• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN J A S 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DOKUMEN J A S 1"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

J ELAJ AH ALAM SEK I T AR (J AS)

PEN DEK AT AN PEM BELAJ ARAN BI OLOGI

TIM PENYUSUN

Prof Dr. Sri Mulyani ES, MPd Dra. Aditya Marianti, M.Si Drs. Nugroho Edi K, M.Si Ir. Tuti Widianti,M.Biomed

Drs. Sigit Saptono, MPd Drs. Krispinus K. Pukan, M.Si

Dr. Siti Harnina B, M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Buku dengan judul JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI, yang disusun oleh tim

penyususn dari jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, dengan ini

dinyatakan sebagai dokumen resmi tentang Pendekatan Pembelajaran

Jelajah Alam Sekitar (JAS).

Semarang, Agustus 2008

Dekan Ketua Jurusan Biologi

(Drs.

Kasmadi

Imam

S,

MS)

(Dra.

Aditya

Marianti,

M.Si)

(3)

SEKAPUR SIRIH

Pengembangan kurikulum adalah kebutuhan mutlak suatu institusi pendidikan,

Tak terkecuali jurusan Biologi FMIPA UNNES. Atas dasar hasil evaluasi yang

dilaksanakan selama ini ditengarai bahwa mahasiswa tidak belajar biologi sebagaimana

seharusnya belajar biologi. Untuk itu perlu dikembangkan suatu kurikulum yang akan

mengantarkan mahasiswa..

Sebagai bagian dari sains, Biologi memiliki karateristik yang berbeda dengan

ilmu sains lainnya. Objek yang dipelajari dalam biologi adalah mahluk hidup dan

persoalan yang dipelajari adalah persoalan kehidupan. Objek belajarnya nyata terdapat di

sekitar pembelajar sehingga eksplorasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk

mempelajarinya. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap pendekatan dan strategi

pembelajarannya. Memerlukan pendekatan yang berbeda dalam proses pembelajarannya.

Setelah melalui berbagai penelitian dan evaluasi terhadap implementasinya baik

di lingkup pembelajaran di jurusan Biologi maupun di sekolah-sekolah menengah di kota

Semarang, maka jurusan Biologi FMIPA UNNES mengembangkan kurikulum yang

didekati dengan prinsip-prinsip eksplorasi. Kurikulum tersebut disebut dengan

Kurikulum Biologi dengan a Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

Untuk lebih memahami apa itu JAS dan bagaimana implementasinya maka

disusunlah buku ini yang berisi penjelasan apa, mengapa dan bagaimana pendekatan

JAS, juga ditambahkan beberapa contoh yang berkaitan dengan implementasi pendekatan

JAS dalam pembelajaran. Buku ini kiranya dapat digunakan sebagai bacaan untuk

menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pendekatan JAS baik bagi dosen, guru,

maupun mahasiswa.

Semarang, Agustus 2008

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Syukur alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

keselamatan dan kesehatan kepada kita sekalian sehingga sampai saat ini kita masih dapat

melaksanakan tugas sebagai dosen FMIPA UNNES. Kami pimpinan FMIPA UNNES

mengucapkan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada Jurusan Biologi yang telah

berhasil menyusun buku dengan judul Jelajah Alam Sekitar Pendekatan Pembelajaran

Biologi. Tersusunnya buku ini menambah jumlah buku yang telah diterbitkan oleh

FMIPA UNNES. Kami berharap buku ini dapat meningkatkan motivasi dan semangat

belajar para mahasiswa FMIPA UNNES khususnya mahasiswa Jurusan Biologi,

disamping dapat memperluas variasi para dosen dalam penyelenggaraan pembelajaran

biologi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Penyusun Buku ini yakni: Prof

Dr. Sri Mulyani ES, MPd, Dra. Aditya Marianti, M.Si, Drs. Nugroho Edi K, M.Si, Ir.

Tuti Widianti, M.Biomed, Drs. Sigit Saptono, MPd, Drs. Krispinus K. Pukan, M.Si, Dr.

Siti Harnina B, M.Si yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk

menyusun Buku ini. Semoga Allah SWT meridhai dan menerima amal Tim Penyusun

Buku ini.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Semarang, September 2008

Dekan FMIPA UNNES,

Drs. Kasmadi IS, MS

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

SEKAPUR SIRIH... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

A. Pendahuluan... 1

B. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar 1. Latar Belakang Pendekatan JAS... 2. Komponen-komponen pendekatan JAS... 3. Penerapan Pendekatan JAS... 4. Bukti-bukti Empiris Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan JAS di Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah.. 2 C. Penutup... 16

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Contoh Rencana Perkuliahan dan Instrumen Pembelajaran dengan Pendekatan JAS………

18

Lampiran 2. Galeri Foto-foto Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan JAS……… .

(7)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR

A. Pendahuluan

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di Jurusan Biologi FMIPA

UNNES, dosen-dosen di Jurusan Biologi berusaha mengembangkan pendekatan

pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pendekatan pembelajaran ini telah dikaji

dari berbagai aspek yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai pendekatan

pembelajaran biologi yang handal. Pendekatan ini menekankan pada gaya dalam

menyampaikan materi yang meliputi sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang

eksploratif memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik. Pendekatan

pembelajaran JAS secara komprehensif memadukan berbagai pendekatan antara

lain eksplorasi dan investigasi, konstruktivisme, keterampilan proses dengan

cooperative learning. Pendekatan pembelajaran JAS menekankan pada kegiatan

pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata, sehingga selain dapat

membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik, pendekatan

ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep dan cara

mengaitkannya dengan dunia nyata sehingga hasil belajarnya lebih berdaya guna.

Pendekatan pembelajaran JAS adalah salah satu inovasi pendekatan

pembelajaran biologi dan maupun bagi kajian ilmu lain yang bercirikan

memanfaatkan lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai sumber belajar melalui

kerja ilmiah, serta diikuti pelaksanaan belajar yang berpusat pada peserta didik.

Belajar adalah kegiatan aktif peserta didik dalam membangun pemahaman atau

makna. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran JAS memberi

keleluasaan kepada peserta didik untuk membangun gagasan yang muncul dan

berkembang setelah pembelajaran berakhir. Di sisi lain dengan pendekatan

pembelajaran JAS tampak secara eksplisit bahwa tanggung jawab belajar berada

pada peserta didik dan guru mempunyai tanggungjawab menciptakan situasi yang

mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang

hayat.

Pendekatan pembelajaran JAS dalam implementasinya menekankan pada

(8)

PAKEM yang mempunyai kepanjangan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan. Namun dalam pendekatan pembelajaran JAS, karakter

menyenangkan, terekspresi secara eksklusif dalam istilah bioedutainment (asal kata bio = biology; edu = education, dan tainment = intertainment)., yakni

merupakan strategi pembelajaran biologi yang menghibur dan menyenangkan

melibatkan unsur ilmu atau sain, proses penemuan ilmu (inkuari), ketrampilan

berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan

sportivitas.

Tujuan

Dokumen ini disusun sebagai panduan bagi dosen maupun guru Biologi dalam

menerapkan pendekatan pembelajaran JAS, dengan adanya panduan ini diharapkan

tidak akan terjadi interpretasi yang berbeda-beda di antara para pengajar Biologi

maupun mahasiswa Pendidikan Biologi yang akan menerapkan pendekatan JAS

dalam pembelajaran.

B. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan memiliki karakteristik

tersendiri dibandingkan ilmu-ilmu alam lainnya. Belajar Biologi berarti berupaya

mengenal makhluk hidup dan proses kehidupannya di lingkungan sehingga

memerlukan pendekatan dan metode yang memberi ciri dan dasar kerja dalam

pengembangan konsep. Peserta didik akan lebih banyak memperoleh nilai-nilai

pendidikan bila mereka menemukan sendiri konsep-konsep tentang alam sekitarnya

melalui kegiatan proses keilmuan. Hal ini menimbulkan konsekuensi bagi pola

pembelajarannya.

1. Latar Belakang Pendekatan JAS

Dipilihnya pendekatan JAS sebagai pendekatan pembelajaran yang dianggap

mampu menciptakan siswa yang produktif dan inovatif adalah dengan alasan-alasan

berikut.

a. Sejauh ini pelaksanaan pendidikan/pembelajaran Biologi masih didominasi

(9)

pengetahuan, ceramah masih menjadi pilihan utama guru dalam mengajar,

proses sain belum biasa dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran masih menekankan pada hasil belajar dan bukan kegiatan untuk

menguasai proses. Untuk itu perlu dipilih suatu pendekatan yang lebih

memberdayakan siswa. Suatu pendekatan pembelajaran yang tidak

mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi dapat mendorong siswa

mengkonstruksikan fakta-fakta pengetahuan yang dia peroleh berdasarkan

konsep atau prinsip Biologi melalui proses eksplorasi dan investigasi.

b. Pendekatan pembelajaran JAS mengutamakan siswa belajar dari mengalami

dan menemukan sendiri dengan memanfaatkan lingkungan fisik, sosial dan

budaya yang ada disekitarnya.

c. Tuntutan kurikulum bahwa hasil belajar peserta didik berupa perpaduan antara

aspek kognitif, afektif dan psikomotor menuntut suatu pembelajaran yang

menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental, intelektual dan

emosional.

2. Komponen-komponen Pendekatan JAS

Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya

dilaksanakan secara terpadu. Adapun komponen-komponen JAS adalah sebagai

berikut

a. Eksplorasi

Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan

berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan

pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Dengan

adanya masalah manusia akan melakukan kegiatan berpikir untuk mencari

pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah tidak berdasar pada

perasaan tetapi lebih ke penalaran ilmiah (Suriasumantri, 2000). Lingkungan

yang dimaksud disini tidak hanya lingkungan fisik saja, akan tetapi juga

meliputi lingkungan sosial, budaya dan teknologi.

b. Konstruktivisme

Pengetahuan dahulu dianggap sebagai kumpulan fakta. Akan tetapi

(10)

lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus

menerus, terus berubah dan berkembang (Suparno, 1997). Sarana yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah alat inderanya.

Seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui alat inderanya, melihat,

mendengar, menyentuh, mencium dan merasakannya. Menurut Lorsbach &

Tobin (1992) dalam Suparno (1997), selama proses berinteraksi dengan

lingkungan, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Jadi pengetahuan ada

dalam diri sesorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru). Paserta didik sendiri yang

harus mengartikan pelajaran yang disampaikan guru dengan menyesuaikan

terhadap pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Dalam pembentukan

pengetahuan, menurut Piaget (1970) terdapat dua aspek berpikir yaitu aspek

figuratifdan aspek operatif. Aspek operatif lebih penting karena menyangkut

operasi intelektual atau sistem transformasi. Berpikir operatif inilah yang

memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari suatu

level tertentu ke level yang lebih tinggi.

c. Proses Sains

Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang

mengamati sesuatu. Sesuatu diamati karena menarik perhatian, mungkin

memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini perlu

dipecahkan melalui suatu proses yang disebut metode ilmiah untuk

mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Menurut Huxley (1964),

metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran.

Sedangkan berpikir adalah suatu kegiatan mental yang menghasilkan

pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah bersifat

rasional dan teruji sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.

Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam

membangun pengetahuan.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

(11)

sharing antar teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum

tahu. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru

disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar.

Anggota kelompok sebaiknya yang heterogen, sehingga yang pandai dapat

mengajari yang kurang pandai, yang cepat menangkap pelajaran dapat

mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan dapat

mengajukan usul. Guru juga dapat melakukan kolaborasi dengan

mendatangkan “ahli” ke kelas sebagai nara sumber sehingga peserta didik

dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dari ahlinya.

Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua

arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat

komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam

kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman

bicaranya dan sekaligus juga minta informasi yang diperlukan dari teman

belajarnya. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki

pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu

dipelajari. Dalam praktek pembelajaran di kelas, masyarakat belajar dapat

terwujut dalam:

• pembentukan kelompok kecil • pembentukan kelompok besar • mendatangkan “ahli” ke kelas • bekerja dengan kelas sederajat

• bekerja kelompok dengan kelas di atasnya • bekerja dengan masyarakat

e. Bioedutainment

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa profesi pendidik akan tetap eksis

apabila ada pembaharuan atau dinamika paradigma. Dimana pendekatan

pembelajaran biologi terus berkembang sesuai perkembangan ilmu dasar dan

terapan yang menyertainya. Biologi merupakan salah satu kajian ilmu

(12)

biologi yang kompleks perlu diikuti dengan pendekatan pembelajaran yang

mengarah pada pembekalan dan ilmu disertai sikap untuk mau belajar

sepanjang hidup. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang mengasyikan yang

menghibur dan menyenangkan perlu dikembangkan secara konsisten.

Bioedutainment dimana dalam pendekatannya melibatkan unsur utama

ilmu dan penemuan ilmu, keterampilan berkarya, kerjasama, permainan yang

mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas dapat menjadi salah satu solusi

dalam menyikapi perkembangan biologi saat ini dan masa yang akan datang.

Melalui penerapan strategi pembelajaran bioedutainment, aspek kognitif,

afektif dan psykomotorik pada diri siswa dapat diamati. Strategi

bioedutainment menekankan kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan

situasi nyata, sehingga dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari

seluruh peserta didik. Strategi ini memungkinkan seluruh peserta didik dapat

mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkan dengan kehidupan nyata,

sehingga hasil belajarnya lebih berdaya dan berhasil guna.

Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutainment

memungkinkan peserta didik untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam

tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah

dunia nyata dan masalah yang disimulasikan.

Strategi pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan di luar kelas (out

door classroom) atau di dalam kelas (in door classroom), maupun di tempat

pembelajaran lainnya dikaitkan dengan metode pembelajaran konvensional

yakni ceramah, diskusi, permainan edukatif, eksperimen, bermain peran yang

bersifat multi strategi dan multi media. Strategi pembelajaran biologi dengan

pendekatan JAS bercirikan ekplorasi sumber daya alam serta eksplorasi

potensi peserta didik. Pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan pada

semua standart kompetensi.

f. Asesmen Autentik

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

(13)

dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan

dalam belajar, maka guru bisa segera mengambil tindakan yang tepat agar

siswa terbebas dari kemacetan belajar. Jadi asesment dilakukan selama proses

pembelajaran, terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran, bukan hanya pada

akhir periode pembelajaran saja.

Pembelajaran yang benar ditekankan pada upaya membantu siswa agar

mampu mempelajari, bukan ditekankan pada banyak sedikitnya informasi

yang diperoleh pada akhir periode pembelajaran. Karena asesment

menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus

diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

proses pembelajaran.

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa. Sebagai penilai tidak hanya guru, tetapi juga teman lain atau orang lain.

Karakteristik penilaian autentik adalah:

§ dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

§ bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

§ yang diukur keterampilan dan performansi

§ berkesinambungan

§ terintegrasi

§ dapat digunakan sebagai umpan balik

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah:

proyek/kegiatan dan laporannya

pekerjaan rumah

kuis

karya siswa

presentasi atau penampilan siswa

demonstrasi

laporan

jurnal

(14)

karya tulis

Dengan penilaian autentik dapat menjawab pertanyaan: “kemampuan apakah

yang sudah dikuasai peserta didik?” bukan “apa yang sudah diketahui peserta didik?” Dengan cara ini siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara, tidak

hanya hasil tes tertulis saja.

Jadi pembelajaran JAS dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan,

tidak membosankan, sehingga peserta didik belajar dengan bergairah. Pembelajaran

dilaksanakan terintegrasi, menggunakan berbagai sumber belajar sehingga

pengetahuan peserta didik menyeluruh, tidak terpisah-pisah dalam tiap bidang studi.

Pembelajaran JASl menekankan pada siswa aktif dan kritis, jadi pembelajaran

berpusat pada siswa, dipandu oleh guru yang kreatif.

3. Penerapan Pendekatan JAS

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan yang masih aksiomatis,

sehingga perlu dikonkritkan. Dalam implementasinya, penjelajahan merupakan

penciri kegiatan termasuk di dalamnya adalah discovery dan inkuiri, sedangkan

alam sekitar merupakan objek yang dieksplorasi.

Menurut Ridlo (2005) kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi

alternatif dalam pembelajaran biologi. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif

mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif afektif,

dan psikomotornya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan,

penguasaan berkarya, penguasaan menyikapi dan penguasaan bermasyarakat.

Lingkungan sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi

menjadi obyek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan

pembelajaran. Pendekatan JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai

metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagai cara.

Pendekatan pembelajaran JAS dapat didefinisikan sebagai pendekatan

pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta

didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek

belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti &

(15)

dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan

alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan

media. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan berupa peramalan (prediksi),

pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah ada laporan untuk

dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Ciri

keempat kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan sehingga

menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.

Pendekatan JAS merupakan pendekatan kodrat manusia dalam upayanya

mengenali alam lingkungannya. Pembelajaran melalui pendekatan JAS

memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya sebagai manusia yang

memiliki akal budi. Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang

dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik dan dunia

nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa

juga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan

masalah-masalah kehidupan nyata. Dengan demikian, hasil belajar siswa lebih

bermakna bagi kehidupannya, sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan

integritas dirinya (Ridlo, 2005).

Penerapan pendekatan pembelajaran JAS mengajak peserta didik mengenal

obyek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan simpulan atau

konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman

diperoleh peserta didik tidak secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi

melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data,

membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan,

membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan membuat

laporan secara komprehensif. Secara langsung peserta didik melakukan

eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena tersebut dapat ditemui

di lingkungan sekeliling peserta didik atau fenomena tersebut dibawa ke dalam

pembelajaran di kelas. Visualisasi terhadap fenomena alam (Biologi) akan sangat

membantu peserta didik untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau

(16)

Jika dicermati, maka pendekatan pembelajaran JAS dikembangkan

berdasarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky yang menekankan pada

konstruktivisme kognitif dan sosial. Seseorang akan lebih efektif dalam proses

belajar jika kognitifnya secara aktif mengalami rekonstruksi, baik ketika

berbenturan dengan suatu fenomena maupun kondisi sosial. Sebagai implikasinya,

pembelajaran seharusnya memperhatikan pengembangan hands-on dan minds-on

peserta didik. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan

hands-ondan minds-on learningadalah sebagai berikut.

a) Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercermin dalam

kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran.

b) Pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar dalam kelompok.

c) Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan,

performance, maupun tulisan.

Pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) sebagai salah satu alternatif

pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran Biologi serta untuk meningkatkan kualitas perkuliahan di Jurusan

Biologi. Dalam pendekatan pembelajaran JAS model-model pembelajaran yang

bisa dikembangkan adalah model yang lebih bersifat student centered, lebih

memaknakan sosial, lebih memanfaatkan multi resources dan assesment yang

berbasismastery learning (Ridlo, 2005).

4. Bukti-bukti Empiris Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan JAS di Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

berpendekatan JAS telah dilaksanakan dalam 3 tahun terakhir ini (2005-2007).

Penelitian-penelitian tersebut dilaksanakan baik di lingkungan jurusan Biologi

FMIPA Universitas Negeri Semarang maupun dilaksanakan di sekolah-sekolah,

berkolaborasi dengan guru-guru biologi dan penelitian payung dengan

(17)

Hasil-hasil penelitian yang dilakukan pada perkuliahan Taksonomi Hewan

yang menerapkan peta konsep dengan pendekatan JAS menunjukkan adanya

peningkatan hasil tes apabila dibandingkan dengan sebelum menerapkan peta

konsep berorientasi JAS. Hal ini dapat diketahui dari rerata hasil belajar

mahasiswa dari 66 menjadi 75 dengan ketuntasan belajar dari 63% menjadi 87%.

Sedangkan hasil analisis terhadap proses perkuliahan memperoleh 74,84%

mahasiswa termotivasi dalam mengikuti perkuliahan Taksonomi Hewan karena

menyenangkan, banyak melibatkan mahasiswa dan akhirnya lebih mudah dalam

pemahamannya. Selain itu mahasiswa berusaha mengikuti perkuliahan dengan

serius karena memang tidak sulit untuk mengerjakannya. Kesimpulan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan peta konsep berorientasi JAS dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi Taksonomi Hewan (Alimah,

dkk. 2006).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Christijanti dkk. (2006) tentang

pengaruh penerapan kajian sistemik dalam pembelajaran Struktur Tubuh Hewan

(STH) dengan pendekatan JAS terhadap peran aktif dan pemahaman mahasiswa

dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, seperti internet,

buku referensi dan pengamatan langsung terhadap obyek yang hidup. Faktor yang

diteliti, meliputi: nilai tes, aktivitas dan motivasi. Instrumen yang dipakai meliputi

lembar kerja mahasiswa, lembar observasi aktivitas dan angket motivasi

mahasiswa serta soal-soal tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

materi secara sistemik dan dengan pendekatan JAS memberikan hasil positif,

yaitu mampu meningkatkan aktivitas mahasiswa yang pada diskusi I terdapat

11,9 % mahasiswa hanya mampu melakukan 2 aktivitas, pada diskusi II hampir

semua mahasiswa (97,62%) minimal melakukan 3 aktivitas. Motivasi mahasiswa

untuk mengikuti pembelajaran STH adalah 100 %. Dan semua mahasiswa lulus

serta lebih dari 60 % mahasiswa memperoleh nilai minimal B (64,29 %).

Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa penyampaian materi dengan kajian

sistemik dalam pembelajaran STH dengan pendekatan JAS mampu meningkatkan

(18)

Pada perkuliahan genetika setelah tim dosen mengidentifikasi adanya

beberapa masalah antara lain mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran

cenderung pasif dan tidak kritis, kedua; berdasarkan perolehan nilai semester

genap tahun 2005/2006, mahasiswa yang mendapat nilai A = 0%, AB = 0%, B =

29,6%, BC = 40,7%, C = 18,6%, CD = 7,4%, D = 3,7% dan E = 0%, maka dirasa

perlu untuk melakukan inovasi pembelajaran untuk mengubah kondisi tersebut.

Inovasi pembelajaran yang dipilih adalah melaksanakan pembelajaran genetika

berbasis riset berpendekatan JAS. Mahasiswa dengan melakukan riset

berpendekatan JAS, diharapkan dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari di

perkuliahan, untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan Genetika

dalam kehidupan sehari-hari. Melalui riset, mahasiswa juga memiliki kesempatan

lebih aktif dalam menggali dan mengkonstruksi pengetahuannya serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan maupun tertulis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap

penguasaan konsep Genetika, karena dari data penelitian, mahasiswa yang

mendapatkan nilai AB 8,6% sebelumnya 0%, demikian juga yang mendapat nilai

B dari sebelumnya 29,6% menjadi 54,2%. Melalui penerapan strategi

pembelajaran ini, mahasiswa juga menjadi lebih aktif, ditunjukkan dari kinerja

ilmiah mahasiswa, berdasarkan laporan hasil riset 5 kelompok (45%) berkategori

sangat baik dan 6 kelompok (55%) berkategori baik. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa, implementasi pembelajaran berbasis riset dengan

pendekan JAS pada mata kuliah Genetika, dapat meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa. Sehingga sebagai tindak lanjut hasil penelitian ini, perlu menerapkan

pembelajaran yang berbasis riset dengan pendekatan JAS dalam pembelajaran

Genetika secara berkelanjutan (Widianti, dkk, 2007).

Sementara itu tim dosen mata kuliah Fisiologi Hewan (FH)

mengidentifikasi bahwa mahasiswa kurang dapat berpikir komprehensif atau

kurang dapat menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah

diperolehnya untuk memecahkan masalah-masalah pada proses fisiologi yang

terjadi dalam tubuh hewan. Penyebabnya antara lain proses fisiologis dalam tubuh

(19)

tersebut, maka kendala yang sering dihadapi adalah mahasiswa sulit untuk

memahami proses fisiologis. Untuk mengkaji proses fisiologis yang terjadi pada

tubuh hewan diperlukan pemahaman yang komprehensif terhadap semua konsep

yang dipelajari, baik konsep–konsep yang sedang dipelajari di FH maupun yang

telah dipelajari pada semester-semester sebelumnya antara lain Kimia, Fisika,

Biokimia, Biologi sel, Struktur Tubuh Hewan dan Struktur Jaringan Hewan. Oleh

karena itu diputuskan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran FH dengan

mengajak mahasiswa untuk belajar langsung pada objek pembelajaran fisiologi

dengan melakukan observasi dan menganalisis masalah-masalah fisiologis yang

terjadi. Pendekatan yang dipandang tepat adalah JAS dan model pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran berdasar masalah. Hasil pembelajarannya

diukur dengan asesmen alternative. Untuk itu mahasiswa diminta untuk

melakukan observasi di objek-objek peternakan, perikanan, klinik hewan, kebun

binatang, dan observasi laboratoris. Agar kegiatan terarah maka sebelum kegiatan

mahasiswa diminta untuk menyusun LKM yang dikonsultasikan dengan dosen.

Kegiatan-kegiatan ini ternyata telah sangat memotivasi mahasiswa Berdasarkan

angket yang disebarkan kepada mahasiswa 77,75% mahasiswa termotivasi dan

22,25% sangat termotivasi. Motivasi yang tinggi ini juga tampak dari keterlibatan

mahasiswa yang tinggi dalam penyusunan LKM, berpartisispasi dalam observasi,

terlibat dalam penyususnan laporan, aktif berkonsultasi dengan dosen maupun

aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan tertulis yang diberikan dosen. Hal

tersebut diduga karena strategi pembelajaran FH ini berbeda dengan semester

sebelumnya, sehingga mahasiswa menjadi termotivasi untuk terus mengikuti

segala kegiatan seperti yang telah disepakati dalam kontrak perkuliahan. Apalagi

dalam pembelajaran kali ini mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan

observasi di alam nyata, di lokasi yang mungkin belum pernah mereka datangi

atau bahkan malah tidak ada dalam pikiran mereka bahwa lokasi tersebut dapat

dipergunakan untuk pembelajaran. Motivasi mahasiswa yang baik untuk

mengikuti proses belajar mengajar berpengaruh pada aktivitas mereka dalam

(20)

belajarnya yaitu hasil yang perolehan skor > 70 mencapai 78,3 % dari seluruh

peserta kuliah yang terdiri atas178 mahasiswa (Christijanti dan Marianti, 2007).

Selain penelitian-penelitian yang dilaksanakan dalam perkuliahan juga

telah dilakukan uji coba penerapan pendekatan JAS di sekolah-sekolah menengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih dkk. (2006) dilaksanakan di SMP 27

Semarang. Hasil observasi kegiatan pembelajaran Biologi di Kelas VII SMP 27

Semarang (tahun 2005), memberi gambaran bahwa proses pembelajaran masih

perlu dimaksimalkan. Guru masih lebih mementingkan pemberian informasi,

jawaban atau laporan tertulis dari kelompok daripada membahas dan

memecahkan permasalahan bersama siswa. Data lain diperoleh bahwa sistem

evaluasi yang diterapkan masih menitikberatkan pada hasil tes. Untuk itu perlu

dikembangkan inovasi dalam pembelajarannya. Pendekatan JAS mencakup

hal-hal inovatif, yaitu konstruktivisme, penerapan proses sains, proses inquary, proses

eksplorasi lingkungan alam sekitar, dan penerapan alternative assessment. Salah

satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan nuansa JAS, yaitu

Conceptual Change yang diintegrasikan denganalternative assessment. Penelitian

ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Ada 3 faktor yang diamati dalam

penelitian ini yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran, keterampilan proses

sains dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan membahas topik

Pengelolaan Lingkungan. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa aktivitas

siswa selama pembelajaran mencapai skor dengan rentang 7-10 (kategori

baik/baik sekali). Keterampilan proses siswa yang berkembang meliputi

keterampilan bertanya, keterampilan berpendapat, keterampilan mengamati,

keterampilan memberi contoh, keterampilan merencanakan percobaan,

keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan membuat kesimpulan. Hasil

belajar dengan indikator ketuntasan individual terpenuhi, sedangkan ketuntasan

klasikal untuk kelas VII B mencapai 86,04%, kelas VII C mecapai 83,72%, dan

kelas VII G mencapai 92,85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

pendekatan JAS model Conceptual Change yang diintegrasikan dengan

(21)

siswa, dapat mengembangkan beberapa keterampilan proses sains siswa, dan

menunjukkan adanya variasi hasil belajar siswa.

Penelitian penerapan pendekatan JAS juga dilakukan di pondok pesantren

tepatnya di pondok modern Selamat Kabupaten Kendal oleh Ngabekti dkk (2006).

Penelitian tindakan kelas dilakukan pada siswa Kelas Xc dengan karakteristik

sebagian besar siswa mengantuk dalam proses pembelajaran. Motivasi dan minat

belajar kurang, sehingga 85% siswa harus mengikuti pembelajaran remidi untuk

mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Lingkungan sekolah

yang alami sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar; seperti

sawah, halaman rumput, sungai, dan juga rumah-rumah joglo terbuka yang

terpisah dari ruang kelas sangat cocok untuk pelaksanaan pembelajaran di luar

kelas. Salah satu metode yang dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa

adalah metode pembelajaran bermain peran (role playing) dengan pendekatan

Jelajah Alam Sekitar (JAS). Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan

motivasi dan pemahaman siswa melalui penerapan metode bermain peran dengan

pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) di Pondok Modern Selamat Kendal pada

Materi Ekosistem. Pelaksanaan penelitiannya adalah siswa melakukan

pengamatan komponen ekosistem dan suksesi sekunder di lingkungan sekolah,

menyusun rantai makanan, jejaring makanan, dan piramida ekologi dengan kartu

gambar, dan pengamatan daur biogeokimia dengan media komputer dan LCD.

Pengamatan ekosistem dan suksesi primer di Perkebunan Teh Medini. Hasil

pengamatan digunakan untuk menyusun skenario bermain peran. Sekelompok

siswa mempelajari skenario bermain peran, siswa yang lain mengamati sambil

mengerjakan LKS. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan kejadian yang telah

diperankan dan melaporkan hasil pengamatannya dalam diskusi kelas. Evaluasi

dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan lembar observasi, motivasi siswa

dengan angket, dan pemahaman siswa dengan tes. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembelajaran materi ekosistem dengan menerapkan metode bermain peran

dapat meningkatkan motivasi 100% siswa, mengaktifkan siswa, sehingga

pemahaman belajar siswa juga meningkat dari siklus I – III, dengan rata-rata kelas

(22)

demikian jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran remidi hanya 8%. Dari hasil

angket siswa, diperoleh hasil bahwa 63,88% siswa menyatakan sangat senang

dengan metode bermain peran yang dilengkapi dengan pengamatan di lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

pembelajaran bermain peran dengan pendekatan JAS pada materi ekosistem

dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa di Pondok Modern Selamat

Kendal.

C. Penutup

Setelah melalui berbagai penelitian baik di Jurusan Biologi Universitas Negeri

Semarang maupun disekolah-sekolah menengah untuk menguji keefektifan

Pendekatan JAS, terbukti bahwa pendekatan JAS efektif untuk meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar Biologi peserta didik. Oleh karena itu pendekatan JAS

yang memiliki penciri adanya kegiatan eksplorasi dan investigasi dalam proses ilmiah

yang menyenangkan, sehingga peserta didik mampu mengkonstruksi pengetahuan

dalam dirinya sendiri, dipromosikan menjadi salah satu alternatif pendekatan

mengajar Biologi. Dengan diperkenalkannya pendekatan JAS ini diharapkan dapat

memperkaya dan menambah alternatif pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan membantu guru-guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada

umumnya dan pembelajaran Biologi pada khususnya.

Semarang, 24 April 2008

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Alimah S, Riyanto M, Partaya, Priyono B. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep Berorientasi Jelajah Alam Sekitar (JAS) Pada Mata Kuliah Taksonomi Hewan di Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang. Laporan Penelitian. Lemlit UNNES. Tidak dipublikasikan.

Sukaesih S. Saptono S. Mustikaningtya D. Alimah S. 2006, FMIPA, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi di SMP 27 Semarang dengan Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Model Conceptual Change yang diintegrasikan dengan Alternative Assessment.

Laporan Penelitian. Lemlit UNNES. Tidak dipublikasikan.

Ngabekti S. Santosa K. Sukaesih S. Syaifudin A. 2006. Meningkatkan Mptivasi dan Pemahaman Siswa dalam Materi Ekosistem melalui Penerapan Metode Bermain Peran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar di Pondok Moderen Selamat Kendal.Laporan Penelitian. Lemlit UNNES. Tidak dipublikasikan.

Christijanti, W. Utami NR. Supriyanto. Lisdiana. Alimah S. 2006. Penerapan Kajian Sistematik dalam Pembelajaran Struktur Tubuh Hewan dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar terhadap Peran Aktif dan Pemahaman Mahasiswa.Laporan Penelitian. Lemlit UNNES. Tidak dipublikasikan.

Widianti, T. Habibah NA. Parmin. 2007. Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Genetika. Laporan Penelitian. Lemlit UNNES. Tidak dipublikasikan.

Marianti, A. dan N.E. Kartijono, 2005. Jelajah Alam Sekitar(JAS). Dipresentasikan pada Semiar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain Inovasi Pembelajaran Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam rangka pelaksanaan PHK A2. Semarang. Biologi FMIPA UNNES.

Ridlo, S. 2005. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Dipresentasikan pada Semiar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain Inovasi Pembelajaran Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam rangka pelaksanaan PHK A2. Semarang. Biologi FMIPA UNNES.

Marianti, A. 2006 . Jelajah Alam Sekitar (JAS) Suatu Pendekatan dalam Pembelajaran Biologi dan Implementasinya.Bunga Rampai Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) Upaya membelajarkan Biologi Sebagaimana Seharusnya Belajar Biologi.Penyunting A. Marianti. Jurusan Biolgi FMIPA UNNES.

(24)

Lampiran 1. Contoh Rencana Perkuliahan dan Instrumen

Pembelajaran dengan Pendekatan JAS

RENCANA PERKULIAHAN I I. Identitas

Mata Kuliah : FISIOLOGI HEWAN

Waktu : 3 x 50 menit

A. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu menganalisis fungsi, sifat dan cara kerja reseptor serta efektor

dengan mengamati gejala yang terjadi pada hewan

Indikator:

1. Mengelompokkan reseptor berdasarkan lokasi, fungsi dan hakekat rangsang

yang dapat diterimanya.

2. Menganalisis mekanisme fisiologis penerimaan rangsang oleh berbagai jenis

reseptor yang menerima rangsang adekuatnya

3. Menganalisis cara kerja berbagai jenis efektor

B. Pokok Bahasan: RESEPTOR DAN EFEKTOR

C. Sub Pokok bahasan:

1. Pengelompokan dan fisiologi reseptor.

2. Penerimaan rangsang oleh reseptor.

(25)

D.Obyek/ Per soalan Belajar

Obyek belajar pada konsep Reseptor dan efektor adalah :

Reseptor dan efektor yang terdapat pada hewan dan mekanismenya dalam

menanggapi rangsang.

E. Media/ Sumber Belajar

Media yang digunakan :

White board, charta reseptor, LCD, Laptop, CD Pembelajaran seperangkat alat

praktikum untuk uji fungsi reseptor, palu refleks, senter.

F. Str ategi

1. Pendekatan : Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

2. Model : Model Investigasi Kelompok

3. Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum

G. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahapan Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa

Pendahuluan Penyajian Masalah

menyajikan masalah tentang fungsi dan mekanisme kerja reseptor dan efektor pada tubuh hewan

memperhatikan dengan cermat permasalahan yang

dikemukakan dosen

Kegiatan Inti 1. Eksplorasi

membimbing mahasiswa untuk mengeksplorasi macam-macam reseptor dan efektor yang

terdapat pada dirinya dan hewan yang sengaja dihadirkan di kelas

menjelajahi permasalahan dan menemukan kunci

permasalahan

2. Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar.

Menjelaskan macam reseptor dan mekanisme fisiologis reseptor dan efektor (otot) dan kaitannya

(26)

dengan system saraf sehubungan dengan pemeliharaan kondisi homeostasis

memotivasi diskusi kelas

berkaitan dengan resptor dan efektor berdasarkan fenomena yang berhasil diamati dan sering dijumpai

3. Membimbing persiapan observasi kelompok.

Memberikan Tugas /Projek

penelitian untuk mencari informasi, melakukan observasi dan investigasi tentang hal yang berkaitan dengan kerja reseptor dan efektor pada hewan dengan terlebih dahulu menyusun Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) yang didiskusikan dengan dosen. Penyusunan dapat diteruskan di luar jam tatap muka (catatan : Kegiatan observasi/penelitian dapat dirancang untuk dilakukan di laboratorium atau pengamatn nlangsung di alam)

Membantu mahasiswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut, dengan

menentukan sub-sub topik yang akan dikaji dan langkah-langkah investigasi

Memperhatikan dan mencatat hal-hal yang perlu sebagai bekal diskusi dalam menyusun LKM tentang kegiatan observasi dan investigasi yang berkaiatn dengan reseptor dan efektor. LKM dikonsultasikan dengan dosen pengampu di luar jam tatap muka

Menugasi mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dalam buku pegangan

Berkaitan dengan tugas yang diberikan meminta mahasiswa untuk melakukan observasi pendahuluan objek yang akan dievaluasi dan mengurus perijinan

Mengerjakan tugas yang diberikan

H. Evaluasi

Assesmen kinerja (Performance Assessment) dalam bentuk :

(27)

Berupa tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada setiap

akhir

bab dalam buku ajar dan posttest

B. Team performance assessment yaitu aktivitas selama menyelesaikan persiapan

projek observasi berupa penyusunan LKM dengan menggunakan instrument

Lembar Penilaian Aktivitas Mahasiswa selama Observasi dan Penyusunan Laporan

I.Referensi

Carola, R., Harley J.P., Noback C.R. 1990. Human Anatomy and Physiology. Mc. Graw Hill Publishing Company. New York.

Kay, I. 1998.Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publishers. Limited. Biddles. Guilford.

Nogrady, T. 1992.Kimia Medisinal Pendekatan secara Biokimia. Penerjemah Raslim Rasyid dan Amir Musadad. Bandung. ITB Bandung.

Stephenson, W.K. 1980. Concepts in Neurophysiology. New York. John Wiley and Sons Inc.

RENCANA PERKULIAHAN IV

I. Identitas

Mata Kuliah : FISIOLOGI HEWAN

Waktu : 3 x 50 menit

A. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu menganalisis secara komprehensif mekanisme fisiologis yang

terjadi pada hewan berkaitan dengan saraf, reseptor dan efektor setelah melakukan

observasi maupun penelitian dan melaporkannya dalam bentuk laporan tertulis dan

mempertanggungjawabkannya secara lisan di hadapan dosen dan seluruh peserta

(28)

Indikator:

1. mampu mengobservasi dengan benar sesuai tujuan yang ditetapkan

2. mampu menganalisis fenomena fisiologi yang terjadi pada tubuh hewan

dengan mengaitkan antara fungsi saraf, reseptor dan efektor

3. mampu menyusun laporan hasil observasi sesuai sistematika yang telah

ditetapkan

4. mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan system saraf,

reseptor dan efektor dengan benar

B. Pokok Bahasan:

PRESENTASI DAN DISKUSI HASIL OBSERVASI DENGAN TOPIK

RESEPTOR DAN EFEKTOR

C.Obyek/ Per soalan Belajar

Obyek belajar pada pertemuan ini adalah :

Sistem saraf, reseptor dan efektor yang terdapat pada hewan dan mekanismenya

dalam menanggapi rangsang

E. Media/ Sumber Belajar

Media yang digunakan :

White board, LCD, Laptop, CD Pembelajaran, Camcorder,

F. Str ategi

1. Pendekatan : Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

2. Model : Model Investigasi Kelompok

3. Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum

G. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahapan Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa

Pendahuluan Menjelaskan aturan-aturan selama diskusi dan mempersilahkan

(29)

mahasiswa yang bertugas untuk mempersiapkan diri

Kegiatan inti Kelompok mahasiswa yang mendapat giliran

mempresentasikan hasil observasinya dengan

menggunakan media yang sudah disiapkan terlebih dahulu

pemaparan dilakukan sekitar 20 menit

Dilakukan diskusi dengan dosen tentang berbagai fenomena fisiologi yang muncul dan dilaporkan, dosen mendorong mahasiswa untuk dapat

menyajikan informasi yang tepat guna memberikan jawaban/solusi terhadap masalah yang ditemui dengan jawaban yang

komprehensif menghubungkan antara system satu dengan yang lain

Membantu mahasiswa

menganalisis dan mengevaluasi langkah-langkah pemecahan masalah yang telah dilakukan mahasiswa dan meminta

mahasiswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka.

Menilai kualitas makalah dan presentasi mahasiswa dengan menggunakan instrumen lembar penilaian makalah dan presentasi mahasiswa

Mempresentasikan hasil observasinya

Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen secara komprehensif berdasarkan teori dan fenomena yang berhasil diamati

merevisi laporan dan jawaban atas pertanyaan yang

diajukan dosen

(30)

H. Evaluasi

Assesmen kinerja (Performance Assessment) dalam bentuk :

A.Individual performance assesment

Berupa kinerja ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama diskusi

B.Team performance assessment yaitu makalah dan presentasi dengan menggunakan

lembar penilaian makalah dan presentasi mahasiswa

I.Referensi

Carola, R., Harley J.P., Noback C.R. 1990. Human Anatomy and Physiology. Mc. Graw Hill Publishing Company. New York.

Hoar, W.S. 1983.General and Comparative Physiology.Third Edition. New Jersey. Prentice hall, Inc.

Isnaeni, W. 2006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius

Kay, I. 1998.Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publishers. Limited. Biddles. Guilford.

Nogrady, T. 1992.Kimia Medisinal Pendekatan secara Biokimia. Penerjemah Raslim Rasyid dan Amir Musadad. Bandung. ITB Bandung.

Stephenson, W.K. 1980. Concepts in Neurophysiology. New York. John Wiley and Sons Inc.

(31)

LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

Judul :

Kelompok/Nama mahasiswa :

Rombel :

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

MAKSIMAL

SKOR

1 Mutu Ilmiah 3

2 Konsistensi Logis latar belakang 3

3 Identifikasi masalah dan perumusan

masalah

3

4 Kemutakhiran dan relevansi Pustaka

Rujukan

3

5 Metode Penelitian/observasi 3

6 Penyajian Hasil 3

7 Ketajaman análisis pembahasan 3

8 Ketepatan mengambil Kesimpulan 3

TOTAL SKOR 24

Konversi Skor ke Nilai :

Skor Nilai

24-22 90

21-19 85

18-16 80

15-13 75

12-10 70

9-8 65

(32)

Rubrik Penskoran Penilaian Makalah

1. Mutu Ilmiah (Skor maksimal 3)

Skor 3 : topik yang diambil masalahnya nyata, problematik dan dengan dukungan data ilmiah

Skor 2 : topik yang diambil masalahnya nyata tetapi tidak problematik, dukungan data ilmiahnya kurang

Skor 1 : topik yang diambil tidak ilmiah, tidak problematik dan hanya dugaan, tanpa dukungan data ilmiah

2. Konsistensi Logis Latar Belakang (skor maksimal 3)

Skor 3 : berisi tentang mengapa observasi/penelitian dilakukan, apa yang menjadi inti permasalahan, lingkup permasalahan, dan batasan masalah yang diobservasi/diteliti

Skor 2 : berisi beriri tentang mengapa observasi/penelitian dilakukan tetapi tidak menjelaskan inti permasalahan dan batasan masalahnya

Skor 1 : tidak menjelaskan mengapa observasi dilakukan dan hanya berisi narasi yang tidak konsisten dengan masalah yang diangkat

3. Identifikasi Masalah dan perumusan Masalah

Skor 3 : Masalah teridentifikasi dengan jelas dan dirumuskan dengan tajam mengarah pada tujuan observasi/ penelitian dan actual

Skor 2 : Identifikasi masalah kurang jelas, perumusan masalah kurang mengarah pada tujuan observasi/penelitian, kurang actual

Skor 1 : Masalah tidak diidentifikasi, perumusan masalah tidak jelas dan tidak mengarah ke tujuan observasi/penelitian, tidak actual (duplikasi)

4. Kemutakhiran dan relevansi pustaka rujukan

Skor 3 : Bahan kepustakaan relevan dengan penelitian/observasi, mutakhir, diambil dari artikel jurnal maupun buku teks yang menunjang, cara menyusun daftar pustaka sudah sesuai dengan Skor 2 : Bahan kepustakaan relevan dengan penelitian /observasi tetapi

didominasi dari buku atau artikel yang tidak ilmiah atau sifatnya ilmiah popular, cara menyusun daftar pustaka tidak sesuai

Skor 1 : Bahan kepustakaan tidak relevan dengan penelitian /observasi, diambil dari artikel atau tulisan yang sifatnya tidak ilmiah, cara menyusun daftar pustaka tidak sesuai

5. Metode Penelitian/Observasi

(33)

Skor 2 : Metode penelitian/observasi tepat tetapi kurang rinci sehingga langkah penelitian yang dilakukan kurang jelas

Skor 1 : Metode penelitian/observasi tidak tepat tidak rinci sehingga langkah penelitian yang dilakukan tidak jelas

6. Penyajian Hasil

Skor 3 : Hasil penelitian/observasi berisi temuan-temuan yang mengungkapkan secara jelas semua variabel yang diteliti/diobservasi. Hasil disajikan dengan rinci dalam bentuk tabel, gambar atau narasi yang dapat memberikan gambaran kongkrit hasil penelitian/observasi.

Skor 2 : Hasil penelitian/observasi berisi temuan-temuan yang mengungkapkan secara jelas hanya sebagian variabel yang diteliti/diobservasi. Hasil disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau narasi tetapi kurang komunikatif sehingga tidak dapat memberikan gambaran kongkrit hasil penelitian/observasi.

Skor 1 : Hasil penelitian/observasi tidak diungkapkan secara jelas hanya mengungkapkan sebagian kecil variabel yang diteliti/diobservasi. Hasil disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau narasi tetapi tidak komunikatif sehingga tidak dapat memberikan gambaran kongkrit hasil penelitian/observasi.

7. Ketajaman Analisis data dan Pembahasan

Skor 3 : Análisis data dengan teknik yang tepat, mendeskripsikan hasil análisis data dengan benar, pembahasan dilakukan dengan berbagai acuan yang relevan minimal mendekati teori yang digunakan sebagai landasan.

Skor 2 : Analisis data dengan teknik yang tepat, tetapi hasil análisis data tidak benar dan pembahasan kurang menggunakan teori yang relevan

Skor 1 : Analisis data tidak tepat pembahasan tidak menggunakan landasan teori yang relevan

8. Ketepatan Mengambil Kesimpulan

Skor 3 : Menggambarkan temuan penelitian/observasi yang disajikan secara jelas dan konkrit

Skor 2 : Menggambarkan temuan penelitian/observasi tpi tidak disajikan secara jelas dan komplit

(34)

LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI MAHASISWA

Nama :

Kelas :

Hari/tgl :

Judul :

Aspek Penilaian Skor Maksimal Skor

Kualitas Slide Presentation 3

Kedalaman dan kedalaman penguasaan Bahan 3

Ketepatan memberikan jawaban 3

Kelancaran memberikan jawaban 3

Sikap Ilmiah 3

TOTAL SKOR 15

Konversi Skor ke Nilai :

Skor Nilai

15-13 90

12-10 85

9-7 75

6-5 65

NILAI PRESENTASI : Tanda tangan dosen

(35)

Rubrik Penskoran Penilaian Presentasi

1. Kualitas Slide Presentation

Skor 3 : Sesuai dengan kaidah-kaidah slide presentasi yang baik. Baik dari segi pemilihan warna, ukuran dan macam huruf, jumlah kat per slide, gambar, animasi dan pesan tersampaikan

Skor 2 : Kurang sesuai dengan kaidah-kaidah slide presentasi yang baik Skor 1 : Tidak sesuai dengan kaidah-kaidah slide presentasi yang baik

2. Kedalaman dan keluasan penguasaan Bahan

Skor 3 : Menguasai bahan yang dilaporkan, dapat menganalisis secara mendalam fakta-fakta yang ada berdasarkan teori-teori yang pendukung.

Skor 2 : Kurang menguasai bahan yang dilaporkan, analisis kurang mendalam , kurang didukung oleh teori-teori lebih banyak pendapat pribadi.

Skor 1 : Tidak menguasai vahan yang dilaporkan, análisis tidak mendalam dan hanya pendapat pribadi

3. Ketepatan memberikan jawaban

Skor 3 : Jawaban yang diberikan selalu tepat sesuai dengan pertanyaan yang diajukan

Skor 2 : Dari semua pertanyaan, jawaban yang diberikan hanya 50% benar

Skor 1 : Dari semua pertanyaan, jawaban yang benar maks hanya 25% benar

4. Kelancaran memberikan jawaban

Skor 3 : Lancar menjawab semua pertanyaan

Skor 2 : Dari semua pertanyaan yang dijawab lancar hanya 50% Skor 1 : Dari semua pertanyaan yang dijawab lancar maksimal 25%

5. Sikap Ilmiah

Skor 3 : Mencantumkan sumber semua kutipan baik tulisan maupun gambar dalam naskah maupun daftar pustaka. Bersedia mengakui kesalahan dan memperbaikinya, bersedia menerima pendapat orang lain, terbuka terhadap saran dan kritik.

Skor 2 : Pencamtuman sumber semua kutipan kurang lengkap, bersedia mengakui kesalahan tapi tidak memperbaikinya. , bersedia menerima pendapat orang lain, terbuka terhadap saran dan kritik Skor 1 : Sumber kutipan tidak dicantumkan, sulit mengakui kesalahan dan

(36)

LEMBAR PENILAIAN AKTIVITAS MAHASISWA SELAMA OBSERVASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN

Kelompok :

Nama Mahasiswa :

Judul :

No Jenis Aktivitas Skor maksimal Skor yang diperoleh 1 Terlibat dalam penyusunan LKM 3

2 Aktif berkonsultasi dengan dosen 3 3 Berpartisipasi aktif dalam observasi 3 4 Terlibat dalam penyusunan laporan 3 5 Berpartisipasi aktif menjawab

pertanyaan tertulis dari dosen tentang topic yang dikaji

3

TOTAL SKOR 15

Konversi Skor ke Nilai :

Skor Nilai

15 – 13 90

12 – 10 80

9-5 70

NILAI PRESENTASI : Tanda tangan dosen

(37)

Rubrik Penskoran Penilaian Aktivitas Mahasiswa

1. Terlibat dalam penyusunan LKM

Skor 3 : Selalu hadir saat diskusi dan penyusunan LKM Skor 2 : 50% hadir saat diskusi dan penyusunan LKM

Skor 1 : Kurang dari 30% kehadiran saat diskusi dan penyusunan LKM

2. Aktif Berkonsultasi dengan dosen

Skor 3 : Aktif berkonsultasi dengan dosen sekurang-kurangnya 4 kali saat penyusunan LKM maupun laporan

Skor 2 : Kurang aktif berkonsultasi dengan dosen hanya 2 kali saat penyusunan LKM atau pembuatan laporan

Skor 1 : Sangat kurang aktif berkonsultasi dengan dosen hanya 1 kali saat penyusunan LKM atau saat pembuatan laporan

3. Berpartisipasi Aktif dalam observasi

Skor 3 : Selalu turut serta dan aktif dalam kegiatan observasi

Skor 2 : Hanya 50% turut serta dalam kegiatan observasi dari seluruh kegiatan observasi yang dilakukan

Skor 1 : Maksimal 1 kali turut serta dalam kegiatan observasi

4. Terlibat dalam penyusunan Laporan

Skor 3 : Selalu turut serta dan aktif dalam kegiatan penyusunan laporan Skor 2 : Hanya 50% turut serta dalam kegiatan observasi dari seluruh

kegiatan penyusunan yang dilakukan

Skor 1 : Maksimal 1 kali turut serta dalam kegiatan observasi

5. Berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan tertulis dari dosen tentang topik yang dikaji

Skor 3 : Selalu turut serta dan aktif dalam kegiatan menjawab pertanyaan tertulis dari dosen tentang topik yang dikaji

Skor 2 : Hanya 50% turut serta dalam kegiatan menjawab pertanyaan tertulis dari seluruh kegiatan yang dilakukan

(38)

FORMAT JURNAL HARIAN KEGIATAN OBSERVASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN

No Nama Kegiatan tanggal Nama mahasiswa hadir Tanda tangan

Keterangan

1 Survey tempat penelitian/observasi 2 Mengurus perijinan 3 Observasi pertama 4 Penelusuran pustaka 5 Menyusun LKM 6 Konsultasi dengan

dosen

n Dan seterusnya sesuai kegiatan yang

dirancang

Semarang,

Mengetahui

(39)

LAMPIRAN 2. GALERI FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN JAS

Mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan membedah hewan yang menjadi objek belajar. Kegiatan eksplorasi dan observasi ini dapat dilaksanakan di laboratorium

Mengamati dan menginvestigasi morfologi daun tumbuhan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di sekitar lingkungan sekolah atau kampus

(40)

Mengekslorasi sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar peserta didik

Melakukan ekplorasi dengan bimbingan guru untuk

memahami fenomena biologi yang dijumpai di alam

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mewujudkan sebuah bank content berbasis scorm dan non scorm serta sebuah sistem e-learning yang memiliki standar SCORM pada

[r]

Basis model dalam AI-Sutera terdiri dari 5 (lima) model utama yaitu (1) Model Lokasi Pengembangan Klaster, (2) Model Industri Inti, (3) Model Kelembagaan Klaster Agroindustri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada KSU Al- Ikhlas, Sistem Pengedalian Internal proses pemberian pembiayaan mulai dari prosedur permohonan pembiayaan, pembayaran

PPK dapat menghentikan Kontrak dan menangguhkan pemenuhan hak-hak penyedia atau menangguhkan pembayaran. 42.2 Jika keterlambatan tersebut semata-mata disebabkan oleh

[r]

Perubahan RKPD Tahun 2014 disusun dengan sistematika sekurang-kurangnya sebagai berikut: Pendahuluan , antara lain memuat/menjelaskan maksud, tujuan, dan dasar

3) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden memilih atributKetertarikan sebagai atribut yang dianggap relatif penting