MUBTADI-IEN SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
(Studi Komparatif Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah
)
oleh
MUHAMMAD
UMAR SYAFI’I
NIM. M1.14.008
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
PEMBINAAN
KARAKTER
DI
KOMUNITAS
BELAJAR QARYAH THAYYIBAH SALATIGA DAN
YAYASAN
HIDAYATUL
MUBTADI-IEN
SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
(Studi Komparatif Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah
)
iii
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijasah pada IAIN Salatiga atau perguruan tinggi
lainnya.”
Salatiga, 15 April 2017
Yang membuat pernyataan
iv
ABSTRAK
Pembinaan Karakter di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga dan
Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga
Tahun Ajaran 2016/2017
(Studi Komparatif Program
Tawāṣ idan
Muṣ āfaḥ ah)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan: model pembinaan karakter
dengan Program
Tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah (KBQT) Salatiga
dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien (YHM) Salatiga,
nilai-nilai karakter yang dikembangkan, kelebihan dan kekurangan keduanya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tehnik pengumpulan
data melalui hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Tawāṣ i
adalah suatu program pembinaan karakter terhadap siswa yang dilaksanakan
se-tiap selesai shalat dhuhur dengan cara menelaah al-Quran dan ilmu-ilmu umum
lainya, sedangkan
Muṣ āfaḥ ah
adalah suatu program pembinaan karakter terhadap
siswa yang dilaksanakan setiap selesai shalat dhuhur dan ashar dengan cara
mene-laah al-Quran dan kita-kitab fiqh. Metode yang digunakan yaitu: menyimak, tanya
jawab, diskusi, presentasi, penugasan, ceramah dan praktik. Evaluasi program
dengan rubrik tertulis, lisan dan tes. (2)
Tawāṣ i
dan
muṣ āfaḥ ah
mengembangkan
nilai-nilai karakter: religius, disiplin, kreatif, demokrasi, rasa ingin tahu,
komunikatif, gemar membaca dan tanggung jawab. (3) Kelebihan program
tawāṣ i
dan
muṣ āfaḥ ah
:
tawāṣ i
mampu dilaksanakan oleh lembaga umum nonformal,
guru pendamping hafal al-Quran dan berlatar belakang pesantren, metode yang
digunakan menyenangkan, menggunakan media pembelajaran modern,
memberi-kan solusi permasalahan siswa secara langsung;
muṣ āfaḥ ah
lebih mudah
mema-hamkan peserta didik tentang perintah dan larangan agama, adanya praktek ibadah,
mengkaji berbagai aspek bahasa Arab, menghindarkan siswa dari pemahaman
yang keliru tentang al-Quran, perkembangan karakter peserta didik lebih
diperha-tikan. Kekurangan program
tawāṣ i
dan
muṣ āfaḥ ah
yaitu:
tawāṣ i
tidak membagi
siswa dalam kelompok sesuai kemampuan, evaluasi dan perencanaan hanya
seca-ra lisan, tidak semua peserta didik menerima konsep, prinsip dan pseca-raktik
tawāṣ i;
aspek penilaian
muṣ āfaḥ ah
membutuhkan waktu yang relatif lama,
muṣ āfiḥ
menggunakan metode klasik, media pembelajaran
muṣ āfaḥ ah
kurang menarik
siswa.
v
Foundation Salatiga and Salatiga Hidayatul Mubtadi-ien
Academic Year 2016/2017
(Comparative Studies Program
Tawāṣ iand
Muṣ āfaḥ ah)
The purpose of this research is to discover: coaching model character with
Tawāṣ i
in Community Learning Program Qaryah Tayyibah (KBQT) Salatiga and
Muṣ āfaḥ ah
Program at the Foundation Hidayatul Mubtadi-ien (YHM) Salatiga,
the values of character developed, the advantages and disadvantages of both.
This study used a qualitative approach. Techniques of collecting data through
observation, interviews, and documentation. Data analysis using inductive
analysis. The results showed that: (1)
Tawāṣ i
is a character building program to
students who are held each finished the prayer dhuhur by way of studying the
Koran and other general sciences, while
Muṣ āfaḥ ah
is a character building
program to students who are held every completed dhuhur and Asr prayers by
way of studying the Koran and we fiqh. The method used is: listen, question and
answer, discussion, presentations, assignments, lectures and practices. Evaluation
rubric program with written, oral and tests. (2)
Tawāṣ i
and mu
ṣ āfaḥ
ah develop
character values: religious, disciplined, creative, democratic, curious,
communicative, likes to read and responsibility. (3) Excess
tawāṣ i
program and
muṣ āfaḥ ah: tawāṣ
i able to be implemented by the public institution of nonformal,
teacher assistant memorized the Koran and backgrounds boarding, the method
used fun, using the modern learning media, provide solutions to problems students
directly;
muṣ āfaḥ ah
easier to hang learners about the commands and prohibitions
of religion, the practice of worship, study various aspects of the Arabic language,
to avoid students from a false understanding of the Koran, the character
development of students more attention. Disadvantages
tawāṣ i
program and
muṣ āfaḥ ah
namely:
tawāṣ i
not divide the students into groups according to ability,
planning and evaluation only verbally, not all learners receive the concepts,
principles and practices
tawāṣ i
;
muṣ āfaḥ ah
assessment aspect requires a relatively
long time,
muṣ āfiḥ
using classical methods, instructional media
muṣ āfaḥ ah
less
attractive students.
vi
PRAKATA
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq
,
hidayah
serta
inayah
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.
Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad saw,
keluar-ga, sahabat serta para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempur-naan. Tanpa adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, dimungkinkan
tesis ini tidak akan dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana IAIN
Salatiga
3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A, selaku Kepala Progdi PAI
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.A, yang telah memberi arahan kepada penulis.
5. Bapak Dr. H. Sa'adi, M.Ag, pembimbing tesis yang dengan sabar serta
tu-lus ikhlas memberikan waktu serta ilmunya dalam membimbing penulis
dan juga memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Ibu Dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberi ilmu
vii
tercinta yang selalu memberikan dukungan baik berupa materiil maupun
do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini.
8. Bapak Soleh Udin, Bapak Kirnan Hidayatno selaku Direktur LAZIS PLN
APP Salatiga, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
me-nyelesaikan tesis.
9. Teman-teman angkatan 2014 Pascasarjana IAIN Salatiga yang selalu
memberi dukungan penulis.
10. Segenap keluarga besar Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dan
Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga khususnya Bapak KH. Abda
Ab-dul Malik dan Bapak Bahruddin, atas bantuan dan dukungannya pada
penulis sehingga penelitian tesis ini bisa berjalan dengan baik.
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan bapak/ibu dan teman-teman semua menjadi amal ibadah
yang diterima oleh Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat. Semoga
Allah SWT selalu memberikan rahmat kepada kita semua. Amiin.
Salatiga, 15 April 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PENGESAHAN ...
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...
iii
ABSTRAK ...
iv
PRAKATA...
vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ...
xi
DAFTAR GAMBAR ...
xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah...
1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ...
2
C. Signifikasi Penelitian...
3
D. Kajian Pustaka...
4
E.
Metode Penelitian ...
6
F.
Sistematika Penelitian ...
7
BAB II LANDASAN TEORI ...
9
A. Pengertian Pembinaan Karakter ...
9
B. Pentingnya Pembinaan Karakter ... 10
C. Karakter, Akhlaq, Moral dan Tabiat ... 11
C. Teori Pembinaan Karakter...
14
BAB III PEMBINAAN KARAKTER PROGRAM
TAWĀ
ṣ
I
DAN
PROGRAM
MU
ṣ
ĀFAḤ AH
...
17
A. Program
Tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
Salatiga ... 17
1.
Gambaran Umum Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
Sala-tiga ... 17
ix
b. Model Program
Tawāṣ i
... 19
c. Peran
Tawāṣ i
dalam Pembinaan Karakter Siswa... 20
d. Evaluasi
Tawāṣ i
... 22
B. Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien
Salatiga
…
... 22
1.
Gambaran Umum Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga
22
a. Letak Grografis dan Sejarah Yayasan Hidayatul
Mubtadi-ien Salatiga... 22
b. Kelembagaan ... 23
2.
Pelaksanaan
Muṣ āfaḥ ah
... 23
a. Model Pembinaan Karakter Program
Muṣ āfaḥ ah
... 23
b. Peranan
Muṣ āfaḥ ah
dalam Membina Karakter Siswa... 26
c. Evaluasi
Muṣ āfaḥ ah
... 27
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PROGRAM
TAWĀ
ṣ
I
DAN PROGRAM
MU
ṣ
ĀFAḤ AH
... 28
A. Analisis Komparatif Karakteristik Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah ...
28
B. Analisis Komparatif Kelebihan dan Kekurangan Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah ...
30
1.
Kelebihan ...
31
2.
Kekurangan... 32
C. Analisis Keunikan Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah
... 35
BAB V PENUTUP...
36
A. Kesimpulan ...
36
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
x
xi
Gambar
Halaman
4.1
Tabel Perbandingan Karakteristik
Muṣ āfaḥ ah
dan
Tawāṣ i………….………
29
4.2
Tabel Perbandingan Kelebihan
Muṣ āfaḥ ah
dan
Tawāṣ i
... 32
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Hubungan Karakter, Moral, Akhlaq dan Tabiat ...14
xiii
1.
Catatan hasil wawancara... 43
2.
Pedoman wawancara... 84
3.
Wawancara di KBQT... 85
4.
Pelaksanaan
tawāṣ i
di KBQT... 86
5.
Rubrik
Tawāṣ i
... 87
6.
Absensi
Tawāṣ i...
... 87
7.
Masjis al-Mustasfa... 87
8.
Papan KBQT... 87
9.
Wawancara di YHM ... 88
10. Pelaksanaan
muṣ āfaḥ ah
di YHM
...
89
11. Pelaksanaan tes
muṣ āfaḥ ah
di YHM semester awal ... 90
12. Papan YHM... 91
13. Absensi
muṣ āfaḥ ah...
91
14. Permohonan Ijin Penelitian... 92
15. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 94
16. Surat Pengantar Pembimbing... 96
17. Lembar Bimbingan Tesis... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh globalisasi saat ini membawa masyarakat Indonesia
melupakan pendidikan karakter bangsa. Seperti apa yang dituturkan Garin
Nugroho dalam bukunya Muslich bahwa pendidikan nasional belum mampu
memberikan pencerahan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
1Masalah terbesar
yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah terletak pada aspek moral.
Karenanya, pembangunan karakter bangsa, menjadi sangat berarti dan
mendesak untuk segera dilakukan.
2Di tengah kegelisahan yang menghinggapi berbagai komponen bangsa,
sesungguhnya
terdapat
beberapa
lembaga
pendidikan
yang
telah
melaksanakan pendidikan karakter dengan model yang mereka kembangkan
sendiri-sendiri. Di antaranya adalah di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah
Salatiga dan di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga. Kedua lembaga
pendidikan ini melakukan pembinaan karakter yakni dengan "Program
Tawāṣ i
" dan "Program
Muṣ āfaḥ ah
"
. Tawāṣ i
dan
muṣ āfaḥ ah
bertujuan untuk
pembinaan akhlak dan wadah untuk membentuk karakter peserta didik yang
berbudi luhur, salih dan salihah
,
serta memberikan
problem solving
terhadap
siswa melalui mentor maupun guru pendamping dan
muṣ āfiḥ
. Komunitas
1
Masnur Muslich,Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Ja-karta: Bumi Aksara, 2010, 2.
2
Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga adalah sebuah
learning based community
mirip
home schooling,
yang berada di Kalibening Kecamatan Tingkir,
Salatiga. Sedangkan Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga adalah sebuah
yayasan pesantren yang terletak di wilayah kecamatan Tingkir tepatnya di
Kelurahan Kalibening bagian barat.
Dari hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti, bahwa pada
saat ini program
tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan
program
muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga belum bisa
maksimal dalam membentuk karakter mulia para peserta didiknya. Hal itu
dikarenakan program tersebut masih tergolong asing di lembaga-lembaga
pendidikan, sehingga masih ditemukan kendala dalam pelaksanaan
programnya.
3Untuk memenuhi rasa keingintahuan yang lebih mendalam, maka
penulis dalam penelitian ini mengambil judul: “Pembinaan
Karakter di
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga dan Yayasan Hidayatul
Mubtadi-ien Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 (Studi Komparatif Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah model Pembinaan Karakter dengan Program
Tawāṣ i
di
3
Wawancara awal dengan Bapak Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Penggagas Program
3
Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di
Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga?
2. Nilai-nilai karakter apa sajakah yang dikembangkan dalam Program
Tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Program
Tawāṣ i
di Komunitas
Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan
Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menemukan model Pembinaan Karakter dengan Program
Tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga.
b. Untuk menemukan nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan
dalam Program
Tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah
Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien
Salatiga.
c. Untuk menemukan kelebihan dan kekurangan Program
Tawāṣ i
di
Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga dan Program
Muṣ āfaḥ ah
2. Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Secara Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan tentang pembinaan
karakter di Indonesia dan pendidikan Islam.
b.
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
untuk pembinaan karakter siswa dan menjadi bahan diskusi untuk
perbaikan ke depan di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga
dan Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga khususnya dan lembaga
pendidikan pada umumnya.
D. Kajian Pustaka
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain sebagaimana
akan digambarkan sebagai berikut:
Rawidya
Lestari,
hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
implementasi pendidikan nilai di Asrama Takhasus MTs Wahid Hasyim
diwujudkan dalam buku panduan tata tertib siswa dan pembinaan akhlak
melalui kegiatan sehari-hari. Analisis data dilakukan melalui klasifikasi data,
reduksi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini
memberikan gambaran tentang metode yang bisa digunakan dalam
5
kedisiplinan,
mau’izah
dan
ibrah
serta kerjasama.
4Sapriya, hasil penelitiannya melaporkan bahwa pendekatan klarifikasi
nilai memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji
perasaan dan perbuatannya sendiri. Metode dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas ancangan kualitatif-naturalistik. Penelitian Sapriya
ini memiliki peran bagaimana kita menerapkan pendekatan klarifikasi nilai
dalam membina budi pekerti siswa.
5Mulyono, dalam penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa:
berdasarkan hasil telaah tentang isi kurikulum ISMUBA di sekolah-sekolah
Muhammadiyah Salatiga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya konsep
pendidikan karakter telah ada dalam konsep pembelajaran ISMUBA. Peneliti
menggunakan pendekatan filosofis, fenomenologis, dan psikologis. Secara
teori penelitian ini memberikan gambaran tentang peran teori pendidikan
karakter yang digabungkan dalam pendidikan ISMUBA.
6Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini memiliki beberapa
perbedaan
dengan
penelitian-penelitian
terdahulu.
Penelitian
ini
menggambarkan tahap-tahap pembinaan karakter mulai dari menyimak,
menanggapi, memberi nilai, mengorganisasi nilai, dan karakterisasi nilai.
Selain memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh obyek penelitian,
4Rawidya Lestari, “Implementasi Pendidikan Nilai di Asrama Takhasus Madrasah Tsan
a-wiyah Wahid Hasyim”,Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2011.
5
Sapriya, “Membina Nilai Budi Pekerti dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach), (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Se-Jambe Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur)”,Jurnal Program Pascasarjana PENDAS UPI, No.04, (2012): 1-14.
6Mulyono, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam ISMUBA (Al
-Islam
mengambil data masing-masing obyek penelitian dan menyimpulkan secara
induktif, peneliti akan membandingkan di antara dua obyek penelitian
tersebut mengenai program pembinaan karakter dengan Program
Tawāṣ i
dan
Muṣ āfaḥ ah
.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat induktif
dengan variasi perbandingan (komparatif). Peneliti terjun langsung ke
lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara
alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan, melaporkan serta menarik
kesimpulan. Kemudian peneliti akan membandingkan pembinaan karakter
program
muṣ āfaḥ ah
dan
tawāṣ i.
2. Metode Pengumpulan Data
Penulis akan
melakukan
pengumpulan data melalui
hasil
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Pengamatan (observasi)
dilakukan untuk memperoleh data berlangsungnya pembinaan karakter
melalui program
tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Salatiga
dan program
muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga.
Wawancara akan dilakukan penulis untuk memperoleh data
tentang fakta, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi
berkenaan dengan pembinaan karakter dengan program
tawāṣ i
dan
7
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dan penggagas Program
Tawāṣ i;
ketua Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien dan Kabag. Pendidikan di yayasan;
guru pendamping maupun peserta didik di masing-masing tempat
penelitian. Sedangkan teknik dokumentasi dalam penelitian
ini
dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi.
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis induktif.
Analisis data yang pertama dengan analisis isi (
content analysis)
yakni
untuk menganalisa isi pembinaan karakter dengan program
tawāṣ i
dan
program
muṣ āfaḥ ah
. Kemudian hasil data pembinaan karakter dengan
program
tawāṣ i
akan dianalisa secara komparatif dengan program
muṣ āfaḥ ah
, yaitu dengan mengindentifikasi, mensimplifikasi dan menilai
data.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran sekilas mengenai penelitian ini, berikut
penulis sampaikan sistematika penulisan yang akan penulis lakukan:
Bab I adalah pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II adalah landasan teori, pada bab ini akan diuraikan tentang
teori-teori pembinaan karakter (pengertian, pentingnya pembinaan karakter,
Bab III membahas gambaran umum Komunitas Belajar Qaryah
Tayyibah (KBQT) Salatiga dan Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien (YHM)
Salatiga, model pembinaan karakter program
tawāṣ i
dan program
muṣ āfaḥ ah
.
Pada bab ini akan mengurai pelaksanaan masing-masing program, peran
pembinaan karakternya, evaluasinya.
Bab IV merupakan analisis komparatif dari hasil penelitian mengenai
pembinaan karakter program
tawāṣ i
di Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah
Salatiga dan Program
muṣ āfaḥ ah
di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga.
Dalam hal ini terutama akan dianalisis mengenai karakteristik, kelebihan dan
kelemahan dari masing-masing program pembinaan karakter.
Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Sedangkan
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembinaan Karakter
Pembinaan dalam bahasa Arab disebut dengan
ﺔﯿﺑﺮﺗ
-
ﻲﺑﺮﯾ
-
ﻰ ﺑ ر
(
rabba, yurabbii, tarbiyyah)
yang artinya mendidik, mengasuh, berkembang;
sedangkan menurut istilah adalah merubah sesuatu yang lemah ke arah yang
lebih baik.
7Karakter menurut istilah adalah gerak jiwa yang mendorong ke
arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran.
8P
embinaan diartikan juga dengan “pendidikan” yang menurut Muslich
diartikan proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional.
9John Dewey menyebut istilah pendidikan sebagai “asocial
continuity of life”
.
10Sedangkan menurut Soemanto pembinaan adalah suatu
kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.
11Sedangkan pembinaan karakter menurut Haidar Putra Daulay adalah
usaha
sadar
yang
dilakukan
dalam
rangka
menanamkan
atau
menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan prilaku peserta
didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah)
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan
7
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab,al- Juz 1,Makah: Dar al-Baz, 1994, 399.
8
Darmiyati Zuhdi dkk,Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi, Yogyakarta: UNY Press, 2013, 17.
9
Masnur Muslich,Pendidikan Karakter…, 67.
10
John Dewey,Freedom and Culture, New York: Capricorn Books, 1963, 3.
11
sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.
12Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
“The deliberate use of
all dimensions of school life to foster optimal character development”
(sengaja melibatkan semua dimensi kehidupan sekolah untuk mendorong
pembangunan karakter yang optimal).
13Menurut Tadkiroatun Musfiroh
seperti dikutip oleh Hamid, karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes)
, perilaku
(behaviors)
, motivasi
(motivations)
, dan keterampilan
(skills)
.
14B. Pentingnya Pembinaan Karakter
Pentingnya pendidikan karakter sebenarnya telah dicanangkan oleh
Presiden pertama kita, Ir. Sukarno sejak dibentuk dan diproklamirkannya
kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 silam. Bapak pendiri
bangsa menyadari betul bahwa pembangunan karakter adalah bagian integral
dari pembangunan bangsa.
15Dalam Islam teladan pendidikan karakter yang sudah ada sejak jaman
dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana firman Allah SWT
12
Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Bogor: Kencana, 2004, 32.
13
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas,Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, 2010, 9.
14
Hamdani Hamid & Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Ban-dung: Pustaka Setia, 2013, 30-31.
15
11
dalam Al Quran QS. al-Qalam/68:4):
ٍﻢﻴِﻈَﻋ ٍﻖُﻠُﺧ ﻰَﻠَﻌَﻟ َﻚﱠﻧِإَو
Artinya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
16Ayat ini memberikan isyarat bahwa Nabi SAW adalah insan yang terbaik.
17Beliau memiliki budi pekerti yang paling luhur sesuai ajaran al-Quran.
18C. Karakter, Akhlaq, Moral dan Tabiat
Secara sepintas, terminologi karakter, akhlaq, moral dan tabiat seolah
bermakna sama. Walaupun secara substansi maknanya menjadi bagian tak
terpisahkan, tetapi masing-masing memiliki sumber dan maknanya sendiri.
Setelah diurai, ia akan memiliki persamaan dan perbedaan sebagai berikut:
1. Pengertian
a. Karakter
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral,
akhlaq atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus,
yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakan dengan
individu yang lain.
19Menurut Ki Hajar Dewantara dalam bukunya
Zainal Aqib karakter diartikan paduan segala tabiat manusia yang
bersifat tetap yang membedakan yang satu dengan yang lainnya.
16
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2010, 564.
17
Abu Daud,Sunan Abu Daud Juz 2, Bairut: Dar al-Fikri,
1994,
250.18
Imam Syaukani,Tafsir Fathul Qadir Juz 5, Kairo: Dar El-Hadits, 2007, 318.
19
Karakter sering disamakan dengan budi pekerti.
20b. Akhlaq
Akhlaq merupakan bentuk plural dari
khuluq
, yang berarti tabiat,
budi pekerti, kebiasaan. Al-Ghazali dalam bukunya Mawardi Lubis
mengartikan akhlaq adalah sifat keimanan dalam jiwa, yang timbul
daripadanya tindakan-tindakan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
21c. Moral
Menurut Nasin Elkabumaini moral merupakan tata karma,
sopan santun, ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu komunitas masyarakat. Seseorang dianggap bermoral
kalau sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat
tempat ia berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral,
jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku di
masyarakat tersebut.
22d. Tabiat
Sa’aduddin
mengemukakan bahwa tabiat adalah sifat yang
terbentuk dalam diri batin manusia tanpa dikehendaki dan tanpa
diupayakan. Sifat ini ada pada individu yang Allah ciptakan. Pendek
kata, tabiat merupakan sifat bawaan yang berhubungan dengan jasmani
20
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian Anak,Bandung: Yrama Widya, 2012, 64.
21
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai: Perkembangan Moral Keagamaan Mahasi-siwa PTAIN, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, 26-27.
22
13
seseorang.
232. Perbedaan dan Persamaan
Sri Narwanti mengurai perbedaan antara akhlak, moral, tabiat dan
karakter sebagai berikut:
24a.
Berdasarkan sumber acuan: moral bersumber dari norma atau adat
istiadat; akhlak bersumber dari wahyu; karakter bersumber dari
penyadaran dan kepribadian; sedangkan tabiat bersumber pada
individu setiap manusia yang Allah ciptakan.
b.
Berdasarkan sifat pemikiran: moral bersifat empiris; akhlak
merupakan perpaduan antara wahyu dan akal; karakter merupakan
perpaduan antara akal, kesadaran dan kepribadian; sedangkan tabiat
tidak membutuhkan pemikiran karena merupakan
jibillah
(bawaan).
c.
Berdasarkan proses munculnya perbuatan: moral muncul karena
pertimbangan suasana; akhlak muncul secara spontan tanpa
pertimbangan; karakter merupakan proses dan bisa mengalami
perubahan; tabiat muncul karena kondisi jasmani.
Adapun persamaannya kaitannya dengan pendidikan karakter:
moral, akhlaq dan tabiat mempunyai orientasi yang sama yaitu
pembentukan karakter.
25Dari keterangan tersebut penulis menggambarkan
hubungan antara keempatnya sebagai berikut:
23
Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlaq Nabi, Bandung: Remaja Rosda-karya 2006, 15-16.
24
Sri Narwanti,Pendidikam Karakter, Yogyakarta: Familia, 2011, 14-15.
25
da-Gambar 2.1. Hubungan Karakter, Moral, Akhlaq dan Tabiat
D. Teori Pembinaan Karakter
Menjadi manusia yang berakhlak mulia harus menjadi rujukan proses
pendidikan Islam karena itulah misi utama Rasulullah SAW.
26Hal ini juga
sesuai dengan tujuan umum dari pendidikan yakni membawa anak kepada
kedewasaanya, berbuat menurut kesusilaan, norma, keindahan dan
kebenaran.
27Untuk mencapai tujuan tersebut maka tidak bisa terlepas dengan
pendekatan religius dan pendekatan sosiologis. Orang yang berwawasan
religi dan sosial baik maka akan memiliki pengetahuan dan perasaan moral
yang baik pula, akhirnya akan memiliki aksi moral yang sesuai dengan
norma.
28Pengetahuan moral dan perasaan moral jelas berpengaruh pada aksi
moral, dan pengaruhnya bisa bersifat timbal balik.
29lamnya. Proses itu harus terus-menerus didorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia-manusia yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian terefleksikan ke dalam ben-tuk perilaku pada tataran fakta empirik di lapangan sosial.
26
Imam al-Bayhaqiy,Sunan al-Bayhaqiy,al-Juz 2,Makah: Dar al-Baz, 1994/1414, 472.
27
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda-karya, 2007, 19.
28
M. Jumali dkk,Landasan Pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008, 25. Pendekatan religius memandang bahwa manusia adalah makhluk religi, sehingga kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang mengantarkan pada keadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang menekankan pada moralitas. Dengan pendekatan sosiologis pendidikan diarahkan kepada kepentingan hidup bersama dalam masyarakat.
29
Thomas Lickona,Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pin-tar dan Baik, Terjemahan Lita S, Bandung: Nusa Media, 2014, 75-89.
15
Hubungan ketiganya dapat digambarkan dengan gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Hubungan Pengetahuan Moral, Perasaan Moral dan Aksi Moral30
Sumber: Buku Pendidikan Karakter Karangan Thomas Lickona 2014.
Konsep pendidikan karakter Lickona tersebut di atas sesuai dengan
konsep Paulo Freire ahli pendidikan dari Amerika Selatan yang menyatakan
proses pendidikan merupakan perpaduan antara fungsi berfikir (
reflection
),
berbicara (
word
) dan bertindak (
action)
. Proses pendidikan harus menstimuli
menuju suatu
action
, kemudian dengan
action
tersebut direfleksikan kembali,
berdasarkan refleksi tersebut dimunculkan
action
baru yang lebih baik
demikian seterusnya. Gambaran tentang siklus pendidikan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Siklus Pendidikan
31Bertindak
Bertindak
Dan seterusnya
Berpikir
Berpikir
Sumber: Buku Landasan Pendidikan Karangan Jumali dkk, 2008
.
30
Thomas Lickona,Pendidikan Karakter…, 74
31
M. Jumali dkk,Landasan Pendidikan…, 27
Pengetahuan Moral
Aksi Moral
Menurut Krathwohl, proses pembentukan karakter pada anak ada 5
tahap: menyimak, menanggapi, memberi nilai, mengorganisasi nilai, dan
karakterisasi nilai.
32Cronbach menambahkan bahwa untuk mengamati dan
menggambarkan perilaku maka harus melalui tes, karena tes merupakan
langkah yang sistematis mengenai suatu sifat.
33Adapun nialai-nilai karakter bangsa yang telah dicanangkan oleh
Kemendiknas adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab.
34Dengan demikian
teori-teori di atas dapat dijadikan rujukan dalam melaksanakan program pembinaan
karakter dalam suatu lembaga pendidikan.
Dari berbagai pemaparan dapat disimpulkan bahwa pembinaan
karakter saat ini sangatlah penting dan didukung oleh berbagai teori. Dengan
adanya pembinaan karakter, maka diharapkan generasi bangsa ke depannya
mampu menghadapi derasnya arus globalisasi.
32
Krathwohl, Taxonomi of Educational Objectives, Handbook II, Affective Domain, Lon-don: Longman Group, 1974, 63.
33
JL. Cronbach, Essentials of Psychological Testing, New York, Harper & Row. Publish-ing, 1984, 26.
34
17
BAB III
PEMBINAAN KARAKTER
PROGRAM
TAWĀ
ṣ
I
DAN PROGRAM
MU
ṣ
ĀFAḤ AH
A. Program
Tawāṣ
idi Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga
1. Gambaran Umum Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga
a. Letak Geografis dan Sejarah Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (yang selanjutnya disingkat
KBQT) terletak di Kelurahan Kalibening, Kec.Tingkir, Kota Salatiga.
Inisiatif pendirian Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berasal dari
Ahmad Bahruddin pada bulan juni 2003.
35b. Kelembagaan KBQT
KBQT merupakan lembaga pendidikan nonformal yang
melaksa-nakan pendidikan kesetaraan.
36Tujuan jangka pendek KBQT adalah
untuk menyelesaikan masalah praktis masyarakat desa Kalibening, yakni
kebutuhan akan sekolah yang berkualitas dan murah. Dalam jangka
35
Ahmad Bahruddin,Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, Yogyakarta: LKiS, 2007, 2-3. Wawancara dengan Ahmad Bahruddin pada hari Rabu 27/7/2016 di ruang tamu, lampiran 1 No 6-9.
36
panjang, KBQT bertujuan untuk mengembangkan dan membangun
learning society
dan
advanced society
.
372. Pelaksanaan
Tawāṣ i
a. Latar Belakang Program
Tawāṣ i
Tawāṣ i
diselenggarakan sejak tahun 2006, berasal dari inisiatif
Ahmad Darojat JK.
38Tawāṣ i
sebagai wadah untuk meningkatkan
pemahaman keagamaan terutama pemahaman al-Quran dan ilmu lainya;
melatih peserta didik supaya belajar mentalitas, saling be
rembug
bersama,
saling nasehat-menasehati bahkan menyampaikan kritik dan saran antara
siswa maupun guru pendamping;
39membentuk karakter peserta didik
yang berbudi luhur, salih dan salihah
,
serta memberikan
problem solving
terhadap siswa.
40Tawāṣ i
berasal dari kata bahasa arab
fiil madhi
ﻰ ﺻ ا ﻮ ﺗ
yang artinya saling menasehati, seperti di QS. Al-Ashr ada lafadz
ا ﻮ ﺻ ا ﻮ ﺗ و
yang artinya "
saling nasehat menasehati
".
4137
Wawancara dengan Ahmad Bahruddin pada hari Rabu 1/11/2016 di ruang tamu, lampi-ran 2 No 5-6.
38
Ahmad Darojat JK adalah salah satu guru pendamping di KBQT.
39
Wawancara dengan Ahmad Bahruddin pada hari Rabu 1/11/2016 di ruang tamu, lampi-ran 2 No 5 dan Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kan-tor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 3 No 4-5.
40
Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di kantor QT, lampiran 4 No 8.
41
19
b. Model Program
Tawāṣ i
Di setiap kegiatan program
tawāṣ i
peserta berkumpul menjadi
satu, dipimpin oleh mentor atau guru pendamping.
42Untuk menjadi guru
pendamping
tidak disyaratkan harus lulus S1.43Tawāṣ i
diadakan setiap hari setelah salat duhur. Setiap hari sabtu
dipimpin oleh guru pendamping dan bertempat di serambi masjid
al-Musta
ṣ
fa.
44Tawāṣ i
diawali membaca
Asmāu al-Husna
dilanjutkan
menyimak bacaan al-Quran siswa satu persatu.
45Setelah semuanya
selesai, dilanjutkan mengartikan makna perkata, pendalaman materi
kemudian dilanjutkan tanya jawab dan diskusi.
46Mereka berusaha
memilih topik tertentu yang berhubungan dengan ayat-ayat yang sedang
dibahas, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat agar satu sama lain
bersifat menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan
pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.
47Selain hari sabtu
tawāṣ i
dipimpin oleh mentor.
Tempat
berlangsungnya
tawāṣ i
ini tidak menentu seperti teras rumah, gedung
Re-42
Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 2 No 8. Mentor adalah siswa yang menda-patkan jatah untuk menjadi pemimpin sekaligus pemateri tawāṣ i. Sedangkan guru pendamping adalah guru yang sehari-hari mendampingi pembelajaran di KBQT
43
Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 2 No 13 dan Wawancara dengan Aini Zul-fah pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 4 No 8. Yang penting guru harus memiliki idealisme dan komitmen tinggi untuk selalu berpihak pada masyarakat miskin dan ling-kungan.
44
Masjid al-Mustaṣ fa yakni masjid yang terletak di dekat KBQT.
45
Kesempatan menyimak bacaan al-Quran ini digunakan guru pendamping untuk menge-valuasi dan mengoreksi bacaan siswa.
46
Wawancara dengan Fina Afidatus Shofa pada hari Kamis 10/11/2016 di Gedung Re-source CenterKBQT, lampiran 5 No 4 dan Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Ra-bu 1/11/2016 di samping kantor SPPQT, lampiran 3 No 12.
47
source Center
KBQT, halaman, taman yang menurut mereka nyaman
untuk belajar.
48Tawāṣ i
dimulai dengan membaca
Asmau al-Husna
,
ke-mudian mentor menyampaikan ceramah sesuai materi yang telah ia
per-siapkan dan dilanjutkan diskusi.
49Metode yang digunakan: ceramah,
presentasi, menyimak, tanya jawab,
sharing
, dialog,
problem solving
ter-kadang juga penugasan.
50Media pembelajarannya tergantung mentor,
terkadang menggunakan laptop, proyektor, buku atau hanya HP.
51Pada
saat tertentu siswa juga melakukan praktek ilmu umum maupun ibadah
ketika
tawāṣ i
.
52c. Peran
Tawāṣ i
dalam Pembinaan Karakter Siswa
Peran
tawāṣ i
di antaranya: melatih cara menyampaikan dan
menghargai pendapat;
53kegiatan ibadah seperti shalat fardlu, shalat
tahajud, tadarus al-Quran dapat terkontrol;
54memupuk kedisiplinan diri
sendiri;
55melatih mentalitas siswa melalui presentasi, diskusi dan
48
Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 4 No 4.
49
Materinya bisa tentang keagamaan, pertanian, perikanan, politik, ekonomi, kewirausa-haan, geografi, musik, dan lai-lain.
50
Wawancara dengan Fina Afidatus Shofa pada hari Kamis 10/11/2016 di Gedung Re-source Center KBQT, lampiran 5 No 5-6 dan Wawancara dengan M. Saiful Hidayat pada hari Kamis 12/11/2016 di Ruang Komputer, lampiran 6 No 5-7. Penggunaan metode tergantung me-tode yang manakah lebih efektif untuk digunakan dalam menyampaikan materi yang akan disaji-kan kepada teman-teman pesertatawāṣ i.
51
Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 4 No 7.
52
Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di kantor KBQT, lampiran 4 No 9.
53
Wawancara dengan M. Haniful Izza pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 7 No 3-4 dan Wawancara dengan M. Saiful Hidayat pada hari Kamis 12/11/2016 di Ruang Komputer, lampiran 6 No 7.
54
Wawancara dengan Fina Afidatus Shofa pada hari Kamis 10/11/2016 di Gedung Re-source CenterKBQT, lampiran 5 No 3.
55
21
ceramah;
56mendorong siswa memahami dan menguasai materi, bukan
sekedar menghafal.
57Dengan kata lain
tawāṣ i
berperan menambah
pemahaman dan penghayatan siswa dalam aspek tentang keilmuan
.58d. Evaluas
i Tawāṣ
i
Evaluasi pelaksanaan
tawāṣ i
ada tiga macam. Yang
pertama
dilakukan setiap hari setelah
tawāṣ i
dengan m
odel “Rubrik Tawāṣ i”
.
59Evaluasi yang
kedua
dilaksanakan setiap hari senin.
60Evaluasi
ketiga
dilaksanakan tiga kali dalam setahun yaitu awal tahun, pertengahan dan
akhir tahun. Titik poin pada evaluasi ini diantaranya hasil karya peserta
didik dan kemajuan kegiatan KBM yang dilakukan peserta didik.
61Evaluasi
tawāṣ i
hanya dilakukan dengan lisan dalam sebuah
pertemuan kecuali
rubrik tawāṣ i
. Caranya warga KBQT memaparkan apa
Komputer, lampiran 8 No 3 dan Wawancara dengan Muhammad Dzikri As-Syahid pada hari Sab-tu 5/11/2016 di Ruang Komputer, lampiran 9 No 4.
56
Wawancara dengan Yudhatama Addahil pada hari Sabtu 19/11/2016 di teras rumah, lampiran 10 No 7.
57
Wawancara dengan Fina Afidatus Shofa pada hari Kamis 10/11/2016 di Gedung Re-source CenterKBQT, lampiran 5 No 7.
58
Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 3 No 16 dan Wawancara dengan Rizqi Fii Ismatillah pada hari Sabtu 19/11/2016 di Ruang Komputer, lampiran 12 No 5.
59
Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 4 No 12. Dengan rubrik inilah para siswa tahu apa kekurangan dan kelebihantawāṣ i yang telah mereka laksanakan pada hari itu.
60
Wawancara dengan M. Saiful Hidayat pada hari Kamis 12/11/2016 di Ruang Kompu-ter, lampiran 5 No 6 dan Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sabtu 12/11/2016 di Kantor KBQT, lampiran 4 No 13 dan 14. Seluruh siswa, guru pendamping maupun pengelola berkumpul untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan dalam minggu sebelumnya dan mem-buat program kegiatan yang akan dilakukan pada seminggu berikutnya.
61
saja yang telah mereka lakukan selama ini dan membicarakan pula
rencana belajar selanjutnya.
62Hasil pembinaan karakter melalui
tawāṣ i
dikatakan berhasil. Hal
ini bisa dinilai dari antusias peserta; peningkatan ibadah setiap hari;
kreti-fitas siswa seperti membuat film Islam, teater; hafalan-hafalan al-Quran
yang di laksanakan dengan kesadaran yang tinggi.
63Faktor pendukung kegiatan
tawāṣ i
yaitu: guru-guru pendamping
alumni pesantren; banyak para penghafal al-Quran di sekitar KBQT dan
keberadaan masjid al-Musta
ṣ
fa di dekat KBQT.
64Penghambat program
tawāṣ i
di antaranya: mentor kurang persiapan materi dan metode yang
digunakan tidak menarik; dan terdapat peserta pasif.
65B. Program
Muṣ āfaḥ ahdi Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga
1. Gambaran Umum Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga
a. Letak Geografis dan Sejarah Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien Salatiga
Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien (selanjutnya disingkat YHM)
terletak di Kalibening, Tingkir, Salatiga. YHM didirikan pertama kali
oleh KH. Abdul Halim pada tahun 1926. Sepeninggalan KH. Abdul
62
Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 2 No 19-20. Evaluasi ini tidak ada standar atau kriteria yang eksplisit dan tertulis.
63
Wawancara dengan Fina Afidatus Shofa pada hari Kamis 10/11/2016 di Gedung Re-sourse CenterKBQT, lampiran 5 No 8, Wawancara dengan M. Saiful Hidayat pada hari Kamis 12/11/2016 di Ruang Komputer, lampiran 5 No 8, Wawancara dengan Aini Zulfah pada hari Sab-tu 12/11/2016 di kantor KBQT, lampiran 4 No 13 dan 15.
64
Wawancara dengan Ahmad Darojat JK pada hari Rabu 1/11/2016 di samping Kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, lampiran 2 No 18.
65
23
Halim pada tahun 1978 M, YHM dirintis dan dikembangkan kembali
sampai saat ini oleh putranya yang ke-5 yaitu KH.
Abda’ Abdul Malik
.
66b. Kelembagaan
YHM adalah lembaga pendidikan nonformal.
67Visi YHM yaitu
meningkatkan SDM dalam bidang iptek dan beraqidah
ahlussunah
waljama’ah
. Misinya yaitu menyelenggarakan pendidikan Islam yang
berkualitas; mempersiapkan tenaga pendidik yang berkompeten dan
mempersiapkan anak didik yang berakhlakul karimah.
68Tujuan jangka pendek YHM adalah meningkatkan kemampuan
siswa di bidang pendidikan demi terciptanya manusia yang beriman dan
bertaqwa dan berakhlaq mulia. Adapun tujuan jangka panjang YHM
yaitu meletakkan dasar yang kuat menuju tatanan masyarakat belajar dan
belajar sepanjang hayat.
692. Pelaksanaan
Muṣ āfaḥ ah
a. Model Pembinaan Karakter Program
Muṣ āfaḥ ah
Muṣ āfaḥ ah
dirintis pada tahun 1999 dengan tujuan untuk
membi-na mental, akhlak peserta didik sehingga menjadi orang yang memiliki
66
Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 13 No 4, Arsip Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien,Latar Belakang Yayasan dan Sejarah Penga-suh, Kalibening: YHM, 2001, 3.
67
Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 13 No 5-8 dan Wawancara dengan Damanhuri pada hari Minggu 20/11/2016 di Kantor YHM, lampiran 14 No 5. Jalur pendidikan di YHM termasuk di luar pendidikan formal namun dilaksana-kan secara terstruktur dan berjenjang. Selain melaksanadilaksana-kan pembelajaran di bidang agama Islam (melalui madrasah diniyyah), yayasan ini memiliki program pendidikan kesetaraan (mu’adalah)
melalui penyelenggarakan pendidikan umum kejar paket B dan paket C.
68
Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 13 No 9-10.
69
intelektual, salihah dan salihah dengan memahami secara totalitas apa
yang telah dipelajari dalam al-Quran maupun kitab-kitab peninggalan
ulama terdahulu.
70Muṣ āfaḥ ah
adalah
masdar
dari
fiil madhi
ﺢ ﻓ ﺎ ﺻ
yang artinya
sal-ing berhadap-hadapan.
71Yaitu pembinaan karakter terhadap siswa/
muṣ āfah
dengan cara guru pendamping/
muṣ āfih
membahas materi
kea-gamaan dalam al-Quran atau kitab yang telah ditentukan di YHM dengan
cara berhadapan dengan kelompok peserta didik.
72Satu orang
muṣ āfih
ini
mengampu 3 sampai dengan 10 siswa.
73Kualifikasi yang harus dipenuhi
untuk menjadi guru pendamping/
muṣ āfih
yakni sudah lulus pendidikan
aliyah dan menjadi dewan guru di YHM.
74Guru pendamping juga
mela-kukan pendampingan maupun
problem solving
terhadap siswa yang
di-ampu dalam kesehariannya.
75Muṣ āfaḥ ah
ada dua macam, yang pertama
muṣ āfaḥ ah al-Quran.
Yaitu pembinaan karakter dengan cara membaca dan memahami makna
70
Wawancara dengan Daman Huri pada hari Minggu 20/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 14 No 7 dan Wawancara dengan Muhammad Yasin pada hari Sabtu 3/12/2016 di Kantor YHM, lampiran 19 No 7. Melalui program pembinaan karakter ini diharapakan siswa lebih me-ningkat kompetensinya dalam membaca al-Quran, memahami makna dan isi al-Quran; kompetensi perbendaharaan kosakata bahasa arab, kompetensi praktek ibadah sehari-hari dan kompetensi kea-gamaan lainnya terutama dalam halfiqhiyyah.
71
Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 13 No 16.
72
Wawancara dengan Daman Huri pada hari Minggu 20/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 14 No 8.
73
Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 13 No 17.
74
Wawancara dengan Daman Huri pada hari Minggu 20/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 14 No 9 dan Wawancara dengan Sutoyo pada hari Senin 21/11/2016 di Ruang Kelas YHM, lampiran 17 No 6. Sebagian besar guru di Yayasan Hidayatul Mubtadi-ien sudah selesai pendidi-kan S1.
75
25
al-Quran.
Muṣ āfaḥ ah
ini dilaksanakan setiap hari selain hari Jumat,
sete-lah selesai jamaah shalat dhuhur dan bertempat di Serambi masjid
al-Muttaqin Kalibening. Siswa membaca satu persatu, sesuai dengan urutan
teks al-Quran.
76Tujuan
muṣ āfaḥ ah
ini supaya siswa mengetahui dan
memahami makna dan arti al-Quran secara umum.
77Setelah membaca,
mereka menjelaskan makna-makna al-Quran dengan uraian singkat dan
yang mudah sesuai kitab panduan
(Tafsir Jalalain)
.
78Peserta berupaya
pula menafsirkan kosa kata al-Quran dengan kosa kata yang berada di
dalam al-Quran sendiri.
79Jenis
muṣ āfaḥ ah
yang kedua adalah
muṣ āfaḥ ah
kitab-kitab
selain al-Quran.
Muṣ āfaḥ ah
ini dilaksanakan setelah shalat ashar.
80Mas-ing-masing siswa mendapatkan jatah membaca teks kitab dan disimak
bersama-sama, dilanjutkan saling berdiskusi dan tanya jawab mengenai
materi yang telah dibaca.
81Seorang peserta dengan pembinaan karakter
76
Wawancara dengan Muhlisin pada hari Selasa 22/11/2016 di Ruang Transit Guru, lam-piran 16 No 3.
77Muṣ āfiḥ dan muṣ āfaḥ
tidak membahas ayat secara terperinci. Muṣ āfaḥ ah ini hanya mengartikan al-Quran yang dialakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan al-Quran mela-lui pembahasan yang bersifat umum (global) saja, tanpa uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas dan tidak dilakukan pendalaman secara terperinci. Sehingga ayat-ayat yang telah dibaca mudah dipahami oleh semua peserta, mulai dari peserta yang berpengetahuan sekedarnya sampai yang berpengetahuan lebih luas.
78
Wawancara dengan Muhlisin pada hari Selasa 22/11/2016 di Ruang Transit Guru, lam-piran 16 No 4.
79
Wawancara dengan Ahmad Syamsul Hadi pada hari Selasa 22/11/2016 di Ruang Tran-sit Guru, lampiran 15 No 8. Pesertamuṣ āfaḥ ah membahasnya tafsirnya tidak jauh dari konteks al-Quran dan tidak keluar dari muatan makna yang terkandung dalam al-al-Quran
80
Di antaranya kitab-kitabnya yaituKitab Mabadi Abi Suja’danFathul Qoribuntuk ting-kat tsanawiyah danKitab Fathul Muin Juz 1, Kitab Fathul Muin Juz 2danKitab Fathul Muin Juz 3untuk tingkat aliyah.
81
Wawancara dengan Sutoyo pada hari Senin 21/11/2016 di Ruang Kelas YHM, lampiran 17 No 13. Muṣ āfaḥ ah yang kedua ini merupakan pembahasan teks kitab dilakukan dengan cara urut dan tertib sesuai dengan urutan yang terdapat dalam kitab, yakni dimulai dari muqaddimah
program
muṣ āfaḥ ah
ini menganalisis setiap kata dari aspek bahasa dan
makna.
82Metode yang digunakan dalam
muṣ āfaḥ ah
: ceramah, diskusi,
penugasan terhadap peserta didik. Media pembelajaranya sangat
seder-hana yaitu hanya peralatan menulis seperti buku dan pena.
83b. Peranan
Muṣ āfaḥ ah
dalam Membina Karakter Siswa
Peranan
Muṣ āfaḥ ah
dalam membina karakter siswa yaitu:
meningkatkan kompetensi bacaan al-Quran dan kosakata bahasa Arab;
84meningkatan kompetensi penguasaan hukum fiqh dan kompetensi praktik
ibadah maupun wawasan agama Islam;
85meningkatkan kepercayaan diri
atau mentalitas siswa dalam berbicara di depan umum;
86mendorong
spiritualitas dan karakter siswa;
87meningkatkan kemampuan berbicara
dan mental.
8882
Wawancara dengan Muhammad Yasin pada hari Sabtu 3/12/2016 di Kantor YHM, lampiran 19 No 4-6. Analisis dari aspek bahasa meliputi keindahan susunan kalimatbadi’,ma’ani,
bayandannahwu sharafnya. Dan dari aspek makna meliputi sasaran yang dituju oleh teks kitab, hukum, perintah, larangan, relevansi antara teks sebelum dan sesudahnya, hikmah dan lain seba-gainya.
83
Wawancara dengan Muhammad Ali pada hari Senin 28/11/2016 di Ruang Guru, lampi-ran 18 No 4-5. Jadi mereka jalampi-rang sekali menggunkan laptop, HP atau alat-alat modern.
84
Wawancara dengan Eri Aji Setiawan pada hari Senin 21/11/2016 di Kantor YHM, lam-piran 20 No 3, dan Wawancara dengan Muhammad Yasin pada hari Sabtu 3/12/2016 di Kantor YHM, lampiran 19 No 4.
85
Wawancara dengan Andi Yulianto pada hari Senin 21/11/2016 di Kantor YHM, lampi-ran 21 No 4 dan Wawancara dengan Eri Aji Setiawan pada hari Senin 21/11/2016 di Kantor YHM, lampiran 20 No 4. Sebelum memulai muṣ āfaḥ ah kutubsiswa diuji praktek ibadah dahulu seperti wudhu, shalat maupun bacaan-bacaan dzikir setelah shalat. Pada saat itu Muṣ āfiḥ menganalisa apakah ibadah yang telah dilakukan sesuai dengan dengan syarat rukun dalam kitab fiqh yang te-lah di pelajari bersama-sama di program pembinaan karaktermuṣ āfaḥ ahini .
86
Wawancara dengan Agus Purnomo pada hari Rabu 30/11/2016 di Serambi Masjid al-Muttaqin lampiran 22 No 4-5.
87
Wawancara dengan Muhammad Ali pada hari Senin 28/11/2016 di Ruang Guru, lampi-ran 18 No 4-6.
88
27
c. Evaluasi
Muṣ āfaḥ ah
Muṣ āfaḥ ah
dievaluasi setiap satu semester sekali melalui tes.
89Apabila ada siswa yang memiliki kompetensi di bawah rata-rata maka
harus melalui program pengayaan selama 1 minggu kemudian diuji
kem-bali sampai target kompetensi terpenuhi.
90Walaupun pembinaan karakter
dengan program
muṣ āfaḥ ah
ini termasuk berhasil.
91Akan tetapi ada
fak-tor penghambatnya di antaranya: terdapat siswa yang tidak lulus tes
muṣ āfaḥ ah
karena faktor tertentu;
92kurangnya kompetensi
muṣ āfiḥ ;
me-tode dan media yang digunakan
muṣ āfiḥ
tidak tepat dan menarik.
93Ada-pun faktor-faktor pendukung adalah adanya pelajaran al-Quran dan
kitab-kitab fiqh di madrasah diniyyah; pengelompokan peserta
muṣ āfaḥ ah
se-suai dengan tingkatanya
.
9489
Wawancara dengan Sutoyo pada hari Senin 21/11/2016 di Ruang Kelas YHM, lampiran 17 No 8 dan Wawancara dengan Ahmad Syamsul Hadi pada hari Selasa 22/11/2016 di Ruang Transit Guru, lampiran 15 No 5-7. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sebatas mana keberha-silan siswa sesuai dengan target materi kitab yang telah ditentukan. Ada bebrapa aspek penilaian dalam tes muṣ āfaḥ ah, diantaranya aspek kosakata, aspek nahwu sharaf, aspekmurod dan yang keempat aspek analisis siswa.
90
Wawancara dengan Sutoyo pada hari Senin 21/11/2016 di Ruang Kelas YHM, lampiran 17 No 7-9.
91
Wawancara dengan Muhammad Ali pada hari Senin 28/11/2016 di Ruang Guru, lampi-ran 18 No 8 dan Wawancara dengan Imam Safrudy pada hari Sabtu 19/11/2016 di Kantor YHM, lampiran 13 No 20. Muṣ āfaḥ ah menunjukkan keberhasilan karena selama ini aspek-aspek yang menjadi target programmuṣ āfaḥ ahdapat terpenuhi walaupun ada beberapa siswa yang harus me-lalui pengayaan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari yayasan.
92
Wawancara dengan Muhlisin pada hari Selasa 22/11/2016 di Ruang Transit Guru, lam-piran 16 No 6.
93
Wawancara dengan Siti Khatijah pada hari Sabtu 26/11/2016 di Ruang Kelas YHM, lampiran 25 No 4-6.
94
28