• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFORMASI GAYA TARI PISO SURIT DI KABUPATEN LANGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANSFORMASI GAYA TARI PISO SURIT DI KABUPATEN LANGKAT."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI GAYA TARI PISO SURIT

DI KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

IRWANSYAH

NIM. 2112142005

PRODI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Irwansyah. NIM. 2112142005. Transformasi Gaya Tari Piso Surit di Kabupaten Langkat. Skripsi. Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Seni Tari . Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2016

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan transformasi gaya tari Piso Surit yang berada di Kabupaten Langkat Kecamatan Selesai.

Dalam pembahasan ini menggunakan teori-teori yang berhubungan topik penelitian seperti teori transformasi dan teori gaya.

Metode yang digunakan metode kualitatif, Populasi pada penelitian tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh budaya masyarakat dan seniman. Teknik pengumpulan data meliputi Observasi lapangan, Wawancara, Dokumentasi, dan Studi Kepustakaan. Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa tari Piso Surit di Kabupaten Langkat mengalami transformasi gaya, gaya tari yang terlihat lebih terbuka dan energik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: revolusi, perubahan sosial yang berlangsung secara cepat menimbulkan perubahan terhadap tari piso surit, selain revolusi faktor lainnya seperti faktor internal dan eksternal. Internal : kurangnya perhatian dari masyarakat Karo sehingga kebudayaan berangsur-angsur berubah terutama dikesenian tari piso surit, eksternal: masyarakat Melayu merupakan suku yang mendominasi didaerah Langkat sehingga menyebabkan masyarakat Karo menyerap kebudayaan Melayu, salah satunya yang terjadi pada tari piso surit dimasyarakat Karo yang berada di Langkat.

(7)

Abstrac

This study aimed to describe the transformation of dance styles Piso Surit located in Langkat District of done. In this discussion the use of theories related research topics such as the theory of transformation and the theory of style. The method used qualitative methods, population research traditional leaders, cultural figures and artist. File collection techniques in clude field observation, interviews, documentation, and literature study. Based on this study, it can be seen that dance Piso Surit in Langkat undergo transformation style, a style of dance that looks more open and energetic, it isinfluenced by several factors,namely:revolution, social change takes place rapidly result in changes to the dance Piso Surit, in addition to other factor such as the revolution of the internal and exsternal factors. Interna : the lack of attention from the public Karo so that the culture gradually changed mainly in art dance Piso Surit. External:Malay society is a tribal dominated area Langkat causing people Karo absorb the malay culture, one of which happens to dance Piso Surit community Karo who was in Langkat.

(8)

iii

BAB II LANDASAN PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.Landasan Teoristis ... 10

C.Populasi Dan Sampel Penelitian ... 17

1. Populasi ... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN A.Gambaran Umum Wilayah Langkat ... 23

B.Asal Usul Orang Karo DI Langkat... 26

C.Tari Piso Surit Di Langkat ... 28

1. Tari Piso Surit ... 28

(9)

iv

D.Transformasi Gaya Tari Pio Surit ... 39

1. Transformasi Tari Piso Surit ... 39

2. Gaya Tari Piso Surit ... 42

E. Faktor Yang Mempengaruhi Transformasi Gaya ... 47

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 50

B.Saran ... 51

(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desa-Desa Di Kecamatan Selesai ... 25 Tabel 4.2 Motif Gerak Dasar Tari Karo Yang Digunakan Pada Tari

Piso Surit di Kabupaten Langkat ... 31 Tabel 4.3 Ragam Gerak Tari Piso Surit di Kabupaten Langkat ... 33 Tabel 4.4 Gaya Tari Piso Surit Di Kecamatan Selesai Kabupaten

(11)

vi

Daftar Gambar

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten Karo. Adapun wilayah yang dijadikan sebagai permukiman oleh suku Karo dari dahulu hingga sampai saat ini yaitu: Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

Beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara dihuni orang-orang Karo. Perpindahan orang Karo ke daerah Langkat dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, perdagangan, pekerjaan dan pengembangan wilayah. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (pelanjasira), perdagangan hewan dan hasil bumi lainnya, pekerjaan dan juga dalam rangka perluasan kekuasaan atau perladangan, karena meraka harus mencari lahan baru menanam lada di daerah Pesisir seperti Deli Serdang, Medan dan Langkat.

(13)

2

lebih dikenal sebagai suku Melayu Karo Langkat atau yang lebih dikenal dengan istilah Mekarlang.

Selain memiliki daerah penyebaran suku yang begitu luas, masyarakat Karo juga memiliki berbagai macam Kebudayaan. Kebudayaan merupakan bentuk aktivitas masyarakat, segala bentuk dan fungsinya akan berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kebudayaan tradisional memerlukan perhatian sungguh-sungguh untuk kelestariannya, agar tidak punah di telan zaman; hal ini perlu dilakukan pemeliharaan kebudayaan itu secara serius yang merupakan sumber kekayaan yang sangat kompleks dimiliki oleh bangsa kita. Sebagaimana hal itu dikemukakan oleh E.B Taylor (1871:1) bahwa: “kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Begitu pula dengan pendapat Koentjaraningrat (1970:193) menyatakan bahwa: “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,

dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.” Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan

merupakan tingkah laku bangsa.

(14)

3

yang begitu luas, masyarakat Karo juga memiliki berbagai macam kesenian seperti tarian, musik, sastra, dan dan lain sebagainya. Salah satu kesenian yang digunakan suku Karo dalam berbagai aktifitas kehidupan masyarakatnya adalah seni tari. Tarian bagi masyarakat Karo selalu digunakan pada berbagai kegiatan adat, apakah sebagai media utama ataupun sebagai media hiburan. Tarian-tarian yang disertakan itu antara lain, piso surit, lima serangkai, ndilo wari udan, ndikar dan lain-lain.

Dalam skripsi Shelvi Heryanti (2014) piso surit adalah salah satu lagu, syair, serta tarian suku Karo yang menggambarkan seorang gadis yang sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangatlah lama dan menyedihkan juga dapat digambarkan seperti burung piso surit yang sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Karo berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa piso surit merupakan nama sejenis pisau khas orang Karo. Sebenarnya pisau surit adalah kicau burung yang suka bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama seperti sedang memanggil-manggil dan kedengarannya sangat menyedihkan. Burung piso surit biasanya berkicau disore

hari. Jenis burung tersebut dalam bahasa Karo disebut “pincala” bunyinya nyaring

dan berulang-ulang dengan bunyi seperti “piso serit”.

(15)

4

maupun tari-tari Karo yang lain semuanya berasal dari gerak dasar tari Lima Serangkai, baru kemudian dipecahkan lagi menjadi gerak-gerak yang baru untuk dijadikan sebuah tarian. Walaupun tari piso surit tergolong tari kreasi yang memiliki perjalanan singkat dari tahun 1960-an sampai dengan sekarang, tetapi masyarakat Karo sudah menganggap tari ini masuk dalam bentuk tari tradisi masyarakat Karo (http.//id.wikipedia.org/wiki/piso_surit) diunggah melalui google chrome pada tanggal 5 februari 2016 di Desa Bandar Khalifah.

Selain ditarikan pada acara-acara adat pada masyarakat Karo tari piso surit juga ditampilkan pada setiap kesempatan yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Langkat, misalnya pada acara hari ulang tahun Kabupaten Langkat, pesta rakyat dan diadakannya lomba tari piso surit disetiap tahunnya. Hal ini disebabkan posisi geografis Kabupaten Langkat berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo di bagian Selatan.

Tari piso surit dikenal masyarakat Langkat karena adanya orang Karo dari Kabupaten Karo yang tinggal, bermukim dan menetap di daerah Langkat. Tetapi, tidak diketahui secara pasti kapan tari piso surit ini hadir dan populer disana.Tetapi orang Karo yang berada di daerah Langkat menyambut tari piso surit dengan senang hati karena mereka menganggap itu adalah salah satu

(16)

5

Perbedaan daerah ternyata dapat menyebabkan gaya tari ini menjadi berbeda pula; hal ini disebabkan oleh adanya interaksi etnik-suku lain yang juga berdomisili di wilayah Kabupaten Langkat dengan topografi yang berbeda bisa mempengaruhi tari piso surit menjadi berubah gaya. Suku Karo asli lebih banyak bermukim di daerah Kabupaten Karo, sedangkan di daerah Kabupaten Langkat masyarakat Karo hanya beberapa persen saja dan didominasi oleh suku-suku lain seperti Melayu, Aceh, dan Jawa. Hal menjadi salah satu penyebab adanya perbedaaan gaya dalam membawakan tarian, seperti yang terjadi pada tari piso surit di Langkat.

Gaya yang terlihat pada tari Piso Surit yang ada di Kabupaten Langkat merupakan gaya yang biasanya kita lihat apabila penari Melayu menarikan tarian Melayu, namun sturuktur dan motif tarian yang ditarikan tetap tari Piso Surit hanya saja gaya menarinya hampir seperti langgam tari melayu. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor perubahan sosial. Faktor perubahan sosial tersebut terbagi menjadi dua yaitu terbagi menjadi dua yaitu internal faktor yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, adapun beberapa faktor internal yaitu: faktor pertumbuhan penduduk, adanya penemuan baru dan invensi (Kombinasi baru dari suatu pengetahuan yang sudah ada). Sedangkan faktor eksternal ialah kebalikan dari internal, yaitu berasal dari luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan, faktor-faktor eksternal salah satunya adalah pengaruh kebudayaan lain.

(17)

6

topik pembicaraan tersebut menjadi sebuah penelitian skripsi dengan judul “Tranformasi Gaya Tari Piso Surit Di Kabupaten Langkat” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan lembaran latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, ada banyak hal yang dapat diungkapkan, sebagaimana Sugiyono menyatakan bahwa “Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari

masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (2008:85)”.

Adanya identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti sehingga penulisan akan mencapai sasaran. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keberadaan tari piso surit di Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana perkembangan tari piso surit di Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana gerak tari piso surit di Kabupaten Langkat?

4. Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat? 5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan gaya tari piso

surit di Kabupaten Langkat?

C. Pembatasan Masalah

(18)

7

“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh karena tidak akan pernah jelas batas-batas masalahnya. Pembatasan ini perlu bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk menetapkan lebih dulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkan masalah tenaga, waktu, ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu”

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan gaya tari piso

surit di Kabupaten Langkat?

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian di lapangan tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2012:6) bahwa “agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaiknya,

maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa”.

Perumusan masalah yang baik juga dikemukakan oleh I Made Wirartha (2005:26) sebagai berikut:

a. Masalah harus fleksibel, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.

(19)

8

c. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat dan

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat”.

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan, tanpa tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak akan terfokus karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini tentunya menjadi sebuah kerangka pemikiran dan selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah:

1. Mendeskripsikan transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat.

F. Manfaat Penelitian

(20)

9

menghadapi masa yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis dapat menguraikan segala sesuatu yang dapat digunakan baik peneliti itu sendiri maupun lembaga tertentu ataupun orang lain.

Setelah penelitian ini diterangkan maka penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi mengenai kesenian yang terdapat pada masyarakat Karo.

2. Sebagai masukkan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tari piso surit pada Masyarakat Karo di pegunungan maupun masyarakat Karo langkat.

3. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep pengembangan budaya khususnya dalam konteks pelestarian warisan nilai-nilai budaya.

4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada teori pembangunan sosial budaya yang mungkin bisa dirujuk untuk kajian-kajian ilmiah selanjutnya.

(21)

50

BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Dari semua yang telah diteliti dilapangan dan berdasarkan dengan uraian yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang ampai pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan keseluruhan dari hasil penelitian penelitian terhadap Transformasi Gaya Tari Piso Surit di Kabupaten Langkat sebagai berikut:

1. Perpindahan orang Karo ke Kabupaten Langkat membentuk suatu arus bolak-balik, yaitu orang Karo dari pantai ke gunung dan turun gunung kembali kedaerah pantai disebabkan oleh faktor ekonomin dan perluasan wilayah.

2. Tari piso surit adalah sebuah tari kreasi yang mentradisi, yang diciptakan oleh masyarakat Karo itu sendiri. Tari piso surit memiliki banyak versi namun tetap berpijak pada gerak-gerak dasar tari Karo.

3. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam tari Karo yaitu: endek, jole atau jemol, dan tan lempir. Ketiga hal ini pula yang menjadi dasar acuan

(22)

51

4. Transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh perbedaaan wilayah dan masyarakat sekitar. Di Kabupaten Langkat mayoritas bersuku Melayu.

5. Gaya gerak tari piso surit lebih terbuka, energik dan sedikit memainkan pinggul, gaya tari Melayu dimana penari melakukan gerakkan dengan posisi badan yang sedikit tegak dan penari wanita tersipu malu sedangkan penari pria gagah

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran yaitu:

1. Kepada seniman dan masyarakat Karo, diharapkan dapat menjaga dan melestarikan tari serta kesenian lain agar tetap terjaga kelestariannya dan budaya daerah ini tidak tergantikan oleh budaya luar.

2. Kepada seniman-seniman tari suku Karo diharapkan agar tari piso surit agar sepakat membakukan gerak tari supaya tidak terlalu banyak versinya dan tetap terjaga keaslian geraknya.

(23)

52

DAFTAR PUSTAKA

Anya, Peterson. 2007. Antropology of Dance terjemahan F.X Widaryanto, Bandung: STSI Press

Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rehekka.

Aziz Alimut Hidayah, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Surabaya: Salemba Media

Boskoff, Alvin. 1964. Recent Theoris of Social Change” Warner J. Cahman dan Alvin Boskoff, Sociology and History: Theory and reseach. London: The Free Press of Glencoe.

E.B. Tylor 1871. Primitive Culture. New York: Brentano;s.

Heryanti, Shelvi 2014. Tari Piso Surit Masyarakat Karo Kajian Komparatif Terhadap Gaya dan Nilai Estetika di Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

I Made Wirartha, 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis: Andi Offset.

Indrianto. 2001. Tari Klasik Gaya Surakarta dan Yogyakarta. Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Lestari, Eka. 2015. Bentuk Penyajian Tari Mbuah Page Pada UpacaraKerja Tahunan Masyarakat Karo Di Desa Dokan Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Koentjaraningrat.1970. Kebudayaan,Metalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat, 1987. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

(24)

53

Novita Sari Dea. 2015. Trancformasi Tari Saman Kajian Dalam Konteks Pariwisata Di Kota Banda Aceh. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan

Sachari, Agus dan Sunarya, Yan Yan, 1998. Reformasi Budaya Kita. Bandung

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Angkasa.

Gambar

Tabel 4.1 Desa-Desa Di Kecamatan Selesai .................................................
Gambar 4.1 Uis Kepala Pria..........................................................................
gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Adapun tujuan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

pembangkit litrik tenaga mikrohidro (bertitik berat pada dimensi runner ).. Hartadi,

Karena percobaan ini menggunakan jaringan lokal, dan IP Publik yang digunakan masih menggunakan Jaringan Publik luar maka implementasi ini masih sangat sederhana dan

Tujuan pendidikan anak dini usia berdasar ajaran Islam adalah membentuk anak yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki aqidah Islam sebagai landasan ketika

Dalam melakukan permainan ini tidak hanya butuh keahlian khusus dan teori saja, melainkan memerlukan suatu teknik khusus seperti keahlian dalam men-

Dalam menjaga kearifan lokal serta keberlanjutan lingkungan tentunya manusia dan kebudayaannya berperan aktif didalamnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasruddin

1) Kejadian Sentinel adalah Kejadian Tak Terduga (KTD) yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius/ kehilangan fungsi utama fisik secara permanen yang

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada komunitas belajar bagaimana tentor harus memiliki kompentensi komunikasi yang baik untuk

Hasil dari analisis yang dilakukan melalui observasi dengan pelatih pada tanggal 8 agustus 2019 menggunakan metode kualitatif yaitu dengan teknik wawancara secara terstruktur