• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Guru terhadap Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Guru terhadap Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh:

Nurul Anggraini

NIM. 1111025100048

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Di bawah bimbingan Siti Maryam, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru terhadap dua aspek yaitu keberadaan dan kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner/angket, observasi dan study pustaka. Populasi pada penelitian ini adalah guru Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 54 orang. Karena populasi kurang dari dari 100 orang, maka peneliti mengambil semuanya sebagai total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap tenaga perpustakaan yang ditinjau dari aspek keberadaan tenaga perpustakaan sekolah mendapatkan skor 3,43 nilai ini berada pada skala interval 3,25-4.00 yang berarti sangat setuju/sangat baik, dan kompetensi tenaga perpustakaan mendapatkan skor 3,22 berada pada skala interval 2,50-3,24 yang berarti setuju/baik. Sehingga Skor akhir dari rata-rata dari kedua aspek tersebut 3,24 yang berarti setuju/baik dari nilai maksimal 4,00.

(6)

ii

Staff in SMAN 9 city of South Tangerang. Under guidance by Siti Maryam, M.Hum. the study program of library. Faculty Adab and Humanities State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

The purpose of this research are; To know the teacher’s perception of the two aspects, is the library staff existence and competence in SMAN 9 city of South Tangerang. The type of this research is descriptive approaching which is using quantitative approaching. The method which is used of collecting data are previously study, questioner and observation. The population of this research is teachers of school SMAN 9 city of South Tanggerang are 54 people. Because of they are less of 100 people, so the researcher takes all them as the sample. The

result of research showed that teacher’s perception of library staff which is

observed from the aspect of the library staff-school get score 3,43 these values are at the scale intervals 3,25-4.00 which means strongly agree/very good and the library staff competence score 3,22 is at the scale intervals 2,50-3,24 which means

agree / good. It can be said, the average of both components 3,24 which means

agree / good from maximum 4,00.

(7)

iii

memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap

Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan” yang diajukan untuk

melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis

curahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya. Semoga kami semua mendapatkaan syafaatnya hingga akhir

perjalanan hidup. Amin

Dalam perjalanan dari awal perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi

ini, telah banyak pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulis. Sehingga

pada akhirnya tugas skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

(8)

iv

6. Bapak Amir Fadillah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasihat dan arahan dalam penyusunan skripsi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Dosen Jurusan

Ilmu Perpustakaan yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat

bagi penulis, dari awal kuliah hingga akhir.

8. Keluarga besar SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, khususnya Bapak Dra. A.

Nana Mahmur M., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang

Selatan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Lesdi Suryadi

Said, S.IP, selaku tenaga perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan

yang telah memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan dan

membantu penulis selama penelitian. Seluruh guru-guru SMAN 9 Kota

Tangerang Selatan yang telah menjadi responden kuesioner penelitian

penulis. Terima kasih atas seluruh waktu dan bantuan yang kalian berikan

untuk penelitian ini.

9. Ayahanda M. Said dan Ibunda Dede Dawiyah. Terima kasih ayah dan umi

yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang

dan kesabaran, serta memberikan bantuan moril maupun materil yang tiada

(9)

v

Jamilah dan Susi yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

semangatnya serta menghibur setiap hari. Semoga kita semua selalu dalam

lindungan Allah SWT.

11. Terima kasih pula kepada teman-temanku Anto, Zaelani, Ahyar, Ibul,

Hirjan, Ghozali, Turmuzi, Mulyadi, Hasan, Sean dan lain-lain yang tidak

bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala doa, motivasi,

semangat dan dukungan serta menghibur setiap hari.

12. Sahabatku Maria, Rohmah, Denisya yang sudah mendukung dan

memberikan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan JIP angkatan 2011, khususnya IP B yaitu Asma,

Destia, Denisya, Maria, Nurul, Rohmah, Adzani, Karina, Maeta, Ummi,

Aini, Afda, Ade, Eka, Mita, Bintang, Eko, Syarif, Yogi, Wildan, Uli,

Wahyudin, Arif, dan Maliki. Terima kasih atas suka dan duka yang telah

kita lewati bersama-sama, dari awal kuliah hingga akhirnya kita bisa

menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang kita dapat selama ini bermanfaat

bagi diri sendiri dan orang lain, menjadi pustakawan profesional dan selalu

diberkahi Allah SWT dalam setiap langkah kita. Amin.

14. Semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua.

(10)

vi

demi menunjang kesempurnaan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Tangerang Selatan, Maret 2016

(11)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Definisi Istilah ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Sekolah ... 9

1. Pengertian Perpustakaan Sekolah ... 9

2. Fungsi,Tugas dan Tujuan Perpustakaan Sekolah ... 10

B. Tenaga Perpustakaan Sekolah ... 14

C. Pengertian Guru ... 23

D. Persepsi ... 24

1. Pengertian Persepsi ... 24

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 25

3. Skala Pengukuran Persepsi ... 28

E. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34

B. Sumber Data ... 35

(12)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 42

1. Profil SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 42

2. Visi dan Misi, Tujuan Sekolah, Nilai-Nilai dan Motto ... 42

3. Tenaga Pengajar ... 45

4. Profil Perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 46

5. Visi dan Misi, Tujuan Perpustakaan ... 46

6. Layanan Perpustakaan ... 47

7. Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 49

B. Hasil Penelitian ... 50

1. Persepsi Guru Terhadap Keberadaan Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 51

2. Kompetensi Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 54

C. Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

ix

Tabel. 4.2 Jenis Kelamin ... 51

Tabel. 4.3 Perpustakaan Sekolah Harus Dikelola oleh Tenaga Perpustakaan Profesional ... 52

Tabel. 4.4 Tenaga Perpustakaan Sekolah Memiliki Andil yang Besar untuk Memaksimalkan Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Sekolah ... 53

Tabel. 4.5 Pendidikan Tenaga Perpustakaan Adalah Salah Satu Penentu Kinerja Tenaga Perpustakaan ... 53

Tabel. 4.6 Tenaga Perpustakaan Mampu Merencanakan Pengembangan Perpustakaan ... 54

Tabel. 4.7 Tenaga Perpustakaan Mampu Melaksanakan Pengembangan Perpustakaan ... 55

Tabel. 4.8 Tenaga Perpustakaan Sekolah dapat Melaksanakan Fungsi, Tujuan dan Program Perpustakaan dengan Baik ... 56

Tabel. 4.9 Tenaga Perpustakaan Mampu Mengevaluasi Program dan Kinerja Perpustakaan ... 57

Tabel. 4.10 Tenaga Perpustakaan Mampu Menggunakan Anggaran Secara Efesien, Efektif, dan Bertanggung Jawab ... 57

Tabel. 4.11 Tenaga Perpustakaan Melaporkan Penggunaan Anggaran dan Keuangan ... 58

Tabel. 4.12 Tenaga Perpustakaan Sudah Mengelompokkan Koleksi Berdasarkan Cakupan Disiplin Ilmunya ... 59

Tabel. 4.13 Tenaga Perpustakaan Mampu Berkoordinasi dengan Tenaga Pendidik dalam Pemilihan Koleksi Di Perpustakaan ... 60

Tabel. 4.14 Tenaga Perpustakaan Mampu Memanfaatkan Teknologi untuk Pengorganisasian dan Penelusuran Informasi ... 60

Tabel. 4.15 Tenaga Perpustakaan Telah Memberikan Layanan Informasi dan Referensi dengan Baik ... 61

Tabel. 4.16 Tenaga Perpustakaan Menyelenggarakan Layanan Sirkulasi (Peminjaman Buku) ... 62

Tabel. 4.17 Tenaga Perpustakaan Mampu Memberikan Bimbingan Penggunaan Perpustakaan Bagi Seluruh Warga Sekolah ... 63

(14)

x

Tabel. 4.21 Tenaga Perpustakaan Sudah Memahami Peran Perpustakaan Sebagai

Sumber Belajar ... 66

Tabel. 4.22 Tenaga Perpustakaan Sudah Memfasilitasi Peserta Didik untuk Belajar Mandiri ... 66

Tabel. 4.23 Tenaga Perpustakaan Sudah Memanfaatkan Teknologi informasi dan Komunikasi untuk Memfasilitasi Proses Pembelajaran dengan Baik ... 67

Tabel. 4.24 Tenaga Perpustakaan Membantu Warga Sekolah Menggunakan Sumber Informasi Secara Efektif ... 68

Tabel. 4.25 Tenaga Perpustakaan Menginformasikan Kepada Warga Sekolah tentang Koleksi Perpustakaan yang Baru ... 69

Tabel. 4.26 Tenaga Perpustakaan Mampu Memotivasi dan Mengembangkan Minat Baca Warga Sekolah ... 69

Tabel. 4.27 Tenaga Perpustakaan Memiliki Etika yang Baik ... 70

Tabel. 4.28 Tenaga Perpustakaan Memiliki Etos Kerja yang Tinggi ... 71

Tabel. 4.29 Tenaga Perpustakaan Mampu Berinteraksi dengan Warga Sekolah dengan Baik ... 72

Tabel. 4.30 Tenaga Perpustakaan Mampu Bekerja Sama dengan Warga Sekolah ... 72

Tabel. 4.31 Tenaga Perpustakaan Mampu Membuat Karya Tulis Dibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan Baik ... 73

Tabel. 4.32 Tenaga Perpustakaan Meresensi dan Meresume Buku ... 74

Tabel. 4.33 Tenaga Perpustakaan Membuat Indeks dan Abstrak ... 75

Tabel. 4.34 Tenaga Perpustakaan Memiliki Hobi Membaca ... 75

Tabel. 4.35 Persepsi Guru Terhadap Keberadaan Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 77

Tabel. 4.36 Persepsi Guru Terhadap Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 80

Tabel. 4.37 Keberadaan dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 84

(15)

1

A. Latar Belakang

Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang tergabung pada

sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan

tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan

tujuan pendidikan pada umumnya. Setiap sekolah wajib memiliki

perpustakaan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang no 20 Tahun 2003

tentang Sistem pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah no 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 yang menyebutkan

bahwa, sekolah wajib memiliki perpustakaan.1

Perpustakaan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam

komponen pendidikan, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan

mempunyai fungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar demi

tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Selain itu perpustakaan sekolah

juga sangat berperan dalam menunjang tercapainya target kurikulum

pendidikan. Oleh karena itu perpustakaan sekolah merupakan bagian yang

sangat penting dalam sistem pendidikan.2

1Sumardjo…et.al,

edoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006), h.1.

2

(16)

Pentingnya perpustakaan sekolah dapat di lihat dari Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 pada bab XI pasal 45 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal maupun non

formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan

pendidikan sesuai dengan perubahan dan perkembangan potensi fisik,

kecerdasan, intelektual, sosial, emosional dan kewajiban peserta didik.

Undang-Undang itu berlaku di setiap satuan pendidikan sekolah, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, harus

menyediakan sumber belajar. Hal ini memungkinkan para tenaga pendidik

dan para peserta didik dalam memperoleh kesempatan untuk memperluas dan

memperdalam pengetahuan dalam membaca buku atau bahan pustaka yang

mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.3 Pengguna perpustakaan

sekolah hanya terbatas kepada komponen sekolah antara lain siswa, guru dan

karyawan sekolah.

Seiring maraknya penerapan kurikulum berbasis kompetensi maupun

kurikulum tingkat satuan pendidikan dan berbagai indikator performa peserta

didik, dalam hal ini para siswa dituntut untuk mampu menunjukkan

keterampilan mereka dalam mengakses dan mengelola informasi. Oleh karena

itu dengan adanya perpustakaan yang baik, maka proses belajar dan mengajar

akan lebih terbantu.

Perpustakaan sekolah sudah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan

prestasi belajar karena perpustakaan sebagai penyedia informasi, khususnya

3

(17)

bagi siswa dalam memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuannya. Oleh karena itu

perpustakaan sekolah sudah seharusnya dikelola dengan baik sehingga

mampu menarik siswa, guru, dan karyawan untuk mengunjungi dan

memanfaatkannya.

Seiring banyaknya jumlah perpustakaan sekolah yang ada di Indonesia,

setidaknya sama banyaknya dengan jumlah sekolah itu sendiri, sementara

pada umumnya dalam segi pengelolaannya masih kurang memadai. Hal ini

disebabkan belum memiliki pustakawan/tenaga perpustakaan yang secara

khusus mengelola perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah biasanya

dikelola oleh guru yang diambil dari guru kelas atau guru bidang studi yang

diberi tugas rangkap untuk menguasai perpustakaan, tidak memiliki

pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola perpustakaan.

Oleh karena itu kita dapat mengetahui berhasil atau tidaknya suatu

layanan di perpustakaan yang berkualitas salah satunya adalah dengan

melihat persepsi dari pemustaka khususnya guru tentang layanan

perpustakaan sekolah tersebuat. Dalam hal ini pemustaka akan memiliki

persepsi yang baik jika pengguna merasa apa yang dibutuhkannya dapat

terpenuhi di perpustakaan tersebut. Sebaliknya, jika perpustakaan dianggap

tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna, maka akan

menimbulkan persepsi yang kurang baik bahkan buruk. Untuk itulah

perpustakaan sangat dituntut untuk berbenah dan lebih meningkatkan

kualitasnya baik dari segi koleksi, administrasi, manajemen dan yang paling

(18)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji

lebih lanjut mengenai persepsi guru terhadap tenaga perpustakaan, kemudian

hasil penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul

Persepsi Guru terhadap Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota

Tangerang Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar masalah tidak melebar pembahasannya, maka peneliti merasa perlu

untuk memberikan batasan dan rumusan terhadap masalah yang akan

diteliti yaitu persepsi guru tehadap tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota

Tangerang Selatan yang dilihat dari keberadaan tenaga perpustakaan

sekolah dan kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang

Selatan.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian dan sesuai

dengan masalah yang akan diteliti, maka perlu membuat rumusan suatu

masalah. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana persepsi guru terhadap keberadaan tenaga perpustakaan di

SMAN 9 Kota Tangerang Selatan?

b. Bagaimana persepsi guru terhadap kompetensi tenaga perpustakaan di

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap keberadaan tenaga

perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.

b. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kompetensi tenaga

perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain:

a. Diharapkan penelitian ini menjadi masukan yang bermanfaat bagi

peningkatan kualitas fungsi perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber

belajar di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang akan datang.

b. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya dalam hal keberadaan

tenaga perpustakaan, kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota

Tangerang Selatan

c. Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam hal

penelitian.

D. Definisi Istilah a. Guru

Guru adalah seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan

(20)

mengajarkan ilmu pengetahuan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan anak didik.

b. Tenaga Perpustakaan

Tenaga perpustakaan adalah orang yang bekerja di perpustakaan yang

memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan serta menentukan

keberhasilan perpustakaan.

c. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berada di lingkungan

sekolah, dikelola oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan khusus

sekolah, guna menunjang kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis menguraikan secara sistematis

kajian penulisan proposal ini dibagi dalam 5 bab.

Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan skripsi, dimana memuat landasan

umum yang diperlukan dalam proses penelitian, dan pembahasan.

Landasan tersebut dituangkan dalam latar belakang, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi

istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II Tujuan Literatur

Pada bab ini memuat tentang landasan teoritis yang medukung

(21)

yang akan diteliti, dengan berdasarkan literatur-literatur yang

terkait dengan pokok bahasan, meliputi pengertian perpustakaan

sekolah, tujuan, fungsi dan peran perpustakaan sekolah. Selain itu

juga dijelaskan tenaga perpustakaan, pengertian guru dan

persepsi. Kemudian penelitian ini di lengkapi dengan penelitian

sebelumnya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan

penelitian, meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,

populasi dan sempel, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data dan jadwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis akan membahas gambaran umum sekolah

SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, Visi, Misi, tujuan, dan

nilai-nilai, motto sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, pengajar

sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, gambaran singkat

perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, visi, misi, dan

tujuan perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, layanan,

dan struktur organisasi perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang

Selatan. Selajutnya memaparkan tentang hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dilakukan berkaitan tentang persepsi guru

terhadap tenaga perpustakaan pada perpustakaan SMAN 9 Kota

(22)

Bab V Penutup

Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, meliputi: penarikan

kesimpulan dan beberapa saran. Dalam kesimpulan akan

menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil penelitian, sedangkan di dalam saran diberikan masukan

yang kiranya meningkatkan kinerja tenaga perpustakaan dimasa

(23)

9

A. Perpustakaan Sekolah

1. Pengertian Perpustakaan Sekolah

Secara umum perpustakaan merupakan sebuah tempat untuk

menyimpan mengolah serta menyebarluaskan informasi yang dimilikinya,

serta sebagai salah satu pusat informasi yang menyajikan sumber-sumber

informasi baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media

seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video,

komputer, dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun

berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk kepentingan belajar

melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi masyarakat yang

membutuhkannya.

Dalam hal ini ada beberapa jenis perpustakaan di masyarakat salah

satunya yaitu perpustakaan sekolah. Sesuai dengan namanya perpustakaan

sekolah tentu berada disebuah sekolah, dikelola oleh sekolah, dan

berfungsi untuk sarana kegiatan belajar mengajar penelitian sederhana,

menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan.

Perpustakaan sekolah diselenggarakan oleh setiap sekolah, dan

pemafaatannya sangat tergantung kepada kepala sekolah, para guru,

petugas perpustakaan dan para pelajar.1

1

(24)

Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan

pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang

merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan

merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan

pendidikan sekolah yang bersangkutan.2 Selain itu menurut F. Rahayuningsih, perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani

para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu.3

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa

perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah yang

merupakan sarana penunjang bagi masyarakat sekolah untuk membantu

penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah

ditetapkan pada setiap sekolah. Selain itu perpustakaan sekolah

menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan

fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan

informasi.

2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah juga memiliki fungsi, tugas dan tujuan yang

saling berkaitan dalam penyelenggaraannya. Berikut ini adalah penjelasan

mengenai fungsi, tugas dan tujuan perpustakaan sekolah tersebut.

a. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah mempunyai fungsi yang secara garis besar

yaitu sebagai sumber belajar dan mencari informasi yang dibutuhkan

2

Perpustakaan Nasional RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP) (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), h. 2.

3

(25)

merupakan kegunaan-kegunaan yang harus dikembangkan dalam

rangka menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Menurut Tri Septiyantono fungsi perpustakaan sekolah sebagai

berikut :

1. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, yaitu membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan merupakan tempat untuk membantu guru dalam mengajar dan memperluas pengetahuan.

2. Membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya pada setiap bidang studi.

3. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri.

4. Membantu siswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya.

5. Membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan. Kemahiran siswa mencari informasi di perpustakaan akan menolongnya untuk mampu belajar secara mandiri dan memperlancar dalam mengikuti pelajaran selanjutnya.

6. Merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan siswa.

7. Memperluas kesempatan untuk belajar bagi para siswa.4

Sedangkan fungsi perpustakaan madrasah/sekolah menurut Rizal

Saiful Haq, dkk yaitu :

1. Preservasi

Menyimpan dan menjaga kelestarian produk ilmu dan budaya di lingkungan madrasah serta mengumpulkan dan menyimpan bahan lain.

2. Informasi

Menjamin lingkungannya terinformasi dengan baik, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pembelajaran, pelajaran, ilmu, agama,dan kehidupan sehari-hari.

4

(26)

3. Pendidikan

Ikut melaksanakan pendidikan baik untuk peserta didik di madrasah, maupun untuk pihak lain di dalam dan di sekitar madrasah.

4. Dakwah

Menampilkan perpustakaan madrasah sebagai suatu unit kerja yang berada dilingkungan madrasah yang mampu menarik lingkungannya, baik peserta didik, pendidik, tenaga pendidikan, orang tua murid, dan masyarakat lingkungannya beramal sholeh dan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar dan tercela.

5. Penelitian

Melaksanakan penelitian sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan madrasah, serta menyiapkan sarana penelitian, terutama penelitian kepustakaan atau literatur.

6. Budaya

Memfasilitasi kreasi budaya dengan kekuatan koleksi dan fasilitas yang dimilikinya.

7. Rekreasi

Menyediakan bahan bacaan, bahan audio-visual yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk memuaskan kebutuhan rekreasinya.5

b. Tugas Perpustakaan Sekolah

Tugas pokok perpustakaan adalah menghimpun, menyediakan,

mengolah, memelihara dan mendayagunakan semua koleksi bahan

pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani

masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi bahan bacaan.

Masyarakat pengguna tersebut adalah sesuai dengan jenis perpustakaan,

kebijakan penyelenggara, dan kelompok atau segmen pemakai. Tugas

pokok itu dapat dijabarkan ke dalam beberapa rincian kegiatan yang

akan dilaksanakan melalui fungsi-fungsi yang lebih bersifat teknis.

5

(27)

Dari salah satu jenis perpustakaan yaitu tugas pokok perpustakaan

sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai salah

satu sarana dan prasarana pembelajaran disekolah yang harus

mendukung tugas sekolah secara keseluruhan.6

c. Tujuan Perpustakaan Sekolah

Tujuan perpustakaan sekolah dapat dilihat dari Undang-Undang

RI No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Bab 1 Pasal 4

menyatakan perpustakaan bertujuan untuk memberikan layanan kepada

pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas

wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.7 Sedangkan menurut Pawit dan Yusuf tujuan perpustakaan sekolah

adalah sebagai berikut:

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa. 4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan

pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.8

6Ibid.,

h. 34.

7Perpustakaan Nasional RI, “Undang

-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang

Perpustakaan,” Diakses pada tanggal 6 Juni 2014 dari http:www.file.perpusnas. go.idhomepage_foldersactivitieshighlighttruu_perpustakaanpdfUU_43_2007_PERPUSTAKAAN. pdf,

8

Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah

(28)

Selain itu perpustakaan sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum adalah perpustakaan

membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan

pendidikan pada umumnya. Sedangkan tujuan khusus perpustakaan

sekolah adalah membantu sekolah mencapai tujuannya sesuai dengan

kebijakan sekolah tempat perpustakaan tersebut bernaung.9

Oleh karena itu jelas bahwa tujuan diselenggarakan perpustakaan

bukan hanya sekedar menyimpan dan mengumpulkan bahan pustaka

akan tetapi perpustakaan diharapkan bagi siswa dapat mengembangkan

daya pemikirnya dan hasil membaca yang diperoleh dari bahan pustaka

yang ada di perpustakaan.

B. Tenaga Perpustakaan Sekolah

Kekayaan dan kualitas dalam penyelenggaraan perpustakaan tergantung

pada sumberdaya tenaga yang tersedia di dalam dan di luar perpustakaan

sekolah. Dalam hal inilah, maka amatlah penting bagi perpustakaan sekolah

memiliki tenaga berpendidikan serta bermotivasi tinggi, jumlahnya

mencukupi sesuai dengan ukuran sekolah dan kebutuhan khusus sekolah

menyangkut jasa perpustakaan. Agar perpustakaan sekolah dapat berperan

dan berfungsi dengan baik, perlu dikelola oleh tenaga profesional yang

memang benar-benar ahli dalam bidangnya.

9

(29)

Berkaitan dengan perlunya perpustakaan sekolah untuk mendukung

pelaksanaan pendidikan juga terdapat dalam standar nasional pendidikan

dalam Bagian II tentang Tenaga Kependidikan pasal 35 ayat (1). Pada pasal

ini dinyatakan bahwa perlunya tenaga perpustakaan untuk semua jenjang

pendidikan mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB,

SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, Paket C, dan lembaga kursus dan

keterampilan.10

Di dalam buku Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kredit tahun

2015 Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan

kepustakawanan.11 Selain itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,

pustakawan di lembaga pendidikan sekolah dikelompokkan sebagai tenaga

kependidikan yang disebut dengan tenaga perpustakaan sekolah (TPS).12

Oleh karena itu orang-orang yang ditunjuk atau di beri tanggung jawab

tersebut harus memiliki kemampuan dan kecakapan mengelola perpustakaan

sekolah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa besar kecilnya

hasil yang dicapai oleh adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah sangat

tergantung kepada bagaimana pengelolaannya.

10

Darmono, Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 2

11

Perpustakaan Nasional RI, Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya

(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015), h. 5.

12

Tri Septiyantono, Umar Sidik, ed., Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi

(30)

Berikut ini ada tiga pilar utama yang memperkokoh perpustakaan

sekolah, yaitu:

1. Pemakai: perpustakaan akan tetap eksis dan berkembang jika pemakainya, adalah hal ini warga sekolah aktif dan disiplin.

2. Pustakawan: memiliki sikap tulus hati, ramah, berpikiran positif, supel, proaktif, dedikatif dan pofesional.

3. Koleksi: banyak, lengkap dan beragam.13

Oleh karena itu dari pernyataan tersebut jelas bahwa kesuksesan sebuah

perpustakaan dilihat dari tiga pilar utama, yaitu pemakai itu sendiri,

pustakawan sebagai tenaga perpustakaan sekolah, dan koleksi sebagai sumber

informasi, serta didukung dengan fasilitas-fasilatas pendukung lainnya.

Dalam hal ini ruang, buku, dan perlengkapan lainnya berpengaruh

terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah, tetapi walaupun ruangan

yang tersedia sangat luas, buku-buku yang tersedia sangat banyak jumlahnya

dan beraneka ragam judulnya, perlengkapan yang tersedia sangat lengkap

semuanya, kurang berguna apabila tidak dikelola dengan sebaik-baiknya.

Oleh sebab itu perpustakaan harus dikelola oleh orang-orang yang mampu

mengelola perpustakaan sekolah. Dengan kata lain petugas perpustakaan

sekolah harus mampu mengelola perpustakaan sekolah.14

Dalam hal perpustakaan sekolah yang masih baru berdiri bisa saja

hanya dikelola oleh seorang guru dimana dalam kegiatan sehari-hari guru

tersebut bisa bertindak sebagai kepala perpustakaan atau guru pustakawan

13Zulfikar Zen, “Manajemen Perpustakaan Sekolah”, Makalah Seminar Perpustakaan Manajemen dan Automasi Perpustakaan (Jakarta: Diselenggarakan oleh Inti College Indonesia, 15 Agustus, 2006)

14

(31)

sambil merangkap mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan teknis dan

pelayanan pembaca.15

Menurut Bafadal tenaga perpustakaan terdiri dari kepala perpustakaan

atau guru pustakawan dan petugas perpustakaan. Kepala perpustakaan

sebaiknya dipegang oleh guru yang mempunyai keterampilan dan keahlian di

bidang perpustakaan sehingga penyelenggaraan perpustakaan dapat

terintegrasi dengan proses belajar mengajar disekolah. Sedangkan petugas

perpustakaan sekolah bertugas membantu kepala perpustakaan dalam

pelayanan teknis, pelayanan pembaca, dan tata usaha.

Selain itu dalam Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO

pembagian tenaga perpustakaan sekolah terdiri dari pustakawan dan asisten

pustakawan berkualifikasi. Disamping itu, mungkin masih ada tenaga

pengunjang, seperti para guru, teknisi, dan orang tua murid. Pustakawan

sekolah hendaknya memiliki pendidikan profesional dan berkualifikasi,

dengan pelatihan tambahan di bidang teori pendidikan dan metodologi

pembelajaran. Peran utama pustakawan adalah memberikan sumbangan pada

misi dan tujuan perpustakaan sekolah yang bekerja sama dengan senior

menejemen sekolah, administrator, dan guru dalam pengembangan rencana

dan implementasi kurikulum.16

Dalam hal ini untuk layak diangkat menjadi tenaga perpustakaan

sekolah pada jenjang SMA, MA, SMK, MAK, dan SMALB, seseorang harus

memenuhi salah satu syarat yaitu:

15Ibid.,

h. 178.

16IFLA, “Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,” artikel diakses pada 18 April

(32)

1. Memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya Diploma Empat (D4) atau Strata Satu (S1) Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

2. Memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya Diploma Empat (D4) atau Strata Satu (S1) Non Ilmu Perpustakaan dan Informasi dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.

3. Berstatus tenaga kependidikan dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun dengan pangkat/golongan /IIIb dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.

4. Berstatus tenaga pendidik dengan ijazah serendah-rendahnya D4 atau Strata Satu (S1) dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun dengan pangkat/golongan/IIIb dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.

5. Tenaga pendidik yang memiliki jam mengajar kurang dari 24 jam per minggu, dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.17

Selain itu seseorang petugas perpustakaan sekolah harus memiliki

sifat-sifat sebagai berikut:

1. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah.

2. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki pengetahuan di bidang pendidikan.

3. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki minat terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah.

4. Petugas perpustakaan sekolah harus suka bekerja, tekun, dan teliti dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

5. Tugas perpustakaan sekolah harus terampil mengelola perpustakaan sekolah.18

Berikut ini di dalam peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 25

Tahun 2008 tersebut, terdapat kompetensi untuk Kepala Perpustakaan

Sekolah/Madrasah, dan Kompetensi untuk Tenaga Perpustakaan

Sekolah/Madrasah. Kompetensi tersebut mencakup aspek manajerial,

17Djaali, “Peningkatan Mutu Pendidikan NasionalMelalui Program Sertifikasi,” Buletin BSNP, vol. II, no. 2 (Mei 2007) artikel diakses pada 25 Juli 2015 dari http://bsnp-indonesia. org/id/wp-content/uploads/buletin/Edisi%2022.pdf

18

(33)

pengelolaan informasi, kependidikan, kepribadian, sosial, pengembangan profesi.19Penjelesan lebih lanjut lihat lampiran 2.

1. Kompetensi menejerial mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Melaksakan pengembangan perpustakaan

b. Mengorganisasi sumber daya perpustakaan

c. Melaksanakan fungsi, tugas dan program perpustakaan

d. Mengevaluasi program dan kinerja perpustakaan

e. Melakukan perawatan peventif

f. Melakukan perawatan kuratif

g. Membantu menyusun anggaran perpustakaan

h. Menggunakan anggaran secara efisien, efektif, dan bertanggung jawab

i. Melaksanakan pelaporan penggunaan keuangan dan anggaran

2. Kompetensi pengelolaan informasi terdiri dari :

a. Memiliki pengetahuan mengenai penerbitan

b. Memiliki pengetahuan tentang karya sastra Indonesia dan dunia

c. Memiliki pengetahuan tentang sumber biografi tokoh nasional dan

dunia

d. Menggunakan berbagai alat bantu seleksi untuk pemilihan materi

perpustakaan

19

(34)

e. Berkoordinasi dengan tenaga pendidik bidang studi terkait dalam

pemilihan materi perpustakaan

f. Melakukan pemesanan, penerimaan danpencatatan

g. Membuat deskripsi bibliografis (pengatalogan) sesuai dengan standar

nasional

h. Menentukan deskripsi subjek dan menggunakan Dewey Decimal

Classification edisi ringkas

i. Menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa Indonesia

j. Menjajarkan kartu katalog

k. Memanfaatkan teknologi untuk pengorganisasian informasi dan

penelusuran

l. Memberikan layanan baca di tempat

m.Memberikan jasa informasi dan referensi

n. Menyelenggarakan jasa sirkulasi (peminjaman buku)

o. Memberikan bimbingan penggunaan perpustakaan bagi komunitas

sekolah/madrasah

p. Melakukan kerja sama dengan perpustakaan lain

q. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

r. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan

kebutuhan

3. Kompetensi kependidikan meliputi :

a. Memahami tujuan dan fungsi sekolah/madrasah dalam konteks

(35)

b. Memahami kebijakan pengembangan kurikulum yang berlaku

c. Memahami peran perpustakaan sebagai sumber belajar

d. Memfasilitasi peserta didik untuk belajar mandiri

e. Menganalisis kebutuhan informasi komunitas sekolah/ madrasah

f. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi

proses pembelajaran

g. Membantu komunitas sekolah/ madrasah menggunakan sumber

informasi secara efektif

h. Menginformasikan kepada komunitas sekolah/ madrasah tentang materi

perpustakaan yang baru

i. Membimbing komunitas sekolah/madrasah untuk memanfaatkan

koleksi perpustakaan

j. Mengorganisasi pajangan dan pameran materi perpustakaan

k. Membuat dan menyebarkan media promosi jasa perpustakaan

l. Mengidentifikasi kemampuan dasar literasi informasi pengguna

m.Menyusun panduan dan materi bimbingan literasi informasi sesuai

dengan kebutuhan pengguna

n. Membimbing pengguna mencapai literasi informasi

o. Mengevaluasi pencapaian bimbingan literasi informasi

p. Memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas

sekolah/madrasah

4. Kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut :

(36)

b. Jujur dan adil

c. Sopan, santun, sabar, dan ramah

d. Mengikuti prosedur

e. Mengupayakan hasil

f. Bertindak secara tepat

g. Fokus pada tugas

h. Meningkatkan kinerja

i. Melakukan evaluasi diri

5. Kompertensi sosial yaitu:

a. Berinteraksi dengan komunitas sekolah/madrasah

b. Bekerja sama dengan komunitas sekolah/madrasah

c. Memberikan jasa untuk komunitas sekolah/madrasah

d. Mengintensifkan komunikasi internal dan eksternal

6. Kompetensi pengembangan profesi terdiri dari:

a. Membuat karya tulis dibidang ilmu perpustakaan dan informasi

b. Meresensi dan meresume buku

c. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis ilmu perpustakaan dan

informasi

d. Membuat indeks

e. Membuat bibliografi

f. Membuat abstrak

g. Menerapkan kode etika profesi

(37)

i. Menghormati privasi pengguna

j. Menyediakan waktu untuk membaca setiap hari

k. Gemar membaca

Dari pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga perpustakaan

adalah tenaga perpustakaan yang bekerja dan mengelola perpustakaan

sekolah. Dalam hal ini tenaga perpustakaan bisa disebut juga sebagai tenaga

profesional yang ditugaskan di perpustakaan sekolah sesuai dengan bidang

keilmuannya yang kedudukannya tidak terlepas dari suatu lembaga sekolah

tersebut. Oleh karena itu peran tenaga perpustakaan sekolah (dalam hal ini

pustakawan) sangat menentukan keberhasilan misi sebuah perpustakaan

tersbut.

C. Pengertian Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan guru

adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar.20 Dalam hal ini pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya,

sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan

definisi-definisi lain.

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik yang memiliki

kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan

20

(38)

mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat

mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.21

Selain itu dalam buku “Menjadi Guru Efektif” guru dapat diartikan

sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual,

fisikal, maupun aspek lainnya.22

Jadi, guru adalah salah satu komponen penting dalam proses belajar

mengajar yang bertanggung jawab memberikan pelajaran dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

dalam semua aspeknya.

D. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas persepsi ialah

pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu. Dalam hal ini banyak ahli yang mencoba untuk

mendefinisikan istilah tersebut. Menurut Harvey dan Smith serta

Wrighstman dan Deaux, mendefinisikan persepsi sebagai proses membuat

penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai

21

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 15.

22

(39)

berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan pengindraan

seseorang.23

Sedangkan menurut Rafy Saputra persepsi adalah cara seseorang

menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau

individu. Persepsi-persepsi ini membentuk apa yang dipikirkan,

medefinisikan apa yang penting dan selanjutnya juga akan menentukan

bagaimana mengambil keputusan.24

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

persepsi ialah terjadinya perbedaan bagi tiap individu untuk berpikir dalam

memahami atau mengenali objek-objek dan kejadian yang dialaminya

dengan cara seseorang melihat, memandang atau mengartikan sesuatu.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi

menjadi dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

a. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sendiri,

meliputi:

1) Fisiologis

Informasi yang masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi

tersebut mampu memberikan pengaruh serta memberikan arti

terhadap lingkunngan sekitarnya. Dalam hal ini kapasitas indera

23

Nina Ariyani Martini dan Ida Farida, Pisikologi Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 4.2.

24

(40)

untuk mempersepsi pada tiap individu berbeda-beda sehingga

penafsiran terhadap lingkungan juga berbeda-beda.

2) Perhatian

Energi diperlukan untuk memperhatikan dan memfokuskan pada

bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek, setiap

individu memiliki tingkat energi yang berbeda-beda sehingga

perhatian seseorang terhadap suatu objek juga berbeda.

3) Minat

Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk

memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan

sebagai minat yang digunakan untuk mempersepsi terhadap suatu

objek.

4) Kebutuhan yang searah

Bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau

pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya

disebut faktor kebutuhan yang searah.

5) Pengalaman dan ingatan

Sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau

untuk mengetahui suatu rangsang tergantung pada ingatan, hal

(41)

6) Suasana hati

Perilaku seseorang dalam menunjukkan bagaimana perasaan

seseorang pada waktu dan bagaimana seseorang dalam menerima,

bereaksi dan mengingat dipengaruhi oleh keadaan emosi.

b. Faktor eksternal merupakan karakteristik dari lingkungan dan

objek-objek yang terlibat di dalamnya. Elemen tersebut dapat mengubah sudut

pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi

bagaimana seseoarang merasakannya/menerimanya. Berikut

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi meliputi :

1) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

2) Warna dari objek-objek

Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

3) Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.

(42)

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.25

Oleh karena itu dari banyaknya faktor yang mempengaruhi persepsi

individu yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor

eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan. Namun dapat

diketahui bahwa setiap individu akan melihat suatu realitas menurut

persepsinya masing-masing sehingga apabila beberapa orang melihat suatu

benda yang sama, maka masing-masing orang akan memiliki persepsinya

sendiri-sendiri pula tentang benda tersebut.

3. Skala Pengukuran Persepsi

Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut

gejala sosial yang diukur, yaitu:

a. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.

b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.26

a. Skala Sikap

Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, maka yang akan penulis

bahas hanyalah skala untuk mengukur sikap. Karena penelitian yang

diambil oleh peneliti yaitu tentang persepsi.

25

Hasminee Uma. “Persepsi: Pengertian, Definisi, dan Factor yang Mempengaruhi.” Kompasiana,20 Oktober 2013. Artikel diakases pada tanggal 15 oktober 2015

http://www.kompasiana.com/hasminee/persepsi-pengertian-definisi-dan-factor-yang mempengaruhi_552999136ea8349a1f552d01.

26

(43)

Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan

penelitian ada 5 macam yaitu: Skala Likert, Skala Guttman, Skala

Simantict Defferensial, Ranting Scale, dan Skala Thurstone.

1) Skala Likert

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala

sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel

penelitian.

Dengan menggunakan sekala Likert, maka variabel yang

diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi

dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan

lagi menjadi indikator yang dapat diukur. Akhirnya

indikator-indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat sesuatu

pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Selanjutnya Skala Likert ini meliliki dua bentuk pernyataan,

yaitu: positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan

1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5.

2) Skala Guttman

Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang

menyisahkan pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia akan

mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala

(44)

jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin-tidak yakin,

ya-tidak;benar-salah;positif-negatif; pernah-belum pernah; setuju-tidak

setuju, dan lain sebagainya. Perbedaan dari skala Likert denga skala

Guttman ialah skala Likert terdapat pada jarak (interval): 3,4,5,6,

atau 7 yaitu dari Sangat Benar (SB) sampai dengan Sangat Tidak

Benar (STB), sedangkan skala Guttman hanya dua interval yaitu

Benar (B) dan (Salah).

3) Skala Diferensial Semantik

Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik

berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti

panas-dingin; popular-tidak popular; baik-tidak baik dan sebagainya.

Karakteristi bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap

seseorang terhadap objek, yaitu:

a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek.

b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek.

c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakansuatu objek.27

Skala ini di guanakan untuk mengukur sikap tidak dalam

bentuk pilihan ganda atau chekclist, tetapi tersusun dari sebuah garis

kontinum dimana nilai yang sangat negatif terletak di sebelah kiri

sedangkan nilai yang sangat positif terletak di sebelah kanan atau

juga dapat didefinisikan skala ini selalu menunjukan keadaan yang

bertentangan.

27

(45)

4) Ranting Scale

Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu: Skala Likert, Skala

Guttman, dan Skala Perbedaan Semantik, data yang diperoleh adalah

data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan ranting scale yaitu

data mentah yang dapat juga berupa angka kemudian ditafsirkan

dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, misalnya:

ketat-longgar, sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat,

positif-negatif, buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik,

aktif-pasif, besar-kecil, ini semua adalah contoh data kualitatif.

Dalam model ranting scale responden tidak akan menjawab

dari data kualitatif yang sudah tersedia, namun dalam ranting scale

ini akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang sudah

disediakan. Dengan demikian bentuk ranting scale lebih flexible,

tidak hanya terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk

mengukur persepsi responden terhadap gejala fenomena lainnya.

5) Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta respon untuk memilih pertanyaan

yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan

pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item

mempunyai asosiasi nilai antara 1-10, tetapi niai-nilai tidak diketahui

oleh responden. dalam Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah

tertentu pernyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket

(46)

Perbedaan antara skala Thurstone dan skala Likert ialah pada

skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas

kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama.28 Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pengukuran sikap,

maka penulis menggunakan skala Likert, karena lebih difokuskan

untuk mengukur persepsi, pendapat serta sikap terhadap seseorang.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari

skripsi dan jurnal.

1. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari

skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Pustakawan Di Sekolah: Studi

Kasus Di Australia International School Kemang” disusun oleh Anggi Shabrina mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 2010. Penelitian

ini bertujuan untuk memahami peran guru pustakawan di sekolah dan

sejauh mana peran tersebut memenuhi Standards of Profesional

Excellence for Teacher-Librarians. Pendekatan penelitian yang

digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi

kasus. Adapun data yang digunakan dalam penilitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa guru pustakawan di Australian International School

Kemang telah menjalankan perannya dalam mendukung kegiatan belajar

28

(47)

mengajar melalui program pendidikan, layanan koleksi perpustakaan, dan

program literasi informasi dan hampir memenuhi Standards of

Professional Excellence for Teacher-Librarians.

2. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari

jurnal yang berjudul “Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah” disusun oleh Wahyu Setiaji, Yunus Winoto, Ute

Lies Khadijah mahasiswa Universitas Padjajaran 2012. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang pustakawan di

perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta sehingga pustakawan selalu dapat

meningkatkan kembali kemampuannya. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif karena penelitiannya mencoba

memaparkan situasi atau keadaan mengenai persepsi siswa terhadap

pustakawan. Sedangkan metode teknik pengumpulan data melalui

kuesioner/angket, wawancara, observasi, kuesioner, dan perpustakaan.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X dan XISMA Negeri 60

Jakarta tahun ajaran 2011-2012 berjumlah 516 orang. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus TaroYamane, maka diperoleh

jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Hasil

menunjukkan bahwa siswa persepsi tentang pustakawan di perpustakaan

(48)

34

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.1 Penelitian

deskriptif ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.2

Sedangkan dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai yaitu

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah analisis yang dilakukan

terhadap data yang berbentuk angka, baik angka yang merupakan representasi

dari suatu kuantitas (kuantitas murni) maupun angka yang merupakan hasil

dari konversi data kualitatif (yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan).3 Dalam penelitian ini penulis mendapatkan gambaran mengenai persepsi guru

terhadap tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.

1

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta:STIA-LAN, 2004), h. 60.

2

Hadai Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1990), Cet. 4, h. 63.

3

(49)

B. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil atau didapatkan secara langsung,

tanpa perantara, dari sumbernya.4 Data dalam penelitian ini di peroleh dari

kuesioner dengan menyebarkan langsung kepada guru-guru SMAN 9 Kota

Tangerang Selatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau diambil secara tidak

langsung dari sumbernya.5 Data sekunder dalam penelitian ini bersumber

dari kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur dan artikel-artikel

yang berkaitan atau berhubungan dengan penelitian ini.

C. Populasi dan Sampel

Populasi atau “universe” adalah keseluruhan elemen yang akan

dijelaskan oleh peneliti di dalam penelitiannya.6 Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang

berjumlah 54 orang. Sampel adalah wakil dari keseluruhan elemen/populasi.7

Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka peneliti

mengambil semuanya sebagai sampel.

4

Ibid., h. 86.

5Ibid

., h. 87. 6Ibid

., h. 72.

7Ibid

(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Kuesioner/Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.8 Pengumpulan data dengan teknik angket ini

dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada responden yang telah

ditentukan untuk diisi sendiri oleh guru-guru di SMAN 9. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu kuesioner

yang jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih

dan dijawab secara langsung oleh responden.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian9

3. Study Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan pustaka yang

sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dengan

mengumpulkan sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal dan lain-lain

yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

8

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 142.

9

(51)

E. Teknik Pengolahan Data 1. Editing

Setelah seluruh data dari hasil kuesioner terkumpul kemudian yang harus

dilakukan dalam kegiatan ini adalah meyakinkan agar data atau kuesioner

yang telah diisi responden tidak terjadi kesalahan atau cacat.

2. Prosentase Data

Setelah editing data-data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

perhitungan data-data kuesioner dengan menggunakan rumus prosentase

sebagai berikut:

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N : Banyaknya individu/jumlah frekuensi (number of case)10

Selanjutnya setelah data diperoleh dan dihitung dengan menggunakan

rumus, maka selanjutnya data dideskripsikan dengan menggunakan

parameter-parameter sebagai berikut:

0% : Tidak ada satupun

1%-25% : Sebagaian kecil 26%-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51%-75% : Sebagian besar 76%-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya11

10

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 43.

� = �

(52)

3. Pengukuran Persepsi

Dalam hal ini untuk pengukuran persepsi yaitu di buat dalam bentuk data

kuantitaif, sehingga dapat terukur. Oleh karena itu dalam penelitian ini

teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif porsentase.

Data yang telah dihitung prosentasenya kemudian akan dianalisis dengan

menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk megukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau

gejala sosial.12 Oleh karena itu jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai jawaban dari sangat positif sampai

dengan negatif. Dalam hal ini untuk menghindari responden memilih

ragu-ragu, maka penulis hanya menggunakan 4 penilaian untuk mengukur

persepsi. Untuk setiap jawaban akan dinilai sebagai berikut:

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Dalam skala di atas tidak ada pilihan netral untuk mendorong responden

memutuskan sendiri apakah positif atau negatif. Oleh karena itu agar dapat

mengetahui penilaian responden terhadap suatu objek, maka skor yang

diperoleh tersebut dijumlahkan kemudian dicari skor rata-ratanya. Skor

rata-rata adalah hasil dari penjumlahan dari skor pada setiap skala yang

11

Hermawan Warsito, Pengantar Metodelogi Penelitian: Buku Pedoman Mahasiswa

(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992), h. 11.

12

(53)

dikalikan dengan frekuensinya masing-masing. Setelah itu hasil dari

penjumlahan tadi dibagi dengan jumlah sempel atau total frekuensi. Dalam

hal ini perhitungan skor rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut:

X = [ (S4 x F) + (S3 x F) + (S2 x F) + (S1 x F) ] N

Keterangan :

X = Skor rata-rata

(S4 …. S1) = Skor pada skala 4 sampai 1

F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah sempel yang diolah atau ditotal frekuensi

Skala yang digunakan di atas adalah skala ordinal yang memiliki

keterbatasan analisa, yaitu tidak hanya menyatakan suatu objek itu sangat

baik sampai sangat tidak baik. Dalam hal ini agar analisa menjadi luas

maka sekala ordinal dapat diubah menjadi skala interval yaitu skala yang

menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai

bobot yang sama.13

Oleh karena itu skala interval diperlukan untuk menempatkan posisi

responden dalam suatu objek penelitian apakah termasuk dalam kriteria

sangat baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik. Jadi untuk menentukan

skala interval penilaian persepsi yaitu dengan cara membagi selisih antara

13

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel 4.1 Jam Layanan Perpustakaan
Tabel 4.2 Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Perpustakaan Sekolah Harus Dikelola oleh Tenaga Perpustakaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengestimasi inefficiency effects model adalah umur petani, lamanya menempuh pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman bertani,

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Evaluasi Penurunan Serat Kasar dan Peningkatan Nilai Kecernaan Bungkil Kelapa Dengan Penambahan Enzim Cairan Rumen Domba Sebagai Bahan

Irvan Dedy Bimbingan Belajar SMA Dwiwarna PELUANG.

Gambar senyawa golongan flavonoid yang berhasil diisolasi dari daun genus Calophyllum yang berasal dari Malaysia, Sri Lanka dan Papua New Guinea ditunjukkan pada

Format analisis kesulitan belajar ini digunakan untuk memetakan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada materi

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9

Dalam penelitian eksperimen ini, pengujian hipotesis yang harus dilakukan adalah pengujian tehadap perbedaan efektifitas yang terjadi pada penggunaan metode

[r]