GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KELUARGA DI KELURAHAN
SONDI RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh :
QUIN DWI JAYANTI PURBA NIM. 121000249
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KELUARGA DI KELURAHAN
SONDI RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
QUIN DWI JAYANTI PURBA NIM : 121000249
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KELUARGA DI KELURAHAN SONDI RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penciplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, April 2016
Quin Dwi Jayanti Purba 121000249/IKM
ABSTRAK
Salah satu karakteristik keluarga adalah pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja memungkinkan pola asuh anak balita kurang baik sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita. Hal ini dikarenakan waktu ibu untuk balitanya menjadi berkurang.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Tahun 2016. Penelitian ini bersifat deskriptif. Jumlah populasi 303 balita, dijadikan sampel sebanyak 75 orang.
Pengambilan sampel secara proportional random sampling. Data yang diperoleh dari penelitian adalah karakteristik balita, karakteristik keluarga (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, dan pengetahuan ibu tentang gizi), pola makan dan status gizi balita. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita yang baik berdasarkan tingkat konsumsi energi cenderung ditemukan pada keluarga kecil (≤4 orang), pendapatan keluarga tinggi, pendidikan ibu tinggi, ibu yang tidak bekerja, dan pengetahuan gizi ibu baik dibandingkan dengan keluarga besar (≥7 orang), ibu yang bekerja, pendidikan ibu rendah, pendapatan keluarga rendah dan pengetahuan gizi ibu kurang. Sama halnya dengan anak balita yang gizi kurang, pendek dan kurus cenderung ditemukan pada keluarga besar (≥7 orang), ibu yang bekerja, pendapatan keluarga rendah, pendidikan ibu rendah, dan pengetahuan gizi ibu kurang dibandingkan dengan keluarga kecil (≤4 orang), pendidikan ibu tinggi, ibu yang tidak bekerja, pendapatan keluarga tinggi dan pengetahuan gizi ibu baik. Anak balita yang memiliki status gizi normal cenderung ditemukan pada keluarga yang konsumsi energi dan protein baik dibandingkan dengan balita dengan konsumsi energi kurang.
Petugas kesehatan diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya meningkatkan kesadaran ibu agar melakukan pola pemberian makan yang baik tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita.
Kata kunci : balita, pola makan, status gizi, karakteristik keluarga
ABSTRACT
One of family’s characteristic is the mother's job. Working mothers can lead to a decrease in nutrition. Mainly to toddler. This is due to the time spent for the toddler is lessen.
The purpose of this research is to understand the diet pattern and nutrition status of the toddler based on the characteristics in Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun in 2016. This research was descriptive study. Population total are 303 toddlers, and sample are 75 toddlers.
Sampling techniques is proportional random sampling technique. Data which taken from the research are toddler’s characteristics, family’s characteristics ( mother’s age, mother’s education, total of family members, family gross income, and mother’s knowledge about nutrition), diet pattern, toddlers nutrition status.
The collected data was analyzed descriptively.
The result of the research showed that a good diet patterns for toddlers based by level energy consumption there was a tendency found by small family members (≤4 people), high family income , working mother, high education of mother and mother’s knowledge of good nutrition compare by big family ( ≥ 7 persons) , mother have a job, low education of mother, low family income, the lack of maternal nutrition knowledge. As same as toddler , which lack of nutrition, stunting, and skinny there was tendency found in big family( ≥ 7 persons), working mother, low gross family’s income, low mother’s education, and the lack of maternal nutrition knowledge compare to small family members (≤4 people), high family income , working mother, high education of mother and mother’s knowledge of good nutrition. Toddler who have normal nutritional status was found in families which consume good energy and protein compare to toddler who consume low energy.
Health officer are expected to more focus in socialization particularly mother who has toddler in effort to increase the awareness of mother about provide food because this is to important to support toddler in increase of nutrition.
Keywords: toddler, diet patterns, nutritional status, family characteristics.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Quin Dwi Jayanti Purba
Tempat Lahir : Sondi Raya
Tanggal Lahir : 22 Nopember 1994
Suku Bangsa : Batak Simalungun
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Jan Wilson Purba
Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun
Nama Ibu : Nelli Mariati Saragih
Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun
Pendidikan Formal
1. SD Negeri No 096116 Raya :1999-2006 2. SMP Negeri 1 Pematang Raya : 2006-2009 3. SMA Negeri 4 Pematang Siantar : 2009-2012
4. Lama Studi Di Fkm USU : 2012-2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Kelurahan Sondi Raya Kabupaten Simalungun Tahun 2016. Usulan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Strata 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gzi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ir.Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I sekaligus ketua penguji yang telah banyak membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Jumirah, Apt,MKes selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen penguji II yang telah banyak telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademis yang telah memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.
8. Bapak Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan.
9. Seluruh Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmunya dan didikan yang baik kepada penulis selama masa perkuliahan.
11. Bapak Lurah Kelurahan Sondi Raya yang telah memberi izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.
12. Kepala puskesmas Kecamatan Raya beserta staf yang telah memberi izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.
13. Teristemewa buat kedua Orang Tua Jan Wilson Purba dan Nelli Mariati Saragih, S.Pd, yang selalu memberikan doa, dukungan yang tiada henti,
berkomunikasi lewat telepon setiap saat, kasih sayang, nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis.
14. Keluarga tercinta saudara kandung Putri Canrayani Purba yang selalu cerewet, Tien Setri Sasmitha Purba yang selalu komunikasi dan sok dewasa menasihati, dan Yan Samuel Bobai Sanjaya Purba yang selalu ngangenin serta seluruh keluarga besar. Terima kasih atas doa, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasi yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
15. Pesta Badia Raja Siahaan, SE yang tak pernah lelah mendukung setiap proses penulisan skripsi ini, memberikan nasehat, menegur jika penulis mulai patah semangat, semangat dan doa.
16. Para sahabat tersayang (Ira Laoromaito Gultom, Margaretha Pasaribu, dan Setri Saragih) terima kasih atas dukungan serta doa-doa kalian.
17. Para adek saya Ruth Roselin Girsang, Diana Tarigan, Tosima Gultom, Herlina Girsang, Ella Purba, Hotnolim Damanik dan teman-teman IMAS USU yang memberikan semangat dan motivasi serta doa untuk penulisan skripsi ini.
18. Para keluarga baru saya keluarga PBL Desa Manuk Mulia Alya si cerewet, Ana si polos, Ayu yang dewasa, Erista si jenius, Kak Kistin si positif, Mey si manja dan mudah bete, Tiya si sinis tapi baik hati, Mala yang dewasa, Honesty yang paling sabar, Puja si cengeng dan pangeran berkuda Manuk Mulia Erdi si keras kepala dan Bang Banu yang sulit nepatin janji. Terimakasih selalu mendukung, menghibur, menolong dan
tetap memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. Bersyukur mendapatkan keluarga baru seperti kalian.
19. Teman-teman seperjuangan satu peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat terima kasih untuk kerja samanya selama ini.
20. Seluruh rekan dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, serta penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian materi, dll. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan penulisan usulan Skripsi ini.
Medan, April 2016 Hormat saya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ... v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita... 7
2.2. Pola Makan Anak balita ... 8
2.2.1. Jenis Makanan Yang Dikonsumsi ... 11
2.2.2. Tingkat Asupan Makanan Anak Balita ... 11
2.2.3. Frekuensi Pola Makan Anak Balita ... 13
2.3. Status Gizi Balita ... 14
2.3.1. Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri ... 14
2.4. Karakteristik Keluarga ... 16
2.4.1. Umur Orang Tua ... 17
2.4.2. Pendidikan Orang Tua ... 17
2.4.3. Pekerjaan Orang Tua ... 18
2.4.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 19
2.4.5. Pendapatan Keluarga ... 20
2.4.6. Pengetahuan Gizi Ibu ... 21
2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24
3.2.2. Waktu Penelitian ... 25
3.3. Populasi dan Sampel. ... 25
3.3.1. Populasi ... 25
3.3.2 Sampel ... 25
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27
3.4.1. Data Primer ... 27
3.4.2. Data sekunder ... 27
3.5. Definisi Operasional ... 27
3.6. Aspek Pengukuran ... 29
3.6.1. Umur ... 29
3.6.2. Pendidikan ... 29
3.6.3. Pekerjaan ... 29
3.6.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 29
3.6.5. Tingkat Pendapatan Keluarga ... 30
3.6.6. Tingkat Pengetahuan Ibu ... 30
3.6.7. Pola Makan Anak Balita ... 30
3.6.8 Status Gizi Anak Balita ... 32
3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 33
3.7.1. Pengolahan Data ... 33
3.7.2. Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
4.2 Karakteristik Keluarga ... 36
4.3 Karakteristik Balita ... 37
4.3.1. Umur anak balita menurut jenis kelamin ... 37
4.4 Pola Makan Anak Balita ... 38
4.4.1. Tingkat konsumsi energi anak balita ... 38
4.4.2. Tingkat konsumsi protein anak balita ... 39
4.4.3. Jenis dan frekuensi makan ... 39
4.5 Status Gizi Balita ... 42
4.5.1. Status gizi anak balita menurut indeks BB/U ... 42
4.5.2. Status gizi anak balita menurut indeks TB/U.. ... 43
4.5.3. Status gizi anak balita menurut indeks BB/TB ... 43
4.6 Pola Makan Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 44
4.6.1. Tingkat konsumsi energi balita berdasarkan karakteristik keluarga . 44 4.7 Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 46
4.7.1. Status gizi balita (BB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 46
4.7.2. Status gizi balita (TB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 47
4.7.3. Status gizi balita (BB/TB) berdasarkan karakteristik keluarga ... 49
4.8 Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Makan ... 51
4.8.1. Status gizi balita (BB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 51
4.8.2. Status gizi balita (TB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 52
4.8.3. Status gizi balita (BB/TB) berdasarkan karakteristik keluarga ... 52
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pola Makan Anak Balita ... 54
5.1.1.Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan Sondi Raya 54 5.1.2.Pola Makan Anak Balita berdasarkan karakteristik keluarga ... 55
5.2 Status Gizi Balita berdasarkan karakteristik keluarga ... 61
5.2.1 Status Gizi Balita (BB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 61
5.2.2 Status Gizi Balita (TB/U) berdasarkan karakteristik keluarga ... 63
5.2.3 Status Gizi Balita (BB/TB) berdasarkan karakteristik keluarga ... 64
5.3 Status Gizi Berdasarkn Pola Makan Anak Balita ... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 69
6.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA . ... 71
DAFTAR LAMPIRAN ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Balita Rata-Rata Per Hari ... 13 Tabel 2.2 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks ... 16 Tabel 3.1 Angka Kecukupan Gizi Anak ... 32 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga Di Kelurahan Sondi Raya Tahun
2016 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Konsumsi Energi Balita Menurut Umur Balita di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Konsumsi Protein Anak Balita Menurut Umur di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Jenis Makanan Balita Menurut Umur Balita di Kelurahan
Sondi Raya Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.6 Distribusi Jenis Dan Frekuensi Bahan Makanan Balita Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Anak Balita BB/U Menurut Umur di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Status Gizi Anak Balita dengan Tinggi/Panjang Badan Menurut Umur Berdasarkan Umur Balita Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.9 Distribusi Status Gizi Balita BB/TB Berdasarkan Umur Balita Di
Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Karakteristik
Keluarga di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 44 Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Karakteristik
Keluarga Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 46 Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Karakteristik
Keluarga Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 48 Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Karakteristik
Keluarga Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 50
Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Pola Makan Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 51 Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Pola Makan Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 52 Tabel 4.16 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan Di Kelurahan Sondi Raya Tahun 2016 ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ………23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ...74
Lampiran 2 Formulir Food Recall 24 Jam ...77
Lampiran 3 Formulir Food Frequency ...78
Lampiran 4 Master Data Kategorik Keluarga ...80
Lampiran 5 Master Data Kategorik Balita ...83
Lampiran 6 Master Data Tingkat Konsumsi Balita ...86
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik ...89
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ...106
Lampiran 9 Surat Selesai Survei Pendahuluan ...107
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ...109
Lampiran 11 Surat Selesai Penelitian ...110
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian ...112
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam permasalahan gizi.
Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting, prevalensi wasting, dan permasalahan gizi lebih (KemenKes, 2015).
Secara nasional, prevalensi gizi kurang pada balita mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yaitu jumlah gizi kurang mencapai 18,4% kemudian mengalami kenaikan menjadi 19,6% . Prevalensi kurus dan sangat kurus (wasting) berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) pada anak balita berjumlah 12,1% (Riskesdas, 2013).
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. Status gizi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya (Husaini, 2001).
Pola makan yang baik untuk anak yaitu dengan memperhatikan kebutuhan gizi anak dan sesuai dengan usianya. Pada usia balita ( 1-5 tahun), anak sudah dapat dikenalkan dengan makanan rumah tangga atau makanan keluarga yang
lebih beragam melalui pengolahan makanan yang memenuhi standar gizi seimbang (Adriani, 2014).
Menurut UNICEF ( 1998) ada 2 penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu: (1) kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. (2) Penyakit infeksi. Faktor tidak langsung yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: (1) Faktor kesediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat;
(2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pola asuh anak; (3) Pengelolaan yang buruk dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Apriadji (1998), pada dasarnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi seseorang terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Faktor eksternal seperti pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, konsumsi makanan, jumlah makanan, mutu makanan, kebersihan lingkungan dan penyakit infeksi; (2) Faktor internal seperti tingkat kebutuhan, penggunaan metabolik, nilai cerna, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Penelitian Nadeak (2011) memperlihatkan hasil bahwa banyak keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan energi dan protein. Penelitian lain yang menunjukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti pengetahuan dan peran ibu dalam membina makan sehat sangat dituntut demi
mempertahankan pola pemberian makan yang benar pada anak sehingga status gizi anak menjadi baik. Jumlah anggota keluarga yang banyak dan jarak kelahiran yang terlalu rapat dapat menyebabkan pola pertumbuhan berada dibawah garis merah. Selain itu, kurang pahamnya ibu dalam hal memberi makanan yang baik pada anaknya sehingga ibu hanya memberi makan balitanya makan nasi dengan sedikit lauk dan mie instan (Purwani & Mariyam ,2013).
Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, salah satunya Kecamatan Raya. Kecamatan Raya terdiri dari 22 desa/ kelurahan, salah satunya Kelurahan Sondi Raya. Kelurahan Sondi Raya memiliki puskesmas sebanyak 34 unit. Data yang diperoleh pada tahun 2014 ada sekitar 8.000 balita dan presentase penderita gizi kurang sebanyak 2-2,5%.
Kelurahan Sondi Raya terdiri dari lima dusun yaitu Dusun Sondiraya, Dusun Gulping, Dusun Hapoltakan, Dusun Bah Biru, dan Dusun Tondang. Data Kelurahan Sondi Raya yang diperoleh dari kantor Kelurahan Sondi Raya (2015) menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Sondi Raya bermatapencaharian mayoritas bertani yaitu sebanyak 625 KK (64,10%). Selain itu, masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani sebanyak 115 KK (11,79%) dari total KK sebanyak 975 KK. Hasil pertanian di Kelurahan Sondi Raya beragam, seperti padi, cabai, sayuran, buah-buahan, bahkan kopi. Namun, selain mata pencaharian bertani, masyarakat juga memelihara ternak dipekarangan rumah mereka.
Berdasarkan survei pendahuluan, hasil pertanian masyarakat sebagian besar di jual ke pasar perbelanjaan yang diadakan sekali seminggu yaitu pada hari sabtu. Selain itu, masyarakat juga menjual hasil pertaniannya kepada agen/tokeh.
Hasil penjualan tersebut biasanya masyarakat gunakan untuk keperluan sehari- hari, membeli bahan makanan seperti ikan dan lauk pauk lainnya dan kebutuhan sandang. Selain itu, masyarakat juga menggunakan hasil penjualan untuk kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Namun, walaupun ketersediaan pangan cukup baik dari hasil pertanian, di Kelurahan Sondi Raya masih ditemukan kasus gizi kurang pada anak balitanya. Data yang diperoleh dari Puskesmas Sondi Raya tahun 2015, terdapat 1 orang (0,33) balita menderita gizi buruk dari total balita sebanyak 303 balita dan yang menderita gizi kurang sebanyak 38 (12,54%) balita.
Masyarakat Kelurahan Sondi Raya yang tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah sebanyak 208 KK. Pendidikan orang tua di Kelurahan Sondi Raya bervariasi yaitu SD sebanyak 130 KK, SMP sebanyak 171 KK SMA/SMK sebanyak 385 KK dan S1 sebanyak 185 KK. Pada umumnya, 90 % ibu di Kelurahan Sondi Raya bekerja. Ibu yang bekerja memiliki dampak positif karena dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Akan tetapi, ibu pekerja yang memiliki balita memiliki dampak negatif yaitu pola asuh anaknya menjadi kurang baik karena waktu kepada balitanya menjadi berkurang. Ibu yang bekerja sebagai petani cenderung membawa anaknya ke ladang dan membiarkannya bermain. Ibu kurang memperhatikan apa saja yang dikonsumsi balitanya ketika ibu sedang bekerja. Ibu yang tidak membawa anaknya ketika bekerja menitipkan anaknya kepada tetangga atau pengasuh. Hal ini menunjukkan bahwa ibu kurang tahu apa yang dikonsumsi balitanya. Pola asuh yang kurang terhadap balitanya mengakibatkan konsumsi pangan menjadi kurang dan gizi menjadi rendah.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun tahun 2016.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakterisik keluarga yang meliputi umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu di Kelurahan Sondi Raya tahun 2016.
2. Mengetahui pola makan (jumlah, jenis dan frekuensi) balita di Kelurahan Sondi Raya tahun 2016
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun
Sebagai bahan informasi mengenai gambaran pola makan dan status gizi balita di bagian gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk megambil langkah-langkah kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kesehatan anak.
1.4.2. Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pengetahuan dan saran tentang gizi bagi Puskesmas Kelurahan Sondi Raya agar dapat disalurkan kepada masyarakat melalui program pembinaan dan pengawasan terhadap tumbuh kembang balita sehingga diharapkan (dalam mengkonsumsi makanan) selalu memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada anak dan balitanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita
Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
Usia balita merupakan usia pra sekolah dimana seorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika masih bayi, kebutuhan zat gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin, 2004).
Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita salah satunya yaitu anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya dan walaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya. Selain itu balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa yang memerulkan adaptasi, anak balita sering bermain yang dapat menyebabkan penyakit infeksi (Sediaoetama, 2008).
Di Indonesia anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang energi protein (KEP) dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya, karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar, padahal yang mengantar sedang sibuk semua (Sediaoetama, 2008).
2.2. Pola Makan Anak Balita
Pola makan (food pattern) adalah kebiasaan memilih dan mengkonsumsi bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan dapat memberi gambaran mengenai kualitas makanan masyarakat (Suparlan, 2010).
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati dkk, 2010).
Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk faktor geografi, iklim, dan kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.
b. Faktor ekonomi dan adat istiadat. Taraf sosial ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk. Di samping itu, kebijakan dalam bidang pangan, misalnya pemberian bantuan
atau subsidi terhadap bahan tertentu, dalam berpengaruh dalam pola konsumsi.
Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit (Sulistyoningsih, 2011).
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi akan kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan.
Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.
Pola pemberian makanan yang baik bagi balita yaitu memenuhi tingkat asupan makanan balita dan frekuensi pola makanan anak balita. Asupan makanan balita yang baik memenuhi kebutuhan kalori 90 kkal/kg BB per hari, frekuensi yang disarankan yaitu 3 kali sehari dengan 2 kali makanan selingan (William, 2010).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya, selain itu juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu mendapat perhatian. Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi pangan (energi dan protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berada (Khomsan, 2003).
Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan yang baik dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya (Erni &
Mariyam, 2013). Penelitian Realita (2010) menjelaskan bahwa konsumsi makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap status gizi (pertumbuhan) balita .
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sumaiyah (2008) yang mengatakan bahwa dalam pola pemberian makan pada balita sebagian besar berada dalam kategori baik sebesar 36 responden (81,2 %). Hal ini dilatarbelakangi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, dan tingkat ekonomi yang baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula pengetahuan dan pengalamanya dalam merawat anaknya khususnya dalam pola pemberian makannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Suhardjo (2010), bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ibu akan mampu untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.
Pola konsumsi yang dianjurkan di Indonesia sesuai dengan kaidah kesehatan diarahkan pada pola konsumsi yang lebih beragam, bergizi dan
berimbang yang biasa disebut dengan menu seimbang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani dan nabati, sayur, buah dan susu. Balita butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat agar terjadi penambahan berat badan yang sehat. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak keluarga belum mampu menerapkan pola konsumsi tersebut dalam menu sehari-hari. Hal ini sangat terkait dengan daya beli, ketersediaan pangan, faktor ekonomi, pendidikan dan sosial budaya.
Pada symposium ke 113 Badan Kesehatan Dunia ( WHO) yang membahas makanan, olahraga, dan kebiasaan hidup strategi baru kesehatan global. Dalam strategi baru tersebut mengemukakan pola makan yang tidak sehat merupakan penyebab utama timbulnya bermacam-macam penyakit tidak menular termasuk beberapa jenis kanker.
2.2.1 Jenis makanan yang dikonsumsi
Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah- buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Baliwati dkk, 2004).
2.2.2 Tingkat asupan makanan anak balita
Zat gizi adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu ,menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009).
Manusia memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas (Supariasa dkk, 2001).
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin, 2004).
Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan konsumsi protein. Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok (karbohidrat), sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari konsumsi protein yaitu dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur dan susu (Supariasa dkk, 2001).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan ntuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya. Basis dari AKG adalah kebutuhan (Estimated Average Requirement). Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan AKG tahun 2013, yang disajikan pada tabel 2.1.
Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan balita setiap harinya.
Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi seseorang.
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Balita Rata-Rata per Hari
Umur (tahun )
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
Energi (Kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Vit A ( mcg)
Besi/ fe (mg)
1-3 tahun 13 91 1125 26 44 400 8
4-6 tahun 19 112 1600 35 62 450 9
Sumber : Permenkes RI no 75 tahun 2013
2.2.3 Frekuensi pola makan anak balita
Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi pangan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang terikat pada pola makan 3 kali per hari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi pangan antara 5 sampai 7 kali per hari atau lebih. Frekuensi yang disarankan yaitu 3 kali sehari dengan 2 kali makanan selingan. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, artinya semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Suatu hasil pengamatan terhadap anak-anak di negara Barat memperlihatkan bahwa pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya kurang dari 4 kali per hari mengkonsumsi energi, protein, vitamin C, dan zat besi (Fe) lebih rendah dari rata-rata konsumsi anak-anak yang seumur. Sedangkan konsumsi pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya lebih dari 6 kali per hari ternyata lebih tinggi dari rata-rata konsumsi anak yang seumur.
2.3. Status Gizi Balita
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2001).
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh asupan makanan, pencernaan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2009).
Status gizi balita erat hubungannya dengan pertumbuhan anak, oleh karena itu perlu suatu ukuran/alat untuk mengetahui adanya kekurangan gizi dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan efektivitas suatu program pencegahan.
Pertumbuhan anak adalah indikator dinamik yang mengukur pertambahan berat dan tinggi badan anak. Dari indikator ini dapat diikuti dari waktu ke waktu terjadinya penyimpangan (penurunan) pertambahan berat atau tinggi badan (Soekirman, 2000).
2.3.1. Penilaian status gizi dengan metode antropometri
Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi.
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini
peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri. Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana (Supariasa dkk, 2001).
Adapun keunggulan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan mudah digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif, pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, biayanya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan diakui kebenarannya. Sedangkan kelemahan antropometri adalah tidak sensitif untuk mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran (Supariasa dkk, 2001).
Antropometri digunakan untuk mengetahui keseimbangan antara asupan protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Metode antropometri terdiri dari berbagai indeks yang dapat digunakan untuk menilai status gizi, diantaranya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa dkk, 2001).
Untuk mengetahui status gizi balita digunakan pedoman WHO 2005 yang disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
INDEKS KATEGORI
STATUS GIZI
AMBANG BATAS (Z-SCORE) Berat Badan
Menurut Umur (BB/U)
a. Gizi Buruk b. Gizi Kurang c. Gizi Baik d. Gizi Lebih
< -3 SD
-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U)
a. Sangat Pendek b. Pendek c. Normal d. Tinggi
< -3 SD
-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD Berat Badan
Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
a. Sangat Kurus b. Kurus c. Normal d. Gemuk
< -3 SD
-3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD
Sumber: Kepmenkes.2010
2.4. Karakteristik Keluarga
Faktor penyebab kurang gizi pada balita yaitu , yang pertama makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua, ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, dan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh, tidak mampu membayar), dapat berdampak juga pada status gizi anak (Adisasmito, 2007).
Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan dan kepemilikan. Tingkat pendidikan termasuk dalam faktor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi
yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga ( Achadi, 2007).
2.4.1. Umur Ibu
Orang tua yang masih muda, terutama ibu, cenderung kurang pengetahuan dan pengalaman dalam merawat anak sehingga mereka umumnya merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas perawatan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur (umur lebih matang) cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock dalam Gabriel, 2008).
2.4.2 Pendidikan Ibu
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2012).
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam kesehatan dan gizi.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat mempunyai pengetahuan gizi yang tinggi pula (Atmarita & Fallah, 2004).
Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (KemenKes RI, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka jumlah anak balita pendek dan kurus semakin sedikit. Tingkat pendidikan orangtua akan berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan jumlahnya, dibanding dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah. Penelitian Merryana danVita (2011) menyimpulkan bahwa pendidikan orang tua mempengaruhi status gizi balita.
Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi. Karena sekalipun pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (KemenKes RI, 2015).
2.4.3. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima,
dan semakin besar pula jumlah uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Sediaoetama, 2008).
Bertambah luasnya lapangan kerja, semakin mendorong banyaknya kaum wanita yang bekerja terutama di sektor swasta. Di satu sisi hal ini berdampak positif bagi pertambahan pendapatan, namun di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak. Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di daerah pedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja (Sediaoetama, 2008).
Penelitian Etik dan Rahayu (2009) menyatakan bahwa ibu yang tidak memiliki pekerjaan memiliki anak balita yang status gizinya lebih baik dari pada ibu yang bekerja. Penelitian lain menyimpulkan bahwa status pekerjaan ibu dapat berpengaruh pada baik atau buruknya pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anaknya sehingga secara langsung hal ini dapat berpengaruh pada status gizi anak (Dian & Meda, 2015).
2.4.4. Jumlah anggota keluarga
Anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota keluarga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap anggota keluarga. Orang
yang telah tinggal di suatu keluarga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu keluarga kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap di keluarga tersebut, dianggap sebagai anggota keluarga. Pembantu rumah tangga atau sopir yang hanya makan atau tinggal saja di rumah majikannya dianggap bukan art majikannya (BPS, 2015).
Keluarga dengan jumlah anak yang banyak dan jarak kelahiran yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah, yakni pendapatan keluarga yang pas-pasan, sedangkan anak banyak maka pemerataan dan kecukupan makan di dalam keluarga akan sulit dipenuhi. Anak yang lebih kecil akan mendapat jatah makanan yang lebih sedikit, karena makanan lebih banyak diberikan kepada kakak mereka yang lebih besar, sehingga mereka menjadi kurang gizi dan rawan terkena penyakit (Suhardjo, 1996).
Suhardjo (1996) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata.
Menurut Sukarni (1994) penelitian suatu Negara di Colombia menunjukkan bahwa dengan kenaikan jumlah anak, jumlah makanan perorang akan menurun sehingga terjadi pertambahan kasus gizi kurang pada anak-anak dibawah 5 tahun.
2.4.5. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun
perorangan dalam rumah tangga. Penggolongan tingkat pendapatan berdasarkan badan pusat statistik (BPS).
Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) menunjukkan bahwa rendahnya konsumsi energi dan protein keluarga disebakan karena lebih dari separuh (76,6%) keluarga memiliki pendapatan kategori rendah, sehingga mempengaruhi keluarga dalam mengakses pangan yang cukup.
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang mempunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan makanannya. Keadaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari keluarga berpenghasilan rendah.
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan. Bahan makanan yang harganya mahal biasanya jarang dan bahkan tidak ada (Adriani, 2014).
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa antara pendapatan dan gizi, jelas ada hubungan yang menguntungkan. Berlaku hampir universal, peningkatan pendapatan akan berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga dan selanjutnya berhubungan dengan status gizi. Namun peningkatan pendapatan atau daya beli seringkali tidak dapat mengalahkan pengaruh kebiasaan makan terhadap perbaikan gizi yang efektif.
2.4.6. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan penting peranannya dalam menentukan asupan makanan.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Dengan adanya
pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahu bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan (Suhardjo, 1996).
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan dan penyediaan makanan, baik bagi keluarga maupun bagi berbagai institusi seperti asrama, wisma, dan sebagainya yang harus menyediakan makanan bagi sejumlah atau sekelompok orang. Seorang ibu rumah tangga yang bukan ahli gizi, juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Susunan hidangan yang bagaimanakah yang memenuhi syarat gizi, agar mereka yang akan mengkonsumsinya tertarik dan mendapat kesehatan baik serta dapat mempertahankan kesehatan tersebut (Sediaoetama, 2008).
Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (KemenKes, 2015). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007), bahwa seseorang dengan pendidikan rendah pun akan mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, kalau orang tersebut rajin `mendengarkan atau melihat informasi tentang gizi.
Menurut penelitian Munawaroh (2006) menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuan gizinya baik memiliki anak yang status gizinya baik dan demikian sebaliknya. Penelitian Melisa (2011) menyimpulkan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pengetahuan ibu dan pola makan.
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep yang berkaitan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Bagan di atas menjelaskan bahwa karakteristik keluarga yang meliputi umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan pendidikan gizi ibu berkaitan dengan pola makan anak balita (jumlah asupan makanan, jenis makanan, dan frekuensi makanan) dan status gizi anak balita(BB/U,TB/U, BB/TB) serta menunjukan bahwa status gizi balita berkaitan dengan pola makan anak balita.
Karakteristik Keluarga :
− Umur ibu
− Pendidikan ibu
− Pekerjaan ibu
− Jumlah anggota keluarga
− Pendapatan keluarga
− Pengetahuan Gizi Ibu
Pola makan anak balita:
- Jumlah asupan makanan - Jenis makanan
- Frekuensi makanan
Status gizi anak balita:
- BB/U - TB/U - BB/TB
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran pola makan dan status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik keluarga di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun tahun 2016.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun tahun 2016. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
1. Berdasarkan data Kantor Kelurahan Sondi Raya (2015), menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Sondi Raya memiliki mata pencaharian mayoritas bertani dengan ketersediaan pangan yang cukup baik yaitu dari 975 kepala keluarga diperoleh sebanyak 625 (64,10 %) kepala keluarga yang bekerja sebagai petani dan masih di temukan anak gizi buruk dan gizi kurang.
2. Hasil penimbangan posyandu pada Tahun 2015 diketahui bahwa di Kelurahan Sondi Raya merupakan kelurahan yang mempunyai jumlah balita gizi buruk sebanyak 1 (0,33%) balita dari 303 balita dan yang menderita gizi kurang sebanyak 38 (12,54%) balita (Sondi Raya. 2015).
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2015 sampai dengan bulan Maret Tahun 2016.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita berumur 12-59 bulan di Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun yaitu berjumlah 303 balita.
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2002) sebagai berikut :
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
Keterangan:
N = Jumlah populasi
d = Presisi absolut yang dinginkan = 0,1 n = Jumlah sampel yang akan diteliti maka :
n = 303
1+303(0.1)2
n = 75,19 ≈ 75 orang
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi balita yang memiliki kriteria :
- Ibu dan anak balita yang masih tinggal di Kelurahan Sondi Raya
- Balita tertua jika ada dalam keluarga tersebut memiliki balita lebih dari 2 orang
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 balita. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan bersedia diwawancarai.
Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam masing-masing wilayah (Arikunto,2009). Kemudian dilakukan teknik sistematik random sampling untuk mengambil sampel disetiap wilayah.
Jumlah pembagian sampel untuk masing-masing dusun dengan menggunakan rumus Sugiyono (2007) : n = (populasi balita tiap dusun)/(jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan. Dari rumus tersebut diperoleh sampel per dusun :
Dusun Sondi Raya = 162
303x75 = 41 orang Dusun Hapoltakan = 64
303x75 = 16 orang Dusun Bah Biru = 25
303x75 = 6 orang Dusun Gulping = 26
303x75 = 6 orang Dusun Tondang = 26
303x75 = 6 orang
Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 75 orang. Jumlah sampel masing-masing dusun, pada Dusun Sondi Raya sebanyak 41 orang, Dusun Hapoltakan sebanyak 16 orang, Dusun Bah Biru sebanyak 6 orang, Dusun Gulping sebanyak 6 orang, Dusun Tondang sebanyak 6 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang meliputi : karakterisik keluarga (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi ibu), Pola makan anak balita (frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah konsumsi energy protein) menggunakan formulir food frequency dan formulir food recall 24 jam. Pengukuran berat badan anak balita dengan menggunakan timbangan injak, pengukuran panjang badan dengan alat ukur panjang badan, dan tinggi badan menggunakan microtoise.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan, yaitu gambaran demografi dan letak geografis Kelurahan Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
3.5. Definisi Operasional
1. Anak balita adalah semua anak laki-laki dan perempuan yang berumur 12- 59 bulan di Kelurahan Sondi Raya.
2. Umur ibu adalah lamanya hidup ibu yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.
3. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh ibu.
4. Pekerjaan ibu adalah kegiatan yang dilakukan oleh ibu secara rutin yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
5. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga.
6. Tingkat pendapatan adalah rata-rata pendapatan per bulan keluarga yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
7. Pengetahuan gizi ibu adalah segala hal yang diketahui ibu tentang gizi anak balita yang meliputi pengertian makanan bergizi, jenis zat gizi menurut fungsi, sumber zat gizi, akibat kekurangan gizi , cara pemberian makanan dan ASI.
8. Pola makan adalah kebiasaan memilih bahan makanan yang ditujukan kepada balita berdasarkan jumlah, jenis dan frekuensi konsumsi makan.
9. Jumlah asupan makanan adalah banyaknya energi dan protein yang dikonsumsi balita per hari.
10. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang diberikan kepada anak balita, yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan.
11. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis makanan dikonsumsi oleh anak balita pada waktu tertentu, yaitu ≥1x/hr, 4-6x/mggu, 1-3x/minggu, 1- 3x/bln, tidak pernah.
12. Status gizi adalah keadaan gizi anak balita yang ditentukan dengan melakukan pengukuran antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB.
3.6. Aspek Pengukuran 1. Umur ibu
Umur ibu dikategorikan (Depkes ,2009) - Remaja akhir : 17-25 tahun
− Dewasa awal : 26 – 35 tahun
− Dewasa akhir : 36-45 tahun
− Lansia awal : > 46 tahun 2. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu diketegorikan : - Tinggi : D3/S1/S2 - Menengah : SMA/SMK
- Rendah : Tidak Sekolah /SD/SMP 3. Pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu dikategorikan : - Bekerja
- Tidak bekerja
4. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi (BKKBN, 1998) :
− Keluarga kecil = ≤ 4 orang
− Keluarga sedang = 5–7 orang
− Keluarga besar = ≥ 7 orang
5. Tingkat Pendapatan Keluarga
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) garis kemiskinan di Sumatera Utara bagian desa pada September 2015 sebesar Rp 352,637,00/ kapita/
bulan. Dari data tersebut, pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi:
- Rendah : ≤ Rp 352,637,00/orang/bulan - Tinggi : > Rp 352,637,00/orang/bulan 5. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan gizi ibu diukur melalui 20 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto, 2009):
1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh : > 75-100% (16- 20) dari jumlah jawaban yang benar.
2. Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh : 45-75% (10-15) dari jumlah jawaban yang benar.
3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh : < 45% (< 9) dari jumlah jawaban yang benar.
6. Pola Makan Anak Balita
Jenis makanan dan frekuensi makanan diperoleh melalui food frequency dan untuk jumlah energi protein yang dikonsumsi anak balita diperoleh berdasarkan food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali pada hari yang berbeda dan
tidak berturut-turut yaitu melalui wawancara dengan ibu yang memiliki balita.
Food recall 24 jam dilakukan minimal 2 kali agar menghasilkan gambaran asupan
zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur dalam Supariasa dkk,2001) . Dari hasil food recall 24 jam, dihitung rata-rata konsumsi energi dan protein, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi anak.
Pengukuran jenis makanan digolongkan berdasarkan susunan makanan menjadi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Berikut ini adalah pengkategoriannya :
- Lengkap yaitu terdiri dari makanan pokok , lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan ( 4 jenis makanan).
- Tidak lengkap yaitu makanan pokok dan lauk-pauk (< 4 jenis makanan).
Frekuensi makanan yaitu berapa kali individu mengkonsumsi makanan yang sama dalam kurun waktu tertentu.
- ≥ 1x/hari - 4-6x/minggu - 1-3x/minggu - 1-3x/bulan - Tidak pernah
Berikut ini adalah pengkategoriannya :
a) Sering, jika frekuensi konsumsi makanan >1 kali/hari, dan 4-6 kali/minggu b) Jarang, jika frekuensi konsumsi makanan 1-3 kali/minggu dan 1-3 kali/bulan c) Tidak pernah
Tabel 3.1. Angka Kecukupan Gizi Anak
No. Umur (tahun) Energi (kkal) Protein (gr)
1 1-3 1125 26
2 4-6 1600 35
Sumber : Permenkes RI no 75 tahun 2013
Klasifikasi tingkat konsumsi energi dan protein (WNPG, 2004) dibagi menjadi:
- Baik : 80 – 110 % AKG - Kurang : <80% AKG - Lebih : > 110% AKG 7. Status Gizi Anak Balita
Status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan ( BB/TB).
Untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-skor sebagai batas ambang kategori. Rumus perhitungan Z-skor adalah sebagai berikut :
z skore =nilai individu subjek − nilai median baku rujukan nilai simpangan baku rujukan
Dibawah ini adalah Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Kemenkes RI (2010) yaitu :
Kategori berdasarkan BB/U : a. Gizi Buruk : < -3 SD
b. Gizi Kurang : -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Gizi Baik : -2 SD sampai dengan 2 SD d. Gizi Lebih : > 2 SD
Kategori berdasarkan TB/U : a. Sangat Pendek : < -3 SD
b. Pendek : -3 SD sampai dengan < -2 SD c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD d. Tinggi : >2 SD
Kategori berdasarkan BB/TB : a. Sangat Kurus : < -3 SD
b. Kurus : -3 SD sampai dengan < -2 SD c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD d. Gemuk : >2 SD
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing
Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data dan juga entry data.
c. Processing
Setelah data dicoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
e. Tabulating
Merupakan penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis.
3.7.2 Analisa Data
Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi melalui tabulasi silang.