• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: RISET HOSPITALITI DAN PARIWISATA DALAM MANAJEMEN DAN PERENCANAAN STRATEGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III: RISET HOSPITALITI DAN PARIWISATA DALAM MANAJEMEN DAN PERENCANAAN STRATEGIS"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Riset Hospitaliti dan

Pariwisata dalam Manajemen

dan Perencanaan Strategis

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini para pembaca diharapkan dapat:

Mengidentifikasi pemangku kepentingan industri hospitalilit dana pariwisata serta peran penting riset hospitaliti dan pariwisata dalam tahapan proses dan tingkatan manajemen,

Memahami klasifikasi riset hospitaliti dan pariwisata dalam manajemen,

Mendalami pemahaman riset dalam perencanaan strategis industri hospitaliti dan pariwisata,

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan riset hospitaliti dan pariwisata,

(2)

a. Riset Hospitaliti dan Pariwisata dalam Manajemen

Kembali ke empat komponen yang berinteraksi dalam pariwisata yaitu wisatawan, pebisnis pariwisata atau industri, penduduk lokal dan pemerintah. Dari keempat komponen yang saling berinteraksi tersebut memiliki peran masing-masing.

Peran Pemangku Kepentingan Industri Hospitaliti dan Pariwisata

Proses dan tahapan manajemen secara umum tidak terlepas dari analisis dan perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan pengawasan. Dalam industri hospitaliti dan pariwisata proses tersebut dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat dalam organisasi, dan semuanya dapat mengambil manfaat dari temuan hasil riset. Secara umum, organisasi pengelola hospitaliti dan pariwisata dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak yaitu: pemerintah, pebisnis, dan lembaga nirlaba.

Pemerintah, sebagai pihak yang berperan dalam mengembangkan infrastruktur penunjang bisnis hospitaliti dan pariwisata memerlukan data untuk memperkuat keputusan dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakannya. Perencanaan pembangunan pariwisata nasional, memerlukan informasi yang akurat mengenai masa lalu, kondisi eksisting (current condition) dan perkiraan di masa datang. Setiap tahun pemerintah menetapkan target kunjungan wisatawan, penerimaan devisa, pajak dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, Pemerintah juga berperan dalam menyediakan sarana-prasarana, inisiatif pengembangan kawasan, termasuk mengembangkan taman bertema (theme park), taman margasatwa (kebun binatang), area rekreasi, dan tempat-tempat bersejarah. Kesemua kegiatan tersebut perlu didukung oleh informasi yang akurat, terutama hasil-hasil riset sebelumnya. Pemerintah mempunyai kepentingan dalam mempersiapkan iklim investasi dan menyusun strategi pengembangan

(3)

kawasan berbasis lingkungan yang menurut de Oliveira (2003) ada empat peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata tersebut yaitu:

 Membangun kapasitas institusi (building institutional capacity). Dalam hal ini, pemerintah harus menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif, melatih dan mendidik pegawai pemerintahan mengenai isu-isu lingkungan, dan memberdayakan peraturan perudangan yang berkaitan dengan lingkungan dan pengembangan kawasan.

 Membuat proyek percontohan sebagai investasi pemerintah dalam proyek lingkungan. Dalam hal ini, pemerintah menyediakan infrastruktur dan institusi pendukung seperti sanitasi dan penyediaan air bersih, memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok di luar pemerintah, melakukan restorasi, reboisasi, dan pemberasihan polusi.  Mengendalikan pembangunan dan aliran wisatawan. Pemerintah dapat

membuat dan menegakkan peraturan dalam pengembangan, membatasi dan melarang berbagai pembiayaan/investasi untuk memastikan terjaganya lingkungan dan terkendalinya arus wisatawan ke dalam kawasan pengembangan wisata.

 Menciptakan perlindungan kawasan. Pemerintah bertanggung jawab dalam menciptakan kawasan yang terlindungi dari tekanan investasi dan arus kunjungan wisatawan. Melalui zonasi lingkungan, dan memberikan insentif kepada investor/pebisnis yang medukung proteksi terhadap lingkungan.

(4)
(5)

festival baru

Peran Riset Hospitaliti dan Pariwisata dalam Tahapan Proses Manajemen

Dalam mengelola aktivitasnya, para pihak tidak terlepas dari kegiatan manajemen yang umumnya berdasarkan empat tahapan manajemen yaitu: (1) analisis (2) perancanaan, (3) implementasi dan (4) pengawasan.

(6)

Gambar 3–1 Peran riset dan analisis dalam keputusan memilih alternatif

Implementasi. Tahap ini merupakan kegiatan yang menterjemahkan gagasan dalam perencanaan ke dalam kenyataan di lapangan. Pada tahap ini peran riset sedikit berkurang, hanya menjadi bagian dari rutinitas dalam mengumpulkan dan memonitor data dari pelaksanaan sehari-hari. Umumya kegiatan ini telah terintegrasi dengan sistem informasi manajemen.

Pengawasan. Merupakan tahap terakhir dari proses manajemen, di mana dilakukan pengukuran terhadap aktivitas pada tahap implementasi seberapa besar tingkat ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Kontribusi riset sangat diperlukan, untuk meberikan umpan balik untuk analisis dan perencanaan selanjutnya. Analisis mengenai keberhasilan atau kegagalan yang dihasilkan melalui riset formal sangat diperlukan.

Riset Hospitaliti dan Pariwisata dalam Tingkat Kegiatan Manajemen

Berdasarkan tingkatannya, kegiatan manajemen terdiri atas tingkatan strategis, manajerial atau taktikal dan operasional. Pada setiap tingkatan,

(7)

hasil-hasil riset memberikan kontribusi sesuai dengan peran masing-masing tingkatannya.

 Kegiatan tingkat manajemen strategis. Kegiatan ini berfokus pada penentuan perencanaan dan kebijakan jangka panjang, sehingga keputusannya berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan organisasi. Oleh karena itu, lingkup informasi yang diperlukan juga sangat kompleks dan memerlukan analisis yang komprehensif. Pada tingkatan ini, informasi tentang indikator-indikator ekonomi, politik, sosial, hukum, lingkungan, teknologi dan yang bersifat makro lainnya merupakan pijakan dalam menentukan pilihan strategi yang akan dijalankan organisasinya.

 Kegiatan tingkat manajerial atau taktikal. Tingkatan manajemen ini terlibat pada kegiatan administratif harian yang menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan. Keputusan-keputusan manajerial untuk menyelesaikan masalah dalam lingkup departemen yang dipimpinnya menjadi tanggung jawabnya. Informasi yang diperoleh secara langsung dari aktivitas harian, merupakan dasar pertimbangan bagi keputusan yang diambilnya.

 Kegiatan tingkat operasional. Sebagai pelaksana dari strategi yang telah ditetapkan di tingkat manajemen. Dalam hal ini, informasi tentang pelaksanaan tugas harian merupakan bagian dari strategi pengumpulan data dalam riset evaluasi dan kaji tindak.

(8)

Tabel 3-2 Perencanaan Pada Berbagai Tingkat Manajemen

Diadaptasi dari Stauble, 2000 (p. 23)

Klasifikasi Riset dalam Proses Manajemen

Berdasarkan tahapan proses dan tingkat kegiatan manajemen, riset hospitaliti dan pariwisata dapat dikelompokkan menjadi (1) riset kebijakan ataupolicy research (2) riset manajerial, (3) riset operasi, (4) riset evaluasi dan (4) kaji tindak/action research.

Pada tingkat manajemen strategis, riset kebijakan dan riset evaluasi sangat diperlukan. Riset kebijakan umumnya digunakan pada tahap analisis dan perencanaan. Sedangkan riset evaluasi digunakan pada tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan. Riset manajerial/taktikal adalah riset yang umum dilakukan pada tahap analisis dan perencanaan, bertujuan untuk menyelesaikan problem khusus terkait dengan informasi tambahan untuk keputusan manajemen. Adapun pada tahap pelaksanaan dan pengawasan kaji tindak seringkali digunakan, untuk memastikan berjalannya program yang telah ditetapkan serta memberi umpan balik kepada manajemen. Riset operasional dilakukan pada setiap tahap proses manajemen, yang umumnya menggunakan serangkaian teknik analisis baik kuantitatif maupun kualitatif yang dirancang untuk merumuskan kembali

(9)

dan menguji keputusan yang sudah diambil. Dalam hal ini, sekaligus dapat mengoptimalkan hubungan antara input dan output yang telah direncankan.

Tabel 3-3 Klasifikasi metodologi riset dalam proses manajemen

Tahapan

b. Riset dalam Perencanaan Strategis Industri Hospitaliti dan

Pariwisata

(10)

Dalam manajemen strategis, aspek perencanaan strategis merupakan proses awal sebagai rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kejelasan arah dan tujuan suatu organisasi. Perencanaan strategis adalah suatu proses kontinyu untuk memperbaiki kinerja (performance) organisasi/intansi/perusahaan dengan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan. Dalam proses perencanaan strategis ditentukan arah organisasi, kemana tujuannya, menilai kembali keadaan eksisting organisasi, dan mengembangkan pedekatan pelaksanaan kegiatan. Dengan konsisten memfokuskan perhatian pada visi dan tujuan yang lebih spesifik, perencanaan strategis menjadi alat untuk merespon atau tanggap terhadap perubahan lingkungan

(11)

pariwisata, berbagai riset sangat diperlukan terutama dalam setiap tahapan perencanaan. Otoritas wilayah, seperti pemerintah daerah sangat berkepentingan dengan perencanaan pariwisata karena mereka bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan wilayahnya. Perencanaan sebaiknya disusun dengan melibatkan kalangan industri dan masyarakat supaya dapat memahami kebutuhan dan keragaman industri, yang sangat esensial bagi dan pengembangan sektor ini. Dalam memahami industri, sangat diperlukan kebijakan yang bertujuan untuk:

 Memperkuat dan menghargai peran penting industri hospitaliti dan pariwisata sebagai kekuatan sosial dan kekuatan ekonomi,

 Mengembangkan dan menciptakan kesadaran masyarakat atas manfaat pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata,

 Memandu dan mendorong terciptanya pengembangan pariwisata berkelanjutan.

 Menyediakan fasilitas dan infrastruktur dasar untuk mendorong pengembangan pariwisata,

 Menjamin tersedianya fasilitas pelayanan yang memadai bagi wisatawan  Menjamin agar pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata sejalan

dengan karakteristik wilayah.

(12)

Perangkat Perencanaan Pariwisata

Perangkat perencanaan pariwisata terdiri atas berbagai langkah dan variabel yang terlibat dalam perencanaan terdiri atas (1) analisis situasional, (2) perencanaan strategis, (3) pengembangan kapasitas, (4) implementasi dan (5) monitoring kinerja, sebagaimana pada gambar 3-2.

Gambar 3–2 Struktur Perkakas Perencanaan Pariwisata

Riset pariwisata berperan sangat penting pada setiap aspek dalam menyediakan informasi dan sumber-sumber data yang dianalisis. Pada setiap langkah diperlukan informasi yang tepat dan akurat, sehingga basis data dalam pengambilan keputusan sangat berperan penting. Kelima aspek perkakas perencanaan di atas dilakukan melalui langkah-langkah yang sekuensial yaitu: (1) menyusun kerangka acuan, (2) menilai lingkungan atau analisis situasional, (3) perencanaan strategis: menetapkan misi/target

(13)

(4) memeriksa/menilai misi, alternatif, dan strategi (5) memilih alternatif (6) menentukan strategi, (7) implementasi, (8) monitoring/evaluasi dan (9) menyusun umpan balik. Alur langkah tersebut seperti berikut ini:

Gambar 3–3 Sembilan Langkah dalam Perencanaan Pariwisata

Menyusun Kerangka Acuan (term of reference/TOR)

(14)

t e r h a d a p p e l a k s a n a a n k e g i a t a n t e r s e b u t , d a n a c u a n b a g i pemeriksa/pengawas dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasannya.

Esensi dari suatu TOR harus dapat memuat 5W dan 3H yaitu1:

What, mendeskripsikan dan menguraikan mengenai lingkup pekerjaan yang termasuk output apa yang akan dihasilkan. Dengan demikian tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut secara eksplisit sudah dijelaskan dalam TOR. Apa yang mau dicapai, apa yang akan dihasilkan dan target dari pelaksanaan kegiatan dalam TOR.

Why, menerangkan tentang latar belakang dan alasan perlunya kegiatan tersebut dilaksanakan dalam hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi organisasi atau satuan kerja dalam lingkup yang terkait dengan tugas utamanya.

Who, menjelaskan tentang penanggungjawab kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan yang diusulkan.

When, menjelaskan rencana waktu pelaksanaan kegiatan,

Where, menerangkan tentang lokasi penyelenggaraan kegiatan, serta  How long, menjelaskan tentang waktu yang diperlukan untuk

menjalankan kegiatan,

(15)

Ada beberapa pendekatan dalam menganalisis situasional diantaranya pendekata 5F (Five’s Forces), dan pendekatan VICE.

Pendekatan 5F’s dalam analisis eksisting

Ada lima faktor dalam analisis situasi yang mempengaruhi lingkungan industri/insitusi hospitaliti dan pariwisata yaitu faktor kompetisi, faktor politik, faktor sosiokultur, faktor ekonomi, dan teknologi seperti pada gambar berikut:

Gambar 3–4 Analisis Situasi (existing condition) dalam perencanaan strategis

(16)

Untuk berkunjung ke satu daerah tujuan wisata, peranan pemasok ini sangat penting. (5) persaingan dengan sesama daerah tujuan yang ada saat ini juga merupakan variabel penting. Bagaimana kekuatan dan kelemahan daerah tujuan wisata pesaing dengang yang sedang dikembangkan.

Faktor politik. Dalam perencanaan pariwisata, analisis tentang stabilitas politik dalam lima sampai 10 tahun berikutnya harus menjadi pertimbangan. Karena hal tersebut dapat menentukan parameter bisnis seperti perpajakan, aspek hukum dan perundang-undangan, perijinan. Fungsi-fungsi pemanfaatan sumber daya alam dan kebijakan pembangunan juga akan mempengaruhi konsentrasi bagi pengembangan daerah tujuan wisata.

Faktor sosio-kultur. Tata nilai, kepercayaan, sikap, opini, dan gaya hidup yang dianut masyarakat dalam kawasan pengembangan, dipengaruhi pula oleh kultural, komposisi demografi, ekologi, agama, pendidikan dan etnik. Meningkatnya peran wanita dalam berbagai jenis pekerjaan atau berkurangnya isu-isu jender, harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan strategis. Dalam kaitan ini, riset dengan tema sosial dan kulturan sangat penting baik pada kawasan pengembangan maupun target pasar yang akan dibidik dengan pola pengembangan tersebut.

Faktor ekonomi. Pertimbangan faktor ekonomi baik di daerah pengembangan kawasan maupun faktor ekonomi global sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis. Aspek pola konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan suatu tempat, tingkat pengahasilan yang dibelanjakan (disposable income) serta kecenderungan masyarakat dalam membelanjakan pendapatannya. Oleh karena itu, dalam menyususun perencanaan strategis, pemerintah daerah atau otoritas lokal harus membagi segmen dan target pasar. Di tingkat lokal, dampak ekonomi dari pengembangan kawasan, juga perlu dipertimbangkan. Seberapa besar manfaat ekonomi secara langsung, tidak langsung dan ikutan bagi masyarakat.

(17)

Faktor teknologi. Teknologi yang berkembang sangat cepat menuntut inovasi terus menerus dalam organisasi, oleh karena itu pertimbangan yang terkait dengan teknologi menjadi keharusan dalam perencanaan strategis.

Pendekatan VICE

Dengan pendekatan ini, secara spesifik, analisis situasi lingkungan pariwisata harus mencakup aspek wisatawan (Visitor), industri (Industry), masyarakat (Community), dan lingkungan (Environment) atau dengan akronim VICE yang didukung oleh sumber data baik data primer maupun sekunder. Keterhubungan VICE seperti pada Gambar 3-5.

Gambar 3–5 VICE sebagai Kunci Keberhasilan Perencanaan Srategis Pariwisata

Berdasarkan faktor-faktor di atas, keberhasilan rencana strategis harus dapat mengidentifikasi empat aspek yaitu:

(18)

 Mengikutsertakan dan memberikan manfaat bagiCommunity (masyarakat),

 Melindungi dan mempertahankan Environment (lingkungan) lokal.

Analisis situasional terhadap VICE harus berbasiskan pada penilaian keempat aspek tersebut yang mana informasinya dihasilkan serangkaian riset dengan berbagai metodologi Gambar (3-6).

Gambar 3–6 Analisis situasi mengacu pada variabel VICE

Visitor. Riset yang terkait dengan wisatawan meliputi usaha untuk memperoleh serangkaian data berkala (time series) yang mencakup jumlah, karakteristik geo-demografi wisatawan, untuk diketahui kecenderungan atau trend wisatawan dan perilaku mereka dalam membeli produk-produk wisata termasuk kepuasan mereka.

Industry. Audit terhadap sektor industri hospitaliti dan pariwisata dilakukan melalui riset untuk inventarisasi jenis, ukuran dan jumlah industri yang ada, dan trend di masa depan. Di samping itu, status kepemilikan usaha, dayaguna dan kinerja juga perlu diteliti.

(19)

Community. Untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi masyarakat termasuk pemerintahanya, perlu dilakukan berbagai riset sosial dan kebijakan publik. Riset yang terkait dengan populasi penduduk, status sosial ekonomi, kebudayaan, persepsinya terhadap pariwisata sangat penting diketahui guna menciptakan iklim kondusif dalam mengembangkan pariwisata. Aspek lain yang perlu diketahui dalam menganalisis masyarakat adalah trend mengenai jumlah dan aspek-aspek domografi dari masyarakat tersebut.

Environment. Hasil riset dalam menganalisis lingkungan meliputi ketersediaan infrastruktur untuk menunjang aksesibilitas dan berbagai kemudahan bagi kegiatan pariwisata. Tentunya kapasiti dan kualiti sarana-prasarana yang ada dan kebutuhan untuk beberapa tahun ke depan perlu dikaji secara mendalam. Di samping itu, aspek kebijakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sampai otoritas terkecil perlu diteliti tingkat dukungan dan keselarasannya.

Hasil analisis situational. Pengkajian yang mendalam dari keempat aspek VICE harus mengidentfikasi dan menetapkan isu-isu kunci, hambatan, peluang dan kesempatan, kinerja/daya guna serta dinamika berbagai aspek yang dianalisis.

Menetapkan misi dan target

(20)

mendatang. Sebagai unsur dari perencanaan strategis, misi harus dibangun bersama antara otoritas lokal, industri dan masyarakat setempat, agar hasil dari pengembangan pariwisata dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Target ataugoal, merupakan sasaran yang harus dicapai dan terukur secara kuantitatif. Dalam perencanaan pariwisata, penetapan target mestinya didasarkan atas trend yang dihasilkan pada saat analisis situasi. Penetapan target dilakukan agar kinerja yang diharapkan dapat tercapai secara efektif. Walaupun target ditetapkan berdasarkan riset, keberhasilan target sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor (1) penerimaan (acceptance), ( 2 ) komitmen (commitment) , ( 3 ) kejelasan (specifity) , ( 4 ) umpan balik (feedback), (5) partisipasi (participation), dan (6) tantangan (challenger).

Memilih alternatif dan menentukan strategi

Pada tahap perencanaan strategis, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lokal lainnya, perlu melibatkan pihak-pihak terkait terutama kalangan/pelaku industri hospitaliti dan pariwisata, dan masyarakat. Karena pihak-pihak tersebut akan menjalankan kebijakan dan berinteraksi langsung sebagai subjek dalam pengembangan industri. Terlebih dalam perencanaan infrastruktur, jangan sampai membangun yang tidak sesui dengan kebutuhan pengembangan.

(21)

Gambar 3–7 Perencanaan strategis (strategic planning) framework

(22)

Gambar 3–8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi keunggulan kompetitif (Horner, S., and J. Swarbrooke, 1996, p.405)

Delapan aspek internal yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi dan enam aspek eksternal.

Implementasi

Pada tahap impelentasi, partnership akan sangat berperan agar terjadi persaingan bisnis yang sehat, dan terjadi pembagian segmen bisnis yang proporsional dalam menyediakan kebutuhan para wisatawan. Bentuk-bentuk koperasi sangat tepat untuk mendukung implementasi perencanaan tersebut. Di samping itu, dalam pelaksanaannya harus menggunakan rancangan penilaian yang telah ditetapkan, dan dilakukan evaluasi berjalan (on going evaluation) agar setiap penyimpangan dapat diantisipasi dan diperbaiki, dalam hal ini termasuk pembiayaan dan anggaran.

Monitoring evaluasi dan umpan balik

Terakhir, monitoring kinerja apakah tujuan yang ditetapkan sudah dapat tercapai atau tidak, kemudian bagaimana tingkat ketercapaiannya.

(23)

Selain mengontrol kegiatan, juga dapat digunakan untuk menilai efektifitas dari perenanaan pariwisata yang ditetapkan.

Perencanaan pariwisata pada tingkat lokal

Secara umum, kerangka strategis perencanaan hospitaliti dan pariwisata ada tingkat lokal disusun dalam rangka menyusun visi dan tujuan pengembangan pariwisata daerah. Oleh karena itu langkah-langkah dalam perencanaan pariwisata dapat diterapkan. Input-input yang terdiri atas kondisi dan situasi industri hospitaliti dan pariwisata, penduduk lokal dan potensi wisata setempat merupakan fokus interest dalam perencanaannya. Secara rinci kerangka perencanaan pariwisata seperti pada gambar 3-9 di bawah, yang menunjukkan bagaimana strategi sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah.

(24)

Riset yang dilakukan dalam rangka perencanaan tersebut harus mampu memberikan informasi mengenai:

 Permintaan wisatawan atau pengunjung,

 Ketersediaan infrastruktur baik sarana maupun prasarana umum,

 Daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kapasisitas tampung dalam rangka kelestarian sumber daya alam dan pariwisata,  Tingkat kepuasan wisatawan atau pengunjung lainnya,

 Inventarisasi industri hospitaliti dan pariwisata, terutama jenis, jumlah, kapasitas, dan ukuran serta tingkat persaingan usahanya,

 Dampak ekonomi pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata bagi kesejahteraan masyarakat, termasuk pajak, retribusi, penyerapan tenaga kerja, dan dampak pengganda (multiplier effect),

 Dukungan masyarakat, terutama masyarakat pariwisata termasuk masyarakat adat, atau etnik yang berada dalam lingkup kawasan perencanaan.

Selain itu, identifikasi dampak bagi masyarakat dalam proses perencanaan harus memberikan upaya untuk:

(25)

c. Pengambilan Keputusan Berbasis Riset

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses penyelesaian masalah atau memilih alternatif berbagai peluang dari kondisi dan kesempatan yang tersedia. Pengambil keputusan, baik sektor pemerintahan maupun industri, selalu dihadapkan pada kondisi ketidakpastian, sehingga jarang sekali keputusan diambil tanpa mengikutsertakan keputusan-keputusan lainnya.

Pada situasi lingkungan kompetitif, pengelola bisnis ataupun manajer harus merancang produk-produk wisata yang berkualiti. Mereka harus memfasilitasi proses peningkatan kualiti yang tidak pernah berhenti dalam setiap tahap proses bisninsnya. Dalam hal ini, pemanfaatan data statistik yang berbasis penelitian sayang diperlukan.

Oleh karena keputusan selalu dihadapkan pada ketidakpastian, maka secara rasional dan komprehensif perlu dipertimbangkan hal-hal yang didasarkan pada riset seperti berikut ini:

 Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau sehingga masalah yang rumit perlu disederhanakan agar dapat ditemukan akar masalahnya, serta diurai untuk diperbandingkan satu sama lain,

 Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang dalam pengambilan keputusan perlu diambil berdasarkan skala prioritas dan tingkat kepentingan serta dampak dari keputusan yang diambil,

 Penilaian dan evaluasi berbagai alternatif keputusan perlu dilakukan secara seksama, agar diketahui dampak sari setiap yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.

Secara umum pengambilan keputusan berbasiskan riset didasarkan pada langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah yang akan diputuskan,

(26)

3. Menyusun berbagai alternatif pilihan keputusan,

4. Memutuskan dan mengimplemantasikan keputusanyang telah diambil kemudian mengontrolnya untuk mengetahuai hambatan dan kekurangan-kekurangannya pada saat implementasi serta mendapatkan umpan balik.

d. Sistem Informasi dan Manajemen Pengetahuan dalam

Pengambilan Keputusan

Era informasi, komunikasi dan teknologi (IKT/ICT) saat ini dunia telah dibanjiri informasi yang tidak terbatas. Sistem informasi memainkan peran penting bagi kelangsungan hidup dan pengembangan institusinya. Oleh karena itu, informasi internal yang ada dalam perusahaan menjadi pengetahuan dan sumber daya bagi perusahaan tersebut. Pengetahuan tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pendayagunaan pengetahuan kolektif dalam rangka pengambilan keputusan secara cepat, tepat dan akurat. Sistem infomarmasi organisasi mencatat seluruh kegiatan organisasi yang bila dikelola dengan baik akan menjadi pengetahuan kolektif organisasi.

Dalam hal ini Natarajan dan Shekar (2000) menyebutnya sebagai manajemen pengetahuan yang didefinisikan sebagai kegiatan terstruktur dari organisasi dalam rangka memperbaiki kapasitas organisasinya melalui upaya mencari, membagi, dan memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan derajat kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi. Sementara itu David dan Associate (1997) mengatakan bahwa manajemen pengetahuan adalah suatu proses yang sistematik dalam menciptakan, mengumpulkan, mengorganisasikan, mendifusikan, memanfaatkan, dan mengeksploitasi pengetahuan.

Posisi pengetahuan merupakan tingkatan ketiga setelah data dan informasi. Apabila data hanya berupa sekelompok fakta objektif tentang suatau kejadian atau transaksi dan bersifat diskrit. Sementara itu, informasi

(27)

merupakan pemaman ataumeaning tentang suatu data. Melalui proses kontekstualisasi, kalkulasi, koreksi dan kondensasi (contextualized, calculated, corrected,d a ncondensed), data berubah menjadi suatu informasi. Apabila informasi tersebut disusun, dibandingkan, dihubungkan, dan diperbincangkan, maka munculah suatu pengetahuan. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi. Dihubungkan dengan konteks dan tujuan, manajemen pengetahuan, sejaran nilai-nilai yang dihasilkan dari perjalanan organiasai akan menghasilkan kearifan/wisdom yang dapat menuntun organisasi. Adapun pengetahuan dalam konteks strategis akan menjadi penentu arah dan tujuan organisasi ke masa depan. Informasi dalam konteks manajerial sangat penting dalam proses-proses pengambilan keputusan, di mana informasi tersebut diperoleh dari data yang dikumpulkan secara terus menerus pada kegiatan operasional. Hierarki data, informasi dan pengetahuan seperti pada ilustrasi berikut:

(28)

Manajemen pengetahuan dengan menggunakan sistem informasi, memastikan proses pengambilan keputusan lebih mudah karena selain penyampaian informasi dapat lebih cepat, data-data juga dapat diolah sehingga dapat digunakan untuk melakukan prediksi/antisipasi penyimpangan proses dan strategi organisasi ke depan.

e. Memahami Data Sebagai Basis Informasi

Data diartikan sebagai sesuatu yang diketahui atau dianggap dan dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan waktu dan tempat serta dapat digunakan untuk mengambil keputusan oleh para pembuat keputusan (decision makers).

Karakteristik data

Secara garis besar, data yang baik sekurang-kurangnya memiliki lima karakter berikut:

Objektif, di mana data harus benar-benar menggambarkan keadaan nilai data yang sesungguhnya.

Representatif, data harus merupakan bagian dari suatu populasi, agar dapat mewakili karakteristik populasi, sehingga kesimpulan yang kita tarik dapat berlaku secara umum bagi parameter-parameter populasi.  Relevan.Data yang baik adalah data yang dapat menjelaskan

variabel-variabel yang diteliti.

Tepat waktu. Untuk memecahkan masalah-masalah yang relatif kompleks, maka data yang digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, harus se-up to date mungkin. Karena jika data tidak aktual, maka permasalahan yang akan diselesaikan mengalami perubahan dan sudah muncul permasalahan baru.

Tingkat kesalahan baku rendah(standard error kecil). Kesalahan baku adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan akar kuadrat sampel. Contoh, jika kita mempunyai 500 buah sampel, dengan

(29)

rata-rata (mean) 60,3 dan standar deviasi 5,07, maka kesalahan bakunya adalah 0,23. Kesalahan baku tersebut dapat digunakan untuk menilai ketepatan suatu nilai rata-rata. Di samping itu, ini dapat digunakan untuk (1) membandingkan ketelitian yang diperoleh dari penarikan sampel acak sederhana dengan metode penarikan sampel lainnya, (2) untuk memperkirakan ukuran sampel yang dibutuhkan dalam suatu survey yang telah direncanakan, (3) untuk memperkirakan ketelitian sebenarnya yang didapat dalam suatu survey.

Data Menurut Sifat

Menurut sifatnya, data dikelompokkan ke dalam data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah nilai suatu variabel yang tidak berbentuk angka tetapi cukup menggambarkan suatu keadaan atau sifat dari variabel tersebut. Misalnya, karena terjadi depresiasi nilai rupiah terhadap dolar, maka ongkos-ongkosmeningkat. Kata-kata meningkat adalah data yang menggambarkan suatu nilai dari variabel keadaan ongkos-ongkos. Namun seberapa besar meningkatnya kita tidak mengetahui, sehingga data yang demikian bersifat kualitatif. Contoh lain data kualitatif adalah warna, status perkawinan, jenis kelamin dan lain-lain.

Data kuantitatif adalah nilai dari suatu variabel yang berbentuk bilangan. Contoh data kuantitatif antara lain:

 Rata-rata lama tinggal wisatawan bulan Januari tahun 20x0 adalah 5,6 hari.

 Karena terjadi depresiasi nilai rupiah terhadap dolar, maka ongkos-ongkos meningkat rata-rata 35 persen.

 Tinggi badan, berat badan, umur, jumlah dan lain-lain.

(30)

demikian data kuantitatif adalah data yang memenuhi prinsip-prinsip operasi matematika.

Data Menurut Waktu Pengumpulannya

Menurut waktu pengumpulannya, data dibagi ke dalam datacross section (at a point of time) dan data berkala (time series data). Datacross section adalah data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu. Data ini biasanya dibutuhkan untuk mengetahui gambaran keadaan suatu perusahaan pada waktu tertentu.

Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana kinerja Bandung International Hotel pada tahun 1999. Maka data yang kita kumpulkan hanya satu kali saja yaitu pada akhir tahun 1999 atau awal tahun 2000. Contoh lain adalah data Sensus Penduduk dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) dan lain-lain.

Adapun data berkala atautime series data, adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu secara rutin untuk memperoleh gambaran perkembangan suatu program atau kegiatan. Misalnya data room occupancy yang dikumpulkan selama 12 bulan terakhir atau jumlah kunjungan wisatawan selama tiga tahun terakhir melalui pitu masuk Bandara Soekarno Hatta.

Data Menurut Sumbernya

Menurut sumber pengambilannya data dikelompokkan menjadi data internal dan data eksternal. Data internal adalah data yang diperoleh dan berkaitan dengan keadaan internal organisasi atau perusahaan itu sendiri. Contohnya adalah data perkembangan perusahaan itu sendiri atau gambaran kinerja perusahaan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan data eksternal adalah data yang berasal dari luar perusahaan atau organisasi. Data ini dapat berupa data keadaan pasar atau konsumen,

(31)

perusahaan sejenis sebagai pesaing dan data lain di luar perusahaan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.

Data Menurut Tipe Sumbernya

Menurut tipe sumbernya data dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh pengguna data. Misalkan Hotel Trisakti ingin mengetahui bagaimana preferensi wisatawan menurut asal negaranya. Kemudian manajemen mengumpulkan data baik melalui kuesioner/angket, wawancara langsung atau pengamatan. Data yang terkumpul kemudian diolah menjadi suatu informasi. Maka data yang demikian dinamakan data primer. Sebaliknya, apabila Hotel tersebut mengetahuinya dari data yang telah diolah dan dipublikasikan oleh orang atau pihak lain, maka data yang demikian dinamakan data sekunder. Contoh data sekunder antara lain data perkembangan wisatawan yang dikumpulkan oleh BPS atau Database Produk Pariwisata yang dikumpulkan oleh Dirjen Pariwisata Depparsenibud.

Data Menurut Cara Pengumpulannya

(32)

R

INGKASAN

T

UJUAN

P

EMBELAJARAN

Mengidentifikasi pemangku kepentingan industri hospitaliti dana pariwisata serta peran penting riset hospitaliti dan pariwisata dalam tahapan proses dan tingkatan manajemen

Pemangku kepentingan pada industri pariwisata terdiri atas pemerintah, pebisinis, dan kelompok swadaya masyarakat dalam wadah organisasi nirlaba.

Pemerntah berperan dalam membangun kapasistas intsitusi baik di lingkunan pemerintahan sendiri maupun lingkungan yang menjadi binaan dari pemerintah tersebut, membuat proyek percontohan, mengendalikan pembangunan dan aliran wisatawan, serta menciptakan perlindungan kawasan. Sedangkan pebisnis berperan dalam menyediakan jasa pelayanan terhadap wisatawan, pemerintah maupun terhadap masyarakat lokal. Adapun organisasi nirlaba berkepentingan sebagai partner dari pemerintgah, pebisnis dan masyarakat dalam menjaga kesinambukan dan kelestarian alam daerah tujuan wisata.

Riset hospitaliti dan pariwisata berperan dalam setiap tahapan manajemen yaitu analisis, perencanaan, implementasi dan pengawasan. Demikian pula pada proses-proses transaksi manajemen dari tingkat manajemen strategis, manajerial, taktikal dan operasional.

Memahami klasifikasi riset hospitaliti dan pariwisata dalam manajemen

Klasisifikasi riset dalam proses menajemen terdiri atas riset kebijakan atau policy research, riset manajerial, riset operasi, riset evaluasi dan kaji tindak. Riset kebijakan dan manajerial dilaksanakan pada tahapan analisis dan perencanaan pada proses menajemen serta memiliki tingkatan strategis dan manajerial pada aktivitas manajemen. Sementara itu, riset evaluasi dan kaji tindak dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dan pengawasan, di mana riset evaluasi pada tingkat strategis dan kaji tindak pada tingkat manajerial maupun taktikal. Adapun riset operasi diteralpak pada tigkat operasional untuk setiap tahapan proses manajemen.

Mendalami pemahaman riset dalam perencanaan strategis industri hospitaliti dan pariwisata

Strategi merupakan arahan dalam lingkup jangka panjang sebagai pola atau rencana aksi yang mengintegrasikan tujuan utama organisasi, kebijakan dan

(33)

serangkaian tindakan ke dalam suatu kesatuan secara terpadu. Riset diperlukan pada oleh para pihak terutama otoritas lokal dalam menyusun perencanaan pariwisata yang mencerminkan kebijakannya dalam pengembangan pariwisata.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan riset hospitaliti dan pariwisata

Dalam menyusun kerangka acuan dan proposal riset untuk suatu proyek perencanaan strategis diperlukan analisis situasi yang melibatkan aspek internal maupun eksternal. Kondisi eksisting yang harus diidentifikasi adalah faktor: kompetisi, politik, sosio-kultur, ekonomi, dan teknologi yang dilihat dari sudut pandang visitor, industry, community, dan environment.

Mengetahui proses perencanaan pariwisata dengan memanfaatkan system informasi dan pengelolaan pengetahuan

Sistem infomarmasi organisasi mencatat seluruh kegiatan organisasi yang bila dikelola dengan baik akan menjadi pengetahuan kolektif organisasi yang dikenal dengan istilah manajemen pengetahuan (knowledge based management). Yaitu kegiatan terstruktur dari organisasi dalam rangka memperbaiki kapasitas organisasinya melalui upaya mencari, membagi, dan memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan derajat kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi. Atau dengan kata lain manajemen pengetahuan adalah suatu proses yang sistematik dalam menciptakan, mengumpulkan, mengorganisasikan, mendifusikan, memanfaatkan, dan mengeksploitasi pengetahuan.

(34)

Peran riset, 79

P

ERTANYAANDAN

B

ERFIKIR

K

RITIS

1. Bagaimana riset membantu stakeholder dalam menyusun perencanaan strategis:

f. Pemerintah g. Pebisnis

h. Organisasi nirlaba

2. Bagaiman riset hospitaliti dan pariwisata berperan dalam tahapan proses manajemen:

i. Analisis j. Perencanaan k. Implementasi l. Pengawasan

3. Bagaimana pula riset berperan dalam tingkat kegiatan manajemen m. Strategis

n. Manajerial/taktikal o. Operasional

4. Berdasarkan tingkatan kegiatan manajemen, riset pariwisata dibagi ke dalam empat kelompok, jelaskan masing-masing riset tersebut:

p. Riset kebijakan q. Riset manajerial r. Riset operasi s. Riset evaluasi t. Kaji tindak

5. Berikan ilustrasi, bagaiman peran riset pariwisata dalam melakukan perencanaan strategis?

6. Apakah fungsi kebijakan yang dibuat di dalam rencana strategis?

(35)

7. RIPPNAS/RIPPDA dan Renstra merupakan bentuk-bentuk dokumen perencanaan strategis, jelaskan:

u. Bagaimana RIPPNAS dan RIPPDA dibuat? v. Apakah esensi dari Renstra?

w. Bagaimana peran riset pada kedua strategi tersebut?

8. Setidaknya ada empat komponen perangkat perencanaan pariwisata, jelaskan peran riset dalam keempat komponen tersebut:

x. Analisis situasional y. Perencanaan strategis z. Pengembangan kapasitas aa. Implementasi

ab. Monitoring kinerja

9. Apakah yang dimaksud dengan TOR? Jelaskan apa esensi dari suatu TOR

10. Ada dua pendekatan dalam menganalisis situasi, yait pendekatan lima F dan VICE jelaskan bagaimana riset pariwisata terintergrasi di dalamnya!

11. Berikan contoh-contoh kebijakan, perencanaan dan pengelolaan berbasis riset!

12. Jelaskan keterkaitan hubungan antara data dan informasi, sebutkan pula karakteristik data yang baik.

E

KSPLORASI

I

NTERNET

B

AHAN

B

ACAAN

de Oliveira, J. A. (2003). Governmental responses to tourism development: three Brazilian case studies.Tourism Management 24, 97–110.

Decelle, X. (2004).A conceptual and dynamic approach to innovation in tourism. Paris: OECD. Kerr, W. R. (2003).Tourism public policy, and the strategic management failure. Netherlands:

Pergamon.

(36)

Tanke, M. L. (1990).Human resources management for the hospitality industry. Canada: Delmar Publisher.

UNWTO. (2001).Managing sustainable tourism development. NY: United Nations Publication. Veal, A. J. (1997).Research methods for leisure and tourism: a practical guide. UK: ILAM.

----Diskusi pengembangan ilmu pariwisata dapat dicari dari berbagai situs, terutama yang konsern dengan pengembangan industri ini. Beberapa diantaranya adalah:

 http://www.quovadis.wu-wien.ac.at. Web ini mendiskusikan mengenai pendidikan masa depan pendidikan pariwisata dengan menyebut dirinya sebagai kelompokTourism Education Future Initiatif. Dalam pertemuannya, para pakar dari universitas membahas masa depan pendidikan pariwisata, ditinjau dari berbagai aspek, termasuk aspek kelimuannya.

 http:// istte .org. International Society of Travel and Tourism Educator, menerbitkan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan hospitaliti dan pariwisata. Paper akademik dipublikasikan pada konferensi dan jurnal internasional.

 http://www.bc.edu. CIHE (Center for Internatioan Higher Education) berpusat di Inggris, sering membahas tentang pengembangan pendidikan tinggi, termasuk di dalamnya pendidikan pariwisata.

B

AHAN

B

ACAAN

---

PINJAMANDARIBAB

2

Baker, K and Jermy, H. (2001).Hospitality Management and Introduction. Melbourne: Hospitality Press.

Brunt, P. (1997).Market Research in Travel and Tourism. Singapore: Butterorth-Heinemann. Burkat, A.J., and Medlik, S. (1974).Tourism, Past Present and Future. London: Heinemman. Butler, R. W. (1980). The Concept of a Tourism Area Cycle of Evolution; Implication for

Management of Resources.Canadian Geographer, 24 (1), 5-12.

Dann, G. (1977). Anomie-ego-enhancement and tourism.Annals of Tourism Research , 4, 184-194.

(37)

Dann, G. (1981). Tourist motivation: an appraisal.Annals of Toruism Research , 8, 187-219. Davidson, T. (1994). What are travel and tourism: are they really industry. In c. buku, Global

Tourism in The Next Decade (pp. 20-26). cek buku: cek buku. Eurostat. (1998).Community methodology on tourism statistics. Eurostat.

Horner and Swarbooke. (1996).Marketing Tourism Hospitality and Leiusure in Europe. UK: Thomson Business Press.

John, N., Darren, L.R. (2000).Research methods in service industry management. London: Cassell.

Kerlinger, F. N., Howard, B. Lee. (2000).Foundation of behavioral research, 4th ed. New York: Harcourt College Publishers.

Kotler, P. (2000).Marketing Management. The millenium edition. NY: Prentice Hall International.

Kuncoro, M. (2003).Metode riset untuk bisnis dan ekonomi: bagaimana meneliti & menulis tesis. Jakarta: Erlangga.

Kusmayadi dan Endar, S. (2000).Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusmayadi. (2004).Statistika pariwisata deskriptif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lundberg, D.E., Mink H.S., Krishnamoorthy . (1997).Ekonomi Pariwisata (terjemahan Sofjan

Yusuf). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

McIntosh, R.W. and C.R. Goeldner. (1998).Tourism principles, practices and philosophies. Singapore: John Wiley & Son.

Philimor, J. and Lisa G. (2004).Qualitative research in tourism: ontologies, epistemmologies adn methodologies. London: Routledge.

Pollock, A. (2004). Tourism: A new role in a new century.PATA Conference. Jeju, ROK: PATA. Ritchie, Jr.B., and Goelner, C. (1994).Travel, tourism, and hospitality research: a handbook for

managers and reseachers. Singapore: John Wiley & Son.

Sekaran, U. (2000).Researach methods for business: a skill-building approach. 3rd ed. Singapore: John Wiley & Son.

Seth, P.N., and S. B. (2000).An introduction to travel and tourism. India: Sterling Publisher Private Limited.

Theobald, W. (1994).Global tourism the next decade. cek buku: Butterworth Heinemann. Veal, A. (1997).Research methods for leisure and tourism: a practical guide. 2nd ed. UK: Ilam. Walker, J. (2002).Introduction to hospitality. New Jersey: Printice Hall.

Wearne, N. and Morrison, A. (1996).Hospitality marketing. Great Britanian: Butterworth Heinemann.

WTO. (2007). UN-WTO.

WTO. (2002).Voluntary initiative for sustainable tourism. Madrid: WTO. WTO. (2000).World tourism. Madrid: WTO.

WTTC. (2003, June).Step to success. Retrieved June 2003, from World Travel and Tourism Council: http://www.wttc.org

(38)

Gambar

Gambar 3–1  Peran riset dan analisis dalam keputusan memilih alternatif
Tabel 3-2  Perencanaan Pada Berbagai Tingkat Manajemen
Tabel 3-3  Klasifikasi metodologi riset dalam proses manajemen
Gambar 3–2  Struktur Perkakas Perencanaan Pariwisata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Legenda-legenda itu khususnya terkait dengan keberadaan Prabu Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran yang merupakan karuhun (leluhur) orang Sunda. Menurut

Sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu The One-Shot Case Study menggunakan satu kelompok subjek untuk mengetahui tingkat kemampuan multiple representasi

Hasil dari penelitian ini adalah terciptanya sistem informasi perpustakaan SMA Negeri 1 Mlonggo Jepara yang dapat digunakan untuk membantu bagian perpustakaan dalam

Hasil penelitian menunjukan terdapat empat indikator sikap toleransi, yaitu menghargai orang lain, menerima perbedaan, menghormati orang lain yang kondisinya

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar menggambar motif ragam hias pada mata

Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal - hal ini harus menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang (menggunakan kartu identitas khusus,

Hasil penelitian ini juga sangat didukung oleh minat dan kemampuan perawat, khususnya kelompok intervensi yaitu pada saat dilakukan intervensi, perawat sangat antusias dan

Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, maka pajak dapat dimaknai sebagai kontribusi wajib pajak baik orang pribadi maupun badan kepada negara yang bersifat memaksa