Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Nurul Anggraini
NIM. 1111025100048
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
i
Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Di bawah bimbingan Siti Maryam, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru terhadap dua aspek yaitu keberadaan dan kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner/angket, observasi dan study pustaka. Populasi pada penelitian ini adalah guru Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 54 orang. Karena populasi kurang dari dari 100 orang, maka peneliti mengambil semuanya sebagai total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap tenaga perpustakaan yang ditinjau dari aspek keberadaan tenaga perpustakaan sekolah mendapatkan skor 3,43 nilai ini berada pada skala interval 3,25-4.00 yang berarti sangat setuju/sangat baik, dan kompetensi tenaga perpustakaan mendapatkan skor 3,22 berada pada skala interval 2,50-3,24 yang berarti setuju/baik. Sehingga Skor akhir dari rata-rata dari kedua aspek tersebut 3,24 yang berarti setuju/baik dari nilai maksimal 4,00.
ii
Staff in SMAN 9 city of South Tangerang. Under guidance by Siti Maryam, M.Hum. the study program of library. Faculty Adab and Humanities State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
The purpose of this research are; To know the teacher’s perception of the two aspects, is the library staff existence and competence in SMAN 9 city of South Tangerang. The type of this research is descriptive approaching which is using quantitative approaching. The method which is used of collecting data are previously study, questioner and observation. The population of this research is teachers of school SMAN 9 city of South Tanggerang are 54 people. Because of they are less of 100 people, so the researcher takes all them as the sample. The
result of research showed that teacher’s perception of library staff which is
observed from the aspect of the library staff-school get score 3,43 these values are at the scale intervals 3,25-4.00 which means strongly agree/very good and the library staff competence score 3,22 is at the scale intervals 2,50-3,24 which means
agree / good. It can be said, the average of both components 3,24 which means
agree / good from maximum 4,00.
iii
memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap
Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan” yang diajukan untuk
melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis
curahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Semoga kami semua mendapatkaan syafaatnya hingga akhir
perjalanan hidup. Amin
Dalam perjalanan dari awal perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi
ini, telah banyak pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulis. Sehingga
pada akhirnya tugas skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
iv
6. Bapak Amir Fadillah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasihat dan arahan dalam penyusunan skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Dosen Jurusan
Ilmu Perpustakaan yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat
bagi penulis, dari awal kuliah hingga akhir.
8. Keluarga besar SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, khususnya Bapak Dra. A.
Nana Mahmur M., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang
Selatan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Lesdi Suryadi
Said, S.IP, selaku tenaga perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan
yang telah memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan dan
membantu penulis selama penelitian. Seluruh guru-guru SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan yang telah menjadi responden kuesioner penelitian
penulis. Terima kasih atas seluruh waktu dan bantuan yang kalian berikan
untuk penelitian ini.
9. Ayahanda M. Said dan Ibunda Dede Dawiyah. Terima kasih ayah dan umi
yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang
dan kesabaran, serta memberikan bantuan moril maupun materil yang tiada
v
Jamilah dan Susi yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
semangatnya serta menghibur setiap hari. Semoga kita semua selalu dalam
lindungan Allah SWT.
11. Terima kasih pula kepada teman-temanku Anto, Zaelani, Ahyar, Ibul,
Hirjan, Ghozali, Turmuzi, Mulyadi, Hasan, Sean dan lain-lain yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala doa, motivasi,
semangat dan dukungan serta menghibur setiap hari.
12. Sahabatku Maria, Rohmah, Denisya yang sudah mendukung dan
memberikan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuangan JIP angkatan 2011, khususnya IP B yaitu Asma,
Destia, Denisya, Maria, Nurul, Rohmah, Adzani, Karina, Maeta, Ummi,
Aini, Afda, Ade, Eka, Mita, Bintang, Eko, Syarif, Yogi, Wildan, Uli,
Wahyudin, Arif, dan Maliki. Terima kasih atas suka dan duka yang telah
kita lewati bersama-sama, dari awal kuliah hingga akhirnya kita bisa
menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang kita dapat selama ini bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain, menjadi pustakawan profesional dan selalu
diberkahi Allah SWT dalam setiap langkah kita. Amin.
14. Semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua.
vi
demi menunjang kesempurnaan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Tangerang Selatan, Maret 2016
vii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Definisi Istilah ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Sekolah ... 9
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah ... 9
2. Fungsi,Tugas dan Tujuan Perpustakaan Sekolah ... 10
B. Tenaga Perpustakaan Sekolah ... 14
C. Pengertian Guru ... 23
D. Persepsi ... 24
1. Pengertian Persepsi ... 24
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 25
3. Skala Pengukuran Persepsi ... 28
E. Penelitian Terdahulu ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34
B. Sumber Data ... 35
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 42
1. Profil SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 42
2. Visi dan Misi, Tujuan Sekolah, Nilai-Nilai dan Motto ... 42
3. Tenaga Pengajar ... 45
4. Profil Perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 46
5. Visi dan Misi, Tujuan Perpustakaan ... 46
6. Layanan Perpustakaan ... 47
7. Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 49
B. Hasil Penelitian ... 50
1. Persepsi Guru Terhadap Keberadaan Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 51
2. Kompetensi Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 54
C. Pembahasan ... 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
ix
Tabel. 4.2 Jenis Kelamin ... 51
Tabel. 4.3 Perpustakaan Sekolah Harus Dikelola oleh Tenaga Perpustakaan Profesional ... 52
Tabel. 4.4 Tenaga Perpustakaan Sekolah Memiliki Andil yang Besar untuk Memaksimalkan Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Sekolah ... 53
Tabel. 4.5 Pendidikan Tenaga Perpustakaan Adalah Salah Satu Penentu Kinerja Tenaga Perpustakaan ... 53
Tabel. 4.6 Tenaga Perpustakaan Mampu Merencanakan Pengembangan Perpustakaan ... 54
Tabel. 4.7 Tenaga Perpustakaan Mampu Melaksanakan Pengembangan Perpustakaan ... 55
Tabel. 4.8 Tenaga Perpustakaan Sekolah dapat Melaksanakan Fungsi, Tujuan dan Program Perpustakaan dengan Baik ... 56
Tabel. 4.9 Tenaga Perpustakaan Mampu Mengevaluasi Program dan Kinerja Perpustakaan ... 57
Tabel. 4.10 Tenaga Perpustakaan Mampu Menggunakan Anggaran Secara Efesien, Efektif, dan Bertanggung Jawab ... 57
Tabel. 4.11 Tenaga Perpustakaan Melaporkan Penggunaan Anggaran dan Keuangan ... 58
Tabel. 4.12 Tenaga Perpustakaan Sudah Mengelompokkan Koleksi Berdasarkan Cakupan Disiplin Ilmunya ... 59
Tabel. 4.13 Tenaga Perpustakaan Mampu Berkoordinasi dengan Tenaga Pendidik dalam Pemilihan Koleksi Di Perpustakaan ... 60
Tabel. 4.14 Tenaga Perpustakaan Mampu Memanfaatkan Teknologi untuk Pengorganisasian dan Penelusuran Informasi ... 60
Tabel. 4.15 Tenaga Perpustakaan Telah Memberikan Layanan Informasi dan Referensi dengan Baik ... 61
Tabel. 4.16 Tenaga Perpustakaan Menyelenggarakan Layanan Sirkulasi (Peminjaman Buku) ... 62
Tabel. 4.17 Tenaga Perpustakaan Mampu Memberikan Bimbingan Penggunaan Perpustakaan Bagi Seluruh Warga Sekolah ... 63
x
Tabel. 4.21 Tenaga Perpustakaan Sudah Memahami Peran Perpustakaan Sebagai
Sumber Belajar ... 66
Tabel. 4.22 Tenaga Perpustakaan Sudah Memfasilitasi Peserta Didik untuk Belajar Mandiri ... 66
Tabel. 4.23 Tenaga Perpustakaan Sudah Memanfaatkan Teknologi informasi dan Komunikasi untuk Memfasilitasi Proses Pembelajaran dengan Baik ... 67
Tabel. 4.24 Tenaga Perpustakaan Membantu Warga Sekolah Menggunakan Sumber Informasi Secara Efektif ... 68
Tabel. 4.25 Tenaga Perpustakaan Menginformasikan Kepada Warga Sekolah tentang Koleksi Perpustakaan yang Baru ... 69
Tabel. 4.26 Tenaga Perpustakaan Mampu Memotivasi dan Mengembangkan Minat Baca Warga Sekolah ... 69
Tabel. 4.27 Tenaga Perpustakaan Memiliki Etika yang Baik ... 70
Tabel. 4.28 Tenaga Perpustakaan Memiliki Etos Kerja yang Tinggi ... 71
Tabel. 4.29 Tenaga Perpustakaan Mampu Berinteraksi dengan Warga Sekolah dengan Baik ... 72
Tabel. 4.30 Tenaga Perpustakaan Mampu Bekerja Sama dengan Warga Sekolah ... 72
Tabel. 4.31 Tenaga Perpustakaan Mampu Membuat Karya Tulis Dibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan Baik ... 73
Tabel. 4.32 Tenaga Perpustakaan Meresensi dan Meresume Buku ... 74
Tabel. 4.33 Tenaga Perpustakaan Membuat Indeks dan Abstrak ... 75
Tabel. 4.34 Tenaga Perpustakaan Memiliki Hobi Membaca ... 75
Tabel. 4.35 Persepsi Guru Terhadap Keberadaan Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 77
Tabel. 4.36 Persepsi Guru Terhadap Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 80
Tabel. 4.37 Keberadaan dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ... 84
1
A. Latar Belakang
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang tergabung pada
sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan
tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan
tujuan pendidikan pada umumnya. Setiap sekolah wajib memiliki
perpustakaan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang no 20 Tahun 2003
tentang Sistem pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah no 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 yang menyebutkan
bahwa, sekolah wajib memiliki perpustakaan.1
Perpustakaan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam
komponen pendidikan, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan
mempunyai fungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Selain itu perpustakaan sekolah
juga sangat berperan dalam menunjang tercapainya target kurikulum
pendidikan. Oleh karena itu perpustakaan sekolah merupakan bagian yang
sangat penting dalam sistem pendidikan.2
1Sumardjo…et.al,
edoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006), h.1.
2
Pentingnya perpustakaan sekolah dapat di lihat dari Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 pada bab XI pasal 45 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal maupun non
formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan perubahan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan, intelektual, sosial, emosional dan kewajiban peserta didik.
Undang-Undang itu berlaku di setiap satuan pendidikan sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, harus
menyediakan sumber belajar. Hal ini memungkinkan para tenaga pendidik
dan para peserta didik dalam memperoleh kesempatan untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan dalam membaca buku atau bahan pustaka yang
mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.3 Pengguna perpustakaan
sekolah hanya terbatas kepada komponen sekolah antara lain siswa, guru dan
karyawan sekolah.
Seiring maraknya penerapan kurikulum berbasis kompetensi maupun
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan berbagai indikator performa peserta
didik, dalam hal ini para siswa dituntut untuk mampu menunjukkan
keterampilan mereka dalam mengakses dan mengelola informasi. Oleh karena
itu dengan adanya perpustakaan yang baik, maka proses belajar dan mengajar
akan lebih terbantu.
Perpustakaan sekolah sudah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
prestasi belajar karena perpustakaan sebagai penyedia informasi, khususnya
3
bagi siswa dalam memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuannya. Oleh karena itu
perpustakaan sekolah sudah seharusnya dikelola dengan baik sehingga
mampu menarik siswa, guru, dan karyawan untuk mengunjungi dan
memanfaatkannya.
Seiring banyaknya jumlah perpustakaan sekolah yang ada di Indonesia,
setidaknya sama banyaknya dengan jumlah sekolah itu sendiri, sementara
pada umumnya dalam segi pengelolaannya masih kurang memadai. Hal ini
disebabkan belum memiliki pustakawan/tenaga perpustakaan yang secara
khusus mengelola perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah biasanya
dikelola oleh guru yang diambil dari guru kelas atau guru bidang studi yang
diberi tugas rangkap untuk menguasai perpustakaan, tidak memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola perpustakaan.
Oleh karena itu kita dapat mengetahui berhasil atau tidaknya suatu
layanan di perpustakaan yang berkualitas salah satunya adalah dengan
melihat persepsi dari pemustaka khususnya guru tentang layanan
perpustakaan sekolah tersebuat. Dalam hal ini pemustaka akan memiliki
persepsi yang baik jika pengguna merasa apa yang dibutuhkannya dapat
terpenuhi di perpustakaan tersebut. Sebaliknya, jika perpustakaan dianggap
tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna, maka akan
menimbulkan persepsi yang kurang baik bahkan buruk. Untuk itulah
perpustakaan sangat dituntut untuk berbenah dan lebih meningkatkan
kualitasnya baik dari segi koleksi, administrasi, manajemen dan yang paling
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
lebih lanjut mengenai persepsi guru terhadap tenaga perpustakaan, kemudian
hasil penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul
“Persepsi Guru terhadap Tenaga Perpustakaan Di SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak melebar pembahasannya, maka peneliti merasa perlu
untuk memberikan batasan dan rumusan terhadap masalah yang akan
diteliti yaitu persepsi guru tehadap tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan yang dilihat dari keberadaan tenaga perpustakaan
sekolah dan kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang
Selatan.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian dan sesuai
dengan masalah yang akan diteliti, maka perlu membuat rumusan suatu
masalah. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana persepsi guru terhadap keberadaan tenaga perpustakaan di
SMAN 9 Kota Tangerang Selatan?
b. Bagaimana persepsi guru terhadap kompetensi tenaga perpustakaan di
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap keberadaan tenaga
perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kompetensi tenaga
perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain:
a. Diharapkan penelitian ini menjadi masukan yang bermanfaat bagi
peningkatan kualitas fungsi perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber
belajar di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang akan datang.
b. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya dalam hal keberadaan
tenaga perpustakaan, kompetensi tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan
c. Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam hal
penelitian.
D. Definisi Istilah a. Guru
Guru adalah seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan
mengajarkan ilmu pengetahuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan anak didik.
b. Tenaga Perpustakaan
Tenaga perpustakaan adalah orang yang bekerja di perpustakaan yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan serta menentukan
keberhasilan perpustakaan.
c. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berada di lingkungan
sekolah, dikelola oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan khusus
sekolah, guna menunjang kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini, penulis menguraikan secara sistematis
kajian penulisan proposal ini dibagi dalam 5 bab.
Bab I Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan skripsi, dimana memuat landasan
umum yang diperlukan dalam proses penelitian, dan pembahasan.
Landasan tersebut dituangkan dalam latar belakang, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tujuan Literatur
Pada bab ini memuat tentang landasan teoritis yang medukung
yang akan diteliti, dengan berdasarkan literatur-literatur yang
terkait dengan pokok bahasan, meliputi pengertian perpustakaan
sekolah, tujuan, fungsi dan peran perpustakaan sekolah. Selain itu
juga dijelaskan tenaga perpustakaan, pengertian guru dan
persepsi. Kemudian penelitian ini di lengkapi dengan penelitian
sebelumnya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
penelitian, meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,
populasi dan sempel, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan data dan jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan membahas gambaran umum sekolah
SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, Visi, Misi, tujuan, dan
nilai-nilai, motto sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, pengajar
sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, gambaran singkat
perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, visi, misi, dan
tujuan perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, layanan,
dan struktur organisasi perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang
Selatan. Selajutnya memaparkan tentang hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan berkaitan tentang persepsi guru
terhadap tenaga perpustakaan pada perpustakaan SMAN 9 Kota
Bab V Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, meliputi: penarikan
kesimpulan dan beberapa saran. Dalam kesimpulan akan
menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil penelitian, sedangkan di dalam saran diberikan masukan
yang kiranya meningkatkan kinerja tenaga perpustakaan dimasa
9
A. Perpustakaan Sekolah
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Secara umum perpustakaan merupakan sebuah tempat untuk
menyimpan mengolah serta menyebarluaskan informasi yang dimilikinya,
serta sebagai salah satu pusat informasi yang menyajikan sumber-sumber
informasi baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media
seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video,
komputer, dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun
berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk kepentingan belajar
melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
Dalam hal ini ada beberapa jenis perpustakaan di masyarakat salah
satunya yaitu perpustakaan sekolah. Sesuai dengan namanya perpustakaan
sekolah tentu berada disebuah sekolah, dikelola oleh sekolah, dan
berfungsi untuk sarana kegiatan belajar mengajar penelitian sederhana,
menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan.
Perpustakaan sekolah diselenggarakan oleh setiap sekolah, dan
pemafaatannya sangat tergantung kepada kepala sekolah, para guru,
petugas perpustakaan dan para pelajar.1
1
Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan
pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang
merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan
merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan sekolah yang bersangkutan.2 Selain itu menurut F. Rahayuningsih, perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani
para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu.3
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah yang
merupakan sarana penunjang bagi masyarakat sekolah untuk membantu
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan pada setiap sekolah. Selain itu perpustakaan sekolah
menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan
fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan
informasi.
2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah juga memiliki fungsi, tugas dan tujuan yang
saling berkaitan dalam penyelenggaraannya. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai fungsi, tugas dan tujuan perpustakaan sekolah tersebut.
a. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah mempunyai fungsi yang secara garis besar
yaitu sebagai sumber belajar dan mencari informasi yang dibutuhkan
2
Perpustakaan Nasional RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP) (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), h. 2.
3
merupakan kegunaan-kegunaan yang harus dikembangkan dalam
rangka menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Menurut Tri Septiyantono fungsi perpustakaan sekolah sebagai
berikut :
1. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, yaitu membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan merupakan tempat untuk membantu guru dalam mengajar dan memperluas pengetahuan.
2. Membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya pada setiap bidang studi.
3. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya.
5. Membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan. Kemahiran siswa mencari informasi di perpustakaan akan menolongnya untuk mampu belajar secara mandiri dan memperlancar dalam mengikuti pelajaran selanjutnya.
6. Merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan siswa.
7. Memperluas kesempatan untuk belajar bagi para siswa.4
Sedangkan fungsi perpustakaan madrasah/sekolah menurut Rizal
Saiful Haq, dkk yaitu :
1. Preservasi
Menyimpan dan menjaga kelestarian produk ilmu dan budaya di lingkungan madrasah serta mengumpulkan dan menyimpan bahan lain.
2. Informasi
Menjamin lingkungannya terinformasi dengan baik, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pembelajaran, pelajaran, ilmu, agama,dan kehidupan sehari-hari.
4
3. Pendidikan
Ikut melaksanakan pendidikan baik untuk peserta didik di madrasah, maupun untuk pihak lain di dalam dan di sekitar madrasah.
4. Dakwah
Menampilkan perpustakaan madrasah sebagai suatu unit kerja yang berada dilingkungan madrasah yang mampu menarik lingkungannya, baik peserta didik, pendidik, tenaga pendidikan, orang tua murid, dan masyarakat lingkungannya beramal sholeh dan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar dan tercela.
5. Penelitian
Melaksanakan penelitian sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan madrasah, serta menyiapkan sarana penelitian, terutama penelitian kepustakaan atau literatur.
6. Budaya
Memfasilitasi kreasi budaya dengan kekuatan koleksi dan fasilitas yang dimilikinya.
7. Rekreasi
Menyediakan bahan bacaan, bahan audio-visual yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk memuaskan kebutuhan rekreasinya.5
b. Tugas Perpustakaan Sekolah
Tugas pokok perpustakaan adalah menghimpun, menyediakan,
mengolah, memelihara dan mendayagunakan semua koleksi bahan
pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani
masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi bahan bacaan.
Masyarakat pengguna tersebut adalah sesuai dengan jenis perpustakaan,
kebijakan penyelenggara, dan kelompok atau segmen pemakai. Tugas
pokok itu dapat dijabarkan ke dalam beberapa rincian kegiatan yang
akan dilaksanakan melalui fungsi-fungsi yang lebih bersifat teknis.
5
Dari salah satu jenis perpustakaan yaitu tugas pokok perpustakaan
sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai salah
satu sarana dan prasarana pembelajaran disekolah yang harus
mendukung tugas sekolah secara keseluruhan.6
c. Tujuan Perpustakaan Sekolah
Tujuan perpustakaan sekolah dapat dilihat dari Undang-Undang
RI No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Bab 1 Pasal 4
menyatakan perpustakaan bertujuan untuk memberikan layanan kepada
pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.7 Sedangkan menurut Pawit dan Yusuf tujuan perpustakaan sekolah
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.
2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.
3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa. 4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan
pelaksanaan kurikulum.
5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.
6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.8
6Ibid.,
h. 34.
7Perpustakaan Nasional RI, “Undang
-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan,” Diakses pada tanggal 6 Juni 2014 dari http:www.file.perpusnas. go.idhomepage_foldersactivitieshighlighttruu_perpustakaanpdfUU_43_2007_PERPUSTAKAAN. pdf,
8
Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah
Selain itu perpustakaan sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum adalah perpustakaan
membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya. Sedangkan tujuan khusus perpustakaan
sekolah adalah membantu sekolah mencapai tujuannya sesuai dengan
kebijakan sekolah tempat perpustakaan tersebut bernaung.9
Oleh karena itu jelas bahwa tujuan diselenggarakan perpustakaan
bukan hanya sekedar menyimpan dan mengumpulkan bahan pustaka
akan tetapi perpustakaan diharapkan bagi siswa dapat mengembangkan
daya pemikirnya dan hasil membaca yang diperoleh dari bahan pustaka
yang ada di perpustakaan.
B. Tenaga Perpustakaan Sekolah
Kekayaan dan kualitas dalam penyelenggaraan perpustakaan tergantung
pada sumberdaya tenaga yang tersedia di dalam dan di luar perpustakaan
sekolah. Dalam hal inilah, maka amatlah penting bagi perpustakaan sekolah
memiliki tenaga berpendidikan serta bermotivasi tinggi, jumlahnya
mencukupi sesuai dengan ukuran sekolah dan kebutuhan khusus sekolah
menyangkut jasa perpustakaan. Agar perpustakaan sekolah dapat berperan
dan berfungsi dengan baik, perlu dikelola oleh tenaga profesional yang
memang benar-benar ahli dalam bidangnya.
9
Berkaitan dengan perlunya perpustakaan sekolah untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan juga terdapat dalam standar nasional pendidikan
dalam Bagian II tentang Tenaga Kependidikan pasal 35 ayat (1). Pada pasal
ini dinyatakan bahwa perlunya tenaga perpustakaan untuk semua jenjang
pendidikan mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB,
SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, Paket C, dan lembaga kursus dan
keterampilan.10
Di dalam buku Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kredit tahun
2015 Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan
kepustakawanan.11 Selain itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,
pustakawan di lembaga pendidikan sekolah dikelompokkan sebagai tenaga
kependidikan yang disebut dengan tenaga perpustakaan sekolah (TPS).12
Oleh karena itu orang-orang yang ditunjuk atau di beri tanggung jawab
tersebut harus memiliki kemampuan dan kecakapan mengelola perpustakaan
sekolah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa besar kecilnya
hasil yang dicapai oleh adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah sangat
tergantung kepada bagaimana pengelolaannya.
10
Darmono, Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 2
11
Perpustakaan Nasional RI, Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya
(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015), h. 5.
12
Tri Septiyantono, Umar Sidik, ed., Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Berikut ini ada tiga pilar utama yang memperkokoh perpustakaan
sekolah, yaitu:
1. Pemakai: perpustakaan akan tetap eksis dan berkembang jika pemakainya, adalah hal ini warga sekolah aktif dan disiplin.
2. Pustakawan: memiliki sikap tulus hati, ramah, berpikiran positif, supel, proaktif, dedikatif dan pofesional.
3. Koleksi: banyak, lengkap dan beragam.13
Oleh karena itu dari pernyataan tersebut jelas bahwa kesuksesan sebuah
perpustakaan dilihat dari tiga pilar utama, yaitu pemakai itu sendiri,
pustakawan sebagai tenaga perpustakaan sekolah, dan koleksi sebagai sumber
informasi, serta didukung dengan fasilitas-fasilatas pendukung lainnya.
Dalam hal ini ruang, buku, dan perlengkapan lainnya berpengaruh
terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah, tetapi walaupun ruangan
yang tersedia sangat luas, buku-buku yang tersedia sangat banyak jumlahnya
dan beraneka ragam judulnya, perlengkapan yang tersedia sangat lengkap
semuanya, kurang berguna apabila tidak dikelola dengan sebaik-baiknya.
Oleh sebab itu perpustakaan harus dikelola oleh orang-orang yang mampu
mengelola perpustakaan sekolah. Dengan kata lain petugas perpustakaan
sekolah harus mampu mengelola perpustakaan sekolah.14
Dalam hal perpustakaan sekolah yang masih baru berdiri bisa saja
hanya dikelola oleh seorang guru dimana dalam kegiatan sehari-hari guru
tersebut bisa bertindak sebagai kepala perpustakaan atau guru pustakawan
13Zulfikar Zen, “Manajemen Perpustakaan Sekolah”, Makalah Seminar Perpustakaan Manajemen dan Automasi Perpustakaan (Jakarta: Diselenggarakan oleh Inti College Indonesia, 15 Agustus, 2006)
14
sambil merangkap mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan teknis dan
pelayanan pembaca.15
Menurut Bafadal tenaga perpustakaan terdiri dari kepala perpustakaan
atau guru pustakawan dan petugas perpustakaan. Kepala perpustakaan
sebaiknya dipegang oleh guru yang mempunyai keterampilan dan keahlian di
bidang perpustakaan sehingga penyelenggaraan perpustakaan dapat
terintegrasi dengan proses belajar mengajar disekolah. Sedangkan petugas
perpustakaan sekolah bertugas membantu kepala perpustakaan dalam
pelayanan teknis, pelayanan pembaca, dan tata usaha.
Selain itu dalam Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO
pembagian tenaga perpustakaan sekolah terdiri dari pustakawan dan asisten
pustakawan berkualifikasi. Disamping itu, mungkin masih ada tenaga
pengunjang, seperti para guru, teknisi, dan orang tua murid. Pustakawan
sekolah hendaknya memiliki pendidikan profesional dan berkualifikasi,
dengan pelatihan tambahan di bidang teori pendidikan dan metodologi
pembelajaran. Peran utama pustakawan adalah memberikan sumbangan pada
misi dan tujuan perpustakaan sekolah yang bekerja sama dengan senior
menejemen sekolah, administrator, dan guru dalam pengembangan rencana
dan implementasi kurikulum.16
Dalam hal ini untuk layak diangkat menjadi tenaga perpustakaan
sekolah pada jenjang SMA, MA, SMK, MAK, dan SMALB, seseorang harus
memenuhi salah satu syarat yaitu:
15Ibid.,
h. 178.
16IFLA, “Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,” artikel diakses pada 18 April
1. Memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya Diploma Empat (D4) atau Strata Satu (S1) Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
2. Memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya Diploma Empat (D4) atau Strata Satu (S1) Non Ilmu Perpustakaan dan Informasi dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.
3. Berstatus tenaga kependidikan dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun dengan pangkat/golongan /IIIb dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.
4. Berstatus tenaga pendidik dengan ijazah serendah-rendahnya D4 atau Strata Satu (S1) dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun dengan pangkat/golongan/IIIb dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.
5. Tenaga pendidik yang memiliki jam mengajar kurang dari 24 jam per minggu, dan memiliki Akta Perpustakaan Sekolah.17
Selain itu seseorang petugas perpustakaan sekolah harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah.
2. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki pengetahuan di bidang pendidikan.
3. Petugas perpustakaan sekolah harus memiliki minat terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
4. Petugas perpustakaan sekolah harus suka bekerja, tekun, dan teliti dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
5. Tugas perpustakaan sekolah harus terampil mengelola perpustakaan sekolah.18
Berikut ini di dalam peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 25
Tahun 2008 tersebut, terdapat kompetensi untuk Kepala Perpustakaan
Sekolah/Madrasah, dan Kompetensi untuk Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah. Kompetensi tersebut mencakup aspek manajerial,
17Djaali, “Peningkatan Mutu Pendidikan NasionalMelalui Program Sertifikasi,” Buletin BSNP, vol. II, no. 2 (Mei 2007) artikel diakses pada 25 Juli 2015 dari http://bsnp-indonesia. org/id/wp-content/uploads/buletin/Edisi%2022.pdf
18
pengelolaan informasi, kependidikan, kepribadian, sosial, pengembangan profesi.19Penjelesan lebih lanjut lihat lampiran 2.
1. Kompetensi menejerial mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melaksakan pengembangan perpustakaan
b. Mengorganisasi sumber daya perpustakaan
c. Melaksanakan fungsi, tugas dan program perpustakaan
d. Mengevaluasi program dan kinerja perpustakaan
e. Melakukan perawatan peventif
f. Melakukan perawatan kuratif
g. Membantu menyusun anggaran perpustakaan
h. Menggunakan anggaran secara efisien, efektif, dan bertanggung jawab
i. Melaksanakan pelaporan penggunaan keuangan dan anggaran
2. Kompetensi pengelolaan informasi terdiri dari :
a. Memiliki pengetahuan mengenai penerbitan
b. Memiliki pengetahuan tentang karya sastra Indonesia dan dunia
c. Memiliki pengetahuan tentang sumber biografi tokoh nasional dan
dunia
d. Menggunakan berbagai alat bantu seleksi untuk pemilihan materi
perpustakaan
19
e. Berkoordinasi dengan tenaga pendidik bidang studi terkait dalam
pemilihan materi perpustakaan
f. Melakukan pemesanan, penerimaan danpencatatan
g. Membuat deskripsi bibliografis (pengatalogan) sesuai dengan standar
nasional
h. Menentukan deskripsi subjek dan menggunakan Dewey Decimal
Classification edisi ringkas
i. Menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa Indonesia
j. Menjajarkan kartu katalog
k. Memanfaatkan teknologi untuk pengorganisasian informasi dan
penelusuran
l. Memberikan layanan baca di tempat
m.Memberikan jasa informasi dan referensi
n. Menyelenggarakan jasa sirkulasi (peminjaman buku)
o. Memberikan bimbingan penggunaan perpustakaan bagi komunitas
sekolah/madrasah
p. Melakukan kerja sama dengan perpustakaan lain
q. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
r. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan
kebutuhan
3. Kompetensi kependidikan meliputi :
a. Memahami tujuan dan fungsi sekolah/madrasah dalam konteks
b. Memahami kebijakan pengembangan kurikulum yang berlaku
c. Memahami peran perpustakaan sebagai sumber belajar
d. Memfasilitasi peserta didik untuk belajar mandiri
e. Menganalisis kebutuhan informasi komunitas sekolah/ madrasah
f. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
proses pembelajaran
g. Membantu komunitas sekolah/ madrasah menggunakan sumber
informasi secara efektif
h. Menginformasikan kepada komunitas sekolah/ madrasah tentang materi
perpustakaan yang baru
i. Membimbing komunitas sekolah/madrasah untuk memanfaatkan
koleksi perpustakaan
j. Mengorganisasi pajangan dan pameran materi perpustakaan
k. Membuat dan menyebarkan media promosi jasa perpustakaan
l. Mengidentifikasi kemampuan dasar literasi informasi pengguna
m.Menyusun panduan dan materi bimbingan literasi informasi sesuai
dengan kebutuhan pengguna
n. Membimbing pengguna mencapai literasi informasi
o. Mengevaluasi pencapaian bimbingan literasi informasi
p. Memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas
sekolah/madrasah
4. Kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut :
b. Jujur dan adil
c. Sopan, santun, sabar, dan ramah
d. Mengikuti prosedur
e. Mengupayakan hasil
f. Bertindak secara tepat
g. Fokus pada tugas
h. Meningkatkan kinerja
i. Melakukan evaluasi diri
5. Kompertensi sosial yaitu:
a. Berinteraksi dengan komunitas sekolah/madrasah
b. Bekerja sama dengan komunitas sekolah/madrasah
c. Memberikan jasa untuk komunitas sekolah/madrasah
d. Mengintensifkan komunikasi internal dan eksternal
6. Kompetensi pengembangan profesi terdiri dari:
a. Membuat karya tulis dibidang ilmu perpustakaan dan informasi
b. Meresensi dan meresume buku
c. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis ilmu perpustakaan dan
informasi
d. Membuat indeks
e. Membuat bibliografi
f. Membuat abstrak
g. Menerapkan kode etika profesi
i. Menghormati privasi pengguna
j. Menyediakan waktu untuk membaca setiap hari
k. Gemar membaca
Dari pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga perpustakaan
adalah tenaga perpustakaan yang bekerja dan mengelola perpustakaan
sekolah. Dalam hal ini tenaga perpustakaan bisa disebut juga sebagai tenaga
profesional yang ditugaskan di perpustakaan sekolah sesuai dengan bidang
keilmuannya yang kedudukannya tidak terlepas dari suatu lembaga sekolah
tersebut. Oleh karena itu peran tenaga perpustakaan sekolah (dalam hal ini
pustakawan) sangat menentukan keberhasilan misi sebuah perpustakaan
tersbut.
C. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan guru
adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.20 Dalam hal ini pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya,
sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan
definisi-definisi lain.
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
20
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.21
Selain itu dalam buku “Menjadi Guru Efektif” guru dapat diartikan
sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual,
fisikal, maupun aspek lainnya.22
Jadi, guru adalah salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar yang bertanggung jawab memberikan pelajaran dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam semua aspeknya.
D. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas persepsi ialah
pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Dalam hal ini banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan istilah tersebut. Menurut Harvey dan Smith serta
Wrighstman dan Deaux, mendefinisikan persepsi sebagai proses membuat
penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai
21
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 15.
22
berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan pengindraan
seseorang.23
Sedangkan menurut Rafy Saputra persepsi adalah cara seseorang
menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau
individu. Persepsi-persepsi ini membentuk apa yang dipikirkan,
medefinisikan apa yang penting dan selanjutnya juga akan menentukan
bagaimana mengambil keputusan.24
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
persepsi ialah terjadinya perbedaan bagi tiap individu untuk berpikir dalam
memahami atau mengenali objek-objek dan kejadian yang dialaminya
dengan cara seseorang melihat, memandang atau mengartikan sesuatu.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi
menjadi dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
a. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sendiri,
meliputi:
1) Fisiologis
Informasi yang masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
tersebut mampu memberikan pengaruh serta memberikan arti
terhadap lingkunngan sekitarnya. Dalam hal ini kapasitas indera
23
Nina Ariyani Martini dan Ida Farida, Pisikologi Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 4.2.
24
untuk mempersepsi pada tiap individu berbeda-beda sehingga
penafsiran terhadap lingkungan juga berbeda-beda.
2) Perhatian
Energi diperlukan untuk memperhatikan dan memfokuskan pada
bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek, setiap
individu memiliki tingkat energi yang berbeda-beda sehingga
perhatian seseorang terhadap suatu objek juga berbeda.
3) Minat
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk
memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat yang digunakan untuk mempersepsi terhadap suatu
objek.
4) Kebutuhan yang searah
Bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau
pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya
disebut faktor kebutuhan yang searah.
5) Pengalaman dan ingatan
Sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang tergantung pada ingatan, hal
6) Suasana hati
Perilaku seseorang dalam menunjukkan bagaimana perasaan
seseorang pada waktu dan bagaimana seseorang dalam menerima,
bereaksi dan mengingat dipengaruhi oleh keadaan emosi.
b. Faktor eksternal merupakan karakteristik dari lingkungan dan
objek-objek yang terlibat di dalamnya. Elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana seseoarang merasakannya/menerimanya. Berikut
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi meliputi :
1) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2) Warna dari objek-objek
Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3) Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.25
Oleh karena itu dari banyaknya faktor yang mempengaruhi persepsi
individu yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor
eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan. Namun dapat
diketahui bahwa setiap individu akan melihat suatu realitas menurut
persepsinya masing-masing sehingga apabila beberapa orang melihat suatu
benda yang sama, maka masing-masing orang akan memiliki persepsinya
sendiri-sendiri pula tentang benda tersebut.
3. Skala Pengukuran Persepsi
Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut
gejala sosial yang diukur, yaitu:
a. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.
b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.26
a. Skala Sikap
Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, maka yang akan penulis
bahas hanyalah skala untuk mengukur sikap. Karena penelitian yang
diambil oleh peneliti yaitu tentang persepsi.
25
Hasminee Uma. “Persepsi: Pengertian, Definisi, dan Factor yang Mempengaruhi.” Kompasiana,20 Oktober 2013. Artikel diakases pada tanggal 15 oktober 2015
http://www.kompasiana.com/hasminee/persepsi-pengertian-definisi-dan-factor-yang mempengaruhi_552999136ea8349a1f552d01.
26
Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan
penelitian ada 5 macam yaitu: Skala Likert, Skala Guttman, Skala
Simantict Defferensial, Ranting Scale, dan Skala Thurstone.
1) Skala Likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala
sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.
Dengan menggunakan sekala Likert, maka variabel yang
diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi
dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan
lagi menjadi indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indikator-indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat sesuatu
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Selanjutnya Skala Likert ini meliliki dua bentuk pernyataan,
yaitu: positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan
1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5.
2) Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang
menyisahkan pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia akan
mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala
jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin-tidak yakin,
ya-tidak;benar-salah;positif-negatif; pernah-belum pernah; setuju-tidak
setuju, dan lain sebagainya. Perbedaan dari skala Likert denga skala
Guttman ialah skala Likert terdapat pada jarak (interval): 3,4,5,6,
atau 7 yaitu dari Sangat Benar (SB) sampai dengan Sangat Tidak
Benar (STB), sedangkan skala Guttman hanya dua interval yaitu
Benar (B) dan (Salah).
3) Skala Diferensial Semantik
Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik
berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti
panas-dingin; popular-tidak popular; baik-tidak baik dan sebagainya.
Karakteristi bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap
seseorang terhadap objek, yaitu:
a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek.
b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek.
c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakansuatu objek.27
Skala ini di guanakan untuk mengukur sikap tidak dalam
bentuk pilihan ganda atau chekclist, tetapi tersusun dari sebuah garis
kontinum dimana nilai yang sangat negatif terletak di sebelah kiri
sedangkan nilai yang sangat positif terletak di sebelah kanan atau
juga dapat didefinisikan skala ini selalu menunjukan keadaan yang
bertentangan.
27
4) Ranting Scale
Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu: Skala Likert, Skala
Guttman, dan Skala Perbedaan Semantik, data yang diperoleh adalah
data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan ranting scale yaitu
data mentah yang dapat juga berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, misalnya:
ketat-longgar, sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat,
positif-negatif, buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik,
aktif-pasif, besar-kecil, ini semua adalah contoh data kualitatif.
Dalam model ranting scale responden tidak akan menjawab
dari data kualitatif yang sudah tersedia, namun dalam ranting scale
ini akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang sudah
disediakan. Dengan demikian bentuk ranting scale lebih flexible,
tidak hanya terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk
mengukur persepsi responden terhadap gejala fenomena lainnya.
5) Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta respon untuk memilih pertanyaan
yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan
pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item
mempunyai asosiasi nilai antara 1-10, tetapi niai-nilai tidak diketahui
oleh responden. dalam Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah
tertentu pernyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket
Perbedaan antara skala Thurstone dan skala Likert ialah pada
skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas
kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama.28 Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pengukuran sikap,
maka penulis menggunakan skala Likert, karena lebih difokuskan
untuk mengukur persepsi, pendapat serta sikap terhadap seseorang.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari
skripsi dan jurnal.
1. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari
skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Pustakawan Di Sekolah: Studi
Kasus Di Australia International School Kemang” disusun oleh Anggi Shabrina mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 2010. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami peran guru pustakawan di sekolah dan
sejauh mana peran tersebut memenuhi Standards of Profesional
Excellence for Teacher-Librarians. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi
kasus. Adapun data yang digunakan dalam penilitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa guru pustakawan di Australian International School
Kemang telah menjalankan perannya dalam mendukung kegiatan belajar
28
mengajar melalui program pendidikan, layanan koleksi perpustakaan, dan
program literasi informasi dan hampir memenuhi Standards of
Professional Excellence for Teacher-Librarians.
2. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang diambil dari
jurnal yang berjudul “Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah” disusun oleh Wahyu Setiaji, Yunus Winoto, Ute
Lies Khadijah mahasiswa Universitas Padjajaran 2012. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang pustakawan di
perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta sehingga pustakawan selalu dapat
meningkatkan kembali kemampuannya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif karena penelitiannya mencoba
memaparkan situasi atau keadaan mengenai persepsi siswa terhadap
pustakawan. Sedangkan metode teknik pengumpulan data melalui
kuesioner/angket, wawancara, observasi, kuesioner, dan perpustakaan.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X dan XISMA Negeri 60
Jakarta tahun ajaran 2011-2012 berjumlah 516 orang. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus TaroYamane, maka diperoleh
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Hasil
menunjukkan bahwa siswa persepsi tentang pustakawan di perpustakaan
34
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.1 Penelitian
deskriptif ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.2
Sedangkan dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai yaitu
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah analisis yang dilakukan
terhadap data yang berbentuk angka, baik angka yang merupakan representasi
dari suatu kuantitas (kuantitas murni) maupun angka yang merupakan hasil
dari konversi data kualitatif (yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan).3 Dalam penelitian ini penulis mendapatkan gambaran mengenai persepsi guru
terhadap tenaga perpustakaan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan.
1
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta:STIA-LAN, 2004), h. 60.
2
Hadai Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1990), Cet. 4, h. 63.
3
B. Sumber Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil atau didapatkan secara langsung,
tanpa perantara, dari sumbernya.4 Data dalam penelitian ini di peroleh dari
kuesioner dengan menyebarkan langsung kepada guru-guru SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau diambil secara tidak
langsung dari sumbernya.5 Data sekunder dalam penelitian ini bersumber
dari kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur dan artikel-artikel
yang berkaitan atau berhubungan dengan penelitian ini.
C. Populasi dan Sampel
Populasi atau “universe” adalah keseluruhan elemen yang akan
dijelaskan oleh peneliti di dalam penelitiannya.6 Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan yang
berjumlah 54 orang. Sampel adalah wakil dari keseluruhan elemen/populasi.7
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka peneliti
mengambil semuanya sebagai sampel.
4
Ibid., h. 86.
5Ibid
., h. 87. 6Ibid
., h. 72.
7Ibid
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu :
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.8 Pengumpulan data dengan teknik angket ini
dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada responden yang telah
ditentukan untuk diisi sendiri oleh guru-guru di SMAN 9. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu kuesioner
yang jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih
dan dijawab secara langsung oleh responden.
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian9
3. Study Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan pustaka yang
sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dengan
mengumpulkan sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal dan lain-lain
yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 142.
9
E. Teknik Pengolahan Data 1. Editing
Setelah seluruh data dari hasil kuesioner terkumpul kemudian yang harus
dilakukan dalam kegiatan ini adalah meyakinkan agar data atau kuesioner
yang telah diisi responden tidak terjadi kesalahan atau cacat.
2. Prosentase Data
Setelah editing data-data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan data-data kuesioner dengan menggunakan rumus prosentase
sebagai berikut:
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N : Banyaknya individu/jumlah frekuensi (number of case)10
Selanjutnya setelah data diperoleh dan dihitung dengan menggunakan
rumus, maka selanjutnya data dideskripsikan dengan menggunakan
parameter-parameter sebagai berikut:
0% : Tidak ada satupun
1%-25% : Sebagaian kecil 26%-49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51%-75% : Sebagian besar 76%-99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya11
10
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 43.
� = �
3. Pengukuran Persepsi
Dalam hal ini untuk pengukuran persepsi yaitu di buat dalam bentuk data
kuantitaif, sehingga dapat terukur. Oleh karena itu dalam penelitian ini
teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif porsentase.
Data yang telah dihitung prosentasenya kemudian akan dianalisis dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk megukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial.12 Oleh karena itu jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai jawaban dari sangat positif sampai
dengan negatif. Dalam hal ini untuk menghindari responden memilih
ragu-ragu, maka penulis hanya menggunakan 4 penilaian untuk mengukur
persepsi. Untuk setiap jawaban akan dinilai sebagai berikut:
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Dalam skala di atas tidak ada pilihan netral untuk mendorong responden
memutuskan sendiri apakah positif atau negatif. Oleh karena itu agar dapat
mengetahui penilaian responden terhadap suatu objek, maka skor yang
diperoleh tersebut dijumlahkan kemudian dicari skor rata-ratanya. Skor
rata-rata adalah hasil dari penjumlahan dari skor pada setiap skala yang
11
Hermawan Warsito, Pengantar Metodelogi Penelitian: Buku Pedoman Mahasiswa
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992), h. 11.
12
dikalikan dengan frekuensinya masing-masing. Setelah itu hasil dari
penjumlahan tadi dibagi dengan jumlah sempel atau total frekuensi. Dalam
hal ini perhitungan skor rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut:
X = [ (S4 x F) + (S3 x F) + (S2 x F) + (S1 x F) ] N
Keterangan :
X = Skor rata-rata
(S4 …. S1) = Skor pada skala 4 sampai 1
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah sempel yang diolah atau ditotal frekuensi
Skala yang digunakan di atas adalah skala ordinal yang memiliki
keterbatasan analisa, yaitu tidak hanya menyatakan suatu objek itu sangat
baik sampai sangat tidak baik. Dalam hal ini agar analisa menjadi luas
maka sekala ordinal dapat diubah menjadi skala interval yaitu skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai
bobot yang sama.13
Oleh karena itu skala interval diperlukan untuk menempatkan posisi
responden dalam suatu objek penelitian apakah termasuk dalam kriteria
sangat baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik. Jadi untuk menentukan
skala interval penilaian persepsi yaitu dengan cara membagi selisih antara
13