• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek reproduksi ikan Totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek reproduksi ikan Totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK REPRODUKSI IKAN TOTOT (

Johnius belangerii

Cuvier, 1830)

DI PERAIRAN DELTA CIMANUK, PABEAN ILIR, PASEKAN,

INDRAMAYU, JAWA BARAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Reproduksi Ikan Totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2014

(4)

ABSTRAK

WAHYU SUSI KANIAWATI. Aspek Reproduksi Ikan Totot (Johnius belengerii Cuvier, 1830) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh YUNIZAR ERNAWATI dan RIDWAN AFFANDI.

Ikan totot (Johnius belangerii) merupakan ikan dari famili Sciaenidae. Ikan ini banyak tertangkap, mempunyai nilai ekonomi, dan nilai ekologi yang penting di delta Cimanuk, Pabean Ilir. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2013 sampai Desember 2013 untuk menentukan beberapa aspek reproduksi J. belangerii. Pengambilan contoh dilakukan sebulan sekali menggunakan jaring insang dengan ukuran mata jaring 1-3 inci. Total J. belangerii yang tertangkap adalah 258 ekor dengan panjang berkisar antara 83-186 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin J. belangerii (jantan:betina) adalah 1:4,13. Ikan betina dan ikan jantan pertama kali matang gonad pada panjang 136-156 mm dan 159-170 mm. Musim pemijahan J. belangerii adalah dari bulan Oktober sampai Desember. Fekunditas bervariasi dari 11.554-87.855 butir telur dan fekunditas tersebut memiliki korelasi positif dengan panjang ikan. Tipe pemijahan J. belangerii dapat dikelompokkan dalam pemijahan serentak dengan ukuran diameter telur 0,015-0,048 mm.

Kata kunci: Delta Cimanuk, Johnius belangerii, reproduksi

ABSTRACT

WAHYU SUSI KANIAWATI. Reproductive Aspect of Belanger’s Croaker (Johnius belangerii Cuvier, 1830) in Delta Cimanuk Waters, Pabean Ilir, Pasekan, West Java. Supervised by YUNIZAR ERNAWATI and RIDWAN AFFANDI.

Belanger’s croaker (Johnius belangerii) is a fish from family Sciaenidae. This fishes have been many catching, it has economical values, and important ecological values in delta Cimanuk, Pabean Ilir. Research was conducted from August 2013 until December 2013 to determine some reproductive aspects of J. belangerii. Samplings were carried once a month using gillnet with mesh size 1-3 inches. Total of J. belangerii were caught is 258 individuals with ranged from 83-186 mm in length. Result showed that sex ratio of J. belangerii (males: females) was 1:4,13. First maturity in length of female and male were 136-156 mm and 159-170 mm. The reproductive season was from October to December. Fecundity varied from 11.554 to 87.855 eggs and it has positive correlation with length of fish. Reproductive type of J. belangerii could be grouped to total spawner with the size of egg diameterswere 0,015-0,048 mm.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

ASPEK REPRODUKSI IKAN TOTOT (

Johnius belangerii

Cuvier, 1830)

DI PERAIRAN DELTA CIMANUK, PABEAN ILIR, PASEKAN,

INDRAMAYU, JAWA BARAT

WAHYU SUSI KANIAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada Penulis, sehingga skripsi yang berjudul Aspek Reproduksi Ikan totot (Johnius belengerii) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat ini dapat disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih Penulis sampaikan kepada:

1. Institut Pertanian Bogor dan Depertemen Manajemen Sumber Daya Perairan yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis.

2. Pemberi Bantuan Belajar Mahasiswa yang telah memberikan beasiswa. 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana melalui

Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri dalam penelitian yang berjudul Beberapa Aspek Biologi reproduksi ikan sebagai Dasar konservasi Sumber Daya Ikan di Delta Cimanuk, Indramayu, Jawa Barat.

4. Dr Ir Sigit Hariyadi, MSc selaku pembimbing akademik selama menjalankan studi di MSP.

5. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penelitian dan penulisan skripsi.

6. Dr Ir Agustinus Samosir, M.Phil sebagai penguji skripsi.

7. Keluarga: bapak, ibu, adik, dan keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, dan dukunganya.

8. Setia Trianto yang selalu mendukung, membantu, mengasihi, dan mendoakan Penulis.

9. Bapak Ruslan, Bang Aris, Bang Prawira, Anis, Lita, Reza, Asraf, Yulia, Bapak Swara, dan masyarakat Pabean Ilir yang membantu dalam proses penelitian.

10. MSP 47, staf Tata Usaha dan keluarga besar MSP atas kerja sama dan dukunganya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Penentuan TKG berdasarkan struktur anatomi gonad (modifikasi dari

Cassie 1977 in Effendie 1979) 3

2 Nisbah kelamin ikan totot jantan dan betina pada TKG IV 8 3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan perhitungan

Spaerman-Karber 9

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penangkapan ikan totot 2

2 Ikan totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) 3

3 Gonad ikan totot betina 8

4 Gonad ikan totot jantan 8

5 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot betina (a) dan

jantan (b) berdasarkan TKG IV 9

6 Jumlah ikan berTKG IV, IKG, dan faktor kondisi ikan totot betina (a)

dan jantan (b) berdasarkan waktu pengamatan 10

7 Hubungan antara panjang dengan fekunditas ikan totot 11

8 Sebaran diameter telur ikan totot 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar perairan delta Cimanuk, Pasekan, Indramayu 17 2 Klasifikasi ikan totot menurut Kottelat et al. (1993) 17 3 Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama penelitian 17

4 Skema penelitian 19

5 Nisbah kelamin seluruh TKG ikan totot yang tertangkap 20

6 TKG seluruh ikan totot yang tertangkap 20

7 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan

Spearman-Karber 20

8 Hubungan rata-rata fekunditas ikan totot berdasarkan selang panjang 22

9 Selang kelas diameter telur ikan totot 22

10 Sebaran frekuensi panjang ikan totot yang tertangkap 22 11 Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot (a) dan Hasil uji-t hubungan

panjang-bobot ikan totot (b) 23

12 Hubungan panjang dan tinggi ikan totot 24

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Muara Sungai Cimanuk di Pabean Ilir merupakan kawasan perairan estuari yang membentuk delta. Daerah ini sangat produktif untuk mendukung berbagai aspek kehidupan ikan (Kimirei et al. 2011), sebagai tempat pemijahan (Chaves & Bouchereau 2000), pengasuhan (Huijber et al. 2008), dan tempat mencari makan (Laegdsgaard dan Johnson 2001). Ikan totot (Johnius belangerii) adalah jenis ikan yang menempati muara-muara sungai untuk hidup, tumbuh, dan berkembang biak (Kottelat et al. 1993).

Ikan totot merupakan ikan dari ordo Perciformes dan famili Sciaenidae yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis. Nilai ekonomis ikan totot segar berkisar dari Rp 5.000–10.000/kg, sedangkan hasil olahan berupa ikan asin berkisar dari Rp 20.000–25.000/kg. Nilai ekonomis ikan totot tidak terlalu tinggi, namun ikan ini memiliki peranan ekologis yang penting. Ikan totot merupakan ikan karnivora (Batcha et al. 2008) dan termasuk ikan demersal yang hidup di perairan payau dan laut hingga kedalaman 40 m (Fishbase 2014).

Ikan totot merupakan salah satu ikan yang banyak tertangkap di delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan Indramayu. Penangkapan ikan yang terus-menerus tanpa upaya pengelolaan dikhawatirkan dapat menyebabkan populasi ikan tersebut menurun, bahkan habis di waktu mendatang. Kegiatan antropogenik juga diperkirakan dapat memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup ikan di ekosistem tersebut (Shervette et al. 2007). Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan mengusahakan ikan tumbuh hingga berhasil bereproduksi.

Penelitian biologi reproduksi ikan totot di perairan Indonesia pernah dilakukan di Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak 2007) dan belum pernah dilakukan di delta Cimanuk, Pabean Ilir. Hal ini memperkuat alasan untuk melakukan penelitian mengenai aspek reproduksi ikan totot di delta Cimanuk, Pabean Ilir. Informasi dan pengetahuan mengenai aspek reproduksi perlu diketahui sebagai dasar pengelolaan sumber daya ikan totot agar tetap lestari.

Perumusan Masalah

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai aspek reproduksi ikan totot, antara lain nisbah kelamin, ukuran pertama kali matang gonad, waktu pemijahan, potensi reproduksi, dan tipe pemijahan ikan.

Manfaat Penelitian

Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan terkait ukuran ikan totot yang boleh ditangkap di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat agar ikan totot tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus s.d. Desember 2013. Analisis laboratorium terkait aspek reproduksi contoh ikan dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1, Depertemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(13)

3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lapangan

Pengambilan ikan contoh dilakukan sebulan sekali pada bulan Agustus s.d. Desember 2013 dengan menggunakan metode acak sederhana. Jumlah ikan yang diambil selama penelitian berjumlah ±250 ekor. Ikan contoh (Gambar 2) diambil dari hasil tangkapan sendiri dan nelayan harian yang menangkap ikan di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir. Penangkapan ikan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali tebar jaring pada setiap bulan pengambilan contoh. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan totot adalah jaring insang tiga lapis (trammel net) dengan ukuran mata jaring 1-3 inci. Gambaran kondisi lokasi pengambilan ikan contoh disajikan pada Lampiran 1.

Ikan contoh diidentifikasi dengan menggunakan buku Kottelat et al. (1993) (Lampiran 2). Panjang total ikan diukur menggunakan penggaris, tinggi badan diukur menggunakan jangka sorong, dan bobot total ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Contoh ikan selanjutnya dibedah untuk mendapatkan gonad ikan. Penentuan kriteria tingkat kematangan gonad ikan contoh dilakukan dengan melihat struktur morfologi berdasarkan modifikasi Cassie (1977) in Effendie (1979) (Tabel 1), selanjutnya gonad dimasukkan ke botol contoh, dan diawetkan dalam formalin 5%.

Gambar 2 Ikan totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830)

Tabel 1 Penentuan TKG berdasarkan struktur anatomi gonad (modifikasi dari Cassie 1977 in Effendie 1979)

TKG Betina Jantan

I Ovari seperti benang, panjang sampai

kedepan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin.

Testes seperti benang, lebih pendek

(terbatas) dan terlihat ujungnya dirongga tubuh. Warna jernih.

II Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan

lebih gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata.

Ukuran testes lebih besar. Pewarnaan putih seperti susu. Bentuk lebih jelas dari tingkat I.

III Ovari berwarna kuning. Secara

morfologi telur mulai kelihatan

butirannya dengan mata.

Permukaan testes tampak seperti bergerigi. Warna semakin putih, testes semakin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus.

IV Ovari makin besar, telur berwarna

kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak

tidak tampak, mengisi 1/2–2/3 rongga

perut, usus terdesak.

Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas. Testes semakin pejal.

V Ovari berkerut, dinding tebal, butir sisa

terdapat didekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II.

(14)

4

Pengumpulan data di laboratorium

Penghitungan jumlah telur ikan berTKG IV dilakukan dengan metode gabungan (gravimetrik dan volumetrik). Gonad ditimbang menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,0001 gram untuk mendapat bobot total gonad (G), selanjutnya sebagian gonad yang mewakili anterior, median, posterior diambil dan ditimbang sebagai bobot gonad contoh (Q). Gonad contoh diencerkan dengan 10 ml akuades (V), gonad contoh yang telah diencerkan selanjutnya diambil 1 ml (X) untuk menghitung jumlah telur. Penghitungan jumlah telur ikan dilakukan menggunakan alat bantu hand tally counter. Pengukuran diameter telur ikan dilakukan menggunakan mikroskop dilengkapi mikrometer okuler yang telah ditera dengan perbesaran 10×10. Diameter telur ikan yang diamati berjumlah 100 butir pada setiap ikan berTKG IV mewakili gonad bagian anterior, median, dan posterior. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian disajikan pada Lampiran 3. Proses pengambilan dan pengumpulan data selama penelitian disajikan pada Lampiran 4.

Analisis Data

Pola pertumbuhan

Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui berdasarkan hasil persamaan hubungan panjang dan bobot yang didapatkan dari regresi linear sederhana (RLS). Persamaan hubungan panjang dan bobot didapatkan menurut King (2007) adalah sebagai berikut.

b = koefisien pertumbuhan dari hasil regresi

Pengujian terhadap nilai b dari hasil persamaan hubungan panjang dan bobot dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut.

Ho: b=3, hubungan panjang dengan bobot adalah isometrik yang berarti pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan bobot ikan. H1: b≠3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik (allometrik

negatif (b<3) yang berarti pertambahan panjang lebih dominan dari pada pertambahan bobot dan allometrik positif (b>3) yang berarti pertambahan bobot lebih dominan dari pertambahan panjang ikan). Penarikan keputusan nilai thitung dibandingkan dengan ttabel pada selang kepercayaan 95 % adalah:

(15)

5 thitung = ... (2)

Sb=

( )...(3)

Keterangan:

b = koefisien regresi (nilai b dari persamaan hubungan panjang-bobot) β = hipotesis nol (3)

Sb = kesalahan standar koefisien regresi

KTS = kuadrat tengah sisa yang didapatkan dari tabel ANOVA x = logaritma panjang ikan ikan (jantan atau betina)

n = jumlah ikan (jantan atau betina) Faktor kondisi

Faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada pola pertumbuhan ikan yang didapatkan dari data panjang dan bobot ikan. Rumus faktor kondisi jika pola pertumbuhan ikan isometrik (b=3) menurut Effendi (1997) adalah sebagai berikut. K = ... (4) Jika pola pertumbuhan ikan allometrik (b≠3), maka untuk menghitung faktor kondisi digunakan rumus sebagai berikut.

K =

... (5)

Keterangan:

K = faktor kondisi W = bobot ikan (gram) L = panjang ikan (mm) a, b = konstanta regresi Nisbah kelamin

Nisbah kelamin atau sex ratio (SR) merupakan suatu perbandingan dari ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Rasio ikan jantan dan betina dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut Effendie (1997).

SR (%) = ... (6) Keterangan:

(16)

6

Keadaan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi dapat diketahui dengan analisis nisbah kelamin menggunakan uji Chi-square (Steel dan Torrie 1980).

2

= ... (7) Keterangan:

2 = nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran khi-kuadrat (Chi-square)

oi = jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang teramati pada data ke-i ei = jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina pada data ke-i Ukuran pertama kali matang gonad

Cara perhitungan yang digunakan untuk menduga ukuran ikan pertama kali matang gonad adalah perhitungan Spearman-Karber berdasarkan Udupa (1986). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

m = ... (8)

antilog m = m √

... (9)

Keterangan:

m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama

xk = log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ukuran ikan telah matang gonad

x = log pertambahan panjang pada nilai tengah

pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i

qi = 1–pi

ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i

M = panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad (IKG) adalah perbandingan bobot gonad terhadap bobot tubuh ikan. Rumus yang digunakan dalam menentukan IKG menurut Effendie (1979) adalah:

IKG(%) =

... (10)

Keterangan:

(17)

7 Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur yang telah masak sebelum dikeluarkan ikan ketika memijah. Rumus pendugaan fekunditas dilakukan menggunakan metode gabungan menurut Effendie (1979) adalah:

F = ... (11) Keterangan:

F = fekunditas (butir) G = berat gonad (gram) V = isi pengenceran (ml) X = jumlah telur tiap ml (butir) Q = berat telur contoh (gram)

Hubungan antara panjang dengan fekunditas dilihat menggunakan analisis regresi linear sederhana (RLS) dengan persamaan sebagai berikut.

F = a + bx ... (12) Keterangan:

F = fekunditas (butir) a, b = konstanta hasil regresi x = panjang total ikan (mm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perkembangan gonad

(18)

8

TKG I TKG II TKG III TKG IV

Gambar 3 Gonad ikan totot betina

TKG I TKG II TKG III TKG IV

Gambar 4 Gonad ikan totot jantan

Nisbah kelamin

Ikan totot betina lebih banyak tertangkap dibandingkan ikan jantan selama pengambilan contoh. Nisbah kelamin (jantan:betina) pada semua TKG disajikan pada Lampiran 5. Tabel 2 menunjukkan bahwa nisbah kelamin (jantan:betina) pada ikan TKG IV adalah 1:4,13. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa nisbah tersebut tidak seimbang karena 2 hitung>2 tabel. Nisbah kelamin ikan totot (jantan:betina) di delta Cimanuk ditemukan seimbang dengan perbandingan 1:1,80.

Tabel 2 Nisbah kelamin ikan totot jantan dan betina pada TKG IV

Bulan n

Jumlah ikan

TKG IV Nisbah

(Jantan:Betina)

2 hitung

2 tabel Jantan Betina

Agustus 8 0 8 - 8,00

3,84

September 12 0 12 - 12,00

Oktober 27 6 21 1:3,50 8,33

November 21 5 16 1:3,20 5,76

Desember 14 5 9 1:1,80 1,14

Total 82 16 66 1:4,13 30,49

Ukuran pertama kali matang gonad

(19)

9 oleh TKG II dan III. Ketidakseragaman perkembangan gonad selama pengambilan contoh diduga karena terdapat dua kelompok ikan yang mempunyai perbedaan waktu pemijahan (Brojo dan Sari 2002).

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad juga dapat diketahui berdasarkan perhitungan Spaerman-Karber. Ukuran pertama kali matang gonad ikan betina lebih kecil dibanding dengan ikan jantan (Tabel 3). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ikan totot mengalami matang gonad pertama kali antara ukuran 136-156 mm pada ikan betina dan 159-170 mm pada ikan jantan. Contoh hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad disajikan pada Lampiran 7.

Selang kelas panjang (mm)

Gambar 5 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot betina (a) dan jantan (b) berdasarkan TKG IV

Tabel 3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan perhitungan Spaerman-Karber

Jenis kelamin

Ukuran pertama kali matang gonad

Panjang rata-rata (mm) Selang kepercayaan 95%

Betina 146 136-156

jantan 165 159-170

Musim pemijahan

(20)

10

faktor kondisi berfluktuasi, namun secara umum IKG dan faktor kondisi tinggi pada bulan Oktober-Desember. Berdasarkan data tersebut, musim pemijahan ikan totot terjadi pada bulan Oktober-Desember.

Gambar 6 Jumlah ikan berTKG (IV), IKG, dan faktor kondisi ikan totot betina (a) dan jantan (b) berdasarkan waktu pengamatan

(21)

11 Potensi reproduksi

Potensi reproduksi dapat diketahui dengan melihat fekunditas ikan, yaitu jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan saat ikan memijah. Fekunditas telur ikan totot TKG IV selama pengamatan berkisar antara 11.554-87.855 butir. Ikan totot TKG IV berjumlah 66 ekor dari selang kelas panjang 119-130 mm sampai 167-178 mm (Lampiran 8). Gambar 7 menunjukkan fekunditas ikan totot yang secara umum meningkat seiring dengan bertambahnya panjang ikan. Hubungan panjang dan fekunditas tersebut memiliki korelasi yang erat (r=0,98).

Gambar 7 Hubungan antara panjang dengan fekunditas ikan totot Tipe pemijahan

Sebaran frekuensi diameter telur dapat mencirikan tipe pemijahan ikan. Diameter telur ikan TKG IV yang diamati berjumlah 6600 butir. Ukuran diameter telur ikan totot selama pengamatan berkisar dari 0,015-0,048 mm. Gambar 8 menunjukkan bahwa sebaran diameter telur ikan totot hanya memiliki satu modus. Diameter telur ikan totot paling banyak terdapat pada ukuran 0,030-0,035 mm. Data selang kelas diameter telur TKG IV disajikan pada Lampiran 9. Berdasarkan data tersebut, ikan totot memiliki tipe pemijahan total spawning, yaitu ikan yang mengeluarkan telurnya secara serentak pada saat memijah.

Gambar 8 Sebaran diameter telur ikan totot

F = - 17540 + 398,8x

100 110 120 130 140 150 160 170 180

F

ekundit

as

(butir)

Panjang rata-rata TKG IV (mm)

0

Selang kelas diameter telur (mm)

(22)

12

Pembahasan

Ikan totot yang tertangkap selama penelitian berjumlah 258 ekor, yaitu 183 ekor betina dan 75 ekor jantan dengan ukuran panjang 83-186 mm. Ikan totot hasil tangkapan didominasi oleh ikan dengan panjang 131-142 mm pada ikan betina dan 119-130 pada ikan jantan (Lampiran 10). Grafik hubungan panjang dengan bobot ikan dan hasil uji-t disajikan pada Lampiran 11. Ikan totot di Perairan delta Cimanuk mempunyai pola pertumbuhan isometrik (pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan bobot), berbeda dari ikan totot di perairan Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak 2007) dan di Ma’an Archipelago (Kai et al. 2012) yang mempunyai pola pertumbuhan allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan dari pertumbuhan bobot). Perbedaan lokasi dan keadaan lingkungan pengambilan contoh diduga menjadi penyebab perbedaan pola pertumbuhan tersebut. Menurut Effendie (1997), perbedaan pola pertumbuhan dapat disebabkan oleh faktor dalam (keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit) dan faktor luar (makanan dan suhu perairan).

Nisbah kelamin ikan penting diketahui untuk menduga keseimbangan ikan jantan dan betina, rekruitmen, dan keberhasilan pemijahan (Saputra et al. 2012). Nisbah kelamin ikan totot (jantan:betina) TKG IV adalah 1:4,13. Hasil uji-t menunjukkan perbandingan nisbah kelamin tersebut tidak seimbang. Hal serupa juga terdapat pada ikan totot di Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak 2007) dan di Ma’an Archipelago (Kai et al. 2012). Nikolsky (1963) menyatakan, jika ketersediaan makanan berlimpah, maka ikan betina akan lebih dominan dari ikan jantan. Ketersediaan makanan di perairan delta Cimanuk diduga masih berlimpah. Nisbah kelamin tidak seimbang juga dapat disebabkan oleh faktor penangkapan, perbedaan distribusi antara ikan totot betina dan jantan, serta pola tingkah laku ikan. Pergerakan ikan jantan diduga lebih gesit dari pada ikan betina, sehingga ikan betina memiliki peluang yang lebih besar untuk tertangkap. Nisbah kelamin (jantan:betina) ikan totot di delta Cimanuk ditemukan seimbang pada 1:1,8, yaitu satu ekor ikan jantan dapat membuahi dua ekor ikan betina.

Hasil pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad berdasarkan perhitungan Spaerman-Karber menunjukkan bahwa ukuran pertama kali matang gonad ikan totot betina lebih kecil dari jantan. Ikan totot betina pertama kali Archipelago (Kai et al. 2012).

(23)

13 Penentuan musim pemijahan ikan dapat diduga dengan melihat nilai IKG dan faktor kondisi. Nilai IKG ini sangat berkaitan dangan faktor kondisi dan TKG. Nilai IKG semakin meningkat dan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (TKG IV), setelah itu menurun secara cepat selama pemijahan berlangsung sampai pemijahan selesai (Effendie 1997). Nilai IKG ikan totot betina lebih besar dari ikan jantan karena bobot ovarium betina lebih besar dibanding testis jantan. Hal ini disebabkan oleh adanya butir-butir telur yang mangalami perkembangan dalam ovari, sehingga semakin besar diameter maka IKG semakin meningkat (Yustina dan Arnentis 2002). Bobot gonad ikan betina lebih besar dari ikan jantan. Bobot gonad ikan betina berkisar antara 10-25% dari bobot tubuh ikan, sedangkan ikan jantan berkisar antara 5-10% dari bobot tubuh ikan (Effendie 1979).

Faktor kondisi ikan totot juga menurun seperti nilai IKG pada bulan September. Ketersediaan makanan yang berkurang pada waktu tersebut diduga dapat menjadi penyebab faktor kondisi ikan tersebut menurun. Menurut Effendie (1997), ikan akan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi saat ketersediaan makanan berkurang. Penurunan faktor kondisi juga dapat disebabkan oleh adanya ikan totot yang memijah lebih awal dari puncak musim pemijahaan ikan tersebut. Nilai faktor kondisi ikan betina secara umum lebih besar dari ikan jantan karena ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik dalam bertahan hidup dan bereproduksi dari pada ikan jantan (Effendie 1979).

Ciri-ciri musim pemijahan adalah terdapatnya ikan betina dan ikan jantan yang sedang matang gonad (TKG IV), nilai IKG yang tinggi, dan nilai faktor kondisi yang tinggi pada waktu (bulan) tersebut. Ikan totot betina yang berTKG IV selalu ada di setiap bulan pengambilan contoh, sedangkan ikan jantan hanya terdapat pada bulan Oktober-Desember. Ikan totot di delta Cimanuk pada penelitian ini memijah pada bulan Oktober-Desember. Ikan totot di Pantai Mayangan memijah pada bulan Oktober-April (Rahardjo dan Simanjuntak 2007), sedangkan ikan totot di Ma’an Archipelago memijah pada bulan Juni-September (Kai et al. 2012). Perbedaan musim pemijahan ikan dapat disebabkan oleh adanya fluktuasi musim hujan tahunan, kondisi lingkungan perairan, dan letak geografis. Saat musim penghujan, aliran sungai yang masuk ke perairan (mangrove) kaya akan bahan-bahan organik sehingga mendorong berkembangnya biota air (plankton, bentos, dll.) yang menjadi makanan bagi anak-anak ikan yang menetas pada saat itu (Rahardjo dan Simanjuntak 2007).

(24)

14

karena kemungkinan penyusutan panjang sangat kecil, tidak seperti bobot ikan yang dapat berkurang dengan mudah (Effendie 1997). Rata-rata fekunditas ikan totot meningkat seiring dengan meningkatnya rata-rata panjang ikan.

Frekuensi pemijahan dapat diduga dengan melihat modus penyabaran ukuran diameter telur yang telah matang gonad (TKG IV). Telur ikan yang diamati memiliki diameter berkisar dari 0,015-0,048. Hasil menunjukkan bahwa terdapat satu modus sebaran diameter telur pada ikan totot TKG IV. Puncak modus diameter telur TKG IV berada pada kisaran selang kelas 0,030-0,035 mm. Ikan totot di delta Cimanuk memiliki tipe pemijahan total (total spawning). Ikan dengan tipe pemijahan total (total spawning) memiliki waktu pemijahan yang singkat (Effendie 1997) karena ikan mengeluarkan seluruh telur yang ada pada saat memijah. Ikan yang tergolong total spawning pada umumnya memiliki ukuran diameter telur kecil, fekunditas besar, dan musim pemijahan yang cenderung tetap (Connell 1987 in Pellokila 2009). Ikan totot termasuk ikan iteroparous, yaitu ikan yang dapat melakukan pemijahan beberapa kali selama ikan itu hidup (Rahardjo dan Simanjutak 2007)

Ukuran tinggi ikan saat pertama kali matang gonad penting diketahui untuk mengatur ukuran mata jaring yang sesuai. Panjang ikan dan tinggi ikan totot diketahui memiliki hubungan yang erat (r = 0,95), yaitu pertambahan tinggi ikan meningkat seiring dengan pertambahan panjang ikan (Lampiran 12). Ikan totot yang tertangkap saat ukuran pertama kali matang gonad selama pengambilan contoh berjumlah 108 ekor (41,86% dari hasil tangkapan). Keberadaan ikan pada ukuran pertama kali matang gonad yang tertangkap selama pengambilan contoh membuktikan bahwa nelayan di delta Cimanuk masih menggunakan alat tangkap dengan ukuran mata jaring yang kurang sesuai untuk ikan totot. Penangkapan ikan totot sebaiknya menggunakan alat tangkap dengan ukuran mata jaring >2,05 inci (Lampiran 13). Ukuran mata jaring yang disarankan untuk menangkap ikan totot di delta Cimanuk, Pabean Ilir adalah ≥2,5 inci agar ikan totot yang sedang pertama kali matang gonad memiliki peluang lebih besar untuk lolos dari mata jaring.

(25)

15 kelamin (jantan:betina) ditemukan seimbang pada perbandingan 1:1,8. Ikan betina matang gonad pertama kali dengan ukuran yang lebih kecil dari jantan. Ukuran pertama kali matang gonad ikan betina terdapat pada panjang 136-156 mm (tinggi tubuh 40,4-46,2 mm) dan jantan pada panjang 159-170 mm (tinggi tubuh 47,1-50,3 mm). Musim pemijahan ikan totot terjadi pada bulan Oktober-Desember. Potensi reproduksi ikan totot cukup tinggi berkisar antara 11.554-87.855 butir telur dengan tipe pemijahan total (total spawning).

Saran

Ikan totot yang diperbolehkan untuk ditangkap di delta Cimanuk, Pabean Ilir adalah ikan yang lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad, yaitu ikan dengan panjang >170 mm dan tinggi tubuh >50,3 mm. Pembatasan penangkapan perlu dilakukan pada bulan Oktober-Desember yang merupakan musim pemijahan ikan totot . Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai reproduksi ikan totot di delta Cimanuk agar diperoleh data lengkap selama satu tahun untuk mengetahui musim pemijahan yang lebih pasti dan saran pengelolaan berupa penutupan musim penangkapan dalam satu tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Adisti. 2010. Kajian biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella mederensis Lowe, 1838) di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Batcha H, Gomathi, Mohanraj G. 2008. Sciaenids. Joseph MM dan Jayaprakash AA, editor. Readings in status of exploited marine fishery resourses of india. [Internet]. [diunduh 2014 Februari 20]. Tersedia pada: http://eprints.cmfri.org.in/31/1/17.pdf.

Brojo M, Sari RP. 2002. Biologi reproduksi ikan kurisi (Nemipterus tambuloides Blkr) yang didaratkan di tempat pelelangan ikan Labuan, Pandeglang. JII. 2(1): 9-13.

Chaves P, Bouchereau J. 2000. Use of mangrove habitat for reproductive activity by the fish assemblage in the Guaratuba Bay, Brazil. Oceanologica Acta. 23(3): 273-280.

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka

Nusantara.

Ergene S. 2000. Reproduction characteristics of Thinlip Grey Mullet, Chelon ramada (Risso, 1826) inhabiting Akgol-Paradeniz Lagoons (Goksu Delta). Turk J Zool. (24): 159-164.

(26)

16

Jennings S. Kaiser MJ. Reynolds JD. 2001. Marine Fisheries Ecology. United Kingdom (UK): Blackwell Publishing Ltd.

Kai W, Shou-yu Z, Zheng-hua W, Jing Z, Min X. 2012. A premilinary study on fishery biologi of Johnius belangerii off Ma’an Archipelago. JFC.

Kimirei IA, Nagelkerken I, Griffioen B, Wagner C, Mgaya YD. 2011. Ontogenetic habitat use by mangrove/seagrass-associated coral reef fishes shows flexibility in time and space. ECSS. (92):47-58.

King MG. 2007. Fisheries Biologi Assessment and Management. Second edition. United Kingdom (UK): Blackwell Publishing Ltd.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirdjoatmodjo S. 1993. Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat). Periplus Edition (HK) Ltd. Indonesia (ID).

Laegdsgaard P, Johnson C. 2001. Why do juvenile fish utilise mangrove habitats?. JEMBE. (257): 229-253.

Nikolsky GV. 1963. The Ecologi of Fishes. New York (NY): Academic Press. Pellokila NAY. 2009. Biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch,

1792) di rawa banjiran DAS Mahakam, Kalimantan timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo MF, Simanjuntak CPH. 2007. Aspek reproduksi ikan tetet, Johnius

belangerii Cuvier (Pisces: Sciaenidae) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa

barat. Jurnal Perikanan. 9(2): 200-207.

Saputra SW, Soedarsono P, Sulistyawati GA. 2009. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kuningan (Upeneus spp) di perairan Demak. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1): 1-6.

Shervette VR, Aguirre WE, Blacio E, Cevallos R, Gonzalez M, Pozo F, Gelwick F. 2007. Fish communities of a disturbed mangrove wetland and an adjacent tidal river in Palmar, Ecuador. ECSS. (72):115-128.

Sulistiono, Jannah MR, Ernawati Y. 2001. Reproduksi ikan belanak (Mugil dussumeri) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. 1(2): 31-37.

Steel RGD, Torrie JH. 1980. Principles and Procedure of Statistic: a Biological Approach. New York (NY): Mic Grow Hill Bool Company, Inc.

Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of fishes. Fishbyte. 4(2): 8-10.

www.fishbase.org. 2014. Johnius belangerii. [Internet]. [2014 Februari 20]. Tersedia pada: http://fishbase.org/summary/Johnius-belangerii.html.

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu

Lampiran 2 Klasifikasi ikan totot menurut Kottelat et al. (1993). Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes Subordo : Percoidea Famili : Sciaenidae Genus : Johnius

Spesies : Johnius belangerii Nama umum : Belanger’s croaker

Nama lokal : Gulamah, kekemek, totot, tetet, samgeh

Lampiran 3 Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama penelitian  Alat-alat yang digunakan selama penelitian

Jaring insang Timbangan digital (ketelitian 0,01)

Timbangan digital (ketelitian 0,0001)

(28)

18

Alat bedah Cawan petri Gelas ukur Pipet tetes

Kaca preparat Mikrometer Penggaris Jangka sorong

Botol contoh Hand tally counter Kamera digital Laptop  Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian

Ikan totot (Johnius belangerii)

(29)
(30)

20

Lampiran 5 Nisbah kelamin seluruh TKG ikan totot yang tertangkap

Bulan n Jumlah ikan (Jantan:Betina) Nisbah X

Lampiran 6 TKG seluruh ikan totot yang tertangkap

Selang kelas panjang Ikan totot betina (a) dan jantan (b)

Lampiran 7 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan Spearman-Karber

Rata-rata 0,0399 0,2100

(31)

21

m=

m = m = 2,1643

Panjang pertama kali matang gonad adalah antilog m = 115 mm Selang panjang pertama kali matang gonad adalah:

antilog m = m √

= 2,1643 √ = 136 mm sampai 156 mm

 Jantan

SK Nt Ni Nb Xi xk pi qi x(i+1)-xi (pi*qi)/(Ni-1)

83-94 5 4 0 88,5 1,9469 0,0000 1,000 0,0552 0,0000

95-106 5 3 0 100,5 2,0022 0,0000 1,0000 0,0490 0,0000

107-118 22 13 3 112,5 2,0512 0,2308 0,7692 0,0440 0,0148

119-130 71 33 8 124,5 2,0952 0,2424 0,7576 0,0400 0,0057

131-142 91 15 4 136,5 2,1351 0,2667 0,7333 0,0366 0,0140

143-154 45 3 0 148,5 2,1717 0,0000 1 0,0337 0,0000

155-166 15 3 0 160,5 2,2055 0,0000 1 0,0313 0,0000

167-178 3 0 0 172,5 2,2368 - - 0,0292 0,0000

179-190 1 1 1 184,5 2,2660 1,0000 0,0000 - -

Jumlah 1,7399 0,0345

Rata-rata 0,0399 0,0043

m=

m = m = 2,2165

Panjang pertama kali matang gonad adalah antilog m = 165 mm Selang panjang pertama kali matang gonad adalah:

antilog m = m √

(32)

22

Lampiran 8 Hubungan rata-rata fekunditas ikan totot berdasarkan selang panjang

Selang kelas Jumlah Panjang rata-rata (mm) Fekunditas rata-rata

119-130 6 125,50 32486

131-142 29 136,10 36602

143-154 20 147,15 42324

155-166 7 158,00 43544

167-178 2 168,00 50364

Lampiran 9 Selang kelas diameter telur ikan totot

SK BKB BKA Frekuensi

Agustus September Oktober November Desember

0,015-0,017 0,0145 0,0175 0 1 0 1 1

0,018-0,020 0,0175 0,0205 11 25 16 10 8

0,021-0,023 0,0205 0,0235 49 55 22 27 27

0,024-0,026 0,0235 0,0265 95 173 112 64 63

0,027-0,029 0,0265 0,0295 105 277 198 105 119

0,03-0,0320 0,0295 0,0325 260 567 583 228 231

0,033-0,035 0,0325 0,0355 266 446 395 209 204

0,036-0,038 0,0355 0,0385 198 296 155 158 105

0,039-0,041 0,0385 0,0415 144 201 98 73 37

0,042-0,044 0,0415 0,0445 56 50 16 19 4

0,045-0,047 0,0445 0,0475 15 8 3 4 1

0,048-0,050 0,0475 0,0505 1 1 2 2 0

Lampiran 10 Sebaran frekuensi panjang ikan totot yang tertangkap

SK BKB BKA BK Xi F betina F jantan

83-94 82,5 94,5 82,5-94,5 88,5 1 4

95-106 94,5 106,5 94,5-10,6 100,5 2 3

107-118 106,5 118,5 106,5-118,5 112,5 9 13

119-130 118,5 130,5 118,5-130,5 124,5 38 33

131-142 130,5 142,5 130,5-142,5 136,5 76 15

143-154 142,5 154,5 142,5-154,5 148,5 42 3

155-166 154,5 166,5 154,5-166,5 160,5 12 3

167-178 166,5 178,5 166,5-178,5 172,5 3 0

(33)

23 Lampiran 11 Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot (a) dan Hasil uji-t

hubungan panjang-bobot ikan totot (b) a.) Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot

b.) Hasil uji-t hubungan panjang-bobot ikan totot (b) Hipotesis:

H0: b = 3, pertumbuhan isometrik H1: b ≠ 3, pertumbuhan allometrik

ttabel = TINV(0,05;181) = 1,9732

thitung < ttabel = terima H0 = pola pertumbuhan isometrik

(34)

24

Lampiran 12 Hubungan panjang dan tinggi ikan totot

Lampiran 13 Contoh perhitungan ukuran mata jaring

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 4 Maret 1993 sebagai putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bokhrun dan Mayem. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis berawal dari SDN 2 Karanganyar (1998-2004), SMPN 1 Mandiraja (2004-2007), SMAN 1 Bawang (2007-2010). Penulis lulus dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Avertebrata Air tahun ajaran (2011/2012), asisten praktikum Iktiologi (2011/2012), asisten Pendidikan Agama Kristen (2012/2013), asisten praktikum Iktiologi Fungsional (2012/2013), asisten praktikum Ekotoksikologi Perairan (2013/2014). Penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) sebagai bendahara komisi Pembinaan Pemuridan (2012/2013), anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan, aktif mengikuti seminar, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), serta berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan.

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penangkapan ikan totot
Tabel 2 Nisbah kelamin ikan totot jantan dan betina pada TKG IV
Gambar 5 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot  betina (a) dan
Gambar 6 Jumlah ikan berTKG (IV), IKG, dan faktor kondisi ikan totot betina (a)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Secara umun dalam pembelajaran model inisiswa melakukan beberapa hal antara lain (1) siswamempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk me-laksanakan percobaan, (2) siswa

Dewi Anjasmoro Nurbani Afifi/ UIN Malang/ 2013 Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Mudharab ah Deposito Plus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang

Family welfare is the creation of a harmonious state and the fulfillment of physical and social needs for family members, without experiencing serious obstacles in

Dengan melakukann tanya jawab pada Kasubag Akuntansi dan Pajak, daftar jam hadir penggajian karyawan pada RS. Muji Rahayu Surabaya dilakukan dengan cara menggunakan

Hasil dari beberapa penelitian tentang analisis pengaruh persepsi, motivasi, dan kecerdasan adversity terhadap minat mahasiswa menjadi akuntan publik diantaranya adalah

In this chapter, we described how digital processing is used to capture rich media components in the handset (voice, image, and video), to preprocess, compress, and multiplex

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak seperti kesadaran dari wajib pajak , pengetahuan peraturan pemeraintah bagi wajib

dengan judul Implementasi Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan