• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTsN 8 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTsN 8 Jakarta"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i Tempat / Tgl. Lahir : Jakarta, 11 Juli 1985

NIM : 105011000164

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi :Implikasi Dampak Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs.N.8 Jakarta

Dosen pembimbing : Drs. Rusydy Zakaria M.Ed, M.Phil.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat untuk sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqosah.

Jakarta, 12 Juni 2010 Mahasiswa Ybs.

Syarifudin

(2)

ii

pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Bentuk keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama, biasanya terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan. Oleh karena hubungan antara ekonomi dan keluarga dipicu oleh keuangan, maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa ekonomi keluarga merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang paling kecil dalam masyarakat, karena terdiri dari anggota keluarga yang melakukan kegiatan ekonomi.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini diharapkan kondisi ekonomi keluarga bukan merupakan halangan untuk mewujudkan cita-cita dari suatu tujuan tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran empiris tentang “implikasi

dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta”.

Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N.8 Jakarta, waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu yaitu dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 07 Mei 2010. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasional yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data-data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang diperoleh di sekolah dengan menggunakan rumus product moment sehingga peneliti mengambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan atau tidak. Dalam penelitian ini sampel yang penulis tetapkan adalah 25% dari jumlah populasi 206 siswa dan diperoleh 52 orang.

Hasil perhitungan dari penelitian tersebut didapat dengan memeriksa tabel nilai

“r” product moment. Ternyata bahwa dengan df sebesar 50 pada taraf signifikansi 5%

diperoleh rtabel = 0,273, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel = 0,354

(3)
(4)

iv

karunianya berupa nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih ya Allah engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis, dengan adanya engkau disampingku ya Allah engkau telah memberikan motivasi yang besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama penulis mengerjakaan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang menegakkan panji-panji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau amin.

Berkat bantuan, hidayah, karunia serta nikmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “IMPLIKASI DAMPAK KONDISI EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS.N 8 JAKARTA”. Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh sidang munaqosah dan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan pula terselesaikan tanpa bantuan, doa serta dukungan yang diberikan kepada penulis, dengan demikian penulisan skripsi ini penulis persembahkan sebagai bentuk terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

(5)

v

ilmunya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terwujud.

4. Kepada ayah dan bundaku tercinta yang telah berjuang mencari nafkah untuk kepentingan penulis. Salam takzim, sehingga penulis dapat kuliah dan menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Kepada kakak, adik dan keponakan-keponakanku: Ella Widya SPd, Maryadi SPd, Zainal Arifin S.Kom, Sumiyatun, Tifah, Wulan, Wina, Fachri, Yusuf dan

Ma’il terimakasih atas bantuan, kepedulian serta dukungan kalian dalam memberikan motivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada sahabat dan teman-temanku Asep “Giyar”, Candra “Habib”, Fadlalah

“Satpol”, Fajar, Abdurohman, Ikbal, Umi, Maya, Hanifah, Riyan, H. Firman,

Sobirin, Rohman “Oteng”. Terimakasih kepada kalian yang telah menemani

dan memberikan semangatnya.

7. Kepada keluarga besar MTs.N.8 Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Ucapan terimakasih kami khususnya kepada: Pk Budi Haerawan, Pk Baihaqi, Pk Zainudin, Bu Tuti, Bu Asmawiyah dan Bu Pohan, yang telah banyak membantu serta memberikan motivasinya kepada penulis.

Berkat dukungan dan motivasi yang diberikan akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi penulis maupun kalangan umum yang ingin mengetahui penulisan skripsi ini. Penulis menerima saran dan kritik dari anda semua, karena penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Terimakasih.

(6)

vi

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Motivasi Belajar... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar………. 9

2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar………. 12

a. Motivasi Intrinsik………. 12

b. Motivasi Ekstrinsik……….. 14

3. Fungsi Motivasi Belajar……… 16

4. Tujuan Motivasi Belajar……… 17

5. Indikator Motivasi Belajar……… 18

a. Faktor Perbedaan Individu Dalam Belajar………… 18

b. Sikap dan Minat Siswa………. 20

B. Ekonomi Keluarga……….. 21

1. Pengertian Ekonomi Keluarga……… 21

2. Indikator Ekonomi Keluaga……… 23

(7)

vii

b. Ekonomi Keluarga Miskin………. 27

4. Fungsi Ekonomi Keluarga……… 29

5. Kerangka Pikir……….. 30

6. Pengajuan Hipotesis………. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian………. 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 34

C. Variabel Penelitian………... 34

D. Metodologi Penelitian……….. 35

E. Populasi dan Sampel……….... 35

1. Populasi……….... 35

2. Sampel……….. 36

F. Teknik Pengumpulan Data……….... 36

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………..… 37

1. Teknik Pengolahan Data……….. 37

2. Teknik Analisis Data………... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil MTs.N 8 Jakarta……… 43

1. Gambaran Umum MTs.N 8 Jakarta……… 43

2. Data Umum MTs.N 8 Jakarta………. 43

B. Visi dan Misi MTs.N 8 Jakarta………... 44

C. Keadaan Siswa, Guru, TU/Karyawan………. 44

(8)

viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 82

B. Saran……… 83

DAFTAR PUSTAKA... 86

(9)

ix

Tabel 3 Jumlah siswa 5 tahun terakhir……….. 44

Tabel 4 Keadaan guru……… 45

Tabel 5 Keadaan TU/karyawan……… 45

Tabel 6 Data tentang jumlah kelas dan rombongan belajar………….. 46

Tabel 7 Data tentang perolehan nilai UN/US kelasIX………. 46

Tabel 8 Data tentang keberadaan lulusan dari kelas IX……… 47

Tabel 9 Data tentang asal siswa kelas VII………. 47

Tabel 10 Data tentang jenjang kepangkatan personil……….. 48

Tabel 11 Data tentang pendidikan terakhir personil……… 49

Tabel 12 Data tentang fasilitas belajar MTs.N.8………. 49

Tabel 13 Data tentang kegiatan ekstra kurikuler………. 50

Tabel 14 Data tentang prestasi siswa di bidang akademik/non akademik ……….. 51

Tabel 15 Data tentang strata orang tua/wali murid tahun pelajaran 2009/2010…... 52

Tabel 16 Data tentang tingkat ekonomi orang tua/wali murid………… 52

Tabel 17 Jawaban responden tentang sumber pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua siswa………. 54

Tabel 18 Jawaban responden tentang sumber lain pendapatan orang tua siswa……….. 54

Tabel 19 Jawaban responden tentang penghasilan orang tua siswa……. 55

Tabel 20 Jawaban responden tentang jumlah keluarga siswa yang memperoleh pendapatan……… 55

(10)

x

Tabel 25 Jawaban responden tentang kendaraan yang dimiliki orang

tuasiswa……… 58

Tabel 26 Jawaban responden tentang bagaimana cara siswa sampai ke

sekolah……… 58

Tabel 27 Jawaban responden tentang orang tua siswa selalu mengajak

rekreasi (jalan-jalan) ke tempat wisata………. 59 Tabel 28 Jawaban responden tentang ketika ada kegiatan study tour

keuangan orang tua siswa selalu ada………. 59 Tabel 29 Jawaban responden tentang siswa selalu belajar tanpa disuruh

……….

60

Tabel 30 Jawaban responden tentang untuk menambah pengetahuan siswa mencari referensi lain di perpustakaan……… 60 Tabel 31 Jawaban responden tentang siswa tetap berangkat ke sekolah

meski tanpa uang jajan... 61 Tabel 32 Jawaban responden tentang ketika ada kesulitan, siswa belajar

kelompok dengan teman-teman……….. 61 Tabel 33 Jawaban responden tentang siswa selalu giat belajar agar

cita-citanya tercapai……… 62

Tabel 34 Jawaban responden tentang demi masa depan, siswa akan

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi……….. 62 Tabel 35 Jawaban responden tentang siswa termotivasi untuk mengngungguli

(11)

xi

Tabel 38 Jawaban responden tentang guru siswa harus memberikan arahan tentang motivasi belajar……… 64 Tabel 39 Jawaban responden tentang siswa giat belajar untuk menguasai

pelajaran tertentu……….. 65

Tabel 40 Jawaban responden tentang bila prestasi siswa buruk, siswa harus

belajar lebih giat……….. 65

Tabel 41 Jawaban responden tentang siswa selalu menyimak pelajaran

dengan baik……….. 66

Tabel 42 Jawaban responden tentang Nilai rapor siswa selalu bagus

setelah giat belajar……… 66

Tabel 43 Jawaban responden tentang orang tua siswa memberikan apresiasi karena nilai rapor saya bagus………. 67 Tabel 44 Jawaban responden tentang siswa malas belajar karena tidak

adanya perhatian orang tua, sebab mereka terlalu sibuk

dengan pekerjaannya……… 67

Tabel 45 Jawaban responden tentang siswa tidak semangat belajar

karena kurangnya dorongan dari orang tua………. 68 Tabel 46 Jawaban responden tentang siswa merasa tidak percaya diri

karena orang tua siswa berekonomi kurang cukup………. 68 Tabel 47 Jawaban responden tentang siswa minder karena temannya

berekonomi lebih dari cukup……… 69 Tabel 48 Dukungan orang tua saya sangat kurang terhadap perkembangan

belajar saya………... 69

(12)

xii

Tabel 51 Jawaban responden tentang akibat terbatasnya keuangan orang tua siswa, saya terhambat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang

yang lebih tinggi……….. 71

Tabel 52 Data Skoring Kodisi Ekonomi Keluarga (X)……… 72 Tabel 53 Klasifikasi skor angket variabel kondisi ekonomi keluarga (X)... 74 Tabel 54 Data Skoring Motivasi Belajar Siswa (Y)………. 76 Tabel 55 Klasifikasi skor angket variabel motivasi belajar siswa (Y)……. 77 Tabel 56 Analisis Korelasi Variabel Kondisi Ekonomi Keluarga (X) dan

(13)

xiii 4. Surat bimbingan skripsi

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Beberapa negara termasuk Indonesia menekankan fungsi pendidikan formal sebagai tempat latihan serta persiapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan lapangan akan tenaga kerja. Terlepas dari berbagai permasalahan yang ada adalah bagaimana menjadikan pendidikan berguna bagi kehidupan manusia sehingga murid-murid di sekolah merasa sesuai dan merasa terpisah dari masyarakat dan lingkungannya.

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan perilaku anak didik, transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.1 Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang perlunya pembaharuan pendidikan guna menjawab setiap permasalahan kehidupan manusia. Berbagai faktor serta aspek penyelenggaraan pendidikan telah digarap oleh para ahli demi kemajuan pendidikan masyarakat.

1

(15)

Awalnya efektifitas pendidikan lebih menekankan peranan guru dengan tujuan untuk menguasai materi pelajaran daripada memprioritaskan metode pembelajaran yang berkaitan dengan kualitas guru. Sebagian besar metode yang diterapkan oleh guru kurang mengembangkan memotivasi potensi otak, seperti peserta didik hanya dipersiapkan untuk hanya mau mendengar dan menerima seluruh informasi, sehingga apa yang dipelajari di sekolah tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya murid lebih bersifat pasif dan hanya tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh guru. Kurikulum sepenuhnya direncanakan dan disusun oleh guru atau sekolah tanpa mempertimbangkan kebutuhan murid.

Dalam abad ke-20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsepsi pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa perubahan pula dalam cara belajar-mengajar di sekolah dan cara pengajaran lama sebagaimana tercantum di atas, kini berangsur-angsur beralih menuju ke arah penyelenggaraan sekolah progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan dan sekolah yang menggunakan metode CBSA (cara belajar siswa aktif)2 dan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

Untuk mengembangkan sistem nilai pendidikan dibuat suatu paradigma pendidikan yang diimplementasikan dalam sebuah undang-undang. Dalam hal ini pemerintah bekerjasama dengan lembaga DPR mengeluarkan UU No. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam UU No. 20 tahun 2003 ayat 2

ditegaskan “bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta ahklak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.3 Untuk itu seluruh komponen warga wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara.

2

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm.3.

3

(16)

Dalam menyikapi tuntutan dan kebutuhan masyarakat dewasa ini yang semakin mendesak perlu adanya upaya-upaya pembaharuan, pengembangan dan pemberdayaan sistem pendidikan nasional agar sistem yang ada mampu menghadapi berbagai tantangan. Di antara upaya yang dilakukan perlu adanya perumusan kembali paradigma dan visi pendidikan agar hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut lebih berdaya guna dan siap menghadapi kebutuhan masyarakat. Untuk itu pendidikan dalam keluarga perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga bersinergi dengan pendidikan di sekolah

Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian.4

Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu dipengaruhi orang lain.5 Menurut ketentuan umum, Bab 1 pasal 1 undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menjelaskan

bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6

Sedangkan pada pasal 7 ayat 1 No. 20 tahun 2003 dan penjelasannya mengemukakan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.7

Dengan demikian, pendidikan di keluarga oleh undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan keluarga yang terlaksana dengan

4

Fuad Ikhsan,Dasar-Dasar Kependidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet.IV, hlm.58.

5

S. Nasution,Sosiologi Pendidikan…,hlm.11.

6

Anwar Arifin,Memahami Paradigma Baru..., hlm.34.

7

(17)

baik maka pembentukan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan keluarga.8

Carel Gustav Jung memberikan pernyataan bahwa psikologis seorang anak erat kaitannya dengan psikologis orang tuanya. Bahkan seluruh keluarga dapat memperlihatkan reaksi yang banyak persamaannya. Oleh karena itu konsekuensi praktis bagi orang tuanya yang tidak dengan sadar mempengaruhi anak-anaknya adalah bahwa kepribadian orang tua mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam membentuk watak anak dibandingkan dengan ajaran yang lain9

Kesulitan yang dihadapi dalam hubungan antara keluarga adalah masalah kondisi kelas sosial, pada umumnya anak yang berasal dari keluarga yang mampu lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Akibatnya hal ini akan menghambat pertumbuhan mental dan perkembangan psikologisnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Pada keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.10

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas sehingga ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam

8

Alisuf Sabri,Pengantar Ilmu Pendidikan,(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), cet.I, hlm. 24-25.

9

Frieda Fordham,Pengantar Psikologi C.G Jung Teori-Teori dan Teknik Psikologi Kedokteran, (Jakarta: Bakhtara Karya Aksara, 1998), hlm.92-94.

10

(18)

kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada prasarananya.11 Misalnya seseorang yang berbakat seni musik tidak mungkin mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat-alat musiknya.

Bagi keluarga yang orang tuanya berpenghasilan tinggi, tidak akan sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan tingkat yang demikian mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam proses belajar mengajar. Dengan terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan itu akan menumbuhkan semangat untuk belajar serta menciptakan konsentrasi belajar pada anak didik, sehingga anak didik akan fokus perhatiannya dalam pembelajaran yang berlangsung. Hal ini akan menyebabkan anak didik tersebut termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Lain halnya dengan anak didik yang berasal dari orang tua berpenghasilan rendah, mereka akan memusatkan perhatiannya pada kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang diterimanya. Keadaan ini akan berpengaruh pada anak didik untuk termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga sulit untuk memperoleh prestasi yang baik.

Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan. Seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhan (needs) tersebut.12

Senada dengan penyelidikan yang dilakukan oleh Pintner dan Levy terhadap anak-anak sekolah khususnya yang berkaitan dengan kekhawatiran yang akan dialami oleh anak sekolah akan berdampak negatif bagi pertumbuhan psikologis anaknya, terutama dalam motivasi belajar yang disebabkan oleh orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, kurang perhatian, acuh tak acuh dan pendidikan orang tua yang rendah.13

11

W.A. Gerungan,Psikologi Sosial, (Bandung: Rapika Aditama, 2004), cet.I, hlm.181.

12

Martinis Yamin,Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet.VI, hlm.82.

13

(19)

Kondisi inilah yang terjadi saat ini di MTs.N 8 Jakarta. Kebanyakan siswa yang berasal dari golongan dengan status ekonominya menengah kebawah, Di mana mata pencaharian orang tua mereka yang mayoritas sebagai buruh, antara lain tukang ojek, penjual koran, tukang kebun, pedagang, kuli bangunan, pembantu rumah tangga dan ada sebagian kecil dari mereka yang berprofesi sebagai guru.

Kondisi ini berpengaruh pada motivasi belajar siswa MTs. N 8. Jakarta seperti, malas belajar, tidak semangat belajar dan rendah diri.14 Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal dapat menghambat siswa dalam berprestasi seperti status latar belakang ekonomi keluarga yang kurang mendukung efektifitas pembelajaran.

Dari latar belakang masalah di atas menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang bagaimana motivasi belajar siswa yang terdapat di MTs.N 8 Jakarta, yang mayoritas mereka berasal dari golongan ekonomi yang menengah ke bawah. Motivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang dapat mendorong, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu prinsip-prinsip pergerakan motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip-prinsip-prinsip belajar itu sendiri.15

Berdasarkan latar belakang di atas penyusun mengasumsikan adanya implikasi yang cukup signifikan. Implikasi tersebut terkait dengan dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa. Dengan demikian peneliti memformulasikan dan tertarik untuk meneliti: “IMPLIKASI DAMPAK KONDISI EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS. N. 8 JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat klasifikasi masalah sebagai berikut :

14

Habibillah,Wawancara, (27 Agustus 2009)

15

(20)

1. Terdapat sikap rendah diri pada sebagian siswa dalam kegiatan belajar

2. Banyak siswa kurang mempunyai prinsip belajar yang kuat dalam bersikap dan perilaku

3. Banyak siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu/ekonomi lemah 4. Masih rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka penulis hanya membatasi penelitian pada masalah dampak kondisi ekonomi keluarga, seperti masih tingginya sikap rendah diri dalam diri siswa, banyak siswa kurang berprinsip dalam bersikap, banyak yang berasal dari kalangan yang kurang mampu serta rendahnya motivasi belajar siswa.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Sejauh mana dampak kondisi ekonomi keluarga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum hasil penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak dan implikasi kondisi ekonomi keluarga terhadap lemahnya motivasi siswa dalam belajar.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Sekolah mempunyai pengalaman sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(21)

c.Untuk Meningkatkan pemahaman masyarakat dan keluarga tentang sekolah dalam kondisi ekonomi keluarga.

d.Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam masalah dampak ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan pada lima bab yaitu:

BAB I Pendahuluan

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Teoritis:

Menjelaskan tentang Pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, fungsi motivasi belajar, tujuan motivasi belajar dan indikator motivasi belajar. Ekonomi keluarga: menjelaskan pengertian ekonomi keluarga, indikator ekonomi keluarga, jenis-jenis ekonomi keluarga, fungsi ekonomi keluarga, kerangka pikir dan pengajuan hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian

Menjelaskan tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, metodologi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian

Menjelaskan tentang profil MTs.N.8 Jakarta, visi dan misi MTs.N 8 Jakarta, keadaan siswa, guru dan TU/karyawan, deskripsi data serta analisis dan interpretasi data.

BAB V Penutup

(22)

9 1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motivation” bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin “motivum. Kata Motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Istilah

“motivasi” mempunyai arti penting bagi motivasi itu sendiri.1 Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna seperti motivasi dalam berbagai literatur, sepertineeds,drives, wants, interests dandesires.2

Di dalam bukunya “Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan” Alisuf

Sabri membedakan istilah motivasi dengan motif. Dalam diri kita motif itu dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang menjadi aktif inilah yang disebut motivasi.3

1

Sri Esti Wuryani Djiwandono,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), edisi revisi, hlm.329.

2

Martinis Yamin,Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet.VI, hlm.82

3

(23)

W.A gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial mengatakan bahwa motif itu merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu.4

Menurut M.Utsman Najati, yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dalam bukunya Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.5

Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.6

Menurut Frederick J. Mc Donald yang dikutip oleh Wasty Sumanto dalam bukunyaPsikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Motivasi itu merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dari reaksi-reaksi mencapai tujuan. Oleh karena itu motivasi merupakan bagian dari belajar.7

Lebih lanjut Mc. Donald memberikan tiga elemen penting motivasi sebagai sebuah proses perubahan energi sebagai berikut:

a. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem neuro physiological yang ada pada organisme manusia. Dalam tahapan ini meskipun motivasi merupakan rahasia dalam diri manusia, tetapi penampilannya bisa diidentifikasi dari sejumlah kegiatan fisik manusia berupa perbuatan atau tingkah laku.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya rasa atau feeling afeksi seseorang. Contoh: Ketika seseorang menerima kabar bahwa ia harus pulang karena

4

W.A. Gerungan,Psikologi Sosial..., hlm.140.

5

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Kencana, 2004), hlm.132.

6

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Remaja Karya, 1985), cet.II, hlm. 71.

7

(24)

orang tuanya meninggal, secara langsung yang bersangkutan memperlihatkan adanya feeling yang bisa dilihat dari ekspresi sedih di wajahnya atau berupaya untuk menghilangkan rasa sedih itu.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Contoh: Seorang siswa memperoleh nilai tinggi, otomatis ia akan terangsang untuk belajar lebih giat supaya tujuannya tercapai.

Dengan demikian menurut Mc Donald motivasi merupakan respon terhadap sesuatu berupa rasa atau feeling yang dibarengi dengan adanya tujuan tertentu yang teraplikasi melalui perbuatan dan tindakan.8

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.9

Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus yang berupa pikiran, perasaan, gerakan dan respond. Perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkrit (dapat diamati), maupun non konkrit (tidak dapat diamati).10

Di dalam belajar praktik misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkrit atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang dikerjakannya. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik

merupakan “stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya, melakukan kegiatan praktik merupakan “respond” yang hasilnya langsung dapat diamati.

8

Akhyas Azhari,Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004 ), cet.I, hlm.66-67.

9

Hamzah B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), edisi 1, cet.III, hlm.23.

10

(25)

Dengan demikian kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah laku dalam pandangan Thorndike mengarah pada hasil langsung belajar, atau tingkah laku yang ditampilkannya.11

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan sungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, misalnya ingin mendapatkan nilai bagus sehingga ia menjadi juara kelas.

2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya, mamahami konsep, ingin memperoleh pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.12 Motivasi intrinsik juga diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri. Misalnya, seorang siswa tekun mempelajari matematika karena ia ingin sekali menguasai pelajaran itu.13

Jika seseorang sudah mempunyai motivasi, maka ia akan ada dalam ketegangan, dan ia siap mengerjakan hal-hal yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang dikehendakinya, dan motivasi intrinsik ini merupakan hal untuk memenuhi kebutuhan.14

11

Hamzah B Uno,Teori Motivasi dan..., hlm.11-12.

12

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.II, hlm.85.

13

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar..., hlm.139-140.

14

(26)

Abraham Maslow mengklasifikasikan dorongan kebutuhan ini sebagai berikut: Gambar 1

Hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow

Growth needs

Deficienci needs

Sumber: Sri Esti Wuryani Djiwandono,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), edisi revisi, hlm.347.

Keterangan

1) Physiological needs : Yaitu kebutuhan yang menyangkut fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain. 2) Safety and scurity needs: Seperti terjamin keamanannya, terlindung dari

bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan lain-lain.

3) Social needs : Yaitu dorongan-dorongan untuk dicintai, kasih sayang, setia kawan, diakui sebagai anggota kelompok, kerjasama dan lain-lain.

4) Esteem Needs : Yaitu kebutuhan akan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.

5) Self actualization : Yaitu kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.

Self Actualization

Esteem Needs

Social Needs

Safety and Scurity Needs

(27)

Kelima macam motif itu tersusun dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Menurut Maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif di bawahnya telah terpenuhi. Maslow lebih jauh menjelaskan bahwa motif pertama sampai keempat bersifat menghilangkan kekurangan, oleh karena itu disebut deficienci needs. Sedangkan motif kelima yaitu aktualisasi diri bersifat mengembangkan oleh karena itu disebut growth needs. Motif tertinggi ini baru akan muncul apabila keempat motif di bawahnya telah terpenuhi.15 Kebanyakan teori pendidikan modern memakai motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan masalah.16

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dalam diri individu sendiri, motivasi ini berkaitan langsung dengan suatu tujuan yang ingin ditempuh sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya tanpa mengandalkan dorongan dari orang lain. Dengan demikian motivasi intrinsik ini sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: Belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.17

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel diantaranya adalah: 1) Belajar demi memenuhi kewajiban. 2) Belajar demi menghindari hukuman. 3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan. 4) Belajar demi meningkatkan gengsi. 5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru. 6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.18

15

Nana Saodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), cet.IV, hlm.69.

16

Ivor K Davis,Pengelolaan Belajar..., hlm.216.

17

Alisuf Sabri,Psikologi pendidikan…, hlm.85.

18

(28)

Pada tahun 1966 Frederick Hezberg menemukan teori Motivator-Kesehatan, teori ini digunakan Hezberg untuk membantu guru dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang lemah minatnya terhadap pelajaran, dan membantu guru dalam menilai relevansi dan pentingnya tindakan yang diambilnya.19 Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan di bawah ini:

Gambar 2.

Teori motivasi-kesehatan yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar menurut

Frederick Hezberg

1. Motivator, motivator pada umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi sehingga melebihi prestasi normal.

19

Ivor K Davis Pengelolaan Belajar...,hlm.217-219.

(29)

2. Faktor kesehatan (faktor ligkungan pekerjaan), faktor kesehatan yang buruk menimbulkan kekecewaan dan dapat mengurangi hasil usaha sampai di bawah normal.

Dari uraian di atas, bahwa yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu dengan demikian jelaslah bahwa ketika individu tidak ada dorongan dari dalam dirinya maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam situasi tertentu. Hal ini tentu saja tidak ada kaitan dalam tujuan belajar yang ingin dicapai, tapi paling tidak individu sudah memenuhi kewajiban dalam melaksanakan tujuan belajar.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Dalam motivasi belajar ada beberapa fungsi, Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikanmenyebutkan bahwa fungsi motivasi belajar sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat

Hal ini berfungsi sebagai penggerak yang memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melaksanakan suatu tugas.

b. Penentu arah perbuatan

Hal ini berfungsi untuk mewujudkan suatu tujuan atau cita-cita motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu.

c. Menyeleksi perbuatan

Hal ini berfungsi untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.20

Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi menyebutkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai perantara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya suatu perbuatan dimulai dengan

20

(30)

adanya suatu ketidak seimbangan dalam diri individu misalnya lapar atau takut, keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidak seimbangan itu, misalnya mencari makan atau mencari perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk melakukan sesuatu.21

4. Tujuan Motivasi Belajar

Adapun beberapa tujuan motivasi belajar menurut Ngalim Purwato adalah sebagai berikut:

a. Menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Tercapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Misalnya, seorang guru memberikan pujian kepada muridnya yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu dalam diri anak timbul rasa percaya diri dan di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas.22

Dalam nada yang sama Nana Saodih Sukmadinata dalam bukunya Landasan Psikologi Proses Pendidikan menyebutkan bahwa tujuan motivasi belajar yaitu mendekatkan dan menjauhkan sasaran yang ingin dicapai. Apabila suatu sasaran merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sebaliknya bila sasaran itu tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran.23

21

Sarlito Wirawan Sarwono,Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), cet. VII, hlm.57.

22

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan..., hlm.73.

23

(31)

5. Indikator Motivasi Belajar

a. Faktor Perbedaan Individu Dalam Belajar 1). Faktor Internal (dalam diri siswa)

a). Aspek Fisiologis: Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b). Aspek Psikologis: Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah kecerdasan, intelgensi, sikap, bakat dan motivasi.24

2). Faktor Eksternal (luar diri siswa)

a). Lingkungan sosial: yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga dan teman sepermainan di sekitar perkampungan tersebut. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak yang baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.25

24

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), cet.XIV, hlm.132-138.

25

(32)

b). Non sosial: Suasana lingkungan eksternal non sosial menyangkut banyak hal, antara lain:

1. Cuaca: Suhu udara, mendung, hujan, kelembaban dan sebagainya.

2. Waktu: Pagi, siang, sore, petang dan malam 3. Kondisi tempat: Kebersihan, letak sekolah,

pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan dan sebagainya.

4. Penerangan: Lampu, sinar matahari, gelap, remang-remang dan sebagainya.26

Usaha mengatasi perbedaan individual dalam proses belajar di sekolah dimaksudkan agar setiap siswa dalam kelas memperoleh hasil belajar yang tuntas. Cara yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan individual dalam belajar tersebut ialah menerapkan sistem pengajaran individual dengan cara:

a. Memberikan tugas dan bimbingan serta bantuan kepada setiap siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya

b. Membentuk dan memasukkan siswa-siswa yang kurang mampu dalam kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang pandai agar dapat belajar bersama dalam menguasai pelajaran yang harus dikuasai.

c. Guru dalam mengajar jangan menggunakan ukuran kriteria rata-rata kelas sebagai ukuran keberhasilan, tetapi gunakanlah kriteria tuntas untuk semua siswa, karena itu yang harus dijadikan skala prioritas dalam mengajar adalah siswa yang kurang mampu, sebab siswa yang pandai tidak diberi perhatianpun oleh guru akan tetap mampu menguasai pelajaran.

26

(33)

d. Melaksanakan sistem pendekatan belajar tuntas (mastery learning), yaitu dengan cara membelajarkan siswa sampai memperoleh hasil belajar yang tuntas (memperoleh penguasaan penuh).27

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor perbedaan individu dalam hal kemampuan belajar dapat berasal dari faktor internal dan eksternal kedua faktor ini dapat berdampak baik dan buruk pada siswa.

b. Sikap dan Minat Siswa

Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang dapat menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerina/suka) terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat di mana ia belajar seperti: Kondisi kelas, teman-temannya serta pengajaran dan sebagainya.28

Siswa akan suka dan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.29 Oleh karena itu salah satu cara logis untuk menumbuhkan motivasi siswa selama pelajaran berlangsung adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Untuk memotivasi siswa agar ia berminat terhadap mata pelajaran ialah sebagai berikut:

1. Sebelum belajar:

a. Menanyakan langsung kepada siswa sendiri tentang pelajaran mana yang disukai dan tidak disukai baginya.

b. Memotivasi keingintahuan siswa terhadap mata pelajaran tertentu dengan mengadakan simulasi, misalnya simulasi tentang manusia ke bulan.30

Sedangkan Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional menjelaskan bahwa untuk membangkitkan sikap positif (sikap

27

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan..., hlm.80-81.

28

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan..., hlm.84

29

Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan...,hlm.156-157.

30

(34)

menerima) terhadap mata pelajaran dan juga gurunya apabila ada yang tidak suka kepada guru dan mata pelajarannya.31

dalam nada yang sama Martinis Yamin dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi menambahkan bahwa untuk menumbuhkan motivasi siswa adalah guru harus mampu menyampaikan bahan mata pelajaran dengan menarik dan asing bagi siswa, misalnya menyajikan informasi dengan alat yang belum pernah mereka liat sebelumnya.32

2. Sesudah belajar

a. Guru melaksanakan temu tokoh para siswa agar ia tergerak hatinya untuk berprestasi seperti tokoh dihadapannya.

b. Guru menuliskan poin-poin materi yang telah diuraikan sebelumnya untuk diingat dan kemudian catatan dihapuskan dari papan tulis lalu guru memerintahkan siswa untuk mengulangi kesimpulan materi-materi yang disampaikan dalam bentuk poin-poin tersebut.

c. Mengadakan study tour/wisata alam, tatkala siswa sudah jenuh di dalam kelas kita sebagai guru dapat membawanya belajar dalam bentuk wisata untuk menumbuhkan minat belajar baru.33

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap dan minat merupakan faktor psikologis dalam belajar oleh karena itu guru harus turut membantu siswa dalam mengembangkan prestasi belajarnya dengan hal-hal yang menyenangkan baginya. Misalnya, melaksanakan kegiatan belajar di luar sekolah seperti, wisata alam.

B. EKONOMI KELUARGA

1. Pengertian Ekonomi Keluarga

Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economi. Sementara kata ekonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, oikonomike yaitu pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan

31

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan..., hlm.84.

32

Martinis Yamin,Pembelajaran Berbasis..., hlm.92.

33

(35)

pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya.34

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi adalah a. ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal uang, perindustrian dan perdagangan), b. pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, c. tata kehidupan perekonomian (suatu negara), d. urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).35

Monzer Kahf, di dalam bukunya ekonomi Islam mengatakan bahwa ekonomi merupakan kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.36

Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Bentuk keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama, biasanya terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan.37

Sedangkan pengertian keluarga menurut Ki Hajar Dewantara adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu keturunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.38

Giddens, yang dikutip oleh Amin Nurdin mendefinisikan keluarga dengan sekelompok orang yang mempunyai kaitan langsung hubungan kerabat yang di

34

Damsar,Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), edisi.1, cet.I, hlm.9-10.

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet.I, hlm.220.

36

Monzer Kahf,Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm.2.

37

M. Munandar Soelaeman,Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: Eresco, 1995), edisi revisi, cet.VIII, hlm.55-56.

38

(36)

dalamnya terdapat orang-orang dewasa yang mampu bertanggung jawab dalam pengasuhan anak dan memiliki kerjasama dalam pemenuhan ekonomi.39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa oleh karena hubungan antara ekonomi dan keluarga dipicu oleh keuangan, maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa ekonomi keluarga merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang paling kecil dalam masyarakat, karena terdiri dari anggota keluarga yang melakukan kegiatan ekonomi.

2. Indikator Ekonomi Keluarga a. Pendidikan

Secara sederhana pendidikan adalah suatu hal dalam membina individu untuk memberdayakan intelektualitas kepribadiannya sehingga menjadi orang yang berguna untuk masa depannya, untuk itu pendidikan merupakan nilai kebudayaan yang amat penting artinya di dalam masyarakat.

Salah satu jalan untuk meningkatkan martabat seseorang adalah dengan cara menempuh pendidikan sebagai faktor yang menunjang kemajuan lebih lanjut. Semua sistem dan sarana ini akan memberikan cukup kesempatan kerja serta penghasilan kepada mereka yang telah menjalani suatu pendidikan, melalui pendidikan maka terbukalah kesempatan untuk naik ke kelas ekonomi yang lebih tinggi.40 Semakin tinggi pendidikan yang dimilikinya, semakin tinggi pula kedudukan sosial seseorang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang. Tanpa pendidikan maka hidup seseorang takk akan memiliki kemampuan untuk merubah taraf hidupnya.

39

M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori,Mengerti Sosiologi: Pengantar Untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet.I, hlm.128.

40

(37)

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tenaga dan pikiran seseorang untuk mendapatkan suatu penghasilan guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Peluang kerja dan usaha antara ekonomi rendah dan ekonomi kaya pada umumnya jauh berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki oleh ekonomi keluarga kaya akan relatif lebih mudah membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan bagi keluarga ekonomi rendah, akibat perangkap kemiskinan dan pendidikan yang rendah, mereka pada umumnya tidak berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai.

Jenis pekerjaan dapat digolongkan menurut hierarki upah. Menurut Frank Parkin, sebagaimana yang dikutip oleh David Berry dalam bukunya Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi menjelaskan bahwa kategori jenis pekerjaan dapat disusun

secara hierarki untuk menunjukkan gambaran umum mengenai upah dalam masyarakat, yaitu profesional seperti, manager dan admistratif. Semi profesional dan tenaga administratif yang lebih rendah seperti, pegawai tetap, pekerja tangan ahli dan tenaga pekerja tangan tidak ahli.41 Dengan demikian pekerjaan merupakan suatu hal yang dapat menentukan status seseorang dalam kehidupan masyarakat dan dengan pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan yang tinggi maka akan semakin terbuka lebar dalam mencari pekerjaan.

Dari beberapa uraian indikator ekonomi keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan pendapatan merupakan peranan yang amat penting dalam keluarga untuk meneruskan kelangsungan hidupnya.

41

(38)

c. Pendapatan

Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil dari sebuah usaha seseorang, dengan usaha itu maka ia akan memperoleh pemberian baik dari perorangan atau dari instansi perusahaan terntentu yang disebut dengan upah atau gaji, dengan demikian orang yang melakukan suatu usaha tertentu maka ia berhak mendapatkan suatu ganjaran baik berupa uang, barang ataupun jasa.

Orang tua yang mempunyai pendapatan besar tinggal di rumah gedung besar di daerah elit, merasa dirinya termasuk golongan sosial atas, mempunyai mobil mercedes serta TV berwarna lengkap dengan video-tape dapat diharapkan akan mengusahakan agar anaknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orang tuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok, tinggal di gubuk kecil di tepi rel kereta api dan harus berjalan kaki, tak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya menikmati perguruan tinggi.42

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa seseorang yang memperoleh pendapatan besar maka ia dapat menikmati fasilitas mewah sehingga dapat mnunjang dalam aspek kehidupannya sedangkan orang yang memperoleh pendapatan rendah maka ia tidak akan dapat menikmati fasilitas mewah karena faktor keuanganlah yang menghambatnya.

3. Jenis-Jenis Ekonomi Keluarga a. Ekonomi Keluarga Kaya

Dalam teori stratifikasi sosial Talcott Parsons menyebutkan bahwa status pribadi yang merupakan kriteria utama adalah kekayaan yang relevan dikaitkan dengan pekerjaan. Lebih lanjut Parsons menyebutkan bahwa pekerjaan yang dinilai tinggi adalah yang upahnya paling baik. Dengan demikian kekayaan lebih merupakan lambang kedudukan tinggi daripada faktor penyebabnya seperti prestise, warisan, kelahiran dan perkawinan.43

42

S. Nasution,Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet 1, hlm. 30.

43

(39)

Kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran, orang yang mempunyai kekayaan paling banyak, maka ia termasuk ke dalam lapisan atas. Kenyataan tersebut misalnya berupa mobil pribadinya, cara-cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan sebagainya.44 Keluarga ini terdiri dari manager bisnis yang sukses, para professional seperti dokter, arsitek, pengacara, pejabat-pejabat tinggi sipil dan militer.

John Lock mendefinisikan harta kekayaan bukan hanya bersifat benda. Misalkan tanah ataupun arloji, namun ia lebih mencakup pada kebebasan dan kehidupan, sehingga istilah tersebut membutuhkan penafsiran yang lebih spesifik yang berarti hak untuk memiliki, menggunakan, mengatur dan menjaganya dari gangguan orang lain.45

Mustafa Edwin Nasution dkk dalam bukunyapengenalan ekskusif ekonomi Islam memberikan pemaknaan yang lebih jauh tentang kekayaan, dia mengatakan bahwa manusia itu sebagai individual economic life cycle: Dalam kajian perancangan distribusi kekayaan, daur hidup pencarian kekayaan manusia umumnya dibagi pada tiga fase yang dikenal secara umum yaitu: Pertama, Accumulation Phase: Awal sampai pertengahan karir, pada fase ini mencoba untuk meningkatkan asetnya (kekayaan) untuk dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek. Secara umum pendapatan bersih dari individu dalam fase ini tidaklah besar. Kedua, Consolidation Phase: Individu yang berada dalam phase ini biasanya telah melalui pertengahan perjalanan karirnya. Dalam phase ini biasanya pendapatan melebihi pengeluaran. Dengan begitu mereka yang ada di fase ini dapat menginvestasikan dananya untuk tujuan jangka panjang. Ketiga, Spending Phase/Gifting Phase: Fase ini ini dimulai pada saat individu memasuki masa pensiun. Kebutuhan akan biaya hidup harian mereka dapat dari investasi yang mereka lakukan pada dua fase sebelumnya.46

Dalam kehidupan keluarga, tidak lepas dari bagaimana fungsi-fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik. Kelancaran dan kesejahteraan keluarga jika ditunjang

44

Arifin Noor,Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm.167.

45

Yusuf Akuan,Rights And Goods Justifying Social Action, Alih Bahasa oleh Ardy Handoko, (Tanpa Kota: Erlangga, 1989), cet.1 hlm.171.

46

(40)

dengan pilar ekonomi yang kuat. Terpenuhinya kebutuhan keluarga sangat berpengaruh pada kondisi psikologis anggota keluarga.47

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi keluarga kaya dapat menunjang kebutuhan yang diharapkan sesuai dengan keinginan, dengan kekayaan mereka dapat memenuhi segala keperluan kegiatan belajarnya, meneruskan belajarnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka.

b. Ekonomi Keluarga Miskin

Suparlan menyatakan, kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.48

Kemiskinan adalah suatu hal yang relatif dan didefinisikan secara sosial, apa yang dianggap miskin dalam suatu masyarakat adalah sejahtera bagi masyarakat lainnya dan keadaan yang sama terjadi juga di dalam suatu masyarakat.49

Zainal Abidin Ahmad dalam bukunyaDasar-Dasar Ekonomi Islam, mengatakan bahwa orang yang miskin adalah orang yang berjuang mencari penghidupan tetapi pendapatannya tidak mencukupi kebutuhannya.50

Sumber masalah yang menyebabkan ekonomi keluarga berpengaruh pada perkembangan psikologis anak adalah faktor yang kurang mendukung dari aspek ekonomi keluarga yang miskin, seperti rendahnya tingkat upah, posisi tawar menawar

47

Mufidah Ch,Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet I, hlm.151.

48

Abu Ahmadi dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet II, hlm.326.

49

Peter Worsley,Pengantar Sosiologi: Sebuah Pembanding, Jilid 2, Terjemahan dari Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya , 1992), cet I, hlm.162.

50

(41)

yang lemah dalam menentukan harga, rentan terhadap kebutuhan yang mendesak karena tidak punya tabungan serta kemampuan yang lemah dalam mengantisipasi peluang ekonomi.51

Yang termasuk dalam golongan ini adalah kaum buruh, pedagang kaki lima, penghuni pemukiman yang kumuh, pedagang asongan, yang tidak terpelajar dan terlatih atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labour. Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah (Sujatmoko, 1981: 46-61).52

Di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Jakarta, acapkali anak-anak mereka mengalami kekosongan oleh karena kebutuhan dan bimbingan langsung dari orang tuanya tidak ada atau kurang sama sekali. Hal ini karena keluarga mengalami disorganisasi, pada keluarga-keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan karena orang tua harus mencari penghasilan, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengasuh anak-anaknya. Sedangkan pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka memperkembangkan prestisenya. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan kurangnya tempat-tempat rekreasi, atau bila tempat-tempat tersebut ada biayanya mahal. Perumahan yang tidak memenuhi syarat, tidak mampunya orang tua untuk menyekolahkan anaknya, mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan sosiologis anaknya.53

Jika orang tua tidak berlebihan mendidik anak atau orang tua menginginkan anaknya supaya mempunyai nilai-nilai prestasi maka diharapkan mereka akan tumbuh dengan motivasi yang tinggi dalam dirinya. Umumnya pola pengasuhan ini dapat dijumpai dalam keluarga kelas ekonomi menengah, khususnya di kalangan pengusaha. Sedangkan keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, seringkali menerapkan pola pengharapan terlalu dini. Dalam pola tersebut anak hanya dianggap sebagai beban oleh orang tua mereka. Dorongan yang masih terlalu dini ini jarang

51

Soetomo,Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Arcan, 1991), cet.I, hlm.121.

52

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,(Jakarta: Kencana, 2007), edisi 2, cet.III, hlm.179.

53

(42)

sekali mendorong anak menjadi orang yang percaya pada diri sendiri. Hal itu membuat anak takut, merasa tidak dibutuhkan dan merasa tidak mampu bila jauh dari rumah.54

Kondisi ekonomi ini bukan hanya mempengaruhi perkembangannya, tetapi juga akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Kesulitan dan kekurangan-kekurangan di bidang ekonomi akan mempengaruhi penampilan dan cara-cara ia berinteraksi dengan lingkungannya. Walaupun demikian, hal itu dapat dilihat pula karena adanya faktor-faktor umum dalam situasi keluarga yang dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan atau yang memberikan pengaruh yang menghambat perkembangan sosial seseorang. Oleh karena itu standar ekonomi keluarga merupakan faktor utama untuk menentukan sejauh mana keperluan tanggung jawab keluarga yang patut untuk dipenuhi.55

Dari beberapa uraian di atas penulis mengambil ksimpulan bahwa yang dimaksud kemiskinan ialah objek pribadi seseorang yang belum dapat memenuhi kebutuhan sepenuhnya, karena dalam memenuhi kebutuhan pokok, untuk makan misalnya, mereka harus berjuang keras agar kebutuhan itu terpenuhi. Dengan demikian kebutuhan pokok lainnya seperti kebutuhan sekolah misalnya, belum dapat terpenuhuhi karena kondisi ekonomi keluaga yang serba kekurangan.

4. Fungsi Ekonomi Keluarga

Ekonomi keluarga mempunyai beberapa fungsi. J. Dwi Narwoko menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah:

a. Sebagai sistem hubungan kerja, dalam hal ini suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja. Jadi hubungan suami istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman kerja yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.

54

Danny I Yatim Purwanto,Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan Sosial-Psikologis, kata pengantar oleh Fuad Hasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet III, hlm.129-130.

55

(43)

b. Sebagai penentuan status, perubahan ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan Hak-hak milik tertentu, dan lain sebagainya.56

Sedangkan Astrid S. Susanto menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah: a. Sebagai pelaku ekonomi dalam keluarga baik produsen, distributor maupun

konsumen.

b. Dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya hal ini dapat membuka kesempatan menempuh pendidikan setingi-tingginya, dengan demikian ekonomi keluarga berfungsi untuk meningkatkan martabat manusia dan sebagai pembangun stratifikasi sosial.57

c. Sebagai penentu intelgensi anak dan anggota keluarga lainnya.

5. Kerangka Pikir

Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Semua hal yang berhubungan dengan pendidikan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak-anaknya. Sebut saja apabila orang tua malas untuk mengajarkan anaknya ke arah untuk masa depan, maka otomatis anaknyapun akan ikut malas apalagi jika tidak didukung oleh kondsi lingkungan yang baik. Kondisi faktor psikologis ini akan dihadapkan oleh beberapa hal yang akan menghambat seseorang dalam berprestasi. Beberapa aspek seperti rendah diri, tidak berprinsip, faktor lingkungan yang kurang mendukung (keluarga, sekolah dan masyarakat), dan kurangnya waktu dalam belajar yang selanjutnya akan menular pada perkembangangan psikologisnya.

Dalam mengantisipasi adanya hal yang akan menghambat perkembangan psikologis ini perlu adanya pembentukan motivasi belajar yang tinggi. Baik dari segi

56

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed..., hlm.235-236.

57

(44)

intrinsik (dalam diri siswa) maupun ekstrinsiknya (luar diri siswa). Motivasi belajar ini harus diarahkan pada anak sedini mungkin agar seuatu hal yang negatif bisa dihindarkan. Tentu saja orang tualah yang pertama dan yang utama dalam mengajarkan kepada anaknya bagaimana supaya ia dapat menyongsong masa depan agar kelak suatu saat nanti ia tidak menjadi anak yang akan merugikan dirinya sendiri

Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor yang dapat menghambat motivasi belajar siswa. Dengan perbedaan ekonomi antara anak dari kalangan ekonomi kelas atas akan sangat berbeda dengan ekonomi anak dari kalangan kelas bawah. Itu karena mempunyai banyak perbedaan antara dari dua kalangan tersebut. Kalangan dari ekonomi kelas atas lebih ditunjang dengan keuangan yang cukup dan didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sedangkan dari kalangan ekonomi kalangan kelas bawah lebih didominasi oleh kesibukan orang tua mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup mereka. Sehingga anak kurang mendapat perhatian serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak dari kalangan ini kurang memadai. Tapi faktor ini tidak selamanya benar, bisa jadi walaupun anak itu berasal dari kalangan ekonomi kelas atas para orangtua ini tidak peduli terhadap perkembangan psikologis anaknya. Karena mereka terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya, sehingga pengasuhan anak lebih ditanggung jawabkan kepada pembantunya dan mereka lebih sedikit memberikan kasih sayangnya kepada anak tersebut.

(45)

Dari uraian di atas jalaslah bahwa input dalam pengaruh faktor psikologis diproses melalui output terhadap pembentukan motivasi belajar siswa yang tinggi. setelahoutputdiproses dalam pelaksanaannya, maka diseleksi oleh sebagai hasil dari rendahnya tingkat ekonomi orang tua siswa yang dilandasi adanya gap terhadap hambatan-hambatan yang mempengaruhi lemahnya motivasi belajar dan pemrosessannya perlu memunculkan strategi, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.

6. Pengajuan Hipotesis

Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesis di antaranya:

Ha : Adanya pengaruh positif yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa.

(46)

34 Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menjelaskan tingkat motivasi belajar siswa di MTs.N. 8 Jakarta

2. Untuk mengetahui apakah terdapat implikasi yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga dengan motivasi belajar siswa

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N.8 Jakarta, waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu yaitu dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 07 Mei 2010. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2009/2010.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

(47)

2. Variabel kedua berupa implikasi terhadap motivasi belajar siswa. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel dependen, yang dilambangkan dengan huruf Y.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode analisis korelasional yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data-data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang diperoleh di sekolah dengan menggunakan rumus product moment sehingga peneliti mengambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan. Penelitian korelasi ini bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya berdasarkan koefisien korelasi.

Adapun yang dimaksud dengan variabel independent adalah kondisi atau karakteristik yang menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi, karena fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel dependent adalah kondisi yang berubah/muncul ketika penelitian mengintroduksi pengubah/pengganti variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebasnya adalah kondisi ekonomi keluarga, sedangkan yang menjadi variabeldependentadalah motivasi belajar siswa.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah seluruh siswa MTs.N.8 adalah 593 siswa dengan rincian sebagai berikut:

 kelas VII = 266 siswa (7 kelas)

 kelas VIII = 206 siswa (5 kelas)

Gambar

tabel, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase, rumusnya
Tabel Indeks Korelasi Product Moment
Tabel 2Kisi Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3Jumlah Siswa 5 (Lima) Tahun Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, sesuai dengan penjelasan latar belakang diatas, dengan menggunakan Information System Success Model yang memiliki enam dimensi terintegrasi, penelitian ini

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :.. pelaksanaan titel eksekutorial oleh

Biaya'operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan untuk pembayaran honorarium, pengadaan bahan, alat tulis kantor, cetak/stensil, fotocopy/penggandaan,

Selain itu, dapat kami sampaikan pula bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komite Remunerasi dan Nominasi mengacu kepada regulasi yang berlaku, diantaranya adalah

Puncak konsentrasi hormon testosteron individu tahap ranggah keras (34,1 ng/ml) pada penelitian ini lebih tinggi dibanding penelitian sebelumnya pada musim kawin spesies

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan limbah abu bawah batubara (bottom ash) teraktivasi sebagai adsorben alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •