PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP
POLA MAKAN VEGETARIAN TAHUN 2011
SKRIPSI
OLEH
SURYANI
071000082
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.
ABSTRACT
Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..
The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.
The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.
Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Suryani
Tempat/ tanggal lahir : Kabanjahe/ 07 Juni 1989
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat Rumah : Jalan Letnan Abdul Kadir No. 11 Kabanjahe
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1994 − 1995 : TK. Methodist Kabanjahe
2. Tahun 1995 − 2001 : SD Methodist Kabanjahe
3. Tahun 2001 − 2004 : SLTP Methodist Kabanjahe
4. Tahun 2004 − 2007 : SMA Negeri 1 Kabanjahe
5. Tahun 2007 − 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011”.
Selama Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan material dan
moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peda kesemaptan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU
3. dr. Linda T. Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing,
memberikan banyak saran dan ilmu, serta dukungan semangat kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis
7. Seluruh staf pengajar di FKM-USU, terima kasih untuk bimbingan serta ilmu
yang telah diberikan selama ini, dan juga terima kasih untuk Bang Hendro
Lukito yang telah banyak membantu dalam hal administrasi.
8. Ir. Indra Chahaya, Msi, selaku Dosen Penasehat Akademik bagi penulis
9. Secara khusus buat Orangtua Penulis, Teh Kong Thuan (Momar) dan Tan Moi
Juan (Megawati) yang penulis sangat sayangi, terima kasih atas segala perhatian,
semangat dan dukungan material dan moral.
10. Buat adikku Henny terima kasih atas dukungan dan doanya.
11. Para sahabat Ita Novita, Dewi, Peranika Pakpahan, Arif K Lola, Kak Nova
Yanti Siregar, SKM, Kak Nelly Rosmery Panggabean, SKM, Kak Beta
Liana Putri NSt, yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan terima
kasih untuk kebersamaan, canda tawa, suka duka, saran dan kritikan yang
membangun, makasih untuk persahabatannya. makasih buat segala
dukungannya.
12. Teman-teman PBL (Agustini Tampubolon, Grace Ilona Manalu, Zuhrina,
Kak Uly, SKM) dan teman-teman LKP serta teman-teman peminatan PKIP
(Kak Nabila, Day, Bang Sukardi, Addlinsyah, Putra, Juni, Mustajudin) dan seluruh teman-teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per
satu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan
memilikikekurangan baik dari isi maupun penulisan, namun penulis berharap
semoga skripsi ini bapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus, 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... i-a ABSTRACT ... i-b DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Perilaku ... 8
2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan ... 8
2.1.2.PerubahanPerilaku... ... 14
2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)... 15
2.1.4. Proses Adopsi Perilaku ... 16
2.2. Sayur-sayuran dan Buah-buahan ... 17
2.2.1. Manfaat sayur dan buah ... 17
2.3. Metabolisme ... 18
2.4. Pola Makan Vegetarian ... 19
2.3.1. Pengertian Pola Makan vegetarian ... 19
2.3.2. Sejarah Vegetarian ... 20
2.3.3. Manfaat Vegetarian ... 21
2.3.4. Tipe Vegetarian ... 23
2.3.5. Alasan Orang Menjadi Vegetarian ... 24
2.3.6.1. Alasan agama ... 24
2.3.6.2.Alasan Keuangan ... 26
2.3.6.3. Alasan Kesehatan ... 27
2.3.6.4. Alasan Etika ... 28
2.3.6.5. Alasan Lingkungan ... 29
2.4. Hasil Penelitian Lain ... 30
2.6. Kerangka Konsep ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 33
3.3.1. Populasi ... 33
3.3.2. Sampel ... 34
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36
3.4.1. Data Primer ... 36
3.4.2. Data Sekunder ... 36
3.5 Definisi Operasional ... 36
3.6. Instrumen dan Cara Pengukuran ... 37
3.6.1. Instrumen ... 37
3.6.2. Cara Pengukuran ... 37
3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 45
3.7.1. Metode Pengolahan Data ... 45
3.7.2. Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 46
4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 47
4.3. Gambaran sumber Informasi Responden ... 48
4.4. Gambaran Perilaku Responden ... 52
4.4.1. Pengetahuan Responden ... 52
4.4.2. Sikap Responden ... 62
4.4.3. Kelompok Referensi Responden ... 69
4.4.4. Niat Responden ... 72
4.4.5. Tindakan Responden ... 77
BAB V PEMBAHASAN ... 84
5.1. Gambaran Karakteristik ... 84
5.2. Gambaran Sumber Informasi ... 85
5.3. Pengetahuan ... 87
5.4. Sikap ... 91
5.5. Kelompok Referensi ... 94
5.6. Niat ... 95
5.7. Tindakan ... 97
BAB VI SARAN DAN KESIMPULAN... 102
6.1. Kesimpulan ... 102
6.2. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik... 52
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Informasi yang Paling Disukai Ketika Melihat Media Cetak/elektronik... 53
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 53
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Sumber Informasi yang Baik Untuk Menyampaikan Informasi Mengenai Pola Makan Vegetarian... 54
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara Penyampaian Informasi yang Diberikan Orang Tua Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 55
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Cara Penyampaian Informasi yang Diberikan Teman Responden Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 56
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Sumber Informasi Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian... 56
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Sayur dan Buah ... 57
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Vegetarian ... 58
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pola Makan Vegetarian... 58
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Vegetarian ... 59
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang Boleh Bervegetarian... 59
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Memberikan Jawaban Siapa yang Boleh Bervegetarian ... 60
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 61
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Vegetarian Tidak Merupakan Salah Satu Alternatif Hidup Sehat ... 62
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Alasan Orang Bervegetarian ... 62
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Agama yang Menganjurkan Vegetarian ... 63
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang Alasan Kesehatan Orang Bervegetarian ... 63
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Pengetahuan Responden Tentang “4 sehat” yang Dikonsumsi Vegetarian ... 64
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 64
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 67
Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 68
Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 75
Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 75
Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78
Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 78
Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Alasan Pertama Orang Memilih Pola Makan Vegetarian ... 80
Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Apakah Orang Terdekat Tahu Vegetarian Merupakan Suatu Pilihan Pola Makan Sehat ... 81
Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Bentuk Dukungan Dari Orang Terdekat Mengenai Pola Makan Vegetarian ... 82
Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Niat Responden Terhadap Pola Makan Vegetarian ... 82
Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Responden Selalu Berusaha Menerapkan Pola Makan Sehat ... 83
Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Usaha yang Dilakukan Dalam Menerapkan Pola Makan Sehat ... 84
Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Apakah Mereka
Menjalani Pola Makan Vegetarian ... 84
Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87
Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Kemudahan Memilih Pola Makan Vegetarian ... 87
Tabel 4.38.Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Ada atau Tidaknya Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 88
Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Tindakan Responden Tentang Kendala Memilih Pola Makan Vegetarian ... 89
ABSTRAK
Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan seseorang dimana hanya memakan makanan nabati. Orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan bahan alami semakin meningkat. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang nantinya diharapkan dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi. Hal itu berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian tetapi belum mau menjalankannya
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dibentuk suatu kelompok pendekatan teman sebaya yang memberikan/membahas informasi mengenai pola makan yang sehat pada umum dan pola makan vegetarian khususnya dan sebaiknya keluarga lebih memperhatikan pola makan mahasiswa FKM USU karena tingkat kepedulian keluarga terhadap pola makan mereka masih kurang.
ABSTRACT
Vegetarian diet is a way of eating which is eat vegetables dan fruits only. Those who adopt a vegetarian diet has become increasingly. This happen because the awareness of the need for healthy lifestyle with natural ingredients is increasing. The Public Health Faculty students of university north sumatera are agent of change whose hopefully be able to change Indonesian people into healthy society. In order to improve public health degree, The Public Health Faculty students need to know about health lifestyles called vegetarian diet which is emerging in the community..
The research aimed to investigate the behavior of the Public Health Faculty students about vegetarian diet in 2011. This research is quantitative-descriptive. The total number of sample is 63 which is choosen by simple random sampling technique. Data are presentated use frequency distribution tables.
The result showed that the characteristics of the Public Health Faculty students have a greater effect on vegetarian pattern than that of source of information. The reference group of friends strongly effect Public Health Faculty students behavior on vegetarian diet. The practise of Public Health Faculty students about vegetarian diet still remained at the level perception. It means that they only know the vegetarian diet but not implement it.
Based on the research suggested to organize a peer group approach to provide information about a health diet general and inparticular the vegetarian diet and families should payment attention on University of North Sumatera Public Health Faculty student eating pattern because the level of the concern on they diet is still lacking.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI
(Depkes RI, 1999).
Ungkapan “Anda adalah apa yang anda makan” (You are what you eat) kini kian
nyata kebenarannya. Berbagai penelitian secara saksama bertahun-tahun membuktikan
betapa gizi dalam makanan yang dikonsumsi secara menetap menentukan kondisi fisik
dan mental seseorang. Namun, pengertian “makan” bukan hanya berarti jenis makanan
itu sendiri, melainkan juga pola makannya. Makanan yang baik jika dikonsumsi dengan
cara yang salah bisa berakibat tidak baik (Bangun, 2003).
Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang
secara optimal sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.
Perkembangan zaman yang semakin canggih tidak hanya memberi dampak positif bagi
kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif khususnya
masalah kesehatan. Gaya hidup modern yang tidak sehat, dan diikuti dengan tidak
teraturnya pola makan, mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot.
Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan bahan pengawet, pewarna dan
degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes
melitus dan penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).
Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser posisi
penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat dan
seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang buah dan
sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan resiko terjadinya
berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni, 2010).
Adapun upaya yang dapat dilakukan manusia untuk hidup sehat tanpa
meninggalkan dunia modern yang dijalaninya adalah dengan berusaha menyelaraskan
diri dengan alam. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan pola
makan vegetarian (Bangun, 2003).
Pada dasarnya, pola makan vegetarian merupakan suatu pengaturan makanan
yang baik. Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan dimana hanya memakan
tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti
daging, unggas, ikan atau hasil olahannya (Chairuny, 2004).
Istilah vegetarian diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara
formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton di Northwood Villa,
Kent, Inggris. Vegetarian ini sendiri yang semula merupakan ajaran agama/
kepercayaan, berkembang menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan alasan orang
mengonsumsi vegetarian telah berkembang dan mentransformasi diri dari alasan
kesehatan, etika sampai menyentuh lingkungan (Suprapto, 2009).
Di samping itu, orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin
bahan alami semakin meningkat. Buah dan bahan makanan sayuran menjadi primadona
dibandingkan dengan daging-dagingan yang berlemak yang sering dituduh sebagai
penyebab datangnya sakit (Bodhikirti, 2009).
Di sisi yang lain banyak anggapan bahwa pola makan vegetarian tidak sehat. Ini
dikarenakan adanya mitos-mitos yang tidak benar terhadap pola makan vegetarian
sehingga penolakan mengonsumsi makanan nabati (vegetarian) menjadi luas. Salah satu
alasan penolakan terhadap pola makan vegetarian adalah karena alasan kekurangan
nutrisi tubuh, misalnya kekurangan protein, zat besi, dan vitamin B12, badan menjadi
cepat lemas, dan lelah. Ada juga yang beranggapan menyiapkan makanan vegetarian itu
repot, rasanya hambar, dan tidak banyak variasi (Bodhikirti, 2009).
Akan tetapi, di zaman yang serba modern ini, hal di atas tidak perlu
dikhwatirkan lagi. Dapat kita lihat dari banyaknya depot/rumah makan yang
menyediakan masakan vegetarian dimana selalu dipenuhi dan dipadati oleh pengunjung.
Sehingga orang yang bervegetarian tidak akan mengalami kendala dalam memenuhi
menu makan sehari-hari atau merasa bosan dengan menu yang monoton karena begitu
banyak pilihan menu yang ditawarkan restoran/rumah makan tersebut. Bahkan informasi
mengenai makanan vegetarian yang sehat dan bergizi dapat dilihat dan dibaca pada
toko buku dan dapat dipraktekkan langsung di rumah. Pola makan vegetarian bila
dilakukan dengan benar dan mengikuti anjuran, dapat dipraktekan oleh siapapun,
bahkan untuk bayi, balita, remaja, dewasa dan orang lanjut usia (Bodhikirti, 2009).
Hasil survei tahun 1997 melaporkan 1% penduduk Amerika Serikat adalah
vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% pada tahun
meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%, Newspoll Survey pada
tahun 2000 melaporkan terdapat 2% penduduk Australia vegetarian dan 18% penduduk
lebih menyukai makanan vegetarian. Sementara itu di India, tahun 2003, terdapat lebih
dari 50% penduduk adalah vegetarian (Kusharisupeni, 2010).
Statistik terhadap anak-anak berbeda tergantung sumber-sumbernya. Menurut
survei Vegetarian Resource Group di tahun 2005 atas lebih dari 1200 orang-orang
muda memperkirakan bahwa 3% dari mereka yang berusia 8-18 tahun (sekitar 1,5 juta
anak-anak) adalah vegetarian dan 1% nya adalah vegetarian murni. Terdapat
peningkatan jumlah orang-orang termasuk anak-anak yang memilih makanan-makanan
vegetarian. Sedangkan survei dari CDC (The Centers for Disease Control) baru-baru ini
atas sekitar 9.000 orang tua dan wali mendapati bahwa 367.000 anak-anak dibawah usia
18 tahun atau sekitar 1 dari 200 adalah vegetarian (Ltaminsyah, 2009).
Data-data menunjukkan bahwa orang dengan pola makan vegetarian umumnya
lebih sehat dan berumur panjang dibanding mereka yang non vegetarian. Sebagai
contohnya, penelitian pada tahun 2009 di bulan Maret oleh The American Dietetic
Association pada lebih dari 500.000 orang-orang yang berusia 50-71 tahun di Amerika
dan didapati bahwa orang-orang dewasa yang mengonsumsi paling banyak daging
merah lebih berkemungkinan untuk meninggal dalam waktu lebih dari 10 tahun lebih
cepat daripada mereka yang paling sedikit mengonsumsi daging merah, kebanyakan
karena penyakit kardiovaskular dan kanker (Ltaminsyah, 2009).
Bukti lain dapat dilihat pada bangsa Eskimo yang sebagian besar hidup dari
daging dan lemak cepat sekali menjadi tua, rata-rata usia hidup mereka hanya 27,5
usia mereka jarang melampaui 40 tahun. Sebaliknya penelitian yang di lakukan oleh
para antropologi terhadap suku-suku bangsa yang tidak memakan daging, memiliki
kesehatan cemerlang, daya tahan, dan umur panjang, misalnya oleh suku-suku bangsa
Hunza di Pakistan, suku bangsa Otonomi di Mexico dan penduduk asli barat daya
Amerika (Bangun, 2003).
Dari segi konsumsi terhadap makanan vegetarian, telah ada penelitian oleh
bagian pemasaran perusahaan Mintel bahwa penjualan produk-produk vegetarian yang
diolah, seperti susu kedelai, yogurt kedelai dan sosis-sosis vegetarian untuk sarapan
pada tahun 2008 mengalami peningkatan sekitar 15% dari tahun 2003. Sekarang ini,
bahkan Burger King juga telah menawarkan burger-burger vegetarian (Ltaminsyah,
2009).
Di Indonesia sendiri, jumlah vegetarian juga mengalami peningkatan. Jumlah
vegetarian yang terdaftar di Indonesia Vegetarain Society (IVS) saat berdiri tahun 1998
adalah sekitar 5000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2007.
Angka ini merupakan sebagian kecil dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena
tidak semua vegetarian mendaftar menjadi anggota (Kusharisupeni, 2010).
Restoran/rumah makan vegetarian semakin berjamur di berbagai daerah di
Indonesia. Seperti di Jakarta, jumlah rumah makan vegetarian mencapai sekitar 100
rumah makan sedangkan di Medan mencapai sekitar 34 rumah makan. Dengan jumlah
restoran/rumah makan yang banyak dapat kita lihat bahwa minat masyarakat Indonesia
terhadap pola makan vegetarian semakin meningkat (Ekazamov, 2009).
Adapun penelitian vegetarian di Indonesia oleh Susianto pada tahun 2008 pada
dan diperoleh bahwa tidak ada balita vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi
buruk.
Di Medan juga dilakukan penelitian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia
(KVMI) Medan oleh Mimi Chairuny (2004) untuk melihat pola penyakit pada wanita
vegetarian sebanyak 30 orang dan non vegetarian sebanyak 30 orang. Penelitian ini
dilakukan secara cross sectional dan didapat bahwa 3 orang (10%) wanita vegetarian
dan 4 orang (13,33%) wanita non vegetarian menderita penyakit ISPA. Sedangkan
jumlah penderita hipertensi pada wanita vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%) dan
wanita non vegetarian sebanyak 4 orang (13,33%) dan jumlah penderita penyakit
jantung koroner pada wanita vegetarian sebanyak 1 orang (3,33%) sedangkan pada
wanita non vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%).
Mahasiswa adalah intelektual terdidik dimana masa depan bangsa terletak di
tangan mereka. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan (change of agent)
diharapkan dapat memajukan bangsa. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen
perubah yang sangat berperan dalam masyarakat dimana mahasiswa FKM USU
diharapkan untuk dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang
memiliki derajat kesehatan yang baik.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM
USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di
masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian. Untuk itu, penulis ingin
melakukan penelitian tentang “Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap pola makan vegetarian tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola
makan vegetarian tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan
vegetarian Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
tahun 2011.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang
dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut tentang pola makan vegetarian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku
terbagi dalam 3 domain, yaitu :
a. Pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yag dipelajari sebelumnya.
Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan,
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek
yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (Apllication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar
mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.
3. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
5. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada
6. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari
dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja
menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi
pengetahuan pada individu secara subjektif.
7. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid dkk, 2007).
b. Sikap (afektif)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).
Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan
yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap
merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap
objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang
untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu :
1. Sebagai alat menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah
menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai
penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya
tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk
menilai perangsang-perangsang itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif,
tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya
dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana
yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut (Ahmadi, 1999).
Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan.
2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari
sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini.
4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi (Notoatmodjo, 2007).
c. Tindakan (psikomotor)
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap
menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas
dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh
adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau
sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo,
2007).
2.1.2. Perubahan Perilaku
Menurut WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007), perubahan
perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan
fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh
kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau
program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian
orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi
sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)
Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum.
Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian
berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan
dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009).
Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat
(intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya
jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui
niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),
yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting (Maulana, 2009).
Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan
hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya
konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan
orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut,
terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Maulana, 2009).
Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku
preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan,
seperti penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol dan narkotik), perilaku makan
dan pengaturan makanan, penggunaaan kondom, latihan kebugaran (fitness) dan
olahraga (Maulana, 2009).
Bagan Theory of Reason Action (TRA)
2.1.4. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni :
1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Keyakinan
terhadap perilaku
Sikap
Keyakinan nomatif
Norma subjektif
2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek).
3. Evaluation (mempertimbangkan baik tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini berarti
sikap responden sudah baik.
4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana
didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Sayur-sayuran dan buah-buahan
2.2.1. Manfaat sayur-sayuran dan buah-buahan
Gerakan kembali ke alam menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi
buah-buahan dan sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dan berumur panjang. Kondisi
ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi
buah-buahan dan sayuran. Sayur dan buah-buah-buahan merupakan sumber makanan
yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan
sumber karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka
semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran
membantu memperlambat proses penuaan dini, mencegah resiko penyakit kanker,
meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan
diabetes. Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong,
Di dalam sayuran dan buah juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai
antioksidan. Antioksidan dalam sayur dan buah bekerja dengan cara mengikat lalu
menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi
oksidatif yang menghasilkan racun. Alpokat, apel, belimbing, jambu, jeruk, mangga,
pepaya kaya akan vitamin A. Sedangkan kecambah atau tauge merupakan sumber
vitamin E (Fenny, 2011).
Buah-buahan pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya
kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe).
Buah-buahan yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan
srikaya (Fenny, 2011).
2.3. Metabolisme
Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk
menghasilkan energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Suatu rentetan reaksi
kimia dari awal hingga akhir yang terjadi dalam metabolisme dinamakan jalur
metabolisme. Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-reaksi anabolisme dan katabolisme.
Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar
dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol
menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi protein. Proses anabolisme memerlukan
energi (Almatsier, 2004).
Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi
ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi
katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol
2.4.Pola Makan Vegetarian
2.4.1. Pengertian Pola makan vegetarian
Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni sebagai kata benda dan kata sifat.
Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang berpantang makan daging dan hanya
makan sayur-mayur serta bahan makanan nabati lainnya. Vegetarian sebagai kata sifat
berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging (Bangun,2003).
Istilah 'vegetarian' diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara
formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton dan lain-lain, di
Northwood Villa, Kent, Inggris. Saat itu adalah pertemuan pengukuhan dari Vegetarian
Society Inggris (Suprapto, 2009).
Kata Vegetarian ini berasal dari bahasa Latin vegetus berarti keseluruhan, sehat,
segar, hidup. Penyebutan secara umum mereka yang tidak makan daging sebelum tahun
1847 sebagai 'Pythagorean' atau mengikuti 'Sistem Pythagorean'. Definisi asli dari
'vegetarian' adalah dengan atau tanpa telur atau produk olahannya. Definisi ini masih
digunakan hingga sekarang oleh Vegetarian Society. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Balai Pustaka terbitan tahun 2005, vegetarian adalah orang yang karena alasan
agama atau kesehatan hanya memakan sayur-sayuran dan hasil tumbuh-tumbuhan.
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dan Sri Karjati (1985) yang
dikutip oleh Chairuny (2004) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang
dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Pola makan dalam penelitian ini
tidak memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
Di Indonesia secara tradisional suku bangsa Jawa tidak terlalu banyak
mengkonsumsi daging dan gemar mengkonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka
sehingga dapat dikatakan menjalankan diet semi vegetarian. Orang Yogyakarta memiliki
tingkat harapan hidup yang tertinggi di Indonesia karena banyak mengkonsumsi
makanan berbahan dasar kedelai tersebut (Bangun, 2003).
2.4.2. Sejarah Vegetarian
Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak zaman Mesir
Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap
makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah
beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk
dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan
menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk
tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan
memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan
hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan
religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk
vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti
hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya
akan tercemari (Suprapto, 2009).
Pada abad kelima sebelum Masehi. Orang-orang yang bervegetarian disebut
'vitagorian' alias pengikut Phytagoras, ilmuwan jenius dan ahli matematika, yang
ternyata juga vegetarian. Istilah vegetarian sendiri baru muncul seribu tahun kemudian,
Vegetarian Society. Itu adalah organisasi vegetarian modern pertama, di Inggris
(Suprapto, 2003).
2.4.3. Manfaat Vegetarian
Adapun manfaat menjadi vegetarian adalah sebagai berikut Siddhi (2009) :
1. Umur panjang (longevity)
Banyak penelitian menunjukan bahwa secara umum, seorang vegetarian bisa hidup
5 sampai 20 tahun lebih lama dibandingkan dengan orang biasa (non vegetarian).
Selain itu mereka memilki kualitas kehidupan yang lebih baik.
2. Resiko penyakit jantung koroner rendah
Karena rendahnya kandungan lemak dan kolesterol pada makanan vegetarian,
resiko penyakit jantung koroner menjadi lebih rendah. Resiko penyakit kematian
pada penyakit jantung bagi vegetarian hanya setengah lebih kecil dibanding dengan
non vegetarian.
3. Resiko penyakit kanker berkurang
Menjadi seorang vegetarian menurut British Medical Journal dapat mengurangi
50% - 76% dari semua penyakit kanker. Kematian akibat kanker banyak
dihubungkan pada kegemukan dan makanan berlemak tinggi serta berserat rendah
pada makanan hewani. Vitamin A dan C juga dapat melindungi dari kanker kolon.
Diet makanan yang berlemak rendah bisa melindungi dari kanker prostat dan
kanker payudara.
Makanan yang berserat tinggi akan memperlancar pengolahan makanan dalam
sistem pencernaan sehingga mengurangi resiko gangguan pencernaan seperti:
kanker usus, ambeien, usus buntu, konstipasi dan lain-lain.
5. Mengurangi osteoporosis
Konsumsi protein yang rendah dan lebih banyak vitamin D dan kalsium bisa
mempertinggi densitas tulang pada vegetarian Sedangkan makanan hewani dapat
meningkatkan resiko osteopororsis dan rematik. Konsumsi protein yang tinggi
biasanya juga diikuti dengan konsumsi lemak yang tinggi. Konsumsi lemak yang
tinggi mempengaruhi adsorpsi kalsium ke dalam tulang sehingga tulang lebih
mudah mengalami pengeroposan yang disebut dengan osteoporosis.
6. Menghindari obesitas
Makanan vegetarian yang rendah lemak dan tinggi serat akan mengurangi resiko
obesitas. Dengan demikian resiko penyakit lain juga akan menurun.
7. Mencegah dan mengurangi Hipertensi
Makanan vegetarian yang kaya dengan kalsium seperti: pisang, seledri, sayur hijau,
tempe yang terbukti dapat mengurangi tekanan darah. Penelitian membuktikan
tekanan darah orang yang bervegetarian rata rata 110/70mmHg. Bahkan penderita
hipertensi mengubah dietnya menjadi vegetarian terbukti dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna.
8. Stamina (endurance)
Sumber yang paling baik untuk stamina adalah makanan yang berkabohidrat.
Makanan vegetarian kaya dengan karbohidrat sehingga menyediakan energi yang
2.4.4. Tipe Vegetarian
Tipe vegetarian dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan
tingkat kekuatannya meninggalkan konsumsi produk hewani. Ada kelompok yang
paling ketat tidak hanya meninggalkan produk hewani, mereka hanya makan bagian
tanaman yang dipanen tanpa merusak tanaman pokoknya. Mereka menolak makan
kentang atau bayam karena cara memanennya harus mencabut seluruh tanamannya.
Bahkan mereka juga tidak mau menggunakan bahan asal hewan dalam bentuk apapun
dalam kehidupan sehari-harinya.
Ada pula kelompok yang paling longgar, mereka masih mengkonsumsi jenis
daging tertentu dan meninggalkan daging merah (daging dari hewan mamalia) atau
daging yang menurut agama/ kepercayaan harus dihindari dan tidak boleh dikonsumsi.
Sehingga kita jangan heran pada saat ada hidangan daging tertentu tidak dikonsumsi
mereka lebih memilih makanan dari unsur nabati tapi pada momen yang lain
mengkonsumsi daging lainnya.
Pengelompokkan Vegetarian yang lazim dikenal di masyarakat ada tiga (Yuliarti, 2009),
yaitu:
1. Pesco/pollo Vegetarian (semi vegetarian) adalah kelompok yang masih
mengonsumsi produk daging tertentu misalnya daging ayam dan ikan tapi
meninggalkan kelompok daging merah.
2. Lacto-ovo Vegetarian adalah kelompok yang masih mengonsumsi telur dan produk
susu dan menghindari segala jenis daging termasuk ikan. Penyebutan kelompok
sedangkan yang mengonsumsi telur tapi tidak mengonsumsi susu disebut ovo
vegetarian.
3. Vegan adalah Vegetarian murni yang hanya mengonsumsi biji-bijian,
kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok ini sama sekali tidak
mengonsumsi produk hewani maupun turunannya, termasuk gelatin, keju, yogurt.
Mereka juga menghindari madu, royal-jeli dan produk turunan serangga. Bahkan
sebagian penganut vegan menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit
hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.
2.4.5. Alasan Orang menjadi Vegetarian
2.4.5.1. Alasan agama
Ada beberapa agama di dunia ini menganjurkan umatnya untuk menjadi seorang
Vegetarian, seperti agama Buddha, Hindu dan Advent.
1. Agama Buddha
Terlepas dari segala macam pertimbangan yang ada. Sisi baik Vegetarian tidak
merugikan diri sendiri, orang lain dan dipuja oleh para bijak. Maka sepatutnya latihan
ini perlu dikembangkan. Agama budha tidak mewajibkan umatnya untuk menjadi
vegetarian, tetapi menyarankan. Buddha merupakan guru para dewa dan manusia,
memiliki cinta kasih tanpa batas. Artinya pancaran cinta kasih tidak hanya untuk
manusia saja, tetapi semua makhluk tanpa batas, termasuk pada hewan. Lebih lanjut di
kitab Jataka 37, berbunyi : "Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, ia merasa
kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah, dan di
sekelilingnya, tak terbatas di mana pun. "Sementara itu, apa akibatnya bila seorang umat
menyatakan bahwa perbuatan demikian dikategorikan sebagai perbuatan buruk yang
menimbun karma buruk (Siddhi, 2009).
2. Agama Hindu
Agama hindu menganjurkan umatnya untuk bervegetarian, tetapi tidak
diwajibkan menjadi vegetarian. Dalam Weda, setiap bentuk kehidupan dinyatakan
mempunyai kesadaran dan energi dan setiap kehidupan dianggap suci. Bersama dengan
pemahaman tentang karma, pandangan ini melandasi vegetarianisme yang berawal di
India. Weda juga mengajurkan hidup hemat sumber daya, sebagai bagian dari tugas
manusia untuk memelihara alam. Yajur Weda mengatakan, “Jangan melukai makhluk
yang hidup di bumi, di udara, dan dalam air”. Juga dikatakan “Hendaknya kamu tidak
menggunakan tubuh yang diberikan Tuhan untuk membunuh makhluk Tuhan, apakah
itu manusia, hewan atau apapun” (D. Ghindwani, 2010).
Vegetarian dalam Hindu disebut pola makan satvika yaitu pola makan yang
mengonsumsi makanan yang bersifat segar dan alami, direbus dan tidak mempunyai
rasa yang tajam seperti sayuran, biji-bijian dan buah. Pola makan ini dipercaya
meningkatkan prana (kehidupan), kekuatan mental dan menajamkan intelek (D.
Ghindwani, 2010).
3. Umat Advent
Umat advent memasukkan tiga tuntutan kesehatan pada “persyaratan
keanggotaannya”, yakni tidak menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun,
menghindari minuman beralkohol, dan menghindari daging pada makanan mereka.
Jemaat mereka dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. selain itu,
mengonsumsi biji-bijian padi yang utuh, mengurangi gula putih, bebas mengonsumsi
sayur dan buah, menghindari makanan yang mengandung bumbu dan penyedap, makan
sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan ideal, mengindari
teh dan kopi dan makanan berkafein lainnya.
Sebuah riset menunjukkan perbandingan kesehatan dan perilaku orang-orang
Advent di California dengan penduduk California secara keseluruhan menunjukkan
bahwa orang-orang advent secara dominan lebih sedikit mengidap berbagai penyakit,
seperti jantung, kanker, stroke. Selain itu orang Advent di California memiliki usia
harapan hidup yang lebih tinggi dari penduduk California (bukan Advent) (Bangun,
2003).
2.4.5.2. Alasan Keuangan
Keadaan kondisi krisis ekonomi global mengubah gaya kehidupan orang.
Ekonomi yang semakin sulit membuat orang melakukan penghematan dalam banyak
hal, termasuk makanan. Orang mulai mengurangi makan di restoran atau di luar rumah.
Mereka mulai ke pasar atau supermarket membeli kebutuhan pangan, termasuk
sayur-sayuran yang harganya relatif lebih murah daripada daging ada dan memasak di rumah.
Bahkan pada sebagian masyarakat pedesaan maupun masyarakat tertentu, mereka tidak
terlalu banyak mengonsumsi daging sebaliknya gemar mengonsumsi tahu dan tempe
dalam menu mereka sehari-hari sehingga dapat dikatakan mereka menjalankan diet semi
vegetarian (Siddhi, 2009).
2.3.5.3. Alasan Kesehatan
Kesehatan merupakan harta yang berharga bagi manusia. Meskipun orang
penyakit yang kronis semua perolehan tersebut tidak dapat menggantikan kesehatan.
Sementara bagi mereka yang ekonominya menengah ke bawah, biaya kesehatan relatif
tinggi bahkan banyak timbulnya penyakit-penyakit baru salah satunya dari makanan.
Akibatnya orang mulai hati-hati dalam mengonsumsi makanan. Beberapa orang mulai
memilih pola makan vegetarian, karena makanan daging mengandung lemak jenuh
berkolesterol tinggi dan banyak berita mengenai hewan-hewan tertentu yang terjangkit
virus yang membahayakan manusia, seperti : kasus virus sapi gila, kasus virus flu
unggas yang menyerang ayam dan bebek di Hong Kong (1998) sampai ke Indonesia,
kasus virus babi Jepang (Japanese encephalitis virus) yang melanda Malaysia dan
kasus-kasus lainnya (Siddhi, 2009).
Beberapa dokter yang tergabung dalam The Physician Committee for
Responsible Medicine (PCRM) dengan ahli-ahli gizi yang dalam American Dietetic
Association (ADA) pada tahun 1991 bersama-sama merevisi diet “4 Sehat 5 Sempurna”
menjadi “4 sehat” yaitu:
1. Palawija seperti: beras, gandum, kentang, sagu, jagung, oat, jali- jali dan
umbi-umbian seperti singkong, ketela, talas, roti, mie, bihun dan sebagainya. Kelompok ini
sangat kaya akan serat makanan, karbohidrat kompleks sekaligus protein, vitamin B
kompleks dan mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, seng. Palawija
dianjurkan dikonsumsi 4 porsi sehari.
2. Sayur-sayuran yang merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup lengkap dan
juga serat makanan yang sangat penting untuk kelancaran pencernaan, penyerapan
kolesterol dan bahan-bahan beracun serta memperbesar volume tinja. Sayuran
3. Buah-buahan yang merupakan sumber yang sangat kaya serat makanan, vitamin C
dan beta karoten serta fitokimia untuk mencegah berbagai penyakit kanker.
Buah-buahan dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.
4. Legum merupakan kelompok yang terdiri dari kacang-kacangan dan polong termasuk
hasil olahan seperti : tahu, tempe, susu kedelai dan gluten. Kelompok ini merupakan
sumber protein yang sehat dan lengkap yang bersumber dari asam lemak tak jenuh
seperti asam linoleat, asam linolenat, kaya dengan lesitin, vitamin B kompleks,
vitamin A, C, E dan mineral. Legum dianjurkan dikonsumsi 2 porsi sehari (Siddhi,
2009).
2.4.5.4. Alasan Etika
Banyak orang yang masih memandang dan menganggap hewan sebagai
makhluk yang kurang berharga. Keberadaan mereka adalah untuk manusia sehingga
orang bebas menyalahgunakan, memanfaatkan, mengeksploitasi bahkan menyiksa
mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya menampilkan
kisah-kisah hewan yang berjasa pada kehidupan manusia. Mereka tidak hanya
membantu pemiliknya bahkan ada pula yang sampai menyelamatkan nyawa manusia.
Gerak-gerik hewan yang begitu menarik, lucu dan membawa tawa. Ini menambah
simpatik bahkan beberapa orang pun mengurangi makanan dari unsur hewan secara
perlahan-lahan bahkan ada yang langsung hidup vegetarian. Sehingga semakin
meningkat jumlah vegetarian.
Keberadaan hewan-hewan ada alasannya. Mereka pun merupakan penghuni
yang mengatakan bahwa hewan kadang dapat menyembuhkan sakit pada manusia,
bahkan ada beberapa jenis hewan dipakai untuk pengobatan sakit manusia.
2.4.5.5. Alasan Lingkungan
Lingkungan dipakai sebagai alasan karena pemakaian energi untuk
menghasilkan daging teramat mahal dan merusak alam, antara lain :
1. Polusi air
Pupuk dan pembuangan kotoran dari tempat penyimpanan ternak, peternakan ayam,
dan fasilitas pemberian makanan lain kepada ternak dapat menyebabkan polusi
persediaan air.
2. Polusi udara
Tiga puluh juta ton gas metana yang menimbulkan pemanasan global berasal dari
pupuk di dalam kolam pembuangan kotoran ternak.
3. Pengikisan tanah
Hampir 40 persen produksi biji-bijian dunia dan lebih dari 70 persen di Amerika
Serikat diberi makan kepada ternak. Untuk setiap pon (setengah kilogram) daging,
unggas, telur, dan susu yang kita produksi, ladang pertanian kehilangan kira-kira
lima pon permukaan tanah (Siddhi, 2009).
2.5.Hasil penelitian-penelitian lain
a. Nutrient Intakes and Eating Behavior see of Vegetarian and Non Vegetarian Women
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 1995 di daerah
metropolitan di sebelah barat Kanada bertujuan untuk membandingkan gizi yang masuk
tahun, dengan BMI (Body Mass Index) antara 18-25, tidak merokok dan melakukan
olahraga 7 jam dalam atau kurang dari seminggu. Responden yang tidak bervegetarian
(22 orang) memakan daging 3 kali atau lebih dalam seminggu dan yang bervegetarian
(23 orang) tidak memakan daging, ikan dan unggas selama 2 tahun atau lebih.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan kelompok yang bervegetarian
dengan kelompok yang tidak bervegetarian menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil
dari penelitian ini adalah bahwa pola makan wanita di bagian barat Kanada telah sangat
mendekati pola makan yang sehat. Kelompok yang bervegetarian memiliki kadar
protein dan kolestrol yang lebih rendah, dan memiliki kadar karbohidrat dan serat yang
lebih tinggi daripada yang tidak bervegetarian.
b. Status Gizi Balita Vegetarian Lacto-Ovo dan Non Vegetarian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi anak balita vegetarian
lacto-ovo dan non vegetarian di Jakarta pada bulan Februari sampai Maret 2008 dengan
desain cross sectional (potong lintang). Sampel berjumlah 148 balita (75 vegetarian dan
73 non vegetarian) yang diambil secara sengaja dari playgroup dan TK “Mutiara
Bangsa”.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
antara status gizi balita vegetarian lacto-ovo dengan balita non vegetarian. Penghasilan
keluarga merupakan hal yang paling dominan yang berhubungan dengan status gizi
balita vegetarian lacto-ovo. Sedangkan hal yang paling dominan terkait dengan balita
non vegetarian adalah penyakit infeksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin, pola
konsumsi, serta pola penyakit pada wanita vegetarian dan non vegetarian di Keluarga
Maitreya Indonesia (KVMI) Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
(potong lintang) terhadap 30 orang responden vegetarian dan 30 orang responden non
vegetarian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb ≥ normal pada wanita vegetarian
24 orang (80%) dan < normal 6 orang (20%). Kadar Hb ≥ normal pada wanita non
vegetarian 19 orang (63,33%) dan < normal 11 orang (36,67%). Konsumsi Fe ≥ AKG
pada wanita vegetarian 25 orang (83,33%) dan < AKG 5 orang (16,67%), konsumsi Fe
≥ AKG pada wanita non vegetarian 22 orang (73,33%) dan < AKG 8 orang (26,67%).
Konsumsi protein ≥ AKG pada wanita vegetarian 26 orang (86,67%) dan < AKG 4
orang (13,33%), konsumsi protein ≥ AKG pada wanita non vegetarian 20 orang
(66,67%) dan < AKG 10 orang (33,33%). Wanita vegetarian yang menderita ISPA 3
orang (10%) dan non vegetarian 4 orang (13,33%). Wanita vegetarian yang menderita
hipertensi 2 orang (6,67%) dan jantung koroner 1 orang (3,33%), wanita non vegetarian
2.6.Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perilaku atau tindakan pola makan vegetarian terbentuk dari adanya niat
terhadap pola makan vegetarian. Niat ini dibentuk oleh sikap terhadap pola makan
vegetarian dan norma subjektif responden yaitu kelompok referensi (keluarga, teman
dan tokoh idola). Sikap terhadap pola makan vegetarian dipengaruhi oleh kepercayaan
normatif untuk mengikuti pola makan vegetarian yaitu pengetahuan dari responden dan
pengetahuan tentang pola makan vegetarian itu didapat dari faktor internal (karakteristik
responden meliputi jenis kelamin dan uang saku) dan faktor eksternal (sumber-sumber
informasi yang berasal dari keluarga, teman, media cetak, media elektronik dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk
mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara terhadap Pola Makan Vegetarian tahun 2011.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:
a. Mahasiswa FKM USU merupakan agen perubah yang penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. FKM USU adalah fakultas yang bertujuan untuk menciptakan sarjana yang
berkualitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
c. Belum pernah dilakukan penelitian seperti ini di FKM USU.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2011 (survei pendahuluan)
sampai bulan Mei tahun 2011 di Medan.
3.3. Populasi dan sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FKM USU program
yaitu sebanyak 820 orang. Jumlah mahasiswa program reguler setiap stambuknya
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. distribusi mahasiswa FKM USU program reguler tahun 2006-2010
No. Stambuk Jumlah Populasi
1 2006 90
2 2007 162
3 2008 187
4 2009 163
5 2010 218
Total Populasi 820
1.3.2. Sampel
Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan
rumus Lameshow (1994), sebagai berikut :
Dimana :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Galat pendugaan (0,1)
Z : Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)
P ; Proporsi populasi (ditentukan : 0,5) Z² . P (1-P) . N
N =
Maka besar sampel :
(1,645)² . 0,5 (1-0,5) . 820
n =
(0,1)² . (820-1) + (1,645)² . 0,5 (1-0,5)
554,74 n =
8,87
n = 62,54 63 orang
Dari hasil perhitungan maka sampel minimal sebanyak 63 mahasiswa.
Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan
dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan proporsi yang sama pada setiap stambuk agar setiap mahasiswa memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap stambuk.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan persentase berdasarkan perbandingan besar sampel dengan jumlah
populasi yaitu: 63
Proporsi = = 7,7% 820
2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi yang ada pada tiap-tiap
Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap stambuk berdasarkan proporsi
3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing
kelompok populasi (berdasarkan stambuk) dengan cara pengundian (pencabutan
nomor) dan nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa FKM
USU dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari FKM USU, buku-buku, jurnal dan majalah.
3.5. Defenisi Operasional
1. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden yang dapat
membedakannya dari responden lain, yang terdiri dari :
a. Jenis kelamin adalah karakteristik pada manusia yang dibedakan atas dua
jenis yaitu laki-laki dan perempuan.
b. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden setiap bulannya