UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadiractha indica A.Juss) DAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT
DAUN (Phakoposora pachyrhizi Syd.) PADA KACANG KEDELAI (Glycine max L.) DI BBI TANJUNG SELAMAT
SKRIPSI
Oleh :
MANIUR TAMBUNAN
030302047
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadiractha indica A.Juss) DAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT
DAUN (Phakoposora pachyrhizi Syd.) PADA KACANG KEDELAI (Glycine max L.) DI BBI TANJUNG SELAMAT
SKRIPSI
Oleh :
MANIUR TAMBUNAN
030302047
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadiractha indica A.Juss) DAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT
DAUN (Phakoposora pachyrhizi Syd.) PADA KACANG KEDELAI (Glycine max L.) DI BBI TANJUNG SELAMAT
SKRIPSI
Oleh :
MANIUR TAMBUNAN
030302047
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
(Ir. Zulnayati ) (Ir. Syamsinar Yusuf, MS)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Penelitian :
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan.Nama
: Maniur Tambunan
Nim
: 030302047
Departemen
: Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
(Ir. Zulnayati ) (Ir. Syamsinar Yusuf, MS)
Ketua Anggota
Mengetahui :
ABSTRACT
Maniur Tambunan, ”The Efication Test of Leaf Extracts of Mimba (Azadiractha indica A.Juss) and Sirih (Piper betle L.) leaf to rust disease
(Phakopsora pchyrhizi Syd.) on Soybean (Glycine max L.) in the field, Mrs Ir. Zulnayati as head of supervisor and Mrs Ir. Syamsinar as co-supervisor.
The purpose of this research is to find out the effectiveness of botanical fungicide to control leaf rust disease on soybean.
This research was conducted in UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang , Medan, ± 25 m from sea level started from March until Juni 2008.
The methodology of research is using the non factorial randomized block design consist of 7 combines of treatments K0 (kontrol), K1 (leaf extract of mimba 50 gr/l air), K2 (leaf extract of mimba 100 gr/l air), K3 (leaf extract of mimba 150 gr/l air), K4 (leaf extract of sirih 50 gr/l air), K5 (leaf extract of sirih 100 gr/l air), K6 (leaf extract of sirih 150 gr/l air) and 3 aplication. The observed parameter are the intensity of attacks Phakopsora pachyrhizi and soybean production.
ABSTRAK
Maniur Tambunan, ”Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pchyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan, dengan komisi pembimbing Ibu Ir. Zulnayati selaku ketua dan Ibu Ir. Syamsinar Yusuf MS., selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fungisida botanis dalam mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) pada kacang kedelai (Glycine max (L). Merril).
Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut mulai bulan Maret hingga Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial yang terdiri atas 7 perlakuan yaitu K0 (kontrol), K1 (ekstrak daun mimba 50 gr/l air), K2 (ekstrak daun mimba 100 gr/l air), K3 (ekstrak daun mimba 150 gr/l air), K4 (ekstrak daun sirih 50 gr/l air), K5 (ekstrak daun sirih 100 gr/l air), K6 (ekstrak daun sirih 150 gr/l air) dan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd.(%) dan produksi kedelai (ton/ha).
Riwayat Hidup
”Maniur Tambunan” dilahirkan di Tambunan Kec. Balige Kab. Toba Samosir pada tanggal 12 Agustus 1985 dari pasangan Ayahanda M.Tambunan dan Ibunda R.Sibarani. Penulis merupakan putri ke-6 dari 7 bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar Negeri 174552 Tambunan pada tahun 1997, pada tahun 2000 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama N III Balige, tahun 2003 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri I Balige dan pada tahun 2003 diterima sebagai Mahasiswa di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur SPMB.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah : ”Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan” , yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Unversitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Zulnayati selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Syamsinar Yusuf MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak Kepala Dinas UPT.BBI Tanjung Selamat Ir. Isya. Hutasuhut, Bapak Saut Pasaribu dan keluarga serta seluruh keluarga besar UPT BBI yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
Dan ucapan terimakasih terbesar kepada Ayahanda dan Ibunda atas segala doa dan perhatiannya juga kepada abang, dan kakak serta adek yang tercinta, teman-teman HPT”03, teman-teman sepelayanan UP.FP serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skiripsi ini.
Semoga skiripsi ini kelak lebih bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN... ix
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Serangan Phakopsora pachyrhizi Syd. ... 23
Produksi ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Beda Uji Rataan Intensitas Serangan Phakoposora pachyrhizi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Urediospora Phakopsora pachyrhizi Syd ... 5
2. Gejala Serangan Karat Daun ... 7
3. Permulaan Infeksi Jamur Karat Daun ... 8
4. Siklus Hidup Penyakit Karat Daun ... 9
5. Daun Mimba... 11
6. Daun Sirih... 12
7. Tingkat Gejala Serangan Karat Daun... 21
8. Histogram Pengaruh Fungisida Botanis Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) (%) pada setiap waktu pengamatan... 24
9. Histogram Efektivitas Ekstrak Daun Mimba dan Daun Sirih terhadap Intensitas Serangan Phakopsora pachyrhizi Syd... 26
10. Histogram Rataan Produksi Kedelai (ton/ha)... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Bagan Penelitian... 32
2. Deskripsi Varietas ... 35
3. Data Curah Hujan ... 36
4. Data Pengamatan 4 mst ... 37
5. Data Pengamatan 5 mst ... 38
6. Data Pengamatan 6 mst ... 39
7. Data Pengamatan 7 mst ... 41
8. Data Pengamatan 8 mst... 42
9. Data Pengamatan 9 mst... 44
10.Data Pengamatan 10 mst... 46
11.Rataan Intensitas Serangan... 48
12.Data Produksi ... 49
13.Rataan Produksi... 51
ABSTRACT
Maniur Tambunan, ”The Efication Test of Leaf Extracts of Mimba (Azadiractha indica A.Juss) and Sirih (Piper betle L.) leaf to rust disease
(Phakopsora pchyrhizi Syd.) on Soybean (Glycine max L.) in the field, Mrs Ir. Zulnayati as head of supervisor and Mrs Ir. Syamsinar as co-supervisor.
The purpose of this research is to find out the effectiveness of botanical fungicide to control leaf rust disease on soybean.
This research was conducted in UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang , Medan, ± 25 m from sea level started from March until Juni 2008.
The methodology of research is using the non factorial randomized block design consist of 7 combines of treatments K0 (kontrol), K1 (leaf extract of mimba 50 gr/l air), K2 (leaf extract of mimba 100 gr/l air), K3 (leaf extract of mimba 150 gr/l air), K4 (leaf extract of sirih 50 gr/l air), K5 (leaf extract of sirih 100 gr/l air), K6 (leaf extract of sirih 150 gr/l air) and 3 aplication. The observed parameter are the intensity of attacks Phakopsora pachyrhizi and soybean production.
ABSTRAK
Maniur Tambunan, ”Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pchyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan, dengan komisi pembimbing Ibu Ir. Zulnayati selaku ketua dan Ibu Ir. Syamsinar Yusuf MS., selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fungisida botanis dalam mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) pada kacang kedelai (Glycine max (L). Merril).
Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut mulai bulan Maret hingga Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial yang terdiri atas 7 perlakuan yaitu K0 (kontrol), K1 (ekstrak daun mimba 50 gr/l air), K2 (ekstrak daun mimba 100 gr/l air), K3 (ekstrak daun mimba 150 gr/l air), K4 (ekstrak daun sirih 50 gr/l air), K5 (ekstrak daun sirih 100 gr/l air), K6 (ekstrak daun sirih 150 gr/l air) dan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd.(%) dan produksi kedelai (ton/ha).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L.) Merril). Berasal dari
daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad
ke -17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai
ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria;
Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika
(Deptan, 2007).
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di
Indonesia. Berdasarkan luas panen, di Indonesia kedelai menempati urutan ke tiga
sebagai tanaman palawija setelah ubi kayu dan jagung. Rata-rata luas pertanaman
per tahun sekitar 703.878 ha, dengan total produksi 518.204 ton (Suprapto, 1990).
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar
dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu : olahan dalam bentuk
protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat
digunakan sebagai industri makanan diolah menjadi : susu, vetsin, kue-kue,
permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti :
kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk makanan
minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makan dan non makanan.
makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak
goreng,margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin
dibuat antara lain : margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi
(Deptan, 2007).
Di Indonesia, umumnya kedelai ditanam pada musim kemarau, namun
pada musim kemarau sering terjadi penyakit karat. Penyakit karat merupakan
penyakit utama pada kedelai dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia
(Semangun, 1993).
Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain adalah
gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering merusak tanaman
kedelai adalah karat daun. Penurunan hasil oleh penyakit ini berkisar antara
30-60 %. Selain menurunkan hasil, penyakit karat daun juga berpotensi
menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang tertular penyakit ini
memiliki biji lebih kecil (Sumarno, et al, 1990).
Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat
dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan
alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas fungisida botanis mengendalikan penyakit
karat daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) pada kacang kedelai
(Glycine max (L.) Merril ).
Hipotesa Penelitian
Setiap jenis fungisida botanis dan dosis yang berbeda mempunyai
efektivitas yang berbeda dalam mengendalikan penyakit karat
(Phakopsora pachyrhizi Syd.) pada kacang kedelai (Glycine max (L.) Merril).
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian
di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.)
Biologi Penyebab Penyakit
Penyakit karat pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur
Phakopsora pachyrhizi Syd. (Agrios, 1996).
Menurut Semangun (1996), jamur P. pachyrhizi Syd. diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio : Mycota
Class : Basidiomycetes
Sub Class : Heterobasidomycetes
Ordo : Uredinales
Family : Melampaoraceae
Genus : Phakopsora
Spesies : Phakopsora pachyrhizi Syd.
Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umumnya belum tua,
dan bisa menyebakan hampanya polong. Pada serangan yang berat, daun-daunnya
rontok. Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan beterbangan,
kemudian akhirnya hinggap menyerang tanaman yang masih sehat. Di samping
Phakopsora pachyrhizi Syd. mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas
daun coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar
merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk
penutup yang mirip dengan kubah di atas uredium. Parafisa membengkok,
berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami
dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang
20-47 µm (Semangun, 1993).
Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan
bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan
bergaris tengah 100-200 µ m. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang yang
menjadi jalan keluarnya urediospora (Tim Penulis PS, 1992).
Urediumnya berbentuk seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil.
Uredium dibentuk dibawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau
jorong. Di pusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi
jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau
jorong hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin
yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus (Semangun, 1993).
Gambar 1. Urediospora Phakopsora pachyrhizi Syd. penyebab penyakit karat kedelai 300 x(dalam Anon.,1985)
Gejala Serangan
Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga.
Bintik-bintik coklat lebih banyak nampak di permukaan daun bagian bawah.
Apabila daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan.
Penyakit ini dapat mengurangi fotosintesa sehingga serangannya berat banyak
polong yang tidak terisi penuh (Suprapto, 1990).
Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada batang.
Mula-mula di sini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi
sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat
sebelum bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena dibatasi
oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada perkembangan
tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga, bercak-bercak menjadi
lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua bahkan hitam.
Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun bawah, yang lalu
berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak, meskipun umumnya
terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas daun
(Semangun, 1993).
Penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umurnya belum tua, dan
pada tanaman seperti ini dapat menyebabkan hampanya polong. Pada tanaman
yang telah berumur lebih dari 65 hari penyakit tidak berpengaruh terhadap
produktivitas biji kedelai (Matnawy, 1989).
Daun berbercak-bercak kecil berwarna coklat kelabu dan sedikit demi
daun disekitar tempat infeksi, bercak tersebut tampak bersudut-sudut.
Bercak-bercak dapat membesar dan menyatu, terutama setelah tanaman berbunga.
Bercak-bercak ini umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi dapat juga
terbentuk pada bagian atas. Gejala ini mula-mula tampak pada daun-daun yang
tua, kemudian berkembang ke daun-daun yang lebih muda
(Tim Penulis PS, 1992).
Gambar 2. Gejala Serangan Karat Daun
Sumber : Foto Langsung
Gejala penyakit karat tampak pada daun, tangkai daun dan kadang-kadang
pada batang, yang mula-mula terbentuk bercak-bercak dan kemudian berkembang
menjadi bisul (pustul) yang berwarna seperti karat. Pada umumnya serangan
terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada
daun-daun bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas
(Yusmani dan Sumartini, 2001).
Daur Hidup Penyakit
Urediospora masuk ke dalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai
mulut kulit (stomata), ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk
apresorium. Alat ini membentuk tabung penetrasi yang masuk ke dalam lubang
stomata lalu membengkak menjadi gelembung substomata di dalam ruang udara.
membentuk haustorium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang
(Semangun, 1996).
Gambar 3. Permulaan infeksi jamur karat, sp, urediospora; pk, pembuluh
kecambah; ap, apresorium; ti, tabung infeksi; g, gelembung (vesicle);
hi, hifa infeksi. Sumber : Badan Biometereologi FMIPA IPB.
Phakopsora pachyrhizi Syd. dapat menginfeksi banyak tanaman
kacang-kacangan antara lain kacang asu (Calopogonium mucunoides), kara pedang
(Canavalia gladiota), kratok (Phaseolus lunatus), buncis (Phaseolus vulgaris),
kecipir (Psophacarpus tetragonolobus), kacang hijau (Vigna radiata L.), kacang
panjang (Vigna unguiculata). Phakopsora pachyrhizi tidak dapat bertahan dalam
biji (Semangun, 1993).
Gambar 4. Siklus hidup penyakit karat kedelai
Sumber : Frederick, 2008.
Faktor Yang Mempengaruhi
Urediospora dapat berkecambah pada suhu optimum 15-250C. Oleh sebab
itu, kedelai sering terinfeksi pada suhu 20-250 C dengan cuaca berembun selama
10-12 jam pada suhu 15-17 diperlukan embun 16-18 jam (Tim Penulis PS, 1992).
Penggunaan varietas yang resisten atau agak resisten dapat mengurangi
intensitas serangan. Akan tetapi oleh karena strain cendawan dapat berubah,
sehingga ketahanan varietas terhadap serangan penyakit ini dapat menurun bila
strain baru timbul (Suprapto, 1990).
Penularan dapat terjadi dengan perantaraan angin yang menerbangkan dan
Masa berembun terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-250 C
adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-170C adalah 8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila
suhu lebih tinggi dari 27,50C. Bakal uredium mulai tampak 5-7 hari setelah
inokulasi, dan pembentukan spora terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakit karat yang
lebih berat terjadi pada pertanaman kedelai musim hujan (Semangun, 1993).
Pengendalian Penyakit
Pengendalian ini dapat dicegah dengan peraturan waktu tanam, pergiliran
tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inang jamur
Phakopsora pachyrhizi dan menghindari penanaman yang berdekatan dengan
tanaman yang merupakan sumber tersebut (Tim Penulis PS, 1992).
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane
atau Benlate dengan dosis 2 gram/liter bisa lebih efektif jika obat ini diberikan
pada serangan belum begitu berat (Suprapto, 1990).
Beberapa hama penyakit tersebut cukup sulit dikendalikan apabila sudah
terlanjur menyerang tanaman. Untuk itu, disarankan untuk mengadakan
pencegahan dengan cara sebagai berikut :
- Menanam varietas tahan
- Tanam serempak
- Pergiliran tanaman
- Membersihkan gulma
- Benih dicampur dengan Benlate T 20
(Najiyati dan Danarti, 1999).
Fungisida Botanis
Mimba (Azadirachta indica A.Juss).
Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestida nabati dengan
kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara
sederhana di negara berkembang, mauoun digunakan secara terformula di negara
maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri mimba sudah
digunakan secara meluas, yang pada awalnya hanya diperuntukkan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman yang bukan
untuk dikonsumsi, namun belakangan ini dipergunakan untuk mengendalikan
OPT pada tanaman pangan (Kardinan dan Dhalimi , 2007).
Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai
pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat digunakan
sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida. Senyawa aktif
yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol,
sallanin dan nimbin (Deptan, 2007).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti anti
virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat digunakan dalam mengendalikan
penyakit tanaman (Kardinan dan Dhalimi, 2007).
Keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah bahwa azadiracthin bersifat
sistemik yaitu dapat meresap ke dalam jaringan tumbuhan, sehingga dapat
diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap oleh tanaman akan
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan akan berfungsi
melindungi tanaman dari gangguan OPT (Kardinan dan Dhalimi, 2007).
Sirih (Piper betle L.)
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah
lama dikenal sebagai bahan baku obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan
pestisida alternatif karena dapat digunakan /bersifat sebagai fungisida dan
bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol
(fenil propana), enzim diastase tannin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin
A, B, C serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan
menghambat perkembangan bakteri dan jamur (Deptan, 2007).
Kandungan kimia yang terdapat pada daun sirih dari minyak asiri,
hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, fenil propada, tannin dan sebagainya. Karena
kelengkapan kandungan zat/senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih memiliki
manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat (Suriawiria, 2007).
Menurut Darsam et al , 1993; Sumartini, 2001; Rahaju; 2001 dalam
Suharso, 2003 bahwa daun sirih (Piper betle) dapat digunakan sebagai pestisida
nabati untuk mengendalikan jamur. Tanaman yang berasal dari India dan
Srilangka ini dikenal sejak 600 tahun sebelum masehi, bentuk daun melebar, elips
melonjong atau bulat telur melonjong dengan pangkal seperti jantung dan ujung
meruncing pendek. Senyawa yang terkandung diantaranya yang terbesar adalah
chavicol dan betlepenol. Senyawa chavicol memiliki daya antiseptic yang kuat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan UPT. Balai Benih Induk (BBI)
Palawija Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dengan
ketinggian tempat 25 M dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2008
sampai Juni 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai
varietas Anjasmoro, kompos, ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirih, air, tanah.
Pupuk NPK mutiara, tipoll.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, embor,
blender, timbangan, kain saring, handsprayer, meteran, parang, kalkulator dan alat
tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan dengan menggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan .
Adapun perlakuan yang di uji adalah :
K0 = Kontrol
K2 = Ekstrak Daun Mimba 100 gr/ltr air
K3 = Ekstrak Daun Mimba 150 gr/ltr air
K4 = Ekstrak Daun Sirih 50 gr/ltr air
K5 = Ekstrak Daun Sirih 100 gr/ltr air
K6 = Ekstrak Daun Sirih 150 gr/ltr air
(t-1) (r-1) ≥ 15
(11-1) (r-1) ≥ 15
10r – 10 ≥ 15
10 r ≥ 25
r ≥ 3,5
r = 3
Jumlah ulangan (r) = 3
Adapun model linear rancangan yang dugunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Y ij = µ + γi + αj + ε ij
Keterangan :
Y ij = data percobaan
γi = efek blok dari taraf ke-i
αj = efek perlakuan dari taraf ke-j
εij = efek error
jika sidik ragam menunjukkan hasil nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Duncan (DMRT) (Gomez, 1995).
Pelaksaan Penelitian
Persiapan Areal
Areal penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman.
Kemudian tanah dicangkul sebanyak dua kali serta digaru satu kali hingga tanah
menjadi gembur dan rata kemudian kompos ditebarkan diatas tanah yang telah
digemburkan. Dibuat plot-plot dengan ukuran 2 x 1,5 meter jadi luas 1 plot 3 m2.
Jumlah plot seluruhnya adalah 3 x 7 = 21 plot yang mana jarak antar plot
0,5 m dan jarak antar ulangan 1,0 m.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali pada saat bertanam kedelai dan 3 minggu
setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah NPK Mutiara sebanyak 100 gr/ plot.
Pupuk diberikan disela-sela barisan tanaman 5 cm dari tanaman. Untuk
pemupukan pertama, diberikan 50 gr/plot dan pupuk susulan diberikan saat
Penanaman
Penanaman dilaksanakan pada akhir bulan Maret 2008 dan dilakukan pada pagi
hari. Cara penanaman dilakukan dengan tugal dengan kedalaman ± 1,5 – 2 cm dan
setiap lobang dimasukkan 2 biji kedelai dengan jarak tanam 15 x 40 cm. jadi
dalam 1 plot terdapat 50 populasi tanaman kedelai (AAK, 1991).
Penjarangan
Benih yang telah tumbuh 2 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan.
Penjarangan dilakukan dengan cara memotong 1 tanaman kedelai dari 2 bibit
yang ditanam pada lubang tanam sehingga untuk setiap lubang tanam yang
terdapat 1 tanaman kedelai saja pertumbuhannya baik dan sehat
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman diakukan sekali 2 hari apabila tidak turun hujan dan disesuaikan
dengan pertumbuhan tanaman. Perumputan dilakukan secara manual yang
dilakukan dua kali selama pertumbuhan vegetatif dan dua kali selama
pertumbuhan generatif, sehingga diharapkan gulma tidak mempengaruhi keadaan
pertumbuhan tanaman pada pengujian ini.
Pengendalian hama bila ada dilakukan dengan menggunakan insektisida Sevin
85 S dengan dosis 25 cc/l air. Penyemprotan dikakukan sejak tanaman berumur 5
Pembuatan Larutan Fungisida Botanis
Larutan Mimba
Diambil daun mimba dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih.
Ditimbang dengan masing-masing dosis 50 gr, 100 gr, dan 150 gr. Daun mimba
selanjutnya diblender dan disaring. Daun mimba yang telah diblender dicampur
dengan air masing-masing sebanyak 1000 ml. Larutan disimpan diruang inkubasi
selama 24 jam pada suhu kamar kemudian ditambahkan teepol sebanyak 0,2 %
dan selanjutnya siap digunakan (Yusmani dan Sumartini, 2001).
Larutan Sirih
Diambil daun sirih dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih.
Ditimbang dengan masing-masing dosis 50 gr, 100 gr, dan 150 gr. Daun sirih
selanjutnya diblender dan disaring. Daun sirih yang telah diblender dicampur
dengan air masing-masing sebanyak 1000 ml. Larutan disimpan diruang inkubasi
selama 24 jam pada suhu kamar kemudian ditambahkan teepol sebanyak 0,2 %
dan selanjutnya siap digunakan (Yusmani dan Sumartini, 2001).
Aplikasi Fungisida Botanis
Larutan mimba dan sirih yang telah diperoleh siap diaplikasikan ke
lapangan. Di mana dosis aplikasi larutan mimba dan sirih yaitu sebesar 50 gr/ltr
air, 100 gr/ltr air, 150 gr/ltr air. Sebelum aplikasi, ke dalam larutan ditambahkan
bahan perata yaitu teepol 0,2 %. Aplikasi dilakukan pada saat tanaman mulai
terserang pada umumnya serangan terjadi pada masa vegetatif hingga fase
dengan waktu aplikasi 1 kali seminggu dari umur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, 49
hst.
Aplikasi larutan mimba dan sirih dilakukan dengan menggunakan
handsprayer dengan cara menyemprotkan ke tanaman. Aplikasi fungsida botanis
ini dilakukan pada sore hari. Aplikasi dilakukan sekali dalam 1 minggu.
Panen
Kedelai harus dipanen pada saat mencapai kemasakan biji yang tepat,
yaitu daun-daunnya telah menguning dan mulai gugur, polong mengering dan
berawarna kecoklatan pada umur 90 hari setelah tanam. Cara panen dengan
menggunakan sabit, kemudian bijinya dirontokkan dari batangnya dan
dikeringkan kembali.
Parameter Pengamatan
Sampel yang diamati dalam satu plot adalah ± 10 % dari jumlah tanaman
per plot. Pengambilan tanaman sampel dibuat secara acak, jumlah tanaman
sampel dalam plot adalah 5 tanaman (Lihat bagan tanaman sampel, lampiran
hlm 34).
Intensitas Serangan ( % ).
Intensitas serangan penyakit diamati satu hari sebelum pengaplikasian
ekstrak daun mimba dan daun sirih dan kemudian diamati seminggu sekali hingga
Besarnya intensitas serangan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Dimana :
I = Intensitas Serangan
n = Jumlah daun dalam tiap kategori serangan
v = Nilai skala tiap kategori serangan
Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati.
Kategori Skala Kerusakan
Skala Kode Kerusakan
0 111
1 122,123,132,133,222,223
2 142,143,232,233,242,243,322,323
3 332,333
4 343
Keterangan Notasi / Kode
Digit 1 : Mencatat posisi daun yang diamati pada tanaman kacang kedelai
2 = sepertiga bagian tengah daun kedelai diukur dari permukaan tanaman
3 = sepertiga bagian atas daun kedelai diukur dari permukaan tanaman
Digit 2 : Tingkat Kepadatan lesio karat pada daun yang diamati
1 = tidak terjadi infeksi 0 lesio/cm2
2 = kepadatan lesio 1-8 lesio/cm2
3 = kepadatan lesio 9-16 lesio/cm2
4 = kepadatan lesio padat > 16 lesio/cm2
Digit 3 : Mencatat reaksi tanaman
1 = tidak ada pustul
2 = pustul tidak bersporulasi
3 = pustul bersporulasi
Gambar 7. Tingkat gejala serangan penyakit karat kedelai
Sumber : Suprapto , 1990.
Produksi
Pengamatan produksi tanaman dilakukan saat panen. Ini dilakukan dengan
cara menimbang berat kering polong yang dipanen dari masing-masing plot
perlakuan (kg/m2). Lalu hasilnya dikonversikan ke dalam ton per ha.
Luastotal l oduksitota Y = Pr
Y = Rataan Produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensintas Serangan Phakopsora pachyrhizi Syd.
Hasil pengamatan intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd. Pada
setiap waktu pengamatan mulai dari 4 – 10 minggu setelah tanam (mst) dapat
dilihat pada lampiran 4 – 10. Dari analisa sidik ragam dapat dilihat adanya
perbedaan yang tidak nyata dan nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui
perlakukan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel.1 Beda Uji Rataan Intensitas Serangan Phakopsora pachyrhizi Syd. (%) Untuk Setiap Waktu Pengamatan (mst).
Perlakuan Waktu Pengamatan (mst)
4 5 6 7 8 9 10
Keterangan : Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata, pada taraf 5 % dengan Uji Jarak Duncan (DMRT).
Pada tabel 1 pengamatan 10 mst ditunjukkan bahwa intensitas serangan
tertinggi terdapat pada perlakukan K0 yaitu sebesar 15,06 % dan intensitas
serangan terendah terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 10,75 %.
Rataan intensitas serangan pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan
kedua pestisida nabati mampu menekan perkembangan
disebabkan kandungan senyawa pada daun mamba dan sirih bersifat sistemik
yaitu dapat masuk ke dalam jaringan tanaman, menurut Kardinan dan Dhalimi
(2007) menyatakan bahwa azadiractin bersifat sistemik yaitu dapat meresap ke
dalam jaringan tanaman, maka apabila terisap oleh tanaman akan ditranslokasikan
ke bagian tanaman lainnya seperti daun dan akan berfungsi melindungi tanaman
dari gangguan OPT..
Serangan penyakit ini muncul pada minggu ke-4 setelah tanam, dimana
pada setiap tanaman mulai muncul bercak-bercak karat kecil meskipun masih
sangat sedikit persentasenya, dimana serangan tertinggi pada perlakuan kontrol
(K0) sebesar 3,04 % dan terendah pada perlakuan K6 sebesar 1,83 %. Dan pada
umumnya penyakit muncul pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam
hingga tanaman siap dipanen.
0
Gambar 8. Histogram Pengaruh Fungisida Botanis Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) (%) pada setiap
Dari histogram diatas terlihat bahwa pada setiap waktu pengamatan
(4-10 mst) terjadi perubahan nilai persentase serangan pada setiap perlakuan.
Namun intensitas serangan mengalami peningkatan setiap minggunya secara
bertahap dari 4 mst sampai 10 mst. Serangan penyakit karat daun pada kedelai ini
dapat dipengaruhi oleh umur tanaman serta faktor musim atau keadaan
lingkungan pada saat tanam. Ketahanan semakin menurun dengan bertambahnya
umur tanaman. Pada umur tanaman 65 hari penyakit ini tetap berkembang tetapi
tidak mempengaruhi produktivitas lagi. Matnawy (1989) menyatakan bahwa
penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umurnya belum tua, dan pada
tanaman seperti ini dapat menyebabkan hampanya polong. Pada tanaman yang
telah berumur lebih dari 65 hari penyakit tidak berpengaruh terhadap
produktivitas biji kedelai.
Efektivitas Fungisida Botanis terhadap Pengendalian Phakopsora pachyrhizi Syd.
Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh fungisida
botanis terhadap intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi pada pengamatan 4, 5
dan 7 minggu setelah tanam menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dan pada
6,8,9,10 minggu setelah tanam setiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang
nyata.
Pada perlakuan K1, K2 dan K3 merupakan perlakuan yang menggunakan
ekstrak daun mimba (Azadiractha indica ) dengan dosis yang berbeda-beda dan
perlakukan K4, K5, dan K6 merupakan perlakuan yang menggunakan ekstrak
P. Pachyrhizi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak daun mimba lebih besar
daripada rataan intensitas serangan yang menggunakan ekstrak daun sirih.
Dari data tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang menggunakan
ekstrak daun sirih (K4, K5 dan K6) lebih efektif untuk mengendalikan penyakit
karat daun daripada ekstrak daun mimba (K1, K2 dan K3). Anonimus b (2007)
menyatakan bahwa senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil
fenol (fenil propana), enzim diastase tannin, gula, amilum/pati, enzim katalase,
vitamin A, B, C serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan
menghambat perkembangan bakteri dan jamur.
Gambar 9. Histogram Efektivitas Ekstrak Daun Mimba dan Daun Sirih terhadap Intensitas Serangan Phakopsora pachyrhizi Syd.
Pada setiap perlakuan kecuali K0 memiliki dosis yang berbeda,dimana K1
dan K4 dosisnya 50 gr/l, K2 dan K5 dosisnya 100 gr/l K3 dan K6 dosisnya 150
gr/l. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan dengan dosis yang berbeda
memiliki efektivitas yang berbeda juga dalam mengendalikan penyakit karat daun.
Dan dari tabel 1 dilihat bahwa dosis yang paling efektif untuk mengendalikan
serangan P. pachyrhizi adalah perlakuan K6 dengan dosis 150 gr/l untuk ekstrak
diantaranya yang terbesar adalah chavicol dan betlepenol. Senyawa chavicol
memiliki daya antiseptic yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima
kali lipat fenol biasa.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui angin, percikan air, hujan
dan sebagainya. Dalam penelitian ini rataan curah hujan sekitar 3,4 mm / bln.
Perkembangan penyakit Phakopsora pachyrhizi juga dipengaruhi oleh daur hidup
penyakit yang sangat singkat. Semangun (1993) menyatakan masa berembun
terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-250 C adalah 6 jam, sedang pada
suhu 15-170C adalah 8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi dari
27,50C. Bakal uredium mulai tampak 5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan
spora terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada
pertanaman kedelai musim hujan.
Produksi
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan
pestisida nabati berpengaruh sangat nyata terhadap produksi.
Tabel 2. Rataan Produksi (ton/ha)
Perlakuan Produksi (ton/ha)
Dari tabel 2 dilihat bahwa rataan berat kering biji tertinggi terdapat pada
perlakuan K5 sebesar 2,29 ton/ha, sedangkan terendah pada perlakuan K0 sebesar
1, 38 ton/ha. Menurut deskripsi tanaman dari UPT BBI Tanjung Selamat
menyatakan bahwa rata-rata hasil produksi tanaman ini adalah 2,25 – 2,3 ton / ha.
Gambar 10. Histogram Rataan Produksi Kedelai (ton/ha).
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan K0 merupakan produktivitas
terendah dengan intensitas serangan yang mengakibatkan rendahnya produksi
(Sumarno, et al, 1990) menyatakan bahwa penurunan hasil oleh penyakit ini
berkisar antara 30-60 %. Selain menurunkan hasil, penyakit karat daun juga
berpotensi menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang tertular
penyakit ini memiliki biji lebih kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd tertinggi pada 10 mst
untuk perlakuan kontrol (K0) sebesar 15,06 % dan yang terendah pada
perlakuan ekstrak daun sirih 100 gr/l (K5) sebesar 10,75 %.
2. Fungisida botanis yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit
Phakopsora pachyrhizi Syd. adalah ekstrak daun sirih dengan intensitas
serangan terendah 10,75 % (K5).
3. Berdasarkan rataan intensitas serangan, dosis yang paling efektif untuk
mengendalikan penyakit Phakopsora pachyrhizi Syd. adalah daun sirih
100 gr/l.
4. Produksi tertinggi adalah pada perlakuan K5 dengan menggunakan ekstrak
daun sirih 100 gr/l sebesar 2, 29 ton / ha. Dan produksi terendah pada
perlakuan K0 (kontrol) sebesar 1, 38 ton/ha.
Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut tentang perkembangan penyakit
karat daun kedelai Phakopsora pachyrhizi Syd. pada musim tanam dan varietas
DAFTAR PUSTAKA
AAK., 1991. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 74.
Abadi, A.L., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian 3. Bayu Media. Malang. Hlm 44-45.
Agrios, N.G., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerjemah : M.Busnia., Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Deptan., 2007. Budidaya Pertanian Kedelai (Glycine max L.).
Deptan., 2007. Manajamen Hama dan Penyakit.
Frederick, 2008. About Soybean Rust. USDA-ARS. (17 Juni 2008).
Hanafiah, Kemas Ali., 1993. Dasar-Dasar Agrostatiska. Raja Grafindo Persada. Jakarta.Hlm 3.
Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 4.
Kardinan, A dan Azmi Dhalimi., 2007. Mimba (Azadiractha indica A.Juss)
Tanaman Multimanfaat.
November 2007) .
Matnawy H., 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 40.
Najiyati, S dan Danarti., 1999. Palawija. Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1, 47.
Semangun, H., 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm 168-173.
_________, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah mada University Press. Yogyakarta. Hlm 103.
Sudarsono, T dan T. Sujarman., 1981. Pedoman Manajamen Usaha Tani. Dinas Pendidikan, Direktorat Penyuluhan Pertanian, Jakarta. Hlm 62.
Suharso, 2003. Kandungan Kimia Sirih dan Manfaatnya. (28 November 2007).
Sumarno, D.M Arsyad dan I Manwan., 1990. Teknologi Usaha Tani Kedelai. Risalah Lokakarya, Bogor, 12 Desember 1990. dalam Penyaringan Galur Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun.
Suprapto, H.S., 1990. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta . Hlm1, 47.
Suriawiria, U., 2007.Daun Sirih Obat Serbaguna Sepanjang Masa Kandungan Kimia Sirih.http://my-curio.us/?p=730 (28 November 2007).
Tim Penulis PS., 1992. Hama dan Penyakit, Sayur dan Palawija. Tim Penulis PS. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 157-158.
Keterangan :
K0 = Kontrol
K1 = Ekstrak Daun Mimba 50 gr/ltr air
K2 = Ekstrak Daun Mimba 100 gr/ltr air
K3 = Ekstrak Daun Mimba 150 gr/ltr air
K4 = Ekstrak Daun Sirih 50 gr/ltr air
K5 = Ekstrak Daun Sirih 100 gr/ltr air
K6 = Ekstrak Daun Sirih 150 gr/ltr air
Luas Lahan = 16 m x 10 m
Jumlah Plot = 21
Luas tiap plot = 2 m x 1.5 m
Jarak antar plot = 0,5 m
Jarak antar ulangan = 1 m
Jarak tanam = 40cm x 15 cm
Jumlah populasi/plot = 2 m x 1,5 m
40 cm x 15 cm
= 50 tanaman
Jumlah Populasi tanaman = 21 x 50
x x x x x
x x x x x
x ♣ x ♣ x
x x x x x
x x x x x
x x ♣ x x
x x x x x
x ♣ x ♣ x
x x x x x
x x x x x
Bagan Tanaman Sampel
Keterangan :
X = tanaman utama
♣ = tanaman yang dijadikan sampel (persentase tanaman sampel sebesar 10 % dari
Lampiran 2.
Deskripsi Varietas Anjasmoro
Nomor galur : Mansuria 395-49-4
Asal : seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Warna Hipokotil : Ungu
Warna Epikotil : Ungu
Warna Bunga : Ungu
Warna Bulu : Putih
Warna Kulit Polong masak : Coklat muda
Warna Daun : Hijau
Batang Tanaman : Jumlah buku pada batang tanaman utama 12,9-14,8
Umur mulai berbunga : 35,7-39,4 hari
Umur Polong Masak : 82,5-92,5 hari
Rata-rata Hasil : 2,25-2,30 ton/ ha
Warna Kulit Biji : Kuning
Warna Hilum : Kuning kecoklatan
Bobot 100 biji (g) : 14,8-15,3
Kandungan lemak : 17,21-18,60 %
Kandungan Protein : 41,78-42,05 %
Ketahanan terhadap Pecah Polong : Tahan
Ketahanan terhadap rebah : tahan
Ketahanan terhadap penyakit : ketahanan terhadap karat daun sedang
Perkecambahan : 78-76 %
Tahun Lepas : 22 Oktober 2001
No.SK Pelepasan : 537/kpts/TP.240/10/2001
Lampiran 3. DATA CURAH HUJAN
TAHUN 2008
Stadium : BBI Tjg.Selamat Kabupaten : Deli Serdang
No.Stasiun : CXII MSI : UPT.BBI Palawija
Kecamatan : Sunggal Tanjung Selamat
Tanggal Curah Hujan / Bulan (mm)
Maret April Mei Juni
Diisi pada tanggal pemeriksaan tiap jam 07.00 pagi
Pecahan lebih besar atau sama dengan 0,5 mm Tanjung Selamat, Juli 2008
Dibulatkan ke atas dan lebih kecil dari 0,5 mm (Pencatat Curah Hujan)
Dibulatkan ke bawah (Suhardiman Sinaga)
Lampiran 4.
Data Pengamatan 4 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 4 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 4 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Lampiran 5
Data Pengamatan 5 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 5 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 5 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Lampiran 6.
Data Pengamatan 6 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 6 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 6 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Uji Jarak Duncan
Sy = 1,04
P 2 3 4 5 6 7
SSR 0.01 4.32 4.55 4.68 4.76 4.81 4.92
LSR 0.01 4.47 4.71 4.84 4.93 4.98 5.09
Perlakuan K6 K3 K5 K4 K2 K1 K0
Rataan 10.44 10.63 11.97 12.01 13.78 14.85 17.11
A
Lampiran 7.
Data Pengamatan 7 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 7 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 7 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Lampiran 8.
Data Pengamatan 8 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 8 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 8MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Uji Jarak Duncan
Sy = 0,64
P 2 3 4 5 6 7
SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42
LSR 0.05 1.98 2.08 2.14 2.16 2.19 2.20
Perlakuan K4 K6 K3 K2 K5 K1 K0
Rataan 15.12 15.7 16.24 16.28 16.72 18.17 18.62
a
b
Lampiran 9.
Data Pengamatan 9 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Data Pengamatan 9MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 9 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Uji Jarak Duncan
Sy = 0.65
P 2 3 4 5 6 7
SSR 0.05 3.08 3.23 3.33 3.36 3.40 3.42
LSR 0.05 1.99 2.09 2.15 2.17 2.20 2.21
Perlakuan K6 K5 K4 K3 K2 K1 K0
Rataan 17.17 17.97 17.44 18.28 18.81 18.78 21.10
a
Lampiran 10.
Data Pengamatan 10 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III Data Pengamatan 10 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Data Pengamatan 10 MST (Transformasi Arc Sin √p.)
Uji Jarak Duncan
Sy = 0,42
P 2 3 4 5 6 7
SSR 0.01 4.32 4.55 4.68 4.76 4.81 4.92
LSR 0.01 1.83 1.93 1.98 2.02 2.04 2.09
Perlakuan K5 K6 K3 K4 K2 K1 K0
Rataan 19.15 19.39 20.46 20.88 21.52 22.00 22.84
a
b
Lampiran 11.
Rataan Intensitas Serangan (%) pada 4 mst - 10 mst.
Perlakuan Waktu Pengamatan (mst)
Lampiran 12.
Data Produksi dikonversikan ke ton/ha
Perlakuan Data Produksi dikonversikan ke ton/ha (Transformasi Arc Sin √p.)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam Produksi dikonversikan ke ton/ha (Transformasi Arc Sin √p.)
Uji Jarak Duncan
Sy 0.27
P 2 3 4 5 6 7
SSR 0.01 4.32 4.55 4.68 4.76 4.81 4.92 LSR 0.01 1.17 1.23 1.27 1.29 1.30 1.33
Perlakuan K0 K1 K3 K4 K2 K5 K6
Lampiran 13.
Data Rataan Produksi (Ton/ha)
Perlakuan Produksi (ton/ha)