TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT
(
Anguilla bicolor bicolor
McClelland, 1844) DI SUNGAI
CIMANDIRI, PALABUHANRATU
DENI RAHMAT HIDAYAT
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
ABSTRAK
DENI RAHMAT HIDAYAT. Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) di Sungai Cimandiri Palabuhanratu. Dibimbing oleh YONVITNER dan M MUKHLIS KAMAL.
Sungai Cimandiri merupakan salah satu habitat ikan sidat. Tingkat kerentanan ikan sidat di Sungai Cimandiri setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari lingkungan fisik dan kualitas perairan yang mengalami degradasi akibat aktivitas manusia di sekitar Sungai Cimandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat resiko potensi kerentanan sumber daya ikan berbasis data kerentanan untuk mengkaji keberlanjutan spesies ikan sidat di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu. Analisis dilakukan dengan kajian mengenai kerentanan menggunakan software PSA (Productivity and Susceptability Anayisis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerentanan sumber daya ikan sidat telah mendekati kondisi rentan. Tingkat kerentanan ikan sidat di Sungai Cimandiri yang tertinggi pada bulan Oktober dengan nilai produktivitas rendah dan resiko kerentanan tinggi. Nilai Produktivitas bulan Oktober yaitu 1.3, sedangkan nilai susceptabilitas adalah sebesar 2.5, dengan indeks kerentanan 2.3. Tingkat kerentanan di Sungai Cimandiri berdasarkan analisis yang dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober menunjukkan tingkat kerentanan sedang hingga sangat rentan.
Kata kunci: Ikan sidat, tingkat kerentanan, Sungai Cimandiri
ABSTRACT
DENI RAHMAT HIDAYAT. The Vulnerability Of Resource-Based Fish Eel (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) in Cimandiri River, Palabuhanratu. Supervised by YONVITNER and M MUKHLIS KAMAL.
Cimandiri River is one of eel habitat. The level of vulnerability eels in the Cimandiri River each year has been increasing. It caused by the influence of physical environment and degradation water quality due to human activities around Cimandiri River. The purpose of this study was to determine the risk potential vulnerability level of fish resources based vulnerability data to assess the sustainability of fish species in Cimandiri River, Palabuhanratu. The analysis was performed with software vulnerability assessment of the PSA (Productivity and Susceptibility Analysis). The results showed that the value of the vulnerability of eel resources has approached the vulnerable condition. The highest vulnerability level of eels in the Cimandiri River happen in October with low productivity and high risk vulnerabilities. Value Productivity in October was 1.3, while the value of susceptibility was 2.5, the vulnerability index of 1.8. The vulnerability level in Cimandiri River based on the analysis conducted in July and October showed the vulnerability of moderate to highly susceptible.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT
(
Anguilla bicolor bicolor
McClelland, 1844) DI SUNGAI
CIMANDIRI, PALABUHANRATU
DENI RAHMAT HIDAYAT
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul
“Tingkat kerentanan sumber daya ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) di Sungai Cimandiri Palabuhanratu”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.
2. Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si dan Dr. M Mukhlis Kamal, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingannya dalam penyusunan dan perbaikan skripsi.
3. Ir. Gatot Yulinto, M.Si penguji skripsi dan Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku ketua komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.
4. Ali Mahsar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak, ibu, kakak, dan adik serta keluarga tercinta yang selalu
memberikan do’a dan dukungan secara moral maupun spiritual dalam
penyusunan skripsi.
6. Apriansyah atas kerjasamanya selama pengambilan data di Sungai Cimandiri.
7. Teman satu angkatan di Manajemen Sumber Daya Perairan angkatan 47, serta sahabat Penulis Mery, Rana, Mega, Hesvi, Ajeng, Dewi, Lufi, Yuyun, Rivany, Irza, Prehadi, Didit atas bantuan, semangat, dan keceriaan yang diberikan dalam penyusunan skripsi.
8. Mba Widar, Mba Yani dan seluruh staf TU MSP, MSP 45, MSP 46, MSP 48, MSP 49, Mba Desti, Ka Devi, dan Ka Fitri.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
DAFTAR ISTILAH vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Lokasi 3
Alat dan Bahan 3
Pengumpulan Data 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 15
KESIMPULAN DAN SARAN 18
Kesimpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
1 Parameter dan metode analisis kualitas air serta panjang-bobot ikan 4 2 Skor produktivitas sumber daya ikan sidat (Apriansyah 2014) 12
3 Skor susceptabilitas sumber daya ikan sidat 13
4 Kerentanan sumber daya ikan sidat 14
DAFTAR GAMBAR
1 Skema pendekatan masalah tingkat resiko potensi kerentanan sumber 2 2 Peta Sungai Cimandiri Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat 3 3 Grafik suhu di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 8 4 Grafik kekeruhan di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 9 5 Grafik kecerahan di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 9 6 Grafik TSS di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 10 7 Grafik BOD di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 10 8 Grafik COD di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 11 9 Jumlah tangkapan ikan sidat di Sungai Cimandiri tahun 2013 11 10 Hasil tangkapan ikan sidat di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 12 11 Produktivitas dan susceptabilitas sumberdaya ikan sidat 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) 21
2 Alat tangkap yang digunakan 21
3 Aktivitas di Hulu Sungai Cimandiri 21
4 Data kualitas air 22
5 Skor atribut produktivitas untuk menduga kerentanan yang telah
dibuat oleh NOAA 22
6 Skor atribut susceptabilitas untuk menduga kerentanan yang telah
dibuat oleh NOAA 23
7 Hasil analisis susceptabilitas 24
8 Matriks hubungan produktivitas dan suscetabilitas terhadap tingkat kerentanan dengan peluang keberlanjutan sumber daya ikan 25
DAFTAR ISTILAH
Management strategy : Strategi pengelolaan sumber daya perikanan dengan melakukan batasan terhadap penangkapan ikan di perairan.
Area overlap : Tingkat tumpang tindih penangkapan ikan berdasarkan alat tangkap yang digunakan. Konsentrasi geografis : Kisaran penyebaran sumber daya ikan yang
tertangkap dibandingkan dengan hasil tangkapan sampingan.
Vertical overlap : Tumpang tindih penangkapan berdasarkan kedalaman perairan dan alat tangkap yang digunakan.
F/M : Laju Eksploitasi.
SSB (Spawning Stock Biomass)
: Pengamatan terhadap hasil tangkapan sumber daya ikan dengan komposisi ikan lainnya yang tertangkap.
Migrasi musiman : Pergerakan aktif ikan akibat perubahan siklus hidup dan pengaruh lingkungan yang berganti secara musim, dan kemungkinan ikan tertangkap sebagai hasil sampingan. Schooling aggregation : Kebiasaan sumber daya perikanan dalam
kegiatan migrasi secara bergerombol atau menyebar yang mempengaruhi hasil tangkapan.
Morfology affecting : Selektivitas alat tangkap terhadap ukuran ikan yang tertangkap sesuai dengan kondisi morfologi ikan, dan pengaruhnya terhadap penangkapan ikan.
Survival after capture : Ketahanan ikan setelah penangkapan dilakukan, seberapa lama ikan bisa bertahan setelah kegiatan penangkapan.
Desirability/ Value of the Fishery
: Nilai sumber daya perikanan berdasarkan tingkat harga di pasaran.
Fishery impact to essential fish habitat
: Seberapa besar pengaruh alat tangkap terhadap kerusakan habitat sumber daya perikanan.
PSA (Productivity and Susceptability Analysis)
: Softwere yang digunakan untuk menentukan tingkat resiko kerentanan sumber daya perikanan.
Tingkat Kerentanan : Kemampuan sumber daya perikanan dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan, secara alami maupun dari aktivitas penangkapan.
Susceptabilitas : Tingkat keterancaman.
Break Water : Bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan di belakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat (Anguilla spp.)adalah jenis ikan yang memiliki sifat katadromus, yang mengawali hidup di laut, tumbuh menjadi dewasa di air tawar, dan kembali ke laut ketika akan melakukan pemijahan (Aoyama 2009). Ikan sidat memiliki persebaran yang sangat luas, yakni di daerah tropis, dan subtropis sehingga dikenal dengan sidat tropis dan sidat subtropis. Paling sedikit terdapat 19 spesies ikan sidat di dunia, dan enam jenis, di antaranya Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor, dan A. bicolor pacifica terdapat di Indonesia (Arai et al. 2011). Ikan sidat memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena ikan ini banyak diminati oleh negara-negara maju seperti Jepang, Hongkong, Jerman, dan Italia. Konsumsi ikan sidat di dunia setiap tahunnya meningkat.
Ikan sidat dapat ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa, khususnya di Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu. Keberadaan ikan sidat dipengaruhi oleh lingkungan perairan sekitarnya. Penurunan populasi ikan sidat dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memanfaatkan sungai yang menjadi habitat ikan sidat dengan tidak baik. Aktivitas manusia meliputi penangkapan ikan, pencemaran bahan organik, dan anorganik dari limbah rumah tangga, penambangan pasir dari muara sungai, serta pembangunan PLTU yang merubah bentang sungai menjadi sempit terutama di bagian hilir. Hal tersebut dapat memengaruhi kelimpahan ikan sidat di Sungai Cimandiri karena terjadi degradasi lingkungan secara terus menerus.
Ketersediaan ikan sidat di alam bergantung pada sediaan stok dan benih di perairan. Menurut Sutrisno (2008), keterbatasan benih ikan sidat sepenuhnya bergantung pada hasil penangkapan di alam yang dipengaruhi oleh musim. Salah satu upaya untuk menekan laju penurunan populasi ikan di perairan adalah melalui pelestarian stok dan habitat. Pelestarian stok dan habitat dilakukan untuk menjaga sumber daya perikanan sidat, namun hal tersebut perlu didukung dengan adanya suatu kajian mengenai produktivitas dan kerentanan sumber daya perikanan. Informasi ini dapat dijadikan sebagai prioritas pengelolaan dan panduan pengambilan keputusan dalam melakukan suatu pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan. Kerentanan stok ikan sidat ditentukan berdasarkan mortailitas penangkapan sebagai akibat dari laju eksploitasi dan mortalitas alami sebagai akibat dari kualitas perairan. Tingkat kerentanan ikan sidat akan menentukan upaya pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat.
Kerangka Pemikiran
2
Peningkatan mortalitas tangkapan dan mortalitas alami terhadap sumber daya ikan sidat dapat mengakibatkan penurunan stok. Hal ini dapat menyebabkan kerentanan sumber daya ikan sidat, sehingga perlu adanya pengelolaan secara berkesinambungan untuk menjaga kelestarian dan keberlajutan sumber daya. Hal tersebut secara skematik dapat disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran tingkat resiko potensi kerentanan sumber daya ikan sidat
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat resiko potensi kerentanan sumber daya ikan berbasis data kerentanan untuk mengkaji keberlanjutan spesies ikan sidat di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu.
Manfaat Penelitian
3
METODE
Waktu dan Lokasi
Waktu penelitian berlangsung selama empat bulan dimulai dari bulan Juli hingga Oktober 2013. Pengambilan contoh dilakukan pada 5 titik sampling (Gambar 2) di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 2 Peta Sungai Cimandiri Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis data primer dan data sekunder. Alat analisis data primer meliputi peralatan analisis kualitas air dan sampling biota. Alat analisis data sekunder meliputi laptop atau PC dengan sistem operasi Windows 7, Microsoft Excel, dan Productivity and Susceptability Analisys (PSA). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu contoh ikan sidat dan formalin 4 % untuk pengawetan biota.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer
4
tingkat kerentanan sumber daya perikanan dan parameter yang dipakai, di antaranya suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, TSS, BOD, dan COD, merupakan parameter yang memengaruhi keberadaan ikan sidat di perairan (Tabel 1). Pengambilan contoh ikan dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam analisis produktivitas dan susceptabilitas.
Tabel 1 Parameter dan metode analisis kualitas air serta panjang - bobot ikan
Parameter Satuan Pengukuran Metode Analisis
Fisika*
Salinitas psu Pengukuran
Langsung
Refraktometer
Kekeruhan NTU Analisis
Laboratorium
Nephelometrik
TSS mg/L Analisis
Laboratorium
Gravimetri
Kecerahan m Analisis
Laboratorium
Panjang cm Pengukuran
Langsung
Menggunakan penggaris
Bobot gram Pengukuran
Langsung
Menggunakan timbangan
Sumber: *APHA 2012
Pengumpulan data sekunder
Data sekunder beberapa parameter susceptabilitas diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu Apriansyah (2014) dan Fishbase. Data yang diambil merupakan data pendukung dalam analisis produktivitas meliputi frekuensi panjang total, umur maksimum, ukuran maksimum, koefisien pertumbuhan, mortalitas alami, fekunditas, umur matang gonad, breeding strategy, pola rekruitmen, dan mean trophic level.
Analisis Data
Sebaran frekuensi panjang
5
frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan dengan bantuan software Ms. Excel 2007.
Mortalitas dan laju eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang di linearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : konversi data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan Von Bartalanffy
t to ( ln1 (1 ))
Langkah 2 : menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk tumbuh dari panjang L1 ke L2 (t)
t t 2 t 1 ln1 1 2
Langkah 3 : menghitung (t+t/2) yang diasumsikan sama dengan t(L1)+ t/2
sama dengan
t 1+ 2 t2 o ln 1 1 2 1 2
Langkah 4 : menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang di linearkan yang dikonversikan ke panjang
ln t 1 2
1 2 c t
1+ 2
2
Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) = -Z. Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999) sebagai berikut :
0.8 e
0 0152 0 279 n + 0 6543 n +0 463 nL adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC). Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :
F = Z – M
Pendugaan L∞, k, dan to
oefisien pertumbuhan ( ) dan dapat diduga dengan menggunakan
6
t [1 exp( k t to )]
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu) adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), k adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. L , K, dan t0 didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode Non Parametrik Scoring of Von Bartanalff Growth Function melalui Software ELEFAN I (Electronic Length Frequencys Analysis) yang terintegrasi salam program FISAT II.
Mean tropic level
Stergiou dan Karpouzi (2002) membagi mean tropic level ke dalam empat kelompok yaitu herbivora (nilai trofik level = 2.0–2.1), omnivora cenderung herbivora (2.1< Trofik level <2.9), omnivora cenderung karnivora (2.9< Trofik level <3.7), dan karnivora (3.7< Trofik level <4.5). Nilai ini digunakan untuk input data kedalam analisis PSA.
Relung makanan
Evaluasi dari luas relung makanan mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan lebih beragam sebagai penentu distribusinya (Colwell dan Futuyma 1971).
i
∑ j
a i
Keterangan:
Ba = Standarisasi Relung
Pj2 = Kuadrat kelompok ikan ke-j
n = Jumlah organisme pada selang yang akan dicari Bi = Lebar relung/luas relung ikan ke-i
∑ j = Jumlah kuadrat kelompok ikan ke-j
Tumpang tindih relung makanan
Tumpang tindih relung makanan adalah penggunaan bersama sumber daya atau lebih oleh dua spesies ikan atau lebih atau tingkat kesamaan jenis makanan antara kelompok ikan pertama dan kedua (Colwell dan Futuyma 1971).
2∑ k j
7
Keterangan:
CH = Tingkat kesamaan jenis makanan Pj = Proporsi kelompok ikan ke-j Pk = Proporsi kelompok ikan ke-k Pj2 = Kuadrat kelompok ikan ke-j Pk2 = Kuadrat kelompok ikan ke-k
Nilai ekonomi
Nilai ekonomi yang dimaksud adalah harga jual ikan sidat yang dikaji dari berbagai ukuran. Nilai ekonomi ikan sidat didapat dari hasil wawancara dan data sekunder, sehingga didapatkan proporsi tangkapan ikan yang tertangkap. Analisis dilakukan pada parameter susceptabilitas dengan menduga kisaran harga termasuk bernilai rendah, sedang atau pun tinggi.
Tahapan PSA
Tingkat kerentanan dapat didekati melalui nilai produktivitas dan susceptabilitas. Produktivitas yaitu kapasitas pulih sumber daya, sedangkan susceptabilitas yaitu tingkat resiko sumber daya ikan terhadap aktivitas perikanan yang terjadi di perairan. Analisis produktivitas dan susceptabilitas dilakukan menggunakan software PSA yang dikembangkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) National Marine Fisheries Service. Analisis dilakukan dengan memasukan database ke dalam format Excel untuk masing-masing parameter produktivitas dan kerentanan. Patrick et al. 2009 menyatakan atribut yang termasuk dalam parameter produktivitas yaitu pertumbuhan intrinsik, umur maksimum, ukuran maksimum, koefisien pertumbuhan Von Bertalanffy, mortalitas alami, fekunditas, breeding strategy, pola rekrutmen, umur pertama matang gonad, dan mean trophic level. Analisis menggunakan PSA tidak hanya memperhatikan faktor biologi saja, tetapi juga mempertimbangan faktor ekologi.
Parameter susceptabilitas mengkaji manajemen dan kemampuan penangkapan terhadap sumber daya ikan (Patrick et al. 2009). Atribut yang termasuk dalam manajemen yaitu management strategy, F/M, spawning stock biomass (SSB), survival after capture, dan fishery impact to essential fish habitat. Area overlap, konsentrasi geografis, vertical overlap, seasonal migrations, schooling, aggregation, and other behavioral responses, morphology affecting capture, dan desirability or value of fishery merupakan atribut kemampuan penangkapan.
8
Kriteria atribut yang di gunakan adalah kriteria yang telah di modifikasi. Batasannya menurut jenis ikan sidat yang dikaji dari penelitian sebelumnya pada Lampiran 5 (Apriansyah 2014).
Penentuan kerentanan dengan menggunakan indeks PSA mengarah langsung pada nilai kerentanan stok secara keseluruhan (v), didefinisikan sebagai jarak Euclidean (Patrick et al. 2009):
v √ p s
Keterangan :
v = Indeks Kerentanan p = Skor Produktivitas s = Skor Susceptabilitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi lingkungan perairan Suhu
Hasil pengukuran suhu di perairan Sungai Cimandiri. Suhu berkisar antara 29±1 oC. Selanjutnya, suhu tertinggi pada bulan Agustus. Suhu tinggi pada bulan Agustus dikarenakan pada tersebut masih termasuk musim kemarau, dan terendah pada bulan September - Oktober yang sudah memasuki musim penghujan (Gambar 3).
Gambar 3 Grafik suhu di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 25,5
26 26,5 27 27,5 28 28,5 29 29,5 30 30,5
Juli Agustus September Oktober
S
u
h
u
(
o C)
9
Kekeruhan
Kisaran nilai kekeruhan sebesar 38.2±14.91 NTU. Tingkat kekeruhan tertinggi pada Bulan Juli dikarenakan adanya run off dari intensitas curah hujan yang tinggi dan terendah Agustus (Gambar 4).
Gambar 4 Grafik kekeruhan di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013
Kecerahan
Kisaran nilai kecerahan antara 29±5.91 cm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai kecerahan tertinggi adalah pada bulan Agustus, sedangkan terendah adalah pada bulan September (Gambar 5).
10
TSS (Total Suspended Solid)
Hasil pengukuran TSS berkisar antara 37±19 mg/L. Nilai tertinggi adalah pada bulan Oktober. TSS yang tinggi mengakibatkan kecerahan di perairan menjadi rendah. Nilai terendah adalah pada bulan Agustus (Gambar 6).
Gambar 6 Grafik TSS di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013
BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD merupakan salah satu parameter bahan organik. Selain itu, pengukuran nilai BOD untuk mengetahui seberapa besar bahan organik yang dimanfaatkan dan berpengaruh terhadap organisme di perairan. Hasil pengukuran BOD nilai yang di dapat pada perairan tersebut yaitu berkisar antara 2.73±0.18 mg/L. Nilai BOD setiap bulannya relatif sama, kandungan bahan organik di perairan relatif sama (Gambar 7).
Gambar 7 Grafik BOD di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 0
20 40 60 80 100 120 140 160 180
Juli Agustus September Oktober
T
S
S
(m
g/L
)
Bulan
0 1 2 3 4 5 6
Juli Agustus September Oktober
B
OD (
m
g/L
)
11
COD (Chemical Oxygen Demand)
Pengukuran nilai COD untuk mengetahui seberapa tingkat oksigen yang dimanfaatkan di perairan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. COD merupakan salah satu parameter bahan organik yang mudah terurai dan tidak mudah terurai. Nilai yang didapat dari pengukuran yaitu berkisar 23.62±9.04 mg/L. Nilai tertinggi adalah pada bulan Oktober dikarenakan bahan organik mudah terurai dan tidak mudah terurai pada bulan tersebut tinggi, sedangkan nilai terendah pada bulan September (Gambar 8).
Gambar 8 Grafik COD di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013
Hasil tangkapan sumber daya ikan sidat
Kelimpahan ikan sidat dihitung berdasarkan jumlah tangkapan ikan sidat setiap bulan di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu. Berdasarkan kelimpahan jumlah tangkapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9 Jumlah tangkapan ikan sidat di Sungai Cimandiri tahun 2013 0
10 20 30 40 50 60 70 80
Juli Agustus September Oktober
COD (
m
g/L
)
Bulan
0 20 40 60 80 100 120
Juli Agustus September Oktober
Hasi
l
T
an
gk
ap
an
(N
)
12
Gambar 10 Hasil tangkapan ikan sidat di perairan Sungai Cimandiri tahun 2013 Berdasarkan grafik jumlah tangkapan tertinggi pada bulan Oktober yaitu 58 ekor, dan jumlah tangkapan terendah bulan Agustus yaitu sebesar 29 ekor. Hasil tangkapan ikan sidat yang disajikan pada grafik menunjukkan bahwa nilai terbesar pada bulan September yaitu 6.05 kg, sedangkan terendah pada bulan Juli dengan hasil tangkapan 1.87 kg.
Parameter produktivitas dan susceptabilitas
Hasil analisis produktivitas dan susceptabilitas terhadap beberapa parameter dalam penentuan kerentanan sumber daya ikan sidat dengan memberikan skor pada kisaran nilai yang telah ditentukan pada modifikasi NOAA. Hasil analisis tersebut pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penentuan skoring pada ikan sidat terhadap parameter produktivitas dan susceptabilitas disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Skor produktivitas sumber daya ikan sidat (Apriansyah 2014)
Parameter Unit Nilai Produktivitas Skor
Juli Agst Sept Okt Juli Agst Sept Okt
1 Produktivitas rendah 2 Produktivitas sedang 3 Produktivitas tinggi
13
Tabel 3 Skor susceptabilitas sumber daya ikan sidat
Atribut Susceptabilitas Skor
Juli Agustus September Oktober
Management strategy 3 3 3 3
Area overlap 2 2 2 3
Konsentrasi geografis 3 3 3 3
Vertical overlap 1 1 2 2
F/M 2 2 2 2
SSB (Spawning Stock Biomass) 2 2 2 2
Migrrasi musiman 3 3 3 3
Schooling aggregation, and other
behavioral responsses 2 2 3 3
Morfology affecting 2 2 2 2
Survival after capture 2 2 2 2
Desirability/ Value of the Fishery 1 2 3 3
Fishery impact to essential fish
habitat 2 2 2 2
Rata rata 2.1 2.2 2 2,5
Keterangan: Skor Kategori
1 Susceptabilitas rendah 2 Susceptabilitas sedang 3 Susceptabilitas tinggi
Penomoran lingkaran pada Gambar 11 menunjukkan kerentanan sumber daya ikan sidat pada setiap stasiun yang diteliti. Posisi stasiun pada grafik akan menentukan tingkat kerentanan pada sumber daya ikan, garis warna merah yang menunjukkan bahwa ikan memiliki tingkat kerentanan tinggi. Kerentanan sedang ditunjukkan pada daerah garis warna hijau. Adapun garis warna biru menunjukkan daerah kerentanan rendah.
14
Hal ini, menandakan bahwa aktivitas penangkapan yang terjadi di kawasan tersebut telah melebihi batas, yaitu overfishing.
Gambar 11 Produktivitas dan susceptabilitas sumberdaya ikan sidat
Indeks kerentanan sumber daya ikan sidat
PSA merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis tingkat resiko kerentanan stok ikan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. PSA dapat digunakan untuk multispesies dengan menggunakan parameter biologi dan ekologi (Stobutzki et al. 2002, Patrick et al. 2009). Indeks kerentanan ikan sidat ditunjukkan pada Tabel 4.
Nilai Indeks kerentanan ikan sidat di setiap bulan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda. Nilai Kerentanan yang tertinggi pada bulan Oktober. Nilai indeks kerentanan terendah yaitu pada bulan Agustus dan September.
Tabel 4 Kerentanan sumber daya ikan sidat
No Stok Nilai
produktivitas*
Nilai susceptabilitas
Indeks
kerentanan Standar
1 Juli 2 2.1 1.5
≥1.8 (Patrick 2009)
2 Agustus 2.5 2.2 1.3
3 September 2 2 1.4
4 Oktober 1.3 2.5 2.3
Sumber: *Apriansyah (2014)
Kategori indeks kerentanan (Patrick 2009): Skor <1.6 = kurang rentan
15
Pembahasan
Kondisi lingkungan perairan
Ikan sidat dapat beradaptasi pada kisaran suhu 12-31 oC (Affandi dan Suhenda 2003). Suhu tersebut optimum digunakan untuk kegiatan pemijahan, pemeliharaan telur, perkembangan dan pertumbuhan (Wedemeyer 1993). Lingkungan dengan suhu rendah memengaruhi sistem fisiologis ikan sidat yang dapat menyebabkan pertumbuhan ikan akan melambat (Tsukamoto et al. 2001). Suhu di perairan Sungai Cimandiri masih dalam batas toleransi kehidupan ikan sidat. Selain suhu, salinitas menjadi faktor penting bagi kelangsungan hidup ikan sidat. Salinitas merupakan faktor utama yang menentukan migrasi dan distribusi dari ikan sidat. Salinitas yang bisa di toleransi oleh ikan sidat berkisar 0-35 psu (Sriati 1998). Salinitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin kecil. Salinitas Sungai Cimandiri berada pada kisaran toleransi dengan fase hidup ikan sidat yang ditemukan adalah elver. Suhu dan salinitas memengaruhi kelangsungan hidup elver di Sungai Cimandiri.
Kekeruhan air dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik, bahan anorganik, serta bahan tersuspensi maupun terlarut lainnya (Effendi 2000). Kekeruhan erat kaitannya dengan padatan tersuspensi. Peningkatan kekeruhan di Sungai Cimandiri memengaruhi jumlah tangkapan ikan sidat. Jumlah tangkapan ikan sidat meningkat pada saat tingkat kekeruhan tinggi. Hal ini diduga karena sumber makanan yang melimpah saat kondisi tersebut. Padatan tersuspensi berupa lumpur dapat menurunkan tingkat kecerahan air dan menurunkan produktivitas perairan (Nybakken 1988). Padatan tersuspensi mengganggu proses respirasi dari biota akuatik (Widigdo 2001). Perairan Sungai Cimandiri termasuk kategori TSS dengan kisaran 25-80 mg/L yang berpengaruh kecil terhadap kepentingan perikanan (Alabastar dan Liyod 1980).
BOD dan COD dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Sungai Cimandiri tergolong ke dalam perairan yang tercemar ringan dengan kisaran BOD antara 3.0-4.9 mg/L (Lee et al. 1978 in Muchtar 1990). Hal tersebut masih dalam toleransi untuk kelangsungan hidup ikan sidat karena berada di batas baku mutu aman untuk perikanan. Selain itu, ketika terjadinya peningkatan BOD diindikasikan bahwa terdapat banyak sumber makanan seperti plankton sehingga meningkatkan jumlah tangkapan ikan sidat. Pengamatan kualitas air beberapa parameter menunjukkan bahwa perairan Sungai Cimandiri tercemar ringan dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan sidat. Berdasarkan data kualitas air diketahui bahwa beberapa parameter berada dalam kisaran aman untuk kelangsungan hidup ikan sidat.
Tingkat kerentanan ikan sidat
16
tinggi. Selain itu, pada beberapa bulan sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kerentanan sumber daya ikan sidat di Sungai Cimandiri mendekati resiko rentan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penangkapan yang tinggi sehingga mengancam dan menurunkan populasi ikan sidat. Indeks kerentanan pada bulan tersebut termasuk kategori tingkat resiko rentan tinggi karena nilai melebihi 1.8 (Patrick et al. 2009). Tingkat resiko kerentaan tinggi menunjukkan (Seperti/misal,) bahwa peluang keberlanjutan yang rendah. Menurut Stobutzki et al. (2002), ikan yang memiliki nilai tertinggi pada produktivitas dan susceptabilitas memiliki peluang keberlanjutan yang rendah. Hal ini, di buktikan dengan matriks hubungan antara produktivitas dan susceptabilitas dengan tingkat resiko kerentanan terhadap peluang keberlanjutan sumber daya ikan (Lampiran 8). Menurut Stone (2003) in Edeline et al. (2003), saat ini keberadaan ikan sidat di perairan tawar (sungai) telah mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi dipengaruhi oleh penangkapan yang berlebih, degradasi lingkungan, polusi, serta infeksi penyakit yang ditimbulkan dari kondisi lingkungan perairan yang buruk (Haro et al. 2000 in Lin et al. (2012). Populasi ikan sidat di Sungai Cimandiri yang semakin menurun disebabkan oleh penangkapan yang tinggi, pengelolaan di daerah kawasan habitat ikan sidat yang masih rendah, dan pemahaman terhadap pengendalian penangkapan tidak dilakukan secara efektif. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan habitat dan gangguan pada pertumbuhan ikan sidat.
Produktivitas pada beberapa parameter menunjukkan bahwa sumber daya ikan sidat di Sungai Cimandiri memiliki kategori produktivitas rendah, di antaranya laju pertumbuhan ikan sidat yang lambat diindikasikan adanya gangguan dari kondisi perairan yang mengalami degradasi, ikan sidat yang tertangkap tidak pada ukuran panjang maksimum pada kisaran skor dengan nilai produktivitas yang tinggi dan menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap masih dalam kondisi stadia elver (ukuran sedang), pola pertumbuhan ikan sidat allometrik positif yaitu ikan yang tertangkap memiliki bobot yang besar. Laju mortalitas tangkapan terhadap ikan sidat mengalami peningkatan sehingga menyebabkan penurunan produktivitas sumber daya ikan sidat, hal ini perlu adanya pengelolaan terhadap aktivitas penangkapan di Sungai Cimandiri. Selain itu, mortalitas alami mengalami peningkatan pada bulan Oktober menunjukkan bahwa telah terjadinya degradasi lingkungan perairan Sungai Cimandiri yang mengakibatkan penurunan nilai produktivitas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa belum adanya manajemen dan kebijakan sumber daya ikan sidat di Sungai Cimandiri belum diterapkan secara maksimal. Elemen yang menyebabkan produktivitas meningkat ketika kepentingan bagi sumber daya ikan sidat terpenuhi pada kondisi optimal adalah dengan terpenuhinya aspek biologi maupun ekologi sumber daya ikan sidat, sebaliknya ketika mengalami penurunan maka aspek tersebut belum terpenuhi dengan baik. Peningkatan resiko dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengelolaan sumber daya perikanan, tidak ada batasan penangkapan, dan tidak ada langkah-langkah pertanggungjawaban yang proaktif. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik perlu dilakukan dan menjadi prioritas untuk menjamin keberlanjutannya.
17
fungsi dari habitat sebagai tempat migrasi ikan untuk melakukan reproduksi, sumber makanan, dan tempat perlindungan. Selain itu, harga ikan sidat yang tinggi mengakibatkan eksploitasi yang lebih tinggi dibandingkan kegiatan perikanan lainnya di sungai tersebut. Perubahan kondisi lingkungan perairan di Sungai Cimandiri dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan, seperti aktivitas masyarakat sekitar sungai, penambangan pasir, dan pembangunan PLTU. Gangguan yang terjadi di bagian hulu meliputi aktivitas masyarakat sekitar sungai dan pengaruh dari kegiatan pertanian (Lampiran 3). Menurut Conte (1993) mengatakan bahwa tidak ada penangkapan karena kondisi iklim yang tak menentu, pembangunan PLTU dan break water di dekat muara sungai dan pecemaran limbah pertanian dan rumah tangga. Berbagai gangguan tersebut akan mengakibatkan kerusakan terhadap habitat ikan sidat.
Pengelolaan sumber daya perikanan di Sungai Cimandiri
Pengelolaan yang berkelanjutan untuk sumber daya perikanan ikan sidat perlu dilakukan di Sungai Cimandiri. Menurut Mallawa (2006), pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial, dan ekonomi. Pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan tidak melarang aktivitas penangkapan yang bersifat ekonomi atau komersial tetapi dianjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan perairan atau kemampuan pulih sumber daya perikanan. Ikan sidat sebagai komoditas ekspor merupakan salah satu sumber penghasilan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga diperlukan pengelolaan yang benar agar tercapai perekonomian yang stabil dan tercapai kesejahteraan. Pengelolaan sumber daya perikanan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan para nelayan, menyediakan bahan pangan, menyediakan bahan baku industri, menghasilkan devisa bagi negara, mengetahui porsi optimum pemanfaatan oleh armada penangkapan ikan, dan menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan berdasarkan tangkapan maksimum lestari (Boer dan Aziz 1995).
Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi aktivitas penangkapan yang meningkat pada beberapa bulan di Sungai Cimandiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan produktivitas sumber daya ikan sidat pada bulan Oktober. Tidak ada ikan sidat dengan ukuran stadia yang lebih besar yang tertangkap di perairan tersebut karena terjadi banjir yang menyebabkan nelayan sulit mendapatkan ikan dengan ukuran stadia lebih besar atau ukuran matang gonad. Selain itu, ketersediaan benih dapat menurunkan produktivitas sumber daya ikan sidat. Penurunan produktivitas perikanan dipengaruhi oleh perubahan biologis serta ekologis dari sumber daya ikan sidat.
18
utama penyebab terjadinya peningkatan resiko tersebut. Selain itu, pengelolaan untuk mendukung kelestarian stok dan habitat sumber daya perikanan tidak dilakukan dengan baik.
Pemerintah daerah harus berperan aktif dalam pelaksanaan pengelolaan sungai secara ramah lingkungan. Selain itu, melakukan restocking pada beberapa titik Sungai Cimandiri menjadi salah satu upaya melestarikan keberadaan ikan sidat. Restocking akan mempertahankan keberlajutan sumber daya perikanan (Feunteun 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat kerentanan ikan sidat di Sungai Cimandiri memiliki resiko potensi kerentanan yang tinggi dan tingkat peluang keberlanjutan yang rendah karena memiliki nilai produktivitas rendah dan susceptabilitas yang tinggi. Pengelolaan terhadap stok dan habitat secara lestari dan berkelanjutan perlu diterapkan di Sungai Cimandiri berdasarkan analisis tingkat kerentanan pada setiap bulan.
Saran
Perlu adanya tambahan data dalam pengamatan yang dilakukan. Penambahan data berupa stok panjang maksimum dengan melakukan pengambilan sampling hingga ke hulu sungai atau melakukan penangkapan ikan sidat berukuran dewasa, dan matang gonad. Waktu pengamatan di tambah menjadi satu tahun, untuk lebih menghasilkan data yang lebih representatif. Pengelolaan stok dan habitat secara berkelanjutan dan lestari perlu di terapkan untuk menjaga kondisi sungai tersebut agar tetap dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association, [AWWA] American Water Works Association, [WEF] Water Environment Federation. 2012. Standard Methods For The Examination of Water and Wastewater. 22nd edition. New York (US): APHA.
Affandi R, Suhenda N. 2003. Teknik budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan Tropik.Jakarta (ID): BPPT.
Alabastar JS dan Liyod. 1980. Water quality criteria for freshwater fish. Butter worts. London – Boston. 295p.
Aoyama J. 2009. Life history and evolution of migration in catadromous eels (Genus Anguilla). Aqua-BioSci.Monogr.(ABSM). 2 (1): 1-42.
19
Arai T, Chino N, Zulkifli SZ, dan Ismail A. 2011. Age at maturation of a tropical eel (Anguilla bicolor bicolor) in peninsular Malaysia. Malays. Appl. Biol. 40(1): 51-54.
Boer M, Aziz KA . 1995. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan sumber daya perikanan melalui pendekatan bio-ekonomi. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 3(2): 109-119.
Colwell, RK , DJ Futuyma. 1971. On the measurement of the Niche Bredth and overlap Ecology. 52(4): 567-576.
Conte SF. 1993. Evaluation of freshwater site foraquaculture potential. California (US): WRAC Publication.
Edeline E, Lambert P, Riguad C, Elie P. 2005. Effect of body condition and water temperature on Anguilla anguilla glass eel migratory behavior. Journal of experimental marine biology and ecology. 331; 217-225.
Effendi H. 2000. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Feunteun E. 2002. Management and restoration of European eel population (Anguilla anguilla): An impossible bargain. Ecological Engineering. 18:575– 591.
Gulland JA. 1971. The fish resources of the oceans. FAO Fishing News. Surrey. Haro A, W Richkus, K Whalen, A Hoar, WD Busch, S Lary et al. 2000.
Population decline of the American eel: implications for research and management. Fisheries 25:7-16.
Mallawa A. 2006. Pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Disajikan pada Lokakarya Agenda Penelitian Program COREMAP II Kabupaten Selayar.
Muchtar I. 1990. Distribusi spasial beberapa parameter kualitas airakibat limbah penambangan minyak bumi di Selat Rupai Dumai. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Northcote, TG.1978. Migratory strategies and production in freshwater fishes. In: Ecology of Freshwater Production (ed. S. D. Gerking), pp. 326–359. Blackwell, Oxford.
Nybakken JW. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh HM Eidman et al. Jakarta(ID). PT.Gramedia.
Patrick W.S, Spencer P, Ormseth O, Cope J, Field J, Kobayashi D, Gedamke T, Cortés E, Bigelow K, Overholtz W, Link J, Lawson P. 2009. Use of productivity and susceptibility indices to determine stock vulnerability, with Example Applications to Six U.S. Fisheries. Washington (USA): NOAA. Sriati. 1998. Telaah struktur dan kelimpahan populasi benih ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) di muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Stobutzki I, Miller M, Heales D, Brewer D. 2002. Assessing the sustainability of elasmobranch bu-cacth in a parwn trawl fishery: a method for deadling with high diversity and limited information (Elasmobranch Fisheries-Poster). Nortwest Atlantic Fisheries Organization SCR Doc.02/82.
20
Sparre P dan SC Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Terjemahan: Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. Penerjemah: Tim Puslitbangkan Balitbang Pertanian. Jakarta(ID) : Puslitbangkan Balitbang Pertanian.
Tsukamoto K, Arai T, Limbong D, dan Otake T. 2001. Recruitment mechanisms of tropical eels (Anguilla spp.) and implications for the evolution of oceanic migration in the genus Anguilla. Marine ecology progress series. 216: 253-264.
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of fish inintensive culture system. New York (US) : International Thompson Publishing.
Widigdo B. 2001. Rumusan kriteria ekobiologis dalam menentukan potensi alami kawaasan pesisir untuk budidaya tambak. Catatan kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor(ID). PS-SPL IPB.
www.fishbase.org. Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor). [internet]. [diunduh
2014 Juni 09]. Tersedia pada:
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)
Lampiran 2 Alat tangkap yang digunakan
Bubu bambu digunakan untuk menangkap sidat ukuran besar
Bubu jaring digunakan untuk menangkap sidat semua ukuran Lampiran 3 Aktivitas di Hulu Sungai Cimandiri
vv
1: 6
1 : 11
22
Lampiran 4 Data kualitas air
Parameter Nilai Bulan
Juli Agustus September Oktober
Salinitas ppm 0 0 0 0
Kecerahan (cm)
max 43 44 27 37
min 18 20 16 24
rata 32 34 21 30
Suhu (C)
max 29 30 29 28
min 28 29 27 27
rata 29 29 28 28
TSS (mg/L)
max 83 40 55 153
min 20 8 9 22
rata 38 26 21 64
Kekeruhan (NTU)
max 83 40 55 153
min 20 8 9 22
rata 40 26 28 59
BOD (mg/L)
max 5.30 5.70 2.80 3.80
min 0.60 0.40 2.00 1.90
rata 2.93 2.64 2.52 2.83
COD (mg/L)
max 20.37 60.61 39.77 75.50
min 9.31 14.33 5.26 9.69
rata 16.35 27.91 15.90 34.31
Lampiran 5 Skor atribut produktivitas untuk menduga kerentanan yang telah dibuat oleh NOAA
Atribut Produktivitas Skor
Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)
R >0.5 0.16-0.5 <0.16
Umur maksimum <10 tahun 10-30 tahun >30 tahun
Panjang maksimum <60 cm 60-150 >150
K >0.25 0.15-0.25 <0.25
M >0.40 0.20-0.40 <0.20
Fekunditas >10 10-10 <10
Umur matang gonad <2 tahun 2-4 tahun >4 tahun
23
Lanjutan lampiran 5 Skor atribut ikan sidat (modifikasi Apriansyah 2014) Atribut
Produktivitas Unit
Skor
Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)
SFP mm 314.3157 314.3157-365.1493 365.1493
Lmax cm 446.5454 446.5454-485.9546 485.9546
k /tahun 0.9986 0.9987-1.1464 1.1464
t0 /tahun -0.0727 -0.0727- (-0.0633) -0.0633
b - 3.0881 3.0881-3.3538 3.3538
M /tahun 0.7973 0.7971-0.8758 0.8758
F /tahun 2.8800 2.8791-3.7888 3.7886
Umur bulan 14.9043 14.901-17.098 17.0957
Lampiran 6 Skor atribut susceptabilitas untuk menduga kerentanan yang telah dibuat oleh NOAA
Atribut Susceptabilitas Rendah (1) sedang (2) Tinggi (3)
Management strategy Stok memiliki
batasan penangkapan
Konsentrasi geografis Distribusi stok > 50% dari total
Vertical overlap < 25% stok berada
di kedalaman
SSB (Spawning Stock
Biomass)
Migrasi musiman Migrasi musiman
24
Lanjutan lampiran 6
Atribut Susceptabilitas Rendah (1) sedang (2) Tinggi (3)
Schooling aggregation
Morfology affecting Morfologi spesies
menunjukkan
Survival after capture Ketahanan setelah
penangkapan sekitar
Lampiran 7 Hasil analisis susceptabilitas Atribut
Area overlap 45% di wilayah
penangkapan
Vertical overlap 40% di
25
Lampiran 8 Matriks hubungan produktivitas dan suscetabilitas terhadap tingkat kerentanan dengan peluang keberlanjutan sumber daya ikan
Prameter Susceptabilitas
26
Lampiran 9 Sumber data analisis susceptabilitas
Parameter Sumber basis data Analisis data Management
strategy
Distribusi Data yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap nelayan mengenai pengelolaan sumber daya ikan di perairan yang dilakukan penelitian.
Area overlap Distribusi % alternatif terhadap alat penangkapan ikan utama dengan alat penangkapan sampingan.
Konsentrasi geografis
Distribusi Besarnya hasil tangkapan ikan utama, dengan tangkapan sampingan terhadap sebaran penangkapan.
Vertical overlap Data panjang % alternatif penggunaan alat tangkap berdasarkan penggunaannya dengan kedalaman perairan.
F/M Data panjang Dengan mengetahui laju mortalitas tangkapan dan mortalitas alami.
SSB (Spawning Stock Biomass)
Biomassa hasil tangkapan
% komposisi tangkapan ikan berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh.
Musim migrasi Data migrasi Pengaruh pola migrasi ikan terhadap jumlah tangkapan.
Schooling aggregation
Schooling Informasi mengenai kebiasaan ikan selama bermigrasi bergerombol atau soliter.
Morfology affecting
Morfologi Pengaruh morfologi terhadap selektivitas alat tangkap, apakah ramah lingkungan atau tidak.
Survival after capture
Morfologi Informasi mengenai seberapa lama ketahanan ikan setelah penangkapan untuk dapat hidup.
Desirability/ Value of the Fishery
Nilai Ekonomi ikan Data wawancara harga penjualan ikan pada transaksi yang dilakukan nelayan dengan konsumen.
Fishery impact to essential fish habitat
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Deni Rahmat Hidayat, lahir di Sumedang 07 Agustus 1992, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari ibu bernama Anasih Priantini (Almh.) dan ayah Ikin Sodikin. Penulis mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN Malaka lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di SMPN 1 Situraja lulus pada tahun 2007 dan dilanjutkan sekolah di SMAN 1 Situraja lulus pada tahun 2010.
Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.