• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makanan Ikan Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) Di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makanan Ikan Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) Di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MAKANAN IKAN TOTOT

Johnius belangerii

(Cuvier 1830)

DI DELTA CIMANUK PABEAN ILIR PASEKAN,

INDRAMAYU, JAWA BARAT

NIANITARI SARAGIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Makanan Ikan Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2014

Nianitari Saragih

(4)
(5)

ABSTRAK

NIANITARI SARAGIH. Makanan ikan totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh Yunizar Ernawati dan Ridwan Affandi.

Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makanan ikan totot di perairan delta Cimanuk penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga Mei 2014 di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Jumlah sampel yang dianalisis 214 individu. Analisis isi lambung menggunakan metode indeks bagian terbesar (IP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan totot (J. belangerii) adalah ikan karnivora dengan makanan utama Crustacea (Acetes sp.). Ikan kecil bersifat spesialis, sedangkan ikan besar bersifat generalis. Makanan ikan betina lebih beragam dari pada ikan jantan. Peluang terjadinya kompetisi pada ikan totot betina dalam memanfaatkan sumber daya makanan terjadi pada ukuran antara 92-115 mm dan 116-139 mm dan pada ikan totot jantan antara ukuran 68-91 mm dan antara ukuran 92-115 mm dan ukuran antara 92-115 mm dan 164-187 mm. Ikan totot aktif mencari makan pada siang hari di sekitar dasar perairan.

Kata kunci : Ikan totot (J.belangerii), Delta Cimanuk, makanan

ABSTRACT

NIANITARI SARAGIH. Belanger’s croaker food (Cuvier 1830) in Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, West Java. Supervised by Yunizar Ernawati and Ridwan Affandi.

Food could determines the survival, growth, and reproduction of fish. The purpose this study was to know the food type of belanger’s croaker in Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, West Java. This study were conducted on Maret-Mei 2014. Total samples analysed were 214 individuals. The stomach content was analyzed using index of preponderance (IP). The result of study showed that belanger’s croaker was carnivora with main food crustacean Acetes sp. as where small fish was more specialist the big fish. The opportunity a intraspesifik competition of croaeker belanger’s in food utilization occured between 92-115 mm and 116-139 mm for female fish, and between 68-91 mm and 92-115 mm and between 92-115 mm and 164-187 mm for male fish. The female fish was more diverse than the male fish in food utilization. Belanger’s croaker actively foraging during the day and actively foraging in water bodies near bottom waters.

(6)
(7)

MAKANAN IKAN TOTOT

Johnius belangerii

(Cuvier 1830)

DI DELTA CIMANUK PABEAN ILIR PASEKAN,

INDRAMAYU, JAWA BARAT

NIANITARI SARAGIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas segala rahmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Makanan Ikan Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis.

2. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama perkuliahan.

3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Dr Ir Agustinus M Samosir M Phil selaku penguji tamu dan Dr Majarina Krisanti SPi MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukannya.

5. Keluarga penulis, Ibu (Merda Purba), Bapak (Drs Karman Saragih alm), Trianita Mutiara Saragih dan Bensabarman Saragih S.E beserta keluarga besar Penulis yang telah memberikan banyak motivasi, doa dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.

6. Teman seperjuangan penelitian Indramayu 2 Noor, Ade Wahyudi, bang Eza kerjasama selama penelitian di lapangan

7. Bapak Ruslan, Bang Aries yang selama ini sudah membantu Penulis selama pengamatan di Laboratorium Makro 1

8. Sahabat Penulis Ka sri, Fani, Akrom, Aji, Nina, Ita, Lulu, Serli, Dwi, Tiwi, Anis atas semangat, dukungan dan doa kepada Penulis.

9. Sahabat penulis dari MSP 47 yang tidak mungkin disebut satu persatu atas semangat, dukungan dan doa kepada Penulis.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Kerangka pemikiran 1

Tujuan penelitian 2

Manfaat penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu penelitian 2

Prosedur kerja 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 21

KESIMPULAN DAN SARAN 23

Kesimpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

RIWAYAT HIDUP 37

DAFTAR TABEL

1 Parameter lingkungan perairan yang diamati, metode, serta alat

pengukurnya 4

2 Distribusi frekuensi panjang ikan totot selama pengamatan 9 3 Jumlah, kisaran panjang total dan bobot ikan totot selama pengamatan 9 4 Kelompok makanan ikan totot (J. belangerii) selama penelitian 12 5 Nilai kisaran TK/TB, nilai kisaran LBM/TK, nilai kisaran PU/PT 18 6 Luas relung makanan ikan totot (J. belangerii) 19 7 Tumpang tindih relung makanan ikan totot betina berdasarkan ukuran

panjang 20

8 Tumpang tindih relung makanan ikan totot jantan berdasarkan ukuran

panjang 20

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram kerangka pemikiran 2

(12)

3 Ikan totot Johnius belangerii 3 4 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan

ukuran panjang tubuh 9

5 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan

ukuran panjang tubuh 9

6 Aktivitas makan ikan totot jantan (J. belangerii) berdasarkan

waktu pengamatan 10

7 Nilai faktor kondisi ikan totot jantan dan betina berdasarkan

kelompok ukuran panjang 11

8 Nilai faktor kondisi ikan totot berdasarkan waktu pengamatan 11 9 Makanan ikan totot betina (J. belangerii) 13 10 Makanan ikan totot jantan (J. belangerii) 13 11 Makanan ikan totot betina (J. belangerii) berdasarkan ukuran 14 12 Makanan ikan totot jantan (J. belangerii) berdasarkan ukuran 14 13 Makanan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan waktu

pengamatan 15

14 Makanan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan waktu

pengamatan 15

15 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii) 16 16 Hubungan panjang usus dan panjang total ikan totot (J.

belangerii) 17

17 Hubungan lebar bukaan mulut ikan totot betina dan ukuran

panjang 18

18 Hubungan lebar bukaan mulut ikan jantan dan ukuran panjang 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi penelitian 27

2 Panjang total, bobot total, panjang usus, diameter mata, luas bukaan mulut, tinggi badan, tinggi kepala, jenis kelamin 27 3 Indeks kepenuhan lambung ikan betina berdasarkan kelompok

ukuran panjang tubuh 34

4 Indeks kepenuhan lambung ikan jantan berdasarkan kelompok

ukuran panjang tubuh 34

5 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii) 34

6 Makanan ikan totot secara umum 34

7 Komposisi makanan ikan totot betina berdasarkan selang ukuran 34 8 Komposisi makanan ikan jantan berdasarkan selang ukuran 35

9 Komposisi makanan ikan totot betina 35

10 Komposisi makanan ikan totot jantan 36

11 Komposisi makanan ikan totot betina dan jantan

berdasarkan waktu penangkapan 36

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ikan totot (Johnius belangerii) merupakan salah satu jenis ikan yang terdapat di perairan Delta Cimanuk Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu. Ikan totot (J. belangerii) merupakan salah satu sumber daya perikanan yang keberadaannya melimpah di Delta Cimanuk, Indramayu. Produksi hasil tangkapan ikan totot (J. belangerii) di daerah Jawa Barat sebesar 357,50 kg/tahun (3,19 %) (Rachmawati 2008). Aktivitas penangkapan ikan totot secara terus menerus oleh nelayan akan menyebabkan penurunan populasi ikan totot. Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sumber daya perikanan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan termasuk sumber daya ikan totot di Delta Cimanuk Indramayu. Dasar dalam upaya pengelolaan ikan totot adalah mengetahui aspek biologi ikan totot, yaitu analisis makanannya.

Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan, antara lain ditentukan oleh ketersediaan makanan. Salah satu informasi mengenai aspek makanan ikan tersebut adalah jenis makanan utama. Hal yang mencakup dalam aspek makanan ikan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Makanan dan kebiasaan makan itu secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan hidup. Dengan mengetahui aspek makanan, dapat dilihat hubungan ekologis diantara individu di perairan tersebut misalnya pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan (Effendi 2002).

Studi mengenai ikan totot masih terbatas. Oleh karena itu penelitian mengenai makanan ikan totot (J. belangerii) diperlukan untuk mendapatkan informasi penting mengenai makanan utama, tingkat pemanfaatan sumber daya makanan, dan kemungkinan adanya persaingan dalam memperebutkan makanan ikan totot. Informasi tentang makanan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan sumber daya di Delta Cimanuk Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu.

Kerangka pemikiran

Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan, antara lain ditentukan oleh makanan. Ikan totot (J. belangerii) merupakan salah satu sumber daya perikanan yang keberadaannya melimpah di Delta Cimanuk, Indramayu. Tingginya aktivitas penangkapan ikan totot oleh nelayan akan menyebabkan penurunan populasi ikan totot. Upaya pengelolaan dan pelestarian sumber daya ikan salah satunya adalah mengetahui informasi mengenai ekologi makanannya. Oleh sebab itu, studi makanan ikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengelolaan ikan totot (J. belangerii) di perairan Delta Cimanuk Indramayu.

(14)

2

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran

Tujuan penelitian

1. mendeskripsikan makanan ikan totot terkait makanan utama.

2. Mendiskripsikan makanan ikan totot terkait ukuran panjang tubuh dan jenis kelamin.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan khususnya di Delta Cimanuk ke arah yang lebih baik sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimum dan berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu penelitian

Pengambilan contoh ikan totot dilakukan di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat (Gambar 3 dan Lampiran 1). Penelitian terdiri atas dua tahap, yaitu pengambilan data primer dan analisis data menggunakan excel 2007. Pengambilan data primer dilakukan sebanyak tiga kali, dimulai pada bulan Maret 2014 hingga Mei 2014 selang waktu satu bulan. Sampling dilakukan pada siang hari dan malam hari untuk melihat apakah ikan totot termasuk ikan diurnal atau nokturnal. Analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sumber daya ikan totot

Kebiasaan makan

Aspek makanan

Makanan utama Terkait ukuran ikan Jenis kelamin Pertumbuhan

Reproduksi

Kelangsungan hidup

Dasar pengelolaan sumber daya perikanan

(15)

Gambar 2 Lokasi penelitian pengambilan contoh ikan totot (J. belangerii) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat.

Prosedur kerja

Pengumpulan data

1. Pengambilan ikan contoh

Ikan contoh ditangkap dengan menggunakan jaring insang dengan ukuran panjang 21 meter dan lebarnya 1,6 meter dengan ukuran mata jaring 1 inchi hingga 4 inchi di Delta Cimanuk, Indramayu. Ikan yang tertangkap dimasukkan dalam ember plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 10%. Identifikasi, pembedahan, dan pengukuran aspek biologi ikan dilakukan di laboratorium Biologi Makro 1. Berikut disajikan pada Gambar 3 ikan totot (J. belangerii).

(16)

4

2. Pengamatan dan pengukuran parameter fisika kimia air

Pengamatan terhadap parameter karakteristik lingkungan perairan diamati atau diukur pada setiap pengambilan sampel ikan disajikan pada Tabel l.

Tabel 1 Parameter lingkungan perairan yang diamati, metode, serta alat pengukurnya

Parameter Satuan Metode Alat

Suhu

Pengamatan dan pengukuran fisika kimia air dilakukan satu kali pada setiap pengambilan ikan contoh. Pengamatan pengukuran suhu, kecerahan, pH, salinitas, dan kedalaman dilakukan langsung di lapangan (in situ).

3. Pengumpulan data di laboratorium

Analisis makanan dilakukan di laboratorium. Pengumpulan data di laboratorium dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu identifikasi ikan, pengukuran panjang, dan berat, pembedahan ikan dan pengamatan, serta pengukuran organ ikan.

Identifikasi ikan dilakukan dengan mengamati ciri-ciri morfologi yang diamati, memakai buku identifikasi Kottelat et al 1993.

Pengukuran panjang ikan, diukur mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor menggunakan penggaris dengan kemampuan pengukuran 0.1 cm. Berat ikan ditimbang dengan timbangan digital dengan kemampuan pengukuran 0.0001 gram. Pengukuran panjang dan berat ikan digunakan untuk sebaran frekuensi panjang dan faktor kondisi. Perhitungan nilai faktor kondisi ikan totot adalah isometrik.

Ikan kemudian dibedah dengan menggunakan alat bedah. Tubuh ikan dibedah dengan gunting mulai dari bagian anus hingga belakang operculum. Alat pencernaan (lambung dan usus) ikan diambil untuk diamati isi lambung dan pengukuran panjang usus.

Usus diukur menggunakan penggaris dengan kemampuan pengukuran 1 mm. Isi lambung ditimbang menggunakan timbangan digital dengan kemampuan pengukuran 0.0001 gram. Pengukuran isi lambung dilakukan untuk mengetahui nilai ISC (Index of Stomach Content).

(17)

yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis organisme makanan adalah Allen (1991), Gosner (1971).

Analisis Data

Sebaran frekuensi panjang

Kelompok ukuran ikan totot dipisahkan menggunakan metode Battacharya. Sebaran frekuensi panjang total ditentukan dengan menggunakan rumus Sturges (Walpole 1992) .

Faktor kondisi

Faktor kondisi merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui kemontokkan ikan dari kebiasaan aktivitas makan. Perhitungan faktor kondisi ikan bergantung pada nilai b. Nilai b pada ikan totot adalah b = 3 yang artinya pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan beratnya (isometrik). Perhitungan nilai faktor kondisi ikan mengikuti persamaan sebagai berikut.

CF =

L

Keterangan :

CF = Faktor kondisi W = Berat tubuh (gram) L = Panjang total (mm) a,b = Konstanta regresi

Aspek terkait makanan

1. Lebar bukaan mulut relatif

Lebar bukaan mulut relatif menggambarkan ukuran terbesar dari makanan yang mampu dimakan oleh ikan (Ward-Campbell and Beamish 2005). Untuk menentukan lebar bukaan mulut ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.

LBM = LM Kx 100 Keterangan:

LBM = Lebar bukaan mulut relatif LM = Lebar bukaan mulut TK = Tinggi kepala 2. Panjang usus relatif

(18)

6

yang lebih pendek dari pada panjang tubuhnya. Dalam penelitian ini analisis panjang usus relatif dilakukan berdasarkan selang ukuran. Menurut Rahardjo et al (2011) perhitungan panjang usus dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Panjang usus relatif =

Aspek makanan

1. Indeks isi lambung / Indeks of stomach contens (ISC)

Perhitungan Indeks isi lambung (ISC) dilakukan untuk mengetahui aktivitas makan ikan, yaitu dengan menghitung perbandingan antara berat isi lambung dengan berat total ikan setiap waktu pengamatan. Indeks isi lambung dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Spatura and Gophen 1982).

ISC =

B

Keterangan:

ISC = Indeks isi lambung (%) SCW = Berat isi lambung (gram) BW = Berat individu ikan (gram)

2. Indeks bagian terbesar /Index of Preponderance (IP)

Indeks bagian terbesar makanan dihitung untuk mengetahui persentase suatu jenis makanan tertentu terhadap semua organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan totot. Analisis indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan berikut (Natarajan and Jhingran 1961).

IP (%) = i i

∑ni i i

Keterangan:

IP = Indeks bagian terbesar

Vi = Presentase volume makanan ke-i (%)

Oi = Frekuensi kejadian makanan ke-i

3. Luas relung dan tumpang tindih relung makanan

Luas relung makanan menggambarkan proporsi jumlah jenis sumber daya makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan (Tjahjo2000). Luas relung makanan dianalisis dengan menggunakan indeks Levin. Analisis relung makanan dihitung dengan rumus berikut (Krebs 1989).

Bi =

(19)

Keterangan :

Bi = Luas relung ikan ke-i

Pij = Proporsi organisme makanan ke-j yang dimanfaatkan oleh kelompok

ikan ke-i (%)

n = Jumlah kelompok ikan

m = Jumlah organisme makanan yang dimanfaatkan

Perhitungan luas relung berkisar antara 0-1. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Krebs 1989).

Ba=

Bi

-n

-Keterangan:

Ba = Standarisasi ruang relung

Bi = Luas relung

N = Jumlah seluruh organisme makanan yang dimanfaatkan

Menurut Collwel and Futuyama (1971) perhitungan tumpang tindih relung makanan dapat digunakan rumus berikut.

CH

=

∑ ∑ ∑

Keterangan :

CH = Tingkat kesamaan jenis makanan

Pij = Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j

Pik = Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k

n = Jumlah jenis organisme makanan m = Jumlah kelompok ukuran ikan

Menentukan Pij dapat menggunakan rumus berikut.

Pij =

Keterangan :

Pij = Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j

Nilai tumpang tindih berkisar antara 0-1. Apabila diperoleh nilai Pij =1

maka kedua kelompok yang dibandingkan memiliki jenis makanan yang sama. Sebaliknya, jika nilai Pij =0, berarti tidak didapatkan makanan yang sama antar

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komposisi hasil tangkapan dan sebaran ukuran panjang ikan totot (J. belangerii)

Sebaran frekuensi panjang total digunakan untuk mengelompokkan ukuran ikan yang tertangkap dalam selang interval tertentu (Walpole 1992). Hasil tangkapan kisaran frekuensi panjang dan bobot ikan totot (J. belangerii) yang tertangkap di perairan Delta Cimanuk Indramayu disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 2.

Tabel 2 Kisaran frekuensi panjang ikan totot selama pengamatan a

sk = selang kelas; ska = selang kelas atas; skb = selang kelas bawah; bkb = batas kelas bawah; bka = batas kelas atas; xi = rata-rata ; fi = frekuensi

Ikan totot (J. belangerii) yang diperoleh di Delta Cimanuk Indramayu, Jawa Barat berjumlah 214 individu yang terdiri atas 175 individu ikan betina dan 39 individu ikan jantan. Kisaran panjang ikan betina yang paling dominan tertangkap adalah ukuran 116-139 mm dan kisaran panjang ikan jantan yang paling dominan tertangkap adalah ukuran 92-115 mm.

Hasil pengukuran panjang dan bobot ikan totot (J. belangerii) dikelompokan dalam kisaran panjang dan bobot ikan selama penelitian di Delta Cimanuk Indramayu (Tabel 3). Nilai panjang dan bobot tertinggi selama penelitian terdapat pada bulan Maret.

Tabel 3 Jumlah, kisaran panjang total dan bobot ikan totot selama pengamatan

Bulan

rata-rata Stdev Bobot

W

(21)

Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) berdasarkan ukuran

Aktivitas makan ikan merupakan indikator yang menggambarkan intensitas ikan dalam mengambil makanannya. Aktivitas makan ikan dapat diketahui dari informasi indeks isi lambung. Aktivitas makan ikan totot berdasarkan jenis kelamin dan ukuran panjang tubuh ikan disajikan pada Gambar 4 dan 5 serta Lampiran 3 dan 4.

Gambar 4 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan ukuran panjang tubuh ikan

Hasil penelitian pada ikan jantan didapatkan 27 individu kondisi lambungnya terisi dan 12 individu kondisi lambung ikan kosong. Hasil perhitungan indeks isi lambung pada kelompok ukuran 92-115 mm lebih aktif mencari makan, sehingga lambung lebih penuh daripada ukuran ikan lainnya. Pada ukuran tersebut ikan totot diduga masih dalam pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan, ikan umumnya lebih banyak makan karena tubuh ikan masih memerlukan makanan untuk tumbuh. Hasil perhitungan indeks isi lambung terendah berdasarkan kelompok ukuran panjang ikan jantan adalah ukuran 164-187 mm. Ukuran tersebut merupakan kelompok ikan dewasa Ikan dewasa kurang aktif mencari makan dibanding dengan ikan masih muda.

Gambar 5 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan ukuran panjang tubuh ikan

68-91 92-115 116-139 140-163 164-187 188-211 212-235 260-283

N= 1 N= 23 N= 56 N= 34 N= 17 N= 4 N= 1 N= 2

IS

(22)

10

Hasil penelitian pada ikan betina didapatkan 136 individu kondisi lambung ikan terisi dan 39 kondisi ikan kosong. Hasil perhitungan indeks isi lambung pada kelompok ukuran 92-115 mm lebih aktif mencari makan, sehingga lambung lebih penuh daripada ukuran ikan lainnya. Pada ukuran tersebut ikan totot diduga masih dalam pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan, ikan umumnya lebih banyak makan karena tubuh ikan masih memerlukan makanan untuk tumbuh. Hasil perhitungan indeks isi lambung terendah berdasarkan kelompok ukuran panjang ikan betina adalah ukuran 188-211 mm. Ukuran tersebut merupakan kelompok ikan dewasa Ikan dewasa kurang aktif mencari makan dibanding dengan ikan masih muda.

Aktivitas makan ikan totot berdasarkan waktu pengamatan

Aktivitas makan ikan merupakan indikator yang menggambarkan intensitas ikan dalam mengambil makanannya. Aktivitas makan ikan dapat diketahui dari informasi indeks isi lambung. Hasil perhitungan indeks isi lambung selama waktu pengamatan mengalami fluktuasi. Hasil perhitungan indeks isi lambung selama pengamatan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Aktivitas makan ikan totot J. belangerii betina (a) dan jantan (b) berdasarkan waktu pengamatan

Nilai indeks isi lambung terbesar terdapat pada bulan April. Hal ini diduga ikan tersebut sedang aktif mencari makan sehingga lambung lebih banyak berisi. Indeks isi lambung dari ketiga bulan berbeda diduga disebabkan oleh beberapa faktor adalah faktor lingkungan, waktu penangkapan ikan yang tidak bertepatan dengan aktivitas ikan mencari makan, kebutuhan ikan, selera makan, ketersediaan makanan yang ada disekitar habitat.

Faktor kondisi ikan totot (J. belangerii)

(23)

Gambar 7 Nilai faktor kondisi ikan totot betina (a) dan jantan (b) berdasarkan kelompok ukuran panjang tubuh

Nilai kisaran faktor kondisi ikan totot betina adalah 0,98-1,30 dan ikan totot jantan adalah 1,07-1,27. Nilai kisaran faktor kondisi ikan totot betina lebih besar daripada ikan jantan. Merta (1993) bahwa perbedaan dalam faktor kondisi tersebut sebagai indikasi dari berbagai sifat-sifat biologi dari ikan seperti kegemukan, kesesuaian dari lingkungan atau perkembangan gonadnya.

Nilai faktor kondisi ikan totot (J. belangerii) berdasarkan waktu pengamatan

Faktor kondisi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui pola aktivitas makan ikan selama waktu pengamatan. Hasil perhitungan faktor kondisi ikan totot pada setiap jenis kelamin selama waktu pengamatan disajikan pada Gambar 8.

(24)

12

Nilai faktor kondisi tertinggi pada setiap jenis kelamin terdapat pada bulan Mei. Hal ini disebabkan aktivitas makan ikan tinggi di bulan April sehingga mengalami pertumbuhan ikan di bulan Mei atau terjadi proses pertumbuhan ikan di bulan berikutnya. Faktor kondisi dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan kemampuan ikan dalam kelangsungan hidupnya.

Makanan ikan totot secara umum

Komposisi makanan yang terdapat pada isi lambung ikan totot (J. belangerii) disajikan pada Tabel 4 dan Lampiran 6. Jenis makanan ikan totot yang ditemukan selama penelitian terdiri dari empat kelompok, yaitu Crustacea, Polychaeta, Bivalvia, dan Pisces (Tabel 4 dan Lampiran 6). Jenis makanan yang paling banyak ditemukan berasal dari kelompok Crustacea.

Tabel 4 Kelompok makanan ikan totot (J. belangerii) selama penelitian

No Class Famili Genus

1 Crustace Sargestidae Palaemonidae 3 Pisces Engraulidae

Chandidae

Makanan ikan totot berdasarkan jenis kelamin

Hasil perhitungan dari nilai indeks bagian terbesar pada ikan totot yang tertangkap dengan proporsi jumlah ikan dengan lambung berisi makanan sejumlah 136 individu dan lambung kosong 39 individu. Berikut ini disajikan makanan ikan totot berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 9 dan 10.

(25)

Gambar 9 Komposisi makanan ikan totot (J. belangerii) betina

Gambar 10 Komposisi makanan ikan totot (J. belangerii) jantan

Makanan ikan totot berdasarkan ukuran

Makanan ikan totot berdasarkan ukuran jika dilihat secara keseluruhan komposisi makanan seiring dengan pertambahan umur menjadi bertambah jenis makanan yang dimakan. Pertambahan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan totot berhubungan dengan lebar bukaan mulut ikan, kemampuan ikan dalam mencari makan, dan kebutuhan nutrisi yang diperlukan dalam tubuh ikan tersebut.

(26)

14

Gambar 11 Makanan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan ukuran

Perubahan ukuran suatu ikan merupakan pertambahan panjang selama selang waktu tertentu. Perubahan ukuran ini disebabkan oleh makanan. Makanan merupakan sumber energi yang berguna bagi pertumbuhannya. Ukuran ikan juga akan menentukan jenis makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Semakin besar ukuran suatu ikan, makanan yang dimanfaatkan akan semakin besar ukurannya dibandingkan dengan ukuran ikan yang kecil. Hal ini disesuaikan dengan adanya perubahan pada organ yang berperan dalam sistem pencernaan tersebut. Hasil analisis makanan ikan betina berukuran 69-91 mm sampai dengan 116-139 mm, jenis organisme yang mendominasi adalah Acetes sp. Ikan totot berukuran 140-163 mm sampai dengan 164-187 mm jenis organisme makan berubah menjadi Bivalvia. Ikan totot berkuran 188-211 mm jenis organisme makan berubah menjadi Palaemonidae. Ikan totot berukuran 211-235 mm jenis organisme yang mendominasi adalah Ampipoda. Ikan totot berukuran 260-283 mm jenis organisme yang mendominasi adalah Acanthosquilla sp.

.

(27)

Hasil analisis makanan ikan totot jantan didominasi oleh Acetes sp, dengan ukuran ikan 68-91 mm sampai dengan 92-115 mm. Ikan berukuran 116-139 mm sampai dengan 140-163 mm jenis organisme yang mendominasi adalah Uca sp. Ikan totot berukuran 164-187 jenis organisme yang mendominasi adalah Palemonidae.

Makanan ikan totot berdasarkan waktu pengamatan

Dilihat dari waktu pengamatan, terjadi perubahan jenis makanan ikan totot (J. belangerii). Berikut ini merupakan komposisi makanan ikan totot selama waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14 serta Lampiran 11 dan 12.

Gambar 13 Makanan ikan totot betina berdasarkan waktu pengamatan

Hasil analisis makanan pada ikan totot betina menunjukkan bahwa jenis Crustacea mendominasi makan selama waktu pengamatan. Jumlah Acetes sp. tertinggi di bulan Mei sebesar 75,513%. Selain Acetes sp. kemudian diikuti dengan jenis Bivalvia. Ikan Ambasis sp. dan Macrosetela sp. merupakan organisme yang keberadaannya tergantung dengan musim karena pada bulan lain tidak ditemukan. Jenis makanan tambahan ikan totot adalah Steloporus sp., Cocepoda, ikan tidak teridentifikasi, Ampipoda, dan Acanthosquila sp. disebabkan proporsinya paling kecil.

Gambar 14 Makanan ikan totot jantan berdasarkan waktu pengamatan

(28)

16

Hasil analisis makanan pada ikan jantan menunjukkan bahwa jenis Crustacea mendominasi jumlah makanan selama waktu pengamatan. Hasil pengamatan pada bulan Maret makanan yang paling banyak adalah Palaemonidae sebesar 42,86%. Bulan April dan Mei jenis Acetes sp. sebesar 84,01% dan 69,77%.

Kategori ikan berdasarkan makanannya

Untuk mengetahui suatu jenis ikan apakah bersifat karnivora, herbivora atau omnivora, dapat dilihat dari makanan utamanya, struktur anatomis saluran pencernaan dan insang ikan, dan panjang usus relatif. Berikut ini adalah data hasil pengamatan yang telah dilakukan.

1. Makanan utama ikan totot (J.belangerii)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan totot, makanan ikan totot terdiri atas 4 kelompok organisme, yaitu organisme jenis Crustacea, Polycaeta, Pisces dan Bivalvia. Jenis makanan yang paling banyak ditemukan adalah jenis Crustacea (Acetes sp.)

2. Struktur anatomis saluran pencernaan dan insang ikan totot (J. belangerii) Selain informasi makanan utama, kategori makanan dapat dilihat dari morfologi saluran pencernaan ikan totot sebagaimana disajikan pada Gambar 15 dan Lampiran 5. Saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii) terdiri atas esofagus, lambung, usus, dan anus disajikan pada Gambar 15.

a = lambung; b=usus; c = rektum; d= anus

Gambar 15 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii) Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

(29)

3. Hubungan panjang usus dan panjang total ikan totot (J. belangerii)

Dalam rangka memperoleh gambaran secara umum, apakah ikan totot termasuk kategori ikan herbivora, omnivora, atau karnivora telah dilakukan perbandingan rata-rata panjang total dengan panjang usus. Hasil pengukuran panjang total dan panjang usus diperoleh data yang disajikan pada Gambar 16 dan Lampiran 2.

Gambar 16 Hubungan antara panjang usus relatif dan ukuran panjang total ikan totot

Hubungan antara panjang usus relatif dan ukuran panjang ikan totot, mempunyai korelasi positif (Gambar 16). Peningkatan ukuran panjang tubuh ikan totot mempengaruhi panjang usus ikan. Nilai r panjang usus relatif dengan ukuran panjang tubuh ikan, yaitu 0,88. Untuk karnivora umumnya bernilai <1. Panjang usus ikan totot (J. belangerii) lebih pendek dibanding panjang total. Hasil informasi yang telah disebutkan sebelum uraian berikutnya bahwa ikan totot termasuk dalam kategori ikan karnivora.

Kebiasaan makan

1. Lebar bukaan mulut ikan totot (J. belangerii)

Kebiasaan makan ikan adalah kebiasaan ikan dalam mendapatkan makanannya mencakup cara ikan dalam mencari makanan berdasarkan tempat dan waktu. Bentuk mulut berkaitan erat dengan kebiasaan makan. Ikan totot bersifat predator dilihat dari bentuk mulut ikan totot adalah protactile (mulut dapat disembulkan) dengan posisi mulutnya adalah subterminal, dimana ikan totot merupakan ikan tersier atau Predator III. Lebar bukaan mulut ikan dilihat pada jenis kelamin berbeda berdasarkan kelompok ukuran panjang disajikan pada pada Gambar 17 dan 18 serta Lampiran 2.

(30)

18

Gambar 17 Hubungan analisis lebar bukaan mulut dan ukuran panjang tubuh ikan totot betina

Gambar 18 Hubungan analisis lebar bukaan mulut ikan dan ukuran panjang tubuh ikan totot jantan

Data hasil pengukuran menunjukkan, lebar bukaan mulut semakin besar seiring dengan pertambahan panjang tubuh ikan. Nilai r jenis kelamin betina dan jantan adalah 0,96 dan 0,88. Hubungan antara lebar bukaan mulut ikan dan ukuran panjang tubuh ikan sangat erat.

2. Struktur morfologis ikan totot (J. belangerii)

Kebiasaan makan ikan dapat dikaitkan dengan beberapa hal seperti rasio ukuran lebar bukaan mulut dan tinggi kepala ikan, rasio diameter mata ikan dan tinggi kepala, dan rasio panjang usus dan panjang total ikan. Nilai kisaran LBM/LK, nilai kisaran DM/TK, nilai kisaran PU/PT disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 2.

Tabel 5 Nilai kisaran LBM/TK, nilai kisaran DM/TK, nilai kisaran PU/PT

Morfologi ikan Nilai kisaran Rata-rata Stdev

LBM/TKb 0,166 – 1,406 0,45 0,15

DM/TK 0,226 – 1,46 0,33 0,08

PU/PT 0,399 – 0,716 0,54 0,18

b

DM = diameter mata ikan (mm); TK = tinggi kepala (mm); LBM = lebar bukaan mulut (mm); PU = panjang usus relatif (mm); PT = panjang total (mm).

(31)

Data hasil pengukuran menunjukkan, bahwa nilai lebar bukaan mulut ikan totot memiliki bukaan mulut yang besar, sehingga ikan totot dapat mangambil makannya sesuai dengan bukaan mulut. Hasil analisis isi lambung (Tabel 4), ikan totot dapat memanfaatkan makanannya yang berukuran besar karena ikan totot memiliki mulut yang lebar.

Komponen lain yang terkait dengan cara makan adalah hubungan diameter mata ikan yang berfungsi untuk melihat mangsa yang berada di sekitar habitat tersebut. Rasio diameter mata ikan totot dengan tinggi kepala memiliki nilai kisaran yang tinggi sehingga berdasarkan hasil pengukuran, ikan totot memiliki mata yang besar sehingga lebih luas pandangan mata ikan totot untuk mencari mangsa. Hasil pengamatan ikan totot, dapat diketahui bahwa ikan ini aktif mencari makan dimulai dari jam 0.6.00-17.00 WIB. Dapat dikatakan ikan totot aktif di siang hari (diurnal), Hal ini dikaitkan pada organ penglihatan ikan totot tidak mempunyai sungut sebagi alat peraba atau pendeteksi makanan pada malam hari.

Rasio panjang usus terhadap panjang total ikan memiliki kisaran, yaitu sebesar 0,399-0,716 dan rata-rata 0,54 mm. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT) memiliki nilai < 1 menunjukkan bahwa ikan totot memiliki usus yang pendek (Nikolsky 1963). Hasil data lebar bukaan mulut relatif, diameter mata relatif dan panjang usus relatif, maka ikan totot termasuk ikan karnivora yang bersifat predator, yang aktif mencari makan pada siang hari.

Tingkat pemanfaatan sumber daya makanan ikan totot (J. belangerii)

Tingkat pemanfaatan sumber daya makanan oleh suatu kelompok ikan dapat dilihat dari nilai luas relung makanannya. Data luas relung makanan ikan totot berdasarkan jenis kelamin dan kelompok ukuran panjang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Luas relung makanan ikan totot (J. belangerii)

Kelompok besar dari pada ikan totot jantan. Ikan totot betina memanfaatkan jenis organisme makanan yang lebih beragam dibanding dengan ikan totot jantan.

(32)

20

relung terkecil atau sempit (Colwell dan Futuyama 1971). Ikan antar kelompok ukuran menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan berkaitan dengan kelimpahan dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan (Nurnaningsih et al. 2005). Hal ini disebabkan oleh ukuran panjang ikan yang berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Ikan yang memiliki nilai relung luas terkecil diduga lebih selektif dalam memilih makanannya.

Tingkat persaingan ikan totot (J. belangerii) dalam mendapatkan makanannya

Pemanfaatan sumber daya makanan dalam satu spesies dapat menyebabkan tingkat persaingan dalam mendapatkan makanannya. Pemanfaatan sumber daya makanan yang sama dapat dilihat dari data tumpang tindih makanan . Berikut data tumpang tindih ikan totot dari jenis kelamin berbeda berdasarkan kelompok ukuran panjang tubuh ikan disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7 Tumpang tindih relung makanan ikan totot betina berdasarkan ukuran panjang

Kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan oleh ikan totot memungkinkan terjadinya tumpang tindih makanan antar individu. Nilai tumpang tindih relung makanan terdapat pada ukuran 92-115 mm dan 116-139 mm. Persaingan makanan terjadi pada Acetes sp.dan Palaemonidae. Tumpang tindih relung makanan ikan totot jantan berdasarkan ukuran panjang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Tumpang tindih relung makanan ikan totot jantan berdasarkan ikan

(33)

Palaemonidae. Ikan betina dan ikan jantan memiliki kesamaan pemanfaatan jenis makanan. Nilai tumpang tindih relung makanan yang tinggi memungkinkan terjadinya persaingan memanfaatkan makanan ketika persediaan makanan terbatas di perairan.

Pembahasan

Hasil pengamatan isi lambung ikan totot termasuk ikan karnivora. Hasil didukung oleh nilai rata-rata panjang usus relatif sebesar 0,5 (Tabel 5) dan panjang usus lebih pendek dari panjang tubuh. Menurut Al Husaini (1947) dan Kapoor et al. (1975) menyatakan bahwa rasio panjang usus terhadap panjang total ikan karnivor berkisar 0,5-0,24. Ikan karnivor memiliki rahang dengan bukaan mulut yang lebar, akan memiliki mangsa yang ukurannya bervariasi (Ward-Campbell dan Beamish 2005). Kottelat et al. (1993), menyatakan bahwa bukaan mulut yang besar atau lebar pada umumnya menunjukkan sifat sebagai predator yang memangsa gastropoda, insekta dan ikan-ikan kecil, ini dibantu oleh giginya yang runcing untuk mencengkeram mangsanya. Pertambahan umur dan ukuran panjang tubuh akan diikuti dengan pertambahan lebar bukaan mulut sebagai adaptasi strategi kebiasaan makan.

Hasil analisis makanan menunjukkan bahwa, jenis makanan ikan totot (J. belangerii) secara umum terdiri atas crustacea (Acetes sp., Palaemonidae, Kepiting, Ampipoda, Macrosetela, Copepoda, Acanthosquilla sp.), Polychaeta, Pisces (Steloporus sp., Ambasis sp., tidak teridentifikasi) dan Bivalvia. Hasil penelitian Rahardjo dan Simanjuntak (2001) mengenai analisis makanan ikan totot (J. belangerii) di perairan mangrove Pantai Mayangan, Jawa Barat menunjukkan bahwa keseluruhan makanan yang dikonsumsi oleh ikan totot (J. belangerii) terdiri atas jenis udang, polychaeta, Loligo sp, Debris Kepiting, dan Squilla. Beberapa jenis makanan yang tidak dikonsumsi oleh ikan totot di daerah Indramayu dikonsumsi oleh ikan totot di daerah Mayangan, namun jenis makanan relatif sama. Perbedaan jenis makanan diantara dua daerah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, ketersediaan makan, dan habitatnya.

(34)

22

di perairan mangrove Sungai Donan dan Sapuregel, Cilacap (Djamali et al 1995) juga memperlihatkan bahwa ikan tersebut mengkonsumsi larva udang, udang kecil dan larva ikan sebagai makanan utamanya.

Hasil pengamatan analisis makanan ikan totot dengan jenis kelamin menunjukkan beberapa jenis makanan yang tidak dikonsumsi oleh ikan jantan dikonsumsi oleh ikan betina, namun jenis makanan relatif sama. Perbedaan jenis makanan pada ikan betina dengan ikan jantan diduga berkaitan dengan ketersediaan makanan yang ada pada habitatnya, ukuran mangsa, kesukaan ikan terhadap mangsa yang diinginkan dan migrasi ikan dalam mencari makanannya.

Ketersediaan makanan yang terbatas dapat terjadi persaingan makanan yang tersedia di habitatnya. Ukuran mangsa dapat dikaitkan dengan ukuran ikan, diduga ikan yang berukuran besar akan menginginkan mangsa yang berukuran besar pula sehingga bisa memenuhi nutrisi yang diperlukan tubuhnya. Ikan-ikan betina yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan matang gonad membutuhkan lebih banyak asupan makanan untuk pertumbuhan dan melakukan reproduksi. Ikan mempunyai kemampuan yang besar untuk berubah dalam hal makanan untuk kelangsungan hidup di habitatnya (Lowe McConel 1987). Wotton (1990) menekankan perubahan jenis makanan seringkali berhubungan dengan perubahan musim.

Hubungan antara jenis makanan dengan ukuran panjang ikan totot disajikan pada Gambar 11 dan 12. Ukuran panjang ikan terbagi atas 8 kelompok. Kelompok ukuran panjang tubuh ikan terkait erat dengan jenis organisme makanan. Ikan kecil cenderung mengkonsumsi organisme makanan yang berukuran kecil disesuaikan dengan bukaan mulut ikan sehingga tidak mampu mengkonsumsi makanan yang melebihi bukaan mulutnya. Ikan besar dapat mengkonsumsi organisme makanan yang berukuran besar disesuaikan dengan kebutuhan dan lebar bukaan mulutnya. Affandi (1979) menunjukkan bahwa setelah ukuran ikan makin meningkat dan organ-organ tubuh makin sempurna, maka ikan akan merubah makanan dan disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan ketersediaan makanan di alam. Golongan ikan karnivor memanfaatkan makanan dalam bentuk organisme hewani sebagai makanan pokoknya. Adanya perbedaan yang nyata dengan antara makanan ikan yang berukuran kecil dengan ikan yang berukuran besar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa makanan yang dikonsumsi sangat terkait dengan umur (panjang) ikan. Jadi ukuran makanan akan meningkat dengan meningkatnya umur (Affandi 1979).

Hasil pengukuran diameter mata dan posisi mulut ikan totot subterminal, ikan totot merupakan ikan yang aktif makan pada siang hari (diurnal). Ikan totot tidak mempunyai sungut sebagai alat peraba atau pendeteksi pada malam hari. Ikan totot menggunakan mata untuk mencari makan. Pulungan (2008) menyatakan bahwa spesies ikan yang aktif menggunakan organ penglihatan dalam mencari makanan adalah spesies ikan yang aktif bergerak pada siang hari (diurnal).

(35)

1963) serta ikan pemakan dasar (benthic feeder) dengan ciri posisi mulut yang subterminal (Bond 1979).

Hasil pengamatan pada bulan April, memiliki nilai indeks isi lambung terbesar dilihat dari pengamatan isi lambung yang penuh pada bulan tersebut, diduga pada bulan April suhu perairan cocok dengan lingkungan sehingga ketersediaan makanan di alam melimpah, makanan ikan totot semakin bertambah sehingga nilai indeks isi lambung menjadi tinggi (Lampiran 11 dan 12). Lingkungan yang baik dan sesuai dengan kondisi organisme akan dapat menyediakan makanan yang melimpah dan memenuhi kebutuhan organisme tersebut, demikian juga sebaliknya jika keadaan lingkungannya buruk akan berdampak buruk pula bagi organisme tersebut. Indeks isi lambung dari ketiga bulan berbeda diduga disebabkan oleh beberapa faktor adalah faktor lingkungan, waktu penangkapan ikan yang tidak bertepatan dengan aktivitas ikan mencari makan, kebutuhan ikan, selera makan, ketersediaan makanan yang ada disekitar habitat. Effendie (1997) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya indeks isi lambung adalah waktu makan.

Pemanfaatan sumber daya makanan yang sama dalam satu spesies yang sama dapat menyebabkan tingkat persaingan dalam mendapatkan makanannya. Pemanfaatan sumber daya makanan yang sama antar satu spesies, digunakan data tumpang tindih makanan. Jika tumpang tindih tinggi (berkisar 1), kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama, sebaliknya jika nilai tumpang tindih sama dengan nol, tidak didapatkan makanan yang sama diantara kedua kelompok (Mahyasopha 2007). Persaingan dalam memanfaatkan ruang dan sumber daya makanan yang sama oleh dua atau lebih spesies dapat menimbulkan kematian atau kepunahan jenis ikan tertentu. Hal ini disebabkan karena terbatasnya sumber daya makanan disuatu perairan, dimana persediaan makanan di perairan akan mempengaruhi pertumbuhan ikan dan hanya ikan-ikan yang kuat dalam persaingan yang dapat tumbuh dengan baik (Weatherley 1972). Pemanfaatan sumber daya yang sama oleh dua atau lebih organisme secara intraspesifik terjadi antara kelas ukuran 92-115 mm dengan kelas ukuran 116-139 mm pada ikan betina sama-sama memanfaatkan udang rebon sebagai makanan utamanya, sedangkan pada ikan jantan terjadi antara 68-91 mm dengan kelas ukuran 92-115 mm pada ikan jantan sama-sama memanfaatkan udang rebon sebagai utamanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(36)

24

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang bisa dipertimbangkan sebagai bagian dari rencana pengelolaan sumberdaya ikan totot (J.belangerii), yaitu: penelitian tentang makanan terkait dengan musim perlu dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih tepat. Perlu menjaga kondisi habitat perairan Delta Cimanuk agar ketersediaan makanan ikan totot lebih terjamin dengan menjaga kelestarian hutan mangrove di sekitar delta.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. 1979. Makanan Ikan Keprek, Mystacoleucus marginatus (C.V.) dan beberapa jenis ikan Puntius sp. di Waduk Lahor, Malang Jawa Timur. Karya Ilmiah. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan IPB. 92 hlm.

Al-Hussaini A.H. 1947. On the functional morphology of alimnetary track of some fish in relation to difference in their feeding habit: anatomy and histology. Journal of Microscopical Science. 90: 109-139.

Allen G.R. 1997. The marine fishes of tropical Australia and south-east Asia. Western Australian Museum. Perth, Western Australia (AU) : Periplus Edition (HK) Ltd.

Blaber S. J. M. and Blaber T.G. 1980. Factor affecting the distribution of juvenile estuarine and inshore fish. Journal of Fish Biology. 17, 143-162.

Bond C. E. 1979. Biology of fishes. Amerika (USA): Academic Press.

Gerking S.D.1994. Feeding Ecology of Fish. San Diego (SD): Academic Press. Gosner K. L. Guide to Identification of Marine and Estuarine Invertebrates. New

York (NY) : Wiley interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc . Collwel R. K. dan D. J. Futuyama. 1971. On The Mamuemmi of Nicke Bdh

madoverlog. Jurnal Ecology. 52 (4): 7-576.

Djamali A.,Soeroyo dan Sutomo. 1994. Komunitas ikan di perairan mangrove Sungai Donan dan Sungai Sapuragel, Cilacap. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia. Jakarta.

Effendie M I. 1997. Biologi perikanan. Bogor (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Effendie M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka

Nusatama.

Safitri H. 2012. Kebiasaan Makan Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Blekeer 1855) Hasil Tangkapan di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor (IPB).

Huet M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd. London (LND).

(37)

Kramer D.L. and Bryant M.J. 1995. Intestine length in the fishes of tropical stream: Ontogenetic allometry. Journal Environmental Fish Biology. 42: 115-127.

Kottelat M.,A. J. Whitten S.N. Kartikasari, dan S.Wirjoatmodjo. 1993. Fishes of western Indonesia and Sulawesi (ikan air tawar indonesia bagian barat). Jakarta (ID) : Periplus Edition Limited.

Krebs C. J. 1989. Ecological Methodology. New York (NY): Harper Collim Publisher. Inc. 654 hlm.

Lowe-McConnel R.H.1987.Ecological Studies in Tropical Fish Communities. Cambridge (GB) : Cambridge Univ Press.

Mahyasopha S. 2007. Studi Kebiasaan makanan ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) di Laut Flores pada penangkapan yang berbeda. [skrispsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor (IPB).

Merta I.G.S. 1993. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari perairan Selat Bali. Jurnal perikanan laut (73): 35-44.

Natarajan A. V. and Jhingran A.G. 1961. Index of preponder-ancea method of grading the food elements in the stomach analysis of fishes. Journal Indian Fish. 8, 54-59.

Nikolsky G.V. 1963. The Ecology of Fishes. London and New York (LND dan NY): Academic Press.

Nurnaningsih, Rahardjo M.F., dan Sukimin. 2005. Pemanfaatan makanan oleh ikan-ikan dominan di perairan waduk Ir. H. Djuanda. Jurnal Iktiologi Indonesia. 4(2). 62-65.

Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use with programmable calculators. Manila (PH): ICLARM.

Pulungan C.P. 1987. Jenis-jenis Ikan Cyprinip Daerah Riau dalam Estuaria. Jurnal Riau VII(21) : 10-13 hlml.

Rachamawati I. 2008. Analisis hasil tangkapan utama dan sampingan pada alat tangkap dogol di gebang mekar Kabupaten Cirebon Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor (IPB).

Rahardjo M.F. dan Simanjuntak P.H. 2001. Kebiasaan Makanan Ikan Tetet (Johnius belangerii) di Perairan Mangrove Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ikhitiologi Indonesia. 2(2) : 1-6.

Rahardjo M.F. dan Simanjuntak P.H. 2005. Komposisi makanan ikan tetet, Johnius belangerii (Pisces : Scianidae) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. 10(2): 68-71-33.

Rahardjo M.F., Sjafei DS, Affandi R, Sulistiono, Hutabarat J. 2011.Buku Iktiologi. Bandung (ID): Lubuk Agung. 396 hlm.

Spataru P, Viveen W.J.R. and Gophen, M. 1987. Food Composition of Clarias gariepinus Burchell, the south African fresh water barbel (Pisces: Clariidae) in Transvaal. Journal Hydrobiologia. 144: 77-82.

Tjahjo D.W.H. 2000. Biolimnologi dan potensi ikan di Perairan Waduk Darma. Jawa Barat. jurnal penelitian Perikanan Indonesia. 3(2) :10-15.

(38)

26

Ward-Campbell B. M. S., Beamish F. W. H, Kongchaiya C. 2005. Morphological characteristics in relation to diet in five coexisting Thai fish species. Journal of Fish Biology. 67 : 1266-1279.

Weatherley A.H.1972. Growth and ecology of fish populations. London (LND) : Academic press.

(39)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lokasi penelitian

Lampiran 2 Panjang total, bobot total, panjang usus, diameter mata, luas bukaan mulut, tinggi badan, tinggi kepala, jenis kelamin

Maret 2014

(40)

28

24 135 26,32 7 90 1,31 2,79 2,34 Betina 25 152 40,08 12,6 90 1,51 3,54 3,12 Jantan 26 168 54,1 10,9 90 1,66 3,86 3,47 Betina 27 260 147,94 24,4 110 1,73 5,56 3,77 Betina 28 172 55,82 13 110 1,62 4,06 2,77 Betina 29 190 80,18 6 100 1,86 4,46 3,38 Betina 30 168 56,9 8,6 80 1,71 4,22 3,22 Betina 31 214 109,5 15 110 2,16 5,44 4,38 Betina 32 135 27,32 7 70 1,26 3,18 2,58 Betina 33 172 54,14 15 100 1,29 3,97 3,11 Betina 34 133 28,82 5 90 1,11 3,17 2,48 Betina 35 141 31,2 9 90 1,39 3,4 2,87 Betina 36 164 46,88 10 110 1,27 3,7 3,26 Betina 37 155 50,6 11,5 100 1,06 4 3,31 Betina 38 114 15,04 6,3 80 1,02 2,56 2,24 Betina 39 118 20,08 8 80 1,34 2,87 2,31 Betina 40 122 22,5 11 80 1,23 2,9 2,17 Betina 41 123 22,7 10 80 1,24 3 2,49 Betina 42 115 16,94 5,5 80 1,14 2,7 2,22 Betina 43 125 20,84 4,3 80 1,2 2,77 2,17 Betina 44 160 46,98 14 90 1,67 3,77 3,33 Betina 45 133 28,02 10 80 1,23 3,15 2,51 Betina

April 2014

No L (mm) W(gram) PU DM LBM TB TK JK 1 120 17,7385 7,0 70 0,72 2,89 2,39 Betina 2 108 18,575 6,0 70 1,12 3,16 2,52 Betina 3 103 15,8745 5,6 70 0,79 2,61 2,21 Betina 4 138 31,6305 8,5 90 0,83 3,37 2,85 Betina 5 142 39,1412 8,8 90 1,11 3,72 3,16 Betina 6 113 18,0725 6,4 80 0,76 3,18 2,66 Betina 7 111 19,3525 6,3 80 0,71 2,99 2,59 Betina 8 145 36,037 9,1 90 1,24 3,99 3,32 Betina 9 107 16,0777 5,9 80 0,71 2,87 2,46 Betina 10 148 39,648 9,3 100 0,64 3,78 3,55 Jantan 11 138 32,8631 8,5 80 0,77 3,52 2,91 Betina 12 103 15,9595 5,6 70 0,54 2,77 2,47 Betina 13 98 13,6912 5,2 70 0,51 2,69 2,27 Betina 14 94 11,4099 4,9 70 0,82 2,67 1,95 Jantan 15 103 12,728 5,6 70 0,71 2,49 2,07 Jantan 16 140 29,189 8,7 90 0,85 3,59 2,21 Betina 17 131 24,0838 7,9 80 1,11 3,18 2,81 Jantan 18 111 19,3271 6,3 80 0,72 2,92 2,41 Betina 19 137 26,994 8,4 90 0,92 3,22 2,66 Betina

(41)
(42)
(43)

108 165 42,7824 10,7 100 84 411 354 Betina 109 132 25,3888 8,0 70 122 294 283 Betina 110 265 208,2503 19,0 155 222 761 673 Betina 111 142 30,9077 8,8 90 132 325 288 Betina

Mei 2014

No L (mm) W(gram) DM LBM TB TK PU JK 1 125 19,336 0,8 1,2 3,19 2,44 7,4 Betina 2 132 35,1228 0,9 1,2 3,52 2,72 8,0 Betina 3 146 32,3397 0,9 1,3 3,52 2,83 9,1 Betina 4 120 20,2715 0,8 0,9 2,24 2,34 7,0 Betina 5 142 30,224 0,9 1,15 3,21 2,72 8,8 Betina 6 104 15,1338 0,8 0,91 2,55 2,01 5,7 Jantan 7 98 13,982 0,9 0,9 1,93 2,04 5,2 Betina 8 120 19,783 0,8 0,7 2,98 2,33 7,0 Betina 9 114 17,598 0,8 1,2 2,66 2,19 6,5 Betina 10 136 32,3082 0,9 1,15 2,96 3,24 8,3 Betina 11 127 29,2517 0,8 1,2 2,92 2,32 7,6 Betina 12 120 23,5749 0,8 1,4 2,53 2,13 7,0 Betina 13 106 15,7178 0,7 0,9 2,64 2,15 5,8 Jantan 14 138 27,732 0,9 0,9 3,36 2,55 8,5 Betina 15 164 53,7768 1,1 0,9 4,22 3,55 10,6 Betina 16 129 36,6711 0,9 1,44 3,69 2,77 7,7 Jantan 17 129 29,621 0,8 1,31 2,96 2,59 7,7 Betina 18 101 13,7663 0,72 0,9 2,24 1,49 5,4 Jantan 19 111 16,2475 0,7 1,13 2,72 2,22 6,3 Jantan 20 100 12,068 0,87 0,96 2,21 1,82 5,4 Betina 21 93 12,9875 0,76 1,12 2,46 1,83 4,8 Betina 22 121 20,571 0,82 1,12 2,89 2,17 7,1 Betina 23 120 20,9093 0,77 1,26 2,98 2,36 7,0 Betina 24 68 7,5196 0,68 0,98 2,16 1,72 2,7 Jantan 25 144 43,9836 0,91 1,14 3,54 2,84 9,0 Betina 26 170 50,0691 0,94 0,85 3,87 3,36 11,1 Betina 27 131 29,6594 0,92 1,41 3,14 2,46 7,9 Betina 28 144 33,299 0,83 1,22 3,36 3,62 9,0 Betina 29 112 16,6377 0,87 0,85 2,04 2,02 6,3 Betina 30 162 62,6745 1 1,23 5,03 3,38 10,5 Betina 31 141 29,4938 0,96 1,32 3,27 2,63 8,7 Betina 32 140 29,0715 1,33 3,45 2,93 8,7 Betina

33 24,7065 Jantan

(44)

32

38 131 29,6859 1,01 1,63 3,32 2,04 7,9 Betina 39 137 26,3282 0,98 1,35 3,35 2,59 8,4 Betina 40 133 23,2406 0,92 1,39 2,94 2,59 8,1 Betina 41 127 19,9464 0,91 1,16 2,98 2,56 7,6 Betina 42 139 29,1359 0,85 1,34 3,18 2,59 8,6 Betina 43 130 28,7754 0,98 1,46 3,24 2,66 7,8 Betina 44 175 62,109 1,01 1,54 4,69 3,54 11,5 Betina 45 137 32,01 0,83 0,92 3,18 2,62 8,4 Betina 46 126 23,2098 0,88 1,49 2,98 2,48 7,5 Betina 47 125 19,5972 0,89 0,92 2,75 2,29 7,4 Betina 48 117 16,2279 0,77 1,11 2,57 2,11 6,8 Betina 49 112 19,1782 0,93 1,11 2,73 2,35 6,3 Betina 50 120 16,411 0,77 1,13 2,66 2,25 7,0 Betina 51 115 16,7342 0,83 1,22 2,68 2,22 6,6 Betina 52 110 13,2983 0,74 1,35 2,63 0,96 6,2 Betina 53 116 17,3722 0,73 1,39 2,55 2,26 6,7 Betina 54 125 20,7983 0,74 0,95 2,94 2,38 7,4 Betina 55 135 27,8474 2,52 1,22 3,33 2,41 8,2 Betina 57 113 15,7789 0,72 1,29 2,69 2,07 6,4 Betina 58 114 18,6965 0,83 1,15 2,78 2,34 6,5 Betina 59 116 17,6528 0,88 1,22 2,88 2,22 6,7 Betina

PU = panjang usus ; DM = diameter mata ; LBM = lebar bukaan mulut ; TB = tinggi badan ; TK = tinggi kepala ; JK = jenis kelamin ; L = panjang total ; W = bobot total.

Lmpiran 3 indeks kepenuhan lambung ikan totot betina

L (mm) ISC L (mm) ISC L (mm) ISC L (mm) ISC L (mm) 68 1,059897 114 0,140668 125 0,7059 135 2,3095 140 93 2,117199 115 0,3766 125 0,217729 135 0,3130 140 93 0,220982 115 7,417318 125 0,780724 135 0,394318 140 98 5,049235 115 0,284447 125 4,049369 135 0,261181 141 100 0,637222 116 0,24119 126 0,047082 135 0,094717 141 101 0,358121 116 1,41394 126 0,032745 135 0,24742 142 103 6,697534 117 0,918788 127 0,406253 136 0,196673 142 103 1,575237 118 7,5593 127 0,462201 136 0,109388 143 103 2,097737 120 1,5205 127 0,352116 136 1,275403 144 104 1,138511 120 0,188291 127 0,180795 136 0,773861 144 108 8,4786 120 0,16723 129 0,279869 136 0,365542 144 109 8,649355 120 0,236466 129 1,939402 137 6,771483 145 110 0,548329 120 1,549954 130 0,197155 137 0,877646 145 110 1,409955 120 0,041608 130 0,279753 137 2,577085 145 111 2,727296 120 0,595942 131 0,132039 137 0,054046 145 111 7,040373 121 0,369599 132 0,621512 138 1,6517 146 111 1,468506 121 0,157503 132 0,840764 138 0,6106 150

(45)

113 8,050353 122 7,3164 133 0,4823 138 2,072683 151 114 1,6822 123 0,2727 133 0,1131 139 0,079225 151 114 0,080123 124 0,084125 135 0,3655 139 0,077783 152

Lanjutan

ISC L (mm) ISC L (mm) ISC 0,5492 154 0,241849 168 3,357271 0,724098 155 0,4759 170 0,4101

0,20612 156 3,377614 170 1,919014 0,3010 157 0,316689 170 0,045337 1,317565 158 0,257144 172 0,4601 2,373458 158 0,281423 172 0,2300 0,537652 159 0,3243 174 0,7787 1,6368 159 0,379945 175 0,052488 0,062647 160 0,4846 179 1,986485 0,191349 160 0,1290 180 0,3147

0,30091 161 0,2045 183 1,3846 0,9965 162 0,219237 190 0,2869 0,182313 162 1,304039 191 0,0918 1,131881 163 0,031644 214 0,3480 0,177619 164 0,5484 260 0,1354 2,115268 164 2,170081 265 0,828666

0,2789 165 0,3271 0,364039 165 3,056163 0,153543 168 1,6445

2,1633 168 0,1004

Lampiran 4 indeks kepenuhan lambung ikan totot jantan

L (mm) ISC L (mm) ISC 91 1,092405 141 0,231199 94 11,92561 148 0,304707 98 0,306766 150 0,281195 98 0,313975 152 0,627246 102 8,990369 153 0,20935 103 7,884953 155 0,119923 107 1,048657 158 0,202991 109 0,042971 161 0,040894 111 0,02108 180 0,225917 112 8,937623

(46)

34

Lampiran 5 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii)

Lampiran 6 Makanan ikan totot secara umum

Lampiran 7 Komposisi makanan ikan totot betina berdasarkan selang ukuran

nama organisme N=1 N= 23 N= 79 N= 48 N= 19 N= 2 N= 1 N=2

68-91 92-115 116-139 140-163 164-187 188-211 212-235 260-283

ikan tidak

teridentifikasi 0,88 7,09 11,47

Acetes sp 100 61,42 66,12 8,16 13,23 18,40

Palaemonidae 20,62 6,12 4,50 37,60 81,60 25,11

Ambasis sp 11,81 0,33

steloporus sp 0,57

Bivalvia 4,19 17,63 49,44 47,37

(47)

Ampipoda 0,25 1,57 13,81 1,32 100

Cocepoda 0,05

Detritus 0,09 0,51 0,23

Acanthosquila 74,89

Macrosetela 0,17

Lampiran 8 Komposisi makanan ikan jantan berdasarkan selang ukuran

Nama organisme N = 2 N = 17 N= 9 N= 10 N= 1 68-91 92-115 116-139 140-163 164-187 ikan tidak teridentifikasi 2,33 4,29

Acetes sp 100 88,04 6,96

Lampiran 9 Komposisi makanan ikan totot betina

nama organisme IP (%)

steloporus sp 0,071805

bivalvia 14,39531

Lampiran 10 Komposisi makanan ikan totot jantan

(48)

36

Lampiran 11 Komposisi makanan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan waktu penangkapan

nama organisme

ikan tidak teridentifikasi 10,129 2,192 0,663 Kepiting 0,811 1,524 0,365 berdasarkan waktu penangkapan

N= 5 N= 12 N= 4 nama organisme maret April Mei

Acetes sp. 9,52 84,01 69,77

ikan tidak teridentifikasi 2,98 6,98 Palaemonidae 42,86 2,14 23,17

Lampiran 13 Contoh perhitungan tumpang tindih relung makanan ikan totot

nama organisme 68-91 140-163 pij Pik pij*pik pij^2 pik^2 udang palaemonidae 4,054949 0,040549 0 0 0,0016443

Acetes sp 100 7,288844 1 0,072888 0,072888 1 0,0053127

Total 0,072888 1 0,2516733

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 27 Juli 1991 dari ayah Karman Saragih (alm) dan ibu Merda Purba. Merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 15 Medan 2009. Pada Tahun yang sama penulis diterima seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dengan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

(50)

Gambar

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran
Gambar 2  Lokasi penelitian pengambilan contoh ikan totot (J. belangerii)
Tabel 2  Kisaran frekuensi panjang ikan totot selama pengamatan
Gambar 5 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan ukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait