• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gimu Dan Giri Dalam Komik “Say Hello To Black Jack” Edisi 1-4 Karya Syuho Sato Sato Syuho No Dai 1 Kan Kara Dai 4 Kan Made No “Say Hello To Black Jack” Manga Ni Okeru “Gimu” To “Giri”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gimu Dan Giri Dalam Komik “Say Hello To Black Jack” Edisi 1-4 Karya Syuho Sato Sato Syuho No Dai 1 Kan Kara Dai 4 Kan Made No “Say Hello To Black Jack” Manga Ni Okeru “Gimu” To “Giri”"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GIMU DAN GIRI DALAM KOMIK “SAY HELLO TO BLACK JACK” EDISI 1-4 KARYA SYUHO SATO

SATO SYUHO NO DAI 1 KAN KARA DAI 4 KAN MADE NO “SAY HELLO TO BLACK JACK” MANGA NI OKERU “GIMU” TO “GIRI”

Dikerjakan O L E H

KRISTIN JULIANA SARAGIH 070708015

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GIMU DAN GIRI DALAM KOMIK “SAY HELLO TO BLACK JACK” EDISI 1-4 KARYA SYUHO SATO

SATO SYUHO NO DAI 1 KAN KARA DAI 4 KAN MADE NO “SAY HELLO TO BLACK JACK” MANGA NI OKERU “GIMU” TO “GIRI” Skripsi ini diajukan kepada Panitian Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

KRISTIN JULIANA SARAGIH 070708015

Pembimbing I Pembimbing II

Zulnaidi,S.S M.Hum Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum Nip. 196708072004011001 Nip. 196009191988031001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui,

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen S-1 Sastra Jepang Ketua Departemen

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum Nip. 196009191988031001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul Gimu dan Giri dalam Komik “Say Hello to Black Jack” Edisi 1-4 Karya Syuho Sato ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih, penghargaan, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini, antara lain kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. Selaku ketua Depertemen Sastra Jepang yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan segala saran dan kritikannya yang membangun.

(5)

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. Selaku dosen pembimbing II yang telah begitu sabar untuk membaca dan mengoreksi skripsi ini agar lebih baik dan benar. Semoga Bapak juga selalu disertai Tuhan.

5. M. Saragih dan E.Pasaribu selaku orang tua yang baik, yang selalu mendukung saya dalam segala hal, baik itu bantuan berupa materi dan spiritual. Semoga Mama dan Bapa sehat selalu, tetap semangat dan diberkati Tuhan.

6. Terima kasih juga buat sahabat dan adik saya, Reminisere Simanjuntak, Lenny F Sihombing, Rani L Simbolon, Eka P Ginting, Wika sevanika Ginting, Kak Dianita, Frandy M Sihombing, Evy, Silvia, Jazman dan seluruh teman-teman stambuk ’07, serta teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebut satu-persatu yang turut membantu dan memberi dukungan kepada saya selama ini. Tuhan memberkti kita semua.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan teman-teman yang merasa tertarik dengan semua hal yang menyangkut kejepangan.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, termasuk juga dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik penulis terima dengan senang hati demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2011

(6)

Kristin Juliana Saragih

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI…………...………ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……….1

1.2Perumusan Masalah…...7

1.3Ruang Lingkup Pembahasan...9

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...10

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian...14

1.6Metode Penelitian...14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEFENISI GIMU, GIRI, KOMIK DAN PENDEKATAN SEMIOTIK 2.1 Konsep Gimu dan Giri...16

2.1.1 Konsep Gimu...16

2.1.2 Konsep Giri...19

(7)

2.2.1 Defenisi Komik...26

2.2.2 Setting komik “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato...33

2.3 Pendekatan Semiotik...36

2.4 Biografi Pengarang...39

BAB III GIMU DAN GIRI DDALAM KOMIK “SAY HELLO TO BLACK JACK” KARYA SYUHO SATO 3.1 Ringkasan Cerita...40

3.2 Perilaku Gimu dan Giri dalam komik “Say Hello To Black Jack”...48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...63

4.2 Saran...65

DAFTAR PUSTAKA

(8)

ABSTRAK

GIMU DAN GIRI DALAM KOMIK “SAY HELLO TO BLACK JACK” EDISI 1-4 KARYA SYOHO SATO

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu, yang saling berhubungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya yang dilatarbelakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik, dan kebudayaan, serta memiliki suatu aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku yang dijadikan sebagai konsep moral untuk melaksanakan hidup. Aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku pada dasarnya dapat ditunjukkan dengan adanya perilaku Gimu dan Giri, yang dijadikan konsep moral bagi masyarakat Jepang. Dalam kehidupan masyarakat Jepang konsep Gimu dan Giri dijadikan sebagai etika berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.

Gimu adalah sekelompok kewajiban yang menjadi utang seseorang kepada negara, hukum, pemerintah, lingkaran keluarga terdekatnya atau orang tua dan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Pembayaran kembali yang maksimalpun dari kewajiban ini masih dianggap belum cukup dan tidak ada batas jumlah dan waktu pembayarannya. Kewajiban yang ditujukan kepada pemerintah, negara dan kaisar disebut Chu. Kewajiban yang ditujukan kepada orang tua disebut Ko dan kewajiban terhadap pekerjaan disebut Nimmu.

(9)

keluarga yang tidak begitu dekat. Kedua Giri terhadap nama, dimana seseorang diwajibkan membersihkan reputasi dari penghinaan atau tuduhan atas kegagalan atau balas dendam. Giri merupakan hal yang paling berat untuk ditanggung.

Gimu dan Giri merupakan konsep-konsep moralitas yang dapat dikatakan sebagai konsep budaya yang muncul dari peringatan-peringatan rasa malu dan pemikiran bahwa rasa malu dapat dihilangkan dengan cara melunasi utang. Ketika seseorang menerima kebaikan dari orang lain, maka seseorang itu harus membayar kebaikan itu. Kalau tidak maka seseorang itu akan menanggung malu, karena budi baik yang dterima merupakan beban berat bagi orang Jepang.

Untuk mengetahui bagaimana Gimu dan Giri dalam kehidupan masyarakat Jepang, penulis menggunakan acuan berupa komik yang berjudul “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 karya Syuho Sato.

Untuk menganalisis komik ini, penulis menggunakan teori Gimu dan Giri untuk melihat bagaimana konsep Gimu dan Giri dalam kehidupan masyarakat Jepang dan bagaimana pencerminan Gimu dan Giri di dalam komik “Say Hello To Black Jack” melalui interaksi para tokoh cerita. Penulis menganalisis apa saja yang dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan Gimu dan Giri tersebut melalui cuplikan-cuplikan pada komik.

Setelah melakukan analisis, penulis menemukan bahwa gimu Chu, Ko, Nimmu, Giri terhadap nama, dan Giri terhadap dunia ditemukan dalam komik ini. Adapun perilaku Gimu dan Giri yang ditemukan adalah sebagai berikut:

(10)

2. Perkataan Dr. Saito yang mengatakan “Ingat, kita memegang kedokteran di Jepang”. Hal ini menunjukkan adanya kewajiban mereka terhadap negara Jepang, khususnya dibidang kedokteran. Sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban terhadap kedokteran di negaranya sendiri, untuk merawat dan menyelamatkan para pasien. Kecintaan terhadap bangsa dan negaranya ini merupakan perilaku yang mencerminkan Gimu yaitu Chu.

3. Orang tua Eijiro Saito adalah guru bahasa inggris SMP. Karena anak kedua maka ia diberi dengan nama Eijiro. Saito adalah nama keluarga biasa. Bagi Saito kata biasa menjadi sesuatu yang “kompleks”. Namun karena kesal dibilang anak-anak “biasa” maka Saito masuk fakultas kedokteran universitas Eiroku. Universitas terbaik. Saito ingin jadi yang terbaik. Supaya bisa jadi dokter, orang tua Dr. Saito telah berutang banyak. Maka untuk membalas kebaikan yang diberikan orang tuanya menyekolahkannya, Dr. Saito belajar sungguh-sungguh dan menjadi dokter yang baik. Kewajiban yang dilakukan Dr. Saito ini termasuk Gimu yaitu Ko. Bagi masyarakat Jepang, seseorang menanggung Gimu semenjak seseorang itu dilahirkan ke dalam sebuah keluarga atau bangsa.

(11)

5. Bayi prematur kembar lahir dari keluarga Tanabe. Anak tersebut mengalami kelainan Down Syndrom. Suami istri Tanabe menyuruh Dr. Saito dan Dr. Takasago untuk membiarkan anak mereka meninggal. Dr. Saito, Dr. Takasago, dan seorang perawat tidak sejutu, karena membunuh adalah melanggar hukum. Namun karena tanggung jawab mereka terhadap pekerjaan sebagai dokter, mereka mengoperasi anak itu tanpa ada persetujuan dari orang tua bayi demi keselamatan bayi itu. Namun setelah pasca operasi berjalan lancar, keluarga Tanabe kembali mengakui anaknya dan berjanji membahagiakan anak mereka. dalam hal ini tanggung jawab yang dilakukan oleh Dr. Saito, Dr. Takasago dan perawat itu menunjukkan perilaku yang mencerminkan Gimu yaitu Nimmu.

6. Ketika pulang dari rumah sakit Dr. Saito menolong seorang perawat yang bernama Akagi kembali ke rumahnya. Akagi menerima kebaikan (On) dari Dr. Saito sehingga Akagi menanggung Giri terhadap Dunia. Maka untuk membalas kebaikan yang diberikan Dr. Saito, Akagi mengucapkan “Terimakasih” kepada Dr. Saito.

(12)

8. Tuan Miyamura yang telah sembuh dari penyakitnya, menanggung Giri kepada Dr. Saito. Maka untuk membalasnya Tuan Miyamura mengucapkan terima kasih. Dan Dr. Saito menunjukkan perilaku yang mencerminkan Gimu yaitu Nimmu.

(13)

SAY HELLO TO BLACK JACK

(14)

SAY HELLO TO BLACK JACK

SAY HELLO TO BLACK JACK

(15)

Down Syndrom

(16)

      

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya yang terkait oleh suatu sistem sosial melalui perasaan solidaritas dengan dilatarbelakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik dan kebudayaan (Lukman, 1994 : 93).

Setiap masyarakat yang menempati suatu wilayah tertentu pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia. Namun karena hasil budi daya manusia meliputi sebagian besar dari kehidupan bangsa, maka yang akan dibicarakan dalam skripsi ini adalah kebudayaan Jepang.

Salah satu budaya Jepang yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah budaya Gimu dan Giri. Gimu dan Giri adalah dua cara untuk membayar On.

(18)

merasa berkewajiban untuk membalas budi baik orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara. Rasa berkewajiban itu disebut Gimu.

Gimu adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati (Hamzon, 1995:66). Maksudnya adalah kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi.

Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu terbagi atas tiga kategori yaitu Chu adalah kewajiban terhadap Kaisar, hukum dan negara. Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang (yang dimaksud: terhadap keturunannya), sedangkan Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan seseorang ( Benedict, 1982:125).

(19)

Jepang, juga mewajibkan untuk hidup sesuai dengan kedudukan dan tempatnya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Gimu dan giri merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. Konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua kebaikan dan pemberian dari orang lain. Dengan kata lain Gimu dan Giri berhubungan rasa berhutang sehingga pemenuhan Gimu dan Giri sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang.

Karena Gimu dan Giri adalah konsep etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Jepang, maka tidak menutup kemungkinan tercermin dalam sebuah karya sastra seperti dalam kehidupan masyarakat yang di dalamanya terdapat nilai budaya, nilai moral yang dapat dijadikan cerminan dan pengembangan tata kehidupan pembacanya. Nilai–nilai budaya tersebut juga tercermin dalam komik yang berjudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato. Komik ini pernah mendapat penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada tahun 2002. Manga Artis Society juga memilih karya ini sebagai manga (komik) terbaik 2004. (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=272024)

Komik “Say Hello To Black Jack” mengupas realitas permasalahan kedokteran di Jepang. Kisahnya dimulai dari mahasiswa kedokteran, Eijiro Saito, yang baru lulus dari universitas Eiroku dan menjadi dokter magang di rumah sakit universitas. Ceritanya berjalan dalam divisi-divisi kedokteran, dari bedah jantung, penyakit dalam, perawatan bayi, anak-anak.

(20)

Cuplikan hal 6-7, dan 13 edisi 1

Wisuda fakultas kedokteran universitas Eiroku. Prof. Kasukabe : “8 ribu orang....

tiap tahun 8 ribu orang lulus dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang..”

“dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut!. Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian!!” Seluruh mahasiswa kedoteran mengambil sumpah kedokteran. (hal 6-7). Suasana setelah selesai operasi :

Dekune : “hah...”

“aku benci kalau bisa menikmati makan setelah operasi. Ya kan Saito..?

kalau begini terus, aku akan kehilangan perasaan.” Saito : “apa maksud mu?

ingat, kita yang memegang kedokteran di Jepang!.” (hal 13). Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktek dokter, mengambil sumpah dan diberi tanggung jawab, Dr. Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Bahkan sampai-sampai waktu tidurnya dikurangi. Dr. Saito hanya tidur 2 jam sedangkan Dr. Dekune hanya 3 jam karena harus menyelesaikan tugas. Hal itu menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu. Nimmu adalah kewajiban untuk bertangung jawab terhadap pekerjaan.

(21)

negara Jepang khususnya dibidang kedokteran. Hal ini menceritakan Sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban terhadap kedokteran di negaranya sendiri yaitu Jepang, untuk menyelamatkan para pasien sejak mereka diberi sumpah dan ijin praktek. Kewajiban ini tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban ini disebut perilaku Gimu yaitu Chu karena kewajiban ini ditujukan untuk negara. Sehingga dapat disimpulkan peristiwa di atas menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu dan Chu.

Cuplikan hal 15-16 edisi 1. Suasana di rumah sakit Seido :

Profesor RS. Seido : “jadi begini Saito, ... hari ini saya minta bantuan mu kerja

sampingan di rumah sakit ini..”

Saito : “Eijiro Saito, 25 tahun, lulusan Universitas Eiroku,... Pertama kali tugas di rumah sakit ini..”

Profesor RS. Seido : “lulusan Eiroku ya..

Orang terbaik ya...”

Saito : “ya!

Saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater!”

Profesor RS. Seido : “karena ini hari pertama, akan ada satu dokter yang akan

(22)

Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa Saito berusaha untuk mempertahankan nama baik almamater, maksudnya nama baik universitas Eiroku yaitu bekerja dengan baik. Hal ini merupakan tindakan yang mencerminkan Giri terhadap nama baik, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda. Hal ini merupakan salah satu contoh Giri terhadap nama baik.

Black Jack artinya adalah lingkaran setan yang diibaratkan seperti nebula. Nebula adalah matahari yang sudah mati berubah menjadi magnet yang menyedot benda benda sekitarnya.

Black Jack adalah situasi atau kondisi tatanan masyarakat yang sudah salah dan sudah tidak mengikuti aturan budaya Gimu dan Giri, dan yang telah masuk kealamnya sangat sulit untuk keluar kembali. Sama halnya seperti Korupsi, Nepotisme, dan Korupsi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, pemerintahan dan khususnya di dunia pekerjaan. Sulit bagi mereka yang telah melakukan KKN untuk tidak melakukannya lagi. Situasi dan kondisi inilah yang dihadapi oleh Eijiro Saito sehingga dia berkata “Say Hello To Black Jack” yang artinya “katakan halo kepada Black Jack”. Saito menyapa atau berkenalan dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang sudah tidak mementingkan kepentingan masyarakat, melainkan diri sendiri.

(23)

berusaha menyelamatkan pasien, sehingga orang disekitarnya tergerak hatinya untuk ikut menyelamatkan pasien, meskipun masih ada pro dan kontra didalamnya. Dalam perilakunya Eijiro Saito menunjukkan adanya perilaku Gimu dan Giri dalam dirinya. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh pengarang dan tujuannya untuk melestarikan budaya Gimu dan Giri dan berharap para pembaca dapat meningkatkan atau melahirkan budaya Gimu dan Giri dalam diri masing-masing pembaca.

Dengan alasan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis membahas tentang Gimu dan Giri dalam komik “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 karya Syuho Sato.

1.2 Perumusan Masalah

Komik yang bejudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato menceritakan kisah permasalahan dunia kedokteran di Jepang. Mengungkapkan perjuangan seorang dokter magang dalam menyelamatkan pasien, kerja keras, membangun kepercayaan seorang pasien, dan menyelesaikan segala masalah yang ia hadapi di rumah sakit.

Dalam komik “Say Hello To Black Jack” banyak terdapat yang menunjukkan perilaku Gimu dan Giri oleh pelaku atau tokoh cerita. Perilaku gimu yang dimaksud adalah adanya rasa kewajiban untuk negara, hukum, dan kaisar, adanya kewajiban terhadap orang tua, terhadap orang yang bukan dikenal, tanggung jawab terhadap pekerjaan, Giri terhadap nama dan giri terhadap dunia.

(24)

di rumah sakit terbaik, universitas Eiroku. Selaku dokter yang masih magang, Eijiro Saito menerima gaji 38 Yen tiap bulannya. Eijiro Saito berasal dari keluarga sederhana. ayahnya bekerja sebagai guru SMP dan ibunya seorang petani. Saito sangat menyayangi orang tuanya yang selalu mendukung dalam mencapai cita citanya dan memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya, sehingga Saito bertekat untuk menjadi dokter yang baik dan hal itu ia raih dengan mendapatkan beasiswa dari universitas Eiroku. Dalam melaksanakan tugasnya Saito mengahadapi berbagai masalah. Saito selalu berusaha untuk menyelamatkan pasien. Bukan hanya itu Saito juga berusaha untuk meyakinkan pasien yang dulunya tidak percaya lagi terhadap rumah sakit Eiroku dan menjaga nama baik rumah sakit Eiroku. Hal ini menunjukkan adanya perilaku Gimu Dan Giri oleh Eijiro Saito sebagai dokter dalam melaksanakan tugasnya dan mempertahankan nama baik universitas Eiroku tempat Saito bekerja.

Pesan pengarang dalam komik “Say Hello To Black Jack” yaitu mengungkapkan budaya Gimu dan Giri dalam masyarakat Jepang dengan tujuan untuk melestarikan budaya tersebut. Diharapkan dapat membangkitkan budaya Gimu dan Giri dalam diri pembacanya.

(25)

akan dicari dari komik Jepang yang berjudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato.

Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti adalah :

1. Bagaimana konsep Gimu dan Giri dalam kehidupan masyarakat Jepang. 2. Bagaimana pencerminan Gimu dan Giri di dalam komik “Say Hello To

Black Jack” tersebut melalui interaksi para tokoh cerita.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

(26)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori A. Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan memiliki suatu aturan atau norma norma yang berlaku yang dijadikan sebagai konsep moral untuk melaksanakan hidup. Gimu dan Giri merupakan etika yang mendasari perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengenbalikan semua anugrah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain Benedict (1982 : 105).

Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban kepada kaisar, hukum, negara, kewajiban kepada orang tua nenek moyang dan kewajiban terhadap pekerjaan, Benedict (1982 : 125)

Gimu ini harus dibayar seseorang karena adanya ikatan yang kuat dan ketat pada saat Ia dilahirkan. Gimu yang dirasakan sebagai pemenuhan kewajiban-kewajiban berdasarkan hubungan akrab yang dialami seseorang sejak lahirnya. Benedit(1982:141)

Giri menurut Mattulada dalam skripsi Nur Afni (2005:10) adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima dan memiliki batas waktu.

(27)

sebenarnya tidak senang untuk melakukannya. Sedangkan adalah memikirkan keuntungan dengan bekerja (Situmorang,1995:56)

Giri bisa diartikan sebagai kewajiban sosial yaitu sebuah sebuah kewajiban yang bersifat etis dan moral yang mengharuskan orang Jepang untuk bersikap seperti yang diharapkan oleh masyarakat dalam hubungan dengan individu-individu lain, dengan siapa seseorang menjalin hubungan yang istimewa atau khusus.

Menurut kamus besar Jepang, adalah kebenaran, moralitas, kemanusiaan, integritas, keutuhan, kehormatan, kesetiaan, kesatriaan dan ketaatan. Sedangkan adalah alasan, akal, keadilan, kebenaran dan prinsip.

Jadi pengertian giri adalah rasa tanggung jawab, kehormatan, keadilan, kesopanan, dan berhutang budi, ( Andrew N Nelson 2006 : 725)

(28)

terhadap orang orang bukan keluarga, karena on yang diterima dari mereka, yaitu berupa uang.

Selain itu Giri adalah aturan pribadi yang merupakan naluri akan tugas, akan kehormatan yang memaksa mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban demi kebaikan ataupun kejahatan (De Mete, 1988 : 47).

B. Kerangka Teori

Teori meringkas hasil penelitian. Dengan adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah. Teori juga dapat memandu generalisasi-generlisasi satu sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan akan hubungan antar generaralisasi atau pernyataan (Nazir, 2006:20).

Teori Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu terdiri atas tiga kategori yaitu: Chu, Ko, dan Nimmu. Sedangkan Giri adalah utang yang wajib dibayar dalam jumlah yang tepat sama dengan kebaikan yang diterima, dan ada batas waktu pembayarannya. Giri terdiri atas dua kategori yaitu: Giri terhadap nama baik dan giri terhadap dunia, Benedict (1982:125).

(29)

kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannnya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.

Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1995 : 2-3) pengertian fiksi dapat diartikan sebagai “prosa naratif yang bersifat imajiner, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendratisasikan hubungan hubungan antar manusia.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan Semiotik. Pendekatan Semiotik adalah ilmu yang mempelajari lambang lambang. Sedangkan karya sastra merupakan sebuah lambang (Luxemburg 1984 : 44).

Lambang di dalam karya sastra adalah lambang bahasa yang mencerminkan sebuah nilai budaya. Sehingga kata-kata atau bahasa yang terdapat dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut disimbolkan sebagai tanda yang akan diinterpretasikan sebagai wujud refleksi dari adanya perilaku Gimu dan Giri dari para tokoh cerita.

(30)

dapat mengetahui perilaku Gimu dan Giri yang dilakukan pelaku cerita di dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui secara umum konsep Gimu dan Giri pada masyarakat Jepang

b. Untuk mengetahui bagaimana pencerminan perilaku Gimu dan Giri yang dilakukan oleh para tokoh cerita dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut.

2. Manfaat penelitian :

a. Bagi ilmu kesusastraan dapat mengetahui bahwa di dalam sebuah karya sastra terdapat sebuah nilai budaya dan nilai moral sebuah bangsa.

b. Bagi penulis mengetahui sejauh mana nilai budaya dan konsep moral dapat dicerminkan melalui sebuah karya sastra khususnya pada komik c. Bagi pihak-pihak yang sedang meneliti tentang konsep Gimu dan Giri ini

semoga dapat diambil sebuah bahan rujukan.

1.6 Metode Penelitian

(31)

Moh. Nazir menerangkan bahwa penelitian deskriptif mempelajari masalah–masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situas-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses–proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari satu fenomena (Nazir, 1988 : 84).

(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DEFENISI GIMU, GIRI, KOMIK, DAN PENDEKATAN SEMIOTIK.

Manusia adalah makhluk sosial. Kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain menuntutnya untuk berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Karena masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang mempunyai aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku yang dijadikan sebagai konsep moral untuk melaksanakan hidup. Maka Gimu dan Giri merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua anugerah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain.

2.1Konsep Gimu dan Giri 2.1 Konsep Gimu

Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimalpun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya, Benedict (1982:125). Dengan kata lain kewajiban ini tidah pernah dapat dilakukan sepenuhnya dan tidak pernah berakhir sepanjang hayat seseorang.

(33)

dibayar seseorang karena adanya ikatan-ikatan yang kuat dan ketat pada saat ia dilahirkan. Beberapa tindakan ketaatan tertentu mungkin dilaksanakan dengan enggan sekali, namun Gimu tidak pernah didefenisikan sebagai keengganan. Sehingga orang-orang menganggap tentang Gimu ini adalah pembayaran utang tanpa batas sehingga disebut “orang tidak pernah dapat membayar kembali sepersepuluh ribu dari On ini”.

Menurut Mattulada dalam Nur Afni, (2005:28) Gimu merupakan sekumpulan kewajiban atau tugas yang dipunyai seseorang sejak kelahirannya samapai kepada kematiannya untuk dilaksanakan tanpa batas dan tanpa akhir. Gimu merupakan suatu bentuk kewajiban atau tugas kepada lingkungan keluarga terdekat, kepada penguasa yang menjadi simbol negerinya yang telah mengikat kesetiaannya semenjak seseorang itu lahir dalam lingkungan keluarga dan bangsanya.

(34)

Jenis gimu diatas adalah jenis Gimu tanpa syarat. Jenis kewajiban Gimu ada tiga yaitu: Chu, Ko dan Nimmu.

A. Chu

Chu adalah salah satu jenis kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar, hukum dan negara. Kewajiban Gimu Chu adalah konsep balas budi dari pengikut terhadap tuan, bukan balas budi terhadap orang tuanya. Dalam zaman edo konsep Chu adalah balas budi bushi terhadap tuan, balas budi tuan terhadap shogun, sehingga konsep Chu ini bertumpuh ditangan shogun, Situmorang (1995:67).

Benedict (1982:133) mengatakan bahwa konsep Chu adalah pemimpin sekuler yaitu shogun. Kesetiaan pada shogun sering bertentangan dengan kesetiaan bushi kepada tuan. Kesetiaan pada shogun dirasakan sesuatu yang terpaksa sehingga dikatakan terasa dingin, tidak sehangat kesetiaan terhadap tuan. Oleh karena itu orang Jepang berpendapat bahwa patuh pada hukum merupakan pembayaran kembali atas utangnya kepada kaisar.

B. Ko

(35)

kepala keluarga untuk mencari nafkah kepada anak-anaknya, mendidik putra-putranya dan adik-adik lelakinya mengurus pengolahan tanah keluarga, memberikan tempat berlindung kepada sanak keluarga yang memerlukan.

C. Nimmu

Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan. Yang dimaksud disini adalah bertanggung jawab atas pekerjaan yang di tugaskan kepadanya sampai tuntas. Mengutamakan kepentingan umum dibandingkan kepentingan individu atau perseorangan. Contoh perilaku yang mencerminkan adanya budaya Gimu khususnya di Jepang adalah karoshi. Karoshi adalah mati karena bekerja berlebihan atau overtime working. Para karyawan melakukan karoshi ini adalah karena mereka merasa berkewajiban atau merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas demi perusahaan mereka.

2.1.1 Konsep Giri

Pengertian Giri bila dilihat dari karakter kanjinya dibagi menjadi Gi dan Ri, yaitu Gi ( ) adalah kebenaran, moralitas, kemanusiaan, integritas, keutuhan, kehormatan, kesetiaan, kesatriaan dan ketaatan. Sedangkan adalah alasan, akal, keadilan, kebenaran dan prinsip. Jadi secara harafiah pengertian giri adalah rasa tanggung jawab, kehormatan, keadilan, kesopanan, dan berhutang budi, ( Andrew N Nelson 2006 : 725)

(36)

pepatah orang Jepang adalah “sesuatu yang paling berat untuk ditanggung”. Kemudian Ruth Benedict mengatakan Giri bagi orang Jepang adalah yang paling berat.

Selanjutnya dari segi pertukaran, Giri mempunyai batasan yanng lebih jelas dari Gimu. On yang berlaku diantara dua pihak yang memiliki hubungan yang hierarkis dalam pengembaliannya tidak mengenal batas. Sedangkan Giri merupakan kewajiban untuk mengembalikan semua anugrah yang pernah diterima dengan nilai yang sama persis. Sehingga pemenuhan kewajiban Giri yang kurang dari nilai yang diterima menyebabkan seseorang dicap sebagai orang yang tidak tahu Giri. Sehingga orang Jepang berusaha sebisa mungkin untuk menghindari celaan yang ditakuti, “orang yang tidak tahu giri”.

Jepang mengagungkan tema balas dendam sama seperti mengagungkan kesetiaan sampai mati. Dan keduannya adalah giri; kesetiaan adalah giri kepada penguasa dan pembalasan dendam atas suatu penghinaan adalah giri kepada nama baiknya sendiri. Di Jepang, kedua giri itu adalah dua sisi dari perisai yang sama.

Meskipun demikian, sekarang cerita-cerita lama tentang kesetiaan itu merupakan impian di siang hari yang menyenangkan bagi orang jepang, karena “membayar kembali giri” tidak lagi berupa kesetiaan kepada penguasa seseorang yang sah, melainkan memenuhi segala macam kewajiban terhadap berbagai macam orang.

(37)

mengungkapkan hadirnya suatu keengganan dan kepatuhan hanya “demi kesopanan”, seperti dikatakan kamus bahasa jepang.

Peraturan–peraturan giri hanyalah merupakan peraturan–peraturan pembayaran kembali yang wajib, peraturan-peraturan itu bukan seperangkat peraturan moral seperti sepuluh perintah Tuhan. Kalau seseorang dipaksa dengan giri, maka dianggap bahwa ia mungkin harus mengesampingkan rasa keadilannya dan sering berkata, “saya tidak dapat berbuat benar (gi) karena giri” peraturan– peraturan giri juga tidak ada sangkut–pautnya dengan “cintailah sesama seperti engkau mencintai dirimu sendiri; peraturan–peraturan itu tidak mengharuskan orang untuk berbuat baik dari dalam hatinya. Mereka mengatakan bahwa orang harus melakukan giri, karena, “kalau tidak, maka ia akan disebut orang yang idak tahu giri dan ia akan dibuat malu di depan umum.” Yang membuat giri ditaati adalah apa kata orang tentang itu. Dan memang “giri terhadap dunia” sering muncul dalam terjemahan inggris dengan “sejalan dengan pendapat umum”, dan kamus menerjemahkan kalimat “memang harus begitu karena itu adalah giri terhadap dunia” dengan “orang tidak menerima tindakan yang lain”.

(38)

ditangguhkan melewati batas waktu jatuh temponya, utangnya bertambah besar seakan-akan terkena bunga.

Seseorang yang “dipojokkan dengan giri” sering terpaksa membayar kembali utang–utang yang semakin membesar dengan berlalunya waktu. Giri memiliki dua pembagian yang jelas yaitu giri terhadap dunia dan giri terhadap nama baik.

A. Giri Terhadap Dunia

(39)

B. Giri Terhadap Nama Baik

Giri terhadap nama sendiri adalah kewajiban untuk tetap menjaga kebersihan nama dan serta reputasi seseorang dari noda fitnah. Giri yang ini adalah sederetan kebajikan, yang beberapa diantarannya seakan-akan saling bertentangan dalam pandangan orang barat, tetapi dalam pandangan orang Jepang mempunyai kesatuan, karena merupakan kewajiban-kewajiban yang bukan pembayaran kembali terhadap kebaikan yang telah diterima, kewajiban-kewajiban itu berada diluar lingkup On. Kewajiban-kewajiban itu adalah tindakan–tindakan yang tetap menjaga reputasi baik seseorang tanpa mendasarkannya pada suatu utang tertentu yang sebelumnya dipunyai orang itu terhadap orang lain. Karena itu, tercakup didalamnya melaksanakan segala macam persyaratan etiket menurut “tempat seseorang sesuai”, misalnya, kalau merasa sakit sama sekali tidak memperlihatkannya dan mempertahankan reputasi dalam profesi dan keahlian. Giri dalam nama juga menuntut tindakan-tindakan yang yang menghilangkan noda atau cela; noda itu mengotori nama seseorang dan karena itu harus dihilangkan. Noda itu dapat memaksa seseorang untuk membalas dendam kepada orang yang merugikan namanya atau memaksa seseorang untuk melakukan bunuh diri, dan diantara kedua ekstrem ini terdapat segala macam kemungkinan tindakan, benedict (1982:152).

(40)

“dunia ini miring” selama suatu penghinaan, noda atau kekalahan tidak dapat dibalas atau dihilangkan. Dimana saja kebajikan untuk menghilangkan noda atau kehormatan seseorang ini diagungkan baik di Jepang maupun di negara barat. Intinya kebajikan itu dinilai lebih tinggi dibandingkan keuntungan material manapun. Kalau orang mengorbankan miliknya, kelurganya dan hidupnya sendiri demi kehomatan, maka ia adalah orang bajik. Giri terhdap nama juga mencakup banyak tingkah laku yang tenang dan terkendali, yaitu dengan tidak memperlihatkan perasaan, serta mempertahankan harga diri. Harga diri adalah salah satu wujud dari giri terhadap nama. Contohnya wanita tidak boleh menjerit ketika melahirkan bayinya, pria harus mengatasi rasa sakit dan bahaya, kalau banjir melanda sebuah desa di Jepang , maka setiap orang yang mempunyai harga diri , mengumpulkan barang-barang yang bisa ia bawa dan mencari tempat yang lebih tinggi, tidak ada teriakan-teriakan, tidak ada mondar-mandir dan tidak ada kepanikan. Tingkah laku demikian itu adalah bagian dari rasa hormat seseorang terhdap dirinya sendiri, meskipun diakui orang tersebut tidak menjiwainya.

Harga diri bagi bangsa Jepang memberi kesadaran pada diri mereka bahwa mereka harus hidup sesuai dengan tempatnya. Orang yang bisa menghargai diri sendiri adalah orang yang mampu memisahkan antara melakukan tidakan yang sesuai dengan apa yang diharapkan dengan melakukan sesuatu yang tidak diharapkan. Jadi Giri terhadap nama juga mewajibakn sessorang untuk hidup sesuai dengan tempat dalam hidup ini. Kalau orang gagal dalam Giri terhadap nama ini, makan ia tidak berhak menghormati dirinya sendiri.

(41)

mempertaruhkan giri terhadap namanya ketika ia meminta pinjaman, satu generasi yang lalu dikatakan orang lain bahwa “saya setuju untuk ditertawakan didepan umum kalau saya gagal membayar kembali jumlah ini.” Kalau ia gagal, ia tidak secara harafiah dijadikan bahan tertawaan umum; di Jepang tidak ada tiang cacian umum. Tetapi menjelang tahun baru, yaitu tanggal jatuh tempo semua utang, orang yang tidak membayar utang itu, mungkin melakukan bunuh diri untuk membersihkan namanya.

Sifat membela diri di Jepang, adalah suatu kebijaksanaan yang juga merupakan tata krama universal untuk tidak mengatakan terus terang kepada seseorang bahwa ia telah membuat suatu kesalahan profesional.

Kepekaan ini terutama sangat terlihat dalam situasi–situasi dimana seseorang telah dikalahkan oleh orang lain. Umpamanya, bahwa orang lain lebih diutamakan untuk suatu pekerjaan, atau bahwa yang bersangkutan telah gagal dalam ujiannya. Orang yang kalah “menyandang malu” untuk kegagalan itu. Berbagai jenis tata krama diatur untuk menghindarkan situasi-situasi yang dapat menimbulkan rasa malu dan yang mungkin menyangkut giri seseorang terhadap namanya.

(42)

2.2 Komik

2.2.1Defenisi Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku

Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik

sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide".

(43)

Dalam bahasa Jepang komik disebut dengan manga. Orang yang membuat manga disebut dengan mangaka. Jenis-jenis komik dilihat dari segi genre adalah sebagai berikut :

a. Shonen

Shonen adalah sebutan untuk anime atau manga khusus bagi laki-laki. Genre ini mencakup tema yang lebih luas dan karakternnya keras dan penuh aksi.

b. Shoujo

Shoujo adalah genre dari manga atau anime yang ditujukan untuk perempuan remaja. Biasanya komik ini lebih mengarah ke perasaan dan drama antar karakternya.

c. Shonen-ai

Shonen-ai adalah genre dari manga atau anime yang bertemakan percintaan antara laki-laki. Genre-nya romantis tapi tanpa ada unsur seksual.

d. Yaoi

Yaoi adalah genre manga atau anime yang fokus pada hubungan homoseksual antara karakter laki-laki pada umumnya eksplisit secara seksual.

e. Shoujo ai

Shoujo ai adalah genre manga atau anime yang bertemakan percintaan antara perempuan. Genrenya romantis tapi ada unsur seksual.

(44)

Yuri adalah genre manga atau anime yang fokus pada hubungan percintaan antara sesama wanita pada umumnya eksplisit secara seksual. Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar. Gagasan dan gambar menjadi semakin kompleks dengan banyaknya simbol yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pembacanya. Sekarang komik tidak hanya untuk mengisi dan menambah imajinasi saja, tetapi juga dapat memberitahukan sejarah, perekonomian, keadaan masyarakat, budaya, nilai-niali sosial, dan bahkan bisa menjukkan keadaan geografi suatu daerah. Misalnya komik Samurai Deeper Kyo, walaupun hanya sebuah karangan fiksi, tetapi karena ada unsur sejarahnya, maka komik itu dapat menunjukan keadaan Jepang saat setelah adanya perang Sekigahara.

(45)

misalnya berisi mengenai kehidupan berkeluarga, kehidupan wanita maupun pria, karir di tempat kerja. Ini menunjukan bahwa komik semakin banyak digemari dan semakin memasyarakat. Perkembangan ini tentu saja membuat berbagai negara-negara di dunia untuk membuat komik yang berkualitas tinggi dan mengekspornya ke negara lain untuk meningkatkan pendapatannya. Negara-negara yang telah mempunyai industri komik besar adalah Jepang, Amerika, Hongkong dll.

Manga merupakan sebutan untuk komik di Jepang. komik Jepang yang paling tua dan terkenal pertama kali ditemukan di gudang shooshooin di Nara yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah manusia dengan mata yang keluar dan melotot dalam bentuk Fusakumen, ada juga karikatur yang disebut Daidaron, menggambarkan mata yang terbelalak dan orang berjenggot. Ada juga karikatur yaiu gambar yang terdapat pada langit-langit kondoo (gedung utama) kuil Budha

Hooryuuji pada abad ke-7 dan panggung bangunan Barhma dan Indra di kuil

Tooshoodaiji pada abad ke-8. Dalam gambar komik ni terdapat unsur-unsur

religius dan nilai-nilai tradisi.

(46)

Pada abad ke-12, terdapat gulungan surat bergambar yang terkenal disebut

Shigisan Engi Emaki, menggambarkan gerakan yang dinamis. Dalam gambar

tersebut terdapat adengan pendeta Budha Myoren membuat sebuah panci ajaib terbang ke udara dan membawa gudang beras orang kaya ke puncak gunung.

Kemudian pada zaman Kamakura, (1185-1333) seiring dengan perkembangan agama budha, komik juga terlihat pad gulungan surat bergambar seperti Jigoku Zooshi dalam bentuk adengan gambar neraka dan dalam bentuk penderitaan, yang memperlihatkan adengan yang berhubungan dengan kematian.

Di zaman Edo (1603-1867) pertumbuhan kebudayaan populer memberian semangat baru dalam komik yang merebut daya tarik lebih besar dalam bentuk buku cetakan blok kayu, seperti pada lukisan Ootsure-e yang dibuat dengan tekanan kuasyang kasar, lukisan Toba-e dengan sindirannya terhadap manusia.

Istilah komik pertama kali digunakan oleh pelukis Ukiyo-e yang terkenal yaitu Hokusai Katsushika. Pada zaman Showa (1926-1989) yang dikenal juga abad manga anak-anak, dimana saat itu manga mmulai berkembang pesat, dalam selang waktu satu tahun telah diterbitkan sekitar 500 juta manga. dari prestasi yang dicapai ini Jepang bisa dibilang sebagai “kerajaan manga” yang mulai bangkit setelah melewati masa perang lewat manga anak-anak.

(47)

Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang.

Karena pada mulanya komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi dari Walt Disney maka saat itu para penggemar komik Jepang adalah anak-anak. Namun pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak laki-laki yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang hanyalah komik saja, belum ada anime (sebutan untuk film animasi di Jepang) dan tentu saja belum ada game komputer. Sepuluh tahun kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, Manga Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968) dan Big Comic (1967). Pembaca komik yang usianya kurang lebih sembilan tahun pada tahun 1959, maka pada saat itu (tahun 1967) mereka telah berumur kurang lebih delapan belas tahun dan telah masuk masa remaja sehingga mereka mau membaca komik yang cocok dengan usia dan selera mereka.

Kemudian dari tahun ke tahun komik Jepang terus berkembang dengan munculnya mangaka-mangaka baru yang menghasilkan genre-genre baru yang lebih variatif dan menarik, seperti Gundam, One Piece, Naruto, Bleach, Slam Dunk dan lain-lain.

(48)

Misalnya ada Shonen Magazine dan Shonen Jump, kedua-duanya mempunyai eksemplar jutaan dan majalah komik yang paling besar di Jepang. Shonen artinya artinya anak laki-laki, berarti shonen manga artinya komik untuk anak laki-laki usia SD dan SMP. Ada juga Nakayoshi (artinya sahabat) dan Shojo Comic, majalah ini diterbitkan untuk anak perempuan usia SD dan SMP. Untuk para remaja diterbitkan juga majalah Young Comic dan Young Jump. Masih ada penggolongan lainnya yaitu Ladies Comic yaitu komik untuk perempuan yang usianya kira-kira 20-30 tahun dan ada juga majalah dewasa umum, yaitu majalah komik yang diterbitkan khusus dewasa dan remaja yang usianya di bawah 18 tahun tidak diperbolehkan untuk membelinya.

(49)

2.2.2 Setting komik “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato

Setting atau latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerit termasuk didalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat peristiwa cerita waktu, suasana maupun periode sejarah.

A. Latar Tempat

Latar tempat menjelaskan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang digunakan mmungkin berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 adalah sebagai berikut:

1. Universitas Eiroku

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Wisuda fakultas kedokteran universitas Eiroku...” (Hal 6 chapter 1 Edisi 1)

2. Rumah Sakit Universitas Eiroku

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Sudah tiga bulan sejak lulus dari Universitas Eiroku aku magang di rumah sakit universitas ini” (Hal 11 chapter 1 Edisi 1).

(50)

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Rumah sakit Seido, tempat tidur ada 120. Rumah sakit berskala besar yang menopang daerah sini” (Hal 19 chapter 1 Edisi 1).

4. Di perempatan jalan raya

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Pria berumur 60 tahun pingsan tertabrak di perempatan!!” (Hal 24 chapter 1 Edisi 1)

5. Ruang operasi

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Kalau sudah siap, segera ke ruang operasi! Nanti saya jelaskan kalu sudah berkumpul semua.” (Hal 71 chapter 2 Edisi 1).

6. Rumah

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Sampai di rumah ada kartu pos dari tempat aku bekerja sampingan dulu”. (Hal 100 chapter 3 Edisi 1).

7. Pemandian air panas Atami

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Pertemuan perkumpulan dokter bedah pertama universitas Eiroku ke-91 di pemandian air panas Atami”. (hal 151 chapter 5 Edisi 1).

(51)

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “ rumah saya ada di shinano machi” (Hal 186 chapter 6 Edisi 1).

9. Bukit

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Dasar! Kenapa bikin rumah sakit diatas bukit seperti ini? Bis juga datang 30 menit sekali” (Hal 102 Chapter 7 Edisi 1).

10. Di depan stasiun

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Ada klub malam bernama K di depan stasiun” ( Hal 34 chapter 7 Edisi 2).

11.Rumah sakit Minami Rinkan

Hal ini terlihat jelas pada pada gambar pada saat Eijiro Saito menemui Dr. Kita.

(Hal 119 chapter 13 Edisi 2).

12.Kokubunji

Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Michiba kalau kau tak mau mengangkat telepon, aku akan ke tempatmu di Kokubunji” (Hal 43 chapter 18 Edisi 2).

(52)

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya dapat dihubungkan dengan waktu faktual atau waktu yanng ada kaitanya dengan sejarah.

Latar waktu pada cerita ini dimulai dengan suasana upacara wisuda mahasiswa fakultas kedokteran universitas Eiroku pada saat direkturnya melakukan pidato disiang hari. Hal ini dapat dilihat pada hal 6 sampai 7 chapter 1 edisi 1 yang mennyatakan: “8 ribu orang tiap tahun, 8 ribu orang lulus dari fakultas kedokteran di seluruh Jepang. dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut! Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian”.

Latar waktu yang menyatakan bulan juga terdapat dalam cerita ini. Hal ini dapat dilihat pada kalimat : “Sudah 3 bulan sejak lulus dari universitas Eiroku, aku magang di rumah sakit universitas ini”. Hal 11 chapter 1 edisi 1.

Latar waktu yang menggunakan tahun juga ada, Hal ini dapat dilihat pada kalimat : “Untuk jadi dokter, harus kuliah 6 tahun dan lulus ujian negara”. Hal 12 chapter 1 edisi1.

Latar waktu hari dan jam dapat dilihat pada kalimat: “Tiap hari bekerja rata-rata 16 jam”. Hal 14 chapter 1 edisi 1.

(53)

Latar waktu minggu dapat dilihat pada kalimat : “Sudah seminggu sejak malam itu aku belum menemukan jawabannya”. Hal 65 chapter 1 edisi 1.

Latar waktu yang menunjukkan pagi hari dapat dilihat pada kalimat: “pukul 1 lewat 20 menit dini hari, tubuh tuan Kaneko (75 tahun) menjadi aneh, denyut jantungnya berhenti”. Hal 114 chapter 3 edisi 1.

Latar waktu yang menunjukkan siang hari terlihat pada kalimat berikut : “Sudah makan siang Saito?”. Hal 12 chapter 8 edisi 2.

2.3Pendekatan Semiotik

Ilmu tanda–tanda menganggap fenomena masyarakat dan kebudayaan sebagai tanda–tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan–aturan dan konveksi-konveksi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam pandangan semoitik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna.

(54)

Hoed dalam Burhan, (1995:40) mengungkapkan semiotik adalah ilmu atau metode analitis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dll. Jadi, yang dapat menjadi tanda bukan bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melengkapi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa sebuah sistem tanda yang lengkap dan sempurna. Tanda–tanda itu dapat berupa gerakan anggota tubuh, yaitu gerakan mata, mulut, bentuk lisan, warna bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian dan karya seni yang berada di sekitar kita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda–tanda dan ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial dan kebudayaan merupakan sebuah tanda. Kemudian semiotik mempelajari sebuah sistem-sistem, aturan-aturan, konveksi-konveksi yang memungkinkan tanda- tanda tersebut mempunyai arti. Di dalam ilmu semiotik, tanda memiliki dua aspek yang penting yaitu penanda (signifer) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalannya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda iu yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti : “orang yang melahirkan kita”.

(55)

Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan persamaan, misalnya, gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potert menandai orang yang dipotert, gambar pohon menandai pohon.

Indeks adalah tanda yang ditunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya. Misalnya, asap menandai api, alat penanda angin menunjuk arah angin.

Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau maunya) arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. “ibu” adala simbol artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (indonesia), orang Inggris menyebutnya mother, perancis menyebutnya Lam mere, dsb (Rachmat, 2001:71).

2.4 Biografi Pengarang

Syuho Sato merupakan salah satu komikus Jepang. Syuho Sato lahir pada tanggal 12 agustus 1973. Bertempat tinggal di Ikeda, Nakagawa, Hokkaido, Japan. Hasil karya Syuho Sato adalah Say Hello To Black Jack, Serial ini Syuho Sato mendapat penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada 2002 dan Manga Artist Society memilih karya ini sebagai Manga Terbaik 2004.

(56)

BAB III

“GIMU” DAN “GIRI” DALAM KOMIK “SAY HELLO TO BLACK JACK”

EDISI 1-4

3.1Ringkasan Cerita

Say Hello To Black Jack adalah cerita mengenai permasalahan dunia kedokteran di Jepang, khususnya di universitas Eiroku. Pemeran utamanya bernama Eijiro Saito. Eijiro Saito adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran universitas Eiroku yang baru saja lulus dan langsung magang di rumah sakit universitas.

Dokter magang pada dasarnya adalah pelatihan. Untuk menjadi dokter, harus kuliah 6 tahun dan lulus ujian negara. Tetapi ujian negara isinya hanya teori kedokteran, sama sekali tidak ada ujian praktek. Makanya sebagian besar yang sudah mendapat ijin, magang di rumah sakit universitas.

Di rumah sakit negeri para dokter magang bekerja rata-rata 16 jam tiap hari dan diberi gaji 38 ribu Yen setiap bulan, sedangkan di rumah sakit swasta membayar dokter magangnya dibawah 100 ribu Yen. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidup Eijiro Saito bekerja sambilan di rumah sakit Seido. Satu malam Saito mendapat gaji 80 ribu Yen.

(57)

“Hebat rumah sakit ini tidak pernah menolak pasien”

“Jangan bicara seperti orang bodoh, dengar”.. sahut Dr. Ushida.

“Tindak penanganan dokter itu dihitung dengan sistem poin, enema (pemompa perut) 42 poin, pengambilan darah 12 poin, jumlah poin tersebut dibayar pasien lewat asuransi kesehatan. Satu poin 10 yen. Beda dengan kecelakaan... biaya pengobatan bukan dari asuransi kompensasi korban kecelakaan. Disebut ‘pemeriksaan bebas’. Maksudnya dokter bebas memutuskan berapa biaya satu poin atau ‘one poin unit’. Di rumah sakit ini satu poin nilainya 40 yen. 4 kali lipat dari biasanya dan pasien di rumah sakit adalah hanya korban lalu lintas saja. Semua ini soal uang, bukan pelayanan masyarakat”, Dr.Ushida menjelaskan.

Saito menceritakan tentang kerja sambilannya itu pada temannya Dr. Dekune. Saito merasa uang 80 ribu yen yang diterimanya tidak pantas diterima, karena tidak ingin jadi manusia kotor. Namun Dr. Dekune yang juga merupakan dokter magang mengatakan bahwa Saito pantas menerima uang itu karena uang itu adalah hasil kerjanya. Dekune juga mengatakan bahwa sewaktu ujian masuk universitas memilih jurusan kedokteran hanya sekedar iseng dan agar dikatakan yang terbaik, padahal sebenarnya dia tidak ingin jadi dokter. Mendengar itu muncul di benak Saito sebuah pertanyaan, “dokter itu sebenarnya apa?”.

(58)

pasien korban kecelakaan, pasien itu mengalami luka parah dan seluruh tulang badannya patah, kalau tidak segera dioperasi pasien akan meninggal. Dr. Saito kebingungan karena belum pernah melakukan operasi besar terlebih sendirian. Gugup, bingung apa yang harus dilakukan, takut melakukan kesalahan, sehingga mendorongnya untuk menelepon Dr. Ushida, namun tidak diangkat sama sekali. Saito semakin ketakutan dan terpaku di sudut ruangan. Melihat itu kepala perawat menelepon Profesor untuk segera datang menyelamatkan pasien.

Menurut hasil angket dari 79 rumah sakit universitas di seluruh Jepang, yang melarang dokter magang bekerja sampingan tak lebih dari 2%. Dokter magang yang bekerja sampingan, 80% nya pernah piket sendirian. Terlebih lagi, lebih dari 90% dokter magang yang piket sendirian mengaku pernah mengalami kecemasan saat bertugas. (dari angket lembaga independen mahasiswa kedokteran Jepang).

Profesor datang menemui Saito setelah selesai melakukan operasi.

“Maaf,... bagaimana pasiennya?” Saito langsung bertanya masih dalam keadaan ketakutan.

“Kenapa tidak dioperasi? Kalau dibiarkan juga bisa mati, kalaupun tahu bakal mati, bedah saja perutnya”. Jawab Profesor.

“Tapi kalau gagal, berarti saya membunuhnya” sahut Saito.

“Lebih baik dari pada tidak melakukan apa-apa, kau telah membiarkannya mati.” Kata Profesor lagi.

(59)

“Lalu? Aku menyelamatkan nyawanya, apa salahnya aku mengambil uangnya? Lagipula apa hubungannya antara aku ingin uang dengan kau tidak melakukan operasi? Kau itu dokter, tak peduli masih baru atau belum berpengalaman, bagi pasien kamu tetap dokter. kalau gagal membunuh katamu? Kalau boleh jujur, yang salah itu orang yang mennyebabkan kecelakaan, lakukan saja operasi, jagan berargumen seolah-olah mengatakan kebenaran! Benar itu lemah dan kuat itu buruk. Sesaat setelah mendapatkan izin praktek dokter, kau bukan lagi manusia biasa. Kau adalah dokter! kuatkan dirimu” jawab Profesor itu menjelaskan.

Eijiro Saito langsung menceritakan kejadian tersebut kepada Dr.Ushida. Dr. Ushida menasehati Saito yang telah melakukan kesalahan dan telah salah menilai Profesor itu. Walaupun memang benar demikian namun pada kenyataanya Profesor itu telah banyak menyelamatkan nyawa manusia. Contohnya pasien yang seharusnya dioperasi oleh Dr. Saito telah selamat dan akhirnya sembuh. Setelah kejadian itu Saito merasa bersalah, mengurung diri di kamar dan berusaha mencari jawaban “apakah sebenarnya dokter itu?”. Namun belum menemukan jawaban.

(60)

belut”. Selebihnya dikerjakan oleh dokter magang dan Dr. Takahisa Shiratori sebagai supervisor mereka. Dr. Takahisa Shiratori mengatakan Prof. Kasukabe turun tangan karena telah menerima 1 juta yen dari keluarga pasien.

Saito bertanggung jawab untuk merawat pasien yang baru saja selesai di operasi. Toshio Kaneko 75 tahun. Keadaannya stabil namun kemungkinan untuk sadar dari komanya sangat kecil.

“Pertama kalinya aku resmi menangani pasien. Tugasku melindungi jiwa orang ini. Nyawa orang ini ada di tanganku. Ini ujian, ujian untuk menentukan bisa tidaknya aku menjadi dokter”. Batin Dr. Saito dalam hati sembari teringat akan pesan Profesor rumah sakit Seido. Dia berusaha sungguh-sungguh meski senantiasa berhadapan dengan dunia kedokteran Jepang yang kontradiktif dengan bayangannya selama ini.

Dr. Saito mencatat perkembangan pada tuan Kaneko, Dr. Saito melihat bahwa tuan Kaneko tidak mengeluarkan air seni, akibatnya kadar urea dalam tubuh pasien meningkat dapat memperlambat kesembuhan pasien. Dr. Saito hendak melakukan dialisis selaput perut namun dilarang ole Dr. Shiratori karena menurutnya hal itu sia-sia dan menghamburkan anggaran pengobatan negara. Dr. Shiratori juga mengatakan bahwa Profesor memerintah melakukan operasi hanya untuk mendapat uang satu juta yen dari keluarga pasien. Pihak rumah sakit bahkan menghentikan penanganan terhadap pasien yang bernama tuan Kaneko. “Pengobatan yang sia-sia itu musuh masyarakat” , kata Dr. Shiratori.

(61)

terhadap tuan Kaneko. Dr. Saito berprinsip meskipun kemungkinan sembuhnya tinggal 1% pun, menghentikan pengobatan dengan alasan apapun tetap salah.

Penanganan kembali dibuka, dan keluarga tuan Kaneko kembali datang menjenguknya. Beberapa hari kemudian tuan Kaneko meninggal dunia di umur 75 tahun. Keluarga datang mengucapkan terima kasih pada dokter.

Pada bulan September Dr. Saito melanjutkan pelatihan magangnya di divisi penyakit dalam. Pasien yang ditangani oleh Dr. Saito adalah Kazuo Miyamura 38 tahun, memiliki penyakit jantung koroner yang tidak stabil. Sebenarnya pasien ini harus segera dioperasi, namun tidak bisa segera dilakukan karena harus mendapat persetujuan dari pihak divisi bedah jantung dan mereka juga yang menentukan kapan waktunya pasien tersebut dioperasi. Karena kerlambatan operasi sehingga tuan Miyamura mengalami komplikasi sirosis atau pengerasan hati. Persentse keberhasilan operasi tuan Miyamura sangat rendah.

Pihak rumah sakit tidak memperbolehkan Dr. Saito untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya kepada pasien ,hal itu membuat tuan Miyamura tidak percaya kepada Dr. Saito. Saat Dr. Saito menjenguk tuan Miyamura, Dr. Saito membuka pembicaraan.

“anda kelihatan kurus ya... saya akan menganti infus heparin dan memberi nitroglycerin. Kalau ada apa-apa, bilang saja”.

(62)

pemakaman sudah selesai. Ayah sudah menjadi tulang, akupun sebentar lagi pasti seperti itu kan dokter?”.

Mendengar itu Dr. Saito menangis sambil mengatakan sebenarnya bahwa sebenarnya tuan Miyamura harus segera dioperasi, operasi terlambat karena pihak rumah sakit berindak seenaknya, karena sirosis hati tuam Miyamura semakin parah maka operasi jadi berbahaya”.

Dr. Saito keluar dari ruangan pasien dan saat itu juga supervisornnya mengatakan bahwa hari ini adalah hari terakhir dia merawat tuan Miyamura karena tuan Miyamura akan dipindahkan ke divisi bedah jantung. Saito semakin bingung bagamana cara untuk menyelamatkan pasien ini dan mengembalikan kepercayaannya.

(63)

taksi ke staiun K, tempat Dr. Kita. Akagi memberikan 14 ribu yen dan telah menghubungi Dr. Kita, dokter yang akan ditemui oleh Dr. Saito.

Dr. Saito memohon agar Dr. Kita mau mengoperasi tuan Miyamura. Pada awalnya Dr. Kita menolak untuk melakukannya namun karena kegigihan Dr. Saito Dr. Kita memenuhi permintaan Dr. Saito.

Keesokan harinya tuan Miyamura dipindahkan ke divisi bedah jantung. Dr. Saito merasa bersalah tidak bisa menyelamatkannya. Karena Dr. Saito bukan lagi dokter tuan Miyamura. Setelah beberapa hari di ruang divisi bedah jantung tuan Miyamura dengan keinginan sendiri keluar dari rumah sakit. Mendengar hal itu, Dr. Saito bersedia untuk mecarikan dokter yang berkualitas yang akan mengoperasi tuan Miyamura. Tuan Miyamura yang pada awalnya tidak mempercayai Dr. Saito kini kembali mepercayaainya.

Dr. Saito kembali menghubungi Dr. Kita dan mempertemukan dengan tuan Miyamura. Dr. Kita bersedia melakukan operasi. Setelah dioperasi, hasilnya tuan Miyamura dapat sembuh kembali dan tersenyum. Kemudian mereka berfoto bersama. Dua hari kemudian Dr. Saito kembali kerumah sakit Eiroku untuk bekerja. Namun sebelumnya Dr. Saito mohon maaf pada semua teman sekerja dan kepada profesor divisi bedah jantung karena selama dua hari tidak masuk kerja. Dr. Saito mengira dia bakal dipecat oleh pihak universitas namun ternyata tidak. Dia masih diperbolehkan bekerja.

(64)

kembar cacat meminta Dr. Takasago dan Dr. Saito untuk membiarkan anak mereka mati. Anak yang dilahirkan menderita down syndrome. Saito tidak setuju dengan Dr. Takasago yang menyerah untuk membujuk orang tua bayi. Orang tua yang ditekan oleh pengobatan kemandulan, perawatan bayi prematur, kelainan tubuh. Pada akhirnya karena kerja keras Dr. Takasago dan Dr. Saito, kedua orangtuanya akirnya menerima keberadaan anaknya dan mau berjanji akan melindungi serta membahagiakan anaknya. Namun sebelumnya anak kembar yang paling sulung meninggal dunia.

3.2Perilaku Gimu dan Giri dalam Komik “Say Hello To Black Jack” Cuplikan 1 ( Hal 6-9, dan 12 edisi 1)

Wisuda fakultas Universitas Eiroku : Prof. Kasukabe : “8 ribu orang.

Tiap tahun 8 ribu orang lulus dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang. Dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut!.

Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian!!” Dr. Dekune : “Kau ngantuk ya Saito?”

Dr. Saito : “Ya, baru saja selesai piket, aku sudah 24 jam disini sejak kemarin pagi.”

Dr. Dekune : “Aku juga. Bantu percobaan Profesor, tidur Cuma tiga jam.”

(65)

Suasana setelah selesai operasi : Dr. Dekune : “hah...”

“aku benci kalau bisa menikmati makan setelah operasi. Ya kan Saito..?

kalau begini terus, aku akan kehilangan perasaan.” Dr. Saito : “apa maksud mu?

ingat, kita yang memegang kedokteran di Jepang!.” (Hal 12). Analisis

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktek dokter, mengambil sumpah dan diberi tanggung jawab, Dr. Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Bahkan sampai-sampai waktu tidurnya dikurangi. Dr. Saito hanya tidur 2 jam sedangkan Dr. Dekune hanya 3 jam karena harus menyelesaikan tugas. Hal itu menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu. Nimmu adalah kewajiban untuk bertangung jawab terhadap pekerjaan.

(66)

Cuplikan 2 (Hal 182-183 edisi 1)

Saya ini tidak tahu kenapa memilih menjadi dokter. orang tua saya guru bahasa inggris SMP. Karena saya anak nomor dua, makanya diberi nama Eijiro. Nama saya Eijiro Saito. Kalau Saito, itu nama keluarga biasa. Saya belajar sungguh-sungguh karena merasa kesal, mungkin kesal karena dibilang seperti anak-anak “biasa”, bagi saya adalah suatu hal yang kompleks. Masuk ke fakultas kedokteran universitas Eiroku adalah target saya. Saya tidak pernah memikirkan, kedokteran itu seperti apa, begitu masuk Eiroku, ternyata sekitar saya adalah anak-anak orang berada, yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kompleksitas dalam diri saya semakin besar, tapi supaya saya menjadi dokter, orang tua telah berutang banyak sekali. Saya ingin jadi dokter yang baik.

Analisis

Dari cuplikan di atas menunjukkan adanya perilaku Gimu yaitu kewajiban yang ditujukan kepada orang tua atau disebut dengan istilah Ko. Orang tua Eijiro Saito telah susah payah menyekolahkannya dan sampai memiliki banyak utang. Untuk membalas kebaikan yang telah diterima dari orang tuanya, Eijiro Saito membalasnya dengan cara belajar sungguh-sungguh demi untuk mencapai cita-citanya untuk menjadi seorang dokter yang baik.

(67)

melakukan agresi atau perlawanan. Hal ini dapat dikatakan perilaku yang mencerminkan Giri terhadap nama.

Jadi dapat disimpulkan cuplikan diatas mencerminkan Gimu yaitu Ko dan Giri terhadap nama.

Cuplikan 3 (Hal 199-202 edisi 4)

Dr. Saito : “Masih hidup,.. si adik masih Hidup!! Kalau tidak mengoperasinya kita akan menyesal selamanya. “

Dr. Takasago : “ Tapi melakukan operasi itu melanggar Hukum, kalau operasi dilakukan pihak universitas akan marah, karir sebagai dokter tak akan naik selamanya”

Dr. Saito : “Tapi satu nyawa akan terselamatkan” (Hal 199-202). Dr. Takasago : “Mau apa kau? Jangan-jangan..”

Perawat : “Saya juga mau bantu, mau dibawa keruang operasi kan?” Dr. Takasago : “Bodoh apa bisa kau sendirian?”

Dr. Saito : “Ada perawat di ruang operasi yang kukenal.”

Dr. Takasago : “Lalu siapa yang akan melakukan pembiusannya? Bukan itu saja hei...tak mungkin mereka mengijinkanmu masuk ruang operasi. Kalau anak itu selamat, siapa yang akan merawatnya?”

(68)

sekitar. Kalau tak siap menanggung resiko sebaiknya jangan membuat anak, kita ini orang luar, jangan akrab dengan keluarga itu”. Yang bisa kita lakukan hanya menyelamatkan pasien. Memutuskan hidup dan mati itu bukan tugas dokter!!.

Dr. Takasago : (Dr. Takasago teringat kata-kata yang pernah diucapkannya pada Dr. Saito. Dan hal itu dia membuat terkejut dan tersadar sambil menutup mulutnya dengan tangannya). (Hal 203-211).

Beberapa menit kemudian

Dr. Takasago : “Baru saja ada telepon dari keluarga Tanabe, mereka ingin anaknya dioperasi, kalau bisa secepatnya. Apa operasi bisa dilakukan?”

Dokter penjaga ruang operasi : “Saya sebenarnya tidak keberatan asal ada persetujuan dari orang tua. (Hal 217-219)

Setelah operasi selesai dilakukan

Dr. Takasago : “Dokter tidak berhak memutuskan hidup dan mati pasien, makanya Cuma bisa berusaha menyelamatkan. Ya kan? Cuma teori Saito, tapi aku tak bisa mengatakan itu pada orang tua yang sedang menderita. Kita menyelamatkan seseorang itu karena tanggung jawab.ya kan Saito.”

Perawat : “Dr. Takasago nyonya Tanabe datang kesini”

(69)

Ny. Tanabe : “Saya sudah pisah dengan suami saya. Tolong lakukan operasi pada anak saya. Saya janji akan membahagiakannya.

Beberapa hari setelah itu, proses pasca operasi si adik berlangsung baik. Tiba-tiba ayah si adik datang ke rumah sakit dan berkata kepada Dr. Takasago “Jawaban yang benar saya malah tidak bisa menemukannya tapi terus memikirkannya, saya pikir itu jawabannya.”

“saya akan terus mengingat anda” jawab Dr. Takasago. Akirnya kedua orang tua mau menerima anak mereka yang mengalami Down Syndrom. (Hal 226-241).

Analisis

(70)

Tindakan Dr. Takasago tersebut menunjukkan perilaku yang mencerminkan Nimmu, yaitu mereka harus menyelamatkan pasien karena itulah tanggung jawab mereka terhadap pekerjaan sebagai dokter.

Cuplikan 4 (Hal 14-15, edisi 1) Suasana di rumah sakit Seido :

Profesor RS. Seido : “jadi begini Saito, ... hari ini saya minta bantuan mu kerja

sampingan di rumah sakit ini..”

Saito : “Eijiro Saito, 25 tahun, lulusan Universitas Eiroku,... Pertama kali tugas di rumah sakit ini..”

Profesor RS. Seido : “lulusan Eiroku ya..

Orang terbaik ya...”

Saito : “ya!

Saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater!”

Profesor RS. Seido : “karena ini hari pertama, akan ada satu dokter yang akan

menemanimu. Selamat bekerja!” (Hal 14-15). Analisis

(71)

merupakan tindakan yang mencerminkan Giri terhadap nama baik, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda.

Cuplikan 5 (Hal 101-102 edisi 1 dan hal 24 edisi 2)

Pada gambar terlihat seorang wanita atau perawat berjalan kaki, Dr. Saito yang kebetulan pulang mengajaknya.

Dr. Saito : “Eh.. kalau jalan, jauh sekali lho..., kalau perempuan bisa 30 menit lebih.”

Kaori Akagi : (Sambil naik ke boncengan Dr. Saito) “Dasar kenapa bikin rumah sakit di

atas bukit bukit seperti ini, bus juga datang 30 menit sekali." Dr. Saito : “ Kau bekerja di rumah sakit Eiroku?”

Kaori Akagi : “Kaori Akagi mulai bulan ini, bekerja sebagai perawat di bagian operasi”

(Hal 101-102). Beberpa hari kemudian

Dr. Saito : “Akagi!”

Akagi : “Oh Dr. Saito, kemarin terima kasih ya, sudah menolongku”. (Hal 24 edisi 2)

(72)

Cuplikan di atas menceritakan bahwa Dr. Saito telah menolong perawat yang bernama Kaori Akagi. Dr. Saito memboncengnya dengan sepeda sepulang kerja dari rumah sakit universitas, yang kebetulan terletak di atas bukit dan bus lewat hanya sekali dalam 30 menit. Kemudian pada hari berikutnya Kaori Akagi yang telah menerima pertolongan dari Dr. Saito membalasnya dengan mengatakan “terima kasih telah menolongku”

Hal ini mencerminkan adanya perilaku Giri yaitu Giri yang ditujukan kepada orang-orang yang bukan keluarga karena On yang diterimanya dari Dr. Saito oleh Akagi, sehingga mengharuskan bagi Akagi untuk mengucapkan terima kasih.

Cuplikan 6 (Hal 180, 184-187, 192 edisi 1 dan 19-21, 66, 118-131 edisi 2) dr. Saito : “Kalau ada yang ingin ditanyakan, tak usah sungkan, tanya saja. Sebisa

mungkin akan saya jawab”. (hal 180 edisi 1).

Referensi

Dokumen terkait

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaikbaiknya. BUDIYANI

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan penerapan KADARZI (yang difokuskan pada pemberian hanya ASI saja sampai usia 6 bulan dan

Masing-masing kelompok kemudian diberi 3 masalah matematika yang diselesaikan dengan membuat model matematikanya terlebih dahulu. Penelitian ini dilakukan dalam satu kali

kognitif menjadi ikhlas dan menerima kenyataan agar emosi yang dirasakan bisa kembali stabil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diamond dan Aspinwall dalam Wulan

[r]

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, BAN-PT melakukan akreditasi bagi semua program studi dari semua institusi perguruan tinggi di seluruh

FORTIFIKASI SURIMI IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus) DENGAN ZAT BESI MIKROKAPSUL HATI SAPI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi Ibn ‘Âsyûr penafsiran “min qablikum” sebagaiman umat sebelum kalian (Islam datang) seperti Yahudi Puasa orang Yahudi 40 hari, dan dikenal beberapa macam puasa sebagai