Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurhasanih
NIM : 102018224104
Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2010 Penulis
" Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai disiplin kerja guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran dan disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, disiplin dalam menggunakan waktu agar waktu yang ada dalam satuan mata pelajaran dapat dipergunakan sesuai dengan kapasitasnya. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 25 siswa, dan yang menjadi sampel adalah 20 orang siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, adapun penelitian mengenai persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di Mts Al-Khairiyah, jatirahayu Pondok melati ini termasuk pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang lain.
Dengan hasil nilai rata-rata dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru IPS dapat dikatakan cukup baik. Namun ada beberapa aspek dari disiplin guru yang harus ditingkatkan lagi seperti mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evalusi dan disiplin dalam bimbingan dan konseling. Sehingga jika seorang guru mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan memotivasi siswa untuk belajar.
Dengan merendahkan hati Sang Maha Berilmu, puji syukur kepada Allah SWT, Sang Maha Rahman dan Rahim yang telah memberikan segala petunjuk kepada penulis untuk dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia,Muhammad S A W beserta keluarga, sahabat dan orang shaleh yang senantiasa berjuang menegakkan Islam.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedkit hambatan dan kesulitan yang dihadapi,namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya:
1. Prof. Dr. dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam. 3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi skripsi.
iii
bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.
7. Keluarga penulis, Bapak. H.Muhammad (Alm) dan Ibu Hj. Samroh yang dengan ikhlas dan sabar mendo'akan, memberikan kasih sayang, membimbing sehingga penulis bisa menjalani semuanya dengan motivasi yang selalu diberikan, serta kakak-kakak dan sepupu-sepupu yang membantu serta memberi semangat penulis untuk segera menyelesaikan kuliah.
8. Sahabat-sahabat KI-Manajemen Pendidikan tahun 2002 dan pihak-pihak yang tidak dapat disebukan satu persatu, terima kasih atas kontribusinya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan kebaikan yang berganda dari Allah SWT. Dan akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, September 2010
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAPTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Siswa ... 6
1. Pengertian Persepsi ... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9
B. Disiplin Kerja Guru ... 10
1. Pengertian Disiplin ... 10
2. Macam-macam Disiplin ... 15
3. Fungsi Disiplin Kerja guru ... 17
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru 18 5. Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru ... 21
C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru ... 28
D. Kerangka Berpikir……… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
v
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36 B. Deskripsi Data ... 40 C. Analisis dan Interpretasi Data ... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 56 B. Saran-saran ... 57
Tabel 1 Daftar guru dan karyawan MTs Al-Khairiyah ... 38
Tabel 2 Data siswa tahun ajaran 2009/2010 ... 39
Tabel 3 Sumber belajar ... 39
Tabel 4 Ruang penunjang ... 40
Tabel 5 Guru IPS tepat waktu hadir di kelas... 41
Tabel 6 Guru IPS memulai pelajaran tepat waktu ... 41
Tabel 7 Guru IPS istirahat tepat waktu ... 42
Tabel 8 Guru IPS mengakhiri pelajaran tepat waktu ... 42
Tabel 9 Guru IPS meninggalkan kelas saat PBM berlangsung... 43
Tabel 10 Guru IPS meminta tambahan waktu ... 44
Tabel 11 Guru IPS mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai... 44
Tabel 12 Guru IPS mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai ... 45
Tabel 13 Guru IPS mengisi jurnal kelas ... 45
Tabel 14 Guru IPS menggunakan alat bantu peraga ... 46
Tabel 15 Guru IPS memberikan tugas bila berhalangan hadir ... 46
Tabel 16 Guru IPS memberikan Pre-test ... 47
Tabel 17 Guru IPS memberikan Post-test ... 47
Tabel 18 Guru IPS menyampaikan materi pelajaran dari berbagai sumber ... 48
Tabel 19 Guru IPS menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan keadaan sekitar ... 48
Tabel 20 Guru IPS menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada ... 49
Tabel 21 Guru IPS memberikan teguran dan menasehati siswa yang tidak disiplin ... 50
vii
Tabel 24 Guru IPS menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah ... 51 Tabel 25 Deskripsi data siswa tentang disiplin guru ... 52 Tabel 26 Nilai rata-rata skor penelitian ... 53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa kita ke dalam era globalisasi. Pada era ini, sifat kompetitif di segala bidang sangat menonjol. Individu atau pun kelompok tidak dapat lagi bekerja asal-asalan melainkan harus memiliki sikap yang “totality”, termasuk dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari globalisasi ini. Dunia pendidikan harus menyesuaikan diri dengan era ini agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan dan kemajuan sebuah bangsa.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Definisi di atas menyiratkan bahwa pendidikan tidak dilaksanakan secara serampangan atau tidak beraturan, hanya dilaksanakan saja tanpa arah tujuan yang jelas. Kemudian, proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi pribadi yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki kepribadian yang baik, cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.
Terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran, diantaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.1 Salah satu aspek penting dalam pembelajaran dari beberapa hal tersebut adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa. Oleh sebab itu maka proses pembelajaran yang baik tidak bisa lepas dari peran guru. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Wardiman Djoyonegoro dalam E. Mulyasa bahwa : “… terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.”2
Fakta dalam dunia pendidikan kita terlihat bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi, misalnya gaji guru rendah bila dibandingkan dengan profesi lainnya. Rendahnya gaji ini berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan guru, yang kemudian, seperti yang dikatakan Ki Supriyoko (1999), “kondisi ekonomi para pendidik yang rendah menyebabkan martabatnya di masyarakat pun rendah, serta hilangnya rasa bangga guru terhadap profesinya.”3
Selain itu, beberapa fakta berikut juga menjadi bukti rendahnya mutu pendidikan kita, antara lain:
1. Lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
2. Mutu akademik antar bangsa melalui Programme for International Student Assesment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat
1
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional¸(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 3
3
38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39.4
Belum lagi peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah (tahun 2007, Indonesia ada pada peringkat 107 dari 177 negara yang diteliti, dan bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia pada peringkat yang paling rendah).5 Ditambah dengan “data jumlah guru berkualifikasi di bawah S1 dan D IV masih tinggi, yakni 1.457.000 orang atau sekitar 58,3 persen.”6 Hal tersebut di atas berarti masih banyak masalah yang mesti dibenahi dalam pendidikan kita.
Jika data di atas dikaitkan dengan Standar Nasional Pendidikan yang mensyaratkan bahwa guru, baik pada tingkat pendidikan anak usia dini maupun pendidikan menengah atas, harus berkualifikasi minimal Sarjana (S1) atau Diploma IV (D IV). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hanya 41,7% guru kita yang memenuhi kualifikasi Sarjana (S1) atau Diploma IV (D IV). Maka
Memang diakui bahwa masalah-masalah tersebut bukan tanggungjawab guru semata. Akan tetapi, beberapa fakta tersebut menuntut guru untuk terus mengembangkan diri. Kualitas pembelajaran juga sangat ditentukan oleh kualitas guru. Guru yang baik dan bermutu harus memiliki kompetensi yang baik. Guru yang baik dan bermutu harus disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Guru yang disiplin akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk mempersiapkan dirinya sendiri sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan disiplin yang baik, guru tidak lagi kelabakan mencari hal-hal yang diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
4
Kunandar, Guru Profesional, Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGarfindo Persada, 2008), h. 1-2
5
Sarjilah, http://lpmpjogja.diknas.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1 &id=232.
6
Kenyataan yang terjadi di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati Bekasi tidak jauh berbeda dengan beberapa masalah di atas. Berdasarkan pengamatan penulis, masalah disiplin guru yang masih rendah ada di sana. Hal ini terlihat dari terdapat kelas kosong (tidak ada gurunya) pada waktu proses belajar mengajar, daftar kehadiran guru yang masih terdapat beberapa kali absen. Selain itu, gaji guru juga rendah7 (di bawah upah minimum regional (UMR Bekasi Rp. 1.168.974)8).
Jika demikian, maka tujuan pendidikan sulit untuk dicapai. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan bangsa ini hanya akan menjadi harapan saja. Guru tidak maksimal dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi tidak maksimal.
Atas dasar berbagai uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati -Bekasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Kualifikasi guru masih rendah karena banyak guru (58,3%) belum S1 atau D-IV.
2. Gaji guru rendah karena pada sebagian sekolah belum sesuai dengan upah minimum regional daerah setempat.
3. Disiplin kerja guru rendah karena tingkat kehadiran guru di sekolah rendah.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan dana, maka penelitian ini kami fokuskan pada disiplin kerja guru, yaitu ketaatan dan kepatuhan guru dalam mentaati
7
Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru pada saat observasi (pra penelitian) di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Bekasi.
8
tata tertib/aturan yang berlaku dalam proses belajar mengajar, yang mencakup aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran, dan pembinaan peserta didik.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati –Bekasi?”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan keilmuan kita semua, khususnya bagi penulis. Adapun penelitian ini kami harapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Sekolah sebagai informasi untuk mengembangkan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk meningkatkan disiplin kerja guru.
2. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai sumber bagi fakultas untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pembinaan dan mengembangkan program untuk membentuk calon guru yang memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kelak.
3. Pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan untuk membina dan mengembangkan potensi dan jiwa keguruan, khususnya bagi mahasiswa calon guru dan guru pada umumnya.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi Siswa
1.Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu"Perseption, yang berarti
pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu".1
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di
samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan, proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera.2 Istilah persepsi
mempunyai bentuk makna seperti yang dikemukakan para ahli berikut ini:
1) Menurut Bimo Walgito, “persepsi merupakan pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima sehingga
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu manusia.3
1
Jhon M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.242
2
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h. 863
3
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta: 2003), h. 53
2) Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, “persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan menafsirkan
pesan.”4
3) Menurut Rita L. Atkinson dkk, “persepsi adalah proses
menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita
dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita
sendiri”.5
4) Menurut M. Alisuf Sabri Mendefinisikan “Persepsi atau pengamatan
sebagai aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali
rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat
inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau
individu mengenali lingkungan hidupnya".6
Pada hakikatnya persepsi adalah proses yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Untuk dapat
memahami persepsi adalah terletak pada bahwa persepsi itu suatu
penafsiran terhadap sesuatu.
Jadi persepsi adalah proses individu dalam memahami objek
lingkungannnya seperti peristiwa, ide atau pola pikir seseorang, perilaku
seseorang yang kesemuannya memberi pesan tertentu yang dproses
dengan alat indera sehingga individu tersebut dapat mengenali objek serta
menjadi pengalaman yang bermakna.
Setiap objek atau informasi yang diterima akan memberi makna
yang berbeda pada orng yang berbeda meskipun mereka berada pada
situasi yang sama. Hal ini disebabkan karena berbedanya kapasitas alat
4
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 51
5
Rita Atkinson et. all., Psikologi Sosial, (Batam Interaksara: tanpa tahun), Ed. Ke-2, h. 88 6
indera, pengalaman dan lingkungan.
Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap
sesuatu yang dilihatnya dengan menginterpretasikan kesan-kesan
sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu terhadap
lingkungannya. Persepsi juga merupakan proses pengenalan terhadap
sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Persepsi selalu dipengaruhi
oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Dengan
demikian, setiap persepsi peserta didik akan berbeda terhadap objek yang
sama.
Perbedaan persepsi dipengaruhi oleh faktor pribadi. Pribadi
seseorang berbeda dengan pribadi yang lain sebagai bukti keunikan
manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi
terhadap rangsangan-rangsangan yang sama.
Menurut Hamalik, “persepsi sangat ditentukan oleh tingkat
pemahaman dan subjektivitas seseorang.”7 Selain itu, persepsi bukan
hanya dari pengalaman tetapi juga objek yang sama dapat dipersepsikan
secara berbeda oleh subjek yang berbeda pula. Sebagai bahan acuan dalam
penelitian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep dari
tema penelitian ini, ada baiknya diberikan sebuah gambaran secara
konseptual dari judul yang digunakan.
Persepsi merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya,
seperti yang dikemukakan olah Slameto, “persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan/informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi, manusia terus-meners mengadakan hubungan dengan
lingkungan, yang dilakukan melalui alat indera”.8
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui
penglihatan menilai objek. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 14 8
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Bina Aksara,
sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang dimiliki, pemahaman
tersebut berkaitan dengan persepsi.
Dalam menilai suatu gejala, persepsi setiap orang akan
berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh daya serap, seleksi dan
pengorganisasian seluruh pengalaman yang didapatkan seseorang dari
lingkungan untuk kemudian diinterpretasikan juga dengan berbagai
perbedaannya.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah”
pengamatan yang dilakukan manusia dengan alat-alat inderanya, seperti
indera pengelihatan, pendenganran,penciuman, kemudian dimasukkan dan
diproses didalam otak sehingga individu dapat mengenali objek-objek dan
fakta-fakta objektif tentang suatu objek atau benda.
Jadi, seseorang yang berada di suatu lingkungan dan melakukan
pengamatan disekelilingnya, itu merupakan proses yang pada akhirnya
melahirkan persepsi tentang lingkungan tersebut.
2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan
tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
objek yang sama. Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi ada 2 aspek yaitu aspek internal dan aspek
eksternal.9 Aspek internal sangat berkaitan erat dengan individu yang
mempersepsi sedangkan aspek ekstrnal dapat berupa stimulus dan
rangsangan.
Sedangkan menurut Singgih, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang diantatanya adalah:
1. Motif, yaitu faktor internal yang dapat merangsang perhatian. Adanya motif dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatudan sebaliknya
2. Kesediaan dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan mana yang
9
akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi
3. Intensitas rangsang.kuat lemah rangsang yang diterima akan sangat berpengaruh bagi individu
4. Pengulangan. Suatu rangsang yang muncul akan terjadi secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh.10
Dalam menentukan persepsi seseorang tidak lepas dari pengaruh
kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh
besar dalam diri seseorang dalam mempersepsi. Bila keadaan atau kondisi
orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikirnya juga
akan baik.
Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi,
dapat diketahui bahwa persepsi banyak dipengaruhi oleh beberapa hal
yang telah disebutkan di atas. Sebab, diyakini bahwa persepsi seseorang
sangat berpengaruh terhadap perilakunya atas sesuatu yang dipersepsi
tersebut, dan perilaku tersebut akan berpengaruh pula pada motivasinya.
B. Disiplin Kerja Guru 1.Pengertian Disiplin
Bila mendengar kata “disiplin” maka yang terbayang adalah usaha
untuk menyekat, mengawal, dan menahan. Padahal sebenarnya tidak
demikian, sebab dalam kamus kita menemukan makna disiplin selain dari
yang disebutkan diatas yaitu melatih, mendidik, dan mengatur atau hidup
teratur. Dengan kata lain pada kata disiplin itu tidak hanya terkandung
makna sekatan, tetapi juga pendidikan dan latihan.
Disiplin adalah faktor yang esensial dalam mengembangkan potensi
individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan
hasil dalam proses kelompok. Disiplin kerja yang baik mencerminkan
besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
10
diberikan kepadanya yang mendorong semangat kerja dalam bentuk
pelaksanaan peraturan yang sangat diperlukan bagi karyawan, guru, dan
peserta didik dalam menciptakan tata tertib organisasi sekolah.
Disiplin sangat erat hubungannnya dengan sikap mental dan moral
seseorang. Untuk mewujudkan disiplin perlu adanya ketentuan-ketentuan
dan aturan-aturan yang mengatur disiplin.
Menurut Tatty SB “Sikap diri yang harus dipegang dalam buku
Muhammad Nurdin yang berjudul Kiat Menjadi Guru Profesional adalah
disiplin”.11 Didalam buku yang sama Muhammad Nurdin mengatakan
“Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah
peraturan. Sebagus apapun peraturan kalau tidak tertanam dalam dirinya,
maka peraturan itu tidak akan dilaksanakan. Disiplin erta kaitannya
dengan kepribadian seseorang. Bila kita ingin menanamkan sikap disiplin,
maka mau tidak mau harus bermula dari hal-hal yang terkecil dahulu.
Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu
ia harus ditanamkan secara terus menerus terhadap individu, dengan
penanaman yang terus menerus maka disiplin akan menjadi kebiasaan.
Orang-orang yang berhasil dalam bidang pekerjaanya, umumnya
mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal
umumnya tidak disiplin.
Disiplin kerja terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan kerja. Menurut
Soerjono Soekanto”Disi[lin ialah kepatuhan terhadap peraturan yang telah
ditetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut
biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib suatu keadaan dimana perilaku
seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih
dahulu".12
11
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Prismasipohie, 2004 ), cet. Ke-1, h.149
12
Disiplin berarti,teratur atau tertib, sedangkan kegiatan disiplin
bentuk masdarnya yaitu ﺎﻣﺎﻈﻧ yang berarti peraturan.13
Adapun menurut Amir Daien Indrakusuma, disiplin berarti adanya
kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan
larangan-larangan,kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya
tekanan-tekanan dari luar,melainkan kepatuhan yang disadari oleh adanya
kesadaran tentang nilai dan pentingnnya peraturan dan larangan tersebut.14
Disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk meningkatkan
kemampuan untuk bertindak, berpikir, dan bekerja yang aktif dan
kreatif.disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul
karena adanya kesadaran dan dorongan dalam diri seseorang pada suatu
organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga
menimbulkan tertib.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh
setiap lembaga baik keluarga, sekolah,dan lain-lain. Dimana kesemuanya
itu harus dijalankan,ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada
di dalam lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan
baik. Maka segala tujuan yang diharapkan dan dicita-citakan akan tercapai
secara maksimal.
Dari definisi tersebut dapat pula diartikan bahwa kerja adalah fungsi
hidup manusia untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan bathin. Manusia
bekerja adalah untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhannya. Bila
kata " Disiplin" dan kata "kerja" digabungkan maka disiplin kerja dapat
bermakna suasana batin yang berupa perasaan senang atau tidak senang
atau tidak senang,bergairah atau tidak bergairah dan bersemanagt atau
tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Disiplin kerja nerupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Hildakarya, 1989), h.458 14
suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin
kerja dengan produktifitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin
adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar maka dari itu dalam melaksanakan bidang
pekerjaannya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin
kerja.
Untuk menguraikan definisi disiplin kerja guru, setidaknya istilah
yang mesti didefinisikan terlebih dahulu adalah disiplin kerja. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah tata tertib, ketaatan
(kepatuhan) pada tata tertib dan sebagainya.15 Hodges mengatakan
bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok
yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. 16 Dari
definisi di atas terlihat bahwa disiplin adalah suatu sikap seseorang,
misalnya guru untuk mematuhi semua aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan, maka disiplin kerja dapat diartikan
sebagai sikap seseorang untuk mematuhi aturan dalam sebuah organisasi
atau perusahaan tempat orang tersebut bekerja.
Menurut Keith Davis, “discipline is management action to enforce
organization standard”.17 Sesuai dengan pendapat Keith Davis tersebut,
disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Sedangkan menurut Malayu
S.P. Hasibuan, kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma
sosial yang berlaku.18
15
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h. 268
16
Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/disiplin _kerja_avin.pdf, h. 33
17
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Keempat, h. 129
18
Dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah organisasi, disiplin
sering digunakan pada hal yang “negatif”. Misalnya, ketika seorang
pegawai melanggar sebuah aturan yang berlaku maka pegawai tersebut
akan dikenai sanksi untuk menegakkan disiplin. Padahal, bila dikaitkan
dengan pengertian disiplin seperti di atas, maka sesungguhnya disiplin
tidak selalu berkenaan dengan pengertian atau untuk hal yang negatif.
Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat
pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.19 Menurut definisi ini, seorang karyawan atau guru akan dikatakan
disiplin jika datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua
pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan atau tata tertib yang
berlaku.
Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud
dengan disiplin kerja, sebagaimana dikemukakan oleh Avin Fadilla
Helmi, merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati
segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan dengan peraturan organisasi.20
Selanjutnya, definisi tentang guru telah banyak dikemukakan
oleh para ahli. Menurut pandangan tradisional, sesuai pendapat
Roestiyah, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan.21 Senada dengan pendapat
tersebut, Syaiful Bahri Djamarah menulis bahwa guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.22
Definisi-definisi tersebut masih sempit untuk menjelaskan guru secara utuh.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik
19
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, …, h. 194 20
Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, …, h. 34
21
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 6
22
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Definisi ini lebih luas dan lebih jelas
dalam mendefinisikan tentang guru.
Sedangkan pengertian disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan
kepada peraturan di dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang
dimiliki oleh seorang guru didalam proses belajar mengajar
disekolah agar mendapatkan hasil yang akan dicapai baik sekolah
maupun pendidik.
Dengan demikian, disiplin kerja guru yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah disiplin kerja guru yang dikaitkan dengan tugas
dan kewajibannya sebagai guru, sehingga disiplin kerja guru dapat
diartikan suatu kondisi kerja guru yang tertib karena adanya
kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan peraturan yang
ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan
kerugian, baik langsung maupun tidak langsung.
2. Macam-macam Disiplin
A.S. Moenir membagi disiplin kerja menjadi dua aspek, yaitu
disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap pekerjaan.23
a. Disiplin waktu, yaitu disiplin yang berhubungan dengan waktu,
datang dan pulang mengajar, melaksanakan pengelolaan
administrasi kelas, mengawali dan mengakhiri proses kegiatan dan
melaksanakan program kegiatan sekolah.
b. Disiplin pekerjaan, yaitu bahwa segala pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab guru harus diselesaikan dengan segera, karena bila
tidak diselesaikan dengan segera akan menimbulkan pekerjaan yang
menghambat pekerjaan lainnya yang merupakan mata rantai atau
23
proses. Dan bila berlanjut terus, akan merugikan murid karena
target kurikulum tidak terselesaikan.
Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dengan denikian belajar mengajar dapat dicontohkan seperti terlambat
mengajar dikelas, mengakhiri sebelum pelajaran selesai, sering tidak
masuk kerja dan banyak hal lainnya. Sedangkan tindakan ketidaksiplinan
terhadap perbuatan dalam proses kerja guru, dapat dicontohkan seperti
jarang mengabsen, mengajar tanpa satuan pelajaran, dan lainnya.
Guru merupakan tenaga pendidik terdepan dalam melaksanakan
tugas pokok lembaga pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat
besar karena disamping membimbing para siswa untuk mencapai prestasi
serta mengatasi berbagai kesulitan belajar.
Sedangkan menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, ada 2
bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.24
a. Disiplin preventif
Disiplin prefentif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif,
pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
b. Disiplin korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran
kepada pelanggar.
24
Terlihat bahwa pembagian disiplin menurut A.S. Moenir agak
berbeda dengan apa yang disampaikan oleh A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara. Pada pembagian yang pertama, disiplin kerja yang
dimaksud adalah sikap ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau
tata tertib yang berlaku sedangkan pada pembagian yang kedua, disiplin
kerja yang dimaksud lebih ditekankan pada peneguhan atau penegakan
aturan-aturan dalam organisasi, sehingga ada yang preventif (untuk
mencegah terjadinya pelanggaran) dan ada yang korektif (untuk
memperbaiki pelanggaran yang sudah terjadi).
3.Fungsi Disiplin Kerja Guru
Fungsi disiplin kerja guru sebagaimana dikemukakan oleh A.
Tabrani Rusyan, dkk dalam bukunya " Upaya Meningkatkan Kinerja Guru
di Sekolah Dasar", Sebagai Berikut:
a. Disiplin membawa proseskinerja kearah produktifitas yang tinggi. b. Disiplin mempengaruhi kegiatan guru dalam proses kinerja.
c. Disiplin memperteguh guru untuk memperoleh hasilkerja yang memuaskan.
d. Disiplin member kemudahan bagi guru dalam memperoleh hasilkerja yang memuaskan.
e. Disiplin memberikan kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses kinerja.
f. Disiplin akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan berbagai kegiatan dan proses kinerja.25
Dengan demikian betapapentingnya disiplin kerja guru. Telah
dipaparkan bahwa produktifitas ditentukan oleh disiplin kerja. Itulah guru
yang dapat diharapkan mampu meningkatkan produktifitas kerja.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa antara disiplin dan kerja terdapat
hubungan yang sangat erat sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi,
disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat yang tinggi sebaliknya
semangat kerja yang tinggi menghasilkan disiplin yang tinggi pula.
25
4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Malayu S.P. Hasibuan menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja guru, diantaranya: tujuan dan kemampuan,
teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi atau hukuman,
ketegasan, hubungan kemanusiaan.26 Adapun penjelasan setiap aspek
tersebut secara singkat diuraikan pada pemaparan berikut.
Aspek tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan guru ikut
mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Tujuan yang akan dicapai
harus jelas sehingga guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam mengajar. Kemampuan tersebut sebaliknya harus sesuai dengan
bidangnya guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Akan tetapi jika kegiatan mengajar berada di luar kemampuan guru atau
jauh di bawah kemampuannya dan tidak ada tujuan yang jelas maka
kesungguhan dan tingkat disiplin guru menjadi rendah.
Aspek keteladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan guru. Pimpinan , dalam hal ini kepala sekolah dijadikan
teladan dan panutan oleh para guru. Pimpinan harus memberi contoh
yang baik, disiplin, jujur, adil, serta harus disesuaikan antara kata dan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, penerapan disiplin kerja
guru pun akan ikut baik. Dengan demikian bila ingin menegakkan
kedisiplinan pada guru maka hendaknya diusahakan agar kepala sekolah
harus lebih dulu menegakkan disiplin.
Aspek balas jasa di sini lebih ditekankan pada aspek gaji dan
tunjangan kesejahteraan. Gaji dan tunjangan kesejahteraan ikut
mempengaruhi kedisiplinan guru karena balas jasa akan memberikan
kepuasan dan kecintaan guru terhadap pekerjaannya.
Aspek keadilan ikut mendorong terwujudnya tingkat kedisiplinan
guru. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia yang selalu merasa dirinya
26
penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Kepala
sekolah yang baik akan selalu berusaha bersikap adil terhadap tenaga
pengajar dan staf sekolah, tidak membeda-bedakan anatara guru yang
satu dengan yang lain. Dengan demikian maka diharapkan semua guru
tidak ada rasa cemburu dengan yang lain karena diperlakukan tidak adil
sehingga semangat kerjanya menjadi lebih baik. Dengan begitu diharapkan
guru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan penuh
semangat dan disiplin.
Aspek waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan
paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan guru dalam pekerjaannya.
Dengan waskat berarti kepala sekolah harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja guru.
Aspek sanksi atau hukuman berperan penting dalam memelihara
tingkat disiplin kerja guru. Adanya sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar akan membuat guru menjadi ragu untuk melakukan kesalahan
atau kekeliruan. Mereka akan mempertimbangkan sanksi yang akan
diterima jika melanggar peraturan atau tata tertib yang ada. Dengan begitu
maka kedisiplinan guru dalam bekerja dapat tetap terjaga.
Aspek ketegasan pimpinan dalam bertindak akan
mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Seorang kepala sekolah harus
mampu mengatasi para guru yang bermasalah dalam pekerjaannya
dengan berani/tegas. Berani bertindak untuk menghukum setiap guru
yang tidak disiplin dalam pekerjaannya. Dengan begitu, guru akan
semakin menjaga diri agar tetap patuh dan taat (disiplin) pada aturan yang
berlaku.
Aspek hubungan kemanusiaan yang harmonis antara kepala
sekolah, para guru dan staf, ikut menciptakan tingkat kedisiplinan yang
baik. Kepala sekolah harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat, baik hubungan vertikal
maupun horizontal. Dengan demikian tingkat kedisiplinan para guru dan
IG Wursanto menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan
merosotnya disiplin kerja yaitu : 1). Faktor Kepemimpinan, 2). Faktor
Kebutuhan, 3). Faktor Pengawasan.
a. Faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi tingkah laku orang lain. Dalam mencapai tujuan yang
efektif, kepala sekolah sebagai pemimpin harus berusaha dengan segala
potensi yang dimilikinya untuk menggerakkan dan mempenagaruhi
guru-gurunya agar dapat bekerja dengan disiplin yang tinggi.
b. Faktor Kebutuhan
Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhnya kebutuhan ekonomis,
tetapi kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula.
Pada umunya yang diiinginkan para pegawai ialah sebagai berikut :
a. Pemimpin yang baik (mampu memberikan bimbingan dan
pengarahan).
b. Lingkungan kerja yang menyenagkan.
c. Kondisi kerja yang menyenagkan.
d. Gaji yang layak
e. Hubungan kerja yang harmonis
c. Faktor Pengawasan.
Faktor pengawasan atu controling sangat penting dalam usaha
untuk meningkatkan disiplin yang tinggi. Pengawasan hendaknya
dilaksanakan secara efektif, jujur dan objektif.27 Sedangkan menurut
Saroso mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
guru antara lain : Moril/semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai,
dan suasana kerja yang harmonis.
a). Moril/semangat kerja pegawai
Seseorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah disepakati apabila moril/semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang
27
rendah maka ia akan berbuat tidak sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.
b). Kesejahteraan pegawai
Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan, untuk kesejahteraan pegawai pemimpin wajib intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan.
c). Suasana kerja yang harmonis
Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin.28
5.Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru
Tugas guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya
sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja guru
juga bertugas sebagai elevator, administrator,konselor dan lain-lain.
Guru adalh figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok
aksitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru
bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat
diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa.
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas
maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdiaan. Tugas guru tidak
hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
Bila dipahami, maka tugas guru sebenarnya tidak hanya sebatas dinding
sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik
professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan
belajar dan mengajar saja, guru juga bertugas sebagai
administrator,konselor,
Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan
28
belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
memuaskan.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana
Sudjana.29 mengutip pendapat Peters ada tiga tugas dan tanggung jawab
guru, yakni; guru sebagai pengajar,guru sebagai pembimbing, dan guru
sebagai administrator dikelas.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran.dalam hal ini guru
dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketentuan teknis
mengajar. Disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
Guru sebagai pembimbing member tekanan kepada
tugas.memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah
yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tugas
guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga
menyangkut pengembangan dan pembentuk nilai-nilai para siswa.
Guru sebagai administrator di kelas pada hakikatnya merupakan
jalinan ketatalaksanaan bidang pengajaran, ketatalaksanaan pada
umumnya, tetapi ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan
lebih diutamakan bagi profesi guru.
Selanjutnya penulis dapat menguraikan satu persatu tentang
tanggung jawab guru sebagaimana sesuai dengan konsep pendidikan,
yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik. 30 adalah sebagai berikut:
1. Guru Harus Menuntun Murid-Muridnya Belajar
Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan
menuntun murid-muridnya melakukan kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
2. Turut Serta Membina Kurikulum Sekolah
29
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), cet. 7, H.15
30
Sesungguhnya guru merupakan seorang yang paling mengetahui
tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan murid, karena itu sewajarnya apabila guru turut aktif
dala pembinaan kurikulum disekolah. Untuk mengubah kurikulum
itu tentu tidak mungkin, akan tetapi dalam rangka membuat atau
memperbaiki proyek pelaksanaan kurikulum, yang mana
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya, tentu sangat
diperlukan.
Tentu saja pekerjaan ini akan lebih berhasil jika guru dapat
diikutsertakan duduk dalam panitia kurikulum sekolah, dalam biro
peragaan, atau dalam bagian bimbingan dan penyuluhan.
3. Melakukan Pembinaan Terhadap Diri Siswa
Memberikan pengetahuan kepada siswabukanlah hal yang sulit,
tetapi membina siswa agar menjadi manusia yang berwatak
(berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.
Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga memiliki
kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan
bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas
dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya itu adalah menjadi
tanggung jawab guru.
4. Memberikan Bimbingan Kepada Murid
Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya
sendiri,memecahkan masalahnya sendiri,mampu menghadapi
kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat
diperlukan mereka perlu dibimbing kearah terciptanya hubungan
pribadi yang baik dengan temannya dimana perbuatan dan perkataan
guru dapat menjadi contoh yang hidup.
5. Melakukan Diagnosis Atas Kesulitan-kesulitan Belajar dan
Mengadakan Penilaian Atas Kemajuan Belajar
Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar
bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan
kemajuan belajarserta melakukan diagnosis dengan cermat terhadap
kesulitan dan kebutuhan siswa. Karena itu guru harus mampu
menyusun tes yang objektif, menggunakannnya secara
intelegen,melakukan observasi secara kritis serta melaksanakan
usaha-usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu
menghadapi masalah-masalah sendiri dan tercapainya
perkembangan pribadi yang seimbang.
6. Menyelenggarakan Penelitian
Sebagai seorang yang berkehendak dalam bidang keilmuan bidang
pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya,
tidak cukup sekedar melaksanakan pekerjaan rutin saja,melainkan
harus juga berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian
yang kontinu dan intensif.
7. Mengenal Masyarakat dan Ikut Serta Aktif
Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan yang ada dalam
masyarakat, apabila hal ini dikerjakan maka guru akan mendapatkan
peluang yang baik untuk menjelaskan tentang keadaan sekolah
kepada masyarakat sehingga mendorong masyarakat untuk turut
memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka.
8. Menghayati, Mengamalkan, dan Mengamalkan Pancasila
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari
semua sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu
maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok social yang
terbesar sekolah. Pendidikan bertujuan membentuk manusia
pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan diantaranya
sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan itu tercapai.
9. Turut serta Membantu Terciptanya Kesatuan dan Persatuaan Bangsa
dan Perdamaian Dunia
Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswanya menjadi
memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan
demikian dapat tercipta apabila para siswadidiksaling menghargai,
mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap,
hubungan social, keyakinan, kepercayaan, dan sebagainya, dengan
pengenalan,pemahaman yang cermat maka akan tumbuh rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka akan saling meng hormati
dan menjunjung tinggi bersimpati serta toleransi terhadap
masyarakat dari daerah lainnya, di lain pihak guru berusaha
mencegah timbulnya gejala ataupun tindakan yang cenderung atau
bersifat kedaerahan atau kesukuan.
10. Turut menyukseskan pembangunan
Guru membantu menciptakan parasiswa menjadi manusia
seutuhnya, selain dari itu kerjasama dengan lembaga-lembaga atau
badan-badan kemasyarakatan lainnya.
11. Tanggung Jawab Meningkatkan peranan Profesional Guru
Guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan
profesionalnya tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang
dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut
mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan
sebaik-baiknya.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan disekolah guru
mempunyai peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar
mencapai tujuan yang diharapkan, dimana semuanya sangat
menentukan terhadap keberhasilan anak dalam mencapai tujuan, yaitu
adanya perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil belajar.
Guru mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
memuaskan.
Sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, yaitu
hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan
bimbingan dan konseling.31
Adapun penjelasan mengenai lima tugas pokok guru sebagaimana
dikemukakan Sukadi di atas adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk membuat rencana
pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan
pembelajaran. Kemampuan merencanakan pembelajaran ini meliputi:
menguasai silabus, menyusun analisis materi pelajaran, menyusun
program tahunan/semester, menyusun rencana pengajaran.32
Sebelum tampil di depan kelas, guru harus menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Dengan
kemampuan guru yang baik dalam penguasaan materi akan
mempermudah guru dalam menyusun analisis materi pelajaran,
menyusun program tahunan/semester, dan menyusun rencana
pengajaran.
b. Melaksanakan Pembelajaran
Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah
dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan
melaksanakan proses belajar mengajar ini meliputi; kemampuan dalam
membuka pelajaran, melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan
menutup pelajaran.33 Dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan
31
Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h. 26 32
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 26.
33
metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan pertanyaan
dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus dilaksanakan oleh guru
dengan baik agar tercipta kegiatan pembelajaran yang baik.
c. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan
untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru dalam
mengevaluasi pembelajaran ini meliputi; kemampuan dalam
melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian, melaporkan hasil
penilaian, dan melaksanakan program remedial/perbaikan
pembelajaran.34 Penilaian/evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran
yang telah ditetapkan.
d. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya
merupakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan materi
mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan materi yang
dianggap telah dikuasai oleh peserta didik sehingga tidak perlu
dilakukan pendalaman materi.
e. Melakukan Bimbingan dan Konseling
Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan menimbulkan
perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Ada siswa yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan belajar dan psikologis yang stabil dan
ada pula siswa yang pertumbuhan dan perkembangan belajar dan
psikologisnya tidak stabil. Dari kondisi seperti itu, adakalanya terdapat
siswa yang membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan
permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis maupun
secara psikologis. Guru harus mampu berperan sebagai seorang
konselor bagi siswanya. Bimbingan konseling yang dimaksud di sini
adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan guru berkenaan dengan
34
pembelajaran, bukan kegiatan konseling yang khusus ditempuh oleh
guru bimbingan dan konseling (konselor).
Dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
(pembinaan), guru harus berkomunikasi dengan baik, sabar, dan
telaten dalam membantu menyelesaikan persoalan siswanya. Guru
diharapkan untuk memberikan solusi. Melalui bantuan dan bimbingan
dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami siswa dapat diatasi.
Dari berbagai uraian teori tentang persepsi dan disiplin, maka yang dimaksud
dengan persepsi siswa tentang disiplin kerja guru adalah pengungkapan pengalaman
siswa melalui penglihatan menilai guru yang dikaitkan dengan tugas dan
kewajibannya sebagai guru. Disiplin kerja guru ini dapat diartikan suatu kondisi kerja
guru yang tertib karena adanya kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan
peraturan yang ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan
kerugian, baik langsung maupun tidak langsung. Maka disiplin kerja guru tersebut
dapat diukur melalui disiplin kerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi
pembelajaran, serta melaksanakan bimbingan dan konseling (pembinaan).
C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru
Sebagaimana telah diapaparkan di atas, bahwa persepsi merupakan
pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk mengenali objek dari apa yang
dilihat dari lingkungannya. Persepsi ini akan muncul setelah adanya rangsangan
(stimulus) dalam diri peserta didik. Persepsi akan berbentuk positif yang
diwujudkan dalam bentuk rasa senang.
Kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran sangat berkaitan dengan
keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Guru yang disiplin akan
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk mempersiapkan dirinya sendiri
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan disiplin yang baik, guru
tidak lagi merasa bingung dalam mencari hal-hal yang diperlukan saat
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran
Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan baik apabila guru dapat
mempersiapkan pembelajaran dengan baik sehingga mampu merangsang dan
memotivasi peserta didik sehingga peserta didik siap pula menghadapi proses
pembelajaran agar berlangsung aktif, efektif, dan efisien. Seperti yang telah
ditulis oleh Tabrani Rusyan tentang kesiapan peserta didik yaitu:
Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan sebagai landasan dalam belajar. Kesiapan itu sendiri merupakan kapasitas, baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Bila peserta didik siap untuk melakukan proses belajar, maka hasil akan diperoleh dengan baik, dan sebaliknya, jika tidak siap, maka tidak akan diperoleh hasil yang baik.35
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang
dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Jabatan guru memiliki banyak
tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian.
Guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan suasana yang
nyaman dalam kelas sehingga semua siswa ingin belajar, yana disebabkan oleh
ingin tahu dengan sungguh-sungguh hasil belajarnya. Guru yang mampu akan
lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Tugas bukan hanya mengajar, tetapi lebih dari itu mengantar siswa agar
menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi luhur, oleh sebab itu guru harus
memperhatikan siswa terutama sikap, tingkah laku, ketertiban, dan kedisiplinan.
Oleh karena itu, proses pembelajaran akan berhasil jika guru memiliki
kedisiplinan yang tinggi yang ditandai dengan kesiapannya dalam pembelajaran.
Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak memiliki persepsi negatif
terhadap disiplin kerja gurunya.
35
D. Kerangka berpikir
Syaodih mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup
penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulumk. Guru adalah
perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.36 Disini
ditekankan peran seorang guru yang begitu beswar dala menentukan berhasil
tidaknya proses pembelajaran berlangsung.
Simon dan Alexander telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di
negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari
peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik;
yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran
di kelas dan kualitas kemampuan guru. 37 Rangkuman beberapa penelitian ini
semakin menegaskan bahwa guru adalah faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
pembelajaran kelas.
Kedisiplinan guru yang baik dalam bekerja akan menghasilkan kegiatan
pembelajaran yang berkualitas baik. Hal ini karena guru yang disiplin akan
mempersiapkan hal-hal uang akan diperlukan dalam pembelajaran, guru yang
disiplin akan mendesain pembelajaran sedemikian rupa agar pembelajaran yang
terlaksana kemudian adalah pembelajaran yang baik dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang baik dan berkualitas akan bermanfaat
bagi peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan memperhatikan tingkah laku atau
perilaku guru dalam mengajar. Siswa akan mempersepsikan apa yang dilihat
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Persepsi siswa yang baik terhadap
gurunya akan berdampak positif terhadap siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sebaliknya, persepsi siswa yang tidak baik terhadap gurunya dapat
berdampak negatif terhadap siswa sehinggga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan akan susah dicapai oleh siswa.
36
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h.13
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati - Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan secara langsung di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu pada bulan Mei-Juni 2010.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti.. Adapun penelitian persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi ini termasuk pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.1
1
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cetakan ke-16, h. 11
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati - Bekasi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII dari populasi yang ada (sebanyak 20 orang). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penentuan sampel dari kelas VIII ini karena menurut penulis, mereka lebih cocok karena mengetahui kondisi di sekolah. Siswa kelas VII tidak dijadikan sampel karena mereka belum lama berada di sekolah tersebut sedangkan kelas IX juga tidak dijadikan sebagai sampel karena mereka akan berkonsentrasi pada ujian akhir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen yang berupa:
1. Angket
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket (tertutup) yang disertai sejumlah jawaban yang sudah disediakan dalam satu variabel yaitu persepsi siswa tentang disiplin kerja guru. Angket tersebut terdiri dari 20 item pernyataan dengan menggunakan empat alternative jawaban siswa. 2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang didokumentasikan oleh pihak sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui tehnik dokumentasi meliputi: data tentang keadaan guru, siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana.
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen
Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru
Dimensi Dimensi No. Item Jumlah
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Kegiatan analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami baik oleh peneliti, maupun oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan atau kekeliruan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat.
2. Scoring
Scoring mrupakan tahap pemberian skor terhadap setiap pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam menentukan skoring hasil penelitian untuk penyataan positif masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:
• Untuk jawaban SL = 4 • Untuk jawaban SR = 3 • Untuk jawaban KD = 2 • Untuk jawaban TP = 1
Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, maka masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:
• Untuk jawaban SL = 1 • Untuk jawaban SR = 2 • Untuk jawaban KD = 3 • Untuk jawaban TP = 4
3. Tabulating
Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus statistik presentase dengan rumus sebagai berikut:
P = N
F
x 100% Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya N = Number of cases (banyaknya individu)
P = Angka Presentase2
Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi sesuai yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagaimana telah dikutip oleh Wira Cahya Dimulya, yaitu sebagai berikut:3
1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100% 2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75% 3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55% 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%
Untuk menentukan persentase, digunakan rumus perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus : P =
NH NS
X 100 %
2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. 1, h. 43
3
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
Pada awalnya MTs Al-Khairiyah bernaung pada Yayasan kecil,yang didalamnya terdiri dari Majelis Taklim, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Raudathul Atfal (RA) yang beralamat di Jalan Raya Hankam Rt.03/07 No.01 Jatirahayu Pondok Melati. Pada tahun 1993 berdirilah Madrasah Tsanawiyah (MTs).
2. Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu
Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu didirikan oleh KH.Hamim setelah beliau meninggal dunia digantikan oleh anaknya yaitu KH. As’yari Hamim.
Sedangkan Madrasah Tsanawiyah dipimpin oleh Kepala Madrasah bernama Khodir Yadi.
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Khairiyah Jatirahayu a. Visi Sekolah
Unggul Dalam berprestasi. b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan Pembelajaran dan bimbingan secara efektif 2) Terdepan dalam inovasi IPTEK.
3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. 4) Melaksanakan pelayanan prima.
5) Menumbuhkan semangat keunggulan secara efektif
4. Profil MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : MTs Al-Khairiyah Jatirahayu 2. No. Statistik Sekolah : 212321801120
3. No.piagam : D/Wi/Mts/366/94
4. Provinsi : Jawa Barat
5. Kecamatan : Pondok Melati
6. Desa/kelurahan : Jatirahayu
7. Jalan dan nomor : Jl. Raya Hankam Rt03/07 jatirahayu pondok melati Bekasi
8. Kode Pos : 17414
9. Daerah : Bekasi
10.Status sekolah : Terakreditasi 11.Kelompok sekolah : MTs
12.Akreditasi : B
13.Tahun berdiri : 1993 14.Kegiatan BM : Pagi - sore 15.Bangunan sekolah : Milik Sendiri
16.Organisasi penyelenggara : Yayasan Al-Khairiyah 17.Luas bangunan : 700 meter
18.Luas tanah : 1000 meter 19.Status Bangunan : Permanen 20.Status Tanah : Wakaf