• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL Pemahaman Konsep Volume Bola deng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL Pemahaman Konsep Volume Bola deng"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran

Kontruktivisme dan Kontektual pada Siswa Kelas III SMP

Abstrak: Students’ changing attitude total survace area, the writer chose contructive and

contextual teaching model. In this teaching model students would do a practice activities to

find the pattern of the volum of a sphere by themselves.

Key Words: contructive learning, active, creative and fun

Abstrak: mengubah sikap siswa harus muncul dalam belajar dan mengajar process.The

belajar yang efektif akan terjadi jika guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan

membiarkan murid-muridnya aktif dan kreatif untuk menemukan konsep pengetahuan yang

mereka pelajari. Disarankan bahwa bahan teching harus disiapkan masalah yang harus

dipecahkan dan suasana kelas harus menyenangkan, dan tidak menakutkan. Para siswa

diminta untuk dapat membangun pengetahuan mereka untuk menemukan inti dari

pembelajaran mereka mendapat sampai mereka tahu tujuan pembelajaran. Model pengajaran

yang digunakan harus disesuaikan dengan topik. Volume mengajar dan luas permukaan total,

penulis memilih dibangun dan model pembelajaran kontekstual. Dalam ajaran ini mahasiswa

Model akan melakukan kegiatan praktek untuk menemukan pola volum sebuah bola sendiri.

Kata kunci: pembelajaran konstruktif, aktif, kreatif dan menyenangkan

Sebagaimana yang sudah diketahui, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

cukup memusingkan. Hal ini tidaklah mengherankan karena selama ini pembelajaran

matematika masih bersifat konvensional dan monoton. Guru lebih aktif berceramah

dibandingkan dengan siswa. Akibatnya, perasaan bosan belajar matematika sewaktu-waktu

bisa muncul pada diri siswa. Untuk mengimbangi kebosanan tersebut maka sudah tidak ada

cara lain bagi siswa dalam memahami konsep matematika melainkan dengan cara menghafal.

Fakta seperti yang tersebut di atas tenyata dapat memunculkan persepsi siswa yang selalu

mengidentikkan matematika dengan rumus. Rumus-rumusyang ada harus dihafal tanpa harus

mengetahui tahapan penemuan dan manfaat rumus tersebut. Karena rumus hanya dihafal,

maka banyak siswa mengalami kesulitan menerapkan dan memilih rumus tersebut dalam

menyelesaikan soal. Terlebih lagi ketika sis wa diminta menyelesaikan beberapa soal

pengembangan yang model dan bentuknya tidak seperti contoh soal yang diberikan pada saat

guru menerangkan materi tersebut. Akibatnya, prestasi belajar siswa dipastikan jauh dari

yang diharapkan.

(2)

cara mengajarkan matematika yang berdasar pada teori yang ada. Ketiga hal tersebut sangat

diperlukan bagi guru agar dasar dan tujuan pengajaran menjadi jelas.

Volume bangun ruang adalah sebagian kecil dari materi matematika kelas 3 SMP yang dinilai

sulit dipahami siswa, tidak terkecuali materi volume bola. Kesulitan ini dikarenakan banyak

dan rumitnya rumus yang harus dipahami siswa. Timbulnya persepsi tersebut karena siswa

tidak dilibatkan secara langsung dalam menemukan rumus. Salah satu mo del pembelajaran

yang dapat memberikan kesempa tan kepada siswa menemukan rumus volume bola adalah

model pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual. Dengan menerapkan model pembelaja

ran ini diharapkan pembelajaran volume bola yang semula sulit dipahami menjadi menarik,

menyenang kan, dan mudah dipahami. Tentu saja di waktu yang akan datang diharapkan

siswa merasa senang belajar matematika.

Pemahaman belajar matematika dalam panda- ngan konstruktivistik bisa jadi murid memiliki

pemahaman berbeda terhadap pengetahuan matematika bergantung kepada pengalamannya

dan perspektif yang dipergunakan dalam menginterpretasikan pengalaman itu.

Keanekaragaman pemahaman dan pe- ngetahuan itu bisa benar atau salah, guru tidak

seha-rusnya memaksakan pemahaman yang seragam ke-pada seluruh muridnya. Dari pengalaman

yang diala mi oleh siswa, guru mendorong untuk membangun pemahaman matematika yang

benar melalui berbagai kegiatan pembelajaran produktif.

Lingkungan belajar matematika dalam pandangan konstruktivistik meliputi (1) menyediakan

pengalaman belajar matematika yang dapat mengaitkan pengetahuan matematika yang sudah

dimiliki siswa sehingga guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan melainkan

fasilitator, (2) menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar yang berbeda-beda, (3)

mengiterpretasikan pembelajaran dengan situsasi yang realistik dan relevan dengan

melibatkan pengalaman konkret, (4) merancang pembelajaran terjadi interaksi dan kerjasama

seseorang dengan lingkungannya melalui diskusi, kerja kelompok kecil, diskusi kelompok,

penemuan, dan tanya jawab, (5) memanfaatkan berbagai media sehingga pembelajaran

menjadi lebih efektif, dan (6) melibat-kan murid secara emosional dan sosial sehingga

matematika menjadi menarik dan murid mau belajar (Kahfi, 2004).

Prosedur pembelajaran konstruktivitik dalam kelas mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut: (1) cari dan gunakan pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran, (2)

biarkan siswa mengemukakan gagasannya, (3) kembangkan kepemimpi nan, kerjasama,

pencarian informasi, dan aktivitas siswa sebagai hasil proses belajar, (4) gunakan pemikiran,

pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses, (5) kembangkan penggunaan

alternatif sumber informasi buku paket atau bahan para pakar, (6) usahakan agar siswa

mengemukakan sebab-sebab terjadinya peristiwa dan dorong untuk memprediksi akibatnya,

(7) carilah gagasan siswa sebelum mempelajari buku teks atau sumber lain, (8) buatlah siswa

tertantang dengan konsep dan gagasan mereka sendiri, (9) sediakan waktu yang cukup untuk

berefleksi, menganalisa dan menggunakan semua gagasannya, dan (10) doronglah siswa

untukmelakukan analisis, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan

pengetahuan baru yang dipelajarinya (Kahfi, 2004).

(3)

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dirancang sedemikian rupa

sehingga guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran disesuaikan dengan tingkat berpikir

anak didik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajardengan pengelolaan

tempat belajar yang terorganisir,lingkungan serba bicara, dan penilaian yang sebenarnya.

Pembelajaran ini dirancang sedemikian rupasehingga guru harus mengetahui pengetahuan

awal siswa untuk dijadikan dasar bagi informasi baru. Pengetahuan baru diperoleh dari

pengalaman dalam pengajaran secara lengkap. Dengan demikian siswamenyelidiki dan

menguji semua kemungkinan dengan cara bekerja kelompok, kemudian hasil

kelompokdipresentasikan. Untuk itu siswa perlu mempraktekkan pengetahuan dengan cara

pemecahan masalah,harus diterapkan secara luas, dan direfleksikanPopulasi penelitian ini

adalah siswa kelas 3 SMP Nasional KPS Balikpapan. Sampel penelitian ini adalah kelas 3-4

sebagai kelas perlakuan dan kelas 3-1 sebagai kelas pembanding. Teknik pengumpulan data

pada penelitian ini meliputi wawancara, pengamatan, dan tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan

Sebelum memulai pembelajaran, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan

anggota antara tiga sampai dengan lima siswa. Setelah itu guru, memberikan beberapa bahan

percobaan seperti bola plastik diameter sedang, kertas karton satu lembar, beras, gunting, dan

lem/selotip. Untuk menanggulangi terhambatnya pembelajaran akibat bahantidak terdistribusi

secara merata, guru memeriksa kelengkapan setiap kelompok. Perlu diketahui

bahwakeseluruhan pembelajaran model ini menggunakanLembar Kerja Siswa (LKS) yang

dibagikan kepadamasing-masing kelompok.

Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa memulai kegiatan kelompoknya. Secara umum,

lankah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada langkah-langkah berikut: (1) siswa

membelah menjadidua yang sama, kemudian diukur diameter bola, (2)siswa menentukan

jari-jari bola, (3) siswa membuattopi berbentuk kerucut dari kertas karton dengan diameter sama

dengan diameter bola dan tinggi samadengan jari-jari bola, (4) siswa mengisi topi

tersebutdengan beras hingga penuh, kemudian tuangkan kedalam belahan bola sampai penuh,

(5) siswa mengisilangkah-langkah pada LKS sehingga siswa dapatmenentukan rumus volume

bola, (6) hasil kelompokditempelkan di papan tulis, (7) salah satu kelompokmempresetasikan

hasil kerja kelompoknya sedangkan kelompok yang lain menanggapi, dan (8) bagikelompok

yang paling bagus hasil penyajian danselesai tepat waktu diberi bintang sebagai penghargaan.

Selanjutnya guru meminta siswa secara berkelompok membuat kesimpulan dari percobaan

yangmereka lakukan yang terdiri atas (1) berapa kali mereka menuangkan beras sehingga

belahan bola pe-nuh, (2) mencari perbandingan volume bola dan volume kerucut sehingga

medapatkan hubunganvolume bola = … × volume kerucut, dan (3) menuliskan rumus volume

bola. Untuk mematangkan pemahaman siswa, guru memberikan beberapa soalyang harus

diselesaikan dengan rumus yang telahmereka temukan.

(4)

dialami sehinggamendapatkan rumus volume bola. Ini sangat pentinguntuk mengukur sejauh

mana siswa dapat mempelajari dan memahami konsep volume bola dengan bekerja

kelompok.

Hasil

Ternyata, model pembelajaran memberikan hasil yang cukup memuaskan dibandingkan kelas

lainyang tidak menggunakan model pembelajaran ini.Berikut ditampilkan nilai kelas yang

menggunakanmodel kontruktivisme dan kontekstual (kelas eksperimen) dan kelas yang tidak

menggunakan model kontruktivisme dan kontekstuan (kelas pembanding).

Misalnya dari tabel di atas padat dilihat bahwa siswa kelas 3-4 yang menggunakan model

pembelajaran konstruktivisme dan kontektual mendapatkan nilai dengan rata-rata 61,39. Hal

ini cukup menggembirakan dibandingkan dengan kelas 3-1 yang tidakmenggunakan model

ini yang hanya memperolehrata-rata nilai kelas sebesar 23,04.

Pembahasan

Secara umun dalam pembelajaran model inisiswa melakukan beberapa hal antara lain (1)

siswamempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk me-laksanakan percobaan, (2) siswa

aktif melaksanakanpercobaan dengan langkah-langkah yang ada diLKS, (3) siswa bekerja

dengan kelompok masingmasing untuk menyelesaikan tugas yang diberikan,(4) siswa

membuat laporan secara kelompok, (5)salah satu kelompok mempresentasikan dan kelompok

yang lain menanggapi, (6) diskusi kelas untukmenyimpulkan tujuan dari KBM yang

dilaksanakan,dan (7) hasil dari kelompok ditampilkan dipapantulis untuk dinilai oleh

guru.Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut diatas ternyata dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Namun, selain dapat meningkatkan prestasi belajarsiswa, ternyata pembelajaran dengan

menggunakanmodel konstruktivisme dan konteskstual memberikan perubahan sikap

mendasar siswa dalam belajarmatematika. Berdasarkan hasil pengamatan penelitisetelah

mengikuti pembelajaran dengan model inisiswa merasa senang belajar matematika, lebih

cepatmerespon perintah yang ada di LKS, lebih beranimengungkapkan pendapatnya, lebih

kritis dalam adupendapat, dapat menghargai pendapat teman yanglain, lebih peduli dengan

teman yang mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut,Siswa lebih

mudah menerapkan rumus yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari, dan kreativitas siswa

lebih berkembang.

KESIMPULAN

(5)

dan kontekstual, (2)membangkitkan semangat dan keaktifan siswa, (3)guru hanya sebagai

fasilitator, dan (4) mempersiapkan dengan matang model pembelajaran yang akan digunakan.

SARAN

Ada banyak model pembelajaran yang dapatditerapkan pada pembelajaran matematika.

Namun,seorang guru harus memilih model pembelajaranyang tepat sehingga siswa

memperoleh hasil belajaryang cukup memuaskan. Selain referensi yang rele-van sangat

dibutuhkan dalam menunjang penerapanmodel pembelajaran ini, peran serta berbagai

pihaksangat menentukan berhasil tidaknya penerapan suatu pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 1989. Teori–Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Mengajar BelajarMatematika. Malang: IKIP Malang.

---, Herman (Prof, M.Si). 2005. Belajar Matematika yang Menyenangkan. Makalah

disajikan dalam Seminar Lokakarya Matematika RegionalKalimantan Timur yang

diselenggarakan YSN KPS Balikpapan, Balikpapan, 3 dan 4 September.

Ibnu, Suhadi. 2004. Evaluasi Dalam ParadigmaPembelajaran Kontekstual. Makalah

disajikanpada Sosialisasi PTK untuk guru-guru di lingkungan YSN-KPS Blikpapan.

Kahfi, Muhammad Shohibul (M.Pd). 2004. Pembelajaran Matematika dalam Perspektif

Konstruktivistik. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinyadalam Mengajarkan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung.:

Tarsito.

Suparno, P. 1996. Filsafat Konstruktivisme dalamPendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

JURNAL 2

(6)

Muhammad Kharis

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Semarang 50229, Indonesia

Email: mkharis_mcc@yahoo.com

Abstrak

Flu babi yang pada tahun 2009 merebak membuat dunia khawatir akan terjadi epidemi yang

mewabah secara global. Influensa babi merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang

sangat menular, disebabkan oleh virus influensa tipe A yang termasuk dalam

orthomyxovirus. Babi merupakan induk semang utama virus influensa babi. Virus tersebut

dapat menular pada manusia dan bangsa burung atau sebaliknya. Dalam tulisan model

matematika untuk epidemi flu babi pada populasi babi. Model tersebut merupakan

model deterministik yang merupakan ini akan dikaji pendekatan untuk kasus epidemi

ini. Diharapkan hasil kajian ini dapat bermanfaat dalam penanggulangan wabah flu

babi pada sumber utama yaitu populasi babi sehingga dapat dilakukan pencegahan

sebelum mewabah di populasi manusia.

Kata kunci

: Epidemi, Influensa babi, Model deterministik.

JURNAL 3

IDEAL Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika

Eny Susiana

SMP Negeri 3 Pati Jawa Tengah

(Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNNES)

Abstract

(7)

problem solving, such as simplified model of the problem-solving process by Gicks,

Polya’s problem solving process etc. One of them is IDEAL problem solving. Each letter of

IDEAL is stand for an aspect of thinking that is important for problem solving. IDEAL is

identify problem, Define Goal, Explore posible strategies, Anticipate outcme and Act,

and Look back and learn. Using peerinteraction and question prompt in small group in

IDEAL problem solving teaching and Learning can improve problem solving skill.

Kata kunci:

IDEAL Problem Solving, Interaksi Sebaya, Pertanyaan Penuntun, Kelompok Kecil.

JURNAL 4

Sifat Baik Solusi Kuadrat Terkecil Regresi Fuzzy Dengan Variabel Dependen Fuzzy Tak

Simetris

Iqbal Kharisudin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Email: iqbal_kh@staff.unnes.ac.id

Abstrak: Penelitian tentang hubungan di antara fenomena-fenomena real merupakan dasar

dari tujuan sains dan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan di dalam

kehidupan sehari-hari. Analisis regresi statistik merupakan salah satu alat yang powerful

untuk menjelaskan hubungan tersebut. Dalam makalah ini dibahas model analisis regresi

fuzzy dengan variabel dependen fuzzy tak simetris dan variabel independen tegas. Model

tersebut merupakan generalisasi model regresi fuzzy simetris, yaitu model regresi

dengan variabel dependen fuzzy simetris. Solusi model tersebut juga merupakan

generalisasi dari model regresi linear biasa. Ide dasar analisis regresi fuzzy tak simetris

adalah memodelkan pusat dari variabel dependen fuzzy tipe dengan mengadopsi model

regresi klasik, selanjutnya secarasimultan memodelkan tepi kiri dan tepi kanan variabel

depenDen fuzzy melalui model regresi linear sederhana. Pada makalah ini secara

spesifik dikaji sifat-sifat baik solusi kuadrat terkecil model regresi fuzzy dengan variabel

dependen fuzzy tak simetris.

Kata kunci: data fuzzy , model pusat, model tepi, solusi kuadrat terkecil.

JURNAL 5

Peningkatan Kualitas Perkuliahan Di Jurusan Matematika Fmipa Unnes Melalui Lesson

Study Iwan Junaedi

Jurusan Matematika FMIPA UNNES

(8)

Peningkatan kualitas perkuliahan di Jurusan Matematika FMIPA Unnes terus dilakukan.

Salah satu upayanya adalah membangun forum sharing pengalaman di antara dosen dan

mahasiswa melalui kegiatan Lesson Study. Penerapan Lesson Study antara lain

berdampak pada: (1) teridentifikasinya permasalahan belajar mahasiswa, (2) peningkatan

kerja sama antar dosen dalam jurusan maupun di luar jurusan/fakultas, (3) terbentuknya

kerja sama dosen dan guru di sekolah mitra, (4) peningkatan pelayanan perkuliahan,

(5) diperolehnya pernagkat-perangkat perkulihan berbasis Lesson Stud, (6) diperolehnya

hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah berbasis Lesson Study, dan (7) terdokumennya

hasil-hasil dan pelaksanaan Lesson Study, pembelajaran, permasalahan belajar .

Kata Kunci: Lesson Study

JURNAL 6

Proses Berpikir Induktif dan Deduktif dalam Mempelajari Matematika Rochmad Dosen

Jurusan Matematika FMIPA UNNES

Abstrak

Salah satu ciri utama dalam mempelajari matematika adalah menerapkan penalaran deduktif

yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari

kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan matematika bersifat

konsisten. Namun demikian, pembelajaran matematika dengan fokus pada pemahaman

konsep dapat diawali dengan pendekatan induktif melalui pengalaman khusus yang

dialami siswa. Dalam pembelajaran matematika, pola pikir induktif dapat digunakan

untuk memahami definisi, pengertian, dan aturan matematika. Kegiatan pembelajaran

dapat dimulai dengan menyajikan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat

daftar sifat-sifat yang muncul, memperkirakan hasil yang mungkin, dan kemudian siswa

dengan menggunakan pola pikir induktif diarahkan menyusun suatu generalisasi.

Selanjutnya, jika memungkinkan siswa diminta membuktikan generalisasi yang

diperoleh tersebut secara deduktif.

Kata kunci: Pembelajaran matematika, pola pikir induktif, pola pikir deduktif.

Jurnal 7

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBAGIAN BILANGAN MELALUI MODEL PISK DENGAN BANTUAN METODE PEMBERIAN TUGAS PENGAJUAN SOAL (PROBLEM POSING) DI SDN 060857 KELAS III DAN KELAS IV MEDAN

Kms.Muhammad Amin Fauzil

(9)

ABS TRAK

Tzyuan dalam penelilian ini adalah untuk mengetahui apakah rnelalui Model PISK denganbantuan metade pemberian tugas pengquan soal (problem posing) model pembelajaranmemenuhi kriteria pencapaian efektf untuk nzengetahui apakah rata-rata penguasaan siswasetiap ke/ompok terhadap bahan ajar semakin meningkat, untuk rnengevaluasi proses ModelPISK dengan menggunakan PTPS pada pokok bahasan pembagian bilangan di kelas [II dan [Kmendeskripsikan proses berj/Ylcir siswa SDN 060085 7 kelos Ill dan IV Medan dalam

mengqukansoal. Berdamrkan haxil analisis data penzllis sinqmlkan sebagai lzerikul : ( I). Berdasarkan syaratkeefeklivan model pembe/nyaran ini,

disinnzulkan bahwa penzbe/ajaran model PISK denganbantuan pengajuan soal cfektyf (2}Rcs_a0nden Na. 2, 8, 22, 27, 3 I, 37 yang be/unz

nzengalamipeningkatan !erus—menerus pada prestasi belajarnya dari

pertenzzzan l sampai pertemuan 4, atausekitar I4 % dari junz/ah siswa (=43 siswa) yang be/um nzengalami peningkatan, Namunpenguasan siswa terhaafap bahan eyar secara lceseluruhan baik. Disamping itu kalau di ziryaudari nilai ram-rata T I, T2, T3, dan T4 semakin n1eningkat,(3) soal yang dibzzalnya

sudahmengarah kc perscalan nanmn kalimat yang a’ibu¤tnya belum baik, masih menggunalcan bahasasehari-hari, (4) evaluasi prose.; siswa dalam

menyelesaikan masalah (soal komeksluab tidaksemua siswa dapat menyelesaikan masalah (saal kontekstuab yang terdapal dalam

LKSTrnen1n·u/ba/as waklu yang direnlu/can (I2 menil), (5) secara kcseluruhan siswa dalam mengzyukanpertanyaan /pengquan soal Slldd/1 baik, baik diziryau dari arah pengzjuan soalnya sudah terarah,namun kalimalnya be/um terla/a dengan baik, ini mungkin disebkan oleh kurangnya minal bacasiswa, ada siswa yang belum pandai membaca dengan Iancar.Kata Kunci Model PISK, Pcmbagian, Problem Posing

Pendahuluan

Matcri matcmatika sampai saat ini masihdirasakan sulit dalam mcmahaminya oleh banyaksiswa, bahkan cukup mengkhawatirkan (mcnakutkan)bagi bebcrapa siswa mulai dari sckolah dasar (SD)

sampai siswa tingkat sckolah mcncngah. Sccarakhusus, “pcndidi1an matcmatika yang bcrfungsi

mcndasari pcngcmbangan 11mu Pcngctahuan danTekn010gi’ (1—1ud0j0, 1988 : 1) mcngalami

pcrmasalahan kualitas yang cukup mcngkuatirkan baikdari scgi pcnguasaannya 01ch siswa dan proscspcmbclajarannya 01ch guru. Hal ini dapat dilihat daridata scbagai bcrikut :

(10)

pennahaman konscp dasar matcmatika sangatlemah, siswa bclum bisa mcmahami formulasigeneralisasi dan konteks kehidupan nyata denganilmu matcmatika.

2. Balitbang Depdiknas Budicmo (Kompas, 8Desember 2000) saat seminar TIMMS—Rmenyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuansiswa Indonesia di bidang mata pelajaranrnatematika dan IPA ternyata sangat rendah.Mcnurut hasil survei pengukuran dan penelitianpendidikan 0Ieh The Third

InternationalMathematics and Science Study Repeat (TIMMS—R) tahun 1999, Indonesia berada di urutan 34(matematika) dari 38 peserta yang dinilai.

3. I-Iasil penelitian (Fauzi, 2002) siswa kesulitandalam memahami makna soal cerita, kesulitanalgcritma dan kesulitan apabila hasil baginyamengandung unsur ncl.Hal ini mungkin karena matematika memilikisifat abstrak.

Soedjadi (2OOI : 1) berpendapat bahwapenyebab kesulitan tersebut bisa

bersumber dari dalamdiri siswa juga dari luar diri siswa, misalnya campenyajian matcri pclajaran atau suasana pcmbclgaranyang dilakszmakan, Cara pcnyajizm matcripclajaran mcmbutuhkan model pcndckatan, strategi,tcknik dan matodc untuk mcningkatkan hasil bclajarsiswa.

Modal Pcmbclajaran Intcraktif dcngan settingKoopcratif (modal PISK) mcrupakan hasil dari modelmodiiikasi dari "Intcractivc Learning? Model inimcnckankan pada intcraksi siswa sccarzx luas, yaknisiswa—siswa (S — S), Siswa—Matcri Pclajaran (S—MP),Siswa-Guru (S—G), Siswa—MP— Siswa (S—MP-S) danSiswa-MP—Gu1·u (S —MP—G). Lcbih lcngkap dapat dilihat pada gambar l:

Fungsi guru hanya tcrbatas pada penjclasanterbatas dalam bentuk pertanyaan— pertanyaan yangmerangsang berpikir siswa dan dapat mcnggiring siswapada pemecahan masalah yang dihadapi, schinggakonsep matematika ditcmukan siswa sendiri sebagaireinvention dalam pendekatan realistik berdasarlcanpaham konstruktivis Vygotsky. Hal ini mcinbcrikankemungkinan yang lcbih bcsar kepada setiap siswauntuk dapat memperluas dacrah proksimal terdckat(zone of proximal development = ZPD).

Harapan ini sedikit terganjal apabila siswakesulitan clalam menterjcmah soal khususnya scalpembagian dalam bentuk cerita. Ruseffendi (l988:

177)mengatakan, untuk membantu siswa dalam memahamimakna sca] cerita dapat dilakukan dengan mcnuliskankembali soal dengan kata—kata sendiri, menulis soaldalam bentuk lain atau dalam bentuk yang operasional.

(11)

Dengan memperhatikan fenomena didaktikyang ada di dalam kelas akan terbentuk prosespembelajaran matematika yang tidak lagi berorientasikepada guru (teacher oriented) tetapi beralih kepadapembelajaran matematika yang berorientasi kepadasiswa (student oriented) atau bahkan "ber0rientasi

padamasalah", Di dalam pembelajaran matematika realistikprinsip ini disebut "didactical phenomenology? Hal inimendorong siswa mengembangkan pemikiran divergensesuai dengan apa yang dipesankan di dalam kurikulummatematika sekolah dasar berbasis kompetensi(kurikulum Depdiknas, 2002:15)

Tujuan dalam penelitian ini adalah untukmengetahui apakah pembelajaran melalui Model PISKdengan bantuan metode pemberian tugas pengajuansoal (problem posing) memenuhi kriteria pencapaianefektii untuk mengetahui apakah rata—rata penguasaansiswa setiap kelompok terhadap bahan agar

semakinmeningkat, dan untuk evaluasi proses pembelajaranModel PISK dengan menggunakan problem posingpada pokok bahasan pembagian bilangan,

sertamendeskripsikan proses berfikir siswa SDN 0600857kelas III dan IV Medan dalam menggukan soal.

B. METODE PENELITIAN

Penelitin ini dilaksanakan di SDN 060857 kelasIII dan IV Medan. Sedangkan penelitian clilaksanakanuntuk setiap kelas selama 4 kali pertemuan dan 4 kalites, tes diberikan setiap akhir pembelajaran.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatankuanlitatif dan pendckatan kualitatif Pendekatankuantitatif ditujukan untuk mendiskripsikanpenguasaan konsep pembagian bilangan

siswa,mendiskripsikan kemampuan memecahkau masalahkontekstual siswa, mendiskripsikan evaluasi prosespembelqaran siswa, dan mendiskripsikan kemampuantugas pengajuan soal, Sementara Pendekatan kualitatifditujukzm untuk mengungkapkan kesulitan yang

dialami siswa dalmn memahami konsep pada pokokbahasan pembagizm

bilangan dan cara mengatasinyasebagai upaya untuk menanggulangi kesulitan yangdialami siswa, mendiskripsikan aktivitas dan responsiswa terhadap

pembelajaran. Jenis penelitian iniadalah penelitian tindakan kelas (Action

Risearch),untuk mendesain model pembelajaran maematikamelihat efektif tidak model pembelajaran yang diclesainKarena penelitian ini merupakan penelitian terapantindakzm. maka gcjala yang akan dilihat dan disclidikiadalah pcncrapan model pcmbclajaran dcnganmanggunakan mctodc Problcm Posing yaitu

kctuntasanhasil bclajar, tingkat kcaktifan siswa, tos pcngajuansoal, hasil cvaluasi proscs siswa, proscs bcrtikir siswadan respon siswa tcrhadap

pcmbclajaran.Pcmbclajaran Model PISK, matcri Pembagiandan tindakan yang akan dilakukan lcbih jclas dapatdilihat pada Tabcl I.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

:1. Hasil Bclajar Siswa

Hasil bclajar siswa kelas IV dan kclas III dapatdi lihat pada Tabcl 2.

-Bcrdasarkan Tabcl 2 tcrlihat bahwa kalas

ckspcrimcn telah tuntas bclajar scsuai dengan kritcriakctuntasan bclajar sccara klasikal.

b. Pcncnpaian Tujuan Pembelznjaran Khusus

(TPK)

Dcskripsi pcncapaian Tujuan PcmbelajaranKhusus ( TPK ) untuk kclas ckspcrimcu dan kclaskcntml disajikan pada Tabcl 3.Bcrdasarkan data pada Tabcl 3 di atas dapatdilihat bahwa pada kclas ckspcrimcn ada 90,00% TPKyang tuntas

scdangkan pada kclas kcntrcl ada 30,00%TPK yang tuntas. Bcrdasarkan kritcria ketuntasanpencapaian TPK, maka dapat disimpulkan bahwa padakclas

ekspcrimcn kctuntasan pcncapaian TPK tcrcapaiscdangkan pada kclas kontml kctuntasan pcncapaianTPK belum tcrcapai.

c. Rcspon siswa terhadap pcmbelajaran

Dari hasil jawaban siswa kclas IV yang tcnuangdalam angket respon siswa dipcrolch rincian scbagaibcrikut :

a. Perasncm siswa terhadap komponcn mcngajar.

b, Pendapat siswa tcntang komponcn mcngajar.

c. Mimzt untuk mcugikuti pcmbclajarzm matcmatikarcalistik bcrikutnya.

dl Komemar siswa terhadap kctcrbacaan danketcrkaitan pcnampilan LKST

Bcrdasarkan data di atas menunjukkan bahwarespon siswa terhadap kcmponen pembelajaranmatematika Model PISK dengan bantuan tugaspengajuan soal adalah positii siswa berminat untukmengikuti pembelajaran berikutnya serta siswa dapatmemehami bahasa dan tertarik pada Lembar KerjaSiswa Terbimbing (LKST).

Pencapaian efektivitas pembelajaran matematikaModel PISK dengan bantuan tugas pengajuan soalyang ditentukan berdasarkan aktivitas

pengelolaanpembelajaran, respon siswa, ketuntasan belajar secaraklasikal dan kctuntasan pcncapaian TPK dapat dilihatpada Tabcl 5.3 bcrikut :

(13)

d. Ram-rata Penguasaan Siswa pada Sub PokokBahaszm Pembagian setiap KclompokDalam penelitiau tindakan kclas ini siswa dikclompokkan berdasarkan nomor urutau, karcnamcnurut kctcrangan kcpala sckolah pcncmpatan siswakc dalam satu kclas homogcn tanpa ada kclas khusus

atau kclas unggulan. Dari cmpat kali pcrtcmuan dalampcmclitian ini diperclch data scpcrti pada tabcl 5.

Bcrdasarkan Tabel 5 Respcmdsn N0, 2, 8, 22,27, 31, 37 yang bclum mcngalami pcningkatan tcrus-mencrus pada prcstasi bclajamya dari pcrtcmuan lsampai pertcmuan 4, atau sckitar 14 % dari jumlahsiswa (:43 siswa) yang bc-slum mcngalami paningkatan.

Namun penguasan siswa tcrhadap bahan ajar sccarakcscluruhan baik. Di samping itu kalau di tinjau darinilai ratawata Tl, T2, T3, clan T4 semakin mcningkat.

e. Hubungan antara kemampuan pengajuan soal

(Problem Posing) dcngan Prcstasi Bclajar SiswaData Prcstasi bclajar siswa dan data siswamcmbuat pcrtanyaan dari informasi yang dibcrikan diLKST, dianalisis sccara pcnalaran dcskriptii untukmclihat hubungan antara kcmampuan

pcngajuan soal(Problem Posing) dcngan Prcstasi Belajar Siswa, Daridata hasil belajar siswa kclas {V, Nilai di atas 85 (ada 9rcspondcn, yaitu R8, R9, R10, Rll, RI7, R20, R2],R22, R35) mangajukan pcrtanyaan yang lcbih baik darircspondcn yang lain, soal yang dibuatnya sudahmcngarah ke pcrsoalan namun kalimat yang dibuatnyabclum baik, masih mcnggunakan bahasa schari—hari.f. Evaluasi Proscs Model PISK denganMcnggunakan PTPS pada Pukok BahasanPembagian Bilangzm di kclas III dan kelas IVHasil pcngamatan cvaluasi proses siswa

dalammcnyclcsaikan masalah selama kcgiatan pcmbelajarandapat dilihat pada lampiran 4 di halaman bclakang.Dari tabcl tcrscbut, dari cnam siswa yang diamatidipcrolch dcskriptif cvaluasi proscs siswa dalammcnyclcsaikan masalah scbagai bcrikut;

Pcmzmuan l

Soal n0.l

• Kclima siswa dapat mcnyclesaikan soal no.]mcnurut batas waktu yang ditcntukan (l2 mcnit)

• Ada satu siswa (R27) yang bclum selcsai.

• Tcrdapat dua siswa (R29 dan R27) yang rnasihmcnuliskan apa yang diketaliui s0a| pada mcnit kc—9

(14)

• Terdapat lima siswa yang dapat mcnyclcsaikan soalno.2 mcnurut batas waktu yang ditcntukan (12mcnit)

• Ada satu siswa (R27) yang masih mcnuliskan apayang dikctahui soal pada mcnit ke—9, dan siswa

tcrscbut tidak dapat mcnyelcsaikan soal no.2 dalamwaktu 12 mcnit

Soal no. 3

• Kacnam siswa dapat menyelcsaikan soal no. 3 dalamwaktu I2 mcnit.

• Ada dua siswa (R9 clan R2) yang dapatmenyclcsaikan soal no. 3 dalam waktu 9 menit

Partcmuan ll

Soal no. l

• Tcrdapat lima siswa yang dapat mcnyclcsaikan soaln0.I mcnurut batas waktu yang ditcntukan

• Tcrdapat satu siswa (R9) yang bclum mcnuliskanapa yang dikctahui dri soal dalam waktu 3 mcnit

• Ada satu siswa (R27) yang tidak dapatmcnyclcsaikan soal n0.1

• Tcrdapat tiga siswa (R35, R29, dan R27) yang masihmcnuliskan apa yang dikctahui soal pada mcnit kc»9

Soal no. 2

• Tcrdapat lima siswa yang dapat mcnyclcsaikan soalno. 2 mcnurut batas waktu yang ditcntukan

• Ada satu siswa (R27) yang tidak dapatmenyclcsaikan soal no. 2

• Ada dua siswa (R29 dan R27) yang masihmenuliskan apa yang dikctahui soal pada mcnit kc-9

Scal no. 3

• Tcrdapat cmpat siswa yang dapat mcnyclcsaikansoal no. 3 mcnurut batas waktu yang ditcntukan, dandua siswa yang Iain (R29 dan R27) tidak

dapatmcnyclesaikannya

• Ada satu siswa (R27) yang masih mcnuliskan apayang diketahui soal pada mcnit kc—9

Pcrtcmuan III

(15)

• Tcrdapat cmpat siswa yang dapat mcnyclesaikans0aI n0.l mcnurut batas waktu waktu yang

ditcntukan .

• Ada siswa (R33, R29 dan R27) yang masihmcnuliskan apa yang diketahui soal pada manit kc—3

dan dua siswa tidak dapat mcnyclcsaikan soalmcnurut batas waktu yang ditentukan

S0aI no.2

• Kccnam siswa dapat mcnyclcsaikan s0aI nc.2 dalamwaktu I2 menit

• Ada satu siswa (R27) yang masih menuliskan apayang dikctahui scal pada mcnit kc—9

Scal no. 3

• Karana kctcrbatasan waktu, soal no.3 dilanjutkan dirumah scbagai tugas rumah

• Pcrtcmuan IV

Scal no. I

• I-Ianya tiga orang siswa ( R9 , R7 dan R33) yangdapat mcnyclcsaikan soal n0.I menurut batas waktuyang ditcntukan, dan cmpat siswa yang Iain tidakdapat mcnyclcsaikannya

• Ada tiga siswa (R9, R35 dan R27) yang masihmcnuliskan apa yang dikctahui s0aI pada mcnit kc-9

Soal nn. 2

• Tcrdapat cmpat siswa yang dapat mcnyelcsaikansoal no.2 mcnurut batas vvaktu yang ditcntukan, dandua siswa Iainnya (R29 dan R27) tidak

dapatmcnyclcsaikannya

• Ada satu slswa (R27) yang masih mcnullskan apayang dlkctahul soal pada mcnlt kc—9

Soal no.3

• Karcna kctcrbatasan waktu soal no,3 dllanjutkan dlrumah scbagal tugas rumah

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(16)

1, Bcrdasarkan syarat kecfcktlvan modelpembclajaran lnl, dlslmpulkan bahwa pcmbclajaranmodel PISK dcngan bantuan pcngajuan soal

cfcktli

2 Rcspondcn N0. 2, 8, 22, 27, 31, 37 yang bclummcngalaml pcnlngkatan tcrus— mcncrus padaprcstasi bclajamya darl pcrtcmuan 1 sampalpcrtcmuan 4, atau sekltar 14 % dari jumlah slswa(=43 slswa) yang bclum mcngalaml

pcnlngkatan.Namun pcnguasan slswa tcrhadap bahan ajarsecara kcseluruhan balk. Dl samplng itu kalau dltlnjau darl nllal rata—rata Tl, T2, T3, dan T4

semakln mcnlngkat.

3 Darl data hasll bclajar slswa kclas IV (llhatlamplran 5). Nllal dl atas 85 (ada 9 rcspondcn,yaltu R8, R9, R10, R11, R17, R20, R21, R22, R35)mcngajukan

pertanyaan yang lcbih balk darlraspondcn yang laln, soal yang dlbuatnya

sudahmcngarah ke pcrsoalan namun kallmat yangdlbuatnya balum balk, maslh mcnggunakan bahasaseharl-hari.

4. Evaluasl proscs slswa dalam mcnyclcsalkanmasalah (soal kcntekstual) yang terdapat padaLKST sama untuk sctlap pclismuan, yaltu darlanam slswa yang dlamatl, tldak scmua slswa dapatmcnyelesalkan masalah (soal kontckstual) yangtcrdapat dalam LKST mcnurut batas waktu yangdltcntukan (12 mcnlt).

5. Sccara kcscluruhan slswa dalam mcngegukanpertanyaan/pcngajuan seal sudah balk, balk dltlnjaudarl arah pcngajuan soalnya sudah tcrarah,

namunkallmatnya belum tcrtata dcngan balk, lnl mungklndlsebkan olch kurangnya mlnat baca slswa, adaslswa yang bclum pandal mcmbaca dcngan lancar.

Saran

1. Agar proscs pcmbclajaran dcngan pengajuan soallni lancar, slswa dllatlh oleh guru, khusurlya gurubahasa Indoncsl dalam konteks membuatpcrtanyaan darl lnformasl yang dlbcrlkan.

2. Khsus guru matematika di SD, hendaknya dalammempedoman model

pembelajaran ini untukditerapkan perlu clipikirkan, jumlah siswa di kelas.Jumlah siswa di kelas cukup besar (lebih dari 50siswa) akan mempengaruhi diskus kelompoknyaakan ramai, akibatnya menggangu proses

pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain yang berminat, hendaknya dicobake materi yang lain dengan menambah frekuensiperteinuan, agar lebih jelas dan akurat evaluasiproses dan proses berpikir siswa dalammenyelesaikan jawaban sehingga data

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Armanto, Dian.2000. Memberdayakan PendidikanDasar Matematika : Pendidikan matematikaRealistik, makalah disajikan pada seminar NasionalMIPA di UGM Yogyakarta.FM1PA UGM, UGM,16 September 2000.

Arends, 1997. Design Instructional. New York:Macmilan College. Publishing Company.

Asikin, 2001. Realistik mathematics Education (RME):Prospek dan Altematif Model Pembelajaran.Makalah disarnpaikan pada _ seminar nasionalmatematika di UNNES Semarang 27 Agustus2001.

Beishuizen, M,Gravemeijer & van Lieshout, 1997. TheRole of Contexts and Models in the Developmentof Mathematical Strategies and Prosedure.

Technipress, Culemborg. Netherland.Bell, A.W, 1983. Research on Learning and teachingMathematics. England: NFER Nelson.

Depdikbud, 1984. Petunjuk Pelaksanaan danPengelolaan kurikulum. Dirjen Dikdasmen;Jakarta.Depdikbud, 1994. Kurikulum Pendidikan dasar (GBPPMata Pelajaran Matematika untuk Sekolah dasar):Jakarta.

Depdiknas, 2002. Kompetensi Dasar Mata PelajaranMatematika Sekolah Dasar dan Madrasah

lbtidaiyah.Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Eggen P.D & Kauchak. 1979. Strategies for Teacher.Teaching Content and Thinking Skill. New Jersey:Prentice 1·lall.

Freudenthal 1-1. 1973. Mathematics as an EducationalTask. Dordrecht: Reidel Publishing.

Fauzi, Amin, 2002. Pembelajaran Matematika RealistikPada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis.Universitas Negeri Surabaya.

...,. 2003. Metode pemberian Tugas PengajuanSoal (Problem Solving) dalam Pembelajaran

Matematika Realistilc Pokok Bahasan PembagianBilangan di Kelas IV SDN 060857 Medan, Dana

Rutin, Belum di Publikasikan.

—-—-—-·—----— . 1991. Revisiting Mathematics Education.

Dordrecht: Reidel Publishing.

(18)

»-—— -— ————-— . 1994. Educational Development andDevelopmental Research in MathematicsEducation. JRME. Vol 7 N0. 25, 443-471.

Greer, Brian, 1992. Multiplication and Division asModels of Situations. Queen University: Belfast.

1-lamdani. 1999. Tugas Menulis Jurnal Sebagai Strategidalam Proses Pembelajaran Matematika di SLTP.Makalah. Surabaya.

1-1euvel—Panhuizen, M.1998. Assesment and RealistikMathematics Education. Utrecht: FreudenthalInstitute: Utrecht University.

I-Iudojo 1-1. 1998. Peinbelajaran Matematika MenurutKonstruktivistik. Journal Pendidikan: Malang.

Kastono, S'1`. Mengembangkan kurikulum BerbasisKompetensi. Kompas, 26 April 2002. 1—5———-·—-~---- . 1998. Mengajar Belajar Matematika.Jakarta:

Depdikbud.

Kemp, Jerrold E. 1994. Designing EffectiveInstruction. New York: Macmilau CollegePublishing Campany.

Holmes, E.E. 1995. New Directions in ElemenmrySchool Mathematics, Interactive Teaching and

Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Leiken, R & Zaslavsky, O. 1997. Facilitating StudentInteractions in Mathematics in Cooperative

Learning Setting. JRME. Vol. Z8, No. 3 tahun1997.

Marja Vanden I—Ieuvel·Panhuizen, 2000. MathematicsEducation in the Netherlands: A guide tour.Freudenthal Institute, Utrecth University, TheNetherland.

National Council of Teacher of Mathematics. 2000a.

Prinsiples and Standards for School Mathematics.NCTM: Reston VA.

National Council of Teacher of Mathematics. 2000b.Learning Mathematics For A New Century. 2000Yearbook NCTM: Reston VA.

... ,1996. Assesment and realistikMathematics Education. Freudenthal Institute,Untreeht University, the Netherland.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mahasiswa Ju- rusan Pendidikan Matematika sebagai calon guru matematika di masa yang akan datang pun memiliki kewajiban untuk mengetahui bagaimana perangkat

Dibuat pula persegi yang melewati B yang sisi-sisinya sejajar dengan ABCD dengan salah satu titik sudutnya berada pada ruas garis AE, namun bukan A dan bukan E.. Suatu perusahaan

Metode Fuzzy AHP dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan banyak kriteria dan banyak responden, sebagai langkah pengambilan keputusan

a) OPC Produk P3K dan

Pemantauan dan Evaluasi Rencana, 2017 Evaluasi

Pemantapan sistem Penyuluhan Pertanian diarahkan untuk peningkatanl. kompetensi penyuluh yang bersifat Polivalen di tingkat desa dan Spesialis

In this article, we discuss how explicit and implicit processes interact to shape work emotions, attitudes, and behaviors, and we suggest that scholars should incorporate