• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pelaksanaan pola hubungan produksi subkontrak (kasus subkontraktor garmen kelurahan Pabuaran, kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pelaksanaan pola hubungan produksi subkontrak (kasus subkontraktor garmen kelurahan Pabuaran, kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

+, ,/ <>

6

\?

I ! 1 c4 (2

)3,!

1

~(37 C,'

3

* ,

ANALISIS PELA

SUBKONTRAK

(Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan

or, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

AGUS SULISTIYONO

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKLTTAS PERTANIAN

IR'STITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

People things:

Very easy

to do something right but

Very difficult to know something right but

Still h o w something right: you

will

do it

(Fertig, l%e Confession)

If

you

can't be best be first, but

If

you

can't be first be best

(3)

ANALISIS PELAKSANAAN

POLA WBUNGAN PRODUKSI SUBKONTRAK

(Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan

Cibinong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

AGUS SULISTIYONO

A.

31

1783

Skripsi

Sebagai Syarat Untuk hlemperoleh Gelar

SARJANA PERTANL4N

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSL4L EKONOMI PERTANIAS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTAM

BOGOR

(4)

AGUS SULISTIYONO. Analisis Pelaksanaan Hubungan Produksi Subkontrak (Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan NUNUNG NURYARTONO

Penelitian ini akan menjawab permasalahan mendasar dalam pelaksanaan hubungan produksi subkontrak yaitu mengapa hubungan produksi subkontrak tetap berlangsung meskipun terdapat dampak negatif dalam pelaksanaannya. Berdasarkan permasalahan tersebut akan dibuat nunusan konsep hubungan produksi subkontrak yang ideal yang menguntungkan industri besar (perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik) tetapi tidak merugikan industri kecil sebagai pelaku utama dalam hubungan produksi subkontrak.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1).

mengetahui motivasi yang mendorong tejadinya hubungan produksi subkontrak,

baik dari prinsipal (pemberi order) maupun subkontraktor (penerima order), (2).

mengetahui bagaimana mekanisme order dalam hubungan produksi subkontrak, (3). mengetahui bagaimana organisasi produksi dan organisasi keja dalam hubungan produksi subkontrak, (4). mengetahui bagaimana tejadinya proses alih teknologi

dalam hubungan produski subkontrak dari industri besarlmenengah yang menjadi

~- ~~. prinsipal kepada industri kecil yang menjadi subkontraktor, dilihat dan: (a).

peningkatan pasar, (b). peningkatan pendapatan, (c). peningkatan produksi dan pengembangan skala usaha, (5). mengetahui dampak negatif dalam hubungan produksi subkontrak, dilihat dari: (a). ketergantungan sepihak, (b). pengalihan resiko, (6). merumuskan konsep hubungan produksi subkontrak yang ideal, yang menguntungkan industri besar (perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik) tetapi juga tidak merugikan industri kecil yang merupakan aktor terbesar dalam hubungan produksi subkontrak.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dilaksanakan pada bulan Juli 1999.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, melalui pengamatan langsung dan

wawancara mendalam dengan rensponden maupun informan. Penelitian didahului

dengan pengambilan data sekunder yang terdiri dan laporan penelitian terdahulu yang

relevan, dokumentasi desa seperti jumlah penduduk, tingkat pendidikan, luas pengunaan lahan, dan sebagainya yang diperoleh dari kantor Kelurahan Pabuaran. Sedangkan data primer yang mencakup berbagai variabel yang akan diteliti diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

(5)

Pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa hubungan produksi subkontrak mulai dilaksanakan seiak oemberian order dari orinsioal keoada subkontraktor yang dianggap mampu mengejakan produk tersebut, biasanya disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas subkontraktor.

~engamatan ;ang dilakukk juga menunjukkan bahwa hubungan produksi

subkontrak mempunyai organisasi produksi tersendiri yang memunglnnkan proses

produksi tersebut dilakukan di luar pabrik. Umumnya dimulai dari proses pemberim

bahan baku (benang) kepada subkontraktor dan diakhiri dengan proses finishing, yaitu pemberian elemen pelengkap kepada produk yang dihasilkan subkontraktor d m biasanya dilaksanakan dalam pabrik milik prinsipal. Hubungan produksi seperti itu

mendorong terbentuknya organisasi k e j a yang khas dalam hubungan produksi

subkontrak. Organisasi keja dalam hubungan produksi subkontrak terdiri dari

prinsipal, subkontralrtor dan pekeja. Kenyataannya, proses produksi tersebut tidak

berhenti dari satu prinsipal kepada satu subkontraktor tetapi terns berlanjut pada beberapa tingkatan subkontraktor dan peke j a . Fenomena seperti ini dikenal dengan

istilah 17ubungan produksi subkontrak bertingkat

.

Struktur pasar yang terjadi dalam hubungan produksi subkontrak adatah

monopoli-monopsoni sebanyak 15 responden (50,OO persen) dan persaingan monopolistik-persaingan monopolistik sebanyak 15 responden (50,OO persen). Subkontraktor dengan smlchrr pasar monopoli-monopsoni (mempunyai satu

~- - . prinsipal) mempunyai karahieristik: menghasilkan produksi rata-rata sebulan sebesar

1742 piece, berproduksi dalam satu tahun selama 8 bulan, mempunyai rasio jumlah

tenaga keja dengan mesin sebesar 60,81 persen. Sedangkan subkontraktor dengan stmktur pasar persaingan monopolistik-persaingan monopolistik (prinsipal lebih dari satu) mempunyai produksi rata-rata sebulan sebesar 10862 piece, berproduksi dalam satu tahun selama 10 bulan, mempunyai ratio jumlah tenaga k e j a dengan jumlah

mesin sebesar 90,4 .

Berdasarkan model fungsi produksi yang tejadi, jumlah koefisien regresi seluruh variabel adalah 0.9317. Hal ini berarti bahwa jika semua fakior produksi ditambah secara proporsional sebesar satu persen maka produksi akan meningkat sebesar 0.93 17 persen. Berdasarkan pengujian terhadap skala usaha dengan

menggunakan melode pyndick diperoleh hasil bahwa kondisi usaha subkontraktor

garmen berada pada kondisi skala usaha yang semakin menurun (decreasing return of

scale). Tetapi secara ekonomis usaha subkontraktor belum efisien atau belurn

memberikan keuntungan maksimum. Agar tercapai keuntungan maksimum subkontraktor h a m menambah input bahan baku dengan cam menambah order.

Pendapatan subkontraktor dengan satu prinsipal mempunyai pendapatan

rata-rata sebesar Rp. 553 950/bulan, WC atas biaya tunai sebesar 1.23 dan WC atas

biaya total sebesar 1.17, sedangkan subkontraktor dengan lebih dari satu prinsipal

mempunyai pendapatan rata-rata sebesar Rp. 10 869 600/bulan, R/C atas biaya tunai

sebesar 1.66 dan RIC atas biaya total sebesar 1.62.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa subkontraktor yang melakukan hubungan produksi subkontrak dengan satu prinsipal mempunyai

pendapatan yang lebih kecil, mempunyai s t r u k h ~ ~ pasar monopoli-monopsoni.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)

+, ,/ <>

6

\?

I ! 1 c4 (2

)3,!

1

~(37 C,'

3

* ,

ANALISIS PELA

SUBKONTRAK

(Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan

or, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

AGUS SULISTIYONO

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKLTTAS PERTANIAN

IR'STITUT PERTANIAN BOGOR

(176)

People things:

Very easy

to do something right but

Very difficult to know something right but

Still h o w something right: you

will

do it

(Fertig, l%e Confession)

If

you

can't be best be first, but

If

you

can't be first be best

(177)

ANALISIS PELAKSANAAN

POLA WBUNGAN PRODUKSI SUBKONTRAK

(Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan

Cibinong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

AGUS SULISTIYONO

A.

31

1783

Skripsi

Sebagai Syarat Untuk hlemperoleh Gelar

SARJANA PERTANL4N

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSL4L EKONOMI PERTANIAS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTAM

BOGOR

(178)

AGUS SULISTIYONO. Analisis Pelaksanaan Hubungan Produksi Subkontrak (Kasus Subkontraktor Garmen Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan NUNUNG NURYARTONO

Penelitian ini akan menjawab permasalahan mendasar dalam pelaksanaan hubungan produksi subkontrak yaitu mengapa hubungan produksi subkontrak tetap berlangsung meskipun terdapat dampak negatif dalam pelaksanaannya. Berdasarkan permasalahan tersebut akan dibuat nunusan konsep hubungan produksi subkontrak yang ideal yang menguntungkan industri besar (perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik) tetapi tidak merugikan industri kecil sebagai pelaku utama dalam hubungan produksi subkontrak.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1).

mengetahui motivasi yang mendorong tejadinya hubungan produksi subkontrak,

baik dari prinsipal (pemberi order) maupun subkontraktor (penerima order), (2).

mengetahui bagaimana mekanisme order dalam hubungan produksi subkontrak, (3). mengetahui bagaimana organisasi produksi dan organisasi keja dalam hubungan produksi subkontrak, (4). mengetahui bagaimana tejadinya proses alih teknologi

dalam hubungan produski subkontrak dari industri besarlmenengah yang menjadi

~- ~~. prinsipal kepada industri kecil yang menjadi subkontraktor, dilihat dan: (a).

peningkatan pasar, (b). peningkatan pendapatan, (c). peningkatan produksi dan pengembangan skala usaha, (5). mengetahui dampak negatif dalam hubungan produksi subkontrak, dilihat dari: (a). ketergantungan sepihak, (b). pengalihan resiko, (6). merumuskan konsep hubungan produksi subkontrak yang ideal, yang menguntungkan industri besar (perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik) tetapi juga tidak merugikan industri kecil yang merupakan aktor terbesar dalam hubungan produksi subkontrak.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dilaksanakan pada bulan Juli 1999.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, melalui pengamatan langsung dan

wawancara mendalam dengan rensponden maupun informan. Penelitian didahului

dengan pengambilan data sekunder yang terdiri dan laporan penelitian terdahulu yang

relevan, dokumentasi desa seperti jumlah penduduk, tingkat pendidikan, luas pengunaan lahan, dan sebagainya yang diperoleh dari kantor Kelurahan Pabuaran. Sedangkan data primer yang mencakup berbagai variabel yang akan diteliti diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

(179)

Pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa hubungan produksi subkontrak mulai dilaksanakan seiak oemberian order dari orinsioal keoada subkontraktor yang dianggap mampu mengejakan produk tersebut, biasanya disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas subkontraktor.

~engamatan ;ang dilakukk juga menunjukkan bahwa hubungan produksi

subkontrak mempunyai organisasi produksi tersendiri yang memunglnnkan proses

produksi tersebut dilakukan di luar pabrik. Umumnya dimulai dari proses pemberim

bahan baku (benang) kepada subkontraktor dan diakhiri dengan proses finishing, yaitu pemberian elemen pelengkap kepada produk yang dihasilkan subkontraktor d m biasanya dilaksanakan dalam pabrik milik prinsipal. Hubungan produksi seperti itu

mendorong terbentuknya organisasi k e j a yang khas dalam hubungan produksi

subkontrak. Organisasi keja dalam hubungan produksi subkontrak terdiri dari

prinsipal, subkontralrtor dan pekeja. Kenyataannya, proses produksi tersebut tidak

berhenti dari satu prinsipal kepada satu subkontraktor tetapi terns berlanjut pada beberapa tingkatan subkontraktor dan peke j a . Fenomena seperti ini dikenal dengan

istilah 17ubungan produksi subkontrak bertingkat

.

Struktur pasar yang terjadi dalam hubungan produksi subkontrak adatah

monopoli-monopsoni sebanyak 15 responden (50,OO persen) dan persaingan monopolistik-persaingan monopolistik sebanyak 15 responden (50,OO persen). Subkontraktor dengan smlchrr pasar monopoli-monopsoni (mempunyai satu

~- - . prinsipal) mempunyai karahieristik: menghasilkan produksi rata-rata sebulan sebesar

1742 piece, berproduksi dalam satu tahun selama 8 bulan, mempunyai rasio jumlah

tenaga keja dengan mesin sebesar 60,81 persen. Sedangkan subkontraktor dengan stmktur pasar persaingan monopolistik-persaingan monopolistik (prinsipal lebih dari satu) mempunyai produksi rata-rata sebulan sebesar 10862 piece, berproduksi dalam satu tahun selama 10 bulan, mempunyai ratio jumlah tenaga k e j a dengan jumlah

mesin sebesar 90,4 .

Berdasarkan model fungsi produksi yang tejadi, jumlah koefisien regresi seluruh variabel adalah 0.9317. Hal ini berarti bahwa jika semua fakior produksi ditambah secara proporsional sebesar satu persen maka produksi akan meningkat sebesar 0.93 17 persen. Berdasarkan pengujian terhadap skala usaha dengan

menggunakan melode pyndick diperoleh hasil bahwa kondisi usaha subkontraktor

garmen berada pada kondisi skala usaha yang semakin menurun (decreasing return of

scale). Tetapi secara ekonomis usaha subkontraktor belum efisien atau belurn

memberikan keuntungan maksimum. Agar tercapai keuntungan maksimum subkontraktor h a m menambah input bahan baku dengan cam menambah order.

Pendapatan subkontraktor dengan satu prinsipal mempunyai pendapatan

rata-rata sebesar Rp. 553 950/bulan, WC atas biaya tunai sebesar 1.23 dan WC atas

biaya total sebesar 1.17, sedangkan subkontraktor dengan lebih dari satu prinsipal

mempunyai pendapatan rata-rata sebesar Rp. 10 869 600/bulan, R/C atas biaya tunai

sebesar 1.66 dan RIC atas biaya total sebesar 1.62.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa subkontraktor yang melakukan hubungan produksi subkontrak dengan satu prinsipal mempunyai

pendapatan yang lebih kecil, mempunyai s t r u k h ~ ~ pasar monopoli-monopsoni.

(180)
(181)
(182)
(183)
(184)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar matematika siswa MTs Yanbu’ul Qur’an

Berdasarkan hasil dari ketiga penelitian yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa menerapkan model learning cycle 7E dalam proses pembelajaran dapat

Pada pengujian sistem secara keseluruhan, saat mode otomatis lampu akan menyala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan banyaknya lampu yang menyala sesuai

Subbag Kemahasiswaan membuat surat berdasarkan permohonan dengan persetujuan Subbag Kemahasiswaan, KTU untuk ditandatangani oleh Dekan dan atau Pembantu Dekan

Pemilihan primer pada analisis RAPD berpengaruh terhadap polimorfisme pita yang dihasilkan, karena setiap primer memiliki situs penempelan tersendiri, akibatnya pita DNA

Radioisotop 198Au yang dihasilkan dikarakterisasi dengan mengukur aktivitas, waktu paruh, energi, yield, kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia serta ukuran

Gaussian 2 dimensi berupa elips jika berbagai varian digunakan sepanjang sumbu-sumbu x dan y (frekuensinya juga dapat dimodulasikan dengan berbeda sepanjang masing-masing

Sistem penampilan dinamika titik panas di Indonesia berbasis Keyhole Markup Language (KML) Dinamis dirancang dan dibangun sebagai pelengkap sistem pemantauan titik