• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS KELAS 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS KELAS 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

TEORI DAN PROSES KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Dr. Udik Budi Wibowo

DESENTRALISASI DAN KUALITAS PENDIDIKAN

Disusun Oleh:

Didi Supriadi

15703254003

MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

I. SINOPSIS

1. Pendahuluan

Desentralisasi adalah satu bentuk reformasi yang paling dianjurkan untuk meningkatkan penyediaan layanan dasar seperti pendidikan di negara-negara berkembang. Desentralisasi sebagai bentuk pengambilan keputusan yang "lebih dekat dengan rakyat", desentralisasi dalam pemberian pelayanan dapat meningkatkan relevansi dalam membuat keputusan dan meningkatkan akuntabilitas. Desentralisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Desentralisasi dalam bidang pendidikan dapat juga diterjemahkan ke dalam perbaikan nyata dalam kualitas pendidikan.

Channa (2015) melakukan studi yang menelusuri perkembangan desentralisasi pendidikan dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan selama beberapa dekade terakhir pasca tahun 2000. Studi tersebut bertujuan untuk: (1) menyelidiki tren kunci dalam evolusi pendidikan sejak kebijakan desentralisasi tahun 2000; dan (2) untuk menguji hubungan empiris antara desentralisasi dan kualitas pendidikan. Studi tersebut membahas tujuan dengan terlebih dahulu meninjau pengalaman desentralisasi beberapa negara secara lebih umum, dan kemudian melakukan studi kasus secara rinci pada Negara Meksiko, Indonesia dan Kenya. Hal tersebut untuk menggambarkan pendekatan yang berbeda terhadap bagaimana desentralisasi pendidikan dapat menghasilkan kualitas hasil yang berbeda. Pentingnya studi ini untuk meningkatkan pemahaman kita tentang potensi desentralisasi, sehingga dapat memiliki implikasi kebijakan yang lebih luas bagaimana negara-negara mengatasi tantangan di masa depan berkaitan dengan kualitas pendidikan yang rendah.

2. Desentralisasi dan Kualitas Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks, selain input seperti buku pelajaran dan guru, kualitas pendidikan juga tergantung pada pemahaman dan tantangan pembelajaran lokal dan solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan itu. Desentralisasi pendidikan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini didasarkan pada dua argumen yaitu: a. Pertama, keputusan mengenai lokasi pendidikan yang lebih dekat dengan

(3)

lebih besar tentang kebutuhan dan preferensi lokal. Standar pelayanan dari pemerintah pusat dianggap tidak mampu mengatasi tuntutan yang heterogen. Dalam prakteknya, pemerintah daerah atau sekolah bisa meningkatkan pembelajaran dengan mengarahkan sumber daya yang lebih besar ke daerah yang disesuaikan pada kebutuhan siswa di daerah.

b. Kedua, desentralisasi dapat meningkatkan akuntabilitas dalam sistem pendidikan dengan menempatkan pengambil keputusan lebih dekat dengan masyarakat. Stakeholder kemudian dapat menyuarakan aspirasi mereka, serta memantau pelayanan pendidikan secara langsung. Desentralisasi menciptakan "rute akuntabilitas yang lebih pendek" dengan memberikan layanan langsung kepada masyarakat. Melalui mekanisme ini, orang tua memantau guru untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mengajar, atau dengan menyuarakan aspirasi atas kinerja yang buruk dari sekolah atau pejabat lokal untuk membuat perbaikan.

3. Evolusi dalam Kebijakan Desentralisasi Pendidikan

a. Desentralisasi Pendidikan pada tahun 1980an dan 1990an

(4)

Dari 56 studi diterbitkan dari tahun 1990 mencatat bahwa desentralisasi ke tingkat pemerintah yang lebih rendah dalam beberapa kasus dapat meningkat pelayanan tetapi dalam kasus lain pelayanan memburuk. Demikian pula, di survei komprehensif dari 83 studi empiris pada Management Base

School mengemukakan bahwa tidak ada bukti dari efek reformasi pada kualitas

siswa yang dihasilkan.

b. Desentralisasi Pendidikan pada tahun 2000an

Sejak tahun 2000-an, sistem telah berkembang menjadi campuran unsur sentralisasi dan desentralisasi. Amandemen ad hoc dan persetujuan yang diberikan telah mengakibatkan inkonsistensi dalam layanan yang telah diserahkan kepada badan-badan lokal di wilayah geografis yang berbeda, dan redundansi antara pemerintah daerah dan sistem dekonsentrasi. Selain itu, alokasi keuangan untuk badan-badan lokal lebih ditentukan oleh keputusan politik daripada transparansi. Kritikus menyoroti isu-isu terkait lingkungan kelembagaan yang miskin, peningkatan kapasitas rendah, korupsi dan partisipasi warga yang lemah. Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, Kenya Pemerintah Daerah Reformasi Program (KLGRP) diluncurkan pada tahun 1995 dengan bantuan dari negara donor. Tujuannya adalah untuk merampingkan pengiriman layanan dan meningkatkan sumber daya keuangan yang tersedia untuk pemerintah daerah. Sejak tahun 2000-an, sebanyak 22 dari 34 program telah berhasil dalam memberikan setidaknya beberapa kemandirian finansial kembali ke badan-badan lokal. Namun, masih ada pembatasan tentang bagaimana pemerintah daerah bisa terus meningkatkan sumber dana. Sebuah pendelegasian wewenang untuk daerah pemilihan atau konstituen untuk mengembangkan proyek-proyek lokal untuk penyediaan layanan di bawah anggota parlemen terpilih. Sebuah undang-undang baru pemerintah daerah juga dirancang untuk memperjelas peran badan-badan lokal.

4. Faktor-faktor Kesuksesan Desentralisasi Pendidikan

(5)

Tentu saja, dibutuhkan banyak penelitian empiris yang lanjut terutama penelitian dengan desain yang lebih kuat empiris sehingga didapatkan kesimpulan yang lebih tegas tentang hubungan desentralisasi dan kualitas pendidikan. Penelitian perlu difokuskan pada dua bidang: pertama, bentuk spesifik desentralisasi apa yang dapat bekerja dengan baik dan yang kurang baik; dan kedua, apa prasyarat yang memungkinkan desentralisasi mencapai potensinya dalam meningkatkan pembelajaran.

(6)

II.

PEMBAHASAN

1. Desentralisasi Pendidikan

Beberapa pendekatan dalam menjelaskan desentralisasi yaitu desentralisasi dianggap salah satu arah kebijakan penting. Sebagai konsep desentralisasi dapat dianggap sebagai tujuan komprehensif. Secara umum, desentralisasi adalah proses di mana kekuasaan dan tanggung jawab beralih dari otoritas pusat kepada pemerintah daerah/lokal. Dalam pendidikan, kekuasaan dan tanggung jawab mencakup spektrum yang luas dari isu-isu.. Sebagai contoh, salah satu sistem pendidikan yang paling terdesentralisasi di dunia, yaitu Amerika Serikat, distrik sekolah lokal memiliki otoritas untuk mengumpulkan dana pajak dan otoritas pengeluaran dana secara mandiri. Dalam sistem yang sangat terpusat, pemerintah pusat mengumpulkan penerimaan pajak yang diperlukan untuk pendidikan dan mengalokasikan sumber daya tanpa campur tangan oleh pemain lokal (Kim, 2010).

Manfaat yang diharapkan dari desentralisasi sering dikaitkan dengan gagasan meningkatkan partisipasi demokratis dan pemberdayaan dan meningkatkan respon pemerintah untuk kebutuhan lokal (Dyer, 2005). Deskripsi mengenai perbedaan sentralisasi dan desentralisasi dapat dilihat pada gambar skema berikut.

a. skema sentralisasi b. skema desentraliasi

(7)

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi dipahami sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah merupakan bagian yang melekat dari implementasi sistem desentralisasi. Desentralisasi ditandai dengan adanya penyerahan sebagian urusan pemerintahan yang sebelumnya menjadi kewenangan pusat untuk menjadi kewenangan daerah (Johan, 2012).

Cakupan desentralisasi pendidikan yaitu seluruh substansi dari manajemen pendidikan, seperti kurikulum, tenaga kependidikan, keuangan, dan sarana-prasarana pendidikan. Tujuan utama desentralisasi pendidikan adalah untuk menumbuhkembangkan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola pendidikan. Desentralisasi pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya meningkatkan pratisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara substansi desentralisasi manajemen pendidikan menyertakan peraturan perundang-undangan yang mengatur batas-batas kewenangan, bidang garapan mana yang secara mandiri menjadi hak dan kewajiban, bagaimana hak dan kewajiban tersebut dipertanggungjawabkan (Irianto, 2010)

a. Desentralisasi Perundang-undangan Pendidikan, salah satu keberhasilan desentralisasi pendidikan tergantung pada dukungan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan tersebut sebagai komitmen politik yang bersumber dari amanat rakyat. Political will (kemauan politik) para pembuat kebijakan pendidikan di tingkat pusat dan daerah. Kemauan politik ini harus konkrit dalam wujud peraturan perundang-undangan.

b. Desentralisasi Organisasi Kelembagaan Pendidikan, pembaharuan struktur kelembagaan pendidikan di daerah perlu memperhatikan kewenangan, kemampuan dan kebutuhan dengan berazaskan pada demokratisasi, pemberdayaan dan pelayanan umum di bidang pendidikan.

c. Desentralisasi Manajemen Kurikulum Pendidikan, desentralisasi manajemen kurikulum berkenaan dengan kemampuan daerah dalam aspek relevansi. Relevansi kurikulum untuk mengatasi penggangguran lulusan akibat tidak relevannya kurikulum dengan kondisi daerah.

(8)

kerja yang ditekuninya. Desentralisasi pendidikan juga menuntut profesionalisasi ketenagaan.

e. Desentralisasi Manajemen Pembiayaan Pendidikan, dalam mengukur manfaat biaya pendidikan didasarkan pada konsep biaya pendidikan yang bersifat lebih kompleks dari sekedar keuntungan. Efisiensi pendidikan meliputi cost-efectiveness dan cost benefit. Cost effectiveness dikaitkan dengan perbandingan biaya input pendidikan dan efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar. Cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan.

f. Desentralisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, menyangkut fasilitas pendidikan yang erat kaitannya dengan kondisi tanah, bangunan dan perabot yang menjadi penunjang terlaksananya proses pendidikan.

2. Desentralisasi dan Kualitas Pendidikan

Apakah desentralisasi berdampak terhadap kualitas pendidikan? Pertanyaan paling penting di benak pendidik adalah bagaimana desentralisasi mempengaruhi kualitas pendidikan. Hal ini dapat dijawab dengan mengetahui beberapa kajian yang telah menguji efek desentralisasi terhadap kualitas pendidikan. Sistem pendidikan di seluruh negara berkembang saat ini sedang terdesentralisasi. Pengambilan keputusan kekuasaan dan tanggung jawab sedang ditransfer dari kementerian pendidikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan sekolah. Collins & Gillies (2007) mengungkapkan bahwa desentralisasi berpotensi dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Secara khusus, efek desentralisasi adalah peningkatan akuntabilitas oleh sekolah kepada penerima manfaat pendidikan. Desentralisasi tidak hanya mengurangi jarak antara pembuat keputusan dan penerima, juga dapat mengakibatkan pengaturan pemerintahan baru seperti komite manajemen sekolah yang meningkatkan partisipasi dan pengawasan orang tua.

(9)

Bukti lain yang diungkapkan oleh Collins & Gillies (2007) menunjukkan bahwa desentralisasi terutama otonomi sekolah dapat meningkatkan pelayanan sekolah, akan tetapi dengan beberapa risiko yaitu peningkatan yang dihasilkan tidaksama antar sekolah. Namun, tidak cukup diketahui tentang bagaimana mewujudkan potensi terbaik dari desentralisasi, terutama di negara-negara miskin dan masyarakat miskin. Merupakan suatu kebutuhan untuk melakukan evaluasi lebih serius terhadap desentralisasi pendidikan yang berfokus pada tantangan bagaimana desentralisasi harus dirancang dan dilaksanakan untuk menghasilkan hasil terbaik dengan kondisi lingkungan yang mendukung desentralisasi.

Jika pemerintah memilih untuk mendesentralisasikan pendidikan untuk tujuan meningkatkan kualitas keseluruhan sistem pendidikan, maka harus mempunyai desain sistem pendidikan desentralisasi. Tanpa desain seperti kualitas desentralisasi sistem pendidikan tinggi tidak akan terwujud. Setelah merumuskan desain itu, selanjutnya dapat mulai mengembangkan pelaksanaan rencana yang diperlukan untuk sistem pendidikan yang bergerak dari keadaan sekarang menuju sistem pendidikan yang terdesentralisasi yang berkualitas tinggi. Transformasi ini tidak akan mudah karena akan memerlukan banyak sumber daya, pelatihan dan dukungan, kemauan politik dan sosial, dan sejumlah besar dukungan reformasi (Healey & Crouch, 2012)

(10)

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan desentralisasi di bidang pendidikan diungkapan oleh Khan & Mirza (2011) yang mencatat empat faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan desentralisasi di bidang pendidikan. Faktor tersebut adalah: konteks budaya di mana pelimpahan pendidikan berlangsung, dukungan politik dari para pemimpin nasional dan elit lokal, manajemen perencanaan yang memadai dan pemberdayaan sumberdaya lokal.

Desentralisasi sistem pendidikan akan lebih baik jika didukung oleh tenaga ahli yang akrab dengan filosofi dan tujuan dari suatu sistem baru. Kerjasama yang efektif dan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten bisa memberikan dasar untuk pelaksanaan yang lebih efektif. Hal yang penting untuk digarisbawahi dan yang sering diabaikan bahwa desentralisasi dalam bukan program tapi sebuah proses yang mengalokasikan kekuatan dan sumber daya dari pusat kepada daerah/lokal. Efeknya sangat tergantung pada karakter pengambilan keputusan pusat, tentang bagaimana pusat menggunakan kekuasaan dan sumberdaya. Berkaitan dengan desentralisasi pendidikan adalah sebuah proses, sehingga dalam melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan dilakukan secara bertahap, bijaksana dan profesional, termasuk peningkatan peranan stakeholders sekolah (Khan & Mirza (2011).

Permasalahan dan tantangan desentralisasi pendidikan harus dihadapi dengan kearifan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan daerah. Bagaimana daerah mempersiapkan diri, menerima dan melaksanakan desentralisasi pendidikan, termasuk kesiapan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan desentralisasi pemerintahan daerah. Kemandirian sebagai tuntutan desentralisasi pendidikan pada daerah kabupaten/kota lebih menekankan pada kemandirian dalam mengelola dan memberdayakan berbagai sumberdaya yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat dan propinsi. Pemerintah pusat harus memfokuskan pada proses dan insentif untuk menciptakan akuntabilitas dan persaingan (Sutapa, 2005).

(11)

Berdasarkan kajian beberapa literatur yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa terkait desentralisasi pendidikan, sebagai berikut:

1. Tujuan utama desentralisasi pendidikan adalah untuk menumbuh kembangkan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola pendidikan.

2. Desentralisasi pendidikan mempunyai potensi yang cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Potensi tersebut akan semakin baik dengan mengembangkan pola penyelenggaraan pendidikan secara desentralisasi untuk meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

3. Desentralisasi pendidikan adalah sebuah proses, sehingga dalam melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan dilakukan secara bertahap, bijaksana dan profesional, termasuk peningkatan peranan stakeholders

sekolah.

(12)

Bayhaqi, A. (2004). Decentralization in Indonesia: The Possible Impact on Education (Schooling) and Human Resource Development for Local Regions. The 2nd International Conference on Indonesia: Faculty of Social and Political Sciences, Diponegoro University, Semarang, July 7-8th,2004.

Channa, A. (2015). Decentralization and the Quality of Education. Paper. Education for All Global Monitoring Report 2015

Collins, P. dan Gillies, J. (2007). Identifying the Impact of Education Decentralization on the Quality of Education. Working paper. United States Agency for International Development (USAID)

Djohan, D. (2012). Kebijakan Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Di Indonesia Jurnal Pamong Praja, Volume I, Nomor 1 Tahun 2012 : 1-75

Dyer, C. (2005).Decentralisation to improve teacher quality? District Institutes of Education and Training in India. Compare. Vol. 35, No. 2, May 2005, pp. 139–152

Healey, F.H., & Crouch, L. (2012). Decentralization for high-quality education: Elements and issues of design. RTI Press publication No. OP-0008-1208. Research Triangle Park, NC: RTI Press. Retrieved from http://www.rti.org/rtipress.

Irianto, Y.B. (2010). Kebijakan Pendidikan Dalam Konteks Desentralisasi Pembangunan Manusia. Artikel. Jurusan Administrasi Pendidikan, FIP-UPI.

Khan, A.M. dan Mirza, M.S. (2012). Implementation of Decentralization in Education in Pakistan: Framework, Status and the Way forward. Journal of Research and Reflections in Education. December 2011, Vol.5, No.2, pp 146 -169

Kim, S. (2010). A Roadmap towards More Competitive Education System in Korea:Educational Decentralization and Local Governance in Primary and Secondary School System. Article. Kyunggi Research Institute. University of Wisconsin – Milwaukee

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1) Setiap orang termasuk pegawai negeri, orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; orang yang menerima gaji atau upah dari suatu

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

2. Guru bersama siswa berdiskusi bagaimana cara mengenal insekta dari arthropoda lain. Untuk menjawab pertanyaan itu guru memodelkan atau mendemontrasikan cara

penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pembelajaran Tematik siswa kelas V SDN Sidorejo Kidul 02 Hasil

Sedangkan dengan obesitas mendapat kontribusi sumbangan zat gizi dari kelompok bahan energi, protein, karbohidrat .lemak dan pangan kacang-kacangan tidak berbeda

Bagian Audit Direktur Eksekutif Investasi Direktur Eksekutif Kredit Direktur Eksekutif Operasional Direktur Eksekutif Pemasaran Direktur Eksekutif Trust.. pengungkapan

Bab I merupakan pendahuluan, yang menguraikan permasalahan terkait penelitian ini tentang bagaimana peranan usaha usaha “apam Barabai” untuk menunjang