• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status gizi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan karakteristik keluarga

HASIL PENELITIAN

4.8. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Makan

5.2.1. Status gizi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan karakteristik keluarga

Berdasarkan penelitian, balita dengan status gizi kurang yang di kelompokkan berdasarkan umur balita yaitu umur 1-3 tahun sebanyak 19% dan umur 4-5 tahun sebanyak 16,7%. Persentase gizi kurang keseluruhan sebanyak 18,7%. Walaupun presentase gizi kurang masih bisa dikatakan rendah, jika tidak ditangani dengan baik maka status gizi kurang tersebut dapat berkembang menjadi gizi buruk yang berdampak pada tumbuh kembang anak.

Berdasarkan batas non public health problem menurut WHO, yaitu 10%

maka Kelurahan Sondi Raya diatas batas tersebut sehingga sudah bisa dikatakan menjadi masalah. Berdasarkan pencapaian MDGs 2015 yaitu sebanyak 15,5%, maka prevalensi gizi kurang di Kelurahan Sondi Raya harus di turunkan sekitar 3,2%.

Berdasarkan hasil penelitian, ada kecenderungan anak balita dengan status gizi kurang terdapat pada kelompok ibu yang berusia >36 tahun atau dapat dikategorikan dewasa akhir-lansia awal yaitu dengan presentase sebanyak 50,0%

dibandingakn dengan ibu yang berusia 17-25 tahun yaitu diperoleh dengan presentase 7,1%. Menurut Hurlock dalam Gabriel (2008), ibu yang lebih berumur (umur lebih matang) cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati.

Akan tetapi, masyarakat di Kelurahan Sondi Raya malah sebaliknya. Ibu yang lebih berumur memiliki anak dengan status gizi kurang. Hal ini karena ibu lebih fokus mencari nafkah untuk keluarganya yang masuk kategori keluarga sedang dan besar. Ada kecenderungan ibu yang memiliki pendidikan rendah memiliki anak balita dengan status gizi kurang yaitu dengan presentase sebanyak 33,3%

dibandingakan dengan ibu yang pendidikannya tinggi yaitu sebanyak 9,5%.

Pada umumnya ibu bekerja di luar rumah dapat memberikan penambahan pendapatan keluarga. Namun hal ini dapat mempengaruhi pola asuh anak, karena ibu yang bekerja akan memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit untuk keperluan anak terutama perhatian dalam konsumsi pangan anak. Ada kecenderungan anak balita yang status gizi nya kurang terdapat pada kelompok ibu yang bekerja yaitu dengan presentase sebanyak 21,8% dibandingkan dengan yang tidak bekerja dengan presentase sebanyak 10,0%.

Status gizi anak balita berdasarkan jumlah anggota keluarga, persentase terbesar gizi kurang dari keluarga besar yaitu dengan presentase 100%. Hal ini karena berdasarkan penelitian, keluarga besar dikeluarga tergolong keluarga miskin sehingga untuk mencukupu kebutuhan keluarga menjadi kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak 83,7% anak balita yang berasal dari keluarga kecil memiliki status gizi normal. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982) menyatakan

bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa ada sebanyak 19,7% anak balita dengan status gizi kurang pada pengetahuan gizi ibu kategori baik tatapi ada sebanyak 50% ibu berpengetahuan kurang memiliki balita kurang. Akan tetapi, balita yang memiliki status gizi baik apa bila z-score BB/U tepat di median yaitu 0 SD. Apabila standar deviasi BB/U balita berada di -1,99 SD sudah dapat diberi peringatan karena sudah mendekati gizi kurang dan apabila SD BB/U balita mendekati 1,99 SD maka balita sudah mendekati gemuk. Oleh karena itu status gizi yang baik ada pada median yaitu 0 SD.

5.2.2. Status gizi anak balita menurut indeks TB/U berdasarkan karakteristik keluarga

Berdasarkan penelitian, balita dengan status gizi sangat pendek dan pendek yang di kelompokkan berdasarkan umur balita yaitu umur 1-3 tahun sebanyak 1,6% dan 31,7% dan umur 4-5 tahun sebanyak 16,7% gizi pendek. Total balita gizi pendek tanpa dikelompokkan ada sebanyak 29,3%. Berdasarkan batas non public health problem menurut WHO masalah kependekan sebesar 20%,

maka Kelurahan Sondi Raya masih diatas batas tersebut yaitu 29,3% sehingga masih dalam kondisi bermasalah kesehatan masyarakat.

Ibu yang berusia >46 tahun memiliki anak dengan status gizi sangat pendek sebesar 50%. Berdasarkan penelitian, ibu yang berusia >46 tahun tergolong keluarga miskin dan sebanyak 50% juga tergolong keluarga besar.

Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Sondi Raya, ada kecenderungan balita dengan status gizi kategori pendek terdapat pada kelompok ibu usia dewasa akhir

(36-45 tahun) yaitu dengan presentase sebanyak 60,0% dibandingkan dengan ibu yang berusia 26-35 tahun yaitu diperoleh dengan presentase 24,5% memiliki balita status gizi pendek. Berdasarkan kelompok pendidikan terakhir ibu ada sebanyak 16,7% balita memiliki status gizi menurut indeks TB/U kategori pendek dan sangat pendek yaitu pada ibu yang pendidikan rendah. Hal ini karena ibu yang berpendidikan rendah tidak bekerja diluar rumah sehingga banyak waktu yang tersedia untuk mengurus anak-anaknya.

Berdasarkan jumlah anggota keluarga, keluarga besar ada sebanyak 50,0%

anak balita dengan status gizi (TB/U) pendek dan sangat pendek sedangkan keluarga kecil sebanyak 26,5% balita dengan status gizi pendek. Demikian juga dalam hal pendapatan keluarga, presentase balita dengan status gizi pendek meningkat seiring dengan penurunan pendapatan keluarga. Ada kecenderungan Status gizi pendek paling banyak terdapat pada ibu yang bekerja yaitu sebanyak 38,2% dibandingan dengan ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 5,0%. Akan tetapi, dalam kelompok pengetahuan ibu, ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan baik masih memiliki anak balita dengan status gizi menurut indeks TB/U kategori pendek yaitu sebanyak 42,9% dan 28,8%. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang memiliki anak yang sangat pendek sebesar 50%.

5.2.3. Status gizi anak balita menurut indeks BB/TB berdasarkan karakteristik keluarga

Berdasarkan penelitian, balita dengan status gizi kurus yang di kelompokkan berdasarkan umur balita yaitu umur 1-3 tahun sebanyak 15,9% dan umur 4-5 tahun sebanyak 25%. Total balita gizi kurus tanpa dikelompokkan ada sebanyak 17,3%. Menurut UNHCR masalah kesehatan sudah dianggap serius bila

prevalensi BB/TB kurus antara 10,1% - 15,0% dan dianggap kritis bila diatas 15,0%. Berdasarkan hal tersebut, Kelurahan Sondi Raya sudah dikatakan kritis.

Berdasarkan penelitian, ada kecenderungan balita gizi kurus terdapat pada keluarga miskin yaitu sebanyak 44,4% dibandingkan keluarga tidak miskin yaitu dengan presentase 8,8% berdasarkan indeks BB/TB. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi kurus semakin meningkat pada keluarga dengan pendapatan rendah.

Hasil penelitian Sarah, M. (2008) di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga kategori rendah (di bawah UMR) dengan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) anak balita. Pendapatan keluarga merupakan faktor yang tidak langsung mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Menurut Suhardjo (2003) bahwa jumlah pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Namun demikian Suhardjo (2003) menambahkan bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.

Pada umumnya ibu bekerja di luar rumah dapat memberikan penambahan pendapatan keluarga. Namun hal ini dapat mempengaruhi pola asuh anak, karena ibu yang bekerja akan memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit untuk keperluan anak terutama perhatian dalam konsumsi pangan anak. Oleh karena itu, walaupun ibu bekerja di luar rumah tetap tidak dapat meninggalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, pengasuh dan perawat anaknya (Dagun, 1990). Namun apabila ibu

tidak bekerja di luar rumah, maka pendapatan keluarga akan rendah karena mereka memiliki lahan yang tidak cukup, harga jual hasil panen yang rendah, harga beli pupuk meningkat ditambah lagi transportasi yang susah didapat karena jalannya sulit dilewati oleh kendaraan. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Sondi Raya, dalam kelompok ibu yang bekerja memiliki anak balita dengan status gizi kurus sebanyak 18,2% (10 balita). Masyarakat di Kelurahan Sondi Raya memiliki pekerjaan mayoritas bertani.

Status gizi anak balita berdasarkan jumlah anggota keluarga, persentase terbesar gizi kurus dari keluarga besar yaitu dengan presentase 100%. Hal ini karena, keluarga besar di Kelurahan Sondi Raya juga termasuk dalam golongan keluarga miskin sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga menjadi susah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebesar 83,7% anak balita yang berasal dari keluarga kecil memiliki status gizi normal. Hasil penelitian Penelitian Purwani dan Mariyam (2013) menunjukkan faktor yang mempengaruhi status gizi seperti pengetahuan dan peran ibu dalam membina makan sehat sangat dituntut demi mempertahankan pola pemberian makan yang benar pada anak sehingga status gizi anak menjadi baik. Jumlah anggota keluarga yang banyak dan jarak kelahiran yang terlalu rapat dapat menyebabkan pola pertumbuhan berada dibawah garis merah. Selain itu, kurang pahamnya ibu dalam hal memberi makanan yang baik pada anaknya sehingga ibu hanya memberi makan balitanya makan nasi dengan sedikit lauk dan mie instan.

Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982)

menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

Menurut Suhardjo (2003), jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang tersedia di dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota keluarga merupakan penentu dalam memenuhi kebutuhan makanan. Apabila anggota keluarga bertambah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan pangan. Antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi juga mempunyai hubungan yang sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga. Terutama pada keluarga yang berpenghasilan rendah, pemenuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian , ada kecenderungan anak balita dengan status gizi kurus yaitu diperoleh sebanyak 50% dibandingkan dengan ibu yang pengetahuan gizinya baik yaitu sebanyak 16,7%.

Dokumen terkait