• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis produk tabungan Dinar sebagai implementasi konsep wadi'ah : Studi di Wakala Induk Nusantara, Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis produk tabungan Dinar sebagai implementasi konsep wadi'ah : Studi di Wakala Induk Nusantara, Depok"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI

IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH

(Studi di Wakala Induk Nusantara, Depok)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam(SEI)

Oleh :

RAHAYU LISA PRIANTI

NIM : 203046101753

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dipersembahkan ke hadirat Allah SWT., yang memberikan kemudahan dari kesulitan, kelebihan dari kekurangan, dan kekuatan dari ketidak berdayaan. Dengan petunjuk dan hidayah-Mu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran atas rintangan yang dihadapi. Teriring pula shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, penerang dari kegelapan umatnya.

Proses penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis hanturkan ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

(3)

seluruh dosen yang telah memberi Ilmu, membimbing dan mengarahkan penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini.

3. Pembimbing skripsi, Bpk. DR. A. Sudirman Abbas, MA dan Bpk. Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. Terima kasih atas waktunya, di tengah kesibukan Bapak dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis.

4. Kepada pihak Wakala Induk Nusantara khususnya Bpk. Ir. Zaim Saidi selaku direktur dan Bpk. Abdarrahman selaku wakil direktur, juga Mba Sri yang sudah dengan sangat ramah membantu penulis dalam pengumpulan data.

5. Orang tua tercinta dan tersayang, Ayah dan Ibu. Dua orang yang sangat berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam proses kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui do’a, daya dan upaya selalu dicurahkan untuk penulis.

Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan jasa dan kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Jakarta, Oktober 2008

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Kajian Kepustakaan 8

E. Metodologi Penelitian 9

F. Sistematika Penulisan 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Tabungan 14

B. Dinar 18

C. Konsep Wadi’ah 35

BAB III GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA

A. Sejarah Berdirinya Wakala Induk Nusantara 45

B. Visi dan Misi Wakala Induk Nusantara 47

C. Struktur Organisasi Wakala Induk Nusantara 47

D. Produk-produk Wakala Induk Nusantara 47

(5)

BAB IV ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI

IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH

A. Prosedur Tabungan Dinar pada Wakala Induk Nusantara 50 B. Strategi Pemasaran dan Kendala-kendala yang dihadapi Wakala

Induk Nusantara dalam Penerapan Produk Tabungan Dinar 53 C. Analisis Produk Tabungan Dinar Sebagai Implementasi

Konsep Wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara 55 D. Analisis SWOT pada Produk Tabungan Dinar 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 62

B. Saran-Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Indonesia merdeka 62 tahun silam, rupiah menjadi mata uang yang digunakan sebagai alat transaksi yang sah. Namun, mata uang yang dibanggakan tersebut ternyata tak cukup kuat ditimpa inflasi dan guncangan mata uang lainnya seperti dolar AS. Bahkan, sebagian masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi simpanan dalam mata uang dolar AS. Hal tersebut dapat dipahami karena mata uang kebanggaan masyarakat Indonesia itu memang berkali-kali mengalami penurunan nilai.

(7)

pada tahun tersebut penurunan terjadi dimana nilai rupiah sempat menembus angka Rp 17 ribu per dolar AS.1

Akibat jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar AS tersebut menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk. Harga-harga barang impor melonjak tajam yang juga diikuti lonjakan harga sembako. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menaik tajam. Banyak perusahaan gulung tikar dan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungn Kerja (PHK). Hal tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran dan berbagai dampak sosial lainnya.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, dinar dirham dapat menjadi solusi alternatif. Hal tersebut karena dinar dirham terbuat dari logam mulia yang tidak dapat dibuat seenaknya. Tetapi harus melalui proses alami ribuan tahun. Karena itu dinar dirham tidak dapat dipermainkan oleh para spekulan seperti uang kertas. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, dinar ditetapkan sebagai koin emas 22 karat dengan berat 4,25 gram. Sedangkan, dirham ditetapkan sebagai koin perak dengan berat 2,975 gram.2

Kenyataan ini menunjukkan, untuk kesekian kalinya, dalam situasi ekonomi seperti apa pun mata uang dinar emas memperlihatkan kestabilannya. Dinar emas merupakan pilihan terbaik bagi kepentingan lindung nilai, untuk keperluan investasi jangka panjang, maupun untuk keperluan transaksi bisnis (jual-beli dan utang-piutang).

1

M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual Learning Centre – Dinar Club, 2007), Cet ke-1, h. 22

2Uang kertas, Dinar dan Krisis ekonomi

(8)

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya keKhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.3

Koin dinar sendiri mulai dicetak dan diedarkan di Indonesia sejak tahun 2000 oleh unit logam mulia, Dinar dicetak oleh Islamic Mint Nusantara atau PT Aneka Tambang Logam Mulia Indonesia yang merupakan satu-satunya tempat pemurnian emas dan perak di Indonesia dengan pengakuan internasional. Perusahaan milik Negara ini dilengkapi dengan laboratorium penguji kadar emas selain perak dan platina, dan memperoleh akreditasi dari LEMA (London Bullion Market Association) dan KAN (Komite Akreditasi Nasional).4 Kini tersedia dalam empat denominasi 2, 1, ½, dan ¼ dinar. Spesifikasi teknisnya mengikuti standar dari WITO (World Islamic Trade Organization), yang didasarkan kepada standar klasik yang dibuat oleh Khalifah Umar bin Khattab.5

Saat ini pemakaian koin Dinar emas di Indonesia telah semakin tambah populer dan meluas. Pemakai Dinar emas di Indonesia telah tersebar mulai dari Jayapura, Banda Aceh dan dinar juga dapat diperoleh di wakala-wakala di beberapa wilayah, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan Yogya. Juga dibeberapa Negara seperti Dubai, Inggris, Afrika Selatan, Malaysia, dan lainnya.

3 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual

Learning Centre – Dinar Club, 2007), Cet ke-1, h. 18

4

Zaim Saidi, Lawan Dollar dengan Dinar, (Jakarta: Pustaka Adina, 2003), Cet. 1. h. 120

5

(9)

Ketika dinar dan dirham mulai dikenal secara luas, kelompok-kelompok pengguna dinar dapat meningkatkan kegiatan tolong menolongnya dalam bentuk saling bertransaksi menggunakan dinar dan dirham. Transaksi yang masih bersifat internal ini dapat meliputi kegiatan tabungan/investasi, perdagangan maupun konsumsi.

Dinar dapat diterapkan sebagai tabungan/investasi bagi masyarakat dengan menjadikan dinar sebagai produk perbankan syariah, yakni deposito dinar syariah. Yaitu dengan menggunakan Dinar dalam produk deposito syariah. Banyak kelebihan dalam menggunakan Dinar sebagai produk deposito, salah satunya adalah dinar memiliki nilai stabil dan tidak terpengaruh inflasi. Sebabnya, dinar terbuat dari emas sehingga lebih stabil dibandingkan uang kertas.

Dinar dan dirham sebagai tabungan (simpanan) dan investasi berguna untuk melindungi harta masyarakat dari inflasi, sebagai alat tukar atau mata uang baik untuk menstabilitaskan harga, dapat dipergunakan untuk pembayaran zakat harta agar sesuai syariah karena zakat harta dilihat dari zat dan jumlahnya dan bukan karena nominalnya, dapat diperuntukkan sebagai mahar, sedekah atau hadiah.6 Dan tabungan dinar juga dapat digunakan untuk kebutuhan finansial yang bisa diprediksi membutuhkan pengumpulan sejumlah dana dalam periode tertentu sehingga pada saat dibutuhkan, dana tersebut

6

(10)

tersedia. Contohnya adalah dana pergi haji, dana pendidikan anak, dana untuk pembelian rumah dan lain sejenisnya.7

Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.8

Dalam hal ini Wakala atau wakalah yang berasal dari bahasa Arab yang berarti wakil (jama’). Makna dari istilah wakala adalah agen. Secara fungsional wakala dapat mengambil sejumlah peran, yakni tempat bertukarnya mata uang (money changer), tempat penyimpanan (tabungan), fasilitator pembayaran, serta pengiriman. Wakala juga dapat berfungsi sebagai clearing house, sumber informasi dan tempat bertemunya para pemilik dana dan pengelola, untuk mewujudkan kerjasama usaha (mudharabah atau syirkah).9 Karena fungsinya sebagai wakil dari pemilik dinar-dirham, maka Wakala tidak boleh meminjamkan dinar-dirham maupun memberikan kredit kepada pihak ketiga.10

Wakala Induk Nusantara adalah salah satu wakala yang mengeluarkan produk BADAR (Tabungan dalam Dinar), dimana Wakala Induk Nusantara memfasilitasi kepada nasabah untuk mempermudah keinginan mencapai hari depan yang lebih baik. Dalam fungsinya sebagai agen, lembaga wakala dapat

7

http://geraidinar.com/2008/01/mengapauang kertas tidak bisa dipakai 8

M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h. 85

9

Zaim, Lawan Dolar dengan Dinar, h. 127

10

(11)

mengutip sejumlah fee untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Perbedaan dari perbankan adalah wakala tidak menciptakan kredit.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik dan memilih Wakala Induk Nusantara sebagai studi kasus penelitian bahawa Wakala Induk Nusantara mempunyai aplikasi produk BADAR (Tabungan dalam Dinar). Pemilihan studi kasus ini bersifat surposive (sengaja) mengingat bank-bank syariah belum ada yang mengeluarkan produk tabungan dalam dinar .

Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul ”ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR (BADAR) SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP

WADI’AH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka pembatasan masalah pada skripsi ini berhubungan dengan implementasi wadi’ah pada produk tabungan dinar diWakala Induk Nusantara. Dalam hal ini produk tabungan dinar merupakan investasi jangka panjang yang memiliki keunggulan dibandingkan menabung dengan rupiah.

Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana prosedur tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara? b. Bagaimana strategi pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi Wakala

Induk Nusantara dalam penerapan produk tabungan dinar?

(12)

d. Bagaimana Analisis SWOT pada produk tabungan dinar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian diantaranya:

a. Untuk mengetahui prosedur produk tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara.

b. Untuk mengetahui strategi pemasaran dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi wakala Induk Nusantara mengenai produk tabungan dinar.

c. Untuk mengetahui implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara.

d. Untuk mengetahui analisis SWOT pada Produk Tabungan Dinar. Adapun manfaat yang diambil dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagi penulis, mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tabungan dinar.

b. Bagi perusahaan, memberikan saran, informasi dan referensi yang bermanfaat dalam melaksanakan langkah selanjutnya yang lebih baik serta sesuai dengan Syariat Islam.

(13)

d. Bagi akademisi, Dapat memberikan tambahan wawasan dan dijadikan sebagai pedoman atau referensi yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.

D. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Jalaluddin, Dinar dan Dirham Menggagas Standarisasi Sistem Moneter

Negara-negara Islam, (Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum Jakarta, 2003 M/1424 H). Sesuai dengan analisis data maka didapatkan hasil, dalam sejarah telah mencatat bahwa dunia Islam telah menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang dan sekaligus sebagai acuan dalam sistem moneter, dan juga penerapan dinar dan dirham dalam tatanan perekonomian Indonesia. Khususnya dapat diterapkan pada sektor-sektor seperti : pembayaran ongkos naik haji, zakat, infak, dan sedekah, dan lain-lain.

(14)

Dari penelitian terdahulu yang ditulis oleh saudara Jalaluddin hanya membahas dinar dan dirham sebagai standarisasi sistem moneter dinegara-negara Islam dan juga saudara Jalaluddin hanya menggunakan library research atau kajian pustaka tanpa melakukan penelitian di lembaga manapun. Dan saudara Abdul Gofur membahas realisasi dinar dan dirham pada produk-produk BMT Al-Kautsar.

Sedangkan yang akan dibahas oleh penulis lebih membahas satu produk yaitu produk tabungan dinar yang dikeluarkan oleh Wakala Induk Nusantara sebagai implementasi konsep wadi’ah.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Studi deskriptif bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan karakteristik variabel yang berkenaan dengan fenomena yang diteliti dalam suatu situasi.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa survei pada Wakala Induk Nusantara, Depok.

3. Jenis Data dan Sumber Data

(15)

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak Wakala, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis secara langsung mengadakan wawancara kepada Bpk. Zaim Saidi Direktur Wakala Induk Nusantara.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, artikel, surat kabar, internet serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan (library research), merupakan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer, dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema skripsi tersebut.

(16)

tentang analisa produk tabungan dinar, dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomene-fenomena yang diselidiki.11 Hal-hal yang dilakukan dalam observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan produk tabungan dinar.

2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen mengenai tabungan dinar yang ada pada Wakala Induk Nusantara dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah penelitian.

3) Wawancara (interview), sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan data dengan melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi untuk penelitian ini.

5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai analisa produk tabungan dinar sebagai implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara dengan memberikan penilaian terhadap permasalahan yang diangkat melalui interpretasi yang tepat dan akurat.

11

(17)

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F. Sistematika Penulisan

Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Secara garis besar sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini membahas tentang pengertian tabungan, tabungan syariah, tabungan dinar, pengertian dan sejarah Dinar, keunggulan dan kelemahan dinar, hukum penggunaan mata uang emas, pengertian dan dasar hukum wadi’ah, rukun dan syarat wadi’ah serta macam-macam wadi’ah.

BAB III GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA

(18)

Wakala Induk Nusantara, produk-produk Wakala Induk Nusantara serta arah perkembangan usaha.

BAB IV ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI

IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH

Bab ini membahas tentang prosedur tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara, stretegi pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara, analisis produk tabungan dinar sebagai implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara, serta menganalisis produk tabungan dinar tersebut melalui SWOT.

BAB V PENUTUP

(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Tabungan

1. Tabungan

Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam, yang menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir.12 Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, Allah SWT berfirman:

!"

# $

%

&'( $)

*

+

,

-./01

2345789:

;- 09<=

%

9.!$>

#? ,

@/(A

%

BC4D

./$.

"

%

&

BC

2E# $!

FG5

G0H

(

: 9 )

Artinya:

”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

12

(20)

bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa’:9)

Ayat tersebut diatas memerintahkan kita untuk mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman atau taqwa) maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya, salah satu langkah perencanaannya adalah dengan menabung.

3I

G JK (5

!"

%

2(+

&

%

BCM)

"

# NB2(O

P

-(Q

R+

*S(+TG$!

UG(

%

%

BCR)

"

V

RW

C

"

UX

U01

0Y

Z

(W 9/0Y 9$)

( : 18 ) Artinya:

”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Al-Hasyr:18)

Dahulu orang menyebut tabungan sebagai hasil mengumpulkan uang yang disimpan dalam tabungan yang dibuat dari tanah liat, peti dan lain sebagainya. Hasil tabungan itu adalah kelebihan penghasilan seseorang setelah dikonsumsi atau setelah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Setelah terkumpul dan jumlahnya cukup, maka tabungan tersebut dimanfaatkan untuk keperluan yang biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu seperti pergi haji, untuk pendidikan anak, membeli sawah, modal usaha dan lain sebagainya.

(21)

masih sering dilakukan, akan tetapi saat ini jarang dilakukan, kecuali pada anak-anak yang oleh orang tua atau gurunya dilatih untuk membiasakan hidup hemat dalam menabung. Dewasa ini kebanyakan orang lebih memilih cara menabung dibank atau koperasi simpan pinjam, karena lebih terjaga keamanannya.

2. Tabungan Syariah

Yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Pengawas Syariah (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah

dan Mudharabah. a. Tabungan Wadi’ah

Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad prinsip wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Tabungan yang menerapkan akad wadi’ah pada bank syari’ah mengikuti prinsip-prinsip

wadi’ah yad adh-dhamanah. Dimana nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut.

(22)

Tabungan mudharabah merupakan tabungan yang mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal (nasabah) dan mudharib (bank). Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup.13

Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni Mudharabah Muthlaqah dan

Mudharabah Muqayyadah, perbedaan utama diantara keduanya adalah terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam tabungan ini berlaku hubungan antara nasabah selaku shahibul maal dan lembaga keuangan selaku mudharib. Lembaga keuangan (mudharib) mengambil keuntungan kepada shahibul maal sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo.14 3. Tabungan Dinar

Tabungan dinar adalah tabungan dengan menggunakan koin emas 22 karat sebarat 4.25 gram. Menabung dalam dinar dapat menjadi salah satu alternatif tabungan selain menabung di bank konvensional maupun di bank syariah. Ada beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan:

13

M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 156

14

(23)

Pertama, status tabungan di Bank konvensional sudah jelas: riba. Riba (salah satu bentuknya adalah bunga) dilarang oleh Allah SWT. Dan apabila menabung di bank syariah, Tentu statusnya bukan riba. Dan memang tidak ada salahnya menabung di Bank syariah. Hanya saja, apabila anda memperhitungkan inflasi atau penurunan nilai mata uang, maka simpanan Anda di Bank akan terus mengalami penurunan nilai yang relatif signifikan, walaupun ada bagi hasil. Namun seperti yang kita ketahui secara umum, bagi hasil bank syariah nilainya tidak jauh2 dari bunga bank konvensional sehingga tetap tidak dapat menutupi efek inflasi.

Kedua, sebagai tabungan, dinar/dirham tahan terhadap inflasi. Nilainya akan relatif selalu tetap tidak terpengaruh terhadap badai inflasi. Apabila Anda menyimpan 100 dinar sekarang, 10, 20 tahun lagi, nilai/daya beli nya akan relatif selalu tetap, namun apabila Anda menyimpan 100juta rupiah sekarang (apalagi kalau di bawah bantal), niscaya nilainya akan jauh berkurang 10, 20, 30 tahun lagi, apalagi bila terjadi hyperinflasi.15

B. Dinar

1. Pengertian dan Sejarah Dinar

15

(24)

Dinar adalah koin emas 22 karat sebarat 4,25 gram.16 Sedangkan dalam kamus istilah fiqih dinar adalah semacam mata uang (zaman dahulu) yang terbuat dari emas yang beratnya 71 ½ sya’ir.17

Dinar juga merupakan mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak menimbulkan inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan juga bebas dari proses penghancuran uang atau yang dikenal dengan money distruction.18 Dinar adalah alat tukar sekaligus barang niaga, yang kelebihan dan keabadian nilainya telah dibuktikan sejarah. Dinar telah dikenal jauh lebih tua dari kedatangan Islam di Jazirah Arab. Yang pasti dinar dibawa oleh para pedagang Romawi. Mereka berdagang dengan orang-orang Mesir, Siria, Irak dan Yaman, dengan menggunakan mata uang tersebut.

Dalam bahasa Romawi mata uang emas disebut sebagai dinarius. Belakangan koin emas Byzantine ini lebih dikenal sebagai solidus. Denarius juga dikenal sebagai herculic karena gambar di atasnya yaitu Hercules dan dua putranya, Herculyanoos dan Qustantine. Dari nama-nama itulah, dikalangan Arab Islam kemudian dikenal menjadi dinar dan dirham.

Selama masa kenabian sampai khalifah I, Abu Bakar as-Shidiq, koin Romawi terus digunakan. Kaum Muslimin baru mulai mencetak mata uangnya sendiri di zaman khalifah kedua, Umar bin Khatab (634-644 M), itu

16

Zaim Saidi, Lawan Dolar Dengan Dinar, (Jakarta : Pustaka Adina, November 2003), Cet Ke-1, h. 18

17

M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, Juni 2002), Cet Ke-3, h. 61

18

(25)

baru berupa fulus perunggu (637 M) yang dicetak dengan aksara Arab di salah satu sisinya.

Di masa-masa sesudah Khulafaurasyidin berbagai khalifah silih berganti memimpin umat Islam, yang dikenali sejarah sebagai Bani Umayah (661-750 M), Bani Abbasiyah (750-1258 M), kemudian masa dinasti Mamluk (1250-1517), dan terakhir masa dinasti Usmaniah (yang berakhir pada 1924). Dinar pun silih berganti dalam corak, tetapi tetap dalam standar Umar bin Khatab. Muawiyah adalah khalifah pertama yang menerbitkan dinar dengan gambar dirinya yang menyandang pedang.

Salah satu khalifah dari bani Umayah, yakni Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), yang pada 690 M, untuk pertama kalinya mencetak koin dinar ”Islam”, menggantikan koin-koin Romawi. Koin-koin baru ini mencirikan Arab, karena simbol-simbol Kristiani dan Zoroastrian dihilangkan, dan diganti dengan simbol Islam dan dengan teks Arab. Abdullah Marwan bin Malik melakukan perubahan, figur kaisar berubah menjadi khalifah, dan pencetakan kata Bismillah (dalam aksara Arab) di atas koin. Beberapa tahun kemudian Abdul Malik membuat kembali mata uang melalui desain dan pembuatan mata uang logam Islami yang spesifik, pertama dalam emas, kemudian perak, menggantikan dua mata uang logam timur dan barat yang berbeda. Untuk selanjutnya tidak ada lagi gambar manusia dalam mata uang logam Islam.

(26)

berkuasa dalam masa 750-1258 M. Bani Abbasiyah berkuasa selama satu setengah abad, kemudian dilanjutkan oleh Kekhalifahan Usmaniah Turki. Khalifah Abbasiyah pertama yang menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat

Muhammad Rasulullah dipakai menggantikan Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.19 Selama masa bani Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar bani Umayah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar al-Mansur, koin baru diterbitkan di Ray (Teheran) dan Provinsi-provinsi lainnya (145 H). Pada koin-koin tersebut, terlihat nama dan gelar Putra mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mu’minin).

Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran pada 945 M, dan wilayah kekhalifahannya terpecah-pecah. Tiap wilayah dikuasai oleh dinasti tertentu, dan mereka menerbitkan dinar emas masing-masing, seperti Buwaihan di Iran dan Irak, Tulonian di Mesir dan Syiria dan semenanjung Arab (Hijaz) dan Umayah di Andalusia (Spanyol). Meskipun koinnya diterbitkan secara lokal semuanya tetap menggunakan nama khalifah Abbasiyah. Akan tetapi nilainya menjadi lebih lemah daripada yang dikeluarkan oleh bani Abbasiyah yang masih digunakan sebagai mata uang regional.

19

(27)

Masa berikutnya adalah Dinasti Mamluk di Mesir. Sejarah mencatat peristiwa khusus seputar kejatuhan dinasti ini karena tindakan pemerintah melakukan perubahan nilai mata uang, dengan menerbitkan begitu banyak fulus (uang tembaga). Al-Maqrizi, seorang ekonom Muslim yang pernah menjabat sebagai muhtasib (pengawas pasar), di zaman sinasti Mamluk sekitar abad ke-14 M, mengisahkannya dalam kitab yang amat masyhur,

Ighathat al-ummah bikashf al-ghummah (menolong bangsa dengan melihat pencetus persoalannya), yang ditulisnya pada Muharram 808 H (1405 M). Isinya adalah hasil analisis Maqrizi atas sebab-musabab kejatuhan dinasti Mamluk.20

Dalam Ighatah, Maqrizi dengan jelas menyalahkan penguasa ketika itu, yang menerbitkan fulus, mata uang dari tembaga, sebagai penyebab utama penderita rakyat, yang akhirnya menjatuhkan Dinasti Mamluk. Dengan terbitnya fulus terjadilah inflasi besar-besaran, yang mengakibatkan rakyat menjadi miskin, suatu kejadian yang sama dengan krisis moneter (krismon) yang Indonesia alami pada tahun 1997 yang lalu.

Telah tertulis diatas bahwa dinar emas terakhir digunakan pada dinasti Usmaniah di Turki. Pemakaian dinar emas terus bertahan sampai awal abad ke 20, dan baru hilang dari peredaran pada tuhun 1924.21

20

Ibid., h. 32

21Ibid

(28)

Telah diketahui bahwa apa yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam mata uang dinar tidak dilarang, bahkan digunakan oleh Rasulullah.

2. Keunggulan dan Kelemahan Mata Uang Dinar Keunggulan mata uang dinar adalah sebagai berikut: a. Tidak mengalami devaluasi terhadap mata uang lain

Dinar yang merupakan mata uang emas dengan berat 4,25 gram merupakan kesatuan antara nilai interinsik (nilai dari mata uang itu sendiri karena terbuat dari emas, tidak seperti uang kertas) dan nominalnya, artinya nilai nominalnya akan terjaga oleh nilai interinsiknya. Bukan terhadap daya tukar mata uang lainnya, seperti rupiah dan dollar. Penggunaan dinar dan dirham antar Negara justeru akan memudahkan transaksi perdagangan karena dimanapun dinar berada, tetap akan sama sehingga tidak perlu dipusingkan oleh nilai tukar mata uang (kurs). Dengan demikian mata uang suatu negara tidak akan dapat mendevaluasi mata uang Negara lain, demikian juga sebaliknya.

b. Sesuai Dengan Ketentuan Syariah

(29)

emas adalah 20 misqal atau 20 dinar dan zakatnya adalah setengah dinar.22 Dinar juga dikaitkan dengan ketetapan besaran Diyat dalam perkara pembunuhan yakni sebesar 1000 dinar atau batas minimal pencurian seperempat dinar (¼ dinar).23

c. Bebas dari tekanan inflasi

Emas dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir, semenjak standar emas dilepas dari dollar nilainya selalu tetap, bahkan cenderung selalu meningkat. Selama tahun 1988 sampai tahun 1997 dunia mengalami defisit pasokan emas sebanyak rata-rata 319 ton per tahun, tapi harganya relatif stabil. Malah dalam kurun waktu 1994-1997, saat dunia mengalami defisit emas sebesar 348 persen harganya justeru turun 14 persen. Uniknya lagi harga emas ternyata spesifik untuk tiap Negara dan mata uang. Artinya kalaupun harga emas dalam dollar AS naik, tidak juga naik dalam mata uang lain, bagitu juga sebaliknya. Secara praktis emas membuktikan mampu menyimpan harta secara tetap. Emas terbukti kalis (murni) dari berbagai krisis moneter.

d. Dinar Adalah mata uang universal

Dinar yang terbuat dari emas merupakan barang yang universal yang dapat laku dimanapun juga. Dinar dapat diterima di seluruh dunia karena

22

Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), Cet Ke-1, h. 33

23

(30)

setiap orang menghargai emas yang merupakan bahan dasar dari dinar. Disamping itu mata uang dinar tidak mudah rusak, awet dan tahan lama. Nilai mutu emas juga sama diseluruh dunia. Karena nilai mata uang dinar melekat pada barangnya sendiri, tidak ada pihak luar yang bisa merusak atau menghancurkan nilainya. Oleh karenanya mata uang dinar dapat digunakan sebagai simpanan yang paling aman nilainya dibandingkan dengan nilai mata uang Rupiah, Dollar Amerika, dan uang fiat lainnya diseluruh dunia.24

Kelemahan Mata uang Dinar adalah sebagai berikut:

a. Cadangan Emas Diragukan Mampu Memenuhi Kebutuhan Transaksi Emas merupakan barang yang berharga, setiap orang menghargai sebagai sebuah kekayaan. Indonesia mendapatkan anugerah besar dari Allah SWT. Pada saat ini Indonesia memiliki peringkat keenam dunia atau peringkat ketiga di Asia sebagai produsen emas. Produksi per tahun emas Indonesia adalah sekitar 160 ton yang dihasilkan dari sejumlah tempat dan perusahaan, antara lain:

1) Perusahaan Freeport di Papua, menghasilkan emas sekitar 90 ton per tahun.

2) Perusahaan New Mont Batu Hijau, menghasilkan emas sekitar 14 ton per tahun.

24

(31)

3) Perusahaan Kontrak Karya yang memurnikan emasnya di Logam Mulia, menghasilkan emas sekitar 36 ton pertahun.

4) Tambang Emas Pongkor, PT. Aneka Tambang, menghasilkan emas sebanyak 4 ton per tahun.

5) Hasil Tambang Rakyat, legal dan PETI (perusahaan emas tanpa izin), menghasilkan emas sekitar 20 ton per tahun.

Tidak mengherankan jika banyak orang menjuluki Indonesia sebagai zamrud katulistiwa. Kondisi geologis negeri ini sangat memungkinkan pembentukan cebakan emas terus menerus. Kekayaan tanah nusantara akan gunung berapi akan memberikan kandungan yang kaya akan emas, yang lazim disebut dengan ”cebakan (galian tambang/barang tambang) emas apithermal”.25

Meskipun demikian cadangan emas yang ada di dunia diragukan mampu memenuhi kebutuhan transaksi. Namun demikian secara imani, bila Allah SWT memerintahkan menggunakan mata uang emas, maka tentu Ia telah dan akan menyediakan terus kebutuhan emas itu.

b. Kemungkinan Sulit Menjaga Nilai Kemurniannya

Dinar yang mesti beredar dan diterima oleh masyarakat adalah dinar yang mempunyai berat 4,25 gram. Persoalannya adalah bagaimana semua dinar yang beredar dijamin dapat memenuhi ketentuan itu. Hal yang mesti dilakukan adalah, pertama, tentu dinar yang dikeluarkan secara resmi oleh

25

(32)

pemerintah saja yang boleh digunakan. Kedua, Pemerintah perlu secara berkala melakukan pengecekan terhadap dinar yang tidak memenuhi ketentuan atau dipalsukan.

c. Penyediaan Satuan Uang yang Lebih Kecil

Dua dinar merupakan satuan nominal yang paling besar, sementara berbagai macam transaksi kadang membutuhkan satuan yang lebih kecil. Kendala ini dapat diatasi dengan menyediakan dirham yang terbuat dari perak dan mata uang dari bahan yang lebih rendah dari emas dan perak, seperti perunggu sehingga semua kebutuhan transaksi dapat terpenuhi.

Berikut adalah pecahan mata uang dalam Dinar dan Dirham:26 ½ Dinar 2,125 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 20 mm) 1 Dinar 4,250 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 23 mm) 2 Dinar 8,500 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 26 mm) 1 Dirham 2,975 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 25 mm)

5 Dirham 14,875 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 27 mm

d. Masalah Mobilitas

Dinar yang beredar saat ini adalah dinar dalam bentuk koin. Hal ini dapat menjadi kendala mobilitas, misalnya berapa ton berat emas yang mesti dibawa untuk transaksi dalam jumlah miliyaran. Hal ini dapat

26

(33)

diatasi dengan sistem transaksi On-Line atau yang baru-baru ini dikembangkann berupa sistem e-Dinar untuk transaksi internasional. Biaya transaksinya satu persen per transaksi. Bila membandingkan dengan biaya transfer valas uang kertas sekitar 6 dollar AS yang dikenakan kepada pembayar dan penerima.

3. Manfaat Penggunaan Dinar

Setelah diketahui bahwa selama ini uang kertas yang kita gunakan sangat tidak bisa diandalkan nilainya karena terus-menerus mengalami penurunan, penggunaan mata uang kertas dinilai tidak dapat mendorong kesejahteraan seluruh masyarakat suatu negara. Fenomena tersebut hanya akan semakin memperkaya segelintir kelompok yang memang diuntungkan dengan sistem uang kertas tersebut.27

Sampai di abad 21 solusi kembali ke emas sebagai mata uang semakin menguat. Dengan tetap berpegang pada mata uang dinar bukan berarti Islam tidak maju dibidang ekonomi dan perdagangan. Sebelum dunia barat menemukan apa yang mereka sebut sebagai cek, Umat Islam sudah menggunakan Sakk, bahkan dari nama Sakk inilah istilah Cek atau Check, Cheque ditemukan.

Penggunaan mata uang dinar tidak harus berarti ke zaman dahulu orang yang mau berbelanja atau bepergian harus membawa uang koin dalam kantong. Dengan teknologi modern, uang dinar dapat digunakan secara

27Uang Kertas, Dinar dan Krisis Ekonomi

(34)

praktis dengan bantuan teknologi. Saat ini kita sudah bisa berbelanja di dunia global melalui internet dengan e-dinar.

Berikut adalah manfaat dinar:

a. Dinar adalah mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak menimbulkan inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan juga bebas dari proses penghancuran uang atau yang dikenal dengan money destruction.

b. Dinar adalah alat tukar yang sempurna karena nilai tukarnya terbawa (inherent) oleh uang dinar itu sendiri, bukan paksaan legal seperti mata uang kertas yang nilainya dipaksakan oleh keputusan yang berwenang (maka dari itu disebut legal tender).28

c. Penggunaan dinar dapat mengeliminir penurunan ekonomi atau economic

downturn dan resesi karena dalam sistem dinar setiap transaksi akan di dasari oleh transaksi di sektor riil.

d. Penggunaan dinar dalam suatu negara mengeliminir risiko mata uang yang dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan oleh beberapa negara yang penduduk Islamnya mayoritas akan mendorong terjadinya blok perdagangan Islam.

e. Penggunaan dinar akan menciptakan sistem moneter yang adil yang berjalan secara harmonis dengan sektor riil. Sektor riil yang tumbuh

28

(35)

bersamaan dengan perputaran uang dinar, akan menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat pada harga yang terjangkau.

f. Berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kesengajaan akan dengan sendirinya menurun atau bahkan menghilang.

g. Kedaulatan negara akan terjaga melalui kestabilan ekonomi yang tidak terganggu oleh krisis moneter atau krisis mata uang yang menjadi pintu masuknya kapitalis-kapitalis asing untuk menguasai perekonomian negara dan akhirnya juga menguasai politik keamanan sampai kedaulatan negara. h. Hanya uang emas (dinar) yang bisa menjalankan fungsi uang modern

dengan sempurna yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan (unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value). Ketiga fungsi ini sebenarnya telah gagal diperankan oleh uang fiat dengan alasan, berikut:

1) Uang fiat tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai alat tukar yang adil karena nilainya yang berubah-ubah. Jumlah uang yang sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada waktu yang berbeda.

(36)

3) Sebagai fungsi penyimpan nilai, jelas uang fiat sudah membuktikan kegagalannya. Kita tidak bisa mengandalkan uang kertas kita sendiri untuk mempertahankan nilai kekayaan kita, di Amerika Serikatpun masyarakatnya yang cerdas mulai tidak mempercayai uang Dollarnya karena nilainya turun kurang dari separuh selama enam tahun terakhir.29

4. Hukum Penggunaan Mata Uang Emas

Emas sebagai mata uang dapat dilihat pada sejarah Nabi Muhammad SAW. Pada zaman itu mata uang yang digunakan untuk bertransaksi adalah emas dan perak. Mata uang ini dibentuk dan dicetak oleh kekaisaran Romawi dan Persia. Dan sepanjang hidupnya, Nabi tidak merekomendasikan perubahan apapun terhadap mata uang. Artinya Nabi dan para sahabat yang menjadi Khalifah sesudahnya membenarkan praktek ini.30 Rasulullah SAW telah mengakui berat dinar tersebut serta mengaitkannya dengan hukum-hukum zakat, diyat dan potong tangan. Hukum-hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut:

a. Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak.31 Allah SWT berfirman:

3I

G JK (5

([

!"

%

\ 2(+

&

RW

C

2X

]^_

29

Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, h. 42

30

Cecep Maskanul Hakim, Sistem Dinar Emas: Solusi Untuk Perbankan Syari’ah, (Jakarta: PIRAC, SEM Institute, Infid, Maret 2001), Cet Ke-1, h. 22

31Ibid

(37)

`

a+

8

(b* O>

cW

(U de

(W 9/&'.J

$

(fg

+ h

R

Rj

ck

l (b

Z

m 8GNn(5

(

ck

b0H

o

!"

m e

po(5

/0d"!

$3rs

-

^E

3I(t BC

-25

u

[

ck

b0H

?9d X<vw(U$.

fx

y 09

Z

z

h

( : 34 )

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (Q.S at-Taubah :34)

Pada ayat diatas ditunjukkan tindakan menimbun emas dan perak sebagai mata uang, sebab ia merupakan alat tukar. Mengoperasionalkan kekayaan harta (emas dan perak). Diantara kewajiban masyarakat Islam adalah mengeluarkan harta yang di tangannya untuk diputar dan diinvestasikan, karena uang dan harta itu ada bukan untuk ditahan dan ditimbun. Akan tetapi uang itu dibuat untuk dipergunakan dan berpindah dari tangan ke tangan sebagai harga untuk jual beli, upah untuk bekerja, mata uang yang bisa dimanfaatkan atau modal yang berputar (syirkah) atau mudharabah.ia merupakan sarana untuk berbagai keperluan.

(38)

maka akan jadi penyebab kenistaan dan kecelakaan ”merugilah hamba dinar, merugilah hamba dirham”, demikian sabda Rasulullah SAW.32 b. Ketika Allah SWT telah mewajibkan zakat uang, maka Allah juga

mewajibkan zakat untuk emas dan perak, kemudian menetapkan pula nishabnya.33

!" ﺏ

$%

&'ﻝ

+,

-+.

/ﻥ+1

2ﻝ

+34+5

67 8

.

9%$ﻝ

3ﺡ

;<ی

2ﻝ

=>

? + ی@

-+.

+1A 2ﻝ

=>

? + ی@

+ﺡ

+B

;'ﻝ

+B C.

DEﻥ

? + ی@

. (

م G

)

Dari Ali ra, Rasulullah SAW besabda: ”Jika kamu mempunyai 200 dirham dan telah tercapai haulnya maka zakatnya 5 dirham dan jika kamu mempunyai 20 dinar maka zakatnya adalah setengah dinar”. (HR. Ibnu Majah)34

Nisab zakat mal dengan jelas telah ditetapkan, yaitu 20 dinar (84.7 gr emas, 22 karat) zakatnya 2,5 persen (1/40) dan 200 dirham (593 gr, perak murni) zakatnya 2,5 persen (1/40), dengan haul satu tahun.35

c. Islam mewajibkan potong tangan dalam kasus pencurian. Islam telah menentukan kadar minimal nilai harta yang dicuri agar hukum potong tangan dapat diterapkan, yaitu seperempat dinar atau tiga dirham, artinya

32

Dr. Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah (Malaamihu Al-Mujtama’ Al Muslimin Alladzi Nasyuduh), (Solo: Citra Islami Press, Januari 1997), Cet Ke-1, h. 231

33

Hakim, Sistem Dinar Emas: Solusi Untuk Perbankan Syari’ah, h. 23

34

Ibnu Majah, Juz I, h. 100

35

(39)

ada satuan hitung yang dipergunakan, yaitu emas dan perak sebagai mata uang.

&ﺡ

H

ﺏ=>ﺏ

<'ﻝ

IJ&" ﻝ

+ H&ﺡ

&

ﺏKیK"ﻝ

&L'5

=L

M>4+

+Bﻥ

/"L

ﺏ &Bﻝ

=<ﺏ

&L'5

=L

M>4+

+Bﻥ

/"L

;Nی

OPNﺕR

S +Tﻝ

R

.

Oﺏ

U + ی@

+E.

?&

(

م

م)

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak dipotong tangan pencuri kecuali dalam (barang senilai) seperempat dinar atau lebih”.(HR. Muslim)36

d. Ketika Islam menetapkan hukum tukar-menukar uang (sharf), Islam menetapkan uang dalam bentuk emas dan perak. Sharf adalah jual beli barang sejenis maupun tidak sejenis secara tunai. Seperti memperjual belikan emas dengan emas atau perak dengan perak maupun antar jenis yang berbeda seperti emas dengan perak atau perak dengan emas. 37

ﺡ& H

ﺏ; =ﻝ ﺏ O "ﻝ 3<

ﺡ& H

@+ﺏ

"ﻝ ;م

V =

ی'

J

'S+

ﺡ&

H

&

=ﻝ ﺡL

J

ﺏ<=

, +

ﻥ W

;

XW

Y

Cﻝ!M

Cﻝ!M

$ﻝ %9

$ﻝ%9

R

;6

ﺏT;U

5=

ﻥ>3=J

ﻝC!M

ﺏ$ﻝ+%9 1 D 8"

ﺕ>3=J $ﻝ %9 ﺏCﻝ+!M 1 D 8"

, +

.TZ

[6X .N + ی6&

ﺏ U& .N + %<$

L"/ (

\ W

م

م)

36

Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut, Dar al Turas al Islami, tth), Juz, III, h. 1313

37

(40)

Dari Abu Bakhrah berkata:

“Rasulullah SAW telah melarang membeli perak dengan perak, emas degan emas kecuali setara nilainya dan telah memerintahkan kita untuk membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak sesuka kami. (HR. Bukhari dan Muslim)”

e. Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sajalah sebagai standar uang. Terdapat beberapa jenis satuan berat lainnya yaitu: auqiyah, daniq, dan qirath. Misalnya : satu mitsqal sama dengan 8 daniq dan beratnya sama dengan 20 qirath (22 qirath kurang satu habbah/kasr). Berat 1 mitsqal ini sama dengan 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya atau sama dengan 6000 habbah (biji) khardal bari (sejenis tanaman sawi) ukuran sedang. Dan 1 auqiyah sama dengan 40 dirham.38

Hukum-hukum diatas yang dikaitkan dengan emas dan perak, menunjukkan bahwa emas dan perak merupakan satuan mata uang standar, yang telah ditetapkan berdasarkan taqrir (legitimasi) Rasulullah SAW untuk menilai berbagai barang dan jasa, dapat dikataka pula bahwa emas dan perak adalah jenis mata uang yang direkomendasikan oleh syar’i.

C. Konsep Wadi’ah

1. Pengertian dan Dasar Hukum Wadi’ah

38

(41)

Secara etimologi, kata al-wadi’ah berarti menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. Secara terminologi, ada dua definisi al-wadi’ah yang dikemukakan pakar fiqh.

Pertama, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurut mereka, al-wadi’ah adalah:

] Tﺕ = ^ﻝ

_Cﺡ

ﻝ+5 =

+?'ی

` ?MﻝR@

Mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui isyarat.

Kedua, definisi yang dikemukakan ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah (jumhur ulama), menurut mereka al-wadi’ah adalah:

X 1;ﺕ

. _Cﺡ a; L5

U [

Ub;Ec5

Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.39

Dengan demikian maka pengertian istilah al-wadi’ah adalah akad antara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’) untuk menjaga harta atau modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.40

Dasar hukum yang dipakai adalah hukum yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunah. Sebagai salah satu akad yang bertujuan untuk saling membantu antara sesama manusia, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa al-wadi’ah disyariatkan dan hukum menerimanya adalah sunat. Alasannya adalah firman Allah dalam surat an-Nisaa’: 58 yang berbunyi:

39

Dr. H. Nasrun Haroen, MA. Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Januari 2007), h. 244-245

40

(42)

) (

: 58 ...

{

0,

/ d h

u@|

C

S

2 (+O>

%

} y$9)

W hR

#?&' +.J(5"

W

C

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...”.

Para ulama sepanjang zaman telah sepakat tentang kebolehan penitipan dan meminta menitipkan barang kepada seseorang.41 Jika pihak yang diberi amanah termasuk orang yang dapat dipercaya dan mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya maka ia disunahkan menerima titipan tersebut.42

Al-wadi’ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, firman Allah SWT:

( S : 283 ) ..

 4Z 8

c•4D

€ (O

2 (+ h

Y9) (

!"

1

‚ y$ ./$.

ƒs 9(Z{?&oBs 9(Z

1

+ hW

„$.

...

Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan bertaqwalah kepada Allah sebagai Tuhannya (al-Baqarah: 283)

Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan sebagaimana mestinya atau melakukan jinayah terhadap barang titipan, berdasarkan kepada sabda Nabi

41

Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Muamalah Perbankan Syari’ah, (Jakarta: PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Juni 1999), h. 2/17

42

(43)

yang diriwayatkan oleh Imam Dar al-Quthni dan riwayat Arar bin Syu’aib dari bapaknya, dari hakekatnya bahwa Nabi SAW. Bersabda:

5 Y@ ` @

?M"ی d.

+L

(

@ Sط W)

”Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin” (Riwayat Daruquthni)43

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa status al-wadi’ah di tangan orang yang dititipi bersifat amanah, bukan adh-dhaman, sehingga seluruh kerusakan yang terjadi selama penitipan barang tidak menjadi tanggung jawab orang yang dititipi, kecuali kerusakannya disengaja atau atas kelalaian orang yang dititipi.44 Sabda Rasulullah SAW:

f ﻝ

Y@;3TLﻝ

= g

X^Lﻝ +L

6

(

J S

@ Sط J)

Orang yang dititipi barang, apabila tidak melakukan pengkhianatan tidak dikenakan ganti rugi. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).45

Berdasarkan hadis diatas, para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa apabila dalam akad al-wadi’ah disyaratkan bahwa orang yang dititipi dikenai ganti rugi atas kerusakan barang selama dalam titipan, sekalipun kerusakan barang itu bukan atas kesengajaan atau kelalaiannya, maka akadnya batal. Akibat lain dari sifat amanah yang melekat pada akad al-wadi’ah adalah pihak yang dititipi barang tidak boleh meminta upah dari barang titipan itu.46

43 Drs. H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Juli 2002),

Cet Ke-1, h. 182

44

Ah. Azharuddin Lathif, Bahan Perkuliahan Fiqih Muamalah, (Jakarta: 2004), h. 52

45

Haroen, Fiqh Muamalah, h. 247

46

(44)

2. Rukun dan Syarat Wadi’ah

Sebagai sebuah titipan, wadi’ah harus memenuhi segala rukun dan syarat. Adapun yang menjadi rukun wadi’ah adalah sebagai berikut:

Para ulama berbeda pendapat tentang rukun wadi’ah, ulama Hanafiyah menyatakan bahwa rukun al-wadi’ah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan penitipan barang dari pemilik, seperti ”saya titipkan sepeda ini pada engkau) dan qabul (ungkapan menerima titipan oleh orang yang dititipi, seperti ”saya terima titipan sepeda anda ini”).

Sedangkan menurut jumhur ulama fiqh mengatakan bahwa rukun al-wadi’ah ada tiga, yaitu:

a. Orang yang berakad. b. Barang titipan.

c. Shighat ijab dan qabul. Syarat-syarat wadi’ah

Dalam syarat-syarat wadi’ah para ulama juga berbeda pendapat:

(45)

Sedangkan menurut jumhur ulama, pihak-pihak yang melakukan transaksi al-wadi’ah disyaratkan telah baligh, berakal, dan cerdas, karena akad al-wadi’ah merupakan akad yang banyak mengandung risiko penipuan. Oleh sebab itu, anak kecil, sekalipun telah berakal tidak dibenarkan melakukan transaksi al-wadi’ah, baik sebagai orang yang menitipkan barang maupun sebagai orang yang menerima titipan barang. Disamping itu, jumhur ulama juga mensyaratkan orang yang berakad harus cerdas. Sekalipun telah berakal dan baligh, kalau tidak cerdas, tidak sah untuk melakukan transaksi

al-wadi’ah. Pada wadi’ah disyaratkan, harta itu bisa dikuasai, apabila seseorang menitipkan ikan yang ada di laut atau di sungai, sekalipun ditentukan jenis, jumlah dan identitasnya, hukumnyatidak sah, karena ikan itu

tidak dapat dikuasai oleh orang yang dititipi.47 3. Macam-macam Wadi’ah

Secara umum terdapat dua jenis al-wadi’ah yaitu wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah yad adh-dhamanah:

1. Wadi’ah Yad al-Amanah (Trustee Depository)

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan.

47

(46)

b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang ditititpkan tanpa boleh memanfaatkannya.

c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kapada yang menitipkan.

d. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.

Mekanisme seperti di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.

Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah

1. Titipan Barang

2. Beban Biaya Penitipan

Keterangan :

Dengan konsep al-wadi’ah yad al-amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

2. Wadi’ah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)

Wadi’ahjenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut: Nasabah

Muwaddi’ (Penitip)

(47)

a. Harta atau barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan.

b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip.

c. Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan.

d. Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada bank syari’ah, pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank. e. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan

manajemen bank syari’ah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

f. Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang disamakan dengan cek.

(48)

Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah

1. Titipan Barang

4. Beri Bonus

3. Bagi Hasil 2. Pemanfaatan Dana

Keterangan :

Dengan konsep al-wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu, pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari

Nasabah Muwaddi’

(Penitip)

BANK Mustawda’ (Penyimpan)

(49)

pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.48

48

(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA

Wakala umum dinar dirham merupakan lembaga (bukan bersifat seperti organisasi, tetapi lebih kepada sifat tanggung jawab) yang dijalankan oleh seorang Wakil. Syarat-syarat untuk menjadi seorang Wakil adalah Muslim, memiliki sifat yang baik dan terpercaya. Ia berada di bawah kepemimpinan seorang Amir dan diawasi secara ketat oleh seorang Muhtasib. Seorang Wakil tidak diperkenankan untuk meminjamkan Dinar dan Dirham, tugas mereka hanyalah melakukan sesuatu atas perintah pemberi kuasa. Tugas dan fungsi dari wakala adalah:

a. Melakukan pembayaran-pembayaran atas seizin pemilik rekening Dinar dan Dirham.

b. Melakukan pengiriman Dinar dan Dirham ke segenap penjuru dunia. c. Mengatur penukaran uang kertas ke dalam bentuk Dinar dan Dirham.

Muhtasib

a. Syarat-syarat untuk menjadi seseorang Muhtasib adalah Muslim, memiliki sifat yang baik dan terpercaya, memiliki ilmu fikih yang berkaitan dengan masalah ini dan memiliki kemampuan untuk mengenali riba dalam segala bentuk muslihatnya.

(51)

c. Wakil hanyalah seseorang yang diberikan kuasa oleh pemilik Dinar dan dirham. Sistem e-Dinar hanyalah perantara bagi individu untuk berhubungan dengan Wakala. Seorang Muhtasib harus diberikan kepercayaan untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk memastikan bahwa kondisi tersebut di atas selalu terjaga.

Tugas dan fungsi dari sistem e-Dinar adalah:

a. Menyediakan hubungan 24 jam bagi masyarakat untuk mendapatkan kemudahan layanan-layanan yang diberikan oleh sebuah Wakala melalui internet.

b. Menyediakan fasilitas komunikasi dan jaringan bagi seluruh Wakil dan Wakala. Internet menyediakan kemudahan dan biaya yang efektif bagi sebuah media antara yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Karena alasan inilah e-Dinar mengambil bentuk sebagai website dan server transaksi. Server transaksi akan berfungsi sebagai pusat data dan menyediakan layanan akuntansi yang dibutuhkan oleh seorang Wakil, sementara itu website akan berfungsi sebagai media tatap muka internasional bagi seluruh Wakala di manapun mereka berada.49

A. Sejarah Berdirinya Wakala Induk Nusantara

Wakala Induk Nusantara (WIN) secara formal berdiri pada Februari 2008, meskipun cikal bakalnya telah dimulai sejak 2000. Pada mulanya juga sekaligus berfungsi sebagai Wakala Umum yang tugasnya melayani jual beli dinar kepada

49

(52)

masyarakat, dengan nama Wakala Adina. Sejak menjadi Wakala Induk, WIN (Wakala Induk Nusantara) tidak lagi melayani masyarakat umum dalam jual-beli koin dinar dan dirham. Tugas WIN adalah melayani Wakala-Wakala Umum, dimana wakala-wakala umum memesan dinarnya kepada Wakala Induk Nusantara untuk dijual kepada konsumen.

Pada tahun 2004 Wakala mengeluarkan produk Tabung Dinar yang diselenggarakan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat pengguna dinar dan dirham untuk dapat menyimpan dinar dan dirhamnya secara aman dan murah. Status uang yang ada di wakala bukan pinjaman, dan tidak ada bunga di dalamnya. Uang di wakala sekedar titipan yang bisa dimbil kapan saja dalam bentuk emas atau perak. Wakala hanya mengambil fee atas jasa pengelolaan dinar dan dirham, baik dalam bentuk jasa penitipan, transfer, atau penukaran uang.

IDENTITAS

WAKALA INDUK NUSANTARA Nama Lembaga : WAKALA INDUK NUSANTARA Bidang Usaha : Pelayanan Jasa

Alamat : Jln. Muhammad Ali No 2, Rt.003/004 Kelurahan Tanah Baru, Beji, Depok, 16426.

(53)

B. Visi dan Misi

1. Visi

Perdagangan adalah halal, Riba adalah haram. 2. Misi

a. Menyebarkan pemahaman yang benar tentang riba kepada masyarakat, akibat-akibat buruknya dalam kehidupan, serta upaya memberantasnya dari tengah masyarakat.

b. Mengupayakan kembalinya amal perdagangan dan kontrak-kontrak bisnis yang sesuai dengan hukum syariah.

C. Struktur Organisasi Wakala Induk Nusantara

WIN merupakan sebuah syirkat pelayanan jasa, dengan dua mitra syirkat, didukung oleh dua orang staf.

Direktur : Ir. Zaim Saidi Wakil Direktur : Abdarrahman Administrasi dan teller : Sri Suparti Pembukuan : Bahriatul Jannah

D. Produk-Produk Wakala Induk Nusantara

(54)

Wakala Induk Nusantara melayani jual beli koin dinar bagi wakala-wakala umum yang ada diIndonesia.

2. Layanan penitipan

Wakala Induk Nusantara juga melayani masyarakat untuk menitipkan dinarnya dalam tabungan dinar (BADAR). Dalam tabungan dinar ini masyarakat mendapatkan fasilitas berupa layanan penitipan itu sendiri, yang dicatatkan dalam sebuah buku tabungan. Kepada nasabah juga diberikan jaminan 100% bahwa dinar atau dirham miliknya dapat diambil setiap saat, tanpa kekhawatiran adanya rush sebagaimana yang bisa terjadi pada perbankan.

3. Layanan pengiriman

Wakala Induk Nusantara melayani pengiriman dinar bagi masyarakat yang mau mengirimkan dinarnya keluar daerah maupun keluar negeri.

4. Layanan pembayaran (dalam persiapan)

(55)

E. Arah Perkembangan Usaha Wakala Induk Nusantara

WIN (Wakala Induk Nusantara) ke depan akan diarahkan sebagai penyelenggara sistem pembayaran dengan dinar dan dirham serta sebagai pusat jaringan perdagangan yang halal. Jaringan Wakala Umum akan dikaitkan secara langsung dengan jaringan para pedagang jasa maupun komoditas.

(56)

BAB IV

ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI IMPLEMENTASI

KONSEP WADI’AH

A. Prosedur Tabungan Dinar pada Wakala Induk Nusantara

Prosedur dalam tabungan dinar adalah cara-cara atau peraturan yang harus dilakukan dalam melaksanakan pembukaan tabungan dinar yang dikelola oleh Wakala Induk Nusantara, Nasabah setuju dan mengikat diri serta mematuhi ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat oleh Wakala Induk Nusantara.

Syarat-syarat untuk pembukaan tabungan dinar (BADAR): 1) Menunjukkan identitas diri berupa foto copy KTP.

2) Menyerahkan setoran awal minimal 5 dinar. 3) Setoran berikutnya minimal 1 dinar.

4) Mengisi dan menandatangani permohonan tabungan dinar.

Dalam pembukaan tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara, calon nasabah harus memenuhi pasal-pasal sebagai berikut:

1. Waktu Pelayanan Penitipan dan Pengambilan

1.1. Jam Pelayanan Penitipan dan Pengambilan dinar pada setiap hari/jam kerja sebagai berikut:

(57)

1.2. Untuk pengambilan dinar, nasabah harus memberitahukan kepada pengelola wakala sehari (24 jam) sebelum hari pengambilan.

2. Penitipan dan Pengambilan

2.1. Setiap nasabah yang akan menitipkan dinarnya diwajibkan mengisi fomulir aplikasi “Tabung Dinar” sebagai tanda kontrak diberlakukan. Formulir akan diperbarui setiap setahun sekali.

2.2. Penitipan uang dinar diberlakukan ketentuan minimal waktu penyimpanan selama tiga bulan atau kelipatannya, sejak tanggal dititipkannya uang tersebut.

2.3. Sebelum masa penitipan selama tiga bulan (atau kelipatannya) habis, nasabah dapat mengambil uang tersebut sesuai ketentuan pelayanan pengambilan.

2.4. Jika dalam tiga bulan uang tidak diambil, maka secara otomatis akan dicatatkan untuk penyimpanan tiga bulan berikutnya.

3. Biaya

3.1. Biaya administrasi dikenakan kepada nasabah untuk pembukaan

rekening. Besarnya biaya administrasi adalah 0.02 dinar (± Rp

15.000,00) untuk sekali pengadaan perjanjian penitipan dinar.

3.2. Biaya penitipan dikenakan sebesar 0,0006 dinar (± Rp 500,00) untuk setiap keping uang dinar per bulan.

(58)

4.1. Wakala menerima pembayaran biaya penitipan di awal waktu penitipan. 4.2. Jika dalam keadaan terpaksa pembayaran dapat dilakukan pada akhir

masa penitipan (pada saat pengambilan uang) dengan dikenakan biaya tambahan sebesar 25% dari biaya penitipan.

5. Penggantian

5.1. Yang berhak menggantikan kedudukan Nasabah yang meninggal dunia adalah ahli warisnya yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Waris. 5.2. Apabila Nasabah berupa Badan Hukum / Badan Usaha / Yayasan /

Perkumpulan, maka yang menggantikan kedudukan Nasabah adalah penerima pengalihan hak / likwidatur berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar dan atau peraturan lainnya.

6. Penutup

6.1. Wakala berhak merubah isi ketentuan umum ini setiap saat dan Wakala akan memberitahukan perubahan ini kepada Nasabah secara tertulis. Peraturan tersebut akan diberlakukan setelah diketahui dan disetujui oleh Nasabah.

6.2. Mengenai ketentuan umum ini dan segala akibat hukum yang ditimbulkan, Wakala dan Nasabah sepakat untuk memilih kedudukan hukum yang umum dan tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri wilayah hukum Wakala berada.

(59)

Dan nasabah akan mendapatkan fasilitas berupa kemanan bila dinar yang dimilikinya dititipkan dalam tabungan dinar.

Adapun pembagian selisih rate/harga dinar pada wakala, yaitu:

a. Apabila wakala ingin menjual dinarnya kepada konsumen yaitu 100 % harga Dinar.

b. Apabila Wakala beli ke Wakala Induk Nusantara yaitu 98 % harga Dinar. c. Apabila Wakala dan Wakala Induk Nusantara beli ke konsumen adalah 94 %

harga Dinar.

d. Dan apabila Wakala menjual ke Wakala Induk Nusantara adalah 94 % harga Dinar.

B. Strategi Pemasaran dan Kendala-Kendala yang dihadapi Wakala Induk

Nusantara dalam Penerapan Produk Tabungan Dinar <

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik untuk frekuensi inkontinenqia urin sebelum dan sesudah diberikan latihan kegel didapatkan P-value = 0,000 &lt; [ = 0,05 dengan demikian dapat

gysbertsiana dengan tiga jenis Shorea penghasil tengkawang lainnya menggunakan alel khusus yang diperoleh dari penanda RAPD ( Random Amplified Polymorphisms DNA )..

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

1.20 enterpreneur academy and bazaar (p1) (HIMPUNAN MAHASISWA KEHUMASAN) Oktober, 1.21 epicentrum (research mindedness) (p1) (HIMPUNAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI) Januari,

2). Disaring/Passed , misalnya : Puree, Cream, Veloute, Bisque dan Brown Soup. Thick soup dikelompokkan menjadi lima yaitu.. a) Cream soup Merupakan sup yang dikentalkan dengan

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan analisis model regresi linear sederhana: interpretasi dan pendugaan koefisien model dengan metode OLS, pengujian hipotesis..

Hasil isolasi dan identifikasi bakteri termofilik penghasil protease dari sumber air panas Tanjung Sakti Lahat Sumatera Selatan, diperoleh empat isolat yang

Kemudian terminologi Qanun dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, Pasal 1 angka 21 menyatakan “Qanun Aceh adalah peraturan perundang-undangan sejenis peraturan daerah