinya menderita kanker, muncul gangguan emosional dan pengembangan sikap penolakan sebagai upaya melawan tekanan psikologis akibat penyakitnya (Viney dalam Ahmad Muhidin, 2004). Para penderita tidak ber.sedia meimberitahukan keadaan dirinya pada orang lain (mages & Mendelsohn dalam Sarafino,

(26)

berhubungan dengan penyakitnya (Morris dalam Ahmad Muhidin, 2004), termasuk menghindari kontak sosial dan keterlibatan orang-orang terdekat (anggota keluarga dan teman).

Penderita merasa canggung dan kebingungan dengan kondisi yang dihadapinya, terutama jika keadaan tubuhnya menjadi ウeセュ。ォゥョ@ buruk dan memprihatinkan (Mages & mendelsohn dalam Sarafino, 1994), sehingga keterlibatan orang lain akan dapat memperberat keadaannya.

Fenomena dukungan sosial pada penderita kanl<er payudara dalam rangka mengurangi atau mengontrol stres (manajemen stres) yang mereka lakukan menarik perhatian peneliti untuk mengetahui gambaran penerimaan

dukungan sosial yang dipersepsikan penderita kanker payudara yang mereka terima dapat berperan dalam manajemen stres yang mereka lakukan.

(27)

jumlah angka kejadian kasus penderita kanker payudarn yang semakin tinggi pada wanita yang masih produktif yang selama ini menjalani penyakitnya dengan penuh kecemasan (Tjindarbumi, 2000). Akhirnya penulispun memberi judul skripsi ini dengan "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Payudara" (Studi Kasws Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R. S. Sukanto Jakarta)

B. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan stres pada penderita kanker payudara?

b. Bagaimana penderita kanker payudara menilai peristiwa-peristiwa yang dialaminya sebagai stressorbagi dirinya?

c. Jenis dukungan sosial apa yang diberikan oleh significant others terhadap penderita kanker payudara dalam usaha untuk mengatasi atau

mengontrol stresnya?

(28)

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak mengalami pelebaran dan tetap fokus pada masalah yang diungkap, maka penelitian ini dibatasi dengan meneliti peranan

dukungan sosial terhadap manajemen stres pada wanita penderita kanker payudara.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian diberi batasan sebagai berikut:

a. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan sosial yang dipersepsikan pasien berdasarkan interpretasinya terhadap perilaku-perilaku orang lain (keluarga, teman, dokter atau lembaga-lembaga sosial yang terkait).

b. Stres yang dimaksud adalah reaksi fisik dan mental dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,

membahayakan, dan merisaukan seseorang.

c. Manajemen stres yang dimaksud adalah respon-respon yang dikeluarkan individu sebagai usaha untuk mengurangi stres atau mengonful, atau menghambat konsekuensi negatif dari stres.

(29)

penyebaran yang meluas, masih dalam tahapan yang memungkinkan kesembuhan) pada saat didiagnosis.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam masalah ini adalah "bagaimana peranan dukungan sosial yang dipersepsikan oleh wanita penderita kanker payudara dalam

manajemen stres yang dilakukannya?"

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran

mengenai peran dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima penderita kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya dalam

menghadapi permasalahan yang timbul akibat penyakit yang dideritanya dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup penderita agar menjadi lebih baik.

Secara khusus penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran manajemen stres yang dilakukan oleh penderita dalam menghadapi

(30)

E. Manfaat Penelitian

Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dan penelitian ini berguna untuk menambah wacana dan kajian tentang dukungan :sosial dan

manajemen stres pada wanita penderita kanker payudara. Selain itu hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ba.gi para pasien, keluarga, tenaga medis maupun lembaga-lembaga terka.it yang selalu berinteraksi dengan pasien, bahwa perilaku-perilaku yang muncul dalam interaksi personal dapat berpengaruh terhadap kesehata:n pasien. Dengan kemampuan membedakan antara perilaku yang berpengaruh positif dengan yang negatif, maka keluarga dan tenaga medis dapat berinteraksi secara optimal dengan penderita.

Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi dan masukan kepada seluruh pihak yang berkecimpung dalam menanggulangi penyakit kanker pc.yudara dan wanita-wanita pengidap kanker payudara untuk mengurangi atau mengontrol stresnya.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab dan sub-sub bab yang digambarkan sebagai berikut:

(31)

A. Kanker Payudara

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi kanker payuadara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak terkendali. (http://www.mediasehat.com).

Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.

Anatomi Payudara (www.pfizerpeduli.com)

Profil Payudara: A. Duktus

B. Lobules

C. Bagian duktus yang dilatasi untuk menahan susu D. Puting susu

E. Jaringan lemak (www.pfizerpeduli.com)

(32)

Pembesaran

A. Sel-sel duktus normal B. Membran dasar C. Lumen (Pusat duktus)

2. Faktor risiko terkena kanker payudara

Sampai saat ini para ahli masih belum tahu secara pasti penyebab dari

kanker payudara, sehingga sulit bagi kita untuk mencegah timbulnya penyakit itu. Namun demikian, ada usaha-usaha untuk rnengidentifikasikan factor-faktor yang dimiliki oleh kelompok wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara, yaitu (www.pfizerpeduli.com):

a. Merniliki anggota keluarga yang menderita kanker payudara (ibu, nenek, saudara perempuan).

b. Menstruasi pertama pada usia muda, menopause yang terlarnbat.

c. Wanita yang tidak punya anak, atau melahirl<an anak pertama pada usia > 30 tahun.

d. Pernah terdapat tumor I kanker payudara sebelumnya. e. Mendapatkan terapi pengganti hormon jangka panjang.

(33)

Walaupun telah disebutkan kelompok wanita dengan risiko tinggi terhadap kanker payudara, bukan berarti kelompok wanita yang tidak termasuk di dalamnya terbebas dari penyakit kanker payudara. Seltzer (1987)

mengatakan bahwa kelompok wanita yang tidal< tergolong di alas tetap memiliki risiko terserang penyakit ini, oleh karenanya penting bagi semua wanita untuk melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur.

3. Terapi kanker payudara

Tujuan utama dari pengobatan kanker adalah untuk menyembuhkan

penyakit, untuk membebaskan pasien dari kanker selamanya. Hal ini dapat terjadi apabila seluruh neoplasma berhasil ditemukan dan diangkat (Guyton;

Laszlo; dalam Sarafino, 1990). Jika hanya sebagian dari kanker terangkat, gejala-gejala penyakit yang tampaknya telah hilang akan muncul lagi kemudian. Kesulitan untuk menyatakan secara pasti penyebaran sel-sel kanker menempatkan penderita dalam suasana ketidakpastian, ballkan setelah pengangkatan tumor, apakah penderita sudah terbebas sepenuhnya dari tumor atau belum terbebas.

(34)

a. Terapi stadium dini

Stadium dini berhubungan dengan ukuran tumor yang ditemukan. Apabila ukuran tumor semakin kecil, semakin besar jaringan payudara yang dapat diselamatkan. Saat ini teknik operasi telah memungkinkan hal tersebut, yaitu yang disebut breast conserving treatment (BCT). Dengan sedikitnya jaringan payudara yang diangkat, secara kosmetik payudara dapat

dipertahankan. Menilai adanya penjalaran kanker payudara pada kelenjar getah bening ketiak juga merupakan bagian dari teknik operasi ini, yang pemeriksaannya disebut prosedur sentinel. l<ekambuhan dengan metode ini 5-10 persen dalam dua tahun pertama sehingga diperlukan control teratur. Apabila terdapat kekambuhan, dilakukan pengangkatan payudara seluruhnya dalam rangka penyelamatan (salvage). Ada kecenderungan para pakar menggunakan kemoterapi pada pasien kanker payudara usia muda mengingat sifat sel yang lebih agresif.

b. Terapi stauium lanjut

(35)

4. Reaksi-reaksi psikologis penderita kanker payuadara

Reaksi psikologis yang dialami pasien kanker pada tahap lanjut umumnya sama, walaupun ada yang berkaitan khusus dengan lokasi tertentu tempat tumor itu tumbuh (Lederberg, Holland dan Massie, 1989). Hampir semua pasien kanker dihadapkan pada dampak terburuk dari penyakitnya ini. Beberapa peneliti yang mengkhususkan pada penderita kanker payudara

menemui berbagai reaksi psikologis yang muncul dari pasien kanker payudara, yaitu marah, depresi, takut, perasaan bersalah, penolakan, dan kecemasan (Seltzer, 1987; Stoll, 1979).

Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut reaksi-reaksi psikologis tersebut, yaitu:

a. Penolakan (Denial)

pasien merasa tidak percaya dengan menolak kenyataan yang ada. "Denial" sebagai suatu reaksi psikologis memiliki dua makna, yaitu positif dan negatif. Bagi sebagian pasien kanker payudara, 'denial' dapat

membantu mereka untuk mempertahankan pandangan positif terhadap situasi yang sedang dihadapi dan membantu mereka menikmati hidup (Seltzer, 1987). Beberapa peneliti (dalam Stoll, 1979) mendukung

(36)

menunda atau menolak upaya pengobatan (Seltzer, 1987; Geer, dalam Stoll, 1979).

b. Kecemasan (Anxiety)

Menurut Stoll (1979) kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap penyakit biasanya dihubungkan dengan kondisi awal dalam perkembangan suatu penyakit, munculnya gejala-gejala yang tidak terduga dan dimulainya suatu pengobatan. Hal ini tampak semakin jelas ketika muncul pemikiran-pemikiran akan ketidakpastian dalam penyembuhan penyakit (Lederberg, Holland & Massie, 1989; Stoll, 1979). McGuire (dalam Stoll, 1979) yang meneliti sekelompok penderita kanker payudara menyatakan, bahwa kecemasan muncul pada awal ditemukannya benjolan pada payudara pasien, semakin meningkat setelah kunjungan ke 、ッセ[エ・イ@ yang

menyarankan mereka untuk menjalani mastektomi. c. Marah (Anger)

Reaksi umum pada penderita kanker payudara ketika menerima diagnosis adalah perasaan marah. Pasien marah atas nasib yang mereka terima, merasa tidak sepantasnya ia menerima hukuman begitu berat sedangkan orang lain tidak mengalaminya (Seltzer, 1987). Kadang-kadang

kemarahan pasien menjadi tidak terkontrol dan dapat mengancam keharmonisan hubungan antara pasien dengan keluarga atau orang lain yang menjadi sasaran kemarahannya, seperti dokter atau perawat

(37)

pasien, reaksi marah ini perlu untuk dikendalikan. Salah satu yang dianjurkan adalah dengan mengekspresikan marah ini dan berusaha untuk mengatasinya dengan dibantu oleh dokter atau psikolog (Senescu, dalam Stoll, 1979).

d. Takut (Fear)

Perasaan takut yang dialami pasien kanker payudara berkaitan dengan hal-hal nyata dan masalah-masalah yang harus diatasi. Perasaan takut tersebut pada penderita kanker payudara antara lain menyangkut

penderitaan fisik, takut kehilangan payudara, takut kehilangan cinta dari pasangan atau teman dekat, takut dalam menjalani hubungan sosial, takut untuk bergantung pada orang lain, dan takut apabila suatu saat anak

perempuannya akan mengalami hal yang sama (Seltzer, 1987; Twycross

& Lack, 1990). Ada pasien yang mengatasi rasa takutnya dengan baik, narnun ada pula yang rnenjadi sernakin tenggelarn deilarn perasaan itu. Bayangan rnereka lebih buruk dari kenyataan yang mungkin dihadapi, sehingga mereka sering sulit tidur dan diganggu oleh mimpi-mimpi buruk. e. Depresi

(38)

atau hilangnya organ tubuh tertentu yang terserang kanker. Organ tubuh tersebut memiliki arti penting bagi pasien yang berpengaruh pada harga dirinya. Semakin besar nilai kepentingan organ tersebut maka semakin berpengaruh terhadap penurunan harga dirinya (Seniescu, dalam Stoll, 1979)

f. Perasaan bersalah (Guilt)

Reaksi ini sangat jarang terjadi pada penderita kanker payudara. Ada beberapa orang yang berpikir bahwa sakit yang dideritanya ini akibat dari pikiran atau perbuatannya yang buruk di masa lalu. Wanita yang

menderita kanker payudara ini juga dapat merasa bersalah, bahwa dirinya sudah tidak sempurna lagi dimata suaminya (Seltzer, 1987).

B. Manajemen stres

Sebelum membahas tentang manajemen stres, maka akan dibahas terlebih dahulu tentang stres.

1. Pengertian stres

Setiap individu mengalami berbagai peristiwa atau situasi dalam

kehidupannya. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat ditanggapi secara berbeda-beda oleh individu tergantung pada makna peristiwa itu baginya atau

(39)

individu. Sesuatu yang bersifat negatif tentunya tidak diharapkan dan dapat berdampak kurang menyenangkan bagi individu ウ・ィゥョァセQ。@ dapat

menimbulkan stres pada individu tersebut (Aristiati Adji,

1997).

Stres merupakan efek (hasil) dari proses stres yang terjadi, sedangkan yang menyebabkan stres disebut stressor (Selye, dalam Sheridan & radmacher,

1992).

Jadi stressoradalah segala sesuatu dalam lingkungan yang memberikan tuntutan terhadap individu (Feldman,

1989;

Sheridan & Radmacher,

1992).

Stressordapat bersifat fisik, psikososial atau yang sifatnya umum seperti bencana alam, kebakaran atau pmang (Lazarus,

1976).

Untuk dapat menjadi stressor, suatu peristiwa harus dipersepsi dan dievaluasi melalui proses penilaian (Patterson & Neufeld,

1989).

Lebih lanjut stres dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep penilaian terhadap peristiwa di lingkungan yang berpotensi menimbulkan stres karena dapat mengancam atau membahayakan individu. Berikult ini definisi stres yang menggambarkan hal di atas:

Stress is the process of appraising events as threatening, challenging or

harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive,

(40)

Penilaian menjadi suatu yang penting dalam keseluruhan proses stres, karena melalui proses persepsi dan evaluasi ini individu mampu berespon secara emosi, serta menentukan bagaimana penyesuaian terhadap situasi.

Sedangkan stres menurut Lazarus dan Folkman adalah:

Psychological stress is: particular relationship between the person and the

environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his or her

resources and endangering his or her well-being (Lazan1s dan Folkman,

1984).

Mc Nerney dan Greenberg (1984), menyebutkan stres s13bagai reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,

mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan meirisaukan seseorang. Sedangkan Menurut Hardjana (1994) stres sebagai keaclaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami s;tres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.

(41)

2. Penilaian terhadap stres

Penilaian dalam proses stres dapat melalui dua tahapan yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer merupakan proses kognitif dalam mengevaluasi stressordan bagaimana kondisi kesejahteraan individu ketika menghadapi stressor tersebut. Penilaian sekunder merupakan proses kognitif dalam mengevaluasi kemampuan individu dan bagaimana

menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi atau mengontrol sires (Lazarus; dalam Kutash dkk, 1981; dalam Sheridan & Radmacher, 1992).

a. Penilaian primer

Dalam penilaian primer, peristiwa dievaluasi sebagai sesuatu yang tidak relevan, lemah-positif atau menekan (Lazarus & Folkman, dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Suatu peristiwa dinilai tidak releivan dalam

(42)

mengahadapi masalah penampilan, ia mencoba untuk mencari

pemecahannya dengan berusaha sendiri atau minta nasihat dari orang lain bagaimana mengatasi masalahnya itu.

3. Sumber stres

Ada banyak hal yang menimbulkan stres, baik itu berupa tuntutan lingkungan fisik ataupun sosial yang dapat menimbulkan stres. Atwater

(1998),

menjelaskan yang termasuk sumber stres psikologis ada1lah frustasi, konflik, anxietas, dan tuntutan. Hanya saja Atwater tidak membedakan antara frustasi dan ancaman. Berikut ini akan dijelaskan berbagai sumber stres menurut Atwater

(1998):

a. Konflik

Stres dapat muncul akibat individu berada dibawah tekanan, dan harus berespon secara simultan terhadap dua atau lebih incompatible force, seperti konflik untuk mengekspresikan atau menekan dorongan seksual atau

dorongan agresi. Kurt Lewin

(1935)

(dalam Atwater,

1988;

dan dalam Lazarus,

1969)

membagi tipe-tipe konflik ini menjadi:

1) Approach-approach conflict

(43)

Contohnya adalah penderita kanker payudara harus memilih apakah akan menjalani operasi pembedahan atau tidak. Konflik ini biasanya mudah dan cepat diselesaikan.

2) Avoidance- approach conflict

Konflik ini melibatkan dua altrernatif yang sama-sama tidak

menyenangkan. Konflik ini lebih sulit dari approach-approach conflict

dan biasanya memakan waktu lama dan membutuhkan banyak energi untuk menyelesaikannya.

Contohnya adalah seorang wanita yang masih produktif menderita kanker payudara harus memutuskan apakah akan melakukan

pengangkatan organ tubuh yang menjadi identitasnya (payudara) atau mempertahankan organ tubuhnya itu dengan risiko penyakit kanker tersebut menyebar pada bagian tubuh yang lain.

3) Approach- avoidance conflict

Konflik yang mempunyai tujuan menyenangkan dan tidak menyenangkan.

(44)

4) Double approach-avoidance conflict

lndividu dihadapkan pada dua alternatif yang salath satunya harus dipilih, masing-masing alternatif memiliki konsekuensi positif dan negatif.

Contohnya adalah pasangan yang baru menikah harus memutuskan akan mempunyai anak atau tidak. Mempunyai anak, konsekuensi positifnya adalah tidak kesepian. Sedangkan kom1ekuensi negatifnya adalah anak dapat mengurangi keintiman suami-isteri, waktu luang berkurang. Tidak memiliki anak juga memiliki kom;ekuensi, yaitu positif, karir tidak terganggu, waktu untuk bersama pasangan lebih banyak, sedangkan konsekuensi negatifnya adalah dianggap tidak

sempurna. b. Frustrasi

Atwater (1988) mengemukakan bahwa frustrasi merupakan salah satu sumber stres psikologis. Frustrasi terjadi karena terhalangnya motif atau tujuan, atau terhalangnya usaha yang sedang dilakuk;an.

c. Anc:aman

Lazarus (1969) membedakan istilah frustasi dengan ancaman. Ancaman

(45)

Ancaman menyebabkan stres karena individu membayangkan akan mengalami frustrasi pada masa yang akan datang, atau akan adanya suatu ancaman atau tuntutan yang tidak dapat ia atasi pada masa yang akan datang.

d. Anxietas (anxiety)

Lazarus (1969) menbedakan axiety sebagai reaksi terhadap stres, dan

axiety sebagai intervening variable yaitu suatu keadaan hipotesis yang mengarahkan pada suatu kondisi. Anxiety sebagai intervening variable,

berperan penting karena merupakan signal, yang memperingatkan individu akan adanya bahaya.

Contoh, individu mungkin membaca, bahwa banyak makanan yang diproses dengan menggunakan zat kimia tertentu, hal ini akan membuat individu lebih berhati-hati dalam memilih makanan karena zat tersebut dapat mempengaruhi kesehatannya dimasa datang. Sebenarnya tidak ada bahaya langsung yang akan mengancam kesehatan fisik, tapi cenderung membuat individu menjadi anxious, dan self protective.

Anxiety pada tahap ringan hingga sedang, dapat membuat indivu menjadi lebih dewasa dan responsive terhadap situasi yang dapat

(46)

e. Tuntutan

Tuntutan dapat berasal dari dalam diri atau dari luar diri atau kombinasi keduanya. Tuntutan dari dalam dapat berupa ambisi pribadi, sebagai contoh seorang penderita kanker payudara berambisi ia ingin sembuh dari penyakitnya agar dapat kembali hidup normal. Sedangakn tuntutan dari luar, adalah bahwa individu harus mengikuti aturan terapi secara benar dan teratur.

4. Dimensi stres

Pandangan orang terhadap stres berbeda-beda, tergantung pada persepsi dan pengalaman mereka terhadap stres yang dihadapi. Ada yang melihatnya sebagai tantangan (positif) sehingga rnembuat individu rnelakukan suatu usaha, dan adapula yang melihatnya sebagai hal yang negatif yang dapat mengancam dan menghambat tindakan individu tersebuft (Selye, dalam Sheridan & Radmac11er,

1992).

Oleh karena itu, stres me1miliki dimensi positif dan negatif. Benhard (dalam Atwater,

1983),

Sheridan & Radmacher

(1992),

(47)

a. Eustress

Merupakan stres yang positif. Eustress ini muncul pada saat ada perubahan reaksi tubuh untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Menurut Selye (dalam Sheridan & Radmacher, 1992) stres seperti ini dapat mendorong fungsi seseorang dalam area-area tertentu. Pada kondisi eustress, suatu situasi yang potensial menimbulkan stres (stress opportunity) menimbulkan respons pada diri individu untuk menghindari stres dengan cara membangun pertahanan diri individu, sehingga ia mampu bertahan terhadap sumber stres, dan tidak menjadi tertekan, bahkan siap menghadapi kemungkinan sumber stres yang lain.

Sebagai contoh, seorang pasien didiagnosis menderita kanker payudara dan ia menuntut dirinya harus sembuh dari penyakitnya. Tuntutan

tersebut mendorongnya untuk menjalani berbagai macam pengobatan, memperhatikan kondisi tubuhnya agar tidak kelelahan sehingga dapat menjalani pengobatan. Usahanya tersebut menambah kepercayaan

(48)

kanker, dan kondisinya sangat tertekan. Kondisi ケ。ョAセ@ demikian menjadi rentan terhadap sumber stres lainnya dan mudah mengalami stres.

Selain dua dimensi stres di atas, Dohrenwend (dalam Sheridan &

Radmacher, 1992) menyatakan bahwa banyak peristiwa yang penuh dengan stres (stressful event) yang dapat diatasi tanpa banyak menimbulkan

pengaruh yang disebut sebagai efek netral (neutral effect).

5. Pengertian manajemen stres

Telah dibahas sebelumnya stres memiliki tidak hanya dimensi negatif tetapi juga dimensi positif, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk membatasi dampak negatif dari stres adalah melalui manajemen stres (Greenberg, 2002)

Hal di atas sejalan dengan pengertian manajemen stres menurut Davidson & Neale (1997) mendefinisikan stres sebagai "A rang of

psychological procedures that help people control and reduce theirs stress or

(49)

Dari pengertian di atas, manajemen stres diartikan seba9ai serangkaian prosedur psikologis untuk mengontrol dan mengurangi stres. Kemampuan seseorang untuk melakukan manajemen stres sangat dibutuhkan sehingga dapat mengubah stres yang berdampak negatif menjadi stres yang

berdampak positif bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan kualitas hidup yang lebih baik.

Selanjutnya menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Disamping individu dapat melakukan intervensi dalam setiap fase dalam model stn'ls. lntervensi yang diberikan pada salah satu fase akan memperkecil dampaik negatif dari stres.

6.

Telmik manajemen stres

Dari berbagai teknik manajemen stres, penelitian ini akan menggunakan teknik manajemen stres yang diajukan oleh Greenberg (1;999) dengan pertimbangan lebih terperinci dalam mengkategorikan manajemen stres.

(50)

yang terdiri dari beberapa fase, yaitu situasi, persepsi, gugahan emosi, gugahan fisiologis, dan konsekuensi.

Fase-fase ini terjadi secara berurutan, yang dimulai den!Jan suatu situasi yang mengganggu keseimbangan kehidupan individu. Setiap individu belum tentu memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama. Hal ini terjadi karena setiap orang mempersepsikan situasi yan1i sama secara berbeda-beda. Perbedaan individu dalam berespon terhadap stres tergantung pada banyak hal seperti keadaan emosi pada saat individu menerima

stressor.

Jika individu mempersepsikan semua situasi sebagai keadaan yang dapat menimbulkan stres, maka yang terjadi kemudian adalah munculnya respon dalam bentuk gugahan (arousal). Gugahan ini pertama-t3ma muncul dalam bentuk gugahan emosional seperti takut, marah, perasaan tidak aman, frustrasi, dan mudah tersinggung. Gugahan emosi ini akan diikuti dengan timbulnya gugahan fisiologis pada individu, seperti otot menjadi tegang, sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan gula darah, detak jantung menjadi lebih cepat dan gangguan pencernaan. Apabila gugahan fisiologis ini terjadi berkepanjangan, akan menjadi krosnis dan pada akhirnya akan

(51)

Memburuknya hubungan interpersonal adalah konsekuensi negatif stres, selain bertambah parahnya penyakit yang dideritanya.

lntervensi menurut Greenberg (2002) adalah upaya yan11 dilakukan untuk menghambat konsekuensi negatif dari stres. lntervensi dapat dibagi menjadi intervensi situasi, intervensi persepsi, ralaksasi dan olahraga rekreasi

(Greenberg,2002).

a. lntervensi terhadap situasi (life-situasion intervention)

Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh individu adalah melalui intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber s;tres. Manajemen stres yang baik dimulai dengan mengontrol sumber stres seminim mungkin. Jika sumber stress dapat dikontrol, individu tidak

mempersepsikan situasi tersebut sebagai sesuatu yang mengancamnya, sehingga individu dapat terhindar dari efek negatif stres. lntervensi terhadap situasi merupakan sumber stres dengan me,lakukan berbagai kegiatan.

b. lntervensi terhadap persepsi (perception intervention)

(52)

dinamakan intervensi terhadap persepsi (perception intervension). Melalui

intervensi terhadap persepsi ini, individu diharapkan dapat mengubah

persepsi buruknya terhadap suatu situasi yang merupakan sumber stres,

sehingga dampak negatif stres dapat dikurangi.

lntervensi ini terdiri dari berbagai teknik, antara lain memilih perhatian,

menggunakan humor, meningkatkan keyakinan diri, rnengurangi

kecemasan, dan menikmati hidup (Greenberg, 2002) ..

1) Memilih perhatian

Teknik ini dimulai dengan menyadari bahwa tiap situasi mempunyai

dua sisi, yaitu sisi negatif dan positif. Perhatian kemudian lebih

difokuskan hanya pada sisi positif dari situasi ters1ebut, tanpa berusaha

menyangkal adanya sisi negatif.

2) Menggunakan humor

Humor dapat dianggap rnembawa perubahan psikologis dan fisiologis.

Melalui tertawa terjadi peningkatan aktifitas otot, sistem pernafasan,

detak jantung, dan sirkulasi udara. Perubahan ini akan diikuti oleh

keadaan relaks yang menyebabkan sistem pemafasan, detak jantung,

dan otot kembali normal. Sementara secara psikoiogis, humor akan

mengurangi ketegangan, stres dan kemarahan yang dialami oleh

individu. Melalui humor, situasi yang merupakan sumber stres tidak

dipersepsikan sebagai situasi yang mengancam dan membahayakan

(53)

3) Meningkatkan keyakinan diri

Jika seseorang tidak yakin kepada dirinya, maka ia akan lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain atau pemikiran negatif dari dalam dirinya. Karena itu keyakinan seseorang bahwa ia mampu mengontrol sumber stres akan membantunya mengurangi dampak negatif stres.

Keyakinan pada dirinya erat kaitannya dengan harga diri (self-esteem).

Harga diri merupakan hal yang esensial dalam manajemen stres. Harga diri mengacu pada seberapa besar seseorang menghargai dirinya sendiri. lndividu yang memiliki harga diri yang rendah mudah mengalami stres karena ia tidak memiliki pemikiran yang positif terhadap dirinya sendiri, dan tidak bertindak tegas. Harga diri dapat dipelajari dan diubah. Dalam intervensi ini, individu pertama-tama harus menyadari kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya telah dapat diatasi, maka akan lebih mampu ュ・ョセQ。エ。ウゥ@ masalah yang ada.

4) Mengurangi kecemasan

(54)

a) Reliabeling, yaitu memberikan lebel baru yang lebih positif terhadap stimulus yang dianggap sumber stre1:;.

b) Self-talk, yaitu upaya meyakinkan diri sendiri bahwa konsekuensi dari situasi tersebut tidak seburuk yang diduga.

c) Thought stopping, yaitu menghentikan pemikiran negatifterhadap suatu stimulus dilingkungan yang dianggap sumber stres secara tiba-tiba.

d) Rational thinking, yaitu berusaha berpikir secara rasional tentang sumber stres dan segala konsekuensinya.

e) Systematic desensitization, yaitu berusaha berpikir secara rasional tentang sumber stres dan segala konsekuensinya.

5) Menikmati hidup

Hidup akan terasa lebih indah jika dinikmati. Untul< dapat menikmati hidup yang harus dilakukan adalah menghayati setiap kegiatan yang dilakukan dengan keyakinan bahwa suatu kegiatan atau peristiwa

(55)

segala sesuatu yang terjadi ditempat tersebut melalui perumpamaan, maka ia akan semakin relaks.

2) Meditasi, bertujuan untuk mengontrol perhatian sehingga individu dapat memfokuskan perhatiannya. Meditasi pada dasarnya adalah pemusatan perhatian, perasaan, dan kemampuan disertai pernafasan yang diatur dan sistematis.

3) Relaksasi progresif (progressif relaxation). Merupakan teknik yang menggunakan perenggangan otot-otot untuk mencapai keadaan santai. Dalam teknik ini oto-otot dikontraksi, kemudian membuatnya menjadi relaks. Kemudian bergerak secara progre:ssif dari satu

kelompok otot kekelompok lain. Tujuan dari latiha1n kontraksi otot-otot adalah untuk mengenai bagaimana rasanya jika otot mengalami ketegangan. Sementara latihan relaksasi bertujuan untuk dapat menggunakannya dengan tepat ketika dirasakan munculnya

ketegangan pada otot tertentu. lntinya adalah individu menjadi peka terhadap otot yang tegang dan dapat melakukan relaksasi terhadap otot yang tegang tersebut.

4) Biofeedback, merupakan teknik yang dapat memberikan informasi secara langsung tentang apa yang terjadi pada tubuh. Teknik ini

(56)

fisiologis tubuh terhadap stres dan memungkinkan individu untuk melakukan relaksasi yang tepat untuk membantu tubuh kembali ke kondisi normal. Akan tetapi teknik ini masih sangat jarang digunakan

karena membutuhkan tenaga ahli dan peralatan yang tidak murah, sehingga melakukan teknik ini dibutuhkan biaya yang cukup mahal. 5) Teknik relaksasi lainnya, terdapat pula jenis relaksasi selain yang

disebutkan diatas, seperti yoga dan latihan pernafasan.

d. Olahraga rekreasi

Gugahan fisiologis yang terjadi terus menerus akan menimbulkan dampak negatif bagi individu. Untuk dapat menghindari dampak negatif dari stres, sangat perlu suatu upaya mempertahankan kebugara1n tubuh, antara lain melalui olahraga rekreasi atau olahraga yang dilakukan sekedar untuk menjaga kebugaran tubuh, bukan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Berbagai jenis olahraga rekreasi yang dapat dilakukan, seperti jogging dan jalan pagi.

(57)

C. Dukungan Sosial

1. Pengertian dukungan sosial

Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial, diantaranya adalah Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa adanya dukun9an sosial berarti adanya penerimaan dari orang atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong (dalam Smet, 1994) . Definisi serupa juga diutarakan oleh Sarason (1983), ia menekankan adanya orang lain yang dapat

diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukkan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai individu. Gottlieb (dalam Smet, 1994)

mendefinisikan dukungan sosial secara operasional yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mernpunyai manfaat perilaku bagi pihak penerirna.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah pernberian bantuan dalam berbagai bentuk seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang berdampak

(58)

Dukungan terbagi menjadi dua bagian, yaitu dukungan sosial yang aktual atau nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Secara lebih jelasnya, Cobb (dalam Veiel, 1992) menjelaskan dukungan sosial yang dipersepsikan adalah efek dari hubungan yang membentuk keyakinan bahwa: (1) ia merupakan anggota suatu jaringan komunikasi dan hubungan yang sating menguntungkan, dimana ia dapat bergantung kepada jaringan tersebut; (2) ia dicintai dan diperhatikan; (3) ia dihargai dan dinilai tinggi oleh orang lain

2. Bentuk-bentuk dukungan sosial

Selain memberikan definisi, para ahli juga menguraikan bentuk-bentuk dari dukungan sosial diantaranya adalah House (dalam Smet, 1994) dan Cobb (dalam Veiel, 1992).

Pembagian bentuk dukungan sosial dari para ahli ini mirip satu sama lain dan sating melengkapi. Berdasarkan pembagian bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah mereka uraikan, ada lima bentuk umum, yaitu (Cobb, dalam Veil, 1992):

a. Dul<Ungan emosi (emotional support)

Dul<ungan emosi mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang membesarkan hati, kehangatan dan kasih sayang. Dukungan ini

(59)

rnelihatnya sebagai suatu bentuk tingkah laku yang rnenurnbuhkan

perasaan nyarnan dan rnernbuat individu percaya bahwa ia dihorrnati,

dihargai, dicintai dan rnerasa arnan. House (dalarn smet, 1994)

rnenyatakan bahwa dukungan ernosi rnencakup ungkapan ernpati,

kepedulian dan perhatian terhadap individu. Oapat disirnpulkan bahwa

dukungan ernosi lebih rnenitikberatkan pada dukunga1n yang berupa

ungkapan perasaan seorang individu terhadap orang lain.

b. Dukungan penghargaan (esteem support)

House rnenyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi lewat

ungkapan penghargaan atau penilaian positif untuk individu, dorongan

maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain (dalam

Smet, 1994). Pada dukungan penghargaan dititikberatkan pada adanya

ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu

apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri

individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.

c. Dukungan instrumental/material (instrumentaVmaterial support)

Dul<Ungan material ini mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang secara

praktis. Tennasuk bennacam-macam aktifitas seperti menyediakan

(60)

1992) menyimpulkan bahwa dukungan ini sangat releivan untuk orang dengan pendapatan rendah.

d. Dukungan informasi (informational support)

Menurut House (dalam Smet 1994) dukungan informasi memilki dua bentuk, yaitu dukungan informasi atau mengajarkan suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya berupa petunjuk, nasehat atau penghargaan. Bentuk lainnya yaitu dukungan informasi yang berupa dukungan penilaian (appraisal support) yang

melibatkan informasi sehingga dapat membantu seseiorang dalam menilai kemampuan dirinya seperti dengan memberikan umpan balik atas

keterampilan yang dimiliki individu. Jadi dukungan informasi adalah

dukungan yang diberikan dengan cara memberikan informasi baik berupa nasehat, saran, umpan balik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

e. Dukungan persahabatan (companionship support)

Dukungan persahabatan merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu akitivitas sosial dan hiburan. Menurut Orford ( 1992) hal ini dapat menurunkan stres karena dapat memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi dan kontak dengan orang lain sehingga tidak

(61)

Bentuk dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada keadaan dan situasi stres yang dihadapinya. Misalnya, dukungan

instrumental akan lebih efektif untuk masalah yang membutuhkan bantuan nyata seperti kemiskinan. Sedangkan dukungan informatif akan lebih

bermanfaat jika individu memiliki kekurangan pengetahuan atau keterampilan dan dalam keadaan yang sangat tidak pasti tentang persoalan yang dihadapi individu seperti prognosis penyakit yang be rat ( dalam Smet, 1994)

3. Sumber dukungan sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh Gottlieb (1993)

berdasarkan penelitian para ahli mengenai dukungan sosial, yaitu dukungan sosial dapat berasal dari:

a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional

(significant others), seperti: keluarga, teman dekat atau rekan kerja. b. Professional, seperti psikolog atau dokter.

c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group).

(62)

individu dengan kalangan non-profesional lebih mudah diperoleh, bebas dari

biaya finansial dan berakar pada keakraban yang cukup lama. Selain itu dukungan ini dapat terjadi melalui cara pemberian yang bervariasi, mulai dari pemberian berupa material sampai hanya sekedar menjadi pendengar yang baik.

Kalangan professional juga dapat menjadi dukungan sosial bagi individu. Suatu penelitian yang dilakukan Carey (dalam Taylor, 1986) terungkap bahwa dokter dan perawat dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi pasien kanker menghadapi ambiguitas dan ketakutan yang dirasakannya. Sumber dukungan sosial lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompok-kelompok dukungan sosial (Taylor dkk, 1996). Kelompok pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individual yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalarn menolong

anggota-anggota kelompok menghadapi masalahnya se11a menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya.

(63)

untuk bergabung dalam kelompok tersebut. lndividu-individu yang berada dalam keadaan yang sama atau pernah mengalami keadaan yang serupa dengan yang dialami oleh target penerima dukungan sosial, dipersepsikan lebih mampu untuk rnemberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Keadaan ini terjadi karena mereka lebih dapat menunjukkan sikap empati kepada target penerima dukungan sosial.

Hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian Dakof dan Taylor (dalam Cohen, 1992) menunjukkan bahwa pada kelompok individu yangi mengalami trauma atau penderitaan seperti pasien kanker, dukungan ・ュッウセ@ dan harga diri sangatlah dipertukan dalam mengurangi atau mengontrol sires sedangkan dukungan informasi dan materi dianggap kurang mampu. Walaupun

dernikian, Cohen juga rnenyatakan bahwa penelitian lain ditemukan bahwa pada sebagian pasien kanker dukungan informasi dari pihak medis (dokter) sangatlah dihargai.

(64)

kesehatan lainnya, dari suami dan keluarga, serta dari ーQセョ、・イゥエ。@ lain yang mempunyai permasalahan yang sama dengan penderita.

Pada penderita kanker, jenis dukungan berarti yang paling banyak

dikemukakan adalah dukungan emosional yang mencakup pernyataan cinta kasih sayang, keprihatinan, membesarkan hati, dan pennertian (Dunkel & Schetter dalam Ahmad Muhidin, 2004). Sedangkan bantuan informasi

tentang penyakitnya membantu bila yang memberikannya adalah profesi ahli di bidangnya. Dukungan lain berupa dukungan materil dan harga diri dari anggota keluarga, terutama yang berhubungan dekat se1::ara emosional seperti suami, anak, ibu, dan bapak akan sangat dibutuhkannya.

4. Peran dukungan sosial terhadap manajemen stres

Kebanyakan ahli psikologi akan setuju bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting dalam manajemen sires. Dukungan sosial dianggap peran positif dalam usaha mengurangi atau mengontrol sires. Beberapa peneliti mengemukakan pandangan bahwa dukungan sosial dapat meringankan dampak negatif stres pada individu. Pandangan ini dikenal dengan istilah the stress-bufffering model (Cohen & Wills, dalam Sheridan<!. Radmacher,

1992).

Dalam pendangan ini dinyatakan bahwa stres dapat mengakibatkan

(65)

dijalin individu dengan orang disekitarnya, maka dampak stres itu dapat dikurangi (Kaplan, Sallis Jr. & Patterson, 1993).

Hal di atas dijelaskan oleh Thoits {dalam Cutrona & Russel, 1990) yang menyatakan bahwa ada interaksi-interaksi interpersonal tertentu yang dapat memaksimalkan usaha individu dalam mengurangi atau mengontrol stres. lnteraksi interpersonal yang dipersepsikan individu dapait meringankan atau membantu mengatasi masalah, akan sangat berarti bagi individu tersebut. Wethington & Kessler (dalam Kessler, 1992) menyatakan bahwa apabila individu merasa bahwa ia mendapat dukungan sosial, maka ia akan

menganggap bahwa situasi yang menekan sesuatu tidak mengancam atau menekan dirinya. Jadi persepsi akan tersedianya dukungan sosial berperan penting dalam manajemen stres individu (Cohen, 1992).

Model dukungan sebagai stress-buffer dapat dijelaskan rnelalui konsep

(66)

memahami kesedihan dan kekhawatiran, akan sangat berarti bagi individu

yang baru saja kehilangan pasangannya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mengetahui hal-hal yang menjadi

kebutuhan individu dalam menghadapi sires adalah hal yang sangat penting.

Hobfoll, Stroebe (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa stressoradalah

suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kehilangan.

Selanjutnya, muncul tuntutan dalam diri individu untuk mengatasi atau

mengganti kerugian atau kehilangan tersebut.

Cutrona (dalam Cohen, 1992: Cutrona & Russel, 1990) melihat sifat peristiwa

yang menimbulkan stres (stressor) sebagai acuan untuk menentukan

dukungan sosial yang sesuai. Peristiwa yang dapat dikontrol membutuhkan

dukungan nyata atau informasi, agar individu dapat mengendalikan

kemunculannya dan akibat yang ditimbulkannya. Peristiwa yang tidak dapat

dikontrol lebih membutuhkan dukungan emosi, untuk membantu individu

mengatasi perasaan-perasaan emosi negatif (tidak menyenangkan) yang

muncul dari peristiwa tersebut. Contoh dari peristiwa yang tidak dapat

dikontrol adalah menderita penyakit kronis, seperti kanker.

Dukungan sosial yang dipersepsikan denganobaik dan mampu memenuhi

kebutuhan yang dituntut dalam situasi stres, akan membanltu mengurangi

(67)

memberi dukungan sosial akan memberikan kesan positif dalam diri individu. Dalam hal ini akan terbentuk persepsi bahwa di lingkungannya tersedia dukungan sosial bilamana individu membutuhkan dukun9an tersebut bisa didapatkan. Persepsi berdasarkan pengalaman masa lalu ini akan membantu individu ketika mengahadapi situasi yang menekan, ia merasa siap dan cukup memiliki sumber daya untuk mengatasi atau men9ontrol stres itu (Cohen, 1992).

Dukungan sosial yang diterima secara positif oleh individu dapat dirasakan pengaruhnya secara langsung oleh individu sehingga ernosinya dapat stabil kembali, juga harga dirinya kembali menguat dengan berkurangnya

(68)

BAB Ill

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima ー・ョ、ゥセイゥエ。@ kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini digunakan pendekata1ri kualitatif, dirnana dengan pendekatan ini akan rnernungkinkan peneliti rnempelajari isu-isu secara mendalam dan rnendetail yang dirasakan individu rnengenai topik yang diangkat.

Bodgan dan Taylor (1975) rnendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang rnenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

(69)

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yan£1 sedang berjalan dari pokok penelitian. Studi kasus dipandang sebagai strategi yang cocok untuk jenis penelitian yang menempatkan peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata (Yin, 2003)

B. Metode Pengumpulan Data

Metode kunci yang umumnya banyak dipakai dalam pem:ilitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus adalah wawancara dan observasi. Dengan wawancara dan observasi diharapkan peneliti mendapatkan data yang mendalam sehingga dapat memberikan gambaran mengenai apa yang dirasakan oleh individu berhubungan dengan topik yang diangkat.

1.

Wawancara

Kerlinger (1986) mendefinisikan wawancara sebagai berikut

''A

face to face interpersonal role situation which one person, the

interviewer, ask a person being interviewed, the respondent, question

(70)

Sedangakan rnenurut Marshall dan Rossman (1989) wawancara adalah

" ... a

method of data collection that may describe as an interaction

involving the interviewee, the purpose of which is to obtain valid and

reliable information".

Mengacu kepada dua definisi di atas, wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang rnengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang rnernberikan jawaban atas pertanyaan dalarn

penelitian tersebut guna rnendapatkan inforrnasi tentang perrnasalahan yang diteliti.

Wawancara dianggap sebagai salah satu sumber informasi yang sangat penting dan esensial bagi pendekatan studi kasus, karena dapat

rnengangkat pengalarnan, pendapat, perasaan, pengetahuan individu yang khas sehubungan dengan topik yang diangkat (Yin, 2003).

(71)

dibuat-buat, yang digunakan untuk mengerti tingkah laku yang kompleks dari subyek tanpa adanya praduga terlebih dahulu.

2. Observasi

Untuk memperkaya data-data yang didapat dari wawancara dilakukan observasi sebagai metode penunjang. Observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama pada penelitian kualitatif. Observasi sering kali bermanfaat memberikan informasi tambahan (Yin, 2003) yaitu dengan mendapatkan gambaran terperinci mengenai kegiatan, perilaku, tindakan individu serta proses interaksi sosial selama wawancara.

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan setting atau situasi lingkungan pada saat wawancara dan juga

mendeskripsikan sikap dan tingkah laku subyek selama wawancara itu sendiri. Peneliti melakukan observasi kepada setiap subyek selama berjalannya wawancara untuk memperoleh data yang lebih kaya akan topik yang diteliti.

3. Alat bantu pengumpulan data

(72)

ungkapkan pada bab landasan teori. Pedoman wawa1ncara ini berfungsi untuk mengingatkan peneliti akan aspek-aspek yang harus dibahas,

sekaligus sebagai daftar pengecek apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas dan ditanyakan. Pedoman wawancara ini ju£1a berguna untuk menjamin tercapainya tujuan dari wawancara dan untuk memastikan peneliti memperoleh semua informasi yang dibutuhkan dari setiap obyek.

Pedoman wawancara ini bersifat umum, mencantumkan aspek-aspek yang perlu ditanyakan tanpa menentukan urutannya secara baku, dan dapat berkembang selama berjalannya wawancara. Selain pedoman wawancara, alat bantu lainnya adalah tape recorder, untuk merekam hasil pembicaraan selama wawancara. Hal ini dilakukan tentunya dengan izin dari setiap subyek. Tape recorderdigunal<an untuk memastikan peneliti dapat mendengarkan kembali dan kemudian menganalisis seluruh hasil pembicaraan tanpa ada yang terlewat sehingga didapatkan informasi yang utuh dari setiap subyel<.

C. Suli>yek Penelitian

1.

Karakteristik subyek
(73)

a. Usia subyek penelitian

Batasan usia yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia antara 30-50 tahun. Alasan peneliti menggunakan batasan usia ini karena seorang wanita dalam usia ini masih produktif.

b. Stadium penyakit kanker payudara yang diderita

Subyek yang digunakan adalah wanita yang penyakit kanker payudaranya berada pada stadium dibawah IV, artinya pada saat penelitian penyakit subyek berada pada stadium I, II, atau Ill. Hal ini dikarenakan sel-sel kanker belum mengalami penyebaran yang meluas, masih dalam tahapan yang memungkinka1n kesembuhan. c. Pendidikan

Subyek minimal lulus SMA atau sederajat. Hal ini agar memudahkan peneliti dala

Gambar

Tabel. A. 2. Gambaran Riwayat Penyakit Gubyek
Tabel. a. 1. Manajemen Stres
Tabel. b. 1. Dukungan Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perusahaan harus berusaha agar balas jasa atau kompensasi yang diberikan sebagai balas jasa perusahaan terhadap kontribusi karyawan dalam proses produksi

3 2000 Anggota Penyuluhan Keterampilan Cetak Reproduksi Patung Boneka pada Kelompok Pemuda Dukuh Jatirejo, Sendangadi, Mlati, Sleman. 4 2000 Anggota Patung Boneka pada Kelompok

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Pokja 3 ULP Provinsi

Laut. dari laut yang tidak termasuk dalam zona. dengan Kapal MV. Sinar Kudus merupakan kapal. perompakan yang terjadi pada kapal MV. Indonesia terhadap kapal

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik. Padahal proses fotosintesis bertujan menghasilkan

Pendahuluan Vagina spa merupakan perawatan daerah vagina melalui teknik penguapan dengan menggunakan ramuan tertentu, yang mempunyai manfaat merawat organ intim

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yangb. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan