• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI SEROPREVALENSI

AVIAN INFLUENZA

PADA

UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN

LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH

NOOR ROHMAN SETIAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NOOR ROHMAN SETIAWAN. Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh SRI MURTINI.

Penyakit Avian Influenza (AI) mempunyai dampak besar bagi ternak unggas maupun kesehatan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini memiliki 2 tingkatan virulensi yaitu LPAI dan HPAI. Unggas air liar terutama Anseriformes (itik, entok dan angsa) merupakan reservoir alami virus AI dan memiliki manifestasi subklinik, umumnya tidak menunjukkan gejala klinis. Pola penyebaran virus AI umumnya dipengaruhi oleh musim, prevalensi virus AI dilaporkan lebih tinggi pada musim hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi AI pada unggas peliharaan masyarakat di sekitar Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sebanyak 22 sampel serum darah ayam kampung dan 23 sampel serum darah entok di ambil secara purposif dari desa Wuasa, Napu dan Sedoa. Sampel di periksa dengan Haemagglutination Inhibition Test (HI Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase seroprevalensi positif pada ayam mencapai 57% di desa Napu dan 33% di desa Sedoa, dengan nilai GMT masing-masing 20.57 dan 20.87, sedangkan serum darah entok dari ketiga desa menunjukkan hasil negatif dengan antigen VAI atau seroprevalensi 0%.

Kata kunci: Avian Influenza, Haemagglutination Inhibition, Poso, unggas air

ABSTRACT

NOOR ROHMAN SETIAWAN. Seroprevalence Study of Avian Influenza in Native Bird in North Lore Poso Central Sulawesi. Supervised by SRI MURTINI.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI SEROPREVALENSI

AVIAN INFLUENZA

PADA

UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN

LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH

NOOR ROHMAN SETIAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah Avian Influenza, dengan judul Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa BIDIK MISI selama masa studi di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Terima kasih kepada Dr Drh Sri Murtini, MSi selaku pembimbing skripsi, Drh Mokh. Fahrudin, PhD sebagai pembimbing akademik, sahabat-sahabat GANGLION48, saudara/i KMNU IPB, keluarga besar IKAMADITA IPB, rekan-rekan BEM FKH Kabinet Pacemaker 2014, Bapak Rillo Pambudi, Ibu Ida Rillo Pambudi, seluruh sahabat dan keluarga besar Pambudi Luhur, serta Bapak Sudarmadji sekeluarga (Paman) yang selalu mendukung dan mendoakan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan studi di FKH IPB dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Meiliana Puspita Utami, Andi Prastiawan, Dian Kristanti, Kenda Adhitya Nugraha, Faris Makkawaru, serta keluarga Kost Sanggar Kenangan Sengked Dramaga atas bantuan dan kerjasamanya dalam pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak, Adik-adik, serta seluruh keluarga tercinta, atas segala pengorbanan, motivasi, dukungan, doa dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wahyu staf pegawai Laboratorium Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, yang telah membantu selama penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza

di masing-masing desa Kecamatan Lore Utara 7

2 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di

masing-masing desa Kecamatan Lore Utara 7

3 Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di

masing-masing desa Kecamatan Lore Utara 9

4 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di

masing-masing desa Kecamatan Lore Utara 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di

Kecamatan Lore Utara 12

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyebaran virus Avian Influenza (VAI) dianggap endemis pada berbagai negara Asia seperti China, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia (Darmawi et al. 2013). Kasus infeksi virus Avian Influenza (AI) di Indonesia tahun 2003, telah diketahui keberadaannya pada ayam petelur komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Wibawan 2012). Penyakit ini telah menyebar di berbagai daerah Jawa, Lampung, Sumatera dan Kalimantan (Kencana et al. 2012), serta telah endemis di seluruh provinsi di Indonesia kecuali Maluku Utara (Wibawan 2012). Semenjak 2003 sampai 2008 telah tercatat lebih dari 10 juta ayam mati akibat terinfeksi VAI. Infeksi virus highly pathogenic avian influenza (HPAI) subtipe H5N1 pada manusia di Indonesia telah menyebabkan sebanyak 152 orang meninggal dari 184 orang yang terinfeksi. Penularan virus ini pada manusia terbukti berasal dari unggas (Ernawati et al. 2011; Putra et al. 2013). Berdasarkan data DITKESWAN (2015), perkembangan kasus infeksi AI pada unggas tahun 2007 sampai dengan 2015 secara bertahap, yakni sebanyak 2 751 kasus (2007), 1 413 kasus (2008), 2 293 kasus (2009), 1 502 kasus (2010), 1 411 kasus (2011), 546 kasus (2012), 470 kasus (2013), 346 kasus (2014), dan 41 kasus pada tahun 2015. Akhir Maret 2015, dilaporkan dua orang meninggal akibat terinfeksi VAI/H5.

Penyakit AI disebabkan oleh virus Influenza tipe A subtipe H5N1. Virus AI termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini merupakan virus RNA beramplop, berpolaritas negatif, memiliki delapan segmen genom dan bersifat mudah mengalami mutasi. Virus AI dikelompokkan atas dua tingkatan virulensi yaitu low pathogenic avian influenza (LPAI) dan highly pathogenic avian influenza (HPAI). Virus AI mempunyai furin pada cleavage site protein hemaglutinin. Penyakit yang ditimbulkan oleh virus dapat bersifat akut dan sistemik (Wibawan 2012). Virus AI subtipe H5N1 termasuk dalam HPAI yang bersifat ganas pada unggas dari golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam kampung, dan puyuh, sedangkan itik dan unggas air lainnya relatif tahan (Wibawa et al. 2014). Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bersifat asimptomatik dan multisistemik, misalnya menimbulkan perdarahan di organ-organ tubuh seperti perdarahan pada otot, lemak visceral, ovarium, oviduk, jantung, trakhea dan penggantung usus (Kencana et al. 2012; Wibawan 2012).

(12)

2

virus. Hal ini berpotensi menyebarkan virus yang bersifat patogen pada unggas lain dan manusia (Siahaan et al. 2014). Shedding virus terjadi secara terus menerus, karena itu unggas air sebagai reservoir virus HPAI. Unggas lain dapat terinfeksi VAI melalui kontak langsung dengan unggas air atau kontak dengan permukaan terkontaminasi kotoran, air, dan pakan yang mengandung VAI (Wibawan 2012; Damanik et al. 2013). Peran unggas air sebagai reservoir dan pencetus keragaman genetik virus HPAI telah dikemukakan oleh beberapa peneliti (Wibawan 2012).

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah yang sangat terpencil. Wilayah ini berada di lembah dengan suhu rendah dan kelembaban tinggi. Masyarakat di Kecamatan Lore Utara umumnya petani produk hortikultura terutama kakao. Umumnya masyarakat memiliki ternak unggas baik ayam kampung maupun entok dan itik. Pemeliharaan unggas dilakukan secara ekstensif dan diumbar pada siang hari serta dikandangkan di malam hari. Peternakan unggas komersial tidak ditemukan di kecamatan ini. Masyarakat memelihara unggas sebagai tabungan keluarga. Terpencilnya daerah tersebut membuat perhatian dinas terkait terhadap kesehatan hewan kurang memberi perhatian cukup, sehingga masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan hewan.

Pertengahan tahun 2014 unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso dilaporkan mati mendadak dalam jumlah banyak oleh sebab yang belum diketahui. Laporan penyakit AI di wilayah tersebut belum ada sehingga perlu diketahui adanya kemungkinan keberadaan dari VAI di lingkungan tersebut. Keberadaan VAI di lingkungan dapat dilihat dari adanya paparan virus pada hewan di lingkungan tempat virus berada. Paparan virus dalam jumlah kecil dapat menginduksi terbentuknya antibodi. Dengan demikian keberadaan virus di lingkungan dapat dilihat dari seroprevalensi terhadap VAI pada hewan atau inang yang hidup di wilayah tersebut. Data seroprevalensi di Kabupaten Poso belum tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut untuk mengetahui prevalensi serologis VAI.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mempelajari prevalensi serologis virus Avian Influenza pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Manfaat Penelitian

(13)

3

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap I adalah pengambilan sampel darah ayam kampung dan entok yang dipelihara masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso pada bulan Oktober 2014. Tahap II adalah pengujian laboratorium di Laboratorium Imunologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari 2015.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian antara lain gloves, syringe 3 mL, tabung mikro 1.5 mL, label, kapas beralkohol, mikrokapiler, micropipette, multichannel micropipettes, microplates, tip, ice pack, cooling box, freezer dan sentrifus.

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sampel serum yang diperoleh dari unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso, antigen VAI, larutan NaCl fisiologis 0.9%, red blood cells (RBC) 1%, Natrium Sitrat 3.8%, phosphate buffer saline (PBS) 0.01 M, kontrol positif serum dan kontrol negatif serum.

Metode Penelitian

Koleksi Serum

Sampel darah diambil secara purposif dari 3 desa di Kecamatan Lore Utara yaitu desa Wuasa, Napu, dan Sedoa. Sampel darah yang diambil sebanyak 45 sampel terdiri dari 22 sampel darah ayam kampung dan 23 sampel darah entok.

Pengambilan darah pada ayam kampung dan entok peliharaan masyarakat dilakukan menggunakan syringe 3 mL melalui vena brachialis. Syringe yang berisi darah diletakkan secara mendatar untuk memperluas bidang permukaan serta dibiarkan pada suhu ruang hingga darah membeku secara sempurna. Serum darah yang terbentuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung mikro 1.5 mL dan diberi label serta disimpan pada suhu -20 °C sampai digunakan dalam Uji Hambat Aglutinasi atau Haemagglutination InhibitionTest.

Pembuatan Red Blood Cells (RBC) 1%

(14)

4

atau dua kali volume darah. Suspensi di homogenkan dan di sentrifus kembali. Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pencucian ketiga supernatan dibuang, sehingga diperoleh RBC dengan konsentrasi 100%. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan penambahan NaCl fisiologis 0.9% secara bertingkat menjadi 50%, 5%, dan 1%. Suspensi RBC tersebut dapat langsung digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu menjadi suspensi 1% untuk uji Hambat Aglutinasi mikrotitrasi.

Penyiapan Virus Standar dengan Haemagglutination Test (HA Test)

Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke sumur microplate berbentuk V (V bottom microplate) baris pada A−F, kolom 2−12, kemudian antigen AI dimasukkan ke dalam sumur A1−E1. Antigen AI sebanyak 25 µl dipindahkan dari sumur A1−E1 ke dalam sumur A2−E2 menggunakan pipet multichannel dan dihomogenkan 5 kali dengan memipet naik turun. Setiap antigen yang dimasukkan dilakukan penggantian tips.

Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur B2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Selanjutnya dari sumur B2 dikeluarkan sebanyak 25 µl campuran tersebut sehingga pengenceran pada sumur B2 menjadi 1/3. Sebanyak 75 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur C2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Dari sumur C2 diambil 75 µl campuran pada sumur tersebut sehingga pengencerannya menjadi 1/5.

Sebanyak 125 µl PBS dipipet ke dalam sumur D2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Dari sumur D2 diambil 125 µl suspensi sehingga pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/7. Sebanyak 175 µl PBS dipipet ke dalam sumur E2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Dari sumur E2 diambil 175 µl suspensi sehingga pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/9. Selanjutnya digunakan pipet multichannel dengan tips baru. Dipipet 25 µl suspensi dari kolom A2−E2 ke dalam A3−E3 ke dalam kolom A4−E4 dan dihomogenkan 5 kali dengan memipet naik turun. Langkah ini diulangi hingga kolom A12−E12. Setelah dihomogenkan 5 kali dari A12−E12 dibuang 25 µl suspensi. Selanjutnya 25 µl PBS dan 25 µl RBC 1% dimasukkan ke dalam setiap sumur. Microplate di kocok selama 10 detik. Kemudian diinkubasi selama 60 menit pada suhu 4 °C. Hasil diamati setelah sumur kontrol positif terlihat adanya reaksi penghambatan aglutinasi dengan memiringkan microplate (OIE 2014).

Haemagglutination Inhibition Test (HI Test)

(15)

5 Analisis Data

Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan geometric mean titre (GMT) dengan rumus matematis:

log GMT = log t S + log t NS + ⋯ + log tn Sn

Keterangan: N = Jumlah contoh serum yang diamati

t = Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat menghambat aglutinasi RBC)

S = Jumlah contoh serum yang bertiter t n = Titer antibodi pada sampel ke-n

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prevalensi merupakan istilah epidemiologi untuk mengukur kejadian suatu penyakit. Tingkat prevalensi yaitu jumlah kejadian penyakit pada suatu populasi dengan besarnya populasi pada kurun waktu tertentu. Prevalensi serologis atau seroprevalensi merupakan proporsi hewan dalam suatu populasi yang memiliki antibodi terhadap virus tertentu (Fenner et al. 1995). Seroprevalensi adalah nisbah antara jumlah hewan yang terdeteksi positif uji dengan jumlah hewan yang berisiko terkena penyakit (Aditya 2007).

Hasil Haemaglutination Inhibition Test (HI Test) dan nilai seroprevalensi positif terhadap sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu dan Sedoa, Kecamatan Lore Utara menunjukkan bahwa spesies unggas ini telah terpapar VAI subtipe H5N1. Sebanyak 9 dari 22 sampel serum darah ayam kampung dinyatakan positif mengandung antibodi terhadap VAI (Tabel 2). Nilai titer antibodi pada sejumlah sampel ayam kampung di desa Napu dan Sedoa menunjukkan hasil variasi. Desa Napu menunjukkan hasil 20 sebanyak 3 sampel dan 21 sebanyak 4 sampel. Berbeda dengan sampel ayam kampung dari desa Sedoa menunjukkan hasil lebih variatif yaitu 20 sebanyak 10 sampel, 21sebanyak 3 sampel, 23 sebanyak 1 sampel, dan 27 sebanyak 1 sampel (Tabel 1). Titer antibodi yang tinggi menunjukkan keterpaparan VAI yang tinggi dan terus menerus pada individu tersebut. Variasi titer antibodi ini berkaitan dengan respon pembentukan antibodi pada setiap individu, dan hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan hewan, genetik, umur, nutrisi pakan, stress, kondisi lingkungan, dan cara pemeliharaan (White dan Fenner 2006) serta jumlah virus yang menginfeksi dan perbedaan waktu infeksi. Ayam yang sehat memiliki respon kebal maksimal. Mekanisme imunitas dapat dipicu apabila dirangsang oleh paparan virus dengan dosis yang cukup. Lamanya paparan virus juga mempengaruhi titer antibodi (Darmawi et al. 2012). Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara belum pernah divaksinasi. Secara keseluruhan, diperoleh seroprevalensi VAI pada ayam kampung di desa Napu sebesar 57% dengan rataan titer (GMT) 20.57 dan ayam kampung di desa Sedoa memiliki rataan titer 20.87 dengan seroprevalensi 33% diantaranya memiliki antibodi yang protektif terhadap paparan VAI dengan sebaran nilai titer antibodi 20 sampai 27 (Tabel 1 dan Tabel 2). Nilai titer antibodi protektif yang direkomendasikan oleh OIE yaitu ≥24 (OIE 2014). Unggas yang mempunyai titer antibodi protektif umumnya dapat bertahan menghadapi infeksi VAI.

(17)

7 Tabel 1 Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza di

masing-masing desa Kecamatan Lore Utara

Titer antibodi Frekuensi (ekor)

Tabel 2 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di masing-masing desa Kecamatan Lore Utara

Asal sampel Hasil uji sampel ayam kampung Rataan GMT

Ʃ Sampel Positif (n%) Negatif (n%)

Napu 7 4 (57) 3 (43) 20.57

Sedoa 15 5 (33) 10 (67) 20.87

Total 22 9 13

Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre

Antibodi terdapat dalam berbagai cairan tubuh, namun konsentrasi paling tinggi dan mudah diperoleh dalam jumlah banyak untuk dianalisis adalah yang terdapat di dalam serum (Elfidasari 2013). Haemagglutination Inhibition Test digunakan untuk mengidentifikasi virus dengan menentukan banyaknya titer antibodi yang terkandung di dalam serum terhadap antigen VAI (Damanik et al. 2013). Hal ini berkaitan dengan tingkat kekebalan suatu individu terhadap virus tertentu. Antibodi di dalam tubuh hewan bereaksi terhadap antigen hemaglutinin yang terdapat pada permukaan luar virus. Hemaglutinin ini berfungsi untuk menginisiasi mekanisme infeksi virus terhadap sel target (Aditya 2007). Uji ini digunakan antigen yang homolog sehingga terjadi ikatan antigen-antibodi yang menyebabkan virus tidak melekat atau berikatan dengan reseptor membran sel darah merah dan tidak terjadi aglutinasi (Elfidasari 2013).

(18)

8

antibodi (Elfidasari 2013). Antibodi berfungsi untuk menetralkan antigen, selama antigen tersebut masih berada di luar sel (Wibawan dan Soejoedono 2013). Antibodi terhadap AI yang terbentuk di dalam tubuh hewan dapat diperoleh dari antibodi maternal, infeksi alami, dan vaksinasi.

Unggas air terutama Anseriformes (entok, itik, dan angsa) dan Charadriiformes (burung liar, burung laut, burung camar laut) merupakan reservoir alami virus influenza tipe A dan berperan terhadap ekologi dan propagasi virus. Umumnya unggas air yang terinfeksi VAI tidak menunjukkan gejala klinis. Migrasi unggas air berperan dalam penularan dan penyebaran penyakit AI. Disamping migrasi, perubahan iklim juga berpengaruh dalam penyebaran virus. Prevalensi VAI dilaporkan tinggi pada musim gugur, dingin, dan musim hujan. Kasus AI di Indonesia meningkat saat musim hujan dengan tingkat kelembaban tinggi (Hewajuli dan Dharmayanti 2012). Kelembaban yang tinggi menjadi faktor pendukung penyebaran dan perkembangbiakan VAI di lingkungan (Hewajuli dan Dharmayanti 2012). Sulawesi Tengah memiliki temperatur lingkungan berkisar 16−22 °Cdi daerah pegunungan dan 25−31 °C di dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban 71−76 % (DEPHUT 2015). Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah pegunungan dengan temperatur lingkungan 15.4 °C (Simanjuntak 2010). Suhu rendah dapat mengakibatkan VAI dapat bertahan lama di lingkungan. Virus AI subtipe H5N1 di permukaan air memiliki kemampuan untuk bertahan selama 4 hari pada suhu 22 °C, lebih dari 30 hari pada suhu 0 °C, dan virus AI subtipe H5N1 dapat bertahan lebih lama di bawah -50 °C (Elfidasari 2013). Suhu yang tinggi pada musim kemarau kemungkinan menyebabkan VAI di lingkungan menjadi inaktif. Kejadian infeksi VAI pada musim kemarau berbeda dengan kejadian musim hujan. Virus AI dapat inaktif pada suhu 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam, dengan pH<5 atau pH>8. Suhu tinggi pada musim kemarau dapat menyebabkan VAI di lingkungan menjadi inaktif (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).

Keberadaan virus Avian Influenza di wilayah Lore Utara di duga berasal dari ayam pedaging hidup yang di beli masyarakat untuk konsumsi. Ayam pedaging dibeli di pasar unggas di Kota Palu atau Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Kedua daerah tersebut merupakan daerah yang pernah dilaporkan adanya kasus infeksi VAI. Ayam pedaging hidup ini dapat menularkan VAI ke hewan lainnya di lingkungan tersebut. Berdasarkan laporan, Kota Palu merupakan daerah endemis VAI. Tahun 2012 dilaporkan terdapat 1 kasus AI di Kota Palu Sulawesi Tengah (DITKESWAN 2012). Pasar unggas berperan sebagai tempat penularan VAI. Hal ini menyebabkan virus menyebar di lingkungan sehingga hewan lain atau ternak unggas lain terpapar (Darmawi et al. 2012).

(19)

9 termasuk entok merupakan reservoir VAI (Wibawan 2012). Menurut Elfidasari (2013) pada unggas air antara VAI dan inang terjadi toleransi yang baik sehingga replikasi atau perbanyakan virus di dalam tubuh unggas terjadi secara efisien. Virus Avian Influenza mudah beradaptasi sehingga tidak asing dalam tubuh hewan atau inang.

Tabel 3 Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di masing-masing desa Kecamatan Lore Utara

Titer antibodi Frekuensi (ekor)

Desa Wuasa Desa Napu Desa Sedoa

20 6 12 5

Jumlah sampel 6 12 5

Tabel 4 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di masing- masing desa Kecamatan Lore Utara

Asal sampel Hasil uji sampel entok Rataan GMT

Ʃ Sampel Positif (n%) Negatif (n%)

Wuasa 6 0 (0) 6 (100) 20

Napu 12 0 (0) 12 (100) 20

Sedoa 5 0 (0) 5 (100) 20

Total sampel 23

Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre

Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara di pelihara secara ekstensif yaitu diumbar di pekarangan dan area pesawahan. Hal ini turut mendukung dalam penularan dan penyebaran VAI. Mekanisme rute penyebaran virus ini belum dapat diperkirakan, namun demikian rute penularan virus dapat melalui peralatan terkontaminasi atau lewat unggas hidup yang terinfeksi. Umumnya penyebaran VAI bereplikasi pada saluran pencernaan unggas dan tanpa menunjukkan gejala klinis (melalui fecal-oral). Virus Avian Influenza pada unggas air dilaporkan lebih tinggi diekresikan melalui trakhea atau saluran pernapasan bagian atas daripada kloaka dan hal ini lebih relevan dikarenakan adanya beberapa pola hidup inang yang memungkinkan penularan VAI (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).

(20)

10

telah menetapkan langkah strategis pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan AI di Indonesia yaitu meliputi peningkatan biosekuriti, depopulasi, vaksinasi, pengendalian lalu lintas, surveilans, peningkatan kesadaran masyarakat, monitoring dan evaluasi (Hewajuli dan Dharmayanti 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai seroprevalensi positif terhadap sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu dan Sedoa, Kecamatan Lore Utara menunjukkan unggas ini telah terpapar VAI subtipe H5N1. Namun demikian, sampel entok menunjukkan hasil negatif VAI akibat rendahnya respon kebal terhadap infeksi virus.

Saran

Perlu dilakukan surveilans dan penulusuran kembali AI di wilayah tersebut dan perlu dilakukan public awareness serta melakukan peningkatan tindakan biosekuriti sebagai strategi pencegahan penyakit AI.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya IG. 2007. Prevalensi Serologis Avian Influenza pada Unggas Sektor IV di Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Damanik EG, Kencana YGA, Mahardika IGNK. 2013. Seroprevalensi Penyakit Avian Influenza pada Itik di Kabupaten Klungkung. Buletin Veteriner Udayana. 5(2):139-146.

Darmawi, Darniati, Dewi M, Fahrurrazi, Abrar M, Erina. 2013. Seroprevalensi Avian Influenza H5N1 pada Unggas di Kabupaten Aceh Utara. Agripet. 13(2):21-25.

Darmawi, Manaf ZH, Darniati, Fakhrurrazi, Abrar M, Erina. 2012. Deteksi Antibodi Serum Terhadap Avian Influenza pada Ayam Buras. Agripet. 12(1):23-27.

[DITKESWAN] Direktorat Kesehatan Hewan. 2015. Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Maret 2015. [diunduh 2015 Juni 21]. Tersedia pada: http://www.keswan.ditjennak.pertanian.go.id

(21)

11 [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2015. Profil Kehutanan Provinsi Sulawesi

Tengah. [diunduh 2015 Juni 29]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id. Elfidasari D. 2013. Potensi Burung Air Liar Terhadap Penyebaran Virus Avian

Influenza Subtipe H5N1 di Cagar Alam Pulau Dua [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ernawati R, Putranto E. D, Hanief MR. 2011. Kandidat Vaksin Flu Burung H5N1 Bagi Ternak Ayam Isolat Asal Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan. 4(1):19-24.

Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, Studdert MJ, White DO. 1995. Virologi Veteriner (Edisi Kedua). Semarang (ID): IKIP Semarang Pr. Terjemahan dari: Veterinary Virology.

Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012. Hubungan AI dan Unggas Air dalam Menciptakan Keragaman Genetik serta Peran Unggas Air sebagai Reservoir pada Penyebaran Virus AI. WARTAZOA. 22(1):12-23.

Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2008. Karakterisasi dan Identifikasi Virus Avian Influenza. WARTAZOA. 18(2):86-100.

Kencana GAY, Mahardika IGNK, Suardana IBK, Astawa INM, Dewi NMK, Putra GNN. 2012. Pelacakan Kasus Flu Burung pada Ayam dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner. 13(3):303-308. [OIE] Office International des Epizooties. 2014. OIE Terestrial Manual 2014 Chapter 2.3.4–Avian Influenza. Version adopted by the World Assembly of Delegates of the OIE in May 2014. Pp. 1-23. Paris (FR).

Putra IGNN, Dewi NMRK, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2013. Dinamika Seroprevalensi Virus Avian Influenza H5 pada Itik di Pasar Unggas Beringkit dan Galiran. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. 1(2):70-75.

Siahaan LL, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2014. Seroprevalensi Avian Influenza pada Itik di Pasar Hewan Beringkit dan Peternakan Badung. Indonesia Medicus Veterinus. 3(2):147-154.

Simanjuntak BH. 2010. Studi Biofisik Lahan di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Transmigrasi Tampo Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah untuk Pengembangan Tanaman Pangan. AGRIC. 22(1):9-19.

White DO, Fenner FJ. 2006. Medical Virology. USA: Academic Pr.

Wibawa H, Lestari, Mulyawan H, Pramastuti I. 2014. Survei Penyakit Avian Influenza Subtipe H5 di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Laboratorium Veteriner Balai Besar Veteriner Wates. 14(2):14-23.

Wibawan IWT. 2012. Manifestasi Subklinik Avian Influenza pada Unggas. Ancaman Kesehatan dan Penanggulangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID), 22 Desember 2012.

(22)

12

Lampiran 1 Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di Kecamatan Lore Utara

Sampel ke-

Nilai titer antibodi pada HI Test (Log 2)

Asal sampel entok Asal sampel ayam kampung

Desa Wuasa

Desa Napu

Desa Sedoa

Desa Napu

Desa Sedoa

1 0 0 0 0 0

2 0 0 0 1 1

3 0 0 0 1 0

4 0 0 0 1 0

5 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0

7 0 1 0

8 0 0

9 0 0

10 0 0

11 0 7

12 0 1

13 3

14 1

15 0

Jumlah 0 0 0 4 13

Rataan

GMT 2

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 23 April 1993 anak kedua dari delapan bersaudara, dari (alm) Bapak Sudarsono dan Ibu Rini Setyowati. Penulis tinggal di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini.

Pendidikan formal penulis dimulai dari MI Ma’arif Blendangan Yogyakarta lulus 2005, dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Gamping Yogyakarta, lulus tahun 2008. Penulis lulus dari SMA Islam Pambudi Luhur Bogor dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2011, Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan sebagai program studinya.

Gambar

Gambar 1  Intepretasi hasil HI Test pada microplate (P: positif; N: negatif)

Referensi

Dokumen terkait

Spektrum FTIR (KBr) dari senyawa Pr(III)- 1,4-fenilendiamin (Tabel 2) memperlihatkan serapan vibrasi yang kuat dan melebar pada 3435 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus

Kontrol.. 5) Hasil Uji Efektivitas Layanan Informasi Tentang Sex Education dalam Meningkatkan Pengetahuan Sikap Seks Sehat Peserta Didik Pada Indikator Meliliki

Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu mewujudkan bangunan Aikido Training Center di Yogyakarta yang dapat mewadahi pendidikan dan pelatihan sekaligus menanamkan

• Sistem rencana organisasi merupakan tulang punggung (sarana) sistem pengendalian intern,karena proses pengambilan keputusan yang menuju sistem pembeian wewenang untuk

Meski alasan mereka menggunakan jilbab adalah karena jilbab merupakan pakaian wajib bagi perempuan muslim, terkadang secara sadar ataupun tidak, jilbab kreatif

Gen KIF12 berpotensi digunakan sebagai penanda genetik untuk asam lemak oleat (C18:1n9c) untuk mengahasilkan daging domba sehat dengan kandungan asam lemak

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

Pemodelan multibahaya penurunan tanah dan banjir pasang di wilayah pesisir Kabupaten Demak bertujuan untuk mengetahui keccenderungan penurunan tanah serta kecenderungan