• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH 

 

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA

DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS

 

   

   

Yesi Ariani

19800909 200501 2 004

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, 2011

 

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur epnulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya. Untuk suami tercinta, terima kasih atas segenap motivasi yang diberikan dan kedua ananda yang selalu menghibur ibunda. Semoga Allah SWT selalu meridhoi kehidupan kita, amin.

(3)

DAFTAR ISI  

Kata Pengantar... i

Daftar isi ... ii

Bab I Pendahuluan... 1

Bab II Tinjauan Pustaka... 4

2.1. Senam Diabetes... 4

2.2. Peran Perawat... 9

Bab III Kesimpulan dan saran... 11

Daftar Pustaka... 12

(4)

BAB I PENDAHULUAN

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).

Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

Kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat menurun pada pasien DM, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut (seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperosmolar nonketotik) maupun kronik. Komplikasi kronik biasanya terjadi dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah diagnosa ditegakkan (Smeltzer&Bare, 2008). Komplikasi kronik terjadi pada semua organ tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat penyakit gagal ginjal. Selain itu, sebanyak 30% penderita diabetes mengalami kebutaan akibat retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Medicastore, 2007).

(5)

WHO, Indonesia menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetes di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap penyakit diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur (Medicastore, 2007).

Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok (Suyono, 2006) didapatkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7%, demikian juga di Makasar prevalensi terakhir pada tahun 2005 mancapai 12,5%, merupakan suatu angka yang sangat mengejutkan. Ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan WHO bahwa jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, meningkat dua kali dibanding tahun 1995.

Mengingat jumlah penderita DM yang terus meningkat dan besarnya biaya perawatan pasien diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang paling baik adalah melakukan pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum misalnya dengan kampanye makanan sehat, penyuluhan bahaya diabetes. Pencegahan sekunder yaitu menemukan penderita DM sedini mungkin misalnya dengan tes penyaringan sedini mungkin terutama pada populasi resiko tinggi sehingga komplikasi tidak terjadi. Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan melalui penyuluhan, maka perlu kerjasama semua pihak untuk mensukseskannya ( Suyono, 2006).

(6)

Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan diabetes mellitus (Perkeni, 2006 dalam Setyanto, 2009). Latihan jasmani dapat menurunkan kadar glukosa darah karena latihan jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif (Yunir&Soebardi, 2006). Penelitian terbaru memperlihatkan manfaat dari latihan jasmani yang teratur terhadap metabolisme karbohidrat dan sensitivitas insulin.

Penelitian yang terkait dengan senam diabetes antara lain adalah penelitian Boule dkk (2003)  dalam penelitiannya yang berjudul Effects of exercise on glycemic control and body mass in type 2 diabetes mellitus: A meta-analysis of controlled clinical trials

menunjukkan hasil program latihan terstruktur secara statistik dan klinik memberikan pengaruh manfaat yang signifikan terhadap kontrol glukosa dan pengaruh ini tidak begitu signifikan terhadap penurunan berat badan. Penelitian Pan, dkk (1997) tentang Effects of diet and exercise in preventing NIDDM in people with impaired glucose tolerance: The da

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Senam Diabetes

2.1.1. Pengertian

Senam diabetes adalah senam aerobik low impact dan ritmis dengan gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusias kelompok dalam klub-klub diabetes. Senam aerobic low impac dan ritmis ini merupakan senam aerobik yang dilakukan dengan benturan ringan, tanpa loncatan dan berirama lambat dan teratur dimana salah satu kaki selalu bertumpu dil lantai setiap waktu dan tanpa tekanan tinggi pada sendi-sendi. Senam diabetes dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan manfaat aerobik yang optimal, seperti memperkuat otot-otot yang terlibat dalam respirasi, memperkuat otot jantung, meningkatkan efisiensi sirkulasi, meningkatkan penyimpanan molekul energi seperti lemak dan karbohidrat dalam otot, meningkatkan kemampuan otot untuk menggunakan lemak selama latihan, menjaga glikogen intramuskular dan meningkatkan kesehatan mental, termasuk mengurangi stres dan menurunkan kejadian depresi (Kolata, 2002; Setyanto, 2009).

2.1.2. Manfaat Senam diabetes

Latihan jasmani/senam diabetes secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan diabetes mellitus (American Diabetes Association, 2009; American Council on Exercise, 2001; Yunir&Soebardi, 2006; Setyanto, 2009), yaitu:

a. Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2 yang mengikuti olah raga teratur. Hal ini disebabkan sel-sel dapat lebih merespon terhadap insulin dan tepat mengambil glukosa dari darah.

(8)

c. Dengan pengaturan olah raga secara optimal dan diet DM pada penderita kegemukan (obesitas) dapat menurunkan berat badan. Setiap penurunan 10 kilogram berat badan individu, mereka akan mengalami 20 persen peningkatan dalam sensitivitas insulin.

d. Memberikan keuntungan psikologis ; olah raga yang teratur dapat memperbaiki

tingkat kesegaran jasmani karena memperbaiki system kardiovaskular, respirasi, pengontrolan gula darah sehingga penderita merasa fit, mengurangi rasa cemas terhadap penyakitnya, timbul rasa senang dan lebih meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan kualitas hidupnya.

e. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin

f. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang – orang dengan riwayat

keluarga. Porsi latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan olah raga bagi penderita DM memberikan manfaat yang baik.

Hal ini sesuai dengan penelitian Song, dkk (2008) tentang kepatuhan penderita diabetes di Korea mengikuti latihan jasmani yang disebut t’ai chi terhadap kontrol gula darah dan kualitas hidup bahwa ada pengaruh secara signifikan kepatuhan mengikuti latihan jasmani (t’ai chi) dengan penurunan kadar gula darah dan peningkatan kualitas hidup.

2.1.3. Prinsip Senam Diabetes

Prinsip senam diabetes sama dengan latihan jasmani secara umum yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.

 Frekuensi

Untuk mencapai hasil optimal, latihan dilakukan secara teratur 3-5x/minggu, sedikitnya 3x/minggu dengan tidak lebih dari 2 hari berurutan tanpa latihan jasmani karena peningkatan sensitivitas insulin tidak lebih dari 72 jam (American Diabetes Association, 2009; Yunir&Soebardi, 2006).

 Intensitas

Intensitas latihan dinilai dari beberapa hal, yaitu target nadi, area latihan, kadar glukosa sebelum dan sesudah latihan, tekanan darah sebelum dan sesudah latihan. Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan Maximum Heart

(9)

Target Heart Rate (THR). Ketika memulai program olahraga, tujuan THR selama beberapa minggu pertama adalah 50%. Bertahap meningkat ke bagian yang lebih tinggi dari zona target yaitu 75%. Setelah enam bulan atau lebih dari latihan teratur, individu bisa latihan dengan nyaman dengan THR 85% (American Heart Association, 2009). Sebagai contoh: Suatu latihan bagi seorang penderita diabetes berumur 60 tahun diperkirakan 75% maka THR=75%x (220-60)=120. Dengan demikian penderita diabetes teersebut dalam melakukan latihan jasmani, sasaran denyut nadinya adalah sekitar 120x/menit (Yunir&Soebardi, 2006).

 Durasi

Pemanasan dan pendinginan dilakukan masing-masing 5-10 menit dan latihan inti 30-40 menit untuk mencapai metabolik yang optimal. Bila durasinya kurang maka efek metabolik sangat rendah dan bila berlebihan akan menimbulkan efek buruk pada sistem respirasi, kardio dan muskuloskeletal (Setyanto, 2009)

 Jenis

Latihan jasmani yang dipilih hendaknya yang melinatkan otot-otot besar dan sebaiknya yang disenangi. Latihan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic low impact dan ritmis berupa latihan jasmani endurence (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda, sedangkan latihan resistensi statis tidak dianjurkan seperti angkat besi dan lain-lain (American Diabetes Association, 2009; Setyanto, 2009).

2.1.4. Indikasi untuk melakukan senam diabetes

Menurut Mullen (2008), individu yang dapat melakukan senam diabetes adalah: a. Individu dengan kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/dl

b. Tidak ada gejala retinopati, neuropati atau nefropati

c. Tidak ada masalah kardiovaskuler seperti angina, emboli atau aneurisma

(10)

adalah gemetar, detak jantung cepat, jantung berdebar, keringat berlebihan, rasa lapar yang berlebihan, sakit kepala, mengantuk, kebingungan mental, dan perubahan mood mendadak. Dalam suatu serangan hipoglikemik, maka dianjurkan untuk berhenti melakukan senam diabetes dan istirahat, melakukan pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui masalah dan mengkonsumsi makanan atau minuman seperti ½ cangkir jus buah, 1 kotak kecil kismis atau 3 tablet glukosa. Makanan yang mengandung lemak harus dihindarkan karena menghambat penyerapan gula ke dalam aliran darah (Mullen, 2008).

2.1.5. Tahapan Senam Diabetes

Tahapan senam diabetes menurut Yunir&Soebardi (2006) adalah sebagai berikut:

 Pemanasan (warm – up)

lamanya 5 – 10 menit, bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi mendekati intensitas latihan, mengurangi kemungkinan cedera.

 Latihan inti (Conditioning)

lamanya 20 menit, diusahakan denyut nadi mencapai THR (target Heart Rate). Bila dibawah THR maka latihan tersebut tidak bermanfaat. Dan bila berlebih akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.

 Pendinginan (cooling down)

lamanya 5 – 10 menit hingga denyut nadi mendekati nadi istirahat, bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat di otot sehingga menimbulkan nyeri di otot, atau pusing sebab darah masih terkumpul di otot yang aktif. Bila latihan yang dilakukan berupa jogging, pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk beberapa menit. Bila latihan berupa bersepeda sebaiknya tetap mengayuh tanpa beban.

 Peregangan (stretching), bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Ini penting sekali untuk diabetesi usia lanjut.

(11)

2.1.6. Resiko Senam diabetes

Penderita diabetes yang mendapat terapi insulin, hipoglikemia disertai kadar insulin yang berlebihan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian terutama pada saat pemulihan. Bila insulin disuntikkan pada lengan atau paha, akan memperbesar kemungkinan terjadi hipoglikemia karena peningkatan hantaran insulin melalui darah akibat pemompaan oleh otot pada saat berkontraksi, sehingga dianjurkan agar latihan jasmani dilakukan setelah makan, yaitu pada saat kadar gula darah berada pada puncaknya. Latihan jasmani yang dikerjakan dalam waktu lama dan dalam keadaan metabolik yang tidak terkendali, akan menyebabkan peningkatan pelepasan glukosa darah dari hati, disetai peningkatan produksi benda-benda keton.

Pada penderita diabetes dengan gula darah tidak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda-benda keton yang dapat berakibat fatal. Suatu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa darah sekitar 332 mg/dl, bila tetap melakukan latihan jasmani akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Jadi sebaiknya bila ingin melakukan latihan jasmani, seorang penderita harus mempunyai kadar glukosa darah tidak lebih dari 250 mg/dl (Yunir&Soebardi, 2006).

Menurut American Diabetes Association (2009), ada beberapa resiko yang perlu diperhatikan akibat latihan fisik, yaitu:

 Retinopathy

Pada pasien yang mengalami komplikasi retinopati dikontraindikasikan untuk melakukan latihan resistensi dan aerobik karena potensial untuk memicu perdarahan pada vitreous dan retina.

 Neuropathy perifer

Memang belum ditemukan penelitian tentang resiko latihan terhadap injury pada pasien dengan neuropati sensory perifer. Bagaimanapun dianjurkan untuk melakukan latihan yang non-weight bearing seperti berenang, bersepeda atau latihan lengan.

 Autonomik neuropathy

(12)

yang dapat mengganggu aliran darah kulit dan keringat, gangguan penglihatan, gangguan rasa haus yang dapat meningkatkan resiko dehidrasi. Individu

dengan diabeticautonomic neuropathy seharusnya menjalani pemeriksaan

cardivaskuler sebelum memulai latihan fisik

 Microalbuminuria dan nephropathy

Aktifitas fisik dapat secara akut meningkatkan eksresi protein urin seiring dengan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu hanya dianjurkan untuk melakukan latihan ringan atau moderat saja, dimana tekanan darah selama latihan tidak lebih dari 200 mmHg. Bagaimanapun individu dengan microalbuminemia dan proteinuria harus melakukan tes ECG sebelum melakukan latihan untuk mencegah komplikasi (ADA, 2009)

2.2. Peran perawat spesialis

Sesuai peran yang dimiliki oleh perawat spesialis seperti, sebagai koordinator, edukator, advokat dan agen perubahan, maka perawat spesialis medikal bedah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnnya dalam peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui promosi kesehatan umumnya dan promosi senam diabetes khususnya. Hal ini penting dilakukan karena banyak penderita diabetes yang mampu melakukan senam diabetes tapi tidak melakukannya dengan alasan ketidaktahuan atau ketidakmauan.

Peran keperawatan dalam promosi kesehatan senam diabetes adalah dengan melakukan penyuluhan dan praktek senam diabetes. Sebagai edukator, perawat spesialis membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit DM, gejalanya, komplikasi dan penatalaksanaannya. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan akan terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik sehingga akan meningkatkan kepatuhan pasien pada penatalaksanaan DM seperti kepatuhan melakukan senam diabetes. Namun sebelumnya perawat harus mampu memotivasi pasien untuk melakukan senam diabetes dengan menjelaskan manfaatnya, resiko yang terjadi, siapa saja yang bisa melakukan senam diabetes dan tahapan senam diabetes.

(13)
(14)

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN 3.1. SIMPULAN

a. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

b. Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan

diabetes mellitus.

c. Senam diabetes bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, mencegah

terjadinya komplikasi lanjut ke jantung, menurunkan berat badan, menurunkan kebutuhan akan pemakaian terhadap obat oral atau insulin dan mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi yang mempunyai riwayat keluarga dengan DM.

d. Individu yang dapat melakukan senam diabetes adalah individu dengan kadar

glukosa darah kurang dari 250 mg/dl, tidak ada gejala retinopati, neuropati atau nefropati, tidak ada masalah kardiovaskuler seperti angina, emboli atau aneurisma

3.2. SARAN

a. Sebelum melakukan senam diabetes, dianjurkan untuk mengukur kadar gula darah, tekanan darah, minuman dan makanan kecil karena bisa saja terjadi hipoglikemia pada saat melakukan senam.

b. Perawat harus berperan aktif dalam promosi kesehatan tentang DM dan memotivasi serta mengajak pasien DM untuk melakukan senam diabetes sesuai kondisi pasien.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anoname. (2009). Pentingnyaolah raga bagi penderita diabetes mellitus. Diambil dari http://indodiabetes.com/pentingnya-olahraga-bagi-penderita-diabetes-melitus.html pada tanggal 13 Oktober 2009

Anoname. (2009). Senam DM, tes tensi dulu. Diambil dari

http://www.jawapos.co.id/evergreen/index.php?act=detail&nid=85662 pada tanggal 23 Oktober 2009

American Council on Exercise. (2001). Exercise & type 2 diabetes. Diambil dari http://www.acefitness.org/fitfacts pada tanggal 19 Oktober 2009

American Diabetes Association. (2004). Physical activity/exercise and diabetes. Diambil dari http://www.uhs.wisc.edu/docs/ pada tanggal 13 Oktober 2009

American Diabetes Association. (2009). Physical activity/exercise and type 2 diabetes. Diambil dari http://care.diabetesjournals.org/content/29/6/1433.full pada tanggal 13 Oktober 2009

American Heart Association. (2009). Target heart rate: AHA recomendation. Diambil dari http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4736 pada tanggal 16 November 2009 

Kolata, G. (2002). Why some people won’t be fit despite exercise. Diambil dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Aerobic_exercise pada tanggal 11 November 2009 Kriska, A. (2007). Physical activity and the prevention of type II (Non-insulin dependen)

diabetes. Diambil dari http://www.fitness.gov/diabetes.pdf   pada tanggal 14 Oktober 2009

Medicastore. (2007). Diabetes, sillen killer. Diambil dari http://medicastore.com/diabetes/ pada tanggal 13 Oktober 2009

Mullen, L. D. (2008). Exercise and diabetes. Diambil dari

http://www.simplefitnesssolutions.com/articles/diabetes.htm pada tanggal 11 November 2009

Setyanto, P. (2009). Senam diabetes. Diambil dari

http://kesad.mil.id/index.php?view=article&catid=59%3Ars-ciremai--cirebon&id=153%3Asenam-diabetes&option=com_content&Itemid=50   pada tanggal 13 Oktober 2009 

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2008). Brunner&Suddart: Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott

Song. R. et al .(2009). Adhering to a t’ai chi program to improve glucose control and quality of life for individuals with type 2 diabetes. The journal of alternative and complementary medicine. Mary Ann Liebert, Inc. Diambil dari

(16)

Suyono, S. (2006). Diabetes mellitus di indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat penerbit Departemen Penyakit Dalam FK UI

Tessierab, D. Et.al. (2000). Effect of aerobic physical exercise in the elderly with type 2 diabetes mellitus. Diambil dari

http://www.journals.elsevierhealth.com/periodicals/agg/article/PIIS0167494300000 765/abstract pada tanggal 13 Oktober 2009

Yunir, E. M. & Soebardi S.(2006). Terapi nonfarmakologis pada diabetes mellitus. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat penerbit Departemen Penyakit Dalam FK UI

(17)

Lampiran

Gerakan Senam Diabetes diambil dari

http://www.jawapos.co.id/evergreen/index.php?act=detail&nid=85662

Peregangan

Gerakan 1

Kaki dibuka selebar bahu. Kedua tangan dirangkai di atas kepala. Badan dan kepala dicondongkan ke kanan. Pandangan ke depan. Tahan hingga delapan hitungan. Kembali ke tengah, ulangi untuk sisi sebaliknya.

Gerakan 2

Kaki dibuka selebar bahu. Tangan mengepal di samping badan, bahu diangkat dan diputar. Pada setiap hitungan, posisi bahu diangkat. Lakukan 4 x 8 hitungan.

Pemanasan

Gerakan 1

Kaki dibuka selebar bahu. Lutut ditekuk dan digerakkan turun naik. Tangan di depan dada, telapak tangan dikibas-kibaskan. Lakukan 2 x 8 hitungan, bergantian dalam posisi serong kiri, ke depan, dan serong kanan.

Gerakan 2

Kaki dibuka selebar bahu. Lutut ditekuk, gerakkan turun naik. Siku diangkat setinggi dada dengan gerakan telapak tangan seolah memutar bola. Lakukan 2 x 8 hitungan bergantian dalam posisi serong kanan, ke depan, serong kiri.

Inti Gerakan 1

(18)

Gerakan 2

Buka kaki selebar bahu. Langkahkan kaki bergantian ke samping kiri dan kanan satu langkah. Tangan didorong ke atas dan ke bawah dengan mengepal. Lakukan dengan hitungan 1 x 8.

Pendinginan

Gerakan 1

Kaki dibuka selebar bahu, badan tegak menghadap ke depan. Tangan kanan memegang bahu kiri, tangan kiri memeluk pinggang kanan. Tekuk kaki kanan dua hitungan, kaki kiri lurus; lalu ganti tekuk kaki kanan dua hitungangan, kaki kiri lurus. Lakukan bergantian dalam 1 x 8 hitungan.

Gerakan 2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.8 Distribusi presentase responden berdasarkan tabulasi silang sebelum dan sesudah dilakukan senam diabetesmellitus di hari penelitian pada penelitian pengaruh senam

Aktivitas fisik yang sudah dilakukan pasien Diabetes Mellitus sehari-hari belum dapat dikatakan melakukan olah raga karena tidak sesuai dengan prinsip latihan jasmani

Setelah dilakukan pemberian inulin dalam bentuk pati bengkuang dengan kadar dosis yang berbeda selama 3 minggu, terlihat terjadinya penurunan rata rata kadar

Kemudian kadar gula darah sesudah dilakukan senam sehat diabetes mellitus sebagian besar yakni 7 orang (58,3%) dalam kategori turun dan 5 orang (41,7%) dalam kategori naik,

Pemberian latihan senam aerobik mix impact yang sistematis, teratur, dan kontinu akan mendapatkan hasil yang optimal dalam meningkatkan kesegaran jasmani siswa dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pre test untuk kelompok tidak senam (kontrol) didapatkan sebagian besar memiliki kadar gula dalam kategori normal yaitu sebanyak 11

Tabel 4.7 Uji Bivariat Wilcoxon Signed Ranks test Pengaruh pemberian senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu dan tekanan darah pada penderita diabetes

Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan kepada penderita DM dalam melakukan aktivitas fisik harus secara berkelanjutan dan teratur, namun ketika telah melakukan