UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002
JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003
TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM
T E S I S
R A B I A T U L C H U Z A I M A H
047005010/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 6
Money Laundering According To Law No.15/2002 In
Rabiatul Chuzaimah : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 JO. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003…, 2006
Connection With Law No.25/2003 Viewed From
The Perspective Of Islamic Criminal Law
Rabiatul Chuzaimah* M.Hasballah Thaib** Abdullah Syah** Bismar Nasution**
Abstract
Money laundering can be popularly defined as an activity of transferring or using the result of the
criminal acts such as corruption and drug selling commonly done b organized crime or individual or doing other activities intended to hide or obscure origin of the money resulted from the criminal act that the money can be legally without being detected as the money resulted from illegal activities.
The prohibition of money laundering as regulated in law on money (UU TPPU) is based on the belief that money laundering is very closely related to great amount of funds. The origin of the funds resulted from money laundering always made unclear and hidden in the many service companies such as banks, ins companies, capital market and other instruments in the traffic of finance. That kind money laundering practice is not allowed because it can inflict a financial loss to country and the people. In other words, money laundering can affect and/or damage national economy.
In general, the crime punishment is intended to materialize justice, to maintain public order and to keep a country stable. Even though the carelessness of authority law upholders, the wiliness of certain parties, political power and so on can save criminal from secular punishment, it does not mean that there is a weakness in the system of Islamic criminal law. The criminal is saved by human factor. But there is nobody can escape or bide from the punishment in the hereafter because before
Subhanawataala all parts of the body become witnesses and all our good deeds misdeeds, no matter how tiny it is, will be exposed.
The conclusion drawn from this study is that the practice of money 1 includes the elements of stealing and covering up. In the Islamic criminal law, sanction for money laundering is called Ta'zir, the sanction given by the authority because it is not regulated in A/-Qur 'an and Hadis.
Key words: Money Laundering, Islamic Criminal Law
* Student, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of Sumatera Utara,
** Lecturers, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of Sumatera Utara
Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Undang-Undang Nomor 15
Rabiatul Chuzaimah : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 JO. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003…, 2006
Tahun 2002 Jo. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang Ditinjau Dari Hukum Pidana Islam
Rabiatul Chuzaimah* M . H a s h a n a h T h a i b * *
A b d u n a h S y a h * * Bismar Nasution**
Abstrak
Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Undang Nomor 15 Tahun 2002 Jo. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Tmdak Pidana Pencucian Uang Ditinjau Dari Hukum Pidana Islam.
Tindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) secara populer dapat dijelaskan sebagai aktivitas mernindahkan, menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organized crime maupun individu yang melakakan tindakan korupsi, perdagangan narkotik dan tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul yang berasal dari tindak pidana tersebut sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa uang tersebut berasal dari kegiatan illegal. Dasar pemikiran untuk melarang praktik money laundering sebagaimana diatur dalam UU TPPU adalah karena tindak kejahatan money laundering sangat erat kaitannya dengan dana-dana yang sangat besar jumlahnya. Sementara itu dana-dana yang berasal dari praktik money loundering ini seringkali disamarkan, dimana asal usul dana tersebut disembunyikan melalui jasa-jasa, seperti jasa perbankan, asuransi, pasar modal dan instrumen lain dalam lalu lintas keuangan. Praktik money laundering yang demikian itu harus dilarang karena dengan meningkatnya praktik money laundering dapat merugikan masyarakat dan negara. Dengan perkataan lain, praktik money laundering dapat mempengaruhi dan atau merusak stabilitas perekonomian nasional.
Tujuan hukuman jinayah secara umum adalah untuk mewujudkan keadilan, menjaga ketentraman awam dan bahkan kestabilan sesuatu negara. Walaupun karena kelalaian penguasa dan penegak undang-undang, atau karena kelicikan pihak-pihak tertentu dan ada pihak yang berkuasa, pihak dari masyarakat awam, atau karena kekuasaan politik dan lain lain pelaku kejahatan (penjinayah) bisa saja terlepas dari hukuman duniawi. Ini bukan berarti terdapat adanya kelemahan dari sistem hukum Pidana Islam, melainkan disebabkan faktor manusia. Tetapi tidak ada siapapun yang dapat lari dan mengelakkan diri dari hukuman di peradilan akhirat kelak di hadapan Allah s.w.t. dimana seluruh anggota tubuh menjadi saksi dan semua kebaikan atau kejahatan sekecil apapun akan terbongkar.
Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbuatan pencucian uang di dalamnya terdapat unsur-unsur pencurian dan penggelapan, dan bila ditinjau dari sanksinya, maka dalam Hukum Pidana Islam sanksi dan tindak pidana pencucian uang disebut Ta'zir, yaitu hukum yang diberikan oleh pihak penguasa karena tidak ada diatur di dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Kata Kunci : Tindak Pidana Pencucian Uang, Hukum Pidana Islam
* Mahasiswa, Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara ** Dosen, Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Rabiatul Chuzaimah : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 JO. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003…, 2006