• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Di Kecamatan Medan Area Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Di Kecamatan Medan Area Kota Medan"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KECAMATAN MEDAN AREA

KOTA MEDAN

Oleh

ERWINSYAH PUTRA NASUTION

087024011/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

IMPLEMENTASI MUSYAWARAH PERENCANAAN

PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KECAMATAN MEDAN AREA

KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERWINSYAH PUTRA NASUTION

087024011/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis

: IMPELEMENTASI MUSYAWARAH

RENCANA PEMBANGUNAN

(MUSRENBANG) DI KECAMATAN MEDAN

AREA KOTA MEDAN

Nama

: Erwinsyah Putra Nasution

Nomor Pokok

: 087024011

Program Studi

: Studi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

(Drs. Agus Suriadi, M. Si

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

)

Tanggal Lulus

: 20 Juli 2010

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 20 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Badaruddin, M,Si

Anggota

: 1. Drs. Agus Suriadi, M. Si

2. Drs. Kariono, M. Si

(5)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar perpustakaan.

Medan, Juli 2010 Penulis,

(6)

A B S T R A K

Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah dan Kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antarpelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan daerah. Implementasi dari musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten Kota dan Musrenbang Provinsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiama Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 43 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriftif guna mengetahui bagaimana Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari kelima indikator yang digunakan untuk mengukur implementasi program, yaitu komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan, struktur birokrasi, hasil yang diperoleh dan hambatan-hambatan, menunjukan skor rata-rata dalam kategori baik (2,63). Namun apabila dilihat dari masing-masing indikator, menunjukkan bahwa satu indikator yaitu sumber-sumber yang termasuk kategori sedang, keempat indikator lainnya termasuk dalam kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area dapat dilaksanakan cukup efektif.

(7)

ABSTRACT

In order to prepare the draft Budget, Local Government jointly develop legislative and policy direction of the general budget which includes instructions and general provisions agreed upon as a guide in preparing the budget. General policy direction and budget includes the components of service and level of achievement expected in each line of government authority that will be implemented in a budget year. As explained in the Law Number 25 Year 2004 About the National Development Planning System, each region must implement the Development Planning Consultation (Musrenbang). Development Planning Consultation (Musrenbang) is a forum among different participants in the framework of national development plans and local development plans. Implementation of the Planning Discussion guided by Joint Circular of the Ministry of National Development Planning / Chairman of BAPPENAS and the Ministry of Home Affairs Number: 1354/M.PPN/03/2004 and 050/744/SJ About Musrenbang Forum Guidelines and Local Participatory Planning. In these guidelines is explained that the Council Development Planning (Musrenbang) starting from the level Musrenbang Village, Musrenbang District, City and County Musrenbang Musrenbang Province.

This study aimed to find out bagaiaman Implementation Council Development Planning (Musrenbang) in the district of Medan Area. Samples taken by purposive sampling, as many as 43 people. Data analysis was performed using descriptive methods to determine how the implementation of the Development Planning Consultation (Musrenbang) in the district of Medan Area.

Results showed that overall of the five indicators used to measure the implementation of programs, namely communication, resources, trends, bureaucratic structures, the results obtained and constraints, shows the average score in either category (2.632). However, if the views of each indicator, showed that one indicator is that resources moderate category, the four other indicators included in both categories. Can be concluded that the implementation of the Development Planning Consultation (Musrenbang) in the district of Medan Area can be quite effective.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tesis ini adalah “Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu segala saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnan tesis ini sangat penulis harapkan.

Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik yang secara langsung membimbing penulisan tesis ini maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Walikota Medan, atas izin belajar yang diberikan kepada penulis

2. Bapak Prof. Dr.dr.Syahril Pasaribu,DTM&H,M.Sc(CTM),Sp.A(K), Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu politik Universitas Sumatera Utara sebagai Pembimbing I, yang dengan kesabarannya memberikan bimbingan pada penulis

4. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Magister Studi Pembangunan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(9)

6. Dosen-dosen penguji, Bapak Drs. Kariono, M. Si dan Bapak Drs. M Husni Thamrin Nst, M. Si, atas saran dan masukan dalam penyempurnaan tesisi ini. 7. Bapak Drs. M. Sofyan, S.Sos, Camat Kecamatan Medan Area beserta staf, atas

bantuan selama penulis melakukan penelitian di wilayahnya.

8. Terkhusus kepada kedua orang tua yang terkasih, atas bantuan dan dukungan doa serta kasih sayang yang sangat besar dan mulia sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penelitian ini.

9. Terkhusus juga kepada istriku yang tercinta, Rini Sicilia dan anak – anakku Zihni Nadhirah Nst dan Khansa Aqilah Nst atas doa dan waktunya yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka sehinga penulis dapat menyelesaikan kuliah ini.

10.Dan seluruh keluarga dan rekan – rekan Program Studi Pembangunan Angkatan XIII yang tidak pernah putus mengalirkan do’a dan memompakan semangat demi keberhasilan dan kesuksesan penulis.

Semoga amal sholeh mereka semua mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT dan kiranya tetap mendapat taufik dan rahmat Allah Subhanahu wata`ala, Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juli 2010

P e n u l i s

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : ERWINSYAH PUTRA NASUTION

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Pebruari 1979 A g a m a : I S L A M

Pangkat/Gol Ruang : Penata (III/c)

N I P : 19790226 199802 1 001 Status Perkawinan : Menikah

I s t r i : Rini Sicilia, SE

II. PENDIDIKAN

- TK Madiwi Djaya Tahun 1983-1985

- SD Pahlawan Nasional Medan Tahun 1985-1991 - SMP Negeri 15 Medan Tahun 1991-1994

- SMU Negeri 7 Medan Tahun 1994-1997

- Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Tahun 1997-2001

(11)

III. PENGALAMAN KERJA

- Staf Bagian Tapem Setdakab Toba Samosir Tahun 2001

- Staf Kantor Camat Ajibata Kabupaten Toba Samosir Tahun 2002 - Staf Kantor Camat Medan Maimun Tahun 2003

- Seklur Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2004 - Lurah Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2007 - Lurah Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun

(12)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Pemikiran ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kebijakan Publik ... 11

2.2 Implementasi Kebijakan ... 14

2.3 Model Komunikasi Program ... 16

2.4 Pembangunan Daerah ... 20

2.4.1 Penyusunan Arah Kebijakan Umum ... 21

2.4.2 Pengertian dan Ruang Lingkup ... 22

2.4.3 Kriteria Penyusunan ... 23

2.5 Penyusunan Strategi dan Prioritas ... 26

2.6 Partisipasi Masyarakat dan Kriteria ... 31

2.6.1 Partisipasi ... 31

2.6.2 Kriteria Partisipasi ... 33

2.7 Pemberdayaan Masyarakat ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Bentuk Penelitian ... 42

(13)

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.4 Rencana Sampling . ... 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV PEMBAHASAN ... ... 46

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Area ... 46

4.1.1 Kondisi Wilayah ... 46

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 47

4.1.3 Visi dan Misi Kecamatan Medan Area ... 49

4.1.4 Permasalahan yang Dihadapi ... 52

4.1.5 Alternatif Pemecahan Masalah ... 58

4.1.6 Arah Kebijakan Umum dan Skala Prioritas Di Bidang Pembangunan yang Dikelola ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 61

4.2.1 Karakteristik Responden ... 61

4.2.2 Variabel Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran-saran ... 89

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rencana Sampling ………...………... Kelurahan, Jumlah Lingkungan, Luas Wilayah dan Nama Kepala Kelurahan Kecamatan Medan Area ... Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan WNA Kecamatan Medan Area Tahun s/d Bulan Pebruari 2010 ...…………. Jumlah Pegawai Kantor Camat Medan Area Tahun 2010 ....…………... Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamain ....………... Distribusi Responden Menurut Umur ...………... Distribusi Responden Menurut Pendidikan ...………... Distribusi Responden Menurut Kedudukan dalam Musrenbang .……….. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Musrenbang ...………. Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Tujuan Musrenbang ...…... Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Adanya Perangkat Aturan

dalam Musrenbang...……… Pendapat Responden Tentang Pengetahuan Adanya Peraturan Tertulis

dalam Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Pemahaman Peraturan Dalam

Musrenbang... Pendapat Responden Tentang Hak dan Kewajiban dalam

Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Perkembangan Kegiatan

(15)

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Pendapat Responden Tentang Pengaturan, Pengelolaan Dana dan

Penentuan Kegiatan dalam Musrenbang ... Pendapat Responden Tentang Bentuk Aturan Pemerintah dalam

Musrenbang…………... Pendapat Responden Tentang Ketersediaan Sumber Daya dalam

Mendukung Kelancaran Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Kecukupan Dana untuk Mengelola

Kegiatan yang dilakukan dalam Musrenbang... Pendapat Responden Tentang Dukungan Prasarana dalam

Musrenbang ... Pendapat Responden Tentang Peranan Pemerintah Kota dalam

Memberikan Penyuluhan dalam Pelaksanaan Musrenbang……... Pendapat Responden Tentang Peranan Kelurahan dalam Memberikan Penyuluhan dalam Pelaksanaan Musrenbang ...…... Pendapat Responden Tentang Peranan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) dalam Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Pertemuan yang Dilaksanakan dalam Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Pengaruh Keterpaduan Komponen

Pelaksanaan dalam Musrenbang...………... Pendapat Responden Tentang Pengaruh dari Luar Komponen yang Terlibat dalam Pelaksanaan Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Hambatan Dalam Perencanaan

Musrenbang………... Pendapat Responden Tentang Hambatan Dalam Perencanaan

Musrenbang………... Rata – Rata Skor Partisipasi Masyarakat Dalam musyawarah

Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Medan Area…………...

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. 2. 3. 4.

Kerangka Pemikiran ... Sistem Kebijakan Publik... Mekanisme Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD ... Bagan Struktur Pemerintah Kecamatan Medan Area ...

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. 2.

Daftar Pertanyaan Responden ... Hasil Musrenbang Kecamatan Medan Area Tahun 2010 ...

(19)

A B S T R A K

Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah dan Kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antarpelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan daerah. Implementasi dari musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten Kota dan Musrenbang Provinsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiama Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 43 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriftif guna mengetahui bagaimana Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari kelima indikator yang digunakan untuk mengukur implementasi program, yaitu komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan, struktur birokrasi, hasil yang diperoleh dan hambatan-hambatan, menunjukan skor rata-rata dalam kategori baik (2,63). Namun apabila dilihat dari masing-masing indikator, menunjukkan bahwa satu indikator yaitu sumber-sumber yang termasuk kategori sedang, keempat indikator lainnya termasuk dalam kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area dapat dilaksanakan cukup efektif.

(20)

ABSTRACT

In order to prepare the draft Budget, Local Government jointly develop legislative and policy direction of the general budget which includes instructions and general provisions agreed upon as a guide in preparing the budget. General policy direction and budget includes the components of service and level of achievement expected in each line of government authority that will be implemented in a budget year. As explained in the Law Number 25 Year 2004 About the National Development Planning System, each region must implement the Development Planning Consultation (Musrenbang). Development Planning Consultation (Musrenbang) is a forum among different participants in the framework of national development plans and local development plans. Implementation of the Planning Discussion guided by Joint Circular of the Ministry of National Development Planning / Chairman of BAPPENAS and the Ministry of Home Affairs Number: 1354/M.PPN/03/2004 and 050/744/SJ About Musrenbang Forum Guidelines and Local Participatory Planning. In these guidelines is explained that the Council Development Planning (Musrenbang) starting from the level Musrenbang Village, Musrenbang District, City and County Musrenbang Musrenbang Province.

This study aimed to find out bagaiaman Implementation Council Development Planning (Musrenbang) in the district of Medan Area. Samples taken by purposive sampling, as many as 43 people. Data analysis was performed using descriptive methods to determine how the implementation of the Development Planning Consultation (Musrenbang) in the district of Medan Area.

Results showed that overall of the five indicators used to measure the implementation of programs, namely communication, resources, trends, bureaucratic structures, the results obtained and constraints, shows the average score in either category (2.632). However, if the views of each indicator, showed that one indicator is that resources moderate category, the four other indicators included in both categories. Can be concluded that the implementation of the Development Planning Consultation (Musrenbang) in the district of Medan Area can be quite effective.

(21)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1.Latar Belakang

Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebagaimana telah diamanatkan secara jelas di dalam Undang-Undang Dasar 1945, ditujukan untuk menata Sistem Pemerintahan Daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan “Keleluasaan kepada daerah” untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UUD 1945 tersebut, telah ditetapkan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, yang dalam perjalanannya telah mengalami beberapa kali perubahan.

Dalam perkembangan selanjutnya, guna mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan global, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

(22)

komponen bangsa” untuk mewujudkan suatu sistem otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Esensi pokok yang terkandung di dalamnya adalah upaya pengembangan “Demokratisasi dalam sistem Pemerintahan Daerah”, sekaligus upaya untuk memberdayakan seluruh komponen dan potensi yang ada dan dimiliki oleh masing-masing daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan otonomi daerah berdasarkan paradigma baru yang kini sedang berlangsung pada hakekatnya berupaya memberdayakan kemampuan masyarakat daerah dalam segala aspek. Tanpa adanya kemampuan yang memadai dari masyarakat daerah untuk mengaktualisasikan diri, maka pembangunan hanya akan melahirkan jenis ketergantungan baru. Karena itu, pembangunan yang mengarahkan pada proses pemberdayaan merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Usaha kearah tersebut hanya bisa dicapai dengan baik jika pelaksanaan otonomi daerah berjalan sesuai landasan filosofisnya.

(23)

masyarakat pada tatanan lokal. Penguatan basis lokal menjadi prasyarat penting terciptanya landasan pemerintahan yang bisa dikontrol.

Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu proses merubah suatu kondisi yang kurang/belum baik menjadi lebih baik hal ini merupakan masalah yang membutuhkan solusi melalui perencanaan yang matang. Dengan demikian proses pembangunan mengandung nilai perubahan yang diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi, berhasil tidaknya proses pembangunan dapat mencapai sasarannya sangat tergantung kepada aplikasi Sistem Manajemen Pembangunan itu sendiri.

Menurut Ryaas Rasyid (2002 : 2) Konsep otonomi menurut UU No. 5/1974 dipandang sebagai penyebab dari berbagai kekurangan yang menyertai perjalanan pemerintah di daerah selama lebih dari dua dekade terakhir, pola ini telah memberi pembenaran terhadap berlakunya rekayasa pemilihan pemimpin pemerintahan yang tidak memiliki “sense of public accountability” kurangnya kewenangan yang diletakkan di daerah juga telah menjadi kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menjawab berbagai tantangan.

(24)

dan permasalahan yang terjadi di daerah. Dalam keadaan seperti ini, partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik menjadi sangat lemah.

Salah satu aplikasi dari Sistem Manajemen Pembangunan adalah melalui Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, regional/wilayah pembangunan dan Pusat. Forum pembangunan ini merupakan media yang cukup efektif untuk menampung aspirasi masyarakat yang sekaligus juga menjadi media pemberdayaan masyarakat selaku subjek dan objek dalam proses pembangunan.

Forum pembangunan merupakan wujud nyata dari politcal will dan komitmen pemerintah untuk mengaplikasikan Sistem Manajemen Pembangunan melalui pendekatan bottom up planning yang lebih konsisten dan tepat sasaran, disamping itu forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan pembangunan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan pengawasan secara internal dan eksternal organisasi.

(25)

kategori, yaitu (1) perencanaan jangka panjang (lima tahunan), (2) perencanaan jangka menengah (tiga tahunan), dan (3) perencanaan jangka pendek (satu tahunan).

Penganggaran daerah tersebut terdiri atas; formulasi kebijakan anggaran (budget operational formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational plaining). Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran (Direktorat Pengelolaan Keuangan Daerah Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, 2000).

Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah dan Kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

(26)

Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten Kota dan Musrenbang Provinsi. Pemerintah Kota Medan dalam rangka implementasi kebijakan tersebut telah melaksanakan Musrenbang Tingkat Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Pebruari 2010, yang salah satunya dilaksanakan di Kecamatan Medan Area. Kecamatan Medan Area terdiri dari 12 Kelurahan dan 172 Lingkungan yang dihuni oleh masyarakat yang majemuk dan heterogen, sehingga cukup menarik untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam musrenbang tersebut.

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penulis mencoba untuk meneliti dan mengkaji yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Medan Area dengan judul:

“Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di

Kecamatan Medan Area Kota Medan”.

1.2.Perumusan Masalah

Dari latar belakang dimaksud, penulis merumuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

2. Faktor - faktor apa yang mempengaruhi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area ?

1.3.Tujuan Penelitian

Berpedoman daripada perumusan masalah, adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauh mana Impelementasi Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat :

1. Secara praktis sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota.

(28)

1.5.Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan adanya penyempurnaan sistem perencanaan pembangunan nasional, baik pada aspek proses dan mekanisme maupun tahapan pelaksanaan forum musyawarah perencanaan di tingkat pusat dan daerah. Implementasi dari amanat tersebut kemudian dikeluarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan unsur penyelenggara pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.

(29)

Nomor: 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah.

(30)

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua

BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ

MUSRENBANG KECAMATAN

KOMUNI KASI

SUMBER-SUMBER

PELAKSA NAAN

UU NO. 17 / 2003 UU NO. 25 / 2004

KECENDE RUNGAN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

[image:30.612.122.542.89.593.2]

STRUKTUR BIROKRASI

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Publik

Kebijakan mempunyai definisi yang bermacam-macam. Anderson (1984: 2-3) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Kebijakan negara adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Hal ini berimplikasi sebagai berikut :

1. Kebijakan negara merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2. Kebijakan negara berisi tindakan-tindakan pejabat pemerintah;

3. Kebijakan negara merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, bukan apa yang akan dilakukan pemerintah;

4. Kebijakan bisa bersifat positif dalam arti pemerintah melakukan suatu tindakan tertentu, maupun bersifat negatif dalam arti keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;

5. Kebijakan pemerintah (dalam arti positif) selalu didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa.

Sementara itu Easton mendefinisikan kebijakan publik sebagaimana dikutip Anderson (1984: 13-15) sebagai “the authoritative allocation of values for the whole society”. Berdasarkan definisi tersebut Easton menegaskan bahwa hanya pemerintah yang secara sah dapat membuat pilihan melakukan suatu tindakan atau tidak pada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena pemerintah termasuk para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam masalah sehari-hari di masyarakat yang telah menjadi tanggung jawabnya.

(32)

1. Susunan rancangan tujuan-tujuan dan dasar-dasar pertimbangan program-program pemerintah yang berhubungan dengan masalah-masalah tertentu yang dihadapi masyarakat.

2. Apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

3. Masalah-masalah yang kompleks yang dinyatakan dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Dari berbagai pengertian tersebut maka kebijakan publik (public policy) merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada kepentingan seluruh masyarakat.

(33)

[image:33.612.144.499.145.375.2]

Sumber: Dunn (1994: 71)

Gambar 2. Sistem Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh pejabat pemerintah dan diformulasikan ke dalam bidang-bidang isu (masalah). Sementara pelaku kebijakan (policy stakeholders) adalah para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.

Lingkungan kebijakan (policy environtment) adalah konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling masalah kebijakan terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik. Oleh karena itu sistem

Pelaku Kebij akan

(34)

kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, artinya bahwa di dalam praktek pembuatan kebijakan dimensi obyektif dan subyektif tidak dapat dipisahkan. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang diciptakan secara sadar oleh para pelaku kebijakan melalui pilihan-pilihan. Sistem kebijakan adalah realitas obyektif yang dimanifestasikan ke dalam tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya. Pelaku kebijakan merupakan produk dari sistem kebijakan, demikian pula analis kebijakan merupakan pencipta sekaligus hasil ciptaan sistem kebijakan.

2.2 Implementasi Kebijakan

Van Master dan Van Horn (dalam Wahab,1990 :51), merumuskan proses implementsi atau pelaksanaan sebagai berikut: “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tunuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelli (Wibawa, 1994: 19), implementasi adalah sebagai berikut : “Dalam pengertian luas, Implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tesebut telah dimuat berbagai aspek antara lain: 1. Adanya tujuan yang inigin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu.

(35)

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Manila, 1996: 43).

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu, adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya. Dan unsur pelaksana ini merupakan unsur ketiga. Pelaksana penting artinya karena pelaksana baik itu organisasi maupun perorangan, bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Guna mencapai tujuan implementasi program secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang kedua disebut sebagai proses implementasi kebijakan (Wibawa,1994:4).

(36)

kebijakan tersendiri dalam memandang penerapan kebijakan tersebut. Yang mana pandangan ini seringkali berbeda dengan pandangan atasan mereka.

Lebih lanjut dikatakan kegandaan/ambiguitas ini akan mengantarkan para pelaksana pada kebijkan mereka sendiri, meskipun mereka tidak perlu menggunakan ambiguitas itu untuk memperluas otoritas yang dimiliki. Tetapi sebaliknya, mereka menggunakannya untuk menghindari permasalahan yang sulit (Edward III, 1980:17).

2.3. Model Komunikasi Program

Model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh Edward III (1980:17), menyebutkan empat faktor krusial dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi. Secara rinci Edward III menjelaskan sebagai berikut :

1. Komunikasi (Communication)

Persyaratan pertama dalam pelaksanaan yang efektif adalah bahwa yang melaksanakan tugas tersebut mengetahui apa yang harus mereka lakukan, jadi ada suatu kejelasan tentang apa yang harus dilakukan. Selanjutnya dalam komunikasi ini perlu adanya konsistensi dari aspek komunikasi adalah bagaimana penetralisiran tugas atau fungsi tertentu yang akan dilakukan.

2. Sumber-sumber (Resources)

(37)

Staf tersebut haruslah memadai jumlahnya dalam melaksanakan sesuatu program, namun tidak hanya jumlah tetapi juga harus didukung oleh keahlian yang baik dalam tugas tersebut. Informasi menyangkut bagaimana melaksanakan sesuatu hal dan ketaatan dari personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah.

3. Wewenang adalah otoritas yang dimiliki oleh pelaksana dalam melakukan tugasnya termasuk dalam penerapan sanksi jika ada pelanggaran, apakah sudah cukup memadai. Fasilitas-fasilitas di dalam menerjemahkan suatu peraturan dalam pelaksanaannya mutlak diperlukan dalam melakukan tugas tertentu, seperti bangunan fisik. Kecenderungan-kecenderungan para pelaksana sangat menentukan dalam pelaksanaan, tingkah laku mereka terhadap kebijakan dan peraturan yang telah ditentukan sebelumnya mempengaruhi hasil selanjutnya. Tingkah laku ini juga menyangkut cara pandang terhadap sesuatu hal atau kebijaksanaan.

4. Struktur birokrasi (bureaucratic structure)

Struktur birokrasi menyangkut prosedur-prosedur kerja dan pragmentasi. Prosedur-prosedur berkembang secara internal dari respon terhadap tugas untuk keseragaman demi pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

(38)

(1) Organisasi

Maksudnya disini bahwa organisasi Pelaksanaan Program. Dan selanjutnya organisasai tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur dalam hal ini petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tugas aparat pelaksana program yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan Negara. Agar tugas-tugas pelaksana Program dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap aparatur dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Interpretasi

(39)

(a) Sesuai Dengan Peraturan

Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksanaan kebijaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berelaku baik Peraturan Tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten

(b) Sesuai Dengan Petunjuk Pelaksana

Sesuai dengan petunjuk pelaksana berarti pelaksanaan kebijaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.

(c) Sesuai Petunjuk Teknis

Sesuai dengan petunjuk teknis berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dalam bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif, rasional dan realistis.

(3) Penerapan

Maksudnya disini peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketetentuan, untuk dapat melihat ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin.

(40)

Prosedur kerja yang sudah ada harus memiliki prosedur kerja agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat di dalamnya.

(b) Program kerja

Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

(c) Jadwal Kegiatan Disiplin

Program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan evaluasi. Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan.

2.4. Pembangunan Daerah

Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik dan sosial dalam suatu keinginan masyarakat yang diupayakan oleh masyarakat dan pemerintah, melalui kolaborasi berbagai proses sosial, ekonomi, kelembagaan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

(41)

1. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungan.

2. Meningkatkan taraf hidup yaitu, meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa.

3. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia (Todaro, 1995:92).

Sejalan dengan hal tersebut menurut Steers (1985; 41-43) pembangunan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, pekerjaan, perumahan, pendidikan dan kesehatan, dapat diasumsikan bahwa pembangunan sebagai usaha yang sistematis untuk meningkatkan standar hidup kaum miskin secara berlanjutan dan untuk menyediakan kebutuhan hidup manusia sehingga mereka mampu berkembang secara optimal.

2.4.1. Penyusunan Arah Kebijakan Umum

(42)

diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: (1) perencanaan jangka panjang (lima tahun), (2) perencanaan jangka menengah (tiga tahunan), dan (3) perencanaan jangka pendek (satu tahun). Penganggaran Daerah termasuk kategori perencanaan jangka pendek yang merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.

Sedangkan penganggaran daerah terdiri atas: Formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation), dan Perencanaan operasional anggaran

(budget operational plainning). Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisa fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya.

2.4.2. Pengertian dan Ruang Lingkup

(43)

Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan dicapai dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya.

Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam strategi daerah. Tingkat pencapaian atau kinerja pelayanan yang direncanakan dalam tahun anggaran pada dasarnya merupakan tahapan dan perkembangan dari kinerja pelayanan yang diharapkan pada rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang.

2.4.3. Kriteria Penyusunan

Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a) Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam rencana Strategis Daerah dan dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan oleh Daerah.

b) Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.

c) Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.

(44)

e) Memberikan fleksibilitas untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberi peluang untuk pengembangan kreativitas pelakunya.

Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD. Dasar penyusunan arah dan kebijakan umum APBD adalah sebagai berikut :

a. Arah dan kebijakan umum APBD pada dasarnya adalah rencana tahunan yang merupakan bagian dari rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang yang dimuat dalam Rencana Strategis Daerah atau dokumen perencanaan lainnya. Pemerintah Daerah dan DPRD menggunakan Rencana Strategis atau dokumen perencanaan lainnya sebagai dasar arah dan Kebijakan UMUM APBD.

(45)

Tahap penyusunan Arah dan kebijakan APBD harus berisikan : a. Penyusunan.

Penyusunan arah dan kebijakan APBD juga mempertimbangkan data historis mengenai pencapaian kinerja pelayanan pada tahun-tahun anggaran sebelumnya dan evaluasi terhadap kinerja APBD dan permasalahan yang dihadapi pada tahun-tahun anggaran sebelumnya.

b. Konsep.

Konsep awal arah dan Kebijakan umum APBD dapat juga disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran DPRD.

c. Disamping itu, penyusunan arah dan kebijakan umum APBD di setiap Daerah dari Pemerintah atasan.

d. Pemerintah Daerah dan DPRD dapat melibatkan masyarakat pemerhati atau tenaga ahli untuk penyusunan konsep arah dan kebijakan umum APBD.

e. Pemerintah Daerah dan DPRD membahas konsep arah edan kebijakan umum APBD sehingga diperoleh kesepakatan antara kedua pihak.

(46)

2.5. Penyusunan Strategi dan Prioritas

Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD umumnya menggunakan sejumlah asumsi dan untuk mencapainya sering djumpai berbagai permasalahn, kendala dan tantangan karena keterbatasan sumber daya. Dalam hal ini, diperlukan strategi atau cara tertentu yang diharapkan dapat memperlancar atau mempercepat pencapaian arah dan kebijakan umum APBD.

Strategi dan prioritas APBD dalam penganggaran Daerah termasuk kategori perumusan kebijakan anggaran yang disusun berdasarkan arah kebijakan umum APBD. Perumusan strategi dan prioritas APBD umumnya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh Daerah dalam pencapaian arah dan kebijakn umum APBD.

1. Karakteristik dan Ruang Lingkup

Strategi dapat dipandang sebagai suatu pendekatan, metode dan tekink pemanfaatan sumberdaya manusia, dana dan atau teknologi untuk mencapai suatu target kinerja melalui hubungan yang efektif antara sumber daya manusia, teknologi dan lingkungannya. Strategi berkaitan dengan suatu tujuan, kebijakan, program, kegiatan dan alokasi sumber daya yang menyatakan sesuatu yang akan dikerjakan

(47)

Perumusan strategi diarahkan pada upaya pencapaian target kinerja berdasarkan kemampuan sumber daya (manusia, dana dan atau teknologi) yang tersedia serta kondisi lingkungan. Strategi mengintegrasikan sumber daya yang tersedia untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi. Tujuan penyusunan strategi antara lain, untuk :

1. Percepatan tingkat pencapaian dalam arah dan kebijakan umum. 2. Pencapaian program dan kegiatan yang efektif dan efisien.

3. Mengembangkan kesesuaian anatara arah dan kebijakan umum dengan program dan kegiatan yang direncanakan.

4. Mengembangkan kekuatan dan peluang daerah. 5. Mengatasi kelemahan dan tantangan daerah. 6. Mencari dukungan untuk mencapai keberhasilan.

Prioritas merupakan suatu upaya mendahulukan atau mengutamakan sesuatau daripada yang lain. Prioritas adalah suatu proses dinamis dalam pembuatan keputusan atau tindakan yang pada saat tertentu dinilai paling penting dengan dukungan dan komitmen untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Ruang lingkup prioritas mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Pemahaman terhadap situasi yang mendasari perlunya ditetapkan prioritas tersebut.

b. Perancangan berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan.

(48)

d. Pembuatan keputusan tindakan terbaik yang akan dilakukan.

2. Kriteria Perumusan

Arah dan kebijakan umum APBD kemungkinan dapat dicapai melalui satu atau lebih strategi Perumusan strategi secara umum perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Keterkaitannya dengan pencapaian tingkat pelayanan yang diharapkan dalam arah dan kebijakan umum APBD.

b. Kelebihan dan kelemahan Daerah saat ini.

c. Peluang dan tantangan Daerah pada masa yang akan datang. d. Aspek resiko dan manfaat dalam implementasinya.

Sedang penentuan prioritas dapat didasarkan pada pertimbangan terhadap aspek-aspek berikut ini :

a. Skala dan bobot pelayanan berdasarkan urgensi dan jangkaunya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

b. Kemampuannya untuk memperlancar atau mempercepat pencapaian tingkat pelayanan yang diharapkan dalam arah dan kebijakan umum APBD.

(49)

3. Mekanisme Perumusan

Berdasarkan arah dan Kebijakan umum APBD, Pemerintah Daerah menyusun strategi dan Prioritas APBD, dalam Penyusunan strategi dan prioritas APBD, Daerah dapat melaksanakannya melalui Mekanisme sebagai berikut :

a. Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD, Pemerintah Daerah melalui Tim Penyusunan Anggaran Eksekutif menyusun Strategi dan Prioritas APBD.

b. Tim Penyusunan Anggran Eksekutif dalam menyusun strategi dan Prioritas APBD sedapat mungkin menggunakan berbagai sumber Data dan Metode penyusunan yang memfokuskan pada identifikasi kondisi yang ada, isu strategis, trend ke depan dan analisis SWOT (Strenght = Kekuatan, Weaknes = Kelemahan,

Opportunity = Peluang, Threat = Tantangan) untuk mencapai target yang diharapkan dalam arah dan kebijakan umum APBD).

c. Tim Penyusunan Anggaran Eksekutif dalam mengembangkan strategi dan prioritas APBD dapat melibatkan tim ahli. Untuk mempertimbangkan kepraktisan, keterlibatan tim ahli pada saat penyusunan konsep arah dan kebijakan umum APBD dapat juga sekaligus terlibat dalam penyusunan strategi dan prioritas APBD.

(50)

e. Arah dan kebijakan umum serta strategi dan prioritas APBD selanjutnya menjadi dasar bagi Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah untuk menyiapkan Rancangan APBD.

Renstrada/ Dokumen

Data Historis

Pokok-Pokok Pikiran DPRD

Arah Dan Kebijakan Umum APBD

MASYARAKAT

Tokoh Masyarakat , LSM Asosiasi Prof esi, Perguruan Tinggi dan

lain-lain

PEMDA

Jaring Asmara

Kebij akan

(51)

Gambar 3. Mekanisme Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD

2.6. Partisipasi Masyarakat dan Kriteria

2.6.1. Partisipasi

Aktivitas pembangunan senantiasa berkelanjutan (sustainable) yang membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak terbatas. Pemerintah sebagai fasilitator pembangunan mempunyai sumber daya dan dana yang terbatas untuk membiayai proses pembangunan berkelanjutnya yang merupakan merupakan impian masyarakat.

(52)

nasional, untuk dapat memperkecil permasalahan pemerintah untuk membiaya Pembangunan Nasional dirasakan perlunya partisipasi masyarakat dan perancanaan strategis dan menentukan skala prioritas agar kegiatan yang dilaksanakan tepat pada sasaran dan keinginan masyarakat.

Dengan beban pembangunan yang semakin berat yang ditanggung pemerintah maka diharapkan masyarakat berpartisipasi aktif dan dapat lebih memahami permasalahan pembangunan yang sedang kita hadapi.

Pembangunan desa/kelurahan yang identik dengan pembangunan masyarakat merupakan suatu proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa/kelurahan yang merupakan bagian tak terpisahkan serta totalitas dari pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan desa/kelurahan sangat tergantung dari partisipasi masyarakat dan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya masyarakat.

Mubyarto (1984:35) mendefenisikan : partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuiai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

(53)

Menurut Bryant dan White (983:206): Keterlibatan dalam berbagai kegiatan politik seperti pemberian suara dalam pemilihan, kampanye dan lain sebagainya, disebut partisipasi dalam proses politik, sedangkan keterlibatan dalam kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan pembangunan disebut partisipasi dalam proses administratif.

Sementara itu keterlibatan masyarakat sebagai suatu kesatuan disebut dengan partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok disebut partisipasi individual.

Partisipasi vertikal terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat yang terlibat atau yang mengambil bagian dalam suatu program dengan pihak lain. Dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Partisipasi horizontal antara satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

Jika masyarakat desa yang bersangkutan tidak berkesempatan berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek di desanya, proyek tersebut pada hakikatnya bukanlah proyek pembangunan desa.

2.6.2. Kriteria Partisipasi

Beberapa kriteria partisipasi yang tersirat dari penggunaan istilah peran serta (partisipasi) meliputi :

(54)

dan bangsa, dimana masing-masing mereka mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusannya sendiri-sendiri, tetapi terikat dalam ikatan solidiritas tertentu untuk mewujudkan kepentingan atau rencana bersama.

b) Dalam partisipasi terdapat kesadaran dan kesukarelaan individu untuk mewujudkan peranan yang diberikan oleh organisasi secara ikhlas. Anggota masyarakat terlibat dalam proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauan sendiri. Gerakan anggota masyarakat yang terjadi tidak ditimbulkan oleh penggunaan kekuasaan yang dipunyai oleh pimpinan (formal).

c) Partisipasi berkonotasi kepada keterlibatan anggota perorangan dalam proses pengelolaan suatu kegiatan (pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengerahan sumber daya, pengawasan dan penyesuaian).

d) Kelompok sasaran (target group) dari partisipasi adalah rakyat banyak yang merupakan lapisan yang selama ini diabaikan oleh kaum elite.

(55)

Partisipasi masyarakat bukan hanya ideologi demokrasi tetapi juga mengikutsertakan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan, yang menyangkut dirinya sendiri. Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses keterlibatan warga dalam semua aspek kegiatan pembangunan (fisik maupun non fisik) lingkungan.

Pelaksanaan partisipasi masyarakat dipusatkan pada usaha mendorong dan memotivasi setiap orang atau kelompok agar berpartisipasi dapat dinilai sebagai salah satu upaya pengembangan kehidupan bersama dalam masyarakat.

Selain sebagai suatu ideologi demokratis partisipasi juga mengikut sertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. agar :

a) Program akan lebih terjamin kesuksesannya karena masyarakat yang berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

b) Proses dan aplikasi partisipasi dapat mengembangkan ketrampilan masyarakat dan memupuk rasa kekeluargaan.

c) Partisipasi mencerminkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan.

d) Partisipasi menumbuhkan saling pengertian, kebersamaan (keterpaduan) antara golongan dalam masyarakat.

(56)

Dari beberapa uraian yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa partisipasi dapat dilihat dalam perubahan sosial sampai dengan memberi tanggapan terhadap informasi baik, dalam arti menerima, mengiakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. Dalam perencanaan pembangunan tahapan partisipasi berupa pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis.

Tahapan partisipasi lainnya dapat dilihat dari pelaksanaan operasional pembangunan, menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan serta dalam menilai pembangunan serta dalam menilai pembangunan sesuai dengan rencana dan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pengelolaan pembangunan pada dasarnya dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian atau pembinaan, sampai dengan pemeliharaan dan tindak lanjut hasil-hasil pembangunan. Inilah yang disebut sebagai fungsi pengelolaan pembangunan secara utuh.

Mengingat sifat pengelolaan pembangunan desa/kelurahan itu meliputi banyak aspek dan memiliki keterkaitan dengan banyak pihak, maka tidak dapat dihindari bilamana metode perencanaan partisipatif yang diperkenalkan di tingkat desa/kelurahan juga banyak jenisnya.

(57)

b) Lingkungan dan budaya lokal dinilai sebagai sumber daya pembangunan. c) Dapat mengurangi konflik kepentingan dan konflik sosial.

d) Percaya diri dan semangat membangun para aparat pemerintah dan masyarakat semakin meningkat.

e) Masyarakat menjadi lebih aktif dan dinamis.

f) Inisiatif masyarakat terus tumbuh tanpa dipaksakan.

g) Pemerintah maupun maupun masyarakat merasakan bahwa keputusan terbaik adalah bila melibatkan masyarakat.

2.7. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Jadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan masyarakat dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat mencapai/memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Payne (1997;266) mengemukakan lebih jauh inti dan tujuan pemberdayaan dilakukan :

“ To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to execising cacily and self-confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”.

(58)

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Gagasan Shadlow ini, tidak jauh dengan gagasan yang mengartikan pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.

Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi kreatif sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping itu secara bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan kapasotas dirinya untuk mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang lebih berdaya melalui proses penyadaran.

Konsep pemberdayaan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan keberdayaan, yaitu kemampuan dan kemandirian. Menurut

Kartasasmita (1996:2) keberdayaan merupakan unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (suvive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Unsur-unsur yang menjadi sumber keberdayaan dimaksud adalah nilai kesehatan, pendidikan, prakarsa, kekeluargaan, kegotongroyongan, kejuangan dan sebagainya.

(59)

meningkatkan kemampuan dan kemandirian. Perserikatan Bangsa Bangsa untuk program pembangunan (United Nations Development Programme) mendefenisikan pemberdayaan masyarakat sebagai proses dimana semua usaha swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, social dan budaya. Atau pengertain tersebut dapat disederhanakan menjadi suatu metode atau pendekatan yang menekankan adanya partisipasi umum dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan.

Pemberdayaan (empowerement) dalam studi kepustakaan memiliki kecenderungan dalam dua proses, pertama, prose pemberdayaan yang menekankan pada proses pemberian atau mengalihkan sebaian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya dan kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Menurut Prijono (1996:208-209), pemberdayaan terdiri dari pemberdayaan pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, psikologi dan poltik. Pemberdayaan pendidikan merupak faktor kunci yang ditunjang dan dilengkapi oleh pemberdayaan yang lain, yaitu :

1. Pemberdayaan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan, produktivitas. Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi, karena dalam pendidikan itu pendidikan itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak.

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1999:63), bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Area yang meliputi 12 kelurahan.

3.3. Populasi dan Sampel

(61)

Masyarakat (LPM), pengusaha, para pelaku pembangunan (stakeholders) lainnya yang mewakili individu maupun kelompok yang peduli terhadap pembangunan atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah.

3.4. Rencana Sampling

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Hal ini dilakukan mengingat karena obyek yang akan diteliti (sumber data) sangat luas, yaitu terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang terkait dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG). Adapun sampel dalam penelitian ini mereka yang termasuk terlibat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Kecamatan Medan Area yang secara terperinci adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rencana Sampling

No Instansi / Masyarakat Jumlah Sampel

1 Perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Medan

2 Aparat Kecamatan 3 Aparat Kelurahan

4 Tokoh Masyarakat (Agama, pemuda, adat dan perempuan)

5 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

2 orang 4 orang 12 orang 22 orang 3 orang

(62)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Sedangkan data sekunder, dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu data yang diperoleh telah diolah baik dalam bentuk angka maupun berupa uraian sesuatu hal yang berhubungan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bahan informasi yang diperoleh yang terkait dalam penelitian ini.

b. Kuesioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang relevan dari responden melalui daftar pertanyaan tertutup dan terbuka yang diajukan. Dengan menyajikan beberapa alternatif jawaban yang sudah ditentukan.

3.6. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah terkumpul selanjutnya perlu dianalisis agar dapat memberikan informasi yang jelas. Dengan format penelitian deskriptif kualitatif, maka analisis data dilakukan melalui interpretasi berdasarkan pemahaman intelektual yang dibangun oleh pengalaman empiris. Interpretasi dan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(63)

b) Penilaian data dengan memperhatikan prinsip validitas, obyektivitas dan reliabilitas. Untuk itu ditempuh prosedur:

1. Mengkategorisasikan data primer dan sekunder dengan sistem pencatatan yang relevan.

2. Melakukan kritik atas data yang telah diperoleh dengan tujuan untuk melakukan kontrol apakah data tersebut relevan untuk digunakan.

c) Interpretasi dan penyajian data, dilakukan dengan membuat analisis data dan fakta melalui pemahaman intelektual yang dibangun atas dasar pengalaman empiris. Untuk itu diperlukan kecermatan dan harus dibekali dengan seperangkat teori yang relevan. Agar penyajian data lebih informatif dan jelas, maka hasil interpretasi dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel, persentase serta membuat deskripsi dalam rangkaian yang logis.

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Uum Kecamatan Medan Area

4.1.1. Kondisi Wilayah

(65)
[image:65.612.115.530.154.390.2]

Tabel 2. Kelurahan, Jumlah Lingkungan, Luas Wilayah dan Nama Kepala Kelurahan Kecamatan Medan Area

No KELURAHAN LINGKUNGAN LUAS/HA NAMA KEPALA

KELURAHAN

1 TEGAL SARI I 13 25.05 BATARA HARAHAP 2 TEGAL SARI II 8 24 ADIL NASUTION 3 TEGAL SARI III 10 35 IRWAN DANIL NST 4 KOTAMATSUM-I 34 33,07 ZAINAL ABIDIN 5. KOTAMATSUM-II 16 27 AHMAD KOSIM NST 6. KOTAMATSUM-IV 17 27 FAISAL HARAHAP, SSTP 7. SUKARAMAI-I 17 13.07 SYAHRIAL FAHMI HRP 8. SUKARAMAI-II 16 31.02 M. YUNUS

9. SEI RENGAS-II 11 35.78 ALEX SINULINGGA, SSTP 10. PASAR MERAH TIMUR 13 75.02 AHMAD FIKRI LUBIS 11. PANDAU HULU-II 11 47.55 FERRY SUHERY. S.Sos 12. SEI RENGAS PERMATA 8 25.37 ERWINSYAH P. NST, SSTP JUMLAH 173 422

Sumber : Kantor Camat Medan Area, 2010.

Batas Wilayah Kecamatan Medan Area :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai Sebelah Barat berba tasan dengan Kecamatan Medan kota

4.1.2. Keadaan Penduduk

(66)
[image:66.612.117.529.210.435.2]

sebagian besar adalah Pedagang, Pegawai Negeri/ABRI, Pensiunan, Pegawai Swasta, Buruh serta Wiraswasta.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan WNA Kecamatan Medan Area s/d bulan Pebruari Tahun 2010

No KELURAHAN LK(JIWA) PR (JIWA) JUMLAH JLH WNA

1. TEGAL SARI I 6.393 6.129 12.522 31 2. TEGAL SARI II 4.572 4.205 8.777 -- 3. TEGAL SARI III 6.991 6.740 13.731 -- 4. KOTAMATSUM-I 9.630 8.915 18.545 -- 5. KOTAMATSUM-II 6.204 5.764 11.968 -- 6. KOTAMATSUM-IV 7.783 7.267 15.050 -- 7. SUKARAMAI-I 6.182 5.916 12.098 -- 8. SUKARAMAI-II 4.690 4.803 9.493 16 9. SEI RENGAS-II 4.059 4.388 8.447 10 10. PSR MERAH TIMUR 8.111 7.864 15.975 -- 11. PANDAU HULU-II 5.362 5.727 11.089 7 12. SEI RENGAS PERMATA 2.734 2.980 5.714 6

JUMLAH 72.711 70.696 143.407 70

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Medan Area, 2010

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah kota Medan, Camat Medan Area adalah perangkat Pemerintah yang langsung berada dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada Wakil Kota Medan.

Untuk memperlancar pelaksanaan tugas sehari- hari , dikantor Camat Medan Area diadakan Evaluasi melalui rapat-rapat koordinasi dengan Instansi Lintas Sektoral antara lain:

a) Muspika

(67)

d) KUA

e) PPIKB Kecamatan

f) Puskesmas Sukaramai, Medan Area Selatan dan Kotamatsum g) Mantri Statistik (Mantis)

h) PPL Pertanian dan PKK Kecamatan Medan Area

4.1.3. Visi dan Misi Kecamatan Medan area

Sejalan dengan visi Kota Medan, yaitu Terwujudnya Medan sebagai Kota Metropolitan, yang bercirikan masyarakat madani, menguasi imtaq dan berwawasan lingkungan maka Kecamatan Medan Area telah merumuskan visi dan misinya sebagai acuan program yang akan dilaksanakan, yaitu :

V I S I

“Terwujudnya Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Di Bidang Pemerintahan Pembangunan Dan Kemasyarakatan”

M I S I

1. Meningkatkan kualitas jasa Pelayanan Kepada Masyarakat di Kelurahan 2. Meningkatkan Prasarana dan Sarana Pelayanan Kepada Masyarakat

(68)

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan Manajemen pembangunan Kelurahan

TUJUAN

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang kependudukan kepada masyarakat

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dibidang jada perizinan kepada masyarakat

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat.

4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pelayanan prima kepada masyarakat.

SASARAN

1.1 Terwujudnya masyarakat yang memiliki identitas kependudukan 1.1 Terwujudnya adanya standart pelayanan KTP/KRT kepada masyarakat 2.1 Terwujudnya penguasa yang taat kepada peraturan yang berlaku

2.2 Terwujudnya standar pelayanan perizinan yang sesuai dengan peraturan pada masyarakat

(69)

TUGAS POKOK

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor:63 Tahun 2001 tanggal 13 Nopember 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, pada pasal 3 disebutkan Tugas Pokok Camat sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitain
Gambar 2. Sistem Kebijakan Publik
Tabel 2. Kelurahan, Jumlah Lingkungan, Luas Wilayah dan Nama
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan WNA Kecamatan Medan Area s/d bulan Pebruari Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disertasi "Efektivitas Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Tahun 2011 di Kabupaten Dompu Provisi Nusa Tenggara Barat“ disusun sebagai

masyarakat dalam rangka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Desa Candirejo sangatlah kurang, hal tersebut terlihat dari kurangnya masyarakat memahami akan

Pembangunan Kelurahan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan, dimana secara garis besar isi dari Peraturan Walikota tersebut adalah pedoman yang dapat

Pemerintah Daerah (Pemda) selaku pihak yang menjalankan peran dan tanggungjawab terhadap perencanaan pembangunan daerah haruslah mempunyai kemampuan adminsitratif. Hal

Dalam proses penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan Kulim, banyak sekali terdapat fenomena-fenomena menarik yang terjadi,

Misi Keuchik Gampong Ajuen dalam masa jabatannya salah satunya meningkatkan pembangunan, mengadakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah salah satu cara yang

APBD disusun berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran, oleh karena itu dalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, Pemerintah Daerah

Musrenbang kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilakukan di tingkat paling bawah untuk mendapatkan usulan-usulan yang berasal dari masyarakat dalam rangka menentukan