1t'°/n1
Ir
"PEAAN BllVIBINGAN DAN KONSELING DALAIVI IVIENGATASI
PERILAKU BULL YING SISWA SNIA
AL-IZHAR PONDOK LABU"
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
• • •
llll!lllilllr.
Ull I
Disusun oleh :
SITI NURBAITI
104070002284
dari .
. ··· ... 3 '
I
lY'/""'•···
Zセ
Qᄋ@
1n1 '
jセᄋZZZZESᄋZZイRイイᄋᄋᄋ@
.. . uk ...
セNNNNNNNNN@
.. ...k?..g'.
k!:isifi.kasi : ... " ... -,-·FAKULTAS PSIKOLOGll
UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAl<ARTA
"PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGA T ASI
PERILAKU BULL YING SIS\llfA SMA
AL-IZHAR PONDOK LABU"
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
SITI NURBAITI
NIM: 104070002284
Di bawah bimbingan Pembimbing
:!::rif,;
NIP. 150326891
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKA1RTA
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul "Peran Bimbingan dan Konselinig Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Ciputat, 27 Februari 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP: 130885522
Penguji I
jfセG@
NIP: '150215283
ッLLサセセウ[@
NIP: 150215282;
Anggota
Pembimbing
Penguji II
MTセセjM
Bamban£1 Suryadi, Ph.D
I !IP: 150:326891
セセエM
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) Februari 2009 (C) Siti Nurbaiti
(D) "Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"
(E) 115 hal, 29 tabel, 16 lampiran (F)
Sekolah merupakan tempat bagi para siswa menimba ilmu pengetahuan dan sudah seharusnya tempat tersebut aman bagi mereka. Namun ternyata, dibeberapa sekolah masih ditemukan kasus kekerasan yang dilakukan antar siswa. lstilah kekerasan antar siswa di negara barat, dikenal dengan istilah bullying. Papalia, et Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang オョエオセ[@ menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Kasus bullying yang terjadi di sekolah merupakan masalah penting dan serius, yang harus segera diatasi, karena bullying membawa banyak dampak negatif terhadap siswa1 itu sendiri maupun lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku ag;esif atau bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang rnenjadi korban bullying.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkernbangan siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan konseling.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Bimbinga11 dan Konseling Dalam Menangani Perilaku bullying Siswa SMA Al-lzhar Ponc!ok Labu.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128,dan sampel penelitian ini sebanyak 64 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data yang
dihasilkan berupa data yang berbentuk bilangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang ュ・ュ「ゥセイゥォ。ョ@ gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti. Dan teknik analisa datanya memggunakan rumus distribusi frekuensi. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar telah menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani perilaku bullying siswa. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi indikator dari peran BK secara preventif dan kuratif dalam menangani perilaku bullying siswa.
(G) Bahan bacaan 27 buku + 7 internet+ 4 skripsi
ABSTRACT
(A) The Faculty Of Pshychology (B) February 2009
(C) Siti Nurbaiti
(D) The Role of Guidance and Counseling in Solving
o,f
behavior Problem at Students of Al-lzhar Senior High School Pondok Labu (E) 114 pages, 29 tables, 16 enclouser(F)
A school is a place where many students study knowledge, and students will get good knowledge in the good school condition. One of the good school condition criteria is a safe condition. Because of that, the school should be safe for students. Nevertheless, in the several schools were still found many force cases that have been done by students. The term of this case in West, known as bullying. Papalia, et.al in Dian P (2007) stated that bullying is an aggressive behavior which is purposely and continuity to attack a target or victim, especially a weak person who is easy to be mocked and cannot defend his self from attack. Bullying case happened in the school, was an important and serious problem that should be solved. Beci3use it cause many negative impacts toward student' self and environment. One of the impact is can be manifested in anxiety, shy, aggressive behavior, even suicide trial which would be done by a child as bullying victim. This reality had enough anxious for developing student. T'1erefore, the solving the problem above is, every school must have an institution or unit to handle the student problem. The institution is guidance and counseling.
This research tend to know the role of guidance and counseling preventively and curatively in solving bullying behavior of Al-lzhar Senior High School student at Pondok Labu. The Population in this research was the second grade students of Senior High School at Al-lzhar Pondok L.abu. It was 128 respondence and Sample 64 respondence.
The research used quantitative approach where the output data was in numeral the method use descriptive method; a research give describing a phenomenon as clear as possible without treatment to resHarch object. Beside that, technique of data analysis used frequency distribution.
The research findings concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conducted its preventive function iin solving bullying problem with receiving students consultation, giving satisfying service for students, giving bullying information, explaning about school rules, and giving a guidance about frenship interstudent ethics. Meanwhile, in curative function, counselor give a counseling serve for student by individual and group,
receiving students suggestions, giving the service whenever they needed. The writer concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conucted its function optimally in solving student bullying
behavior. For the next research, the writer hopes to other researchers can do research the indicators deeper more from the rolr of guidance and counseling preventively and curatively in solving student bullying behavior.
(G) Refference 27 books + 7 website + 4 skripsi
KA TA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, lbu Dra Fadhilah Suralaga, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik beserta jajarannya.
2. Bapak Bambang Suryadi Ph.D yang terus membantu ーQセョオャゥウ@ disela-sela kesibukannya, beliau masih mau meluangkan waktunya untuk penu!is guna member koreksian dan masukan agar karya ini mengalami kemajuan.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan jasa tak terbalaskan bagi kehidupan penulis baik itu moril dan materil, selama hidup penulis pun tidak akan pernah dapat membalasnya. Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk mereka, juga keluarga dirumah mpok' yana, bang oman, k fairus, bang apit, mpok' uyah, miftah dan untuk keponak:anku Nanda dan Gazi Rabbani (!ante sayang kalian bgttt .. )
4. Untuk "Dimas Anggara Diningrat" yang tak pernah berhenti memberikan perhatian, semangat dan dukungannya selama ini H、。ーeセエ@ juga tiket "CIAA"),
5. Anak-anak Srikandi atas: lina, nana, ayu, k eli, widi, dika (terimakasih tak terhingga untuk semua kebaikan kalian selama ini).
6. Untuk sahabat terbaikku: iyoet, iik, melly Oangatn lupain kenangan manis pahit kita ya selama ngekost bareng.y."pa' Tarmi & kos pink". Tetap semangat selesaian skripsinya .. ok)
7. Teman-teman seperjuanganku Riani, Naela, Nur, Kresno, Ciah, Fatimah, Ega, Ummil, k Eli, Wuri, Putri, Riri, Farah Bariroh dll.terimakasih atas sumbangan pemikirannya dan semangat yang kalian berikan. Para mahasiswa Angkatan 2004 khususnya kelas A
Ciputat, Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Halaman Judul
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan .. . ... .. ... ... .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... ... ... ... .... ... ... ... .. ... viii
Daftar lsi ... x
Daftar Tabel ... xiii
BABl:PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah 1 1.2 ldentifikasi Masai ah . . . .. 9
1.3 Pembatasan dan Perumusan masalah . . . ... .. . . .. . . .. . 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . ... . . .. ... . . 11
1.5 Sistematika Penulisan . .. .. . . .. .. . . .. . .. 12
BAB 2: KAJIAN TEORI 2.1 Bimbingan dan Konseling 2.1.1 Pengertian Bimbingan ... 14
2.1.2 Pengertian Konseling ... 19
2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling . .. . . . ... 22
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling ... 25
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan Konseling ... 34 2.1.7 Pola Umum Bimbingan Konseling di Sekolah ... 39 2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling ... 40 2.1.9 Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam .... 43
2.2 Bullying
2.2.1 Pengertian Bullying . . . . . . 48 2.2.2 Jenis-jenis Bullying . .. ... ... ... ... ... ... . .. ... . .. ... . .. ... ... 51 2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying ... . 2.2.4 Tipe Pelaku Bullying ... . 2.2.5 Tipe Korban Buliying
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban ... . 2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam ... . 2.2.8 Penelitian Terdahulu ... .. 2.3 Kerangka Berpikir ... .
BAB 3: ME70DOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
53 53 54 55 57
60
61
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 64 3.1.2 Metode Penelitian . . . .. . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . .. . . .. 64 3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .. 64 3.2 Populasi dan Sampel
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... ... . .. ... ... ... ... ... ... . 67 3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Kuesioner . . . .. . . .. . . 68 3.4.2 Wawancara... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 69 3.4 Teknik Penyusunan Angket ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... .... 70
3.4.1 Uji lnstrumen penelitian . .. ... . . . ... . ... ... ... ... . . .. ... 74 3.5 teknik Analisa Data ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 74 3.6 Prosedur Penelitian ... ... ... .. . . .. . .. ... ... ... . . . ... . . .. ... . .. . .. .. 76
BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DAT A
4.1 Gambaran Umum Subjek ... 78 4.2 Deskripsi Data . . . .. . . .. . . 79
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 110 5.2 Diskusi . . . 111 5.3 Saran ... 113
DAFT AR PUST AKA
Daftar Tabel
1.1 Latar belakang
BAB 1
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan sarana pendidikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Pentingnya pendidikan membuat pemerintah Indonesia mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun. Dengan adanya pencanangan wajib belajar sembilan tahun
diharapkan bangsa Indonesia dapat mempunyai masa depan yang lebih maju dan berkembang. Namun saat ini belajar sembilan tahun saja, yaitu sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianggap tidak cukup untuk rnemenuhi tuntutan hidup. Banyak lowongan pekerjaan yang menuntut para pelamarnya untuk memiliki tingkat pendidikan minimal di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
pemberitaan berbagai media massa tentang pelajar yang tawuran, dan melakukan tindakan anarkis lainnya.
S1Jatu hal yang sangat ironis jika setiap tahun ajaran baru, berbagai surat kabar ramai memberitakan jalannya Masa Orientasi Siswa (MOS). Model orientasi siswa seperti ini sudah ada sejak dahulu, dan sampai sekarang hampir semua sekolah masih melakukannya. Hanya saja masing-masing sekolah menyelenggarakannya dengan cara yang berbecla-beda. Beberapa tahun terakhir ada sekolah-sekolah yang telah dengan baik memanfaatkan tradisi masa orientasi ini dengan berbagai kegiatan positilf seperti melakukan gerakan penghijauan atau kegiatan kewirausahaan. Sebaliknya masih
banyak juga sekolah yang masih menerapkan tradisi ォ・ォHセイ。ウ。ョ@ berupa penggencetan, gojlok, plonco, stressing, yang kesemuanya itu tentu saja jauh dari tujuan utama diselenggarakannya MOS itu sendiri yaitu pengenalan sekolah (Desy Nataliana, 2308).
Para siswa baru menganggap bahwa, kekerasan yang acla saat MOS dipandang sebagai ajang balas dendam senior pada yuniornya, dan MOS juga dianggap sebgai ajang untuk mempemalukan para siswa baru dengan kegiatan yang merendahkan dan mengintimidasi. Kegiatan penggencetan ini juga seringkali berlanjut di luar masa orientasi dan di luar sekolah, dikenal dengan istilah natar. Materi yang diberikan diantaranya tentang pentingnya
hormat terhadap senior, larangan berperilaku ngocol bagi siswa yunior di sekolah, sampai penataran tentang pengetahuan siapa musuh para senior, dimana lokasi terbaik mencari musuh sampai strategi tawuran. Tentu saja semua ini sudah tidak resmi dari sekolah lagi. Siswa baru yang tidak menurut pada senior akan dikerjai di luar sekolah, dibilang tidak solider, diancam, dibentak, diculik, dipukuli bahkan sampai ada yang menewaskan siswa baru, sehingga akhirnya mereka harus berurusan dengan polisi (Desy Nataliana, 2008).
Menurut Abarwati dan Nuryadi dalam Sumarhudoyo (2004). peristiwa yang terjadi di salah satu sekolah kawasan Kebayoran Baru yang merupakan salah satu bentuk peristiwa MOS yang dilakukan oleh pelajar senior yang merugikan pelajar yunior dikenal dengan sebutan perilaku gencet-gencetan.
Perilaku gencet-gencetan yang dilakukan oleh pelajar senior terhadap pelajar yunior di tingkat SMA dapat dikategorikan sebagai bullying. lstilah kekerasan antar pelajar di negara barat, sejak tahun 1970 lebih dikenal dengan istilah bullying. Mungkin agak sulit untuk mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa indonesia untuk bullying. Secara definisi bullying ;adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual (PeKa, 2008).
Menurut Farrington dalam Sumarhudoyo (2004), para 「オャャセᄋ@ (pelaku bullying) menganggap bahwa mereka yang lemah hanya akan pasrah dan tidak melawan apabila dikerjai oleh para bully. Para korbannya hanya bisa diam untuk tidak diperlakukan lebih buruk lagi oleh para bully. ICekuatan yang dimiliki oleh pelajar senior telah menumbuhkan sikap agresif dalam diri
mereka yang mengakibatkan adanya perilaku antisosial kepada mereka yang tidak setara dengan pelajar senior tersebut. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tipe dari perilaku agresif, dan agresivitas merupakan tipe dari perilaku antisosia:I.
Kasus lain yang terjadi akibat bullying (dalam SEJIWA, 2008) adalah Fifi Kusrini, seorang gadis 13 tahun, seorang tunas bangsa calon pemilik masa depan, ternyata tidak berumur panjang. Pada tanggal 15 ,Juli 2005, siswi
SMP Negeri 10 Bantar Gebang, Bekasi itu ditemukan tergantung di kamar mandi rumahnya. Fifi mengakhiri hidupnya dengan ュ・ョァAセオョ。ォ。ョ@ seutas tali, namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia mengambil keputusan nekad seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang dari sang ayah, yang mengatakan putrinya merasa malu karena sering diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. (Liputan6.com, 16 Juli 2005 dan Kompas, ·17 Juli 2005).
Dari dua kejadian di atas, dapat dibayangkan betapa bes;ar dampak yang ditimbulkan dari bullying. Namun guru, orangtua, bahkan siswa belum memiliki kesadaran yang penuh tentang bullying. Bullying merupakan istilah yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia rneski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi
pendidikan.
guru yang bertanggung jawab dalam mengatasi perilaku bullying, tetapi orang tua juga harus berperan dalam mengatasi perilaku negatiif anaknya berupa perilaku bullying.
Hanya saja kenyataannya orang tua tidak mengetahui tindakan anaknya diluar rumah, khususnya di sekolah. Saat ini banyak orang tua merasa jika anaknya berada di sekolah itu merupakan tanggung jawab para guru untuk mendidik anak. Hal itu terjadi karena kesibukan kedua omng tua mereka yang bekerja, sehingga orang tua tidak dapat memantau .apa saja tindakan yang telah dilakukan oleh anaknya di luar rumah.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkembanga1n siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan kons::iling.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah atau tE,mpat pelayanan berbagai permasalahan yang dialami siswa. Selain sebagai tempat
hubungan timbal balik tersebut dapat berjalan sesuai den9an kegunaan dan harapan.
Bimbingan konseling merupakan bagian internal dari proses pendidikan di sekolah. Tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan pelajar yang dilakukan siswa dalam lingkup sekolah. Seperti diadakannya program-program bimbingan konseling yang mengarah pada upaya pembinaan siswa intra dan ekstrakurikuler, yang bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. DEmgan demikian sangat jelas bahwa keberadaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam menangani permasalahan siswa sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Sebagaimana Rogers yang dikutif oleh Hallen (2002) mengemukakan bahwa, konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan オョエオセエ@ membantu dia dalam mrirubah sikap dan tingkah lakunya.
Pada penelitian ini, penulis memilih Al-lzhar sebagai objek penelitian dengan beberapa alasan diantaranya adalah tingginya tingkat kesadaran dan
kepedulian yang dimiliki Al-lzhar dalam mencegah atau mengatasi masalah bullying. Salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Al-lzhar untuk
mencegah bullying di sekolah adalah dengan membentuk field day activity.
Field day activity adalah suatu kegiatan lapangan (misalnya perlombaan)
dimana siswa yang bernomor absen sama dicampur dalam satu kelompok, sehingga masing-masing kelompok terdapat siswa dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Dalam kegiatan ini yang diutarnakan adalah bagaimana sekolah menyediakan sebuah wadah bagi murid senior dan yunior untuk terlibat dalam sebuah aktivitas yang membangun kebersamaan diantara mereka (SEJIWA, 2008).
Selain membentuk field day activity, alasan penulis memilih Al-lzhar adalah karena berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan ketua SEJIWA (LSM yang peduli dengan masalah bullying) diketahui bahwa Al-lzhar Pondok Labu adalah salah satu sekolah yang bekerja sama dengan pihak SEJIWA, dan aktif mengikuti pelatihan mengenai bagaimana meng;atasi bullying di sekolah.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif, dan kuratif untuk mengatasi perilaku bullying, bagaimana gambaran perilaku bullying siswa, dan apakah ada kendala bagi konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying.
berjudul "PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU BULL YING SISWA SMA AL-IZHAR PON DOK LABU"
1.2 ldentifikasi Masalah
1.
Bagaimana gambaran perilaku bullying pada siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?2. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?
3. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?
4. Apa kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling atau konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti selalu berada dalam jalurnya dan terarah, maka penulis membuat batasan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah suatu proses pemberian bantuan oleh guru bimbingan konseling (konselor sekolah) kepada anak didik agar anak didik tersebut khususnya anak yang 「Qセイー・イゥャ。ォオ@ bullyingdapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah. Dengan memperhatikan bahwa anak didik tersebut adalah makhluk individu dan sosial serta memperhatikan adanya ー・イ「Qセ、。。ョMー・イ「・、。。ョ@
individu.
2. Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah bagian utama dari tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di SMA Al-lzhar Pondok Labu. Adapun peran utama konselor adalah sebagai pembimbing, pengarah, penunjuk, pengantisipasi masalah (preventif) serta menjadi pem•;lcah masalah (kuratif).
3. Bullying yang dimaksud adalah perilaku kekerasan yang terjadi yang terjadi di sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap yuniornya, dilakukan secara berulang-ulang dan dalam periode waktu tertentu.
Bentuk bullying bisa berupa fisik, psikologis dan gabungan dari keduanya. 4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok
Labu. Hal ini karena siswa-siswi tersebut telah merasakan pelayanan bimbingan dan konseling selama 2 tahun.
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: "Bagaimana Peran Bimbingan dan kッョウQセャゥョァ@ Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"
1.4 Tujuan dan manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan keilmuan, k'lususnya pada bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial. Penelitian ini juga diharaplcan bermanfaat dengan memberikan informasi tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa.
Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah
1. Dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru bimbingani dan konseling, khususnya dalam mengatasi siswa yang melakukan perilaku bullying di sekolah
2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi konselor sekolah, guru atau wali kelas, orang tua dan bagi siswa itu sendiri dalam peningkatan
pemberdayaan peran bimbingan dan konseling.
3. Diharapkan dapat membantu para orang tua dan guru agar lebih memahami dan mengarahkan perkembangan anak-anak mereka agar kelak terhindar dari perilaku bullying yang dapat men.i!}ikan dirinya sendiri. 4. Penulis dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga penulis untuk
menambah wawasan keilmuwan di masyarakat.
1.5Sistematika Penulisan
BAB 1: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan, perumusan masalah, tujuan, manl'aat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2: Kajian Teori, membahas tentang pengertian bimbingan, pengertian konseling, perbedaan antara bimbingan dan konseling, fungsi serta tujuan bimbingan dan konseling, bidang-bidang bimbingan dan konseling, jenis
layanan bimbingan dan konseling, pola umum bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, serta bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam.
BAB 3: Metodologi Penelitian, adapun isi bab ini meliputi jenis penelitian, definisi variable, definisi operasional, populasi, sample, teknik pengambilan sample, teknik dan instrument pengumpulan data, serta prosedur penelitian BAB 4: Presentasi dan Analisa data, bab ini meliputi gambaran umum subjek berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal sekolah. juga deiskripsi data
BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Daftar pustaka berisikan daftar referensi buku yang digunakan sebagai literatur pembuatan laporan penelitian.
BAB2
KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dibahas landasan teori yang akan mengharitarkan kedalam pembahasan tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa berdasarkan teori-teori kepustakaan.
2.1
Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
Membicarakan suatu masalah terlebih dahulu kita harus rnengerti tentang pengertian masalah yang akan kita bicarakan. Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata "Guidance" bHrasal dari kata kerja "to guide" yang mempunyai arti "menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu". Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau turitunan (Hallen,
2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan (Pusat 13ahasa Depdiknas,
2002)
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book Of
Education 1955 (dalam Ha!len, 2002) yang menyatakan: "Guidance is a
process of helping individual throught their own effort to discover and develop
their potentialities both for personal happiness and social usefulness".
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri
untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Makna bimbingan dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam
literatur-literatur bimbingan dan konseling diantaranya Dewa Ketut Sukarni
(2000) menyatakan bahwa "Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu prose
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan kec.daan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat dan kehidupan pada umunya. Dengan demikian, ia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikain sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
Berdasarkan Kurikulurn yang kernudian dikutip oleh Yusuf Gunawan (1987) rnengartikan birnbingan sebagai: "Suatu prose bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dengan rnernperhatikan kernungkinan-kernungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalarn rangka perkernbangannya yang optimal, sehingga rnereka dapat rnernaharni diri, rnengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan rnasyarakat".
Frak W. Miller dalarn bukunya Guidance, Principle dan Se.rvices yang dikutip oleh Sofyan S Wilis (2004), rnengernukakan definisi birnbingan sebagai
berikut: "bimbingan ada/ah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan ba9i penyesuaian diri
secara baik dan maksimum di sekolah, ke/uarga dan masyarakaf'.
Dep<Jrternen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan
masalah-masalahnya. Semuanya itu demi memajukan kebahagian hidup, terutama ditekankan pada kesejahteraan mental".
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan yang
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menurut Sofyan S. Willis (2004) dari berbagai pengertian bimbingan yang telah dikemukakan diatas, dapat simpulkan karakteristik bimbingan
(guidance) adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif
Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belurn bermasalah, sehingga dengan bimbingan dia akan memelihara diri dari berbagai kesulitan.
2. Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok
upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya seorang
Disamping itu, bimbingan kelompok adalah jika seorang pembimbing menghadapi banyak klien. Disini pembimbing lebih banyak bersikap sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinamika kelompok. Masalah yang dihadapi adalah perso3lan bersama, misalnya meningkatkan prestasi belajar, kreativitas dan sebagainya.
3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua organisasi dan sebagainya.
Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti
diskusi, dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai, dan sikap-sikap yang menghargai, ramah, jujur dan terbuka. Bisa dikatakan bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yan9 berminat, asal mendapat pelatihan terlebih dahulu (Sofyan S Wilis, 2004).
Pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan, dan bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam
bimbingan. Tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan. Orang dapat
2.1.2 Pengertian Konseling
lstilah konseling berasal dari bahasa lnggris "to counsel' yang secara
etimologis berarti "to give advice", atau memberi saran atau nasehat (Hornby dalam Hallan, 2002).
lstilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah ォッョウ・ャゥョセQN@ Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiiatan yang integral. Konseling salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Roger (1942)
sebagai berikut:
"Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitude and behaviour'.
Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantunya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya (Hallan, 2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalah pemberian bantuan dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman
terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memeGahkan berbagai masalah; penyuluhan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002)
Makna konseling dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam literatur-literatur bimbingan dan konseling antara lain menurut C. Patterson yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran Adz Dzaky (2002) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis
menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pen9etahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Kemudian muncul English & English yang dikutip oleh Sofyan S \/Vilis (2004) mengemukakan arti konseling adalah: "Suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk. membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya".
Menurut Jones yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999) mengatakan bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi
perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Pietrafesa dalam bukunya The Authentic Counselor yang dikutip oleh Latipun (2001), mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha rnembantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Selanjutnya William Ratigan dalam Mohamad Surya (200:1), mencoba
memberikan deskripsi pengertian konseling, khususnya konseling pendidikan secara lebih rinci berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah
dilakukannya. la mendeskripsikan konseling sebagai berikut:
1.
Seorang konselor melihat bahwa kegiatan belajar siswa1 berjalan sejajar dengan kecakapan dan minatnya. la seyogyanya mendorong siswa untuk dapat belajar secara realistic sesuai dengan dirinya.2. Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga mereka menemukan kepuasan dan kesenangan dalam kehidupan kerja mereka
3. Konseling memberi informasi kepada seseorang tentan9 dirinya,
dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya.
4. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan, mendiskusikan hasil yang mungkin diperoleh dari pembuatan setiap keputusan dar. mengajar untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya. 5. Konseling membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya
sendiri, bahwa ia mendapat perhatian dan kepedulian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini harus selalu diingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan
masalahnya dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian maka klien tetap dalam keadaan aktif, memupuk kemampuannya didalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.
2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling
Konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan diantara pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari
keseluruhan pelayanan dalam bimbingan.
Namun, ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar-dasarnya maupun cara kerjanya. Menurut pandangan ini konseling lebih identik dengan Psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap seseorang yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius. Sedangkan
bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan pEmdidikan (I.
Djumhur dan Moh. Surya, 1975)
Menurut Bimo Walgito (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling adalah:
1. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga dengan demikian pengertian bimbingan dan lebih luas daripada konseling. Karena itu konseling merupakan bimbingan tetapi tidal< semua bentuk bimbingan merupakan konseling.
2. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat preventif sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau korektif.
berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak didapati segi kuratif, dan sebaliknya pada konseling tidak didapati segi preventif. Dalam konseling juga didapati segi preventif, menjaga atau mencegah agar jangan sampai t;mbul masalah yang lebih berat.
3. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara
konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak demikian halnya, bimbingan pada umumnya dijalankan secara kelompok. Misalnya bimbingan tentang bagaimana cara belajar yang efisien dapat diberikan pada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Abubakar Baraja (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling adalah:
a. Bimbingan secara praktis lebih mengarah untuk mEimberikan petunjuk dan nasihat kepada terbimbing, maka pembimbing disini bersifat aktif dan terbimbing bersifat pasif.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
1. Fungsi Bimbingan Konseling
Menurut A. Juntika (2004) fungsi bimbingan konseling sebagai berikut: a. Pencegahan
sifat bimbingan konseling yang menghasilkan tercegah atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
b. Penyembuhan
sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
c. Perbaikan
sifat bimbingan konseling untuk memperbaiki kondisi peseirta didik dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal.
d. Pemeliharaan
sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sudah baik agar tetap baik.
e. Pengembangan
Sedangkan menurut Hallen (2002) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling mengemukakan bahwa bimbingan konseling berfungsi sebagai berikut: 1. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta diclik. Fungsi pemahaman ini meliputi:
a). Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
c). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalam informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, informasi social dan budaya/ nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi pengentasan adalah fungsi yang digunakan sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau terapeutik dengan arti pengobatan atau
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah, mant?p dan 「・イセ[・ャ。ョェオエ。ョN@
5. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi seicara optimal.
Berkaitan dengan penelitian ini, pada fungsi preventif konselor diharapkan mampu memberikan layanan-layanan bimbingan secara maksimal kepada siswa lewat program-program yang juga dapat diterima siswa. Selain itu fungsi preventif juga dapat diwujudkan dengan cara disele1nggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konse1ling untuk
Sedangkan pada fungsi kuratif, karena dalam fungsi ini bmkaitan dengan pemecahan masalah. Yakni bagaimana pemecahan masalah untuk perilaku bullying yang sudah terjadi di sekolah bahkan sudah ada korban. Maka pelayanan bimbi11gan dan konseling yang ada diharapkan mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku
bullying atau korban juga memberikan layanan konseling pada siswa yang berperilaku bullying agar dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruknya atau juga sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
2. Tujuan Bimbingan
Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teori yang telah diuraikan diatas, namun untuk lebih jelas peneliti mengutip
pendapat dari beberapa para ahli. Diantaranya, Thantawy (1995) yang menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program pendidikan di sekolah adalah untuk membc1ntu para siswa agar mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
1. Mengerti dirinya dan lingkungannya. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi pengenalan baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya.
2. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan social-pribadi. Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.
3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. 4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini
termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
5. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.
6. Memaha1ni dan mengarahkan diri dalarn bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.
Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Ahmadi Juntika (2006) menjelaskan tujuan birnbingan adalah agar individu dapat:
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingl<ungan kerja.
Secara khusus bimbingan bertujuan untul< membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademil<) dan karir (Syamsu Yusuf dan Ahmad Juntika, 2006).
3. Tujuan Konseling
Menurut Sofyan S. Willis (2004) menjelaskan bahwa tujuan konseling yaitu membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri. Pendapat l;:iin tentang tujuan konseling adalah agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
1. Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus
dapat menjalani kehidupannya sehari-harinya secara efektif dan berdaya
guna untuk diri, keluarga masyarakat, bangsa dan Tuhannya.
2. Re/asionship with other, artinya klien mampu menjalin hu'Jungan yang
harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat.
Hallan (2002) mengungkapkan bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
2.1.5 Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling 1. Bidang Bimbingan Pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehatjasmani dan rohani (Hallan, 2002). Dan ada yang mengatakan bahwa bimbingan pribadi juga memberikan bantuan kepada siswa untuk
rnernbantunya untuk rnernecahkan rnasalah-rnasalah pribadi yang diternuinya (Yusuf Gunawan, 1987)
Ada banyak alasan anak rnel2kukan perilaku bullying di sekolah, bisa karena pola asuh orang tua yang otoriter, persepsi diri yang salahi, karena tekanan ekonorni keluarga dan lain-lain. Alasan-alasan tersebut tidak dapat diketahui tanpa adanya wawancara langsung dari konselor pada siswa yang
bersangkutan. Oleh karena itu dengan adanya birnbingan pribadi ini seorang konselor dapat menggali faktor apa yang rnenjadi penyebab anak berperilaku bullying di sekolah, karena dengan rnengetahui penyebabnya rnaka
perrnasalah akan lebih mudah diselesaikan.
2.
Bidang Birnbingan SosialDalarn bidang birnbingan sosial, pelayanan birnbingan dan konseling di sekolah berusaha rnernbantu peserta didik rnengenal dan berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kernasyarakatan dan kenegaraan (Hallen,
2002).
hal menumbuhkan kesadaran anak agar lebih mengenal dan berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya. Sehingga anak yang berperilaku bullying dapat menyadari bahwa perilakunya adalah tidak baik dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
3. Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk rnelanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun k•elapangan
pekerjaan tertentu {Hallen, 2002). Sedangkan Wingkel memgatakan bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan c:ara belajar yang tepat untuk mengatasi k&sukaran-kesukaran mengenai belajar dan dalam memilih jenis atau jurusan yang sesuai (Yusuf Gunawan,
1987).
4. Bidang Bimbingan Karier
mengembangkan penerimaan secara bulat gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja (Yusuf Gunawan, 1987).
Terkait dengan penelitian ini. Kemungkinan siswa berperilaku bullying karena adanya kesempatan atau tersedianya waktu senggang yang siswa miliki namun tidak bisa dimanfaatkan dengan kegiatan berguna. Yang pada akhirnya membuat mereka lari pada hal-hal negatif seperti membully siswa lain. Dalam hal ini layanan bimbingan karier cocok diberikan karena biasanya siswa akan tertarik pada sesuatu yang baru. Layanan bimbingan karier
diberikan lewat program-program menarik mengenai ー・ョセQ・ョ。ャ。ョ@ dan pengembangan potensi diri untuk memasuki dunia kerja, bisa juga
pengenalan tentang macam-macam profesi kerja serta jenjang karier yang harus ditempuh. Dengan begitu para siswa sadar akan tantangan hidup yang akan mereka lewati kedepan, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dari sekarang.
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan siswa (Sofyan S Wilis, 2004).
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempe:rmudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demik:ian juga orang tua siswa, dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi k:eberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang
didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.
2. Layanan lnformasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anak-anak mereka (Hallen, 2002).
Layanan informasi dilakukan sepanjang エ。セオョ@ yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan (Sofyan S Willis, 2004). Dengan demikian fungsi utama bimbingan yang didukung oleh kegiatan layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
3. Layanan Penempatan atau Penyaluran
Menurut buku petunjuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994 yang dikutif oleh Sofyan S Willis (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud
layanan ini adalah: layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya
penempatan dan penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus, kegiatan ektrakulikuler), sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya.
Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak
5. Layanan Konseling
Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa. mampu mengatasi rnasalah sendiri, dandapat menyesuaikan diri secara positif (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan konseling perorangan ini mendukung fungsi pengentasan dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. Layanan Bimbingan kelompok
Adalah layanan bimbingan yang diberikan l<epada sekelompok siswa untuk memecahkan secara bersama masalah yang menghambat perkembangan siswa (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan birnbingan kelompok ini mendukung fungsi pemahaman dan pengembangan.
7. Layanan Konseling Kelompok
2.1.7 Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Bimbingan dan Konseling pola 17
Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah sering disebut dengan "BK pola 17", disebut BK pola 17 karena didalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang amat perlu diperhatikan dalam ー・ョケ・ャ・ョセQァ。イ。。ョ@ bimbingan dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling (Hallen, 2002), yaitu:
1. Kegiatan bimbingan dan konseling (BK) secara menyeluruh meliputi empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
2. Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingan diselen!)garakan melalui tujuh jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan atau penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan pendukung, yaitu instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konsferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan.
2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
1. Aplikasi lnstrumentasi Birnbingan dan Konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta rlidik (baik secara individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkun!;:ian peserta didik dan lingkungan yang lebih luas (termasuk diddalamnya informasi penddidikan dan jabatan).
Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan demgan berbagai instrument, baik test maupun non test. Hasil pengumpulan data dihimpun dalam cumulative record (himpunan data), digunakan secara optimal untuk kepentingan peserta didik (klien). Fungsi utama yang diemban oleh kegiatan pendukung aplikasi instrument ini adalah fungsi pemahaman.
2. Penyelenggaraan Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan hirnpunan data
3. Konferensi kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang cihadiri oleh berbagai pihak yang cliharapkan dapat memberi bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas perrnasalahannya yang dialami µeserta didik tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait seperti guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya yang diharapkan dapat memberikan data clan keterangan. Den(Jan demikian fungsi utama bimbingan yang diemban oelh konferensi kasus ialah fungsi
pemahaman dan pengentasan.
4. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan clan komitmen bagi
karena itu fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.
5. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari pihak satu ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memb1:irikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dalarn hal lain ke tempat dimana kasus itu dialih tangankan).
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau praktik, wali kelas atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalih
2.1.9 Bimbingan dan Konseling Dalam Perspektif Islam
Menurut M. Hamdani (2001), teori konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat
berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berpikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu (Al-Our'an) dan paradigma hadis (As-Sunnah). Teori konseling dalam Islam tersebut adalah:
1.
Teori Al-HikmahKata Al-Hikmah dengan bentuk jamaknya "Al-Hikam" bermakna: kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, pepatah dan Al-Qur'an Al-Karim.
Proses aplikasi konseling dengan teori ini dapat dilakukan konselor dengan pertolongan Allah secara langsung atau melalui utusan-Nya, yaitu Allah mengutus malaikat-Nya, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya. Oleh karena itu teori ini tidak dapat dilakukan oleh konselor yang tidak taat, tidak dekat dengan Allah dan malaikat-Nya, karena teori ini merupakan teori konseling yang dilakukan para Rasul, Nabi dan Auliya Allah serta
2. Teori
Al-mau'izhoh Al-HasanahTeori ini adalah teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran atau l'tibar-l'tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya Allah. Dalam penggunaan teori ini k0nselor harus benar-benar telah menguasai dengan bail< materi-materi yang mengandung pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien, selain itu juga sejarah, riwayat hidup dan perjuangan orang-orang agung, pejabat-pejabat Allah dan kekasih-Nya, khususnya Rasulullah SAW.
Yang dimaksud dengan Al-mau'izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya; yang mana pelajaran itu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulan£Ji problem yang sedang dihadapinya. Sedangkan materi Al-mau'izhoh Al-l-lasanah dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam diantaranya: Al-Qur'an, As-Sunnah, Al-Atsar, ljtihad para ulama, dan penemuan para pakar.
3. Teori
Al-Mujadalahmenitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka negative terhadap kebenaran llahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya.
Secara garis besar, kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu membantu individu agar mengetahui, mengenal dan memahami dirinya sesuai dengan hakekatnya, serta men!iajak seseorang untuk kembali mengenali dirinya secara fitrah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam yang berbunyi:
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetap/ah atas fitrah (na/uri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut na/uri itu, tidak
ada perubahan pada naluri dari Allah itu. /tu/ah agama yang /urus, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". (Ar-Rum: 30)
mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia terhindar dari tipu daya syaiton. Hal tersebut tertuang dalam ayat berikut ini:
Artinya: "Demi masa, sungguh manusia da/am kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling mene.•sehati supaya
mengikuti kebenaran dan sa/ing menasehati supaya mengamalkan
kesabaran" (Al-Ashr:13)
Pada dasarnya konseling dalam Islam adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan bisa dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua Rasul dan Nabi-Nya. Dengan adanya amanat kons;eling inilah, maka keberadaan Rasul dan Nabi menjadi sangat bermanfaat bagi manusia, baik untuk urusan agama, dunia, pemecahan masalah, dan lain-lain. Konseling pun akhirnya menjadi satu kewajlban bagi tiap individu muslim. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
Artinya: "Dan hendak/ah ada diantara kamu sego/ongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali lmron:104)
Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak
atau jahat. Pembentuk utamanya adalah lingkungan dimana ia tinggal. lni
menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dan juga bisa diubah. Namun fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam pembentukan perilakunya. Hal tersebut tertuang dalam Hadis :
Artinya: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi'
2.2
Bullying
2.2.1 Pengertian Bullying
lstilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa lnggris) yang berarti "banteng" yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully (SEJIWA, 2008). Berbagai definisi juga telah banyak diberikan oleh para ahli
diantaranya, yaitu Sullivan (2000) yang mendefinisikan bullying sebagai berikut "a conscious and wilful repetitive act of aggression and/or
manipulation by one or more people against another person or people. It is
also an abuse of power by those carrying out the bullying, which is designed
to cause hurt.
Papalia, et. Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.
Sedangkan bila mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah (school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (dalam Andreas, 2007) mendefinisikan
school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Sedangkan Barbara (2001) mendefinisikan bullying (penindasan) adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat te1rhadap pihak yang lebih lemah
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying adalah Situasi kekerasan secara fisik, verbal maupun psikologis yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok yang
memiliki kekuatan/kekuasaan lebih (senior) terhadap oran9 yang lebih lemah (junior) dengan tujuan menyakiti dan menimbulkan ketakutan pada diri
Sullivan (2000) mengatakan ada beberapa elemen di dalam bullying yaitu:
1.
Adanya niat melukai atau merugikan orang lain2. Adanya Ketidak-seimbangan kekuatan (imbalance of power)
3. Dilakukan secara terorganisir dan sistematis
4. Dilakukan secara berulang-ulang dalam periode tertentu
5. Pengalaman yang menyakitkan bagi korban yang berbentuk fisik (eksternal) dan psikologis (internal).
Menurut Sheras, P. & Sherill T (2002) pelaku bullying memiliki keinginan untuk melukai atau menyakiti orang lain, maksudnya adalah hal yang dilakukan oleh pelaku merupakan perbuatan yang disengaja. Kebanyakan pelaku bullying mencari popularitas dengan cara menekankan agresi pada anak-anak yang lemah, tidak popular dan tidak mampu ba1las dendam. Beberapa anak terlihat baik dan ran.ah secara pribadi akan tetapi berprilaku bullying ketika berkelompok.
Bullies atau pelaku bullying biasanya rnenginginkan sesuatu-bisa berupa uang, bekal rnakan siang seorang siswa, jawaban pekerjaan rurnah, atau rnungkin curna perhatian. Para penindas juga biasanya bertindak sendirian atau dalarn kelornpok kecil dan rnernilih orang-orang yang rnereka anggap rentan untuk rnereka jadikan korban. Tidak ada unsur tradisi dalarn
penindasan, tidak pula tokoh-tokoh berwenang atau para pernirnpin ( Susan Lipkins, 2008).
Berbeda dengan bullying, pada perpeloncoan (Hazing) rnelibatkan sejurnlah banyak orang, sebagian rnenyaksikan, dan sebagian lagi cliplonco. Yang diplonco adalah kelornpok tertentu, rnisalnya anggota-anggota baru tirn sepak bola. Pernelonco bertindak atas narna suatu kelornpok clan biasanya tidak berrnaksud rnelukai atau rnendapatkan status pribadi atau suatu barang dari yang diplonco. Para pernelonco itu bertindak rnelanjutkan tradisi dan
rneles:arikan hierarki.
2.2.2 Jenis-jenis Bullying
Jenis bullying rnenurut Randall, P (1997) adalah:
1. Bullying yang bersifat fisik, seperti: rnenjarnbak, rnernukul, rnenendang, rnengunci karnar, rnendorong, rnencakar, rneludahi dan berbagai
serangan fisik lainnya. Terrnasukjuga diantaranya rnerusak barang orang lain.
Dapat bersifat verbal maupun nonverbal
• Bullying yang bersifat verbal, misalnya: telepon ancaman, meminta uang atau barang dengan paksaan (memalak), intimidasi, memberi julukan yang tidak pantas, mengolok-olok ras, pelecehan seksual
secara verbal, mempermalukan, menyebarkan isu tidak benar. • Bullying yang bersifat nonverbal terbagi lagi menjadi dua, yakni:
langsung dan tidak langsung. Yang langsung mencakup mimic muka yang jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung
mencakup manipulasi dan meruntuhkan pertemanan, mengisolasi atau tidak mengikutsertakan seseorangan, dan mengirimkan catatan yang menjelek-jelekan.
Bullying dapat dilakukan dalam salah satu bentuk bentuk cli atas atau
kombinasi dari beberapa bentuk perilaku bullying. Pelaku bullying umumnya adalah seseorang yang berfisik besar dan kuat, namun bulkan tidak mungkin pelaku bullying adalah seseorang yang memiliki tubuh yang kecil atau
sedang namun rnemiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan teman-temannya (SEJIWA, 2008).
hubungan pertemanan sesama perempuan. Selain itu, laki-laki lebih sering menggunakan perilaku bullying aktif seperti menyerang korban daripada perilaku bullying pasif seperti memperlihatkan mimik muka yang jahat.
2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying
Penelitian mengenai sekolah sebagai salah satu tempat terjadinya perilaku bullying pernah dilakukan oleh Olweus (1993) dimana menurutnya sekolah tanpa diragukan lagi merupakan tempat yang paling banyak timbulnya perilaku bullying dan perilaku ini banyak terjadi di antara murid di sekolah yang besar dan kelas yang besar
Rigby dalam Sullivan (2000) memperkirakan ada empat tempat utama dimana sering terjadinya bullying, yaitu di halaman sekolah, di dalam kelas, dalam perjalanan pulang dari sekolah, serta dalam perjalanan menuju ke sekolah.
2.2.4 Tipe Pelaku Bullying
Stephenson dan Smith dalam Sullivan (2000) mengatakan bahwa ada tiga tipe pelaku bullying, yaitu:
2. Pelaku dengan tipe pencemas. Memiliki karakteristik sebagai berikut: secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer dan kurang merasa aman.
3. Pelaku/korban. Memilki karakteristik sebagai berikut: seseorang yang terkadang menjadi pelaku, terkadang menjadi korban, tergantung situasi.
Pada umumnya motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah adanya agresifitas. Namun selain itu, ada motif lain yang
mungkin juga dimiliki oleh pelaku bullying, yaitu adanya rasa rendah diri dan kecemasan. Bullying menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism)
yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah cliri dan kecemasannya tersebut (Siti Azzahra, 2008).
2.2.5 Tipe Korban Bullying
Stephenson, Smith dan Olweus dalam Sullivan (2000), membagi tipe korban bullying menjadi tiga:
1. Korban dengan tipe pasif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:
pencemas, memiliki self esteem yang rendah, secara fis;ik lemah dan tidak popular. Mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasi tindakan bullying dan mereka juga tidak bisa melawan ketika peristiwa itu terjadi. 2. Korban dengan tipe provokatif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:
dengan kemampuan konsentrasi, memicu amarah atau lketidaksukaan dari orang-orang sekeliling mereka sehingga memungkinkan terjadinya tindak bullying pada mereka.
3. Korban/pelaku. Memiliki karakteristik sebagai berikut: Peirry dalam Sumarhudoyo (2004), menemukan bahwa banyak dari k:orban bullying menjadi sangat agresif memprovokasi anak-anak lain, rnenjadi korban di satu pihak, tetapi juga melampiaskan amarahnya terhadap murid lain yang lebih lemah.
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi
kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being),
penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang memburuk. Korbar. bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu meras;3 takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma
Bullying bisa berdarnpak pada terharnbatnya seorang anak untuk
rnengaktualisasi diri. Karena agar seorang anak rnarnpu rnengaktualisasi dirinya, ia rnernerlukan suasana yang rnernberikan rasa aman, dan rnarnpu rnernberikan garnbaran diri yang yang positif baik di sekolah rnaupun dirurnah. Hal tersebut sulit didapatkan jika anak rnenjadi korban bullying, karena bullying tidak rnernberi rasa arnan dan nyarnan, rnernbuat para korban bullying rnerasa takut dan terintirnidisai, rendah diri dan sulit untuk
berkornunikasi (SEJIWA, 2008).
Bullying berdarnpak rnenurunkan tes kecerdasan dan kern<arnpuan analisis siswa yang rnenjadi korban, bahkan sarnpai berusaha bunuh diri. Bullying juga berhubungan dengan rneningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akadernik. Pelaku bullying berpotensi turnbuh sebagai pelaku krirninal dibanding yang tidak rnelakukan bullying ( Seminar tentang Bullying, 2007).
2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam
Beberapa waktu yang lalu masyarakat kita pernah dikejutkan dengan berita kematian seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi. Kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dengaP dalih cara untuk pendisiplinan mahasiswa. Sesungguhnya penggunaan kekerasan dalam membangun kedisiplinan hanya akan melahirkan sikap disiplin yang rapuh dan semu. Kekerasan tidak akan mernbuat seseorang rnenyadari bahwa kebaikan adalah kebaikan.