PROTOTYPE SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN
PADA BIBIT KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN
PENDEKATAN USABILITY ENGINEERING
THOYYIBAH T
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Prototype Sistem Berbasis Pengetahuan Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Pendekatan Usability
Engineering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Thoyyibah T
RINGKASAN
THOYYIBAH T. Prototype Sistem Berbasis Pengetahuan Pada Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Usability Engineering. Dibimbing oleh AGUS BUONO dan IRMAN HERMADI.
Salah satu cara untuk menjamin pengembangan kelapa sawit di Indonesia adalah dengan menjamin ketersediaan bibit unggul. Pada tahun 2009 – 2010 perkiraan ketersediaan bibit dalam negeri adalah ± 160 juta bibit, sedangkan permintaan terhadap bibit kelapa sawit dalam negeri adalah ± 230 juta bibit. Oleh karena itu masih terdapat kekurangan bibit kelapa sawit sekitar ± 70 – 80 juta bibit. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah menetapkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai salah satu produsen sekaligus penyalur resmi bibit kelapa sawit untuk membantu dan memenuhi kebutuhan bibit kelapa sawit dalam negeri. Lebih jauh lagi perkembangan industri perkebunan kelapa sawit selama ini belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan industri perbibitan yang memadai, padahal bibit sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit secara umum.
Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang bibit yang bermutu dan penyebaran informasi tentang bibit kelapa sawit yang belum mencapai petani. Sehingga banyak petani memakai bibit asalan (tidak bermutu). Faktor lain yang menyebabkan hal ini juga adalah harga bibit asalan lebih murah dari bibit unggul, jarak antara kebun dengan sumber bibit unggul jauh dan juga kelihaian para pemasok bibit asalan kepada petani.
Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan prototype Knowledge
Management System (KMS) pada bibit kelapa sawit. Rancangan ini menggunakan
metode pengembangan sistem yang diadopsi dari Knowledge Management Sistem
Life Cycle (KMSLC) dengan pendekatan usability engineering. Usability sangat
diperlukan untuk mengevaluasi sistem yang akan dirancang. KMSLC yang digunakan terdiri dari analisis, identifikasi sumber daya, identifikasi sumber pengetahuan, perancangan, verifikasi dan validasi KMS, implementasi KM sistem serta pengujian sistem.
Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari petani sawit. Perancangan yang digunakan terdiri dari beberapa tahap yaitu perancangan sistem dan perancangan basis data. Hasil dari implementasi KM sistem berupa prototype
aplikasi Android yang datanya bisa diunduh. Dengan adanya KMS pada bibit kelapa sawit ini, dapat membantu petani untuk menentukan bibit yang tepat. Kata kunci: Kelapa Sawit, Knowledge Management System, KMSLC, Usability
SUMMARY
THOYYIBAH T. Prototype Knowledge-Based Systems In Oil Palm Seedlings Using Usability Engineering. Supervised by AGUS BUONO and IRMAN HERMADI.
One way to ensure the development of palm oil in Indonesia is to ensure the availability of quality seeds. In the year 2009 - 2010 forecasts seed availability in the country is ± 160 million seedlings, while the demand for palm oil seeds in the country is ± 230 million seedlings. Therefore there is still a shortage of oil palm seedlings around ± 70-80 million seedlings. To overcome this, the government established Oil Palm Research Center as one of the official producer and distributor of oil palm seedlings to assist and meet the needs of domestic oil palm seedlings. Further development of the palm oil industry has not fully followed by an adequate increase in breeding industry, whereas seed plays an important role in improving the productivity of oil palm in general.
This is due to the lack of knowledge on seed quality and dissemination of information on oil palm seedlings that have not reached the farmers. So many farmers put seeds at random (not qualified). Another factor that caused this is also the price is cheaper than seedlings random seeds, the distance between the source of garden seeds is far and also shrewdness suppliers random seed to farmers.
The purpose of this study is to develop a Knowledge Management System (KMS) for oil palm seed selection. This design uses a system development method adopted from a Knowledge Management System Life Cycle (KMSLC) with usability engineering approach. Usability is needed to evaluate the system. KMSLC consists of the analysis, resource identification, identification of sources of knowledge, the design, verification and validation of KMS, KM system implementation and system evaluation.
The analysis is performed to determine the characteristics of oil palm farmers. The design used consists of several stages including system design and database design. This research yield a prototype of KMS based on Android which can be downloaded. It is expected that this application can help farmer to determine the proper seed.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer
PROTOTYPE SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN
PADA BIBIT SAWIT MENGGUNAKAN
PENDEKATAN USABILITY ENGINEERING
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
Judul Tesis : Prototype Sistem Berbasis Pengetahuan Pada Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Pendekatan Usability Engineering
Nama : Thoyyibah T NIM : G651120111
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom Ketua
Irman Hermadi, SKom, MS, PhD Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli 2013 dengan judul Prototype Sistem Berbasis Pengetahuan Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Pendekatan Usability
Engineering.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom dan Bapak Irman Hermadi, SKom, MS, PhD selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, serta kepada Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku pakar dari Agronomi. Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua dosen dan staf Departemen Ilmu Komputer IPB yang telah membantu selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, Bg Khairul Anwar, Kk Ikke, Bg Amri, Sayyidah, Nurhafizoh, M. Abdul Basid atas doa, perhatian dan kasih sayangnya. Teman-teman Dwi Regina (Ica, Mentari, Inna, K Yudit, Lian, Desi, Tari, Astris, Katik, Asri dll), teman sepembimbingan Bapak Irman dan Bapak Agus (Surianti, Ahmad, Inggih, Fadillah, Sanusi, Yusra, Yessy, Nia, Pak Edi) dan teman-teman seperjuangan angkatan 13.5 dan 14 Ilmu Komputer IPB yang selalu bersama penulis dua tahun ini, terima kasih atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Pengetahuan 3
Representasi Pengetahuan 4
Manajemen Pengetahuan 4
Sistem Manajemen Pengetahuan 4
Menangkap Pengetahuan 4
Kodifikasi Pengetahuan 4
Usability Engineering 5
Metode Pengembangan Prototype Sistem Manajemen Pengetahuan 6
Bibit Kelapa Sawit 6
3 METODE PENELITIAN 7
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9
5 KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
1 Varietas sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah 7
2 Varietas sawit berdasarkan warna kulit 7
3 Anggota tim KMS 10
4 Verifikasi dan validasi KMS 14
5 Keberhasilan prototype Sistem 16
6 Perhitungan skor hasil pengujian SUMI 17
DAFTAR GAMBAR
1 Metodologi penelitian 7
2 Knowledge map bibit kelapa sawit 11
3 DFD level 0 prototype KMS bibit sawit 12
4 DFD level 1 prototype KMS bibit sawit 12
5 Entity relationship diagram prototype sistem 13
6 Halaman utama prototype sistem 15
7 Halaman bibit 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Form karakteristik pengguna 22
2 Tabel hasil analisis pengguna 23
3 Pengantar Kuesioner 24
4 Kuesioner SUMI 25
5 Pertanyaan wawancara 26
6 Hasil wawancara 26
7 Petunjuk teknis 27
8 Varietas kelapa sawit unggul PPKS 30
9 Memilih bibit sawit 32
10 Ketentuan hukum perbibitan 33
11 Standar perbibitan 33
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Eleis guinensis Jack) memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Pada masa orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah pun terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan dikelola oleh rakyat (Fauzi et al. 2002).
Salah satu cara untuk menjamin pengembangan kelapa sawit di Indonesia adalah menjamin ketersediaan bibit unggul dan bermutu. Data Direktorat Jenderal Perkebunan (2008a) menunjukkan perkiraan ketersediaan bibit dalam negeri pada tahun 2009 – 2010 adalah ± 160 juta bibit, sedangkan permintaan terhadap bibit kelapa sawit dalam negeri adalah ± 230 juta bibit. Oleh karena itu masih terdapat kekurangan bibit kelapa sawit sekitar ± 70 – 80 juta bibit. Pemerintah telah menetapkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai salah satu produsen sekaligus penyalur resmi bibit kelapa sawit untuk membantu dan memenuhi kebutuhan bibit kelapa sawit dalam negeri. Penetapan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. KB – 320/261/KPTS/5/1984. Penetapan PPKS sebagai salah satu produsen bibit kelapa sawit di Indonesia mendorong dan mengharuskan PPKS meningkatkan kapasitas produksi bibitnya sehingga kekurangan bibit kelapa sawit di dalam negeri dapat diatasi (Kurnila 2009).
Disamping itu perkembangan industri perkebunan kelapa sawit selama ini belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan industri perbibitan yang memadai, padahal bibit sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit secara umum. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang arti bibit yang bermutu karena kurangnya penyebaran informasi terhadap bibit kelapa sawit terutama terhadap masyarakat petani. Penggunaan bibit kelapa sawit tidak bermutu yang pada umumnya digunakan pada perkebunan rakyat dilatarbelakangi oleh kesenjangan antara masyarakat dengan produsen bibit karena ketidaktahuan para pengguna tentang bibit unggul akibat kurangnya sosialisasi, harga bibit asalan (tidak bermutu) lebih murah dari bibit unggul, jarak antara kebun dengan sumber bibit unggul jauh dan juga kelihaian para pemasok bibit asalan (tidak bermutu) kepada para pemakai. (PPKS [tahun tidak diketahui])
dan kesejahteraan petani (Suryantini 2001). Dengan adanya masalah kurangnya pengetahuan para petani dalam mengelola lahan bibit terutama pada perkebunan sawit maka perlu dibangun sistem yang bisa menyimpan dan menyalurkan informasi sehingga bisa digunakan oleh petani sawit dan dapat menentukan bibit yang cocok untuk digunakan di suatu daerah.
Kamilah (2012) membuat sistem manajemen pengetahuan untuk menyimpan dan mengunduh file, pemilihan varietas dan konsultasi dalam pemilihan bibit dan varietas unggul padi. Supriyanto (2011) membuat sistem konsultasi agribisnis cabai secara online berbasis web untuk pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, forum diskusi dengan pakar dll. Yuniar (2013) mengembangkan sistem manajemen pengetahuan hama kedelai. Sistem manajemen pengetahuan merupakan sebuah sistem yang dibangun untuk bertukar dan menciptakan pengetahuan dalam pertanian organik (Soulignac et al. 2012).
Menurut Davenport dan Prusak (1998) Knowledge adalah penggabungan antara pengalaman, nilai, informasi kontekstual, pandangan dan intuisi para pakar yang membangun lingkungan dan kerangka evaluasi dan juga gabungan pengalaman dan informasi baru. Menurut Fernandez dan Sabherwal (2010) sistem manajemen pengetahuan merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisasi yang dibangun untuk mendukung proses manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan telah dipraktekkan selama bertahun-tahun dalam organisasi yang menghargai suatu pengetahuan. Pengetahuan telah memotivasi peneliti dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana mendefenisikan dan mengoperasionalkan gagasan manajemen pengetahuan (Wild 2008).
Manajemen pengetahuan saat ini fokus pada akuisisi pengetahuan, penyimpanan, pengambilan dan pemeliharaan (Qwaider 2011). Akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan penyerapan pengetahuan dari domain expert dilakukan dengan metode diskusi bebas (talk through) maupun membuat kuisioner kepada ahli (pakar) dan studi pustaka terkait.
Penelitian ini menggunakan pendekatan usability engineering dan metode
knowledge management system life cycle (KMSLC). Usability merupakan
pengukuran karakteristik produk berdasarkan user interface dengan tingkatan baik dan lemah (Mayhew 1999). Usability sangat diperlukan untuk mengevaluasi sistem yang akan dirancang. Nielsen (2012) menggunakan pengujian usabilitas
melalui kuesioner terhadap pengguna. KMSLC yang digunakan merupakan adopsi dari KMSLC dari Awad dan Gaziri (2010) yang terdiri dari analisis, identifikasi sumber daya, identifikasi sumber pengetahuan, perancangan, verifikasi dan validasi KMS, implementasi KM sistem dan evaluasi sistem.
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan prototype sistem berbasis pengetahuan bibit kelapa sawit.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penerapan KMS ini yaitu petani bisa mengetahui bibit sawit yang akan ditanam serta memberikan alternatif media pembelajaran bagi petani tentang bibit kelapa sawit secara interaktif.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Sumber data yang digunakan meliputi dokumen buku dan jurnal terutama yang berasal dari pusat penelitian kelapa sawit.
2. Pengembangan prototipe menggunakan KMS Life Cycle dengan pendekatan
usability engineering.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan yaitu metode yang digunakan sebagai cara perolehan pengetahuan dari para pakar. Proses representasi dalam format data supaya mudah dipahami oleh manusia menggunakan komputer sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan (Turban et al. 2007).
Manajemen Pengetahuan
Menurut Fernandez dan Sabherwal (2010) manajemen pengetahuan merupakan hasil maksimal dari sumber pengetahuan yang dibutuhkan oleh seseorang. Manajemen pengetahuan juga merupakan proses pengelolaan pengetahuan dengan cara penangkapan, penyimpanan, dan penyebaran pengetahuan dengan menggunakan media teknologi informasi (Lai 2007). Disamping itu manajemen pengetahuan merupakan bidang studi yang dapat meningkatkan proses berbagi, penyaluran, menciptakan, menangkap, dan pemahaman pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut tidak sia-sia (Gottschalk 2006). Manajemen Pengetahuan terdiri dari sistem perangkat lunak serta mengintegrasikan dan menyebarkan informasi bagi pengguna untuk proses pembelajaran dan membuat keputusan (Rhem 2006).
Sistem Manajemen Pengetahuan
Menurut Fernandez dan Sabherwal (2010), sistem manajemen pengetahuan adalah integrasi teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk mendukung proses manajemen pengetahuan. Sistem manajemen pengetahuan dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu aplikasi pengetahuan, menangkap pengetahuan, berbagi pengetahuan, penemuan pengetahuan, maka pengetahuan yang terdapat pada sistem tersebut bisa digunakan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Menangkap Pengetahuan
Menangkap pengetahuan bukanlah tugas yang mudah. Pengetahuan yang diambil bisa berupa dokumen-dokumen atau pengetahuan dari para pakar. Menurut Awad dan Ghaziri (2010) salah satu definisi menangkap pengetahuan yaitu transfer pengetahuan dari para pakar ke dalam sebuah progran. Teknik yang digunakan untuk menangkap pengetahuan yaitu On-Site Observation artinya pengamatan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan merekam untuk memecahkan suatu masalah atau pengamatan di lapangan dengan membawa pengembang lebih dekat pada langkah nyata, teknik, dan prosedur yang digunakan.
Kodifikasi Pengetahuan
5
digunakan oleh para anggota organisasi. Alat atau prosedur pengetahuan terdiri dari:
1. Knowledge Map merupakan sebuah representasi visual dari suatu
pengetahuan yang saling terhubung antara satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian proses.
2. Frames merupakan kodifikasi pengetahuan melalui pengalaman sebelumnya.
3. Production Rules merupakan representasi dari pengetahuan yang merupakan
bentuk populer dari pengetahuan tacit. Rule yang digunakan berupa pernyataan yang menentukan tindakan yang akan diambil dalam kasus tertentu. Sintaksnya adalah : IF(premise) THEN (action).
4. Case-Based Reasoning merupakan kumpulan kasus yang dipecahkan dengan
melibatkan pakar. Mendokumentasikan banyak kasus sehingga bisa digunakan ketika terdapat kasus yang mirip.
Usability Engineering
Usability merupakan interaksi antara media dengan pemakai (Edwards et al.
2008). Perencanaan Tahap awal sistem menggunakan usability dan interface
untuk pemakai (Hafit et al. 2011). Menurut Barendregt et al. (2003) Usability
dapat dilihat sebagai salah satu kriteria untuk memastikan tingkat baik dan buruknya suatu produk. Barendregt et al. (2006) mengatakan masalah di usability
disebabkan oleh kekurangan pengetahuan yang sering teridentifikasi pada saat pertama kali menggunakan sistem. Usability produk software telah menjadi faktor kunci kualitas software (Abran et al. 2003).
Usability adalah salah satu bagian yang terpenting untuk mengetahui
karakteristik dari kualitas sebuah sistem (Diah et al. 2010). Nielsen (2012) mendefinisikan usability sebagai atribut kualitas yang menilai seberapa mudah
user interface digunakan, sehingga memungkinkan user untuk mengembangkan
tugas secara jelas, transparan, dan bermanfaat. Menurut Mayhew (1999) Usability
engineering merupakan suatu disiplin yang menyediakan metode terstruktur untuk
mencapai kegunaan dalam desain antarmuka pengguna selama pengembangan produk. Tahap – tahap dari usability engineering yaitu:
a. Identifikasi user, yaitu sebelum mendesain interface hal yang paling penting
yaitu melakukan pemahaman terhadap penggunaan sistem. Menurut Chung et al. (2010) identifikasi user menggunakan kuesioner melalui beberapa pertanyaan mengenai jenis kelamin, umur, pendidikan, dan lain-lain.
b. Mendisain tampilan interface, yaitu mendesain aktivitas pengguna di dalam sistem.
Metode Pengembangan Prototype Sistem Manajemen Pengetahuan
Metode yang digunakan dalam pembuatan sistem ini yaitu Knowledge
Management System Life Cycle Awad dan Ghaziri (2010). Tahapan pembentukan
sistem manajemen pada model ini meliputi :
a. Analisis, yaitu dengan melakukan analisa infrastruktur manajemen pengetahuan yang sedang berjalan sehingga infrastruktur tersebut dapat dikembangkan dan diperbaiki sesuai dengan kebutuhan.
b. Identifikasi sumber daya, yaitu dengan melakukan identifikasi stakeholder
yang kemudian dilibatkan dalam pembuatan sistem manajemen pengetahuan. c. Identifikasi sumber pengetahuan, yaitu menangkap pengetahuan baik berupa
pengetahuan tacit maupun explicit untuk kemudian didokumentasikan. Dilakukan dengan merubah buku, jurnal, prosiding menjadi cd atau file-file elektronik.
d. Perancangan, yaitu menggambarkan secara detail mengenai rancangan dari aplikasi sistem manajemenen pengetahuan yang akan dikembangkan.
e. Verifikasi dan validasi KMS, yaitu menyesuaikan pengetahuan yang terdapat pada proses perancangan.
f. Implementasi KM sistem, menerapkan pengetahuan pada sebuah sistem yang dilanjutkan dengan pengujian sistem, yaitu mengukur keberhasilan sistem apakah sudah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.
Bibit Kelapa Sawit
Menurut Tarigan dan Sipayung (2011) tanaman kelapa sawit pertama kali di Indonesia melalui koleksi tanaman Kebun Raya Bogor tahum 1848. Didalam buku Budidaya Kelapa Sawit oleh Sastrosayono 2006 klasifikasi kelapa sawit terdiri dari divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo palmales, famili palmaceae, genus elaeis, spesies elaeis guineensis, varietas
elaeis guineensis dure. Dirjen Perkebunan (2012) menyatakan bahwa varietas
unggul merupakan varietas berasal dari varietas unggul D x P yang telah dilepas secara resmi oleh Menteri Pertanian. Bibit kelapa sawit yang asli merupakan hasil produksi di kebun bibit khusus yang sudah disertifikasi dengan cara menyilangkan pohon ibu induk Dura (D) dengan pohon bapak Pisifera (P) yang telah teruji keunggulannya. Berasal dari varietas unggul D x P yang telah dilepas secara resmi oleh Menteri Pertanian.
7
Tabel 1 Varietas sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Sumber: Fauzi et al. 2007
Tabel 2 Varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah
Sumber: Fauzi et al. 2007
3 METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan yaitu metode yang diadopsi dari KMSLC yang terdapat pada Awad dan Ghaziri (2010). Metode pada Gambar 1 terdiri dari analisis, identifikasi sumber daya, identifikasi sumber pengetahuan, perancangan, verifikasi dan validasi KMS, implementasi KM prototipe.
Daging buah relatif tipis 35-50% terhadap buah
2. Pisifera Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
Daging buah lebih tebal dari daging buah dura
3. Tenera Tempurung tipis (0.5 - 4 mm)
Daging buah sangat tebal (60 – 96 % dari buah)
4. Macro carya Tempurung Tebal sekitar ( 5 mm)
Daging buah sangat tipis
No Nama Warna buah muda Warna buah masak
1. Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman
2. Virescens Hijau Jingga kemerahan, ujung buah
tetap hijau
3. Abescens Keputih-putihan Kekuning ujungnya ungu
Analisis
Proses analisis ini merupakan tahap pertama pada usability engineering
melalui kuesioner untuk mengetahui karakteristik pengguna. Teknik pengambilan sampel responden yaitu menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini mengarahkan teman-temannya untuk dijadikan sampel juga sehingga sampelnya
menjadi besar (Sugiyono 2013) atau dengan kata lain teknik snowball sampling
dilakukan dengan cara menggunakan satu responden kemudian dari satu responden tersebut diminta untuk memberikan referensi responden lainnya yang mereka ketahui. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karateristik dari pengguna sistem nantinya. Pendeskripsian karakteristik pengguna melalui usia, jenis kelamin, jenjang pendidikan, frekuensi penggunaan internet. Dengan demikian hasil tersebut dapat digunakan sebagai pedoman pembuatan antarmuka pemakai (Hamidah 2013).
Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya untuk KMS dilakukan dengan membentuk tim KM yang dibuat terdiri atas petani dan pakar kelapa sawit dari Agronomi, Dirjen Pertanian, Sistem Analis dan Programmer. Petani sawit bertanggung jawab memberikan pengalamannya. Pakar kelapa sawit memberikan pengetahuan berupa pengetahuan yang bersifat tacit maupun explicit. Sistem analis bertanggung jawab terhadap identifikasi semua fungsi KMS yang akan dibangun pada sistem.
Programmer akan melakukan implementasi pengetahuan ke dalam sistem melalui
proses coding menggunakan bahasa pemrograman Java.
Identifikasi Sumber Pengetahuan
Pada tahap ini penulis melakukan identifikasi sumber pengetahuan baik yang explicit maupun tacit dengan cara merubah dokumen asli misalnya jurnal dan buku yang disimpan secara elektronik. Begitupun dengan pengetahuan tacit
yaitu melibatkan pakar yang dilakukan dengan cara wawancara dan on-site
observation. Wawancara dilakukan dengan bertemu terhadap pakar serta
melakukan diskusi. Proses on-site observation dilakukan dengan cara menafsirkan penjelasan dari pakar.
Perancangan
Perancangan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu perancangan prototype
sistem dan perancangan basis data. Perancangan prototype sistem berupa alat atau pengetahuan yang telah ditangkap kemudian diubah ke dalam pengetahuan
explicit yang kemudian akan digunakan sebagai bahan untuk membangun dari
9
menggunakan ERD (Entity Relationship Diagram) yang menggambarkan relasi data dalam database.
Verifikasi dan Validasi KMS
Tim KM akan melakukan verifikasi dan validasi terhadap rancangan KMS yang akan dibuat. Proses perancangan akan diverifikasi dan divalidasi kepada pakar, agar pengetahuan yang dihasilkan akurat dan sesuai dengan pengetahuan pakar.
Implementasi KM Sistem
Prototype sistem akan dibangun dengan platform Android menggunakan
emulator Android Developer Tools v21.0.1-543035. Aplikasi di Android tersebut akan terhubung dengan server Apache yang memiliki DBMS MySQL dan PHP version 5.2.8. Pada sisi server, pembuatan design dari aplikasi server KMS dilakukan menggunakan aplikasi Dreamweaver CS4. Aplikasi olah citra yang akan digunakan adalah Photoshop CS4 Version 11.0.
Setelah KMS diterapkan dan dijalankan, dilakukan proses pengujian
prototype terhadap kinerja sistem. pengujian tidak hanya dilakukan dari sisi
sistem, tapi juga pada aspek dampak penggunaan sistem. Dari proses pengujian ini, kendala dan dampak yang dialami selama sistem berjalan akan diketahui. Pengujian usability dilakukan dengan kuesioner untuk memastikan suatu
prototype sistem dirancang sesuai dengan kriteria usability misalnya bisa
digunakan, bisa memuaskan pengguna, efektif dan efisien. Menurut Nielsen dan Loranger (2006) ada beberapa tolak ukur yang bisa dijadikan ukuran usability
diantaranya:
1. Succes rate
Tingkat kesuksesan pengguna menyelesaikan sebuah task.
2. The time a task requires
waktu yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan task.
3. Error rate
Tingkat kesalahan yang dilakukan pengguna saat menyelesaikan task melalui rumus error rate seperti dibawah ini:
Selanjutnya dilakukan Pengukuran usability menggunakan adopsi kuesioner
Software Usability Measurement Inventory (SUMI). Pengguna yang dilibatkan
pada pengukuran usability sebanyak 10 responden. Melalui analisis efektivitas, efisiensi dan kepuasan menggunakan median pada nilai terurut pada setiap kategori.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
analisis ini sebanyak 10 orang. Levin dan Passig (1999) mengatakan jenis kelamin memiliki kecenderungan dalam pemilihan warna dalam interface.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna ini disajikan terhadap petani yang ada di daerah Bengkulu pada Bulan September 2013. Kuesioner dilakukan dengan cara observasi terhadap petani di daerah tersebut. Responden yang dilibatkan harus memenuhi syarat seperti petani sawit, pernah mengakses internet, jenjang pendidikan minimal SLTA. Berdasarkan hasil kuesioner yang terdapat pada lampiran 2 terlihat bahwa 60% petani sawit yang lulusan S1 dan 30% lulusan SLTA serta 10% lulusan D3. Usia responden 70% dengan rentang 25-35 yang semuanya adalah laki-laki dan 30% dengan usia >35 yang mendominasi adalah laki-laki juga serta 90% petani sawit telah menggunakan internet. Chung et al. (2010) mengatakan pengguna dengan Gender
laki-laki dengan umur diatas 25 tahun memiliki kecenderungan terhadap warna interface yang tidak terlalu mencolok.
Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya dengan anggota tim pakar agronomi, petani, sistem analis dan programmer seperti yang terlihat di Tabel 3.
Tabel 3 Anggota tim KMS
No Nama Tanggung jawab
1 Dr.Ir.Ade Wachjar, MS Pakar agronomi yang terlibat sekaligus memberikan pengetahuan tentang bibit kelapa sawit baik bersifat tacit dan explicit
2 Bapak Asnawi Tanjung Petani berpengalaman yang memberikan pengetahuan tentang bibit kelapa sawit secara tacit
3 Sistem analis Memastikan prototype sistem secara keseluruhan dapat berjalan
4 Programmer Mengimplementasikan seluruh
pengetahuan yang diberikan Identifikasi Sumber Pengetahuan
11
Tandan Buah Segar rata-rata 28.4 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 7.53 ton/ha/tahun
Kerapatan tanaman 143 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 25-28 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 6.5-7.3 ton/ha/tahun
Kerapatan tanaman 143 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 24-27 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 5.5-7.0 ton/ha/tahun Kerapatan tanaman 130 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 25-28 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 5.8-7.3 ton/ha/tahun
DXP Marihat
Tandan Buah Segar rata-rata 31 ton/ha/tahun
DXP Sungai Pancur 2
Produksi Crude Palm Oil 6.0-6.8 ton/ha/tahun
DXP Bah Jambi
Kerapatan tanaman 143 pohon/ha DXP Yangambi
Kerapatan tanaman 130 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 24-27 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 6.2-6.8 ton/ha/tahun Kerapatan tanaman 143 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 22-24 ton/ha/tahun
Produksi Crude Palm Oil 5.7-6.2 ton/ha/tahun Kerapatan tanaman 130 pohon/ha
Daging buah lebih tebal dari dura
Tempurug 0.5-4 mm
Daging buah 60-96%
Tempurung tebal 5 mm
Daging buah sangat tipis Nigrescens
Ungu kehitaman jika masak jingga kehitaman
Virescens Hijau jika masak jingga kemerahan
Abescens Keputih-putihan jika masak Kekuning-kuningan Tenera
DXP La Me
DXP Langkat
Tandan Buah Segar rata-rata 22-27 ton/ha/tahun Produksi Crude Palm Oil 6.9-7.0 ton/ha/tahun
Kerapatan tanaman 143 pohon/ha
Tandan Buah Segar rata-rata 27.5 ton/ha/tahun Produksi Crude Palm Oil 7.23 ton/ha/tahun
Kerapatan tanaman 143 pohon/ha
Perancangan
Perancangan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari perancangan perancangan prototype sistem dan basis data. Perancangan prototype sistem terdiri dari DFD level 0 dan DFD level 1. Perancangan basis menggunakan ERD.
Perancangan PrototypeSistem
DFD level 0 merupakan bagian dari perancangan prototype sistem (Gambar 3). DFD level 0 menggambarkan interaksi prototype sistem bibit sawit dengan lingkungannya melalui entitas admin dan pemakai. Sistem akan menerima request
dari pemakai berupa perintah kueri. Setelah itu sistem akan mengembalikan hasil pencarian berupa informasi bibit, buku dan jurnal. Dokumen-dokumen yang menjadi bahan acuan sistem untuk menjawab request dari pengguna, akan dimasukkan oleh Admin.
Gambar 3 DFD 0 prototype KMS bibit sawit
Gambar 4 Gambar DFD Level 1 prototype KMS bibit sawit
Dekomposisi DFD level 0 adalah DFD level 1. Gambar 4 merupakan DFD level 1 yang menggambarkan aktivitas prototype sistem bibit sawit yang digunakan. Pemakai mencari kueri bibit, buku dan jurnal pada database melalui perintah mencari pengetahuan bibit, buku dan jurnal. Pengetahuan yang telah
13
dimasukkan oleh admin akan digunakan untuk menjawab request dari pengguna berupa data bibit, buku dan jurnal. Hasil pencarian akan ditampilkan di layar
smartphone pengguna. Admin juga dapat memasukkan username dan password
melalui login terlebih dahulu sehingga terjadilah otorisasi pada setiap penggunaan sistem. Aktor yang terlibat di dalam DFD level 0 dan 1 adalah admin yang bertugas memasukkan data yang dibutuhkan pemakai. Pemakai bertugas melihat informasi dan download dokumen.
Perancangan Basisdata
Perancangan basis data dilakukan dengan membuat diagram ERD (Entity
Relationship Diagram). ERD pada Gambar 5 terdiri dari beberapa entitas yaitu
bibit, buku dan jurnal. Entitas bibit memiliki 4 atribut yaitu Id_bibit, nama bibit, deskripsi dan gambar. Jurnal terdiri dari 6 atribut yaitu Id_jurnal, judul jurnal, tahun terbit, isi, pengarang dan gambar. Buku terdiri dari 6 atribut yaitu Id_buku, judul buku, tahun terbit, isi, pengarang dan gambar.
Bibit
Gambar 5 Entity relationship diagram prototype sistem
Verifikasi dan Validasi KMS
Tabel 4 Verifikasi dan validasi
No Deskripsi Prototype Sistem Valid
(Ya | Tidak) 1 Apakah pengetahuan
pada prototype sistem sudah sesuai dengan pengetahuan pakar ?
penentuan dokumen, keyword dan deskripsi ditentukan oleh pakar yang dihasilkan sudah
mencakup semua
pengetahuan mengenai bibit sawit ?
pengetahuan berisi bibit sawit, buku, jural, petunjuk teknis
Ya
4 Apakah pengetahuan yang ditampilkan sesuai dengan permintaan user ?
keyword yang diinputkan user
akan dicocokkan dengan
keyword dalam dokumen
bibit sawit
Ya
5 Apakah pengetahuan yang dihasilkan tentang bibit sawit sudah cukup detail ?
Semua pengetahuan
mengenai bibit sawit, petunjuk teknis dirancang di dalam prototype sistem
Ya
6 Jika terjadi perubahan basis pengetahuan apakah output yang dihasilkan berubah ?
deskripsi disesuaikan dengan pengetahuan yang ada (oleh pakar)
Ya
7 Kesimpulan yang dihasilkan apakah sudah benar ?
kesimpulan (deksripsi) pengetahuan ditentukan oleh pakar
pengetahuan mengenai bibit sawit, petunjuk teknis bibit sawit
Ya
Implementasi KM Prototype
Hasil dari implementasi KM sistem berupa aplikasi Android. Halaman menu utama pada aplikasi ini hanya diletakkan lima icon yaitu profil, dokumen,
search, bibit dan wawancara seperti terlihat pada Gambar 6. Salah satu kendala
15
sawit. Menu bibit terdiri dari 16 bibit. Menu wawancara dibagi menjadi dua yaitu konsultasi dan wawancara.
Icon yang digunakan berukuran 100 x 100 pixel. Salah satu aspek penting dari desain layar pada device adalah estetika dari layout layar (Ngo et al. 2003). Desain antarmuka yang sederhana dari sebuah task, information hierarchy dan
visual display membuat pengguna menjadi lebih mudah dalam mengoperasikan
smartphone (Choi dan Lee 2012). Gambar 7 merupakan halaman bibit yang terdiri dari macro carya, dumpy, simalungun, virescens, abescens dll. Warna teks adalah hitam sedangkan background berwarna abu-abu. Warna hitam dipilih agar tulisan dapat dengan jelas terbaca oleh pengguna. Tampilan dibuat berupa list. Hal ini dilakukan agar menu dapat di navigasi dengan mudah oleh pengguna.
Gambar 6 Halaman utama prototype sistem Gambar 7 Halaman bibit
Pengujian usability dilakukan dengan koesioner dengan 10 responden menurut SUMI (Veenendaal 1998) untuk memastikan suatu prototype sistem dirancang sesuai dengan kriteria usability misalnya bisa digunakan, bisa memuaskan pengguna, efektif dan efisien melalui tahapan User Experience
Measurement yang dilakukan dengan memberikan beberapa task yang harus
diselesaikan oleh pengguna. Pada pengujian ini pengguna diberikan beberapa task yang sama dengan waktu dan tempat yang berbeda. Beberapa task yang digunakan langsung berkaitan dengan repository diantaranya yaitu:
1. Responden membuka menu dokumen sawit.
2. Responden membuka jurnal tentang sawit pada menu dokumen. 3. Responden mendownload jurnal sawit pada menu dokumen. 4. Responden membuka buku tentang sawit pada menu dokumen. 5. Responden mendownload buku tentang sawit pada menu dokumen. 6. Responden membuka petunjuk teknis tentang sawit pada menu dokumen. 7. Responden mendownload petunjuk teknis tentang sawit pada menu dokumen. 8. Responden membuka menu bibit kelapa sawit serta mendownload bibit kelapa
Dari bebarapa task diatas dapat dilakukan perhitungan error rate. Pengguna dilibatkan secara langsung terhadap prototype sistem bibit sawit. Tingkat kesalahan pengguna diamati dengan cara menghitung task yang tidak berhasil diselesaikan oleh pengguna (Hamidah 2013). Hasil dari perhitungan error rate
pada task pengujian terdapat pada Tabel 5. Error rate pada aplikasi ini sangat rendah dan sedikit yaitu 2 error dengan nilai 12.5 % artinya hanya satu task yang
error dari 8 task yang diujikan. Waktu penyelesaian task saat responden
menggunakan prototype sistem dihitung dalam menit. Semakin cepat waktu responden menggunakan prototype sistem berarti responden sudah memahami keseluruhan prototype sistem, begitupun sebaliknya jika waktu penggunaan
prototype sistem lama maka responden kurang memahami sistem (Hamidah 2013)
Tabel 5 Keberhasilan prototype sistem
Kuesioner SUMI
Tahap selanjutnya responden diminta memberikan tanggapan terhadap setiap pertanyaan dari kuesioner SUMI. Skor yang digunakan untuk setiap tanggapan berbeda yaitu 4, 2, 0 untuk tanggapan setuju, tidak tahu dan tidak setuju dengan kategori efektivitas, efisiensi dan kepuasan. Jumlah pertanyaan yang diberikan kepada responden terdiri dari 30 pertanyaan yang memiliki 10 pertanyaan pada setiap kategorinya.
Setelah itu hasil pada setiap kategori akan dikalikan dengan 2.5. Pengukuran kuesioner SUMI berupa penilaian dengan skala 0-100. Skor akhir dari setiap kategori menggunakan median pada setiap nilai terurut yang diberikan oleh responden untuk mendapatkan hasil usability suatu prototype sistem. Menurut ketentuan SUMI jika hasil pengukuran median kurang dari 50 berarti masih dibawah rata-rata. Terlihat pada Tabel 6 bahwa skor median dari setiap kategori berada diatas rata-rata ketentuan SUMI yaitu 97.5, 97.5, dan 100 artinya usability
17
Tabel 6 Perhitungan skor hasil pengujian SUMI
5 KESIMPULAN
Kesimpulan
Prototype sistem pengelolaan pengetahuan bibit sawit ini berbasis Android
telah dikembangkan dengan metode KMSLC dengan pendekatan Usability
Engineering. Dengan adanya prototype sistem berbasis pengetahuan ini pengguna
dapat melihat dan mengunduh informasi melalui smartphone Andorid sehingga aplikasi KMS ini berguna bagi pengguna.
Hasil dari penelitian ini berupa prototype sistem manajemen pengetahuan bibit sawit yang mana sumber data yang digunakan pun meliputi dokumen buku, jurnal terutama yang berasal dari pusat penelitian kelapa sawit serta menyediakan konsultasi dengan pakar sawit. Dengan menggunakan kuesioner SUMI diperoleh skor untuk kategori efisiensi, efektivitas dan kepuasan sebesar 97.5, 97.5,100.
Error rate pada aplikasi ini sangat rendah dan sedikit yaitu 2 error dengan nilai
12.5 artinya hanya satu task yang error dari 8 task yang diujikan. Skor dari setiap kategori berada diatas rata-rata ketentuan SUMI artinya usability pada prototype
sistem ini sudah baik.
Saran
Masih diperlukan fitur-fitur tambahan baru yang sesuai dengan kebutuhan
pada prototype sistem manajemen pengetahuan bibit kelapa sawit. Disamping itu,
perlu juga penambahan pengetahuan pada basis pengetahuannya. Pengguna
Ke-
Total pengujian SUMI Efektivitas Efisiensi Kepuasan
DAFTAR PUSTAKA
Abran A, Khelifi A, Suryn W. 2003. Usability Meaning and Interpretations in ISO Standards. Software Quality Journal:323-336.
Awad EM, Ghaziri HM. 2010. Knowledge Management. Prentice Hall.
Barendregt W, Bekker MM, Speerstra M. 2003. Emprical Evaluation of Usability and Fun In Computer Games for Children. Human Computer Interaction Journal: 705-708.
Barendregt W, Bekker MM, Bouwhuis DG, Baauw E. 2006.Identifying Usability and Fun problem in a Computer Game During First Use and After Some Practice. Human Computer Interaction Studies Journal :830-846.
Fernandez IB, Sabherwal R. 2010. Knowledge Management: System and Processes. England: M.E. Sharpe.
Connell C, Klein JH, Loebbecke C, Powe1 P. 2001. Toward a Knowledge Management Consultation System. Knowledge and Process Management Journal Volume 8 Number 1 pp 48-54.
Choi JH, Lee HJ. 2012. Facets of simplicity for the smartphone interface: A structural model. International Journal Human-Computer Studies 70 (2012):129–142.
Chung JE, Park N, Wang H, Fulk J, McLaughlin M. 2010. Age Differences in Perceptions of Online Cummunity Participation Among Non-Users: An Extension of The Technology Acceptance Model. Computer in Human Behaviour Journal. Vol 26: 1674-1684.
Diah NM, Ismail M, Ahmad S, Dahari MKM. 2010. Usability Testing for Educational Computer Game Using Observation Method. Computer and Mathematical Science Journal. Vol 1: 4244-5651.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Memilih Bibit Kelapa Sawit yang Baik dan Benar. Jakarta(ID): Ditjenbun.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Ketersediaan Bibit Kelapa Sawit dalam Negeri. Jakarta(ID) Ditjenbun
Davenport TH, Prusak L. (1998). Working Knowledge: How Organizations Manage What They Know. Boston: Harvard Business School Press.
Edwards PJ, Moloney PK, Jacko JA, Sainfort F. 2008. Evaluating Usability Of Commercial Electronic Health Record: A Case Study. Human Computer Studies Journal: 718-728.
Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R. 2007. Kelapa Sawit Ed Revisi. Bogor: Penebar Swadaya.
Gottschalk P. 2006. Stage of Knowledge Management Systems In Police Investigations. Knowledge Based Systems Journal. Vol 19: 381-387.
Hafit H, Razak FAH, Haron H. 2011. Usability Testing with Children: What We Have Overlooked. Human Computer Interaction Journal:147-150.
Hamidah. 2013. Pengembangan Situs PTN Menggunakan Usability Engineering Dan Evaluasi Usability Dengan Kuesioner SUMI. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
19
Kurnila R. 2009. Pengendalian Mutu Produksi Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacquin) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Lai LF. 2007. A Knowledge Engineering Approach To Knowledge. Management. Information Sciences an international journal. Vol. 177: 4072-4094.
Levin H, Passig D. 1999. Gender Interest Differences With Multimedia Learning Interfaces. Computer in Human Behavior Journal. Vol 15: 173-183.
Lobo D, Kaskaloglu K, Kim C, Herbert S. 2011. Web usability guidelines for smartphones: a synergic approach. International Journal of Information and Electronic Engineering. 1(1):33-37.
Mayhew DJ. 1999. The Usability Engineering Lifecycle. University California. Morgan Kaufhan Publishers.
Ngo DCL, Teo LS, Byrne JG. 2003. Modelling interface asethetics. Information Sciences journal 152(2003):25-46.
Nonaka I. 1997. Organizational Knowledge Creation. At the Knowledge Advantage Conference Held.
Nonaka IT, Takeuchi. 1995. The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford. Oxford University Press.
Nielsen J, Loranger H. 2006. Prioritizing WebUsability. Berkeley: New Riders. Nielsen J. 2012. Usability 101: Introduction to usability. Alertbox.
[Internet].[diunduh 2013 Jul 17]. Tersedia pada http://www.nngroup.com/articles/usability-101-introduction-to-usability/ Qwaider WQ. 2011. Integrated of Knowledge Management and E- Learning
System. International Journal of Hybrid Information Technology Vol. 4 No. 4.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [Tahun tidak diketahui]. Prosedur Operasional Baku (POB) Waralaba Bibit/Bibit Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PPKS.
Randeree E. 2006. Knowledge Management: Securing The Future. Journal of Knowledge Management. Vol. 10 No. 4. PP 145-156.
Rhem AJ. 2006. UML For Developing Knowledge Management Systems. Boca Raton New York : Taylor &Francis Group.
Sarayreh B, Mardawi A, Dmour R. 2012. Comparative Study: The Nonaka Model Knowledge Management. International Journal of Engineering ad Advanced Technology (IJEAT). Vol. 1.
Sastrosayono S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Depok. Agro Media Pustaka. Soulignac V, Ermine JL, Paris JL, Devise O, Chanet JP. 2012. A Knowledge
Management System for Exchanging and Creating Knowledge in Organic Farming. The Electronic Journal of Knowledge Management Volume 10 Issue 2 (pp163-182): 1479-4411.
Sikki MI. 2010. Membangun Manajemen Pengetahuan Dalam Ketahanan Pangan. Jurnal LPPM PARADIGMA. Vol 11: No 01.
www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/parad 5 534 [1 juni 2013] Sugiyono. (2013). Motedo Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: ALFABETA.
Suryantini H. 2001. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Tarigan B, Sipayung T. 2011. Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Perekonomian dan Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Bogor. IPB Press.
Turban E, Aroson JE, Liang TP.2007. Decision Support System and Intelligence System. Ed ke-7. United States of America: Prentice Halls.
Yuniar H. 2013. Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan Hama Kedelai Pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Veenendaal E. 1998. Questionnaire Based Usability Testing. Conference Proceedings European Software Quality Week; Brussels, November 1998. Valkeenswaard: Improve Quality Services Waalreseweg.
21
Lampiran 1 Form karakteristik pengguna
Apakah di daerah tempat tinggal terkoneksi internet ( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya frekuensi Penggunaan Internet: ( ) Setiap Hari
Berikan Tanda Cek (√) Atau Silang (X) Sesuai Penggunaan Internet yang Anda Lakukan
23
No o HP: ……….
Alamat e- : ………
KRITIK DAN SARAN KEPADA PENELITI:
... ... ... ... ... ... Lampiran 2 Tabel hasil analisis terhadap pengguna
Responden ke-
Jenis kelamin Usia (tahun) Jenjang pendidikan
Terkoneksi Internet
1 Laki-laki 25-35 S1 Setiap hari
2 Laki-laki >35 SLTA Setiap hari
3 Laki-laki 25-35 S1 3 kali per minggu
4 Perempuan >35 S1 1 kali per bulan
5 Laki-laki 25-35 SLTA 1 kali per bulan
6 Laki-laki 25-35 SLTA Tidak pernah
7 Laki-laki >35 S1 Setiap hari
8 Laki-laki 25-35 S1 Setiap hari
9 Laki-laki 25-35 S1 1 kali per minggu
Lampiran 3 Pengantar kuesioner
KUESIONER EVALUASI
USABILITY
SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
BIBIT SAWIT
Tanggal P n s n : …… …… 2014 No Responden :
Penelitian ini merupakan prototype sistem berbasis pengetahuan untuk bibit sawit menggunakan pendekatan usability engineering. Sistem ini adalah salah satu cara untuk membantu petani kelapa sawit dengan menjamin ketersediaan bibit unggul dan legal serta terjamin oleh pemerintah.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari SUMI (Software
Usability Measurement Inventory). Tujuan melakukan kuesioner yaitu untuk
mengevaluasi sistem yang dirancang, mengukur usability serta dapat menjadi media pembelajaran bagi pengguna terhadap aplikasi yang akan digunakan.
Usability adalah sebuah konteks penggunaan aplikasi dengan ukuran efektivitas,
efisiensi dan kepuasan sehingga dapat mengukur sejauh mana suatu aplikasi dapat digunakan dengan mudah.
Petunjuk Pengisian kuesioner yaitu:
1. Lembar kuesioner ini berisi 30 pertanyaan mengenai usability pengguna dalam mengakses pengetahuan bibit kelapa sawit.
2. Nomor responden harap di kosongkan.
3. Beri tanda cek (√) p d ko o y n h d s d k n y n p ling mencerminkan pilihan Anda dengan pilihan setuju (S), tidak tahu (TT) dan tidak setuju (TS).
4. Anda dipersilahkan untuk membaca dan memahami kuesioner ini. Jika terdapat pertanyaan, silahkan bertanya kepada peneliti.
Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menjadi responden.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEKOLAH PASCASARJANA
Telp. 0251-8622986; Email: sps@ipb.ac.id25
Lampiran 4 Kuesioner SUMI
No Pertanyaan S TT TS
A Evaluasi Efektifitas A.1 Petani berhasil menemukan icon aplikasi bibit sawit A.2 Petani berhasil membuka icon aplikasi bibit sawit A.3 Petani memahami isi pada profil dengan mudah A.4 Petani membaca tulisan pada aplikasi dengan mudah A.5 Petani membaca isi menu dokumen dengan mudah
A.6 Gambar yang disajikan pada menu petunjuk teknis menarik minat petani A.7 Petani menemukan menu listbibit sawit dengan mudah
A.8 Petani dapat memilih jenis bibit sawit yang diinginkan dengan mudah A.9 Petani membuka menu wawancara dengan mudah
A.10 Petani membuka menu konsultasi dengan mudah Total
B Evaluasi Efisiensi
B.1 Petani memahami pengetahuan yang terdapat dalam dokumen B.2 Panduan dan bantuan dari fasilitator cukup lengkap
B.3 Petani memilih menu bibit sawit dengan mudah B.4 Petani memahami pengetahuan pada menu wawancara
B.5 Petani memilih icon yang benar saat membuka aplikasi untuk pertama kali B.6 Panduan dan bantuan dari fasilitator untuk membuka aplikasi cukup lengkap B.7 Panduan dan bantuan dari fasilitator pada menu profil cukup lengkap
B.8 Panduan dan bantuan fasilitator untuk membaca isi dokumen cukup lengkap B.9 Panduan dan bantuan dari fasilitator untuk membaca isi menu bibit sawit
C.1 Aplikasi ini mudah digunakan
C.2 Membaca tulisan pada layar sangat mudah C.3 Komposisi warnanya sesuai
C.4 Gambar yang ditampilkan menarik
C.5 Bahasa yang digunakan mudah dimengerti
C.6 Istilah-istilah yang digunakan pada aplikasi ini mudah dipahami C.7 Petani sawit ingin menggunakan aplikasi ini
C.8 Materi pembelajaran untuk petani sawit mudah dimengerti C.9 Menambah pengetahuan tentang bibit kelapa sawit
Lampiran 5 Pertanyaan wawancara
Daftar pertanyaan wawancara dan observasi sistem berbasis pengetahuan untuk bibit kelapa sawit.
RESPONDEN : PAKAR
1. Bagaimana perkembangan bibit kelapa sawit saat ini di Indonesia? Bibit apa yang paling unggul dan baik digunakan?
2. Karakteristik apa yang harus diutamakan dalam bibit kelapa sawit? 3. Bagaimana proses pembibitan sawit?
RESPONDEN : PETANI
1. Sudah berapa lama Bapak mengelola tanaman sawit?
2. Jenis bibit apa yang Bapak gunakan pada perkebuan yang Bapak olah? Mengapa memilih jenis bibit tersebut?
3. Dari mana memperoleh jenis bibit tersebut?
4. Apakah Bapak mengetahui sebelumnya tentang bibit sawit yang berkualitas baik?
5. Apakah Bapak mengetahui daerah dan tanah yang cocok untuk bertanam sawit?
6. Apakah Bapak mengetahui tentang cara menanam sawit dengan baik dan benar? Pernahkah Bapak berkonsultasi pada pakar bibit dan varietas? 7. Apakah Bapak melakukan pemupukan terhadap tanaman Sawit?
Apabila iya : Menggunakan pupuk apa? Berapa takaran pupuk sawit yang diberikan?
Apabila tidak : Mengapa tidak memberikan pupuk? 8. Masalah apa yang biasa dihadapi selama produksi sawit?
9. Apakah pernah mengikuti sosialisasi atau penyuluhan tentang pembibitan sawit?
10.Hambatan apa yang dihadapi selama mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut? dari Fakultas Agronomi yaitu Dr.Ir.Ade Wachjar, MS. Menurut beliau saat ini di Indonesia tanaman kelapa sawit sangat berkembang dengan ditemukannya banyak varietas dari berbagai produsen kecambah misalnya PPKS, Lonsum dan lain-lain. Karakteristik yang harus diutamakan dalam bibit sawit meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jagur atau pertumbuhan yang pesat. Proses pembibitan sawit dilakukan mulai dari kecambah, seleksi kecambah, radikula, plumula, doeble time
27
Hasil Wawancara 2
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 20 November 2013 terhadap petani Bpk. Asnawi Tanjung yang telah 20 tahun terlibat di perkebunan sawit mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Hasil wawancara terhadap petani meliputi:
1. Tanah yang cocok untuk tanaman sawit yaitu tanah yang datar yang bisa dijangkau dengan transportasi.
2. Daerah yang cocok untuk tanaman sawit yaitu daerah yang dekat dengan pantai karena kelapa tumbuhnya bagus di daerah pantai maka sawit pun akan bagus di daerah pantai di samping itu karena sifatnya sama dengan kelapa. 3. Penanaman awal di polibek kecil selama 4 bulan setelah itu dipindah ke
polibek besar selama setahun lebih, jika terdapat banyak hama babi di lahan maka pemeliharaan di polibek besar selama 2 tahun.
4. Tanah yang beratnya 10 kilo maka kedalaman bibitnya meliputi lebar dan panjang yaitu 30x30 cm
5. Piringan dibuat langsung dari kecil sampai besar 2 ½ tahun di lahan baru berbuah, tapi rata-rata 3 ½ tahun berbuah dan bisa di panen.
6. Bibit didapatkan dari proyek pemda atau PIR yang berasal dari PPKS.
7. Belum mengetahui sebelumnya tentang bibit sawit yang akan dipilih tetapi penjual menyarankan membeli bibit dura dan Pisifera. Tidak terdapat perbedaan bentuk atau fisik ketika membeli bibit dura dan Pisifera tetapi ketika telah berbuah ternyata bibit dura buahnya besar-besar dan minyaknya sedikit sedangkan fisifera minyaknya banyak dengan bentuknya yang agak kecil.
8. Pemupukan pertama dengan dulumit dimana fungsi pupuk ini yaitu untuk mengurangi keasaman tanah dengan takaran 1 kilo perbatang setiap tahunnya atau ½ kilo perbatang setiap 6 bulan karena jika keasaman tanah tinggi maka pupuk tidak berfungsi. Pemupukan kedua dengan SP 36 dimana fungsi pupuk ini untuk kesuburan akar dan batang dengan takaran ¾ kilo perbatang setiap 4 bulan. Pemupukan yang ketiga dengan KCL dimana fungsi pupuk ini untuk kesuburan buah dengan takaran ¾ kilo perbatang setiap 4 bulan. Pemupukan berikutnya yaitu pupuk burak dimana fungsi pupuk ini untuk pelembut pelepah, pemupukan dilakukan per 6 bulan dengan takaran 4 sendok makan perbatang. Jika umurnya lebih dari 10 tahun maka pemupukan urea, SP36, KCL menjadi 1 kilo perbatang tiap 4 bulan. Pemupukan di lahan yang datar maka pupuk cukup ditabur saja tapi pemupukan di lahan yang miring maka pupuk ditanam dengan cara mencangkul tanahnya sehingga pupuk tidak hanyut ketika datang hujan.
9. Alat panen berupa tombak atau dodos ketika tumbuhan tinggi maka alat pemanenan yaitu anggrek bengkok seperti clurit.
10. Harga sawit per kilo 1380 rb. 11. Penanaman 120 buah per hektar. Lampiran 7 Petunjuk teknis
Petujuk Teknis Pembibitan Kelapa Sawit Menurut PPKS
pembibitan kelapa sawit menurut PPKS bisa dilihat dari kemasan, kecambah, polibeg dan lain-lain.
Kemasan
Kecambah dikemas dalam kantong plastik (250 kecambah/kantong) kemudian dimasukkan dalam peti isolasi yang kokoh dalam berbagai ukuran. Kecambah dalam kantong plastik berlogo dilengkapi dengan label identitas dan diikat dengan segel pengaman.
Kecambah
Kecambah harus dalam keadaan sejuk, lembab, dan terhindar dari matahari langsung sampai saat penanaman. Kecambah harus ditanam sesegera mungkin setelah pengambilan dari PPKS dan tidak disimpan lebih dari 5 hari. Kecambah dapat disimpan dalam ruangan dengan suhu 22-24 C. Periksa jumlah dan jenis persilangan yang terdapat pada D. Persil dengan label.
Polibeg
Polibeg berwarna hitam dan tahan lapuk. Ukuran polibeg pembibitan awal: 22×14 cm, tebal 0,07 mm, hitam/putih, berlubang 0.3 cm sebanyak 24 buah. Ukuran polibeg pembibitan utama: 50×40 cm, tebal 0.2 mm, hitam, berlubang 0.5 cm sebanyak 60 buah. Tanah lapisan atas menggunakan top soil. Polibeg harus diisi tanah sampai 2 cm dari ujung tepi polibeg dan disiram setiap hari.
Tanah
Media tanam adalah tanah top soil gembur, tanah yang kurang gembur dapat dicampur dengan pasir (3:1), bebas dari OPT. Tanah diayak dengan ayakan 2 cm. Campurkan P (500 g SP36/10 1 air) pada setiap 1 m3 tanah isian sebelum diisi ke polibeg kemudian diamkan selama 1 bulan sebelum kecambah ditanam.
Persiapan Lokasi Pre Nursey (PN) Bedengan
Bedengan dengan ukuran 1.2 m x 10 m dapat memuat 1000 bibit PN. Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan. Tambahan papan sebagai pemisah persilangan atau kelompok pertumbuhan. Bedengan harus dipagar.
Naungan
Pengaturan naungan yaitu pada umur 0-1.5 bulan maka naungannya 100%. Naungan pada 50% ketika berumur 1.5-2.5 bulan. Naungan benar-benar dilepas ketika umurnya diatas 2.5 bulan.
Lokasi Pembibitan
29
dari banjir, kondisi kedap air, dan angin kencang. Aman dari gangguan hama, ternak dan manusia.
Penanaman Kecambah
Kantong kecambah secara cermat dikeluarkan dan ditempatkan dalam baki dangkal berisi air agar kecambah tetap dingin (kecambah dalam kantong harus tidak terkena air). Kantong dibuka dan dipercik air untuk memberi kelembaban pada setiap kali penanaman bila cuaca panas. Membuat lubang tanam kedalaman 2 cm.
Kecambah harus ditanam dalam polibeg dengan akar (radikula) menghadap ke bawah pada kedalaman sekitar 2 cm sehingga daun (plumula) berada 1 cm dibawah permukaan setelah ditutup dengan tanah. Kecambah dengan radikula dan plumula yang sukar dibedakan sebaiknya ditinggalkan dalam kantong dan disimpan dengan suhu 25 derajat celcius selama 5-6 hari. Kecambah abnormal, patah, busuk atau berpenyakit jangan ditanam. Menutup dan meratakan tanah di sekeliling kecambah (jangan menekan terlalu kuat). Kecambah harus disiram segera setelah tanam. Setelah tanam, lakukan pemetaan pembibitan.
Pemeliharaan Pre Nursey (PN)
Pre nursey 3 bulan di polibeg kecil. Kecambah dipelihara di dalam
bedengan yang dinaungi dan dipagar. Penyiraman dilakukan secara rotasi 2 kali sehari. Setiap penyiraman bibit memerlukan 0.1-0.25 lt air. Pengendalian gulma dilakukan dengan penyiangan manual untuk rumput atau gulma lain (2 minggu sekali) herbisida jangan digunakan di PN. Pengendalian hama dengan bahan kimia pestisida harus hati-hati. Pemupukan dilakukan dengan urea 2 gram/lt air untuk 100 bibit dengan frekuensi seminggu sekali. Pupuk majemuk 2.5 gr/polibeg. Jangan mengaplikasi pupuk daun pada saat kondisi udara panas atau kering, dan pada bibit yang mengalami stres air. Seleksi bibit 5-10% dilakukan dengan menghindari terangkutnya bibit abnormal ke tahap selanjutnya. Bibit normal umur 3 bulan terdiri dari 3-4 daun.
Persiapan Lokasi Main Nursery (MN)
Persiapan areal meliputi areal yang telah dibuka dan dibersihkan serta diratakan kemudian dipagar dan pembuatan drainase mengikuti pipa sekunder
dari jaringan penyiraman. Setelah itu, dilakukan pemancangan bila instalasi penyiraman telah selesai dibuat. Jarak tanam 90 x 90 x 90 cm. Setiap petak disusun 5 baris, 40 atau 50 pokok/baris, baris keenam dikosongkan untuk jalan. Pemindahan bibit ke Main Nursey meliputi sehari sebelum dipindah, tanah pada polibeg MN harus disiram sampai jenuh.
harus diatur sehingga tidak mengenai bibit, jika ada bahaya tetesan karena angin penyemprotan harus segera dihentikan.
Pemupukan dilakukan dengan ditabur merata dalam lingkaran sekeliling bibit kira-kira 5 cm dari pangkal batang bibit. Pupuk tidak boleh mengenai bibit. Pemupukan seharusnya dihentikan satu bulan sebelum penanaman lapangan. Aplikasi pemupukan dosis kecil tapi frekuensi sering lebih baik dibanding aplikasi pemupukan dosis besar tapi frekuensi jarang. Seleksi bibit dilakukan dengan menghindari terangkutnya bibit abnormal ke lapangan. Persiapan penanaman lapangaan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan. Tiga atau empat minggu sebelum penanaman dilakukan pemutaran polibeg. Pastikan bibit telah disiram dengan baik sebelum dibawa ke lapangan. Pemupukan sebaiknya dihentikan sebulan sebelum penanaman. Bibit yang lebih tinggi dari 1.5 m dipangkas sampai 1.2 m.
Lampiran 8 Varietas kelapa sawit unggul
No Nama Keterangan TBS (Tandan Buah Segar) rata-rata 28,4 ton/ ha/ tahun dan potensinya mencapai 33 ton/ ha/ deskripsi produksi TBS rata-rata mencapai 25-28 ton/ ha/ tahun dan potensinya mencapai 32 ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata mencapai 6,5-7,3 ton/ha/tahun dan potensinya mencapai 7.6 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 23-26%. Produksi minyak inti mencapai 0,49 ton/ha/tahun.
31
No Nama Keterangan
4 D x P Yangambi Berasal dari persilangan F1 antara tetua Dura deli dengan Pisifera keturunan tenera Yangambi. Dengan deskripsi produksi CPO rata-rata 5.8-7.3 ton/ha/tahun. Dan potensinya mencapai 7.5 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 23-26%. Produksi minyak inti 0.62 ton/ha/tahun. Kerapatan tanaman 130 pohon/ha. Pertumbuhan meninggi 0.60-0.75 m/ tahun. Keunggulannya yaitu produksi TBS rata-ratanya sangat tinggi mencapai 25-28 ton/ha/tahun dan potensinya mencapai 39 ton/ha/tahun. Ukuran tandan yang lebih besar.
5 D x P Marihat Potensi produksi TBS 31 ton/ha/tahun. Produksi TBS rata-rata 24-25 ton/ha/tahun. Potensi hasil (CPO) 7.9 ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata 6.0-6.3 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 23-25%. Produksi minyak inti 0.54 ton/ha/tahun. Kerapatan tanaman 143 pohon/ ha. Pertumbuhan meninggi 0.60- 0.70 m/tahun. 6 D x P Sungai
Pancur 2
Potensi produksi TBS 30 ton/ha/tahun. Produksi TBS rata-rata 24-27 ton/ha/tahun. Potensi hasil (CPO) 7.5 ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata 6.2- 6.8 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 23-25 %. Produksi minyak inti 0. 51 ton/ha/tahun. Kerapatan tanaman 143 pohon/ ha. Pertumbuhan meninggi 0.65- 0.85 m/tahun.
7 D x P Bah Jambi Potensi produksi TBS 32 ton/ha/tahun. Produksi TBS rata-rata 22-24 ton/ha/tahun. Potensi hasil (CPO) 7.4 ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata 5.7-6.2 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 23-26 %. Produksi minyak inti 0.62 ton/ha/tahun. Kerapatan tanaman 130 pohon/ ha.
8 D x P La Me Potensi produksi TBS 36 ton/ha/tahun. Produksi TBS rata-rata 26-27 ton/ha/tahun. Potensi hasil (CPO) 7.9 ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata 5.9-7.0 ton/ha/tahun. Rendemen minyak 22-27 %. Produksi minyak inti 0.60 ton/ha/tahun. Kerapatan tanaman 143 pohon/ ha. Pertumbuhan meninggi 0.55-0.70 m/tahun. 9 D x P Langkat Potensi produksi TBS 31 ton/ha/tahun. Produksi TBS
Lampiran 9 Memilih bibit sawit
Memilih Bibit Kelapa Sawit Yang Baik dan Benar Menurut Tanaman Tahunan
Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta 2012
Selama ini banyak diperdagangkan bibit kelapa sawit illegal yaitu bibit kelapa sawit yang tidak memenuhi aspek legaitas, karena selain di produksi oleh lembaga/ perorangan yang tidak diakui pemerintah dan tidak memenuhi syarat-syarat serta tata cara pelepasan varietas, juga tidak melalui proses sertifikasi.
Bibit Kelapa Sawit Asli
1. Berasal dari varietas unggul D x P yang telah dilepas secara resmi oleh Menteri pertanian.
2. Diproduksi di kebun bibit khusus yang sudah disertifikasi dengan cara menyilangkan pohon ibu induk Dura (D) dengan pohon bapak Pisifera (P) yang telah teruji keunggulannya.
3. Dapat disertifikasi karena kemurnian genetik terjamin dan perkecambahan bibit dilakukan dengan rapi dan sistematis sehingga asal usulnya dapat ditelusuri ke pohon induk.
Bibit Kelapa Sawit Ilegal
1. Berasal dari buah atau kecambah yang dikumpulkan dibawah pohon-pohon kelapa sawit yang terdapat dikebun produksi Tenera (T) atau pohon Dura (D) yang disilangkan.
1. Pengguna bibit illegal akan menghasilkan kontaminasi dura sehingga akan mengurangi produksi TBS dan CPO.
2. Pengguna bibit ilegal akan mengurangi kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dan biaya yang dikeluarkan sia-sia. Para pekebun akan sulit untuk mengembalikan pinjaman kredit karena produksi yang dihasilkan rendah.
3. Akan timbul ekses konflik antara PKS dan kebun pemasok TBS.
4. Pelanggaran UU No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan UU No.29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
5. Produktivitas rendah, tingkat produksi TBS hanya 50%, Rendemen CPO maksimaI 18%.