• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan kerangka kerja daur hidup dan implementasi dashboard manajerial pusat data, studi kasus PT. Adira Dinamika Multifinance, TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan kerangka kerja daur hidup dan implementasi dashboard manajerial pusat data, studi kasus PT. Adira Dinamika Multifinance, TBK"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KERANGKA KERJA DAUR HIDUP DAN

IMPLEMENTASI

DASHBOARD MANAJERIAL PUSAT DATA,

STUD1 KASUS PT ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE, TBK

ARRY

EKANANTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

Perancangan Kerangka Kerja Daur Hidup dan Implementasi Dashboard Manajerial Pusat Data, Studi Kasus PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua

sumber dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Agustus 2006

Arrv Ekananta

(3)

ABSTRAK

Kinerja pusat data sangat ditentukan oleh pencapaian kondisi operational dan strategic excellence-nya. Operational excellence yang tercermin melalui kegiatan rutin sehari-hari pusat data harus dapat memenuhi standar kinerja yang mampu menjamin integritas dan fungsionalitas data bagi pengguna. Pencapaian standar kinerja tersebut sangat ditentukan oleh strategic excellence yang tercermin melalui ketajaman analisis kebutuhan, kualitas desain dan rancangan logis, pengimplementasian konstruksi fisik, ketepatan penentuan indikator kinerja utama operasional, serta strategi penerapan manajemen perubahan dalam membentuk perilaku sumber daya manusia yang diharapkan. Penelitian bertujuan untuk merancang suatu kerangka kerja acuan dalam membangun dan mengoperasikan pusat data serta mengimplementasikan purwarupa aplikasi pengelolaan pusat data sebagai suatuproof of concept dari pemantauan kinerja pusat data berdasarkan standar kinerja yang disepakati. Metodologi penelitian mencakup mempelajari, memahami, kemudian memetalan langkah-langkah pembangunan serta pengoperasian pusat data ke dalam kerangka kerja berupa dokumen yang bemama Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data

lalu menangkap kebutuhan pengguna, menganalisis, mendesain, kemudian memrogram suatu aplikasi yang bemama Adjusted Management DASHboard

(AMDASH). Sebagai hasil, Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data dapat menjadi acuan

dan arahan dalam pembangunan serta pengoperasian sebuah pusat data yang baik dan berkualitas. Dokumen tersebut dapat juga berfungsi sebagai alat audit untuk memantau seberapa jauh suatu pusat data telah memenuhi kaidah dan aturan seperti yang telah tertuang di dalamnya. Selain itu, AMDASH dapat menjadi aplikasi perangkat lunak manajemen X~isual yang berfungsi sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam mengelola pusat data secara efektif dan efisien.

(4)

ABSTRACT

The performance of a data center is defined by its achievements in both operational and strategic excellences. Operational excellence is defined as the daily- routine activities of a data center to achieve and maintain its standards in data integration and functionality for users. The standards in operational excellence could only be derived from strategic excellence of a data center, which must be defined in the preliminary stage in developing a data center. The activities in strategic excellence are analyzing user's requirement, designing a logical pattern and in physical construction, deJning the key indicators of operational performance, and applying the change management. This research is designed to build a framework in developing and operating a data center, and to build a data center performance monitoring application based on approved standarh as a proof of concept. The research methodologies started by learning and understanding the concept of a data center, then mapping the steps in developing and operating a data center into a document called Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data. AndJinally with thorough

analysis, design, coding, and intensive work with users, develop an application named Adjusted Management DASHboard (AMDASH). As the result, Kerangka Kerja Daur

Hidup Pusat Data can act as a reference and guidance for deploying and operating a

good and qualiJied data center. Meanwhile, that document can also perform as an audit tool to monitor and mitigate the implementation of a data center as suggested by it. On the other side, AMDASH acts as a visual management sofmare application that can help decision makers in dealing with their data center to ensure its daily-routine activities operate effectively and efficiently.

(5)

PERANCANGAN KERANGKA KERJA DAUR HIDUP DAN

IMPLEMENTASI DASHBOARD MANAJERIAL PUSAT DATA,

STUD1 KASUS PT ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE, TBK

ARRY EKANANTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi I!.mu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANLAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : Perancangan Kerangka Kerja Daur Hidup dan Implementasi

Dashboard Manajerial Pusat Data, Studi Kasus PT Adira Dinamika

Multifinance, Tbk

Nama : Arry Ekananta

NRP : G651024104

Progranl Studi : Ilnlu Konlputer

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

&@-

Ir. Heru Triyono Natalisa. M.Math.

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Komputer

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Arry Ekananta, dilahirkan di Bogor, 2 Oktober 1978 sebagai putra

sulung dari pasangan Dr. Ir. Djoko Setiyanto dan Dra. Hanny Saraswaty, M.Pd.

Penulis menamatkan pendidikan sarjana dengan gelar Sarjana Teknik (ST) di Jurusan

Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung pada

tahun 2001 seraya menjabat sebagai Manajer Pelatihan di Quantum ecornmerce

College (QCollege), Bandung. Selain di QCollege, Penulis juga sempat menjadi

asisten serta pengajar di Pojok Internet (Pointer) dan Pusat Ilmu Komputer dan Sistem

Informasi (PIKSI) ITB.

Pada tahun 2002, Penulis melanjutkan karir sebagai pengembang Web di

Transforma Online, unit bisnis dari PT Transforma Global (Transforma), yang

dilanjutkan dengan menjadi konsultan huntan capital dan organizational development

di Transforma pada tahun 2003. Seiring dengan pesatnya perkembangan bisnis

Transforma, penulis juga merangkap sebagai konsultan Teknologi Informasi (TI) di

VIPRO, juga merupakan unit bisnis Transforma, pada tahun 2005 dan konsultan Six

Sigma pada tahun 2006.

Dengan kecintaan dan ketertarikan Penulis terhadap dunia TI, pada tahun 2002

Penulis melanjutkan pendidikannya di program studi Ilmu Komputer, Sekolah

(8)

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah, SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Begitu banyak pihak

yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini sehingga perkenankanlah Penulis

dengan segenap kerendahan hati mengucapkan terima kasih secara khusus kepada

1 Dr. Sugi Guritrnan dan Ir. Hem T. Natalisa, M.Math, selaku komisi

pembimbing, atas arahan dan bimbingan selama pengerjaan Tesis ini.

2 Kedua orang tua dan mertua Penulis yang senantiasa memberikan doa

serta dukungan moril maupun materil.

3 Istri tercinta, Yesse Vidya Hapsari, untuk curahan kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

4 Rekan-rekan Magister Ilmu Kompuer IPB terutama Gysber Jan Tamaela

untuk seluruh dukungan tanpa hentinya.

5 Rekan-rekan kerja di PT Transforma Global.

Ibarat gading yang tak ada yang tak retak, Penulis sangat menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan pada tesis ini. Karena itu sudi kiranya Sidang

Pembaca berkenan memberikan saran dan kritik membangun agar kekurangan yang

terjadi tidak terulang kembali pada penulisan ilmiah berikutnya.

Akhir kata semoga Tesis ini dapat memberi makna dalam hidup kita semua,

terutama bagi Penulis dalam upayanya mencari dun memberi yang terbaik demi

Tuhan, bangsa, dun almamater.

Jakarta, Agustus 2006

(9)

DAFTAR IS1

...

iv

...

V ... ix

...

X BAB I . PENDAHULUA

...

I I

.

1

.

Latar Belakang

...

1

1.2. Formulasi Permasalahan

. .

...

1

1.3. Tujuan Penelltlan

...

2

1.4. Ruang Lingkup

. .

...

3

1.5. Manfaat Penelltian

. .

...

3

1.6. Keaslian Penelltian

...

3

...

1.7. Sistematika Penulisan 4 BAB I1

.

TlNJAUAN PUSTAKA

...

6

.

...

I I. 1 IT Service Excellence Management 6 11.2. Pusat Data

...

8

2.1. Pengantar

...

8

...

2.2. Filosofi Desain 9 Usahakan Desain Sesederhana Mungkin

...

10

Desain untuk fleksibilitas

...

10

Desain untuk Skalabilitas

...

10

Gunakan Desain yang Modular

...

10

Menjaga Kesehatan

...

10

2.3. Standardisasi dan Konsolidasi

. .

...

10

Konsolidasi

.

.

Server

. .

...

11

Konsolidasl Apllkasi

...

12

Konsolidasi Media Penyimpanan

...

12

Konsolidasi Shared Service

...

13

Konsolidasi Jaringan

.

.

...

14

Konsolldasi Pusat Data

...

14

Konsolidasi SDM dan Proses

...

...

14

2.4. Service Level Agreement (SLA)

...

14

...

2.5. Audit

...

15

IL3

.

~ e k a ~ a s a Sistem

...

16

3.1. Formal Technical Review

...

17

11.4. Kerangka Kerja

...

~

...

18

II.5. Flowchart

...

19

11.6. Digital Dashboard

...

21

11.7. Rekayasa Perangkat Lunak

...

22

7.1. Model

. .

Linear Sequential

...

23

Pengujlan

...

24

...

7.2. UnSfied Modeling Language 25

...

11.8. Plan-Do-Check-Action (PDCA) 28 ~ ~ Check

...

29

Action

...

29
(10)

. .

111.1. Kerangka Pemlklran

...

30

111.2. Tata Laksana

...

31

111.3. Waktu dan Tempat Penelitian

. .

...

32

111.4. Bahan dan Alat Penel~t~an

...

33

BAB IV . KERANGKA KERJA DAUR HIDUP PUSAT DATA

...

34

IV.1. Pengantar

...

34

IV.2. Kerangka Kerja Level 0

...

35

IV.3. Kerangka Kerja Level 1

...

37

IV.4. Kerangka Kerja Level 2 dan 3

...

37

4.1. P-1 Business Requirement

...

37

P-1

.

1 Data Collection

...

37

P-1.2 Determine Stakeholder

...

38

...

P-1.3 Data Documentation

. . .

38

P-1.4 List and Przorrtrze ;

...

:

...

38

P-1.5 Initiate User Request Proposal

...

38

P-1.6 Distribute to Stakeholder

...

39

...

4.2. P-2 Analysis and Feasibility Study 39

...

P-2.1 Initial Information Gathering 39 P-2.2 Sizing

...

40

P-2.3 Issue RFQs and Collect Quotations

...

40

P-2.4 Validate Selected-Quotations

...

40

P-2.5 Make Business Justification and Get Approval for Additional Budget

.

41

...

P-2.6 Finalize Data Center Analysis and Feasibility Study 41 4.3. P-3 Technical and Functional Design

...

41

...

P-3.1 Select and Finalize Component List 42 P-3.2 Prepare Implementation Strategy

...

:

...

42

...

P-3.3 Site Selection 43

...

P-3.4 Prepare Operational 44

...

P-3.5 DeJine Future Expansion Guide 44

...

P-3.6 Develop Risk Scenario and Contingency Plan 45

...

P-3.7 Finalize Data Center Design 46

...

4.4. P-4 Procurement & Implementation 48

...

...

P-4.1 Initiate Tender Process 49

...

P-4.2 Finalize with Steering Committee 49

...

P-4.3 Initiate Project Management 50

...

P-4.4 Project Planning 50

...

P-4.5 Project Execution 50

...

P-4.6 Project Controlling 51

...

4.5. P-5 Acceptance & Operationalized 51

. . .

...

P-5.1 Commzsszonzng 52

...

P-5.2 Acceptance of Data Center 52

...

8-5.3 Gap Mitigation 52

...

P-5.4 Execute Migration Plan 52

...

P-5.5 Data Center Operationalized 52 4.6. P-6 Monitoring & Review

...

;

...

53

P-6.1 DeJine Architecture for Central Monitoring

...

53

P-6.2 Development of DC Dashboard

...

:

...

54

P-6.3 Data Center Periodic Monitoring

...

54

P-6.4 Gap Mitigation and Counter Action

...

55
(11)

P.7.1 End of L$e Conjrmafion

...

56

P.7.2 Execute Disposal Plan

...

56

IV.5. Alur Kerja Dokumen Pusat Data

...

56

...

.

I V.

6 Formal Technical Review 58

...

IV.7. Analisis Manfaat 59

...

IV.8. Potensi Pengembangan 59 BAB V . DASHBOARD MANAJERlAL PUSAT DATA ... 60

V.1. Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL)

...

60

1

.

1. Pendahuluan

...

60

Tujuan

.

...

.

60

Definisi, Akronim, dan Singkatan

...

60

1.2. Deskripsi Umum Perangkat Lunak

...

60

Perspektif Produk

...

60

Fungsi Produk

.

.

...

64

Karakteristik Pengguna

...

65

Batasan-batasan

...

65

Asumsi dan Ketergantungan

. .

...

66

...

1.3. Deskripsi h n c i Kebutuhan 66

...

Kebutuhan Antarmuka Ekstemal 66

...

Kebutuhan Fungsional 67 Kebutuhan Data

...

75

Ringkasan Kebutuhan

...

75

...

V.2. Deskripsi Perancangan Perangkat Lunak (DPPL) 76 2.1. Pendahuluan

...

...

7 6 Tujuan

...

76

Lingkup Masalah

...

76

Definisi. Akronim. dan Singkatan

...

76

2.2. Deskripsi Perancangan Global

...

76

Deskripsi Data

. .

...

76

...

Dekomposisi Fungsional Modul 77 Dekomposisi Fisik Modul

...

78

...

Matriks Ketenmutan 7 8

...

V.3. Perencanaan Uji Perangkat Lunak (PUPL) 79 3.1. Pendahuluan

...

79

Tujuan

... ...

79

.... Definisi. Akronim. dan Singkatan

...

80

...

3.2. Lingkungan Pengujian Perangkat Lunak 80 Perangkat Lunak

...

80

...

Perangkat Keras 80

...

Material Tambahan

...

81

...

Instalasi. Pengujian. dan Pengendalian 81

...

Rencana Pengenalan 81

...

Pengujian yang Akan Dilakukan

. .

81

3.3. Identifikasi Pengu~lan

...

81

...

...

Infomasi Umum

. .

.: 81

...

Rencana Pengu~ian 82

...

V.4. Hasil Uji Perangkat Lunak (HUPL) 82 4.1. Pendahuluan -~ ~

...

82
(12)

Definisi. Akronim. dan Singkatan

.

.

...

83

4.2. Deskripsi Umum Hasil Uji

. .

...

83

Penilalan Umum

...

83

Rekomendasi

. .

...

. . .

83

4.3. Perincian Hasil Uji

...

83

.

...

Hasil Uji Modul Front-end [HUPL.AMDASH K-0 I] 83

...

Hasil Uji Modul Back-end [HUPL.AMDASH.K.02] 85

...

V.5. Potensi Pengembangan 87 BAB VI

.

SllWPULAN DAN SARAN

...

88

VI.l. Simpulan

...

88

VL2

.

Saran

...

89

DAFTAR PUSTAKA

...

90

...

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keterkaitan UML dengan SDLC

. .

...

26 Tabel 2 Jadwal kegiatan penehtlan

...

32 Tabel 3 Kesepakatan kode untuk diagram dokumen masukan. proses. dan dokumen keluaran

...

34 Tabel 4 Contoh checklist untuk RFQ

...

40 Tabel 5 Contoh checklist untuk validasi biaya dan ketersediaan komponen

...

41

...

Tabel 6 Contoh kriteria kinerja pusat data 45

...

Tabel 7 Skema penggunaan rak dan data-data pelengkapnya 47

...

Tabel 8 Keterlibatan peran dalam kegiatan FTR 58

Tabel 9 Kategori dan parameter yang menjadi indikator utama kinerja pusat data

....

61

...

Tabel 10 Hubungan antara sitemap dengan kode kebutuhan sistem 65 Tabel 1 1 Kategori pengguna AMDASH

...

65

...

Tabel 12 Tabel ringkasan kebutuhan fungsional dan non-fungsional AMDASH 75 Tabel 13

.

Tabel-tabel yang terdapat pada AEADASH

...

76

...

Tabel 14 Fungsi/proses pada AMDASH dan kode perancangannya 77 Tabel 15 Dekomposisi fisik AMDASH ... 78

...

Tabel 16 Matriks keterunutan antara kode kebutuhan danperancangan 78

...

Tabel 17 Perangkat lunak untuk rencana pengujian 80

Tabel 18 Hasil pengujian modul+ont-end

...

83

...

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

.

Peran dan karakteristik TI (sumber: Vipro. 2005)

...

6

....

Gambar 2

.

Keselarasan antara Process-People-Technology (sumber: Vipro. 2005) 7 Gambar 3

.

Arsitektur end-to-end saat ini (sumber: David Homby et al.. 2002)

...

12

Gambar 4

.

Simbolprocess (surnber: Rijanto Tosin. 1994)

...

19

Gambar 5

.

Simbol decision (sumber: Riianto Tosin. 1994) "

...

19

...

Gambar 6

.

Simbol terminal (sumber: Rijanto Tosin. 1994) 20 Gambar 7

.

Simbol document (sumber: Rijanto Tosin. 1994)

...

20

Gambar 8

.

Contoh tampiIan produk dashboard

...

21

...

Gambar 9

.

Lapisan rekayasa perangkat lunak (sumber: Roger S

.

Pressman. 1997) 22

...

.

Gambar 10

.

Model linear sequential (sumber: Roger S Pressman. 1997) 24 Gambar 11

.

Segitiga pemod&n per&gkat lunak (sumber: Sri ~ h a n v i ~ h t i . 2003)

..

25

Gambai 12

.

Kerangka pemikiran penelitian

...

30

...

Gambar 13

.

Kerangka Kerja Level 0 35 Gambar 14

.

Kerangka Kerja Level

1

...

37

Gambar 15

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-1 Business Requirement

...

37

...

Gambar 16

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-1.2 Determine Stakeholder 38 Gambar 17

.

Kerangka Ke rja Level 3 untuk P.1.3 Data Documentation

...

38

Gambar 18

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.1.4 List and Prioritize

...

38

Gambar 19

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-2 Analysis and Feasibility Study

...

39

...

Gambar 20

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.2.1 Information Gathering 39 Gambar 21

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.2.2 Sizing

...

40

Gambar 22

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-2.3 Issue RFQs and Collect Quotations

.

...

40

Gambar 23

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-3 Technical and Functional Design;

..

41

Gambar 24

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-3.1 Select and Finalize Component List

.

...

42

Gambar 25

.

Kerangka Ke rja Level 3 untuk P-3.2 Prepare Implementation Strategy

.

42 Gambar 26

.

Kerangka Keria Level 3 untuk P.3.3

.

Site Selection

...

43

Gambar 27

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.3.4 Prepare Operational

...

44

Gambar 28

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.3.5 Define Future Expansion Guide

...

44

Gambar 29

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-3.6 Develop RiskScenario and Contingency Plan

...

45

Gambar 30

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.3.7 Finalize Data Center Design

...

46

Gambar 31

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-4 Procurement &Implementation

...

48

Gambar 32

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.4.1 Initiate Tender Process

...

49

Gambar 33

.

Kerangka Kerja Levei 3 untuk P-4.2 Finalize with Steering Committee

.

49

...

Gambar 34

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.4.3 Initiate Project Management 50

...

Gambar 35

.

Kerangka Kerja Level 3 unruk P.4.4 Project Planning 50 Gambar 36

.

Kerangka Ke rja Level 3 untuk P.4.5 Project Execution

...

50

...

Gambar 37

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.4.6 Project Controlling 51

...

Gambar 38

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-5 Acceptance & Operationalized 51 Gambar 39

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.5.1 Commisioning

...

52
(15)

...

Gambar 43

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P.6.2 Development of DC Dashboard 54 Gambar 44

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-6.3 Data Center Periodic Monitoring.54 Gambar 45

.

Kerangka Kerja Level 3 untuk P-6.4 Gap Mitigation and Counter Action

.

Gambar 46

.

Kerangka Kerja Level 2 untuk P-7 Decomissioning

...

55

Gambar 47

.

Alur kerja dokumen pada daur hidup pusat data (bagian 1 dari 4)

...

56

Gambar 48

.

Alur kerja dokumen pada daur hidup pusat data (bagian 2 dari 4 )

...

57

Gambar 49

.

Alur kerja dokumen pada daur hidup pusat data (bagian 3 dari 4 )

...

57

Gambar 50

.

Alur k e j a dokumen pada daur hidup pusat data (bagian 4 dari 4 )

...

57

Gambar 51

.

Potensi pengembangan kerangka kerja

...

59

Gambar 52

.

AMDASH dalam Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data

...

61

Gambar 53

.

Keterkaitan arsitektur internal dengan eksternal AMDASH

...

62

Gambar 54

.

Modul+ontend dan backend dengan masing-masing sitemap-nya pada AMDASH

...

63

Gambar 55

.

Garnbaran aplikasi AMDASH

...

66

Gambar 56

.

Use-case diagram antara actor Pengguna dan use-case-nya dalam modul frontend

...

67

Gambar 57

.

Use-case dicgrcm mtara actor Administrator dan use-case-nya dalarn modul backend

...

67

...

Gambar 58

.

Sequence diagram untuk proses login pengguna 68 Gambar 59

.

Sequence diagram untuk proses logout pengguna

...

68

Gambar 60

.

Sequence dianram untuk mengakses menu dashboard

...

68

Gambar 61

.

~eguence diagram untuk menampilkan informasi detil dari suatu parameter

...

69

Gamb* 62

.

Sequence diagram untuk mengakses menu controlpanel

...

69

Gambar 63

.

Sequence diagram untukmenampilkan PICA dengan kriteria waktu tertentu

...

69

Gambar 64

.

.

.

Sequence diagram mtuk mengubahproblem identz3cation atas suatu kejadian

...

70

Gambar 65

.

Sequence diagram untuk mengubah counter action atas suatu kejadian

.

70 Gambar 66

.

Sequence diagram untuk mengakses menu option

...

70

Gambar 67

.

Sequence diagram untuk mengubahpassword

...

71

Gambar 68

.

Sequence diagram untuk mengubah tampilan desktop pengguna

...

71

Gambar 69

.

Sequence diagram untuk proses login administrator

...

71

...

Gambar 70

.

Sequence diagram untuk proses logout administrator 72

.

Gambar 71 Sequence diagram untuk mengakses menupassword

...

72

...

Gambar 72

.

Sequence diagram untuk mengubahpassword administrator 72 Gambar 73

.

Sequence diagram untuk mengakses menu user list

...

73

...

Gambar 74

.

Sequence diagram untuk menambah pengguna 73

...

Gambar 75 . Sequence diagram untuk mengubahpassword pengguna 73 Gambar 76

.

Sequence diagram untuk menghapus pengguna

...

74

...

Gambar 77

.

Sequence diagram untuk mengakses menu target setting 74 Gambar 78

.

Sequence diagram untuk melihat target dari parameter pada tahun - tertentu

...

74

...

Gambar 79

.

Sequence diagram untuk mengganti target dari suatu parameter 74 Gambar 80

.

Class diagram untuk menggambarkan skema relasi tabel yang terlibat

.

75

...

.

Gambar 8 1 Gambaran pengembangan AMDASH 87

...

.

Gambar 82 Modul Frontend - Login 25

...

.

Gambar 83 Modul Frontend - Dashboard 26

...

.

(16)
[image:16.541.43.485.19.773.2]

Gambar 85

.

Modul Frontend . Option

...

26 Gambar 86

.

Modul Backend - Login

...

27

...

Gambar 87

.

Modul Backend - Home 27

...

Gambar 88

.

Modul Backend - Password 27

...

Gambar 89

.

Backend - Userlist 27

...

Gambar 90

.

Modul Backend - Target Setting 28
(17)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menghadirkan beragarn aplikasi perangkat lunak (sofhoare) untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan pengguna, baik pengguna individu, kelompok, organisasi, instansi, institusi, perusahaan, atau bahkan negara. Fokus perhatian dari pengelolaan d m perawatan aplikasi perangkat lunak sangat ditentukan oleh seberapa penting keberadaannya bagi pengguna. Sebagai ilustrasi, perlakuan terhadap suatu aplikasi yang menjadi aplikasi andalan (core-application) di sebuah bank swasta internasional berbeda dengan perlakuan terhadap suatu aplikasi andalan di sebuah organisasi nirlaba. Indikator kinerja utama (key performance indicator) yang dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian atas tuntutan kebutuhan pengguna (key result area) antar aplikasi pun berbeda.

Dalam pengelolaan dan perawatan aspek fisik perangkat lunak, perangkat keras (hardwaretperangkat jaringan (netware)-media penyimpanan (dataware) merupakan bagian komplementer tak terpisahkan yang biasanya terintegrasi dalam sebuah pusat data (data center). Pusat data merupakan suatu fasilitas yang berguna untuk menyimpan dan mengelola perangkat elektronik berskala besar (unumnya perangkat komputasi dan komunikasi) agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna.

Operational excellence yang tercermin melalui kegiatan rutin sehari-hari pusat data harus dapat memenuhi standar kinerja yang tinggi dalam menjamin integritas dan fungsionalitas data bagi pengguna. Pencapaian standar kinerja tersebut juga sangat ditentukan oleh strategic excellence yang tercermin melalui bagaimana ketajaman analisis kebutuhan, kualitas desain dan rancangan logis, pengimplementasian konstruksi fisik, ketepatan penentuan indikator kinerja utama operasional pusat data, serta strategi penerapan manajemen perubahan (change management) dalam membentuk perilaku sumber daya manusia (brainware) yang diharapkan.

1.2. Formulasi Permasalahan

Dalam ha1 strategis, saat ini belum terdapat metode baku yang dapat dijadikan sebagai acudarahan dalam membuat rancangan logis, mengimplementasikan konstruksi fisik, serta memantau kegiatan operasional sehari-hari pusat data. Perusahaan yang ingin membangun sebuah pusat data seringkali hanya bermodalkan pengalaman empiris anggota timnya atau mengandalkan keberuntungan melal~i trial and error. Adakalanya mereka berkonsultasi dengan vendor namun seringkali hasil konsultasi tersebut membuat mereka terjebak pada solusi yang tidak optimal mengingat vendor juga memiliki kepentingan politis untuk menawarkan solusi yang umumnya sangat kental dengan merek tertentu.

(18)

ketika titik tersebut tercapai, mau tidak mau perusahaan harus mencari solusi baru yang seringkali hams merombak ulang apa yang telah ada.

PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira) mempakan suatu pemsahaan pembiayaan terkemuka yang pusatnya berlokasi di Jakarta. Semenjak PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (Danamon) menjadi pemegang saham mayoritas, pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur di Adira menjadi lebih ketat mengingat selama ini Danamon sangat kental dengan kepatuhan terhadap standar dunia perbankan yang berlaku. Permasalahan muncul ketika pusat data yang sudah dimiliki Adira herdak diaudit Danamon.

Danamon tidak memberikan arahan mengenai standar mana yang menjadi acuan dalam audit dan memberikan kebebasan penuh kepada Adira untuk menentukan. Karena ha1 tersebut mempakan sesuatu yang bam, ditambah saat ini Adira sedang melakukan migrasi pusat data mereka ke lokasi baru, Adira merasa perlu melakukan audit internal untuk melihat tingkat kesesuaian dari apa yang sudah dilakukan dengan apa yang menjadi standar acuan. Berdasarkan gambaran kondisi nyata tersebut, dirasa perlu adanya metode baku yang dapat dijadikan sebagai acuanlarahan dalam membuat rancangan logis, mengimplementasikan fisik, serta mengawasi kegiatan operasional sehari-hari pusat data.

Dalam ha1 operasional, pusat data biasanya mengoperasikan beragam peralatan elektronik dengan beragam standar dan beragam aplikasi pemantau kinerja. Aplikasi yang ada jarang dapat memantau kinerja peralatan-peralatan di pusat data secara terintegrasi. Bahkan Adira belum memiliki standar kinerja dan aplikasi yang dapat memantau performa kinerja peralatan elektronik pusat data. Berdasarkan gambaran kondisi nyata tersebut, dirasa perlu adanya suatu standar kinerja pusat data dan aplikasi yang dapat berfungsi sebagai manajemen visual merangkap decision support tool untuk membantu pengambilan keputusan pihak manajemen dalam menindaklanjuti suatu permasalahan yang terjadi di pusat data.

1.3. Tujuan Penelitian

Berlatar belakang permasalahan konkrit di atas, penelitian ini bertujuan untuk 1 Dalam konteks strategis, merancang suatu kerangka kerja Cframework)

acuan dalam membangun dan mengoperasikan pusat data. Metodologi penelitian yang dilakukan mencakup: mempelajari, memahami, kemudian memetakan langkah-langkah pembangunan serta pengoperasian pusat data ke dalam kerangka kerja bempa dokumen yang diberi nama Kerangka

Kerja Daur Hidup Pusat Data (Data Center Life-Cycle Framework).

2 Dalam konteks operasional, mengimplementasikan purwampa (prototype) aplikasi pengelolaan pusat data sebagai suatu proof of concept dari pemantauan kinerja pusat data berdasarkan standar kinerja yang disepakati. Metodologi penelitian yang dilakukan mencakup: menangkap kebituhan pengguna, menganalisis, mendesain, kemudian memrogram suatu a~likasi vang diberi nama Adjusted Management DASHboard

( A M D A ~ ) . ~eselu;;han proses tersebut terangk- ke dalam suatu

dokumen yang diberi nama Dashboard Manajerial Pusat Data (Data Center Management Dashboard).

Tesis ini mengambil judul "Perancangan Kerangka Kerja Daur Hidup dan Implementasi Dashboard Manajerial Pusat Data" dengan dosen pembimbing tesis sebagai berikut

1

Dr. Sugi Guritman
(19)

1.4. Ruang Lingkup

Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data merupakan dokumen yang dirancang

dengan mengacu kepada berbagai standar dan praktik terbaik yang banyak dijadikan sebagai referensi dalam pembangunan dan pengoperasian sebuah pusat data. Adapun garis besar siklus dan proses pembangunan serta pengoperasian pusat data tergambar dalam diagram level 0 dimana urutan siklus danlatau prosesnya menggambarkan langkah-langkali yang akan diikuti untuk sampai pada suatu desain pusat data yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan untuk kemudian diimplementasikan. Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data mencakup pula Alur Kerja

Dokumen Pusat Data (Data Center Document Workj7ow), yakni dokumen yang

n~enggambarkan aliran dokumen yang terlibat dalam Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data.

Dashboard Manajerial Pusat Data merupakan dokumen perancangan dan implementasi suatu purwarupa pemantauan kinerja pusat data bernama AMDASH.

Berbeda dengan gauge-meter atau life-meter, AMDASH lebih berfungsi sebagai alat manajemen yang memantau tindak lanjut dari tindakan koreksi (corrective action) berkenaan dengan ~ermasalahan yang terjadi (problem & issue) dalam pencapaian indikator kinerja utama pusat data. Informasi yang ditampilkan AMDASH

dikelompokkan dalam lima kategori: Server, memory, disk system Database

Storage Area Network (SAN) Backbone nehvork

Facility

1.5. Manfaat Penelitian

Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data diharapkan dapat menjadi acuan dan

arahan dalam pembangunan serta pengoperasian sebuah pusat data yang baik dan berkualitas. Selain dapat digunakan sebagai referensi dalam pengimplementasian sebuah pusat data, dokumen ini dapat juga di-wakan sebagai alat audit untuk memantau seberapa jauh suatu pusat data telah memenuhi kaidah dan aturan seperti yang telah tertuang di dalamnya.

AMDASH diharapkan dapat menjadi aplikasi perangkat lunak manajemen

visual yang berfungsi sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam mengelola pusat data secara efektif dan efisien. Karenanya, informasi yang ditampilkan hams sama bagi semua orang dan berdampak secara langsung terhadap indikator kinerja utama pusat data.

1.6.

Keaslian Penelitian

(20)

Saat ini terdapat banyak aplikasi dashboad pengelolaan pusat data seperti HP OpenView dan Orion Solarwinds. Namun sayangnya belum ada satupun dari aplikasi tersebut yang dapat berfungsi sebagai alat manajemen yang ampuh karena kebanyakan dari aplikasi tersebut hanya menitikberatkan pada pemantaum dan pelaporan kinerja pusat data serta tidak bisa menangkap keputusan dan tindak lanjut yang diputuskan oleh pihak manajemen sehubungan dengan suatu kejadian. Dashboard Manajerial Pusat Data diharapkan dapat menjadi aplikasi yang menjembatani fitur yang ditawarkan oleh aplikasi dashboard pengelolaan pusat data yang sudah ada terlebih dahulu dengan keputusan manajemen sehingga kehadirannya dapat menambal kekurangan-kekurangan yang terjadi terutama dari sisi aspek manajerial.

1.7. Sistematika Penulisan

Bagian utama tesis ini terdiri dari 7 (tujuh) bab yaitu: Pendahuluan, Landasan Teori, Metodol~gi Penelitian, Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data, Dashboard Manajerial Pusat Data, Pembahasan, serta Simpulan dan Saran dengan rincian sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang, formulasi permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, keaslian penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab 11. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai IT service excellence management, pusat data, rekayasa sistem, flowchart, digital dashboard, rekayasa perangkat lunak (sofhuare engineering) dan Plan-Do-Check- Action (PDCA).

*

Bab 111. Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan detil metodologi penelitian yang dilakukan melalui paparan kerangka pemikiran, tata laksana, waktu dan tempat, serta bahan dan alat penelitian.

a Bab IV. Kerangka Kerja Daur Hidup Pusat Data

Bab ini menguraikan tujuh faseltahapan daur hidup pusat data secara berjenjang mulai dari Level 0 sampai level 3 dimana setiap level menggambarkan detil proses pada setiap fasettahapan dalam daur hidup pusat data. Bab ini juga memaparkan uji validasi dan kelayakan serla bagaimana potensi pengembangan kerangka ke rja ke depannya.

a Bab V. Dashboard Manajerial Pusat Data

Bab ini menguraikan analisis, desain, implementasi, rencana pengujian, dan hasil pengujian aplikasi purwarupa Dashboard Manajerial Pusat Data bernarna ADMASH. Keseluruhan proses tersebut mengacu pada standar pendokumentasian perangkat lunak yang terdiri &mi Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL), Deskripsi Perancangan Perangkat Lunak (DPPL), Perencaan Uji Perangkat Lunak (PUPL), dan Hasil Uji Perangkat Lunak (HUPL). Bab ini juga menjabarkan bagaimana potensi pengembangan aplikasi purwarupa tersebut ke depannya.

a Bab VI. Sim~ulan dan Saran

A

Bab ini menjabarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian beserta saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan ke depannya.

(21)
(22)

BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA

1

.

IT Service Excellence Management

Saat ini, isu utama yang berkaitan dengan kelemahan teknologi informasi (TI) adalah ketidakmampuannya untuk bergerak cepat dan responsif dalam menyumbang nilai kompetitif bisnis. Menurut Vipro (2005), umumnya perusahaan memandang bagian teknologi informasi mereka:

Tidak mampu memenuhi apa yang telah dijanjikan, bahkan cenderung semakin parah dari hari ke hari.

Tidak responsif terhadap perubahan kebutuhan bisnis yang sangat tergambarkan dari kebutuhan pengguna.

Tidak sejalan dengan strategi dan operasional bisnis.

Tidak dapat menjadi aset, baik dalam konteks biayafnilai finansial dan kapasitasnya dalam berkontribusi sebagai nilai bisnis.

Mahal. Dalam pengerjaan proyek untuk mengimplementasikan pembahan bisnis, biasanya lebih banyak biaya yang dikeluarkan daripada nilai tambah yang diberikan. Hal ini diperparah dengan rendahnya Return on Investment (ROI) suatu penerapan teknologi.

Lebih berorientasi kepada teknologi daripada berorientasi kepada bisnis.

Gambar 1. Peran dan karakteristik TI (sumber: Vipro, 2005).

Pada Gambar I., masih menumt Vipro (2005), umumnya konsultan TI mengklaim bahwa mereka lebih mengerti mengenai proses dan teknologi dimana mereka menawarkan layanan jangka pendek yang lebii responsif terhadap bisnis utama atau apa yang menjadi prioritas. Di sisi lain, vendor TI mengklaim bahwa mereka memiliki solusi teknologi dimana solusi yang ditawarkan seringkali lebih bersifat product-driven. Mereka juga menawarkan layanan jangka pendek yang lebih responsif terhadap bisnis utama atau apa yang menjadi prioritas.

(23)

Vipro (2005) juga mengatakan bahwa secara garis besar, tantangan bagi perusahaan saat ini adalah mernbuat bagian TI mereka mampu memberi nilai lebiwtambah dari waktu ke waktu meskipun:

Tuntutan untuk rnengurangi sumber daya manusia sernakin meningkat sebagai bagian dari rencana peningkatan produktifitas dan efisiensi.

Alokasi anggaran TI untuk perawatan dan proyek relatif tetap dari tahun ke tahun sementara biaya yang dibutuhkan terus bertambah.

0 Anggaran yang tersedia untuk memberikan layanan baru berkurang dari tahun ke tahun disebabkan pertumbuhan portofolio perusahaan.

Sedangkan tantangan berat bagi para Chief Information Oflcer (CIO) adalah untuk

Menyediakan dana lebih untuk proyek dengan cara mengurangi jatah untuk anggaran operasional.

0 Menyediakan lebih banyak sumber daya manusia untuk proyek dan inisiatif strategis.

0 Meningkatkan produktifitas dan ketersediaan layanan. 0 Meningkatkan kepuasan pelangganlpengguna dengan cara:

o Memberikan layanan berkualitas.

o Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk implementasi atau memecahkan permasalahan.

o Lebih cepat tanggap.

.'J

.a=-

;

., i7esd. , i:. **, \ "

Gambar 2. Keselarasan antara Process-People-Tecltrtology (sumber: Vipro, 2005).

Pada akhimya, Vipro (2005) meyakini bahwa perusahaan yang akan sanggup bertahan dan memenangkan persaingan adalah perusahaan yang

Mampu menjembatani antara sumber daya TI perusahaan, proses bisnis, dan sumber daya manusia sambil tetap mengacu kepada strategi perusahaan.

e Mampu membuat sumber daya perusahaan mencapai kondisi operating

excellence.

Mampu mengoptimalkan sumber daya TI yang ada (sistem, fasilitas, dan tim) sampai ke ambang batas kinerja, kehandalan, dan ketersediaannya tanpa banyak mengeluarkan biaya tambahan.

(24)

sumber daya manusia ('people) dengan proses bisnis ('process) melalui pengelolaan layanan yang memuaskan (service excellence management) untuk menjamin informasi dan perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning) dapat berjalan dengan baik dalam rangka mendukung bisnis perusahaan

Pengelolaan layanan yang memuaskan merupakan serangkaian standar, kerangka kerja, metodologi, dan acuan dalam memberikan layanan yang dapat diandalkan, efektif dari sisi biaya, serta berkualitas dengan memerhatikan tingkat kepuasan penggundpelanggan yang dapat membuat perusahaan mampu berkompetisi dalam ~ersaingan pasar saat ini. Secara nyata, Vipro (2005) meyakini bahwa untuk memberikan layanan yang memuaskan, perusahaan haruslah:

Memilih dan memiliki orang yang tepat.

0 Mengelola dan mempertahankan kepuasan pelanggan, misal dengan mendapatkan umpan balik melalui survey kepuasan pelanggan dan tindak lanjutnya secara berkala.

Menerapkan praktik terbaik, misal Infortnation Technology Infrastructure Library (IT-IL) dari Oflce of Government Commerce (OCG), Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT), dan lain- lain.

Melakukan sesuatu dengan benar dari awal.

0 Benchmark dengan industri yang samalberbeda dan bandingkan dengan standar global.

Menerapkan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).

11.2.

Pusat

Data

2.1. Pengantar

"The historical path of the data center is not that o f a pendulum that simply reverses direction periodically. Rather, it is of a spiral or a ratchet that is inexorably evolving the data center in a single direction: toward larger numbers of smaller, simpler, more specialized component systems that are more dynamically composed into solution systems via increasingly powerful networks. This is the data center of thefitwe." Metagroup.com (2004).

Menurut Richart T . Matlus et al. (ZOOS), pusat data (data center) merupakan perangkat komputer terpusat yang dilengkapi dengan fasilitas aman, inflastruktur jaringan, serta proses dan organisasi yang mendukung. Menurut Wikipedia (2005), pusat data dapat menempati satu ruangan dalam gedung, satu lantaillebih, atau seluruh gedung. Beberapa kota di luar negeri bahkan memiliki bangunan khusus yang didedikasikan sebagai pusat data yang terletak di lokasi aman dan dekat dengan sentra layanan telekomunikasi. Perangkat pusat data umumnya diletakkan pada server 1U (sering disebut juga sebagai pizza boxes) yang disusun pada rak 19 inci memanjang dan membentuk semacarn koridor dengan rak 19 inci lainnya untuk memungkinkan orang mengakses bagian depan dan belakang dari setiap rak. Terkadang sejumlah perangkat seperti komputer mainfran~e dan media penyimpanan berukuran sebesar rak-rak tersebut diletakkan bersebelahan dengannya.

(25)

mendirikan pusat data, salah satunya adalah terdapat kebutuhan atas keberadaan sistem yang terintegrasi secara fisik untuk memudahkan proses pengelolaan dan pemeliharaan perangkat komputasi yang dibutuhkan.

Rob Snevely (2002) memaparkan bahwa filosofi desain yang moduler dan mudah dikembangkan (scalable) merupakan faktor kritis untuk dapat memenuhi kebutuhan pusat data hari ini dan masa yang akan datang. Untuk rnemberikan layanan prima, kebutuhan fungsional pusat data hams senantiasa terpenuhi. Kebutuhan fungsional yang dimaksud Rob Snevely (2002) terdiri dari

0 Tempatflokasi untuk meletakkan komputer, media penyimpanan, dan peralatan jaringan dengan aman dan nyaman.

Daya listrik yang cukup untuk menghidupkan semua perangkat di atas. Lingkungan dengan temperatur terkontrol.

Konektifitas antar perangkat baik di dalam maupun di luar pusat data. Di masa mendatang, menurut Metagroup (2004), kesuksesan pusat data ditentukan oleh empat kekuatan ekonomi yakni commoditization, virtualisasi (virtualization), integrasi (integration), dan inovasi (innovation).

Commoditization: Standardisasi dan spesialisasi fungsi, dengan pergerakan progresif yang fokus terhadap kualitas, produkllayanan pelengkap, dan biaya.

Virtualisasi: Komposisi dari pertambahan jumlah beragam subsistem yang sederhana, keciwringan, dan berbeda menjadi suatu kesatuan fungsi. -

Integrasi: Jaringan terpusat yang dapat saling berkomunikasiheroperasi.

*

Inovasi: Tingkat inovasi kurnulatif dengan ketiga hal di atas sebagai pendorong yang mampu membawa perubahan radikal untuk menghasilkan sesuatu yang baru (breakthrough) di bidang bisnis dan teknologi.

2.2. Filosofi Desain

Rob Snevely (2002) memaparkan bahwa proses detil dari desain pusat data terkadang lebih banyak melibatkan proses mekanis seperti tata ruang, komputasi untuk menentukan kapasitas komponen yang diperlukan, dan beragam detil rekayasa lainnya. Tentu saja hal tersebut sangat penting dalam perancangan dan pembuatan pusat data, namun proses mekanis tersebut tidak cukup untuk membangun pusat data. Proses mekanis saja jarang menghasilkan sesuatu yang berguna, kalaupun ada biasanya mengandalkan pada faktor kebetulan saja.

Sebenamya, terdapat acuan filosofis yang hams diperhatikan selama proses desain pusat data dimana acuan tersebut dirancang berdasarkan pengalaman empiris para praktisi yang telah berhasil merancang dan membangun pusat data. Masih menurut Rob Snevely (2002), terdapat sepuluh langkah yang dapat dijadikan acuan dalam mendesain pusat data:

1 Rencanakan jauh ke depan. 2 Pertahankan kesederhanaannya. 3 Fleksibilitas tinggi.

4 Berpikir modular.

5

Gunakan Rack Location Unit (RLU) dan bukan satuan meter persegi. 6 Perhatikan masalah berathobot.

7 Gunakan bahan aluminium pada lantai yang ditinggikan. 8 Beri label segalanya.

9 Jaga kerapian dan kebersihan.

(26)

Sebagai pelengkap, Rob Snevely (2002) menambahkan bahwa terdapat lima nilai utama yang menjadi landasan bagi filosofi desain suatu pusat data: kesederhanaan (simpliciiy), fleksibilitas Wexibiliiy), skalabilitas (scalability), modularitas (modulariiy), dan kesehatan (sanily). Keputusan desain harus senantiasa memerhatikan kelima nilai utama tersebut.

Usahakan Desain Sesederhana Mnngkin

Desain pusat data yang sederhana memudahkan desain tersebut untuk dimengerti dan dikelola. Sebagai contoh, pemberian label setiap perangkat (misal: port jaringan, catu daya, kabel, saklar, lokasi perangkat tersebut di lantai) dapat mencegah pekerjaan yang bersifat menebak-nebak. Ketika memasang perangkat baru, dapat diketahui dengan mudah sebaiknya perangkat tersebut diletakkan di mana dan bagaimana perangkat tersebut harus disambungkan dengan perangkat lainnya. Hal tersebut juga memudahkan dalam memeriksa apakah pekerjaan telah dilakukan dengan baik dan benar.

Desain untuk fleksibilitas

Tak ada seorangpun yang dapat memastikan teknologi seperti apa yang &!an hadir lima tahun ke depan. Karenanya desain yang fleksibel dan mudah di-upgrade merupakan faktor kritis bagi keberhasilan desain jangka panjang. Tantangan utarna dari fleksibilitas adalah membuat desain dengan biaya yang efektif. Setiap keputusan desain berdampak terhadap anggaran. Desain untuk mendapatkan biaya yang efektif sangat ditentukan oleh apa yang menjadi misi dari pusat data.

Desain nntuk Skalabilitas

Ketika terdapat beragam perangkat yang harus diperhatikan, kalkulasi penggunaan watt per meter persegi dalam desain tidak mencukupi karena kebutuhan setiap perangkat akan daya listrik berbeda. Sebagai altematif, gunakan kalkulasi berdasarkan RLU yang mendukung skalabilitas, selain itu agar dapat direkayasa balik (reverse engineered).

Gunakan Desaiu yang Modular

Pusat data mmerupakan ha1 yang kompleks dan hal yang kompleks biasanya seringkali menjadi sulit dikelola. Desain modular memungkinkan membuat hal yang kompleks dari bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Bagian-bagian kecil tersebut lebih mudah didefinisikan dan direplikasi.

Menjaga Kesehatan

Mendesain dan membangun pusat data dapat sangat melelahkan. Terdapat banyak hal yang dapat dan akan berjalan dengan tidak semestinya. Hal tersebut terkadang membuat tim pengembang dan pengimplementasi merasa stres namun carilah cara untuk dapat menikrnati proses tersebut.

2.3. Standardisasi dan Konsolidasi

Menurut CommScope (2004), infiastruktur berbeda yang mendukung beragam pulau aplikasi umumnya sulit untuk diubah dan mahal untuk dikelola, diintegrasikan, diamankan, serta di-back up. Sejumlah contoh dari aplikasi, sistem, dan platjbrm pusat data yang dimaksud adalah

(27)

Supply Chain Management (SCM), Enterprise Resource Planning (ERP), dan Customer Relationship Management (CRM).

Media penyimpanan: storage area network dan tape back-up.

*

Computer clustering, mainframe systems, dan layanan IP.

Masih menurut CommScope (2004), paradigma mengenai pusat data telah mengalami pergeseran dari alatlmedia penghubung antara server dengan hub. Definisi pusat data teIah meluas dari sekedar "ruang komputer" menjadi "aset strategis perusahaan", dimana ha1 ini harus diikuti pula dengan pentingnya optimalisasi pusat data. Apabila pusat data dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kesehatankeberhasilan perusahaan, infrastruktur jaringan yang dapat diandalkan (reliable), fleksibel Vexible), dan tahan banting (resilient) merupakan suatu ha1 yang tidak dapat ditawar lagi. Diyakini bahwa lapisan fisik infrastruktur harus tangguh (robust) dan siap sedia (versatile) dalam menyediakan dukungan dan pemantauan ketersediaan layanan 24 jam sehari 7 hari seminggu.

Saat ini sejumlah organisasi standar infrastmktur dunia sedang menyusun rekomendasi yang disarankan untuk infrastruktur pengkabelan berperforma tinggi. Sebagai contoh, menurut CommScope (2004), di Arnerika Serikat standar infrastruktur tersebut telah tertuang dalam

Draft TL4lEIA-942 (SP-3-0092): Telecommunications Infrastructure Standard for Data Centers. Standar ini mencakup media pengkabelan:

o ANSUTIAEIA-56843.2.1 CAT 6 cable

o ANSUTIALEIA-568-B.3.1 Laser-optimized OM3 multimode cable o ANSUTIAiEIA-568-B.3 Singlenlode cable

Di Eropa, standar infiastruktur tersebut tertuang dalam

Draft EN 50173-5:200x : Information Technology - Generic Cabling Systems, Part 5: Data Centers.

Pemilihan solusi pengkabelan yang tepat memungkinkan bagian TI untuk lebih bebas dan fleksibel dalam mendesain lapisan fisik infrastruktur agar dapat memenuhi kebutuhan pusat data. Ilal ini diyakini sebagai langkah awal yang tepat untuk konvergensi dan konsolidasi pusat data.

David Hornby et al. (2002) memaparkan bahwa pada awalnya, fokus konsolidasi adalah server namun fokus tersebut saat ini telah mengalami perubahan. Apapun yang terdapat pada suatu pusat data merupakan calon kandidat untuk dikonsolidasi. Saat ini, konsolidasi berkenaan dengan segala sesuatu yang berhnbungan dengan pengurangan jumlah peralatan yang hams dikelola dan pengurangan cara pengelolaan mereka. Lebih jauh David Hornby et al. (2002) menjelaskan, konsolidasi yang dapat dilakukan di lingkunan TI saat ini mencakup konsolidasi server, aplikasi (application), media penyimpanan (storage), shared services, jaringan (network). pusat data secara keseluruhan, serta sumber daya manusia dan proses.

Konsolidasi Server

Yang dimaksud dengan mengkonsolidasi server adalah melakukan skalabilitas terhadap server yang ada secara vertikal dan horisontal dimana

(28)

Gambar 3. Arsitektur end-to-endsaat ini (sumber: David Hornby et al., 2002).

Pada arsitektur end-to-end yang banyak ditemui saat ini, perhatikan pola dari populasi yang ada ketika mengkonsolidasi server. Pola lapisan (tier) menentukan strategi konsolidasi yang akan dilakukan dengan skalabilitas sebagai kata kuncinya. Umumnya terdapat tiga lapisan server:

Lapisan presentasi (presentation tier), merupakan lapisan yang terdekat dengan pengguna,

*

Lapisan bisnis (businesslmiddleware tier), merupakan lapisan dimana terdapat aplikasi penghubung antar lapisan lainnya.

Lapisan sumber daya (resource tier), merupakan lapisan dimana terdapat server berukuran besar yang menjalankan aplikasi kritis dan basis data. Meskipun arsitektur di atas banyak ditemui saat ini, masih banyak perusahaan yang menggunakan arsitektur tunggal (monolithic). Dalam banyak kasus, server yang ada menjalankan aplikasi yang telah stabil. Kondisi seperti inilah yang ideal untuk mengkonsolidasi server dan aplikasi.

Konsolidasi Aplikasi

Dalam mengkonsolidasi aplikasi, setiap aplikasi yang ada harus dievaluasi. Pihak yang mengerti aplikasi dengan baik adalah para pengembang (developer), administrator basis data (database adminisfrator), dan administrator sistem (system administrator) yang sehari-hari menangani aplikasi tersebut. Proses konsolidasi aplikasi biasanya sangat melibatkan mereka.

Secara garis besar, terdapat tiga tipe konsolidasi aplikasi yang sering dilakukan:

Konsolidasi set aplikasi

Konsolidasi beragam tipe basis data

*

Konsolidasi beban kerja yang samafmirip

Konsolidasi Media Penyimpanan

(29)

Pada suatu set aplikasi, biasanya terdapat banyak replikasi data karena banyak proses mencari pada data yang sama. Sama halnya seperti pada server, tujuan dari konsolidasi media penyimpanan adalah untuk mengurangi kompleksitas, meningkatkan utilisasi, dan menurunkan Total Cost of Ownership (TCO). Tujuan tersebut dapat dicapai melalui beragam teknik konsolidasi. Tujuan utama untuk saling berbagi data antar aplikasi seringkali terganjal karena membutuhkan perancangan dan pengembangan ulang aplikasi. Keuntungan lain dari konsolidasi media penyimpanan mencakup:

Kemudahan backup dan recovery. Peningkatan ketersediaan.

Peningkatan skalabilitas.

Pengumpulan sumber daya penyimpanan.

Secara garis besar terdapat tiga tipe konsolidasi media penyimpanan yang paling sering digunakan:

*

Konsolidasi server dan media penyimpanannya.

Menghubungkan lingkungan heterogen dengan satu komponen media penyimpanan.

Konsolidasi Storage Area Networks (SAN). Storage Area Networks (SAN)

menjadi fenomena dari arsitektur penyimpanan selama beberapa tahun terakhir. Sebagai suatu teknologi, SAN telah cukup dewasa untuk diimplementasikan menggunakan konfigurasi standar. Teknologi SAN memungkinkan server dan client nemanfaatkan media penyimpanan secara langsung melalui jaringan menggunakan protokol yang banyak digunakan seperti Network File System (NFS) dan Server Message Block (SMB). Meskipun tidak digunakan secara besar-besaran pada konsolidasi server dan aplikasi di pusat data, teknologi tersebut biasanya digunakan pada konsolidasiJile dan pencetakan.

Konsolidasi Shared Service

Tipe lain dari konsolidasi yang secara cepat menjadi populer adalah konsolidasi middleware atau shared service. Bertahun-tahun lamanya perusahaan telah mengimplementasikan shared service (sepertifile, pencetakan, otentikasi, dan e- mail) melalui beragam cara. Unit bisnis biasanya mengimplementasikan versi tersendiri dari layanan ini menggunakan perangkat Iunak dari beragam vendor, namun ketika mereka hendak saling membagi sejumlah informasi, mereka menemukan adanva inkonsistensi dan ketidakcocokan antara beragam arsitektur tersebut vans

-

- -

mengakibatkan meningkatnya kompleksitas, meningkatnya biaya, dan menjadikannya sulit untuk saling berbagi. Akibatnya, banyak perusahaan yang berusaha membangun -

ulang shared service Gereka menggunakan web service yang berbasis pada suatu standar dan arsitektur terintegrasi seperti SunTM Open Net Environment (Sun ONE).

(30)

Konsolidasi Jaringan

Dalam mengkonsolidasi server dan aplikasi, konsolidasi jaringan biasanya menjadi isu besar atau bahkan tidak menjadi isu sama sekali. Ketika jumlah pusat data dikurangi dan server serta aplikasi dikonsentrasikan ke dalam lokasi fisik yang lebih sedikit, terdapat kemungkinan dimana ha1 tersebut berpengaruh terhadap jaringan yang ada. Pengaruh yang timbul tersebut perlu dievaluasi sebagai bagian dari proyek konsolidasi. Harus dipastikan bahwa tersedia bandwidth jaringan yang cukup untuk menangani lalu-lintas jaringan dari dan ke lokasi yang dikonsolidasi.

Di sisi lain, ketika melakukan rasionalisasi pada sebuah pusat data, sering ditemukan bahwa tidak ada perubahan mendasar yang perlu dilakukan terhadap jaringan. Secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan arus lalu-lintas karena tidak ada penambahan server dan aplikasi baru. Lebih lanjut, rasionalisasi dapat saja mengurangi lalu-lintas jaringan karena aplikasi-aplikasi yang berada pada satu sistem komputer dan sistem operasi tidak membutuhkan jaringan untuk berkomunikasi.

Konsolidasi Pusat Data

Banyak perusahaan yang mencari cara untuk mengkonsolidasi sejumlah pusat data mereka menjadi satu. Konsolidasi ini beragam mulai dari konsolidasi sederhana antar kota sampai konsolidasi rumit antar wilayah. Kebanyakan perusahaan melakukan konsolidasi pusat data untuk menekan biava komunikasi dari iarinnan " w telekomunikasi, menekan perbedaan pendapatan di bidang TI yang sangat beragam pada sejumlah wilayah di dunia, dan menekan biaya sewa lokasi yang mahal di kota besar (terutama kota seperti New York, ~ o i d o n , dan ~ o k ~ i ) . Bagi yang mempertimbangkan untuk melakukan konsolidasi menjadi lokasi yang lebih sederhana, ha1 tersebut menawarkan penghematan biaya dan kemudahan inisiatif penanggulangan bencana (disaster recovery initiative).

Konsolidasi SDM dan Proses

Dalam proyek konsolidasi, jangan pemah mengabaikan sumber daya manusia (SDM) dan proses yang ada. Sejumlah grup konsultan mengestimasi bahwa hanya 20% dari ketersediaan pusat data ditentukan oleh pilihan perangkat keras dan teknologi sedangkan 80% lainnya sangat terkait langsung dengan isu SDM manusia dan proses. Intinya adalah, konsolidasi yang berhasil hams memerhatikan stindar yang berlaku, SDM, dan proses. Keuntungan lain dari mengimplementasikan standar dan praktik terbaik adalah biasanya terjadi pengurangan sebesar 10-20% dari Total Cost of Ownership (TCO).

2.4. Service Level Agreement (SLA)

Menurut Edward Wustenhoss (2002), kemampuan dalam memberikan layanan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan menentukan nilai kompetitif dari suatu pusat data. Itu sebabnya kenapa Service Level Management (SLM) yang efektif dan efisien sangat penting dimana kunci suksesnya terletak pada apa yang disebut sebagai Service Level Agreement (SLA).

SLA yang baik, masih menurut Edward Wustenhoss (2002), membantu pusat data menjanjikan apa yang mungkin diberikan dan memberikan apa yang telah dijanjikan. SLA mempertemukan ekspektasi dan harapan antara pihak pengguna dengan penyedia layanan serta menggambarkan bagaimana penyedia layanan mengatur dan mengelola komitmennya terhadap pengguna. SLA yang baik menggambarkan lima aspek penting:

(31)

Bagaimana penyedia layanan akan memenuhi janji tersebut.

Siapa yang akan mengukur layanan yang diberikan, dan bagaimana cara pengukurannya.

Apa yang akan terjadi apabila penyedia layanan gagal memenuhi janjinya. Bagaimana SLA akan menyesuaikan terhadap perubahan waktu.

Dalam menentukan SLA, komitmen yang akan diberikan haruslah realistis dan terukur. SLA urnumnya dicek ulang setiap enam bulan sekali dan diperbaiki sekiranya dibutuhkan. SLA hams mendefinisikan secara detil mengenai bagaimana pengukuran dilakukan, batasan layanan yang diberikan, dan bagaimana serta siapa yang menerima laporan mengenai gangguan yang mungkin terjadi serta bagaimanan solusi penanggulangannya.

Masih menurut Edward Wustenhoss (2002), SLA yang baik sangat dibutuhkan untuk menentukan batasan dan ekspektasi dari aspek-aspek layanan yang diberikan pusat data:

Komitmen pengguna. Janji yang didefinisikan dengan jelas memperkecil kemungkinan terjadinya kekecewaan dari pengguna. Janji tersebut juga menjaga fokus terhadap kebutuhan pengguna dan menjamin bahwa proses internal telah mengikuti arahan yang benar.

Indikator kinerja utama (key performance indicator) bagi layanan pengguna. Adanya indikator yang jelas akan memudahkan dalam proses perbaikan kualitas (quality improvement process) seperti Six Sigma. Tentu saja hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pengguna.

Indikator kinerja utama bagi organisasi intemal. SLA mengarahkan proses intemal dengan menentukan kinerja standar yang jelas dan terukur. Akibatnya, objektif internal menjadi lebih jelas dan mudah diukur.

Kunci sukses bagi layanan pusat data terletak pada bagaimana kinerjanya mampu memenuhi standar yang telah ditentukan. Kinerja dapat diartikan sebagai seberapa mampu memenuhi (atau bahkan melebihi) ekspektasi pengguna. SLA mendefinisikan hubungan yang jelas antara pengguna dan penyedia layanan dengan menentukan batasan, kondisi, penalti, dan ekspektasi yang jelas. Karena SLA menghubungkan kebutuhan pengguna dengan kebutuhan infrastruktur, ia juga menghubungkan antara tingkat layanan dengan biaya layanan dan sebagai hasilnya, penentuan harga yang menguntungkan dapat ditentukan. Lebih daripada itu, menghabiskan biaya berdasarkan kebutuhan yang jelas daripada berdasarkan intuisi belaka akan berkontribusi terhadap pengelolaan biaya yang efektif.

2.5. Audit

Analisis Gartner mengatakan bahwa tuntutan untuk mengelola perusahaan dengan baik sambil meminimalkan risiko terus mendorong peningkatan pemenuhan terhadap berbagai tata-aturan seperti Sarbanes-Oxley dan Base1 11. Diperkirakan bahwa di tahun 2006 akan semakin banyak perusahaan yang menaruh perhatian terhadap ha1 tersebut. Untuk meningkatkan tata-pamong perusahaan yang baik (good corporate governance) dan pada saat yang sama meningkatkan kapabilitas pengelolaan risiko (risk management), perusahaan-perusahaan semakin terdorong untuk menerapkan berbagai tata-aturan, baik yang terkait dengan aturan pengelolaan bisnis di suatu negara maupun aturan yang dituntut oleh industri secara global. Hal

tersebut tak hanya terkait dengan tekanan persaingan namun juga perkembangan lingkungan bisnis dunia.

(32)

1 Pendefinisian tujuan perusabaan.

2 Penentuan isu, tujuan, dan perspektif bisnis antara penanggung jawab bagian dengan bagian TI.

3 Evaluasi terhadap pengorganisasian bagian TI yang meliputi perencanaan proyek, status dan prioritasnya, staffing levels, belanja TI, dan manajemen perubahan TI.

4 Assessment inilastruktur teknologi.

5 Assessment aplikasi bisnis.

6 Temuan-temuan dan laporan rekomendasi.

Sedangkan subjek yang perlu diaudit mencakup aspek keamanan, keandalan, kinerja, dan pengelolaan (manageability). Lebib jaub, Isnaeni Achdiat (2004) memaparkan bahwa salab satu kegiatan yang dilakukan pada fase pertama dari dua fase audit yang dilakukan oleh tim audit TI Ernst & Young (EY) adalah Review Desain Infrastruktur (setelah Review Manajemen Proyek dan Review Desain Proses dan Pengendalian Kontrol Ap!ikasi). Review ini mencakup analisis efektivitas dan efisiensi desain infrastruktur pendukung (server, workstation, sistem operasi, basis data, dan komunikasi data).

11.3.

Rekayasa Sistem

Menurut Roger S. Pressman (1997), rekayasa sistem (system engineering) merupakan serangkaian proses yang fokus terhadap analisis, perancangan, dan pengaturan semua elemen tersebut ke dalam suatu sistem. Hasil dari rekayasa sistem dapat berupa sebuah produk, jasa/layman, atau sebuah teknologi untuk mentransformasi sebuah informasi. Rekayasa sistem terdiri dari aktifitas pemecahan masalah berkaitan dengan data yang ada, fungsi komponen, dan tingkah laku sistem.

Rekayasa sistem tidak hanya tertuju kepada perangkat lunak saja namun juga kepada beragam elemen yang ada untuk kemudian menganalisis, mendesain, dan mengatur elemen-elemen tersebut dalam suatu sistem yang dapat berupa produk, layanan, atau teknologi untuk mentransformasi informasi. Salah satu tujuan dari sistem berbasis komputer (computer-based system) adalah memberikan dukungan terhadap sejumlah fungsi bisnis atau mengembangkan produk yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Dalam mencapai tujuan tersebut, sistem berbasis komputer didukung oleh beragam elemen sistem yang terdiri dari

Perangkat lunak (software). Program komputer, struktur data, dan dokumentasi yang menjabarkan metode, prosedur, atau kontrol logis yang dibutuhkan.

Perangkat keras (hardware). Peralatan elektronik yang menyediakan kemampuan komputasi.

a Sumber daya manusia (peop!e). Pengguna atau operator perangkat lunak

dan perangkat keras.

a Basis data (database). Kumpulan informasi berukuran besar yang diakses

melalui perangkat lunak.

a Dokumentasi (documentation). Manual, borang, dan informasi deskriptif

lainnya yang menggambarkan penggunaan/pengoperasian sistem.

a Prosedur (procedure). Langkah-langkah yang menjabarkan penggunaan

spesifik dari setiap elemen sistem atau konteks prosedural dimana sistem berada.

(33)

validasi domain bisnis atau produk secara keseluruhan untuk memastikan bahwa konteks bisnis atau teknologi yang tepat dapat dihasilkan. World view kemudian dipertajam untuk bisa lebih fokus terhadap apa yang akan menjadi pusat perhatian. Pada bagian yang menjadi pusat perhatian, apa yang menjadi kebutuhan dari elemen sistem kemudian ditangkap. Kemudian analisis, desain, dan konstruksi elemen sistem dilakukan. Rekayasa sistem merupakan proses pemodelan. Baik fokus terhadap world view ataupun detailed view, perekayasa harus mampu:

Mendefinisikan proses yang dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan view yang dipilih.

Menggambarkan perilaku proses dan asumsi yang menjadi landasan bagi perilaku tersebut.

Secara eksplisit mendefinisikan masukan ekstemal maupun internal dari model.

Menggambarkan hubungan menyeluruh (termasuk keluaran) yang dapat membuat perekayasa dapat memahami view secara lebih baik.

Dalam menyusun model sistem, perekayasa hams mempertimbangkan sejumlah faktor berikut

Asumsi yang mengurangi kemungkinan jurnlah permutasi dan variasi, namun tetap dapat menggambarkan perrnasalahan dalam model yang masuk akal.

e Penyederhanaan yang memungkinkan model dapat selesai secara hitungan

waktu.

r Ruang lingkup untuk membantu menentukan cakupan sistem.

Batasan yang akan menjadi acuan dalam pembuatan model dan pendekatan yang akan diambil dalam pengimplementasian model.

8 Pilihan yang menggambarkan pilihan arsitektur untuk seluruh data, fungsi,

dan teknologi.

3.1. Formal Tecl~nical Review

Menurut dimport (2003), Formal Technical Review merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi kesalahdkegagalan (defect) pada suatu produk sebelum berlanjut pada tahap pengembangan berikutnya. FTR dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dalam daur hidup pengembangan produk sehingga identifikasi, dokumentasi, dan perbaikan terhadap kesalahanlkegagalan yang mungkin terjadi dapat dilakukan secara lebih cepat. Philip Johnson (1999) mengatakan bahwa FTR dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang melibatkan sekelompok orang yang ahli secara teknis dengan mengikuti serangkaian proses yang telah didefinisikan dan didokumentasikan. Metode ini menghasilkan artifak terstruktur yang memperbaiki dan meningkatkan kualitas artifak bersangkutan.

Ketika bekerja di IBM pada tahun 1970, Michael Fagan mencetuskan ide mengenai FTR untuk kualitas perangkat lunak yang kemudian dipublikasikan secara resmi pada tahun 1976. Saat ini mayoritas metode FTR bersumber kepada Fagan's Code Inspection. Selain metode Fagan's Code Inspection, terdapat juga metode Active Design Reviews, Phased Inspections, dan FTArm.

(34)

kemudian bertemu dengan pihak yang berkepentingan untuk mendiskusikan temuan- temuan.

Pembagian peran pada Fagan's Code Inspection terdiri dari moderator, scribe, inspector, dan author sedangkan langkah-langkah yang dilakukan adalah overview, preparation, inspection, rework, dan follow-up. Langkah pertama adalah overview dimana tim penanggung jawab diserahi dokumen dan diberikan pengarahan mengenai gambaran proyek secara menyeluruh. Langkah berikutnya adalahpreparation dimana setiap anggota tim penanggung jawab secara terpisah membaca dan memahami dokumen yang te!ah diberikan kepada mereka. Tahap ini biasanya menggunakan semacam checklist untuk memperbesar kemungkinan ditemukannya kesalahan. Tahap inspection biasanya berupa pertemuan yang melibatkan tim penanggung jawab dan penulis untuk membahas temuan-temuan yang terjadi. Temuan yang berupa kesalahan kemudian diperbaiki oleh penulis pada tahap rework yang merupakan tahap selanjutnya. Tahap terakhir adalah memeriksa ulang kesalahan yang telah diperbaiki yang disebut tahap follow-up.

11.4.

Kerangka

Kerjn

Houghton Mifflin Company (2006) dalam The American Heritage@ Dictionary of the English Language, Fourth Edition mengartikan framework (kerangka kerja) sebagai "a set of assumptions, concepts, values, andpractices that constitutes a way of viewing reality". Kamus tersebut juga mengartikan framework sebagai "structure for supporting or enclosing

Gambar

Gambar 85 . Modul Frontend . Option .
Gambar 12. Kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 14. Kerangka Kerja Level 1.
Gambar 16. Kerangka Kerja Level 3 untuk P-1.2 Defernti,re Stakeltolder.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penganggaran partisipatif pelanggaran kontrak psikologis tidak akan terjadi, maka trust antara manajer tingkat atas dan manajer tingkat menengah dapat terjaga

Bank BRISyariah Cabang Banda Aceh mempunyai struktur organisasi garis lurus, maksudnya yaitu pada setiap tingkat atau level organisasi dikepalai oleh seorang atasan yang

1) Struktur novel Jenderal Kambing karya Khrisna Pabichara memiliki struktur tema dan fakta cerita. Novel ini mengangkat tema perjuangan seorang taruna yang

tabaci yang berasal dari brokoli mampu menginduksi daun labu menjadi berwarna keperakan (DP) sedangkan populasi lainnya tidak menimbulkan gejala DP (Gambar 2). Perubahan warna

Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama

Agar data yang diperoleh tervalidasi, maka dilaksanakan penerapan tata kerja analisis untuk menentukan kadar unsur dalam cuplikan acuan standar SRM NIST 1548a typical diet dan SRM

Menurut buku Bimbingan khusus bagi Anak Tunalaras (1992) di dalam kurikulum SLB-E dijelaskan bahwa : Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan emosi

Elva Elvandari tentang perjuangan perempuan era Revolusi Fisik, skripsi Syarifah Nazimah dan buku Badruddin tentang perjuangan Ratu Zaleha. Selain itu peneltian tentang