• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

T E S I S

Oleh

DAUD WIJAYA SITORUS

107003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAUD WIJAYA SITORUS

107003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : Daud Wijaya Sitorus Nomor Pokok : 107003025

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rujiman, SE, MA) (Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Tanggal Lulus : 01 Februari 2013 Telah diuji pada

Tanggal : 01 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rujiman, SE, MA

(5)

PERNYATAAN

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI

MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN

SIMALUNGUN

”.

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

(6)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pembangunan suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat karya melalui pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, industri kecil tersebut akan membuka lapangan kerja baru dan tempat-tempat usaha sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Penelitian ini dilaksanakan di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear sederhana terhadap data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi dan pembahasan terhadap data.

Hasil penelitian berdasarkan persepsi masyarakat menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan positif terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei akan meningkatkan pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat). Hal ini berarti bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan yang signifikan terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas.

(7)

THE STUDY OF ROLE OF SEI MANGKEI INDUSTRIAL AREA DEVELOPMENT IN THE REGIONAL DEVELOPMENT IN BOSAR

MALIGAS SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT

ABSTRACT

The development of an industrial area must be able to generate and push the growth of labor-intensive small-scale industry in the centers outside of the area through the utilization of the surrounding natural and human resources. Therefore, the small-scale industry will open new job opportunity and business place that can increase the income and welfare of local communities.

The purpose of this study conducted in Nagori Sei Mangkei, Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District, Sumatera Utara Province, was to examine the role of Sei Mangkei Industrial Area Development in the regional development

(labor absorption, business place development and community’s income) in

Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District.

The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis and then the data were interpreted and discussed.

The result of this study based on the community’s perception showed that

development of Sei Mangkei Industrial Area had a positive role in the regional

development (labor absorption, business place development and community’s

income) in Bosar Maligas Subdistrict. (labor absorption, business place development and community income) in Bosar Maligas Subdistric. Partially, the result of analysis showed that the development of Sei Mangkei Industrial Area will increase the regional development (labor absorption, business place

development and community’s income). This means that the development of Sei Mangkei Industrial Area had a significant role in the regional development

(labor absorption, business place development and community’s income) in

Bosar Maligas Subdistrict.

Keywords : Industrial Area, Regional Development (Labor, Business Place,

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun”.

Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan. Untuk itu, penulis dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), SP.A (K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Ronny Kusuma Yudistiro, MM sebagai Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi program pascasarjana. 5. Bapak H. Badrussalim, SH sebagai Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Simalungun dan Bapak Ahmad Rasidin, ST, M.Si., sebagai Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi atas arahan dan motivasi yang telah diberikan.

6. Bapak Dr. Rujiman, SE, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si., Ph.D, Ak. dan Bapak Ir. Supriadi, MS sebagai Komisi Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang baik untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terkira khususnya kepada istriku tercinta Evalina Oktorida Br Simanjuntak, A.Md dan anak-anakku Michael Daniel Devino Sitorus, Marcellino Dwine Yosua Sitorus yang memberikan kasih sayang dan motivasi yang besar di dalam nenuntut ilmu dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

(9)

10.Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Angkatan 2010 genap khususnya kepada Ahmad Rivai Simamora, Adisti Maritadinda Admar, Heni Rustati, Herliene Yudha Altius dan Irmayanti Siregar, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

11.Akhirnya kepada seluruh pihak yang banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkatnya kepada kita semua. Amin.

Medan, Februari 2013 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Daud Wijaya Sitorus

2. Tempat/Tanggal Lahir : Perbaungan/27 September 1972

3. Alamat : Jl. Perjuangan No. 53 A Tanjung Rejo, Medan

4. Agama : Kristen Protestan

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

7. Status : Menikah

8. Pendidikan :

a. SD Negeri 101931 Perbaungan, lulus tahun 1985

b. SMP Swasta Setia Budi Perbaungan, lulus tahun 1988

c. SMA Negeri 4 Medan, lulus tahun 1991

d. Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu Tanah USU Medan, lulus tahun 1996

e. Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan USU

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

2.2. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah …… 14

2.3. Penataan Ruang ………... 17

2.4. Pembangunan Kawasan Industri ………. 18

2.5. Tenaga Kerja ……… 21

2.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat ………. 22

2.7. Tempat Usaha ………... 24

2.8. Penelitian Terdahulu ………. 25

2.9. Kerangka Pemikiran ……….. 27

2.10.Hipotesis Penelitian ………..……… 28

BAB III METODE PENELITIAN……….. 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 29

3.6.2.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 35

3.6.2.3. Uji Hipotesis ……… 37

(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 40

4.1.1. Kabupaten Simalungun ………. 40

4.4. Analisis Tanggapan Responden ……….. 65

4.4.1. Tanggapan Responden Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ………. 65

4.4.2. Tanggapan Responden Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ………. 66

4.4.3. Tanggapan Responden Terhadap Perkembangan Tempat-Tempat Usaha ……….. 67

4.6. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik …..……….. 71

4.6.1. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ………. 71

4.6.2. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Perkembangan Tempat-tempat Usaha …… 74

4.6.3. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pendapatan Masyarakat ……… 78

4.7. Pengujian Hipotesis ……….. 82

(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 95 5.1. Kesimpulan ……….. 95 5.2. Saran ……… 96

(14)

DAFTAR TABEL

Jumlah Penduduk Dan Rumah Tangga (KK) di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010 …………

Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian ………

Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……… Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simalungun …….. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun ………

Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Ketinggian ………

Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ………

Luas Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Nagori/Kelurahan ……….

Jumlah Usaha Menurut Lapangan Usaha di Nagori Sei Mangkei ………

Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Nagori Sei Mangkei ………. Jenis Kelamin Responden ……… Umur Responden ………. Tingkat Pendidikan Responden ……… Jumlah Anggota Keluarga Responden ……….

Lama Tinggal (Bermukim) Responden ………

Penggunaan Lahan Kawasan Industri Sei Mangkei ……….

(15)

Nomor

Tanggapan Responden Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ………

Tanggapan Responden Terhadap Penyerapan Tenaga kerja.

Tanggapan Responden Terhadap Perkembangan Tempat-Tempat Usaha ………...

Tanggapan Responden Terhadap Pendapatan Masyarakat ..

Hasil Pengujian Validitas Variabel Penelitian ………. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ………….

Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……….

Hasil Uji Glejser ………...

Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……….

Hasil Uji Glejser ………...

Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……….

Hasil Uji Glejser ………...

Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ………

Nilai Koefisien Determinasi ……….

Hasil Uji Parsial Test ((Uji-t) Hipotesis Pertama ………….

Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ……….. Nilai Koefisien Determinasi ……….

Hasil Uji Parsial Test (Uji-t) Hipotesis Kedua ……….

Hasil Uji Regresi Hipotesis Ketiga ……….. Nilai Koefisien Determinasi ……….

Hasil Uji Parsial Test (Uji-t) Hipotesis Ketiga ………

(16)

DAFTAR GAMBAR

Enam Pilar Pengembangan Wilayah ………

Kerangka Pemikiran ……….

Grafik Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian ………

Grafik Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ………

Grafik Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simalungun ………..

Grafik Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun

Grafik Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Ketinggian ………...

Grafik Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……...

Grafik Luas Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Nagori/Kelurahan ………

Grafik Jenis Kelamin Responden ………

Grafik Umur Responden ……….

Grafik Tingkat Pendidikan Responden ………

Grafik Jumlah Anggota Keluarga Responden ……….

Grafik Lama Tinggal (Bermukim) Responden ………

Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ………

(17)

Nomor 4.15.

4.16.

4.17.

4.18.

J u d u l

Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ………

Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ………...

Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ………

Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Ketiga ………...

Halaman

75

77

79

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penelitian ………..

Validitas dan Reliabilitas serta Hasil Regresi ………..

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2009 Kabupaten Simalungun ………..

Peta Lokasi Kawasan Industri Sei Mangkei ……..………..

Gambar Master Plan Kawasan Industri Sei Mangkei ……..

(19)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pembangunan suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat karya melalui pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, industri kecil tersebut akan membuka lapangan kerja baru dan tempat-tempat usaha sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Penelitian ini dilaksanakan di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear sederhana terhadap data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi dan pembahasan terhadap data.

Hasil penelitian berdasarkan persepsi masyarakat menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan positif terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei akan meningkatkan pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat). Hal ini berarti bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan yang signifikan terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas.

(20)

THE STUDY OF ROLE OF SEI MANGKEI INDUSTRIAL AREA DEVELOPMENT IN THE REGIONAL DEVELOPMENT IN BOSAR

MALIGAS SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT

ABSTRACT

The development of an industrial area must be able to generate and push the growth of labor-intensive small-scale industry in the centers outside of the area through the utilization of the surrounding natural and human resources. Therefore, the small-scale industry will open new job opportunity and business place that can increase the income and welfare of local communities.

The purpose of this study conducted in Nagori Sei Mangkei, Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District, Sumatera Utara Province, was to examine the role of Sei Mangkei Industrial Area Development in the regional development

(labor absorption, business place development and community’s income) in

Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District.

The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis and then the data were interpreted and discussed.

The result of this study based on the community’s perception showed that

development of Sei Mangkei Industrial Area had a positive role in the regional

development (labor absorption, business place development and community’s

income) in Bosar Maligas Subdistrict. (labor absorption, business place development and community income) in Bosar Maligas Subdistric. Partially, the result of analysis showed that the development of Sei Mangkei Industrial Area will increase the regional development (labor absorption, business place

development and community’s income). This means that the development of Sei Mangkei Industrial Area had a significant role in the regional development

(labor absorption, business place development and community’s income) in

Bosar Maligas Subdistrict.

Keywords : Industrial Area, Regional Development (Labor, Business Place,

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep

pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan wilayah berdasarkan jalan raya,

konsep pengembangan wilayah bertitik tolak dari segi produksi barang dan jasa,

dan konsep pengembangan wilayah berdasarkan kelompok industri.

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menggunakan ruang dan

melakukan kegiatan pengubahan bentuk dari sumber daya alam menjadi bahan

baku atau setengah jadi, dari bahan baku atau setengah jadi menjadi bahan jadi

atau produk akhir. Di samping sektor industri menghasilkan produksi, juga

membuka kesempatan kerja bagi masyarakat serta menambah pendapatan bagi

daerah yang disebut sebagai dampak positif. Akan tetapi pembangunan industri

juga mempunyai dampak negatif yaitu berupa limbah (padat, cair dan gas) yang

mempunyai kualitas di atas ambang batas yang berlaku dari produksi sampingan

industri tersebut. Oleh karena itu, kegiatan industri memilih lokasi di daerah

dengan nilai produktivitas tanah rendah dan diusahakan jauh dari pusat

permukiman penduduk.

Suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong

pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat

(22)

sekitarnya. Dengan demikian industri kecil akan membuka lapangan kerja baru

dan tempat-tempat usaha.

Kegiatan industri mempunyai karakteristik kebutuhan lahan, air, energi,

tenaga kerja, orientasi dasar lokasi, kualitas dan kuantitas limbah dan setiap ruang

mempunyai daya dukung tertentu. Oleh karena itu, untuk mengalokasikan ruang

suatu kegiatan industri harus diketahui dahulu jenis-jenis industri yang prospektif

dan industri yang tidak sesuai tumbuh pada suatu daerah tertentu. Fenomena

permasalahan yang dihadapi adalah pembangunan industri di suatu daerah kurang

di dukung oleh sarana dan prasarana penunjang, akibatnya industri-industri sering

di bangun berbaur dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, sehingga sering

menimbulkan kasus-kasus pencemaran terhadap lingkungan.

Daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam tertentu, layak

untuk ditumbuhkembangkan industrinya. Hal ini disebabkan karena melalui

industri maka suatu daerah dapat tumbuh ekonominya. Banyak efek ganda yang

dapat diraih oleh suatu daerah karena kehadiran industri tertentu, seperti :

kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan karena adanya pemilikan pendapatan

masyarakat, pengelolaan lingkungan yang baik, penyediaan infrastruktur,

pendapatan asli daerah, pelayanan publik di kawasan tersebut menjadi tersedia

dan lain-lain. Semuanya ini membawa dampak positif yang luas bagi

pembangunan suatu kawasan dan pembangunan wilayah atau regional. Dengan

pertimbangan itu, wajar jika pemerintah memberi perhatian besar bagi

(23)

Pemerintah telah berupaya mendorong pembangunan industri di luar Pulau

Jawa, meski disadari bahwa hal ini tidaklah mudah dan banyak dijumpai

kendala-kendalanya. Kendala itu dapat berupa keterbatasan sumber daya manusia,

infrastruktur, peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung serta

birokrasi yang ada.

Pengembangan dan pembangunan Kawasan Ekonomi senantiasa

membutuhkan lahan, sedangkan tuntutan akan kebutuhan lahan oleh pelaku

pembangunan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kondisi inilah yang

menyebabkan terjadinya suatu pertarungan perolehan lahan antar pelaku

pembangunan, swasta, Pemerintah Pusat dan Daerah maupun masyarakat

seolah-olah bersaing satu sama lain dalam mencari dan memperoleh lahan yang

dibutuhkan. Dan dalam jangka panjang jika tidak ada perencanaan dan

pengendalian oleh pemerintah akan menimbulkan persaingan semakin tidak

sehat. Oleh karena itu, dalam pembangunan wilayah atau regional pembentukan

suatu kawasan ekonomi harus dibuatkan suatu perencanaan terpadu yang

merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, antar sistem dan sistem dengan

subsistem, serta subsistem dengan subsistem lainnya.

Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini

pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap

wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan

(24)

memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keungggulan

daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

mengembangkan kluster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan

konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat

pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur

pendukungnya.

Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan

dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian fasilitas tertentu.

KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan

geoekonomi dan geostrategi yang berfungsi untuk menampung kegiatan industri,

ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan

daya saing internasional.

Kawasan Industri Sei Mangkei di dalam MP3EI termasuk di dalam

Koridor Ekonomi Sumatera, dengan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit.

Dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera, pembangunan struktur ruang

diarahkan untuk memahami pola pergerakan dari kebun sawit sebagai kegiatan

ekonomi utama menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industri yang

selanjutnya menuju pelabuhan. Oleh sebab itu, penentuan prioritas dan kualitas

pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan, kereta api dan

pelabuhan diarahkan untuk melayani angkutan barang untuk menunjang kegiatan

(25)

Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan

penting bagi penyediaan kelapa sawit Indonesia dan dunia. Indonesia adalah

produsen minyak kelapa sawit di dunia sejak Tahun 2007. Pemenuhan

permintaan kelapa sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia

memproduksi sekitar 43 % dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm

Oil/CPO) di dunia. Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama kelapa sawit

memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Dimana 70 % lahan penghasil

kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan membuka lapangan pekerjaan

yang luas.

Produksi kelapa sawit di Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk

CPO, seharusnya sudah harus mengembangkan industri hilir kelapa sawit untuk

menggenjot nilai tambah kelapa sawit tersebut. Industri hilir dalam mata rantai

industri kelapa sawit, antara lain : oleo kimia dan biodiesel. Pengembangan

industri hilir sangat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi strategis sebagai

penghasil hulu sampai hilir, sehingga dapat menjual produk yang bernilai tambah

tinggi dengan harga bersaing.

Kawasan Industri Sei Mangkei, yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas,

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sebagai “Sei Mangkei

Integrated Sustainable Palm Oil Cluster (SM ISPOIC)”. Pembangunan

Kawasan Industri Sei Mangkei ini sudah selaras dengan arah kebijakan

pembangunan Kabupaten Simalungun, yakni “Mengembangkan kebijakan

industri, perdagangan dan investasi dengan membuka kesempatan kerja dan

berusaha melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber

(26)

diharapkan terjadi peningkatan pendayagunaan dan pemanfaatan potensi sumber

daya alam, sumber daya manusia serta penggunaan tekonologi ramah lingkungan.

Kawasan Industri Sei Mangkei yang terletak di Nagori Sei Mangkei,

Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Lokasi Kawasan Industri Sei

Mangkei ini cukup strategis dikarenakan, yaitu :

(i) letak geografisnya yang berada relatif di tengah-tengah perkebunan kelapa

sawit atau dekat dengan sumber bahan baku (Raw Material Oriented);

(ii) telah ada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 30 ton Tandan Buah Segar (TBS)/Jam

sejak Tahun 1997 dan dekat dengan beberapa PKS dengan radius 70 Km

milik PTPN III = 165 ton TBS/Jam, PTPN IV = 300 ton TBS/Jam, Swasta

= 140 ton TBS/Jam;

(iii) dekat dengan sungai Bah Bolon yang sangat diperlukan sebagai sumber air

pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS);

(iv) dekat dengan pelabuhan Kuala Tanjung (± 40 Km), tempat pengapalan

CPO dan CKPO yang mampu mengakomodasi kapal-kapal dengan berat

30.000 – 40.000 DWT dan pelabuhan Inalum yang jaraknya hanya 36 km,

sehingga sangat memudahkan transportasi produk-produk industri tersebut

keluar Sumatera Utara dan Program MP3EI dimana pelabuhan Kuala

Tanjung akan menjadi global hub di Koridor Ekonomi I (Sumatera);

(v) dekat dengan jalan besar Pematang Siantar – Lima Puluh yaitu jaraknya 5

km dan jalur kereta api Gunung Bayu - Perlanaan, sehingga transportasi

(27)

(vi) dari segi pengembangan wilayah dapat memacu pengembangan wilayah

Kabupaten Simalungun secara keseluruhan dan wilayah-wilayah yang

berada disekitarnya.

Berdasarkan Data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun

2010, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Simalungun Tahun 2005

– 2009 seluas 108.399,66 Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat (27.154,50 Ha),

perkebunan Negara (70.098,34 Ha), perkebunan besar asing (10.089,89 Ha) dan

perkebunan swasta nasional (1.056,93 Ha).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian dengan

judul “Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap

Pengembangan Wilayah di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas ?

2. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas ?

3. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas.

2. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas.

3. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap

pendapatan masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Ilmu pengetahuan yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang

pembangunan kawasan industri terhadap pengembangan wilayah (penyerapan

tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan

masyarakat).

2. Masukan untuk mengetahui peranan pembangunan kawasan industri

terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan

Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat).

3. Pemerintah yaitu sebagai masukan dalam mengambil keputusan di masa

depan tentang sejauh mana peranan pembangunan kawasan industri terhadap

pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan

Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat).

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah,

meningkatkan, memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis

dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber

daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara

efien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai

manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung

lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata

membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/dan prasarana, barang

dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat,

baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam dan

Mahalli, 2011).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan

dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai

suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan

administratif dimana itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan

(30)

Riyadi (2000) mengemukakan beberapa pemikiran yang dapat

dikembangkan untuk strategi pengembangan wilayah di masa mendatang, antara

lain adalah :

a. Alokasi sumber daya yang lebih seimbang

Berbagai deregulasi di sektor riil dan moneter telah dilakukan Pemerintah

dalam rangka efisiensi di segala bidang. Namun dari berbagai studi yang

dilakukan ternyata upaya tersebut masih cenderung menguntungkan Jawa dan

kawasan-kawasan cepat berkembang lainnya. Seperti misalnya penambahan

infrastruktur besar-besaran dan pengembangan pertanian di wilayah padat

penduduk seperti Jawa telah menarik investasi modal swasta, serta terjadinya

peningkatan kemampuan teknologi dan manajemen hanya di

kawasan-kawasan tersebut. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah telah membuka

kewenangan yang semakin besar bagi pemerintah daerah dalam

merencanakan dan menggunakan sumber-sumber keuangannya. Untuk itu,

perlu dilakukan reformasi fiskal yang mendukung alokasi sumber daya yang

lebih baik terutama ke kawasan-kawasan yang belum berkembang, termasuk

diantaranya reformasi di bidang perpajakan. Deregulasi sektor riil juga perlu

memperhatikan perkembangan kemampuan daerah.

b. Peningkatan sumber daya manusia di daerah

Pengembangan selama ini telah menurunkan angka buta huruf, meningkatkan

taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat di daerah. Namun demikian,

kualitas manusia di kawasan-kawasan tertinggal umumnya masih di bawah

(31)

telah meningkatkan standar kualitas manusia Indonesia sampai pada taraf

tertentu, pada masa mendatang perlu diikuti oleh pendekatan pembangunan

yang lebih memperhatikan kondisi dan aspirasi wilayah, bukan oleh

pendekatan yang bersifat uniform. Strategi pembangunan manusia di masa

mendatang harus mampu mengidentifikasikan jenis pendidikan dan pelatihan

yang dapat menempatkan tenaga kerja dan lulusan terdidik dalam pasar

peluang kerja yang senantiasa menuntut adanya peningkatan keahlian.

c. Pengembangan kelembagaan dan aparat daerah

Struktur kelembagaan dan aparat pemerintah daerah selama ini

mencerminkan sistem pemerintah berjenjang. Walaupun Provinsi dan

Kabupaten juga berfungsi sebagai daerah otonom, yang mempunyai

kewenangan dalam mengatur daerahnya sendiri, namun dalam berbagai

implementasi pelaksanaan pembangunan selama ini daerah lebih kepada

“menunggu” petunjuk dari Pusat. Proses pengambilan keputusan yang

demikian, kemudian berkembang menjadikan aparat daerah lebih melayani

Pusat daripada melayani masyarakat daerahnya. Dalam era demokratisasi

yang semakin berkembang seperti sekarang ini, yang di tunjang oleh berbagai

peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi yang lebih lengkap,

pemerintah daerah di tuntut untuk lebih mampu melaksanakan kewenangan

yang semakin besar dalam menata pembangunan daerahnya. Semakin

lengkapnya perangkap peraturan dan perundang-undangan mengenai

penataan ruang di setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menjadi acuan

(32)

daya alam, manusia dan buatan) secara optimal, serta mengembangkan

konsep pembangunan yang berkelanjutan.

d. Pelayanan masyarakat yang efisien

Untuk kepentingan stabilitas ekonomi dan politik selama ini pemerintah

memegang kendali yang lebih besar terhadap sumber-sumber penerimaan dan

berbagai kebijaksanaan pelayanan masyarakat. Hal ini dilakukan mengingat

kebutuhan dasar masih sangat kurang, resiko investasi masih sangat besar,

dan tingkat pendidikan rata-rata manusia di daerah masih rendah. Dengan

semakin meningkatnya kemampuan kelembagaan dan kualitas aparat di

daerah, sudah masanya sekarang untuk memperbesar kewenangan daerah

dalam menata pembangunan di daerah. Keterlibatan pihak swasta sebagai

mitra kerja sekaligus sebagai pelaku pembangunan perlu di perbesar, sejalan

dengan kewenangan daerah yang semakin besar dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan daerahnya. Hal ini ditujukan agar pelayanan

kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.

Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya

perlu di topang oleh enam pilar/aspek, yaitu : aspek biogeofisik, aspek ekonomi,

aspek sosial, aspek kelembagaan, aspek lokasi dan aspek lingkungan. Diagram

dari ke enam pilar tersebut terlihat pada gambar 2.1. berikut ini. Melalui diagram

ini, dapat dilakukan analisis dari berbagai aspek berkaitan dengan pengembangan

(33)

Gambar 2.1. Enam Pilar Pengembangan Wilayah

Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan di

sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, pertahanan dan keamanan

(hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek

kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada di dalam pengelolaan

suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan

perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang ada di

wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang

satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi,

pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai

bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam,

apakah merusak atau tidak (Budiharsono, 2005).

Aspek Sosial Aspek

Biogeofisik

Aspek Kelembagaan

Aspek Lokasi Pengembangan

Wilayah

Aspek Lingkungan Aspek

(34)

Pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilihat

dari aspek ekonomi dan aspek lokasi. Dari aspek ekonomi, meliputi : penyerapan

tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat

dengan melihat bagaimana peningkatan pembangunan ekonominya. Dari aspek

lokasi dilihat sejauh mana faktor lokasi dapat mendorong pembangunan wilayah,

berkaitan dengan pembangunan yang terjadi di wilayah tersebut.

2.2. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama

peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus

meningkat. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi suatu negara untuk

meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat bergantung dan

ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya (long rate of

economic growth) (Nanga, 2005).

Aspek pertumbuhan ekonomi daerah menjadi faktor penting untuk

menentukan besarnya transfer pusat kepada daerah. Terkait dengan pertumbuhan,

daerah-daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

seharusnya mendapatkan Dana Alokasi Umum (DAU) yang lebih kecil, namun

demikian meskipun konvergensi antar daerah mampu teratasi, kinerja pemerintah

daerah bisa jadi berbeda. Daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih

baik, relatif mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik pula untuk menghadapi

desentralisasi. Pengalaman dan kapabilitas dalam pengelolaan keuangan menjadi

modal dasar yang kuat untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam era

(35)

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang

dan jasa yang berlaku di suatu negara seperti pertambahan dan jumlah produksi

barang dan industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah,

pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal,

dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu

dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2011).

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional

yang melibatkan kepada perubahan yang besar baik terhadap perubahan struktur

ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan,

mengurangi ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan

ekonomi (Todaro, 2003 dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Secara umum pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan GNP (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat

meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu, pembangunan

ekonomi memiliki tiga sifat penting, yaitu : suatu proses yang berarti terjadinya

perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita

masyarakat dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat yang terjadi dalam

jangka panjang (Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Sirojuzilam dan Mahalli (2011) mengemukakan pembangunan ekonomi di

pandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita dan lajunya pembangunan

ekonomi ditujukan dengan menggunakan pertambahan PDB (Produk Domestik

Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional.

(36)

PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan perkapita. Oleh

sebab itu, pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi

masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut maka

pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi harus dibedakan.

Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan

ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan

penduduk maupun antar wilayah. Pola pertumbuhan ekonomi regional/wilayah

berbeda dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi,

aglomerasi, migrasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Adapun beberapa

teori pertumbuhan ekonomi wilayah yang lazim di kenal (Sirozujilam dan

Mahalli, 2011), antara lain :

1. Export Base-Models, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah

ditentukan oleh eksploitasi pemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis

ekspor daerah yang bersangkutan.

2. Neo-Classic, menyatakan bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan

ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja dan teknologi.

3. Cumulative Causation Models, menyatakan bahwa peningkatan pemerataan

pembangunan antar daerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar

(market mechasinm), tetapi perlu adanya campur tangan untuk daerah-daerah

yang relatif masih terbelakang.

4. Core Periphery Models, menekankan analisa pada hubungan yang erat dan

saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dengan desa

(37)

5. Growth Pole, menyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak

terjadi di segala tata ruang, akan tetapi hanya terbatas pada beberapa tempat

tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensitasnya. Salah satu cara

untuk menggalakkan kegiatan pembangunan dari suatu daerah tertentu

melalui pemanfaatan “agglomeration economics” sebagai faktor pendorong

utama.

2.3. Penataan Ruang

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan antara yang satu dengan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan

kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan

ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung

pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan

pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas

ruang (Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007).

Menurut Rustiadi, dkk (2004) penataan ruang pada dasarnya merupakan

perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya sebagai proses pembangunan

melalui upaya-upaya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, maka

penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Penataan ruang

mempunyai tiga urgensi, yaitu :

a. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya (prinsip produktifitas dan efisiensi).

b. Alat dan wujud distribusi sumber daya (prinsip pemerataan, keberimbangan

(38)

c. Keberlanjutan (prinsip Sustainaibility).

Perencanaan tata ruang yang di muat dalam Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana

umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang di susun

berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi

mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata

ruang di susun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan

kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok

dan sub blok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan

sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan

peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang

persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan di susun

untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci

tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi

yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam

pengendalian pemanfaatan ruang ssehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan

sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.

2.4. Pembangunan Kawasan Industri

Di berbagai negara yang industrinya telah maju, ternyata industri

merupakan penyelamat dalam masalah pengganguran. Industri biasanya menjadi

penyumbang paling besar dalam menciptakan kesempatan kerja. Walaupun

peranannya sangat tergantung kepada sifat atau jenis teknologi yang digunakan.

(39)

inti rumah tangga, maka peranannya akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun

sebaliknya apabila teknologi yang digunakan padat modal akan sedikit menyerap

tenaga kerja. Selain hal tersebut, lokasi pengembangan industri sangat

berpengaruh apabila berlokasi di kota-kota besar atau di pedesaan, dalam

menciptakan lapangan kerja bagi penduduk (Mubyarto, 1988).

Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang

dilengkapi dengan prasrana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh

perusahaan kawasan industri. Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang juga

merupakan pemusatan kegiatan industri tetapi tanpa dilengkapi dengan prasarana

dan sarana yang memadai (Kwanda, 2000).

Pengembangan suatu kawasan Industri selain di isi oleh pembangunan

sektor industri, juga diikuti oleh pembangunan sektor lain, baik dalam

penggunaan sumber daya alam, seperti : energi, air dan lahan, maka penanganan

tata ruang antar berbagai sektor ke arah penyusunan rencana pengembangan

wilayah terpadu perlu dilakukan (Simandjorang, 2010).

Di Indonesia, pada awalnya kawasan industri hanya dikembangkan oleh

Pemerintah melalui BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sebagai reaksi terhadap

meningkatnya jumlah industri dengan dampak polusi lingkungan yang

diakibatkannya, keterbatasan infrastruktur dan masalah perkembangan kawasan

permukiman yang berdekatan dengan lokasi industri, maka Pemerintah melalui

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53 tanggal 27 Oktober 1989, mengijinkan

(40)

Menurut Sukirno (1985) menarik tidaknya sesuatu daerah sebagai pusat

pertumbuhan dan sebagai pusat industrialisasi yang baru tergantung kepada

faktor-faktor berikut : keadaan prasarana, keadaan pasar dan keadaan beberapa

jenis eksternal ekonomi yang tersedia. Dengan adanya prasarana yang baik

sesuatu industri dapat dengan mudah berhubungan dengan berbagai tempat di

daerah itu, dengan daerah lain dan ke luar negeri; menghemat ongkos

pengangkutan dalam pengangkutan bahan mentah dan hasil produksinya; dan

memungkinkan mengurangi jumlah investasi modalnya. Oleh sebab itu,

prasarana yang baik mempertinggi industri-industri yang akan ditumbuhkan.

Penciptaan kawasan perindustrian ditujukan untuk pembangunan industri

di daerah guna mempertinggi daya tarik dari daerah tersebut dengan harapan akan

diperoleh manfaat sebagai berikut : menghemat pengeluaran pemerintah untuk

menciptakan prasarana; untuk menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam

kegiatan industri-industri; menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat

dan memaksimumkan peranan pembangunan daerah dalam keseluruhan

pembangunan ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih penting

lagi yang mendorong usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah besarnya

keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri apabila fasilitas yang

demikian disediakan kepada mereka. Oleh sebab itu, pengembangan kawasan

perindustrian terutama dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak perangsang

kepada para penanam modal, langkah tersebut akan mengurangi masalah mereka

untuk menciptakan atau mendapatkan tempat bangunan dan dapat mengurangi

biaya yang diperlukan untuk mendirikan industrinya karena bangunan perusahaan

(41)

2.5. Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefenisikan bekerja adalah melakukan

pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus

menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang

membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).

Tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk dalam usia kerja

(working-age population). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang di muat dalam

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang

laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah

penduduk yang mempunyai umur di dalam batas usia kerja. Tujuan dari

pemilihan batas umur tersebut, supaya defenisi yang diberikan sedapat mungkin

menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur

yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga

berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di

Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas

maksimal.

Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan

kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari

kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan

(42)

sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri

dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun, pendapatan yang diterima

tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai

umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga

mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998).

Menurut Todaro (2000), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

angkatan kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif

yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar

berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang

lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal

tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang

cepat, benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari

pembangunan ekonominya.

2.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Pendapatan diartikan sebagai hasil kerja atau usaha baik dalam bentuk

uang maupun barang. Salah satu bentuk pendapatan adalah upah atau gaji, yang

berarti uang yang di bayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar

tenaga kerja yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995).

Maryatmo dan Susilo (1996) mengemukakan bahwa pendapatan

merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang

selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan masyarakat

(43)

tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil industri dan

perdagangan serta sektor-sektor lainnya.

Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri

(wiraswasta, misalnya : berdagang, mengerjakan sawah); (b) bekerja pada orang

lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai dan karyawan

(baik swasta maupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya mempunyai

sawah yang disewakan, rumah yang disewakan, uang yang dipinjamkan dengan

bunga tertentu (Gilarso, 1992).

Menurut Richardson (2001) model pendapatan interregional merupakan

perubahan pendapatan regional berasal dari beberapa sumber yang mungkin,

tidak lagi semata-mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara

eksogen. Sumber-sumber ini, meliputi : (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran

otonom regional (misalnya : investasi, pengeluaran pemerintah); (b) perubahan

tingkat pendapatan suatu daerah (atau daerah-daerah lain) di dalam sistem yang

bersangkutan yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah; (c) berubahnya

salah satu diantara parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal,

koefisien perdagangan irregional atau tingkat pajak marginal).

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan indikator untuk mengukur

kesejahteraan, yaitu : kependudukan; pendidikan; kesehatan; ketenagakerjaan;

fertilitas dan keluarga berencana; perumahan dan lingkungan; konsumsi dan

pengeluaran rumah tangga. Sedangkan Jhinggan (1999) mengemukakan dalam

melihat indikator kesejahteraan masyarakat menggunakan ukuran distribusi

pendapatan; komposisi output; selera; biaya nyata dan perubahan tertentu yang

(44)

2.7. Tempat Usaha

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1995 pasal 6 tentang

Usaha Kecil dan Koperasi, pemerintah menumbuhkan iklim usaha kecil melalui

penetapan peraturan perundangan dan kebijaksanaan meliputi aspek, antara lain :

pendanaan, prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha, dan perlindungan

dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif menumbuhkan iklim

usaha sebagaimana dimaksud.

Di dalam perekonomian daerah, usaha kecil menengah merupakan sektor

usaha yang memiliki peran cukup tinggi, terutama dalam penyediaan lapangan

kerja. Namun demikian, perkembangan usaha kecil menengah akhir-akhir ini

cukup memprihatinkan terlebih lagi dengan masuknya berbagai produk impor

yang merupakan hasil usaha menengah luar negeri. Kondisi demikian, akan

memperlemah posisi sektor usaha kecil di pasar Indonesia. Semakin melemahnya

posisi sektor usaha kecil di pasar, dalam jangka panjang akan berdampak pada

turunnya taraf hidup masyarakat serta bertambahnya pengangguran. Oleh karena

itu, diperlukan upaya-upaya yang mengarah pada pengembangan sektor usaha

kecil dalam rangka memperbaiki mutu produk atau jasa sehingga mampu

bersaing di pasar. Upaya untuk memperbaiki mutu produk diperlukan pengelola

usaha (manajemen) dengan baik, meliputi aspek permodalan, produksi,

pemasaran, sumber daya manusia dan pembukuan (Wie, 1993).

Wie (1993) dalam Kuncoro dan Widjajanto (2001) mengemukakan bahwa

pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam

pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri berskala kecil akan

(45)

digunakan adalah teknologi padat karya, sehingga dengan demikian selain dapat

memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada akhirnya dapat

mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

Pengembangan industri kecil harus menfokuskan sub sektor-sub sektor

yang menjadi andalan dan sektor yang menjadi unggulan. Wie (1993) dalam

Kuncoro dan Widjajanto (2001) mengartikan potensi sektor andalan sebagai

potensi dari sektor yang dimiliki secara dominan tanpa mempertimbangkan

kemampuan daya saing sektor tersebut dalam perekonomian, sedangkan potensi

subsektor unggulan adalah potensi subsektor andalan yang memiliki kemampuan

daya saing (competitive advantage).

2.8. Penelitian Terdahulu

Simandjorang (1999), melakukan penelitian dengan judul Pembangunan

Kawasan Industri Kuala Tanjung dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Di

Daerah Sekitanya, dengan menitikberatkan penelitian pada diversifikasi

pekerjaan dan pendapatan serta pelayanan sosial pada masyarakat sekitarnya

terhadap pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung

berpengaruh positif terhadap jumlah dan jenis pekerjaan; kondisi jaringan jalan

dan sarana angkutan; pendidikan masyarakat; kesehatan masyarakat.

Alwin (2003), melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Kawasan Industri Medan (KIM) Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi

Masyarakat Sekitar (Studi Kasus : Kelurahan Mabar dan Titi Papan Kecamatan

(46)

masyarakat terhadap keberadaan KIM dan pengaruh KIM terhadap pendapatan

masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap

keberadaan KIM pada umumnya bernilai positif, yaitu : tidak terjadi polusi udara,

air, kebisingan dan gangguan terhadap tanaman pertanian; pendapatan

masyarakat pada umumnya meningkat dengan keberadaan KIM, tingkat

pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat berpengaruh secara signifikan

terhadap keberadaan KIM sedangkan jumlah dan lamanya tinggal di sekitar KIM

tidak berpengaruh terhadap keberadaan KIM.

Pangaribuan (2010), melakukan penelitian dengan judul Peranan Kawasan

Industri Dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Wilayah Di Desa Tanjung

Morawa B Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Peranan Kawasan Industri Terhadap Sosial Ekonomi Wilayah di Desa Tanjung

Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa sangat berpengaruh terhadap masyarakat

dimana dengan adanya kawasan industri membuka lapangan kerja baru di pabrik

yang mana dapat menyerap ribuan tenaga kerja (buruh). Selain itu dengan

bertambahnya lapangan kerja, maka pendapatan masyarakat meningkat disertai

juga dengan peningkatan SDM-nya. Masyarakat akan memperoleh pekerjaan dan

pelatihan serta peningkatan pengetahuan dengan bekerja di pabrik-pabrik

(47)

2.9. Kerangka Pemikiran

Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan

terhadap penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan

pendapatan masyarakat guna mendukung pengembangan wilayah Nagori Sei

Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.

Bagan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Nagori Sei Mangkei

Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

Perkembangan Tempat-tempat Usaha Penyerapan

Tenaga Kerja

Pendapatan Masyarakat

Pengembangan Wilayah Pembangunan Kawasan

(48)

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah :

1. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas.

2. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap

perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas.

3. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Sei Mangkei pada Nagori Sei

Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera

Utara yang didasarkan pada pertimbangan bahwa Nagori Sei Mangkei tersebut

merupakan tempat yang terkena dampak kegiatan tersebut. Lokasi penelitian

dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan

September sampai dengan Nopember 2012.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

akan di duga. Populasi juga merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari serta menarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini meliputi kepala keluarga yang bermukim

lebih dari 5 tahun di Nagori Sei Mangkei. Karena Pembangunan Kawasan

Industri Sei Mangkei ini dimulai Tahun 2009, maka untuk mengetahui ada atau

tidaknya peranan kegiatan pembangunan kawasan industri ini, dibutuhkan

informasi dari masyarakat yang telah bermukim sebelum adanya kegiatan

(50)

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun (2011),

Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar

Maligas Tahun 2010 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010

Nagori Jumlah Rumah Tangga (KK)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

Sei Mangkei 600 1.591 1.533 3.124

Sumber : BPS Kecamatan Bosar Maligas Dalam Angka 2011

3.2.2. Sampel

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah pengambilan

sampel secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan

tertentu saja (Sugiyono, 2008). Pengambilan sampel secara purposive sampling

ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan

yang erat dengan ciri populasi. Dengan kata lain unit sampel yang diambil

disesuaikan dengan kriteria-kriteria terutama yang ditetapkan berdasarkan tujuan

penelitian.

Sampel (responden) yang diambil adalah kepala keluarga (bapak atau ibu).

Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian

ini adalah Rumah Tangga (KK) yang telah bermukim lebih dari 5 tahun.

Berdasarkan informasi dari Kantor Pangulu Nagori Sei Mangkei, jumlah rumah

(51)

Penggambilan sampel sebesar 10 % dari 500, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 50 KK. Pengambilan sampel ini berdasarkan pendapat

Sugiarto, dkk (2001) bahwa pada umumnya sampel diambil sekitar 10 % dari

total populasi, bilamana jumlah ini masih dianggap besar (lebih dari 30) maka

biasanya sampel ditetapkan sebanyak 30 dengan pertimbangan ukuran sampel

tersebut telah dapat memberikan ragam populasi.

Jumlah sampel ini di anggap telah memenuhi syarat sesuai dengan

pendapat Roscoe (dalam Sugiyono, 2008) bahwa dalam penelitian sosial, ukuran

sampel yang layak digunakan antara 30 hingga 500 responden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang bersifat

kualitatif bersumber dari hasil pengamatan lapangan serta wawancara dan

kuisioner yang diberikan kepada responden. Data sekunder yang bersumber dari

studi kepustakaan dan instansi-instansi terkait seperti : Pemerintah Kabupaten

Simalungun atau Bappeda, Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun dan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jenis data yang

digunakan. Data primer dikumpulkan dengan teknik survei dengan menggunakan

daftar pertanyaan kuisioner, wawancara tidak berstruktur dan pengamatan

Gambar

Gambar 2.1. Enam Pilar Pengembangan Wilayah
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian
Tabel 4.2. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran                    Kemiringan Lahan/Lereng
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Satu satu anak membaca Iqra Guru membimbingnya Buku kerja, kartu kata, gambar Buku kerja, kartu angka Buku Iqra Unjuk kerja Unjuk kerja Observasi Ketelitian motorik

(1) Kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga

[r]

Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah suatu Peraturan Perundang-undangan memerlukan suatu kajian

[r]

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi volume core terhadap peningkatan kekuatan Impak komposit sandwich hibrid berpenguat kombinasi serat rami woven dan serat