• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP

POLA MAKAN VEGETARIAN TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH

SURYANI

071000082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.

(3)

ABSTRACT

Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..

The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.

The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.

Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Suryani

Tempat/ tanggal lahir : Kabanjahe/ 07 Juni 1989

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Letnan Abdul Kadir No. 11 Kabanjahe

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994 − 1995 : TK. Methodist Kabanjahe

2. Tahun 1995 − 2001 : SD Methodist Kabanjahe

3. Tahun 2001 − 2004 : SLTP Methodist Kabanjahe

4. Tahun 2004 − 2007 : SMA Negeri 1 Kabanjahe

5. Tahun 2007 − 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan

kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011”.

Selama Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan material dan

moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peda kesemaptan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU

3. dr. Linda T. Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing,

memberikan banyak saran dan ilmu, serta dukungan semangat kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis

7. Seluruh staf pengajar di FKM-USU, terima kasih untuk bimbingan serta ilmu

yang telah diberikan selama ini, dan juga terima kasih untuk Bang Hendro

Lukito yang telah banyak membantu dalam hal administrasi.

8. Ir. Indra Chahaya, Msi, selaku Dosen Penasehat Akademik bagi penulis

(6)

9. Secara khusus buat Orangtua Penulis, Teh Kong Thuan (Momar) dan Tan Moi

Juan (Megawati) yang penulis sangat sayangi, terima kasih atas segala perhatian,

semangat dan dukungan material dan moral.

10. Buat adikku Henny terima kasih atas dukungan dan doanya.

11. Para sahabat Ita Novita, Dewi, Peranika Pakpahan, Arif K Lola, Kak Nova

Yanti Siregar, SKM, Kak Nelly Rosmery Panggabean, SKM, Kak Beta

Liana Putri NSt, yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan terima

kasih untuk kebersamaan, canda tawa, suka duka, saran dan kritikan yang

membangun, makasih untuk persahabatannya. makasih buat segala

dukungannya.

12. Teman-teman PBL (Agustini Tampubolon, Grace Ilona Manalu, Zuhrina,

Kak Uly, SKM) dan teman-teman LKP serta teman-teman peminatan PKIP

(Kak Nabila, Day, Bang Sukardi, Addlinsyah, Putra, Juni, Mustajudin) dan seluruh teman-teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per

satu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan

memilikikekurangan baik dari isi maupun penulisan, namun penulis berharap

semoga skripsi ini bapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus, 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... i-a ABSTRACT ... i-b DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku ... 8

2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.2.PerubahanPerilaku... ... 14

2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)... 15

2.1.4. Proses Adopsi Perilaku ... 16

2.2. Sayur-sayuran dan Buah-buahan ... 17

2.2.1. Manfaat sayur dan buah ... 17

2.3. Metabolisme ... 18

2.4. Pola Makan Vegetarian ... 19

2.3.1. Pengertian Pola Makan vegetarian ... 19

2.3.2. Sejarah Vegetarian ... 20

2.3.3. Manfaat Vegetarian ... 21

2.3.4. Tipe Vegetarian ... 23

2.3.5. Alasan Orang Menjadi Vegetarian ... 24

2.3.6.1. Alasan agama ... 24

2.3.6.2.Alasan Keuangan ... 26

2.3.6.3. Alasan Kesehatan ... 27

2.3.6.4. Alasan Etika ... 28

2.3.6.5. Alasan Lingkungan ... 29

2.4. Hasil Penelitian Lain ... 30

2.6. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

(8)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1. Data Primer ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5 Definisi Operasional ... 36

3.6. Instrumen dan Cara Pengukuran ... 37

3.6.1. Instrumen ... 37

3.6.2. Cara Pengukuran ... 37

3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 45

3.7.1. Metode Pengolahan Data ... 45

3.7.2. Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 46

4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 47

4.3. Gambaran sumber Informasi Responden ... 48

4.4. Gambaran Perilaku Responden ... 52

4.4.1. Pengetahuan Responden ... 52

4.4.2. Sikap Responden ... 62

4.4.3. Kelompok Referensi Responden ... 69

4.4.4. Niat Responden ... 72

4.4.5. Tindakan Responden ... 77

BAB V PEMBAHASAN ... 84

5.1. Gambaran Karakteristik ... 84

5.2. Gambaran Sumber Informasi ... 85

5.3. Pengetahuan ... 87

5.4. Sikap ... 91

5.5. Kelompok Referensi ... 94

5.6. Niat ... 95

5.7. Tindakan ... 97

BAB VI SARAN DAN KESIMPULAN... 102

6.1. Kesimpulan ... 102

6.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik... 52

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Informasi yang Paling Disukai Ketika Melihat Media Cetak/elektronik... 53

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 53

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber Informasi yang Baik Untuk Menyampaikan Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 54

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara Penyampaian Informasi yang Diberikan Orang Tua Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 55

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara Penyampaian Informasi yang Diberikan Teman Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 56

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Sumber Informasi Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian... 56

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Sayur dan Buah ... 57

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Vegetarian ... 58

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pola Makan Vegetarian... 58

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Vegetarian ... 59

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang Boleh Bervegetarian... 59

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Memberikan Jawaban Siapa yang Boleh Bervegetarian ... 60

(10)

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 61

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian Tidak Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 62

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Alasan Orang Bervegetarian ... 62

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Agama yang Menganjurkan Vegetarian ... 63

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Alasan Kesehatan Orang Bervegetarian ... 63

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang “4 sehat” yang Dikonsumsi Vegetarian ... 64

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 64

Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 67

Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 68

Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 75

Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 75

Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78

Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78

Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Alasan Pertama Orang Memilih Pola Makan Vegetarian ... 80

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Apakah Orang Terdekat Tahu Vegetarian Merupakan Suatu Pilihan Pola Makan Sehat ... 81

(11)

Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Bentuk Dukungan Dari Orang Terdekat Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 82

Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 82

Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Responden Selalu Berusaha Menerapkan Pola Makan Sehat ... 83

Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Usaha yang Dilakukan Dalam Menerapkan Pola Makan Sehat ... 84

Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Mereka

Menjalani Pola Makan Vegetarian ... 84

Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87

Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87

Tabel 4.38.Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 88

Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 89

(12)

ABSTRAK

Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.

(13)

ABSTRACT

Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..

The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.

The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.

Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh

kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI

(Depkes RI, 1999).

Ungkapan “Anda adalah apa yang anda makan” (You are what you eat) kini kian

nyata kebenarannya. Berbagai penelitian secara saksama bertahun-tahun membuktikan

betapa gizi dalam makanan yang dikonsumsi secara menetap menentukan kondisi fisik

dan mental seseorang. Namun, pengertian “makan” bukan hanya berarti jenis makanan

itu sendiri, melainkan juga pola makannya. Makanan yang baik jika dikonsumsi dengan

cara yang salah bisa berakibat tidak baik (Bangun, 2003).

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang

secara optimal sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.

Perkembangan zaman yang semakin canggih tidak hanya memberi dampak positif bagi

kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif khususnya

masalah kesehatan. Gaya hidup modern yang tidak sehat, dan diikuti dengan tidak

teraturnya pola makan, mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot.

Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan bahan pengawet, pewarna dan

(15)

degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes

melitus dan penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).

Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser posisi

penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat dan

seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang buah dan

sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan resiko terjadinya

berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni, 2010).

Adapun upaya yang dapat dilakukan manusia untuk hidup sehat tanpa

meninggalkan dunia modern yang dijalaninya adalah dengan berusaha menyelaraskan

diri dengan alam. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan pola

makan vegetarian (Bangun, 2003).

Pada dasarnya, pola makan vegetarian merupakan suatu pengaturan makanan

yang baik. Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan dimana hanya memakan

tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti

daging, unggas, ikan atau hasil olahannya (Chairuny, 2004).

Istilah vegetarian diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara

formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton di Northwood Villa,

Kent, Inggris. Vegetarian ini sendiri yang semula merupakan ajaran agama/

kepercayaan, berkembang menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan alasan orang

mengonsumsi vegetarian telah berkembang dan mentransformasi diri dari alasan

kesehatan, etika sampai menyentuh lingkungan (Suprapto, 2009).

Di samping itu, orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin

(16)

bahan alami semakin meningkat. Buah dan bahan makanan sayuran menjadi primadona

dibandingkan dengan daging-dagingan yang berlemak yang sering dituduh sebagai

penyebab datangnya sakit (Bodhikirti, 2009).

Di sisi yang lain banyak anggapan bahwa pola makan vegetarian tidak sehat. Ini

dikarenakan adanya mitos-mitos yang tidak benar terhadap pola makan vegetarian

sehingga penolakan mengonsumsi makanan nabati (vegetarian) menjadi luas. Salah satu

alasan penolakan terhadap pola makan vegetarian adalah karena alasan kekurangan

nutrisi tubuh, misalnya kekurangan protein, zat besi, dan vitamin B12, badan menjadi

cepat lemas, dan lelah. Ada juga yang beranggapan menyiapkan makanan vegetarian itu

repot, rasanya hambar, dan tidak banyak variasi (Bodhikirti, 2009).

Akan tetapi, di zaman yang serba modern ini, hal di atas tidak perlu

dikhwatirkan lagi. Dapat kita lihat dari banyaknya depot/rumah makan yang

menyediakan masakan vegetarian dimana selalu dipenuhi dan dipadati oleh pengunjung.

Sehingga orang yang bervegetarian tidak akan mengalami kendala dalam memenuhi

menu makan sehari-hari atau merasa bosan dengan menu yang monoton karena begitu

banyak pilihan menu yang ditawarkan restoran/rumah makan tersebut. Bahkan informasi

mengenai makanan vegetarian yang sehat dan bergizi dapat dilihat dan dibaca pada

toko buku dan dapat dipraktekkan langsung di rumah. Pola makan vegetarian bila

dilakukan dengan benar dan mengikuti anjuran, dapat dipraktekan oleh siapapun,

bahkan untuk bayi, balita, remaja, dewasa dan orang lanjut usia (Bodhikirti, 2009).

Hasil survei tahun 1997 melaporkan 1% penduduk Amerika Serikat adalah

vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% pada tahun

(17)

meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%, Newspoll Survey pada

tahun 2000 melaporkan terdapat 2% penduduk Australia vegetarian dan 18% penduduk

lebih menyukai makanan vegetarian. Sementara itu di India, tahun 2003, terdapat lebih

dari 50% penduduk adalah vegetarian (Kusharisupeni, 2010).

Statistik terhadap anak-anak berbeda tergantung sumber-sumbernya. Menurut

survei Vegetarian Resource Group di tahun 2005 atas lebih dari 1200 orang-orang

muda memperkirakan bahwa 3% dari mereka yang berusia 8-18 tahun (sekitar 1,5 juta

anak-anak) adalah vegetarian dan 1% nya adalah vegetarian murni. Terdapat

peningkatan jumlah orang-orang termasuk anak-anak yang memilih makanan-makanan

vegetarian. Sedangkan survei dari CDC (The Centers for Disease Control) baru-baru ini

atas sekitar 9.000 orang tua dan wali mendapati bahwa 367.000 anak-anak dibawah usia

18 tahun atau sekitar 1 dari 200 adalah vegetarian (Ltaminsyah, 2009).

Data-data menunjukkan bahwa orang dengan pola makan vegetarian umumnya

lebih sehat dan berumur panjang dibanding mereka yang non vegetarian. Sebagai

contohnya, penelitian pada tahun 2009 di bulan Maret oleh The American Dietetic

Association pada lebih dari 500.000 orang-orang yang berusia 50-71 tahun di Amerika

dan didapati bahwa orang-orang dewasa yang mengonsumsi paling banyak daging

merah lebih berkemungkinan untuk meninggal dalam waktu lebih dari 10 tahun lebih

cepat daripada mereka yang paling sedikit mengonsumsi daging merah, kebanyakan

karena penyakit kardiovaskular dan kanker (Ltaminsyah, 2009).

Bukti lain dapat dilihat pada bangsa Eskimo yang sebagian besar hidup dari

daging dan lemak cepat sekali menjadi tua, rata-rata usia hidup mereka hanya 27,5

(18)

usia mereka jarang melampaui 40 tahun. Sebaliknya penelitian yang di lakukan oleh

para antropologi terhadap suku-suku bangsa yang tidak memakan daging, memiliki

kesehatan cemerlang, daya tahan, dan umur panjang, misalnya oleh suku-suku bangsa

Hunza di Pakistan, suku bangsa Otonomi di Mexico dan penduduk asli barat daya

Amerika (Bangun, 2003).

Dari segi konsumsi terhadap makanan vegetarian, telah ada penelitian oleh

bagian pemasaran perusahaan Mintel bahwa penjualan produk-produk vegetarian yang

diolah, seperti susu kedelai, yogurt kedelai dan sosis-sosis vegetarian untuk sarapan

pada tahun 2008 mengalami peningkatan sekitar 15% dari tahun 2003. Sekarang ini,

bahkan Burger King juga telah menawarkan burger-burger vegetarian (Ltaminsyah,

2009).

Di Indonesia sendiri, jumlah vegetarian juga mengalami peningkatan. Jumlah

vegetarian yang terdaftar di Indonesia Vegetarain Society (IVS) saat berdiri tahun 1998

adalah sekitar 5000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2007.

Angka ini merupakan sebagian kecil dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena

tidak semua vegetarian mendaftar menjadi anggota (Kusharisupeni, 2010).

Restoran/rumah makan vegetarian semakin berjamur di berbagai daerah di

Indonesia. Seperti di Jakarta, jumlah rumah makan vegetarian mencapai sekitar 100

rumah makan sedangkan di Medan mencapai sekitar 34 rumah makan. Dengan jumlah

restoran/rumah makan yang banyak dapat kita lihat bahwa minat masyarakat Indonesia

terhadap pola makan vegetarian semakin meningkat (Ekazamov, 2009).

Adapun penelitian vegetarian di Indonesia oleh Susianto pada tahun 2008 pada

(19)

dan diperoleh bahwa tidak ada balita vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi

buruk.

Di Medan juga dilakukan penelitian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia

(KVMI) Medan oleh Mimi Chairuny (2004) untuk melihat pola penyakit pada wanita

vegetarian sebanyak 30 orang dan non vegetarian sebanyak 30 orang. Penelitian ini

dilakukan secara cross sectional dan didapat bahwa 3 orang (10%) wanita vegetarian

dan 4 orang (13,33%) wanita non vegetarian menderita penyakit ISPA. Sedangkan

jumlah penderita hipertensi pada wanita vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%) dan

wanita non vegetarian sebanyak 4 orang (13,33%) dan jumlah penderita penyakit

jantung koroner pada wanita vegetarian sebanyak 1 orang (3,33%) sedangkan pada

wanita non vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%).

Mahasiswa adalah intelektual terdidik dimana masa depan bangsa terletak di

tangan mereka. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan (change of agent)

diharapkan dapat memajukan bangsa. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen

perubah yang sangat berperan dalam masyarakat dimana mahasiswa FKM USU

diharapkan untuk dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang

memiliki derajat kesehatan yang baik.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM

USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di

masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian. Untuk itu, penulis ingin

melakukan penelitian tentang “Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap pola makan vegetarian tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola

makan vegetarian tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan

vegetarian Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang

dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih

lanjut tentang pola makan vegetarian.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku

terbagi dalam 3 domain, yaitu :

a. Pengetahuan (kognitif)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan

peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yag dipelajari sebelumnya.

Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa

seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan,

(22)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek

yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

(23)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar

mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada

akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan

psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

5. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada

(24)

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari

dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja

menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi

pengetahuan pada individu secara subjektif.

7. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid dkk, 2007).

b. Sikap (afektif)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).

Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan

yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap

merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

(25)

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang

untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu :

1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah

menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai

penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya

tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk

menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif,

tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya

dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana

yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak

(26)

sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang

tersebut (Ahmadi, 1999).

Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan.

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari

sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini.

4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi (Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan (psikomotor)

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap

menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu,

membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas

dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).

(27)

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh

adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau

sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo,

2007).

2.1.2. Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007), perubahan

perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena

kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan

fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya

(28)

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh

kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau

program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian

orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi

sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)

Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum.

Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian

berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan

dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009).

Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat

(intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya

jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui

niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),

yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting (Maulana, 2009).

Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan

hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya

konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial

mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan

(29)

orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut,

terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Maulana, 2009).

Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku

preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan,

seperti penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol dan narkotik), perilaku makan

dan pengaturan makanan, penggunaaan kondom, latihan kebugaran (fitness) dan

olahraga (Maulana, 2009).

Bagan Theory of Reason Action (TRA)

2.1.4. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses

berurutan yakni :

1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Keyakinan

terhadap perilaku

Sikap

Keyakinan nomatif

Norma subjektif

(30)

2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek).

3. Evaluation (mempertimbangkan baik tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini berarti

sikap responden sudah baik.

4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan

sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana

didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari pengetahuan

dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Sayur-sayuran dan buah-buahan

2.2.1. Manfaat sayur-sayuran dan buah-buahan

Gerakan kembali ke alam menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi

buah-buahan dan sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dan berumur panjang. Kondisi

ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi

buah-buahan dan sayuran. Sayur dan buah-buah-buahan merupakan sumber makanan

yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan

sumber karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka

semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran

membantu memperlambat proses penuaan dini, mencegah resiko penyakit kanker,

meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan

diabetes. Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong,

(31)

Di dalam sayuran dan buah juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai

antioksidan. Antioksidan dalam sayur dan buah bekerja dengan cara mengikat lalu

menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi

oksidatif yang menghasilkan racun. Alpokat, apel, belimbing, jambu, jeruk, mangga,

pepaya kaya akan vitamin A. Sedangkan kecambah atau tauge merupakan sumber

vitamin E (Fenny, 2011).

Buah-buahan pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya

kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe).

Buah-buahan yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan

srikaya (Fenny, 2011).

2.3. Metabolisme

Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk

menghasilkan energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Suatu rentetan reaksi

kimia dari awal hingga akhir yang terjadi dalam metabolisme dinamakan jalur

metabolisme. Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-reaksi anabolisme dan katabolisme.

Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar

dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol

menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi protein. Proses anabolisme memerlukan

energi (Almatsier, 2004).

Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi

ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi

katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol

(32)

2.4.Pola Makan Vegetarian

2.4.1. Pengertian Pola makan vegetarian

Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni sebagai kata benda dan kata sifat.

Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang berpantang makan daging dan hanya

makan sayur-mayur serta bahan makanan nabati lainnya. Vegetarian sebagai kata sifat

berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging (Bangun,2003).

Istilah 'vegetarian' diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara

formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton dan lain-lain, di

Northwood Villa, Kent, Inggris. Saat itu adalah pertemuan pengukuhan dari Vegetarian

Society Inggris (Suprapto, 2009).

Kata Vegetarian ini berasal dari bahasa Latin vegetus berarti keseluruhan, sehat,

segar, hidup. Penyebutan secara umum mereka yang tidak makan daging sebelum tahun

1847 sebagai 'Pythagorean' atau mengikuti 'Sistem Pythagorean'. Definisi asli dari

'vegetarian' adalah dengan atau tanpa telur atau produk olahannya. Definisi ini masih

digunakan hingga sekarang oleh Vegetarian Society. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Balai Pustaka terbitan tahun 2005, vegetarian adalah orang yang karena alasan

agama atau kesehatan hanya memakan sayur-sayuran dan hasil tumbuh-tumbuhan.

Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dan Sri Karjati (1985) yang

dikutip oleh Chairuny (2004) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang

dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Pola makan dalam penelitian ini

tidak memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang

(33)

Di Indonesia secara tradisional suku bangsa Jawa tidak terlalu banyak

mengkonsumsi daging dan gemar mengkonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka

sehingga dapat dikatakan menjalankan diet semi vegetarian. Orang Yogyakarta memiliki

tingkat harapan hidup yang tertinggi di Indonesia karena banyak mengkonsumsi

makanan berbahan dasar kedelai tersebut (Bangun, 2003).

2.4.2. Sejarah Vegetarian

Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak zaman Mesir

Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap

makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah

beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk

dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan

menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk

tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan

memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan

hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan

religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk

vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti

hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya

akan tercemari (Suprapto, 2009).

Pada abad kelima sebelum Masehi. Orang-orang yang bervegetarian disebut

'vitagorian' alias pengikut Phytagoras, ilmuwan jenius dan ahli matematika, yang

ternyata juga vegetarian. Istilah vegetarian sendiri baru muncul seribu tahun kemudian,

(34)

Vegetarian Society. Itu adalah organisasi vegetarian modern pertama, di Inggris

(Suprapto, 2003).

2.4.3. Manfaat Vegetarian

Adapun manfaat menjadi vegetarian adalah sebagai berikut Siddhi (2009) :

1. Umur panjang (longevity)

Banyak penelitian menunjukan bahwa secara umum, seorang vegetarian bisa hidup

5 sampai 20 tahun lebih lama dibandingkan dengan orang biasa (non vegetarian).

Selain itu mereka memilki kualitas kehidupan yang lebih baik.

2. Resiko penyakit jantung koroner rendah

Karena rendahnya kandungan lemak dan kolesterol pada makanan vegetarian,

resiko penyakit jantung koroner menjadi lebih rendah. Resiko penyakit kematian

pada penyakit jantung bagi vegetarian hanya setengah lebih kecil dibanding dengan

non vegetarian.

3. Resiko penyakit kanker berkurang

Menjadi seorang vegetarian menurut British Medical Journal dapat mengurangi

50% - 76% dari semua penyakit kanker. Kematian akibat kanker banyak

dihubungkan pada kegemukan dan makanan berlemak tinggi serta berserat rendah

pada makanan hewani. Vitamin A dan C juga dapat melindungi dari kanker kolon.

Diet makanan yang berlemak rendah bisa melindungi dari kanker prostat dan

kanker payudara.

(35)

Makanan yang berserat tinggi akan memperlancar pengolahan makanan dalam

sistem pencernaan sehingga mengurangi resiko gangguan pencernaan seperti:

kanker usus, ambeien, usus buntu, konstipasi dan lain-lain.

5. Mengurangi osteoporosis

Konsumsi protein yang rendah dan lebih banyak vitamin D dan kalsium bisa

mempertinggi densitas tulang pada vegetarian Sedangkan makanan hewani dapat

meningkatkan resiko osteopororsis dan rematik. Konsumsi protein yang tinggi

biasanya juga diikuti dengan konsumsi lemak yang tinggi. Konsumsi lemak yang

tinggi mempengaruhi adsorpsi kalsium ke dalam tulang sehingga tulang lebih

mudah mengalami pengeroposan yang disebut dengan osteoporosis.

6. Menghindari obesitas

Makanan vegetarian yang rendah lemak dan tinggi serat akan mengurangi resiko

obesitas. Dengan demikian resiko penyakit lain juga akan menurun.

7. Mencegah dan mengurangi Hipertensi

Makanan vegetarian yang kaya dengan kalsium seperti: pisang, seledri, sayur hijau,

tempe yang terbukti dapat mengurangi tekanan darah. Penelitian membuktikan

tekanan darah orang yang bervegetarian rata rata 110/70mmHg. Bahkan penderita

hipertensi mengubah dietnya menjadi vegetarian terbukti dapat menurunkan

tekanan darah secara bermakna.

8. Stamina (endurance)

Sumber yang paling baik untuk stamina adalah makanan yang berkabohidrat.

Makanan vegetarian kaya dengan karbohidrat sehingga menyediakan energi yang

(36)

2.4.4. Tipe Vegetarian

Tipe vegetarian dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan

tingkat kekuatannya meninggalkan konsumsi produk hewani. Ada kelompok yang

paling ketat tidak hanya meninggalkan produk hewani, mereka hanya makan bagian

tanaman yang dipanen tanpa merusak tanaman pokoknya. Mereka menolak makan

kentang atau bayam karena cara memanennya harus mencabut seluruh tanamannya.

Bahkan mereka juga tidak mau menggunakan bahan asal hewan dalam bentuk apapun

dalam kehidupan sehari-harinya.

Ada pula kelompok yang paling longgar, mereka masih mengkonsumsi jenis

daging tertentu dan meninggalkan daging merah (daging dari hewan mamalia) atau

daging yang menurut agama/ kepercayaan harus dihindari dan tidak boleh dikonsumsi.

Sehingga kita jangan heran pada saat ada hidangan daging tertentu tidak dikonsumsi

mereka lebih memilih makanan dari unsur nabati tapi pada momen yang lain

mengkonsumsi daging lainnya.

Pengelompokkan Vegetarian yang lazim dikenal di masyarakat ada tiga (Yuliarti, 2009),

yaitu:

1. Pesco/pollo Vegetarian (semi vegetarian) adalah kelompok yang masih

mengonsumsi produk daging tertentu misalnya daging ayam dan ikan tapi

meninggalkan kelompok daging merah.

2. Lacto-ovo Vegetarian adalah kelompok yang masih mengonsumsi telur dan produk

susu dan menghindari segala jenis daging termasuk ikan. Penyebutan kelompok

(37)

sedangkan yang mengonsumsi telur tapi tidak mengonsumsi susu disebut ovo

vegetarian.

3. Vegan adalah Vegetarian murni yang hanya mengonsumsi biji-bijian,

kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok ini sama sekali tidak

mengonsumsi produk hewani maupun turunannya, termasuk gelatin, keju, yogurt.

Mereka juga menghindari madu, royal-jeli dan produk turunan serangga. Bahkan

sebagian penganut vegan menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit

hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.

2.4.5. Alasan Orang menjadi Vegetarian

2.4.5.1. Alasan agama

Ada beberapa agama di dunia ini menganjurkan umatnya untuk menjadi seorang

Vegetarian, seperti agama Buddha, Hindu dan Advent.

1. Agama Buddha

Terlepas dari segala macam pertimbangan yang ada. Sisi baik Vegetarian tidak

merugikan diri sendiri, orang lain dan dipuja oleh para bijak. Maka sepatutnya latihan

ini perlu dikembangkan. Agama budha tidak mewajibkan umatnya untuk menjadi

vegetarian, tetapi menyarankan. Buddha merupakan guru para dewa dan manusia,

memiliki cinta kasih tanpa batas. Artinya pancaran cinta kasih tidak hanya untuk

manusia saja, tetapi semua makhluk tanpa batas, termasuk pada hewan. Lebih lanjut di

kitab Jataka 37, berbunyi : "Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, ia merasa

kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah, dan di

sekelilingnya, tak terbatas di mana pun. "Sementara itu, apa akibatnya bila seorang umat

(38)

menyatakan bahwa perbuatan demikian dikategorikan sebagai perbuatan buruk yang

menimbun karma buruk (Siddhi, 2009).

2. Agama Hindu

Agama hindu menganjurkan umatnya untuk bervegetarian, tetapi tidak

diwajibkan menjadi vegetarian. Dalam Weda, setiap bentuk kehidupan dinyatakan

mempunyai kesadaran dan energi dan setiap kehidupan dianggap suci. Bersama dengan

pemahaman tentang karma, pandangan ini melandasi vegetarianisme yang berawal di

India. Weda juga mengajurkan hidup hemat sumber daya, sebagai bagian dari tugas

manusia untuk memelihara alam. Yajur Weda mengatakan, “Jangan melukai makhluk

yang hidup di bumi, di udara, dan dalam air”. Juga dikatakan “Hendaknya kamu tidak

menggunakan tubuh yang diberikan Tuhan untuk membunuh makhluk Tuhan, apakah

itu manusia, hewan atau apapun” (D. Ghindwani, 2010).

Vegetarian dalam Hindu disebut pola makan satvika yaitu pola makan yang

mengonsumsi makanan yang bersifat segar dan alami, direbus dan tidak mempunyai

rasa yang tajam seperti sayuran, biji-bijian dan buah. Pola makan ini dipercaya

meningkatkan prana (kehidupan), kekuatan mental dan menajamkan intelek (D.

Ghindwani, 2010).

3. Umat Advent

Umat advent memasukkan tiga tuntutan kesehatan pada “persyaratan

keanggotaannya”, yakni tidak menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun,

menghindari minuman beralkohol, dan menghindari daging pada makanan mereka.

Jemaat mereka dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. selain itu,

(39)

mengonsumsi biji-bijian padi yang utuh, mengurangi gula putih, bebas mengonsumsi

sayur dan buah, menghindari makanan yang mengandung bumbu dan penyedap, makan

sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan ideal, mengindari

teh dan kopi dan makanan berkafein lainnya.

Sebuah riset menunjukkan perbandingan kesehatan dan perilaku orang-orang

Advent di California dengan penduduk California secara keseluruhan menunjukkan

bahwa orang-orang advent secara dominan lebih sedikit mengidap berbagai penyakit,

seperti jantung, kanker, stroke. Selain itu orang Advent di California memiliki usia

harapan hidup yang lebih tinggi dari penduduk California (bukan Advent) (Bangun,

2003).

2.4.5.2. Alasan Keuangan

Keadaan kondisi krisis ekonomi global mengubah gaya kehidupan orang.

Ekonomi yang semakin sulit membuat orang melakukan penghematan dalam banyak

hal, termasuk makanan. Orang mulai mengurangi makan di restoran atau di luar rumah.

Mereka mulai ke pasar atau supermarket membeli kebutuhan pangan, termasuk

sayur-sayuran yang harganya relatif lebih murah daripada daging ada dan memasak di rumah.

Bahkan pada sebagian masyarakat pedesaan maupun masyarakat tertentu, mereka tidak

terlalu banyak mengonsumsi daging sebaliknya gemar mengonsumsi tahu dan tempe

dalam menu mereka sehari-hari sehingga dapat dikatakan mereka menjalankan diet semi

vegetarian (Siddhi, 2009).

2.3.5.3. Alasan Kesehatan

Kesehatan merupakan harta yang berharga bagi manusia. Meskipun orang

(40)

penyakit yang kronis semua perolehan tersebut tidak dapat menggantikan kesehatan.

Sementara bagi mereka yang ekonominya menengah ke bawah, biaya kesehatan relatif

tinggi bahkan banyak timbulnya penyakit-penyakit baru salah satunya dari makanan.

Akibatnya orang mulai hati-hati dalam mengonsumsi makanan. Beberapa orang mulai

memilih pola makan vegetarian, karena makanan daging mengandung lemak jenuh

berkolesterol tinggi dan banyak berita mengenai hewan-hewan tertentu yang terjangkit

virus yang membahayakan manusia, seperti : kasus virus sapi gila, kasus virus flu

unggas yang menyerang ayam dan bebek di Hong Kong (1998) sampai ke Indonesia,

kasus virus babi Jepang (Japanese encephalitis virus) yang melanda Malaysia dan

kasus-kasus lainnya (Siddhi, 2009).

Beberapa dokter yang tergabung dalam The Physician Committee for

Responsible Medicine (PCRM) dengan ahli-ahli gizi yang dalam American Dietetic

Association (ADA) pada tahun 1991 bersama-sama merevisi diet “4 Sehat 5 Sempurna”

menjadi “4 sehat” yaitu:

1. Palawija seperti: beras, gandum, kentang, sagu, jagung, oat, jali- jali dan

umbi-umbian seperti singkong, ketela, talas, roti, mie, bihun dan sebagainya. Kelompok ini

sangat kaya akan serat makanan, karbohidrat kompleks sekaligus protein, vitamin B

kompleks dan mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, seng. Palawija

dianjurkan dikonsumsi 4 porsi sehari.

2. Sayur-sayuran yang merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup lengkap dan

juga serat makanan yang sangat penting untuk kelancaran pencernaan, penyerapan

kolesterol dan bahan-bahan beracun serta memperbesar volume tinja. Sayuran

(41)

3. Buah-buahan yang merupakan sumber yang sangat kaya serat makanan, vitamin C

dan beta karoten serta fitokimia untuk mencegah berbagai penyakit kanker.

Buah-buahan dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.

4. Legum merupakan kelompok yang terdiri dari kacang-kacangan dan polong termasuk

hasil olahan seperti : tahu, tempe, susu kedelai dan gluten. Kelompok ini merupakan

sumber protein yang sehat dan lengkap yang bersumber dari asam lemak tak jenuh

seperti asam linoleat, asam linolenat, kaya dengan lesitin, vitamin B kompleks,

vitamin A, C, E dan mineral. Legum dianjurkan dikonsumsi 2 porsi sehari (Siddhi,

2009).

2.4.5.4. Alasan Etika

Banyak orang yang masih memandang dan menganggap hewan sebagai

makhluk yang kurang berharga. Keberadaan mereka adalah untuk manusia sehingga

orang bebas menyalahgunakan, memanfaatkan, mengeksploitasi bahkan menyiksa

mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya menampilkan

kisah-kisah hewan yang berjasa pada kehidupan manusia. Mereka tidak hanya

membantu pemiliknya bahkan ada pula yang sampai menyelamatkan nyawa manusia.

Gerak-gerik hewan yang begitu menarik, lucu dan membawa tawa. Ini menambah

simpatik bahkan beberapa orang pun mengurangi makanan dari unsur hewan secara

perlahan-lahan bahkan ada yang langsung hidup vegetarian. Sehingga semakin

meningkat jumlah vegetarian.

Keberadaan hewan-hewan ada alasannya. Mereka pun merupakan penghuni

(42)

yang mengatakan bahwa hewan kadang dapat menyembuhkan sakit pada manusia,

bahkan ada beberapa jenis hewan dipakai untuk pengobatan sakit manusia.

2.4.5.5. Alasan Lingkungan

Lingkungan dipakai sebagai alasan karena pemakaian energi untuk

menghasilkan daging teramat mahal dan merusak alam, antara lain :

1. Polusi air

Pupuk dan pembuangan kotoran dari tempat penyimpanan ternak, peternakan ayam,

dan fasilitas pemberian makanan lain kepada ternak dapat menyebabkan polusi

persediaan air.

2. Polusi udara

Tiga puluh juta ton gas metana yang menimbulkan pemanasan global berasal dari

pupuk di dalam kolam pembuangan kotoran ternak.

3. Pengikisan tanah

Hampir 40 persen produksi biji-bijian dunia dan lebih dari 70 persen di Amerika

Serikat diberi makan kepada ternak. Untuk setiap pon (setengah kilogram) daging,

unggas, telur, dan susu yang kita produksi, ladang pertanian kehilangan kira-kira

lima pon permukaan tanah (Siddhi, 2009).

2.5.Hasil penelitian-penelitian lain

a. Nutrient Intakes and Eating Behavior see of Vegetarian and Non Vegetarian Women

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 1995 di daerah

metropolitan di sebelah barat Kanada bertujuan untuk membandingkan gizi yang masuk

(43)

tahun, dengan BMI (Body Mass Index) antara 18-25, tidak merokok dan melakukan

olahraga 7 jam dalam atau kurang dari seminggu. Responden yang tidak bervegetarian

(22 orang) memakan daging 3 kali atau lebih dalam seminggu dan yang bervegetarian

(23 orang) tidak memakan daging, ikan dan unggas selama 2 tahun atau lebih.

Analisis data dilakukan dengan membandingkan kelompok yang bervegetarian

dengan kelompok yang tidak bervegetarian menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil

dari penelitian ini adalah bahwa pola makan wanita di bagian barat Kanada telah sangat

mendekati pola makan yang sehat. Kelompok yang bervegetarian memiliki kadar

protein dan kolestrol yang lebih rendah, dan memiliki kadar karbohidrat dan serat yang

lebih tinggi daripada yang tidak bervegetarian.

b. Status Gizi Balita Vegetarian Lacto-Ovo dan Non Vegetarian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi anak balita vegetarian

lacto-ovo dan non vegetarian di Jakarta pada bulan Februari sampai Maret 2008 dengan

desain cross sectional (potong lintang). Sampel berjumlah 148 balita (75 vegetarian dan

73 non vegetarian) yang diambil secara sengaja dari playgroup dan TK “Mutiara

Bangsa”.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna

antara status gizi balita vegetarian lacto-ovo dengan balita non vegetarian. Penghasilan

keluarga merupakan hal yang paling dominan yang berhubungan dengan status gizi

balita vegetarian lacto-ovo. Sedangkan hal yang paling dominan terkait dengan balita

non vegetarian adalah penyakit infeksi.

(44)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin, pola

konsumsi, serta pola penyakit pada wanita vegetarian dan non vegetarian di Keluarga

Maitreya Indonesia (KVMI) Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

(potong lintang) terhadap 30 orang responden vegetarian dan 30 orang responden non

vegetarian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb ≥ normal pada wanita vegetarian

24 orang (80%) dan < normal 6 orang (20%). Kadar Hb ≥ normal pada wanita non

vegetarian 19 orang (63,33%) dan < normal 11 orang (36,67%). Konsumsi Fe ≥ AKG

pada wanita vegetarian 25 orang (83,33%) dan < AKG 5 orang (16,67%), konsumsi Fe

≥ AKG pada wanita non vegetarian 22 orang (73,33%) dan < AKG 8 orang (26,67%).

Konsumsi protein ≥ AKG pada wanita vegetarian 26 orang (86,67%) dan < AKG 4

orang (13,33%), konsumsi protein ≥ AKG pada wanita non vegetarian 20 orang

(66,67%) dan < AKG 10 orang (33,33%). Wanita vegetarian yang menderita ISPA 3

orang (10%) dan non vegetarian 4 orang (13,33%). Wanita vegetarian yang menderita

hipertensi 2 orang (6,67%) dan jantung koroner 1 orang (3,33%), wanita non vegetarian

(45)

2.6.Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Perilaku atau tindakan pola makan vegetarian terbentuk dari adanya niat

terhadap pola makan vegetarian. Niat ini dibentuk oleh sikap terhadap pola makan

vegetarian dan norma subjektif responden yaitu kelompok referensi (keluarga, teman

dan tokoh idola). Sikap terhadap pola makan vegetarian dipengaruhi oleh kepercayaan

normatif untuk mengikuti pola makan vegetarian yaitu pengetahuan dari responden dan

pengetahuan tentang pola makan vegetarian itu didapat dari faktor internal (karakteristik

responden meliputi jenis kelamin dan uang saku) dan faktor eksternal (sumber-sumber

informasi yang berasal dari keluarga, teman, media cetak, media elektronik dan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk

mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara terhadap Pola Makan Vegetarian tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

a. Mahasiswa FKM USU merupakan agen perubah yang penting dalam meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

b. FKM USU adalah fakultas yang bertujuan untuk menciptakan sarjana yang

berkualitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

c. Belum pernah dilakukan penelitian seperti ini di FKM USU.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2011 (survei pendahuluan)

sampai bulan Mei tahun 2011 di Medan.

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FKM USU program

(47)

yaitu sebanyak 820 orang. Jumlah mahasiswa program reguler setiap stambuknya

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. distribusi mahasiswa FKM USU program reguler tahun 2006-2010

No. Stambuk Jumlah Populasi

1 2006 90

2 2007 162

3 2008 187

4 2009 163

5 2010 218

Total Populasi 820

1.3.2. Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan

rumus Lameshow (1994), sebagai berikut :

Dimana :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Galat pendugaan (0,1)

Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)

P ; Proporsi populasi (ditentukan : 0,5) Z² . P (1-P) . N

N =

(48)

Maka besar sampel :

(1,645)² . 0,5 (1-0,5) . 820

n =

(0,1)² . (820-1) + (1,645)² . 0,5 (1-0,5)

554,74 n =

8,87

n = 62,54 63 orang

Dari hasil perhitungan maka sampel minimal sebanyak 63 mahasiswa.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan

dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan proporsi yang sama pada setiap stambuk agar setiap mahasiswa memiliki

peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap stambuk.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan persentase berdasarkan perbandingan besar sampel dengan jumlah

populasi yaitu: 63

Proporsi = = 7,7% 820

2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi yang ada pada tiap-tiap

(49)

Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk berdasarkan proporsi

3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing

kelompok populasi (berdasarkan stambuk) dengan cara pengundian (pencabutan

nomor) dan nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa FKM

USU dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari FKM USU, buku-buku, jurnal dan majalah.

3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden yang dapat

membedakannya dari responden lain, yang terdiri dari :

a. Jenis kelamin adalah karakteristik pada manusia yang dibedakan atas dua

jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden setiap bulannya

Gambar

Tabel 3.1. distribusi mahasiswa FKM USU program reguler tahun 2006-2010
Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk berdasarkan proporsi
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik No. Jenis Kelamin Jumlah Persen
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Informasi yang Paling Disukai  Ketika Melihat Media Cetak/elektronik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyajian data meliputi deskriptif karakteristik responden, stres mahasiswa tingkat akhir yang dikategorikan dengan stres rendah, sedang dan tinggi, pola makan mahasiswa

menunjukkan adanya pengaruh pola makan vegetarian terhadap status periodontal yang dilihat dengan skor indeks OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva pada kelompok vegetarian

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat , mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang antara lain perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan

Menurut Purwati (2007) beberapa faktor yang menyebabkan seseorang memiliki berat badan lebih antara lain; faktor genetik, pola makan, pengetahuan, dan aktivitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita yang baik berdasarkan tingkat konsumsi energi cenderung ditemukan pada keluarga kecil (≤4 orang),

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh stres terhadap pola makan mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian

Agnes Chrismanto T : Pola Pemberian Makan Bavi Baru Lahir Di Ruang Rawat Inap RSUP.H.Adam Malik Medan..., 2003.. HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :!. POLA PEMBERIAN MAKAN

Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan.. Menu