• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GIMU DAN GIRI DDALAM KOMIK “SAY HELLO TO

3.2 Perilaku Gimu dan Giri dalam komik “Say Hello To Black Jack”

Wisuda fakultas Universitas Eiroku : Prof. Kasukabe : “8 ribu orang.

Tiap tahun 8 ribu orang lulus dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang. Dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut!.

Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian!!” Dr. Dekune : “Kau ngantuk ya Saito?”

Dr. Saito : “Ya, baru saja selesai piket, aku sudah 24 jam disini sejak kemarin pagi.”

Dr. Dekune : “Aku juga. Bantu percobaan Profesor, tidur Cuma tiga jam.”

Dr. Saito : “Kalau begitu aku menang dong. Aku tidur Cuma dua jam.” (Hal 6-9)

Suasana setelah selesai operasi : Dr. Dekune : “hah...”

“aku benci kalau bisa menikmati makan setelah operasi. Ya kan Saito..?

kalau begini terus, aku akan kehilangan perasaan.” Dr. Saito : “apa maksud mu?

ingat, kita yang memegang kedokteran di Jepang!.” (Hal 12). Analisis

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktek dokter, mengambil sumpah dan diberi tanggung jawab, Dr. Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Bahkan sampai-sampai waktu tidurnya dikurangi. Dr. Saito hanya tidur 2 jam sedangkan Dr. Dekune hanya 3 jam karena harus menyelesaikan tugas. Hal itu menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu. Nimmu adalah kewajiban untuk bertangung jawab terhadap pekerjaan.

Kemudian Dr. Saito mempertegas dengan berkata “Ingat, kita memegang kedokteran di Jepang”. Hal ini menunjukkan adanya kewajiban mereka terhadap negara Jepang khususnya dibidang kedokteran. Hal ini menceritakan Sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban terhadap kedokteran di negaranya sendiri yaitu Jepang, untuk menyelamatkan para pasien sejak mereka diberi sumpah dan ijin praktek. Kewajiban ini tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban ini disebut perilaku Gimu yaitu Chu karena kewajiban ini ditujukan untuk negara. Sehingga dapat disimpulkan peristiwa di atas menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu dan Chu.

Cuplikan 2 (Hal 182-183 edisi 1)

Saya ini tidak tahu kenapa memilih menjadi dokter. orang tua saya guru bahasa inggris SMP. Karena saya anak nomor dua, makanya diberi nama Eijiro. Nama saya Eijiro Saito. Kalau Saito, itu nama keluarga biasa. Saya belajar sungguh-sungguh karena merasa kesal, mungkin kesal karena dibilang seperti anak-anak “biasa”, bagi saya adalah suatu hal yang kompleks. Masuk ke fakultas kedokteran universitas Eiroku adalah target saya. Saya tidak pernah memikirkan, kedokteran itu seperti apa, begitu masuk Eiroku, ternyata sekitar saya adalah anak-anak orang berada, yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kompleksitas dalam diri saya semakin besar, tapi supaya saya menjadi dokter, orang tua telah berutang banyak sekali. Saya ingin jadi dokter yang baik.

Analisis

Dari cuplikan di atas menunjukkan adanya perilaku Gimu yaitu kewajiban yang ditujukan kepada orang tua atau disebut dengan istilah Ko. Orang tua Eijiro Saito telah susah payah menyekolahkannya dan sampai memiliki banyak utang. Untuk membalas kebaikan yang telah diterima dari orang tuanya, Eijiro Saito membalasnya dengan cara belajar sungguh-sungguh demi untuk mencapai cita- citanya untuk menjadi seorang dokter yang baik.

Dalam cuplikan di atas juga terdapat perilaku yang menunjukkan kekesalan karena nama. Yang mana Eijiro Saito kesal karena dianggap anak-anak yang “biasa”, sehingga kata “biasa” menjadi hal yang kompleks bagi Saito. Kemudian Saito balas dendam dengan cara ingin menjadi yang terbaik, masuk kedokteran universitas Eiroku dan menjadi dokter yang baik. Saito balas dendam tanpa

melakukan agresi atau perlawanan. Hal ini dapat dikatakan perilaku yang mencerminkan Giri terhadap nama.

Jadi dapat disimpulkan cuplikan diatas mencerminkan Gimu yaitu Ko dan Giri terhadap nama.

Cuplikan 3 (Hal 199-202 edisi 4)

Dr. Saito : “Masih hidup,.. si adik masih Hidup!! Kalau tidak mengoperasinya kita akan menyesal selamanya. “

Dr. Takasago : “ Tapi melakukan operasi itu melanggar Hukum, kalau operasi dilakukan pihak universitas akan marah, karir sebagai dokter tak akan naik selamanya”

Dr. Saito : “Tapi satu nyawa akan terselamatkan” (Hal 199-202). Dr. Takasago : “Mau apa kau? Jangan-jangan..”

Perawat : “Saya juga mau bantu, mau dibawa keruang operasi kan?” Dr. Takasago : “Bodoh apa bisa kau sendirian?”

Dr. Saito : “Ada perawat di ruang operasi yang kukenal.”

Dr. Takasago : “Lalu siapa yang akan melakukan pembiusannya? Bukan itu saja hei...tak mungkin mereka mengijinkanmu masuk ruang operasi. Kalau anak itu selamat, siapa yang akan merawatnya?”

Dr. Saito : “Kenapa saya harus memikirkannya? Kenapa harus dokter yang memikirkannya? (Saito mengulang kata-kata yang pernah diucapkan Dr. Takasago padanya) “menyatukan hubungan anak dan orang tua yang dilahirkan, dari situlah tugas kita. Jaga jarak itu perlu, kalau terlalu masuk kedalam kita tidak bisa melihat

sekitar. Kalau tak siap menanggung resiko sebaiknya jangan membuat anak, kita ini orang luar, jangan akrab dengan keluarga itu”. Yang bisa kita lakukan hanya menyelamatkan pasien. Memutuskan hidup dan mati itu bukan tugas dokter!!.

Dr. Takasago : (Dr. Takasago teringat kata-kata yang pernah diucapkannya pada Dr. Saito. Dan hal itu dia membuat terkejut dan tersadar sambil menutup mulutnya dengan tangannya). (Hal 203-211).

Beberapa menit kemudian

Dr. Takasago : “Baru saja ada telepon dari keluarga Tanabe, mereka ingin anaknya dioperasi, kalau bisa secepatnya. Apa operasi bisa dilakukan?”

Dokter penjaga ruang operasi : “Saya sebenarnya tidak keberatan asal ada persetujuan dari orang tua. (Hal 217-219)

Setelah operasi selesai dilakukan

Dr. Takasago : “Dokter tidak berhak memutuskan hidup dan mati pasien, makanya Cuma bisa berusaha menyelamatkan. Ya kan? Cuma teori Saito, tapi aku tak bisa mengatakan itu pada orang tua yang sedang menderita. Kita menyelamatkan seseorang itu karena tanggung jawab.ya kan Saito.”

Perawat : “Dr. Takasago nyonya Tanabe datang kesini”

Dr. Takasago : “Apa boleh buat harus kita katakan”. Sebenarnnya ada yang harus kami sampaikan. Kami menghianati kepercayaan anda berdua, tanpa mendapatkan tanda tangan surat permohonan operasi.

Ny. Tanabe : “Saya sudah pisah dengan suami saya. Tolong lakukan operasi pada anak saya. Saya janji akan membahagiakannya.

Beberapa hari setelah itu, proses pasca operasi si adik berlangsung baik. Tiba- tiba ayah si adik datang ke rumah sakit dan berkata kepada Dr. Takasago “Jawaban yang benar saya malah tidak bisa menemukannya tapi terus memikirkannya, saya pikir itu jawabannya.”

“saya akan terus mengingat anda” jawab Dr. Takasago. Akirnya kedua orang tua mau menerima anak mereka yang mengalami Down Syndrom. (Hal 226-241).

Analisis

Cuplikan di atas adalah perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap pekerjaan oleh Dr. Saito dan Dr. Takasago. Hal itu ditunjukkan bahwa Dr. Saito akan segera melakukan operasi untuk menyelamatkan anak itu (pasien). Dan dipertegas lagi dengan perkataan Dr. Saito yang mengatakan “yang bisa kita lakukan adalah menyelamatkan pasien. Yang memutuskan hidup dan mati itu bukan tugas dokter”. Tanggung jawab terhadap pekerjaan untuk menyelamatkan pasien oleh Dr. Saito merupakan perilaku yang mencerminkan Gimu yaitu Nimmu. Kemudian Dr. Takasago yang pada awalnya melarang, akhirnya tersadar oleh kata-kata Dr. Saito dan setuju untuk membantu melakukan operasi. Dr. Takasago berkata bahwa “Baru saja ada telepon dari keluarga Tanabe, mereka ingin anaknya dioperasi, kalau bisa secepatnya. Apa operasi bisa dilakukan?”. Padahal sebenarnya Tuan Tanabe belum ada menelepon. Hal itu dilakukannya agar si anak segera dioperasi sehingga anak tersebut selamat. Ia juga mengatakan “Kita menyelamatkan seseorang itu karena tanggung jawab. Ya kan Saito.”

Tindakan Dr. Takasago tersebut menunjukkan perilaku yang mencerminkan Nimmu, yaitu mereka harus menyelamatkan pasien karena itulah tanggung jawab mereka terhadap pekerjaan sebagai dokter.

Cuplikan 4 (Hal 14-15, edisi 1) Suasana di rumah sakit Seido :

Profesor RS. Seido : “jadi begini Saito, ... hari ini saya minta bantuan mu kerja

sampingan di rumah sakit ini..”

Saito : “Eijiro Saito, 25 tahun, lulusan Universitas Eiroku,... Pertama kali tugas di rumah sakit ini..”

Profesor RS. Seido : “lulusan Eiroku ya..

Orang terbaik ya...”

Saito : “ya!

Saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater!”

Profesor RS. Seido : “karena ini hari pertama, akan ada satu dokter yang akan

menemanimu. Selamat bekerja!” (Hal 14-15). Analisis

Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa Saito berusaha untuk mempertahankan nama baik almamater, maksudnya nama baik universitas Eiroku yaitu bekerja dengan baik. Hal itu terlihat dari perkataan Dr. Saito yang mengatakan “saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater”. Hal ini

merupakan tindakan yang mencerminkan Giri terhadap nama baik, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda.

Cuplikan 5 (Hal 101-102 edisi 1 dan hal 24 edisi 2)

Pada gambar terlihat seorang wanita atau perawat berjalan kaki, Dr. Saito yang kebetulan pulang mengajaknya.

Dr. Saito : “Eh.. kalau jalan, jauh sekali lho..., kalau perempuan bisa 30 menit lebih.”

Kaori Akagi : (Sambil naik ke boncengan Dr. Saito) “Dasar kenapa bikin rumah sakit di

atas bukit bukit seperti ini, bus juga datang 30 menit sekali." Dr. Saito : “ Kau bekerja di rumah sakit Eiroku?”

Kaori Akagi : “Kaori Akagi mulai bulan ini, bekerja sebagai perawat di bagian operasi”

(Hal 101-102). Beberpa hari kemudian

Dr. Saito : “Akagi!”

Akagi : “Oh Dr. Saito, kemarin terima kasih ya, sudah menolongku”. (Hal 24 edisi 2)

Cuplikan di atas menceritakan bahwa Dr. Saito telah menolong perawat yang bernama Kaori Akagi. Dr. Saito memboncengnya dengan sepeda sepulang kerja dari rumah sakit universitas, yang kebetulan terletak di atas bukit dan bus lewat hanya sekali dalam 30 menit. Kemudian pada hari berikutnya Kaori Akagi yang telah menerima pertolongan dari Dr. Saito membalasnya dengan mengatakan “terima kasih telah menolongku”

Hal ini mencerminkan adanya perilaku Giri yaitu Giri yang ditujukan kepada orang-orang yang bukan keluarga karena On yang diterimanya dari Dr. Saito oleh Akagi, sehingga mengharuskan bagi Akagi untuk mengucapkan terima kasih.

Cuplikan 6 (Hal 180, 184-187, 192 edisi 1 dan 19-21, 66, 118-131 edisi 2) dr. Saito : “Kalau ada yang ingin ditanyakan, tak usah sungkan, tanya saja. Sebisa

mungkin akan saya jawab”. (hal 180 edisi 1).

Miyamura : “Dokter... Saya tidak tahu kenapa saya harus dibawa kemari, setengah tahun yang lalu, punggung kiri saya sakit. Setelah diperiksa di klinik terdekat, mereka bilang, Cuma pegal-pegal. Tapi karena setelah berbulan-bulan saya tidak sembuh, saya pergi ke rumah sakit yang agak besar. Tapi disana juga cuma diperiksa saja. Tubuh saya tidak membaik. Dokter bilang pemeriksaannya butuh waktu, maka sayapun bersabar. Pada saat seperti itu, saya pingsan ketika sedang bekerja, saya dibawa ke rumah sakit tersebut dengan ambulans. Tapi mereka bilang, “rumah sakit ini tidak mampu” lalu dikirim kemari. Sebenarnya ada rumah sakit

universitas yang lebih dekat dari sini, kenapa saya jauh-jauh dibawa ke sini?"

Dr. Saito : “Itu karena rumah sakit Tomihisa adalah group universitas Eiroku. Saya rasa supaya dokter yang menangani bisa gampang dikenal di perkumpulan dokter di sini”.

Miyamura : “intinya ini kepentingan rumah sakit kan? Ya kan dokter, nyawa saya ada di tangan kalian kan? Apa saya bisa mempercayai kalian?” (hal 184-187 edisi 1).

Dr. Saito : “Maaf, saya kemarin tidak bisa menjawab apa-apa, tapi kami akan berusaha keras untuk pasien, mohon percayalah pada kami”. (hal 192 edisi 1).

Beberapa hari kemudian Dr. Saito menjenguk pasien,

Dr. Saito : “Anda kelihatan kurus ya, saya akan mengganti infus heparin dan memberi nitroglicerin. Kalau ada apa-apa, bilang saja.

Miyamura : “Dokter.... Dulu waktu ayah meninggal di rumah sakit, pihak rumah sakit tidak menjelaskan apa-apa. Dokter itu memang menakutkan ya. Jadi tidak berani bertanya apa-apa. Begitu sadar, upacara pemakaman sudah selesai. Ayah sudah menjadi tulang, akupun sebentar lagi seperti itu .”

Dr. Saito : (sambil menagis) “Sebenarnya anda harus segera dioperasi, operasi terlambat karena pihak rumah sakit bertindak seenaknya. Dan karena sirosis hati Tuan Miyamura bertambah parah, operasi jadi berbahaya. Jujur saja, kemungkinan menyelamatkan Tuan

Miyamura nyaris tidak ada. Saya juga tidak tahu harus berbuat apa. Maafkan saya.”( Hal 19-21 edisi 2).

Dr. Saito : “Tuan Miyamura, sebagai dokter aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkanmu. Kalau begitu aku akan mennyelamatkanmu sebagai manusia biasa...!!” (Dr. Saito bergumam sendiri) (hal 66 edisi 2).

Keesokan harinya Tuan Miyamura dipindahkan ke divisi bedah jantung, sehingga Dr. Saito bukan lagi dokter Tuan Miyamura. Sampai disana terjadi keributan, Tuan Miyamura ingin keluar dari rumah sakit Eiroku. Mendengar itu Dr. Saito bergegas melihat kejadian.

Prof. Fuji :“Tuan Miyamura, operasi anda memang sangat berbahaya. Tapi dilakukan di rumah sakit manapun juga, resikonya sama saja. Itulah operasi. Anda pikir keahlian di rumah sakit ini rendah ya. Saya ingin mendengar buktinya”.

Miyamura : “Kalian jarang sekali melakukan operasi kan? Saya bisa lihat kemampuan koki yang jarang memegang pisau dapur”.

Prof. Fuji : “Jadi anda ingin dioperasi di rumah sakita yang lebih banyak melakukan operasi ya. Baiklah, silahkan pergi ke rumah sakit yang banyak melakukan banyak operasi. Tapi Tuan Miyamura, anda salah berfikir bahwa rumah sakit yang banyak melakukan operasi itu hebat. Tujuan rumah sakit itu menangani banyak pasien, mereka tidak meluangkan banyak waktu untuk satu pasien. Tujuannya uang... dst.

Dr. Saito : “Tidak benar, Tuan Miyamura kalau anda ingin keluar lakukan saja, saya pasti menemukan rumah sakit yang bagus. Makannya

lakukan yang anda inginkan”. “Profesor, apa anda pernah ngobrol dengan dokter yang

melakukan operasi lebi dari 200 kali setahun? Saya pernah bertemu dan ngobrol dengan dokter itu. Yang saya temui itu Dr. Saburo Kita, sama sekali tidak memikirkan uang!! Tolong lihatlah keluar, disana masih ada dunia.”

Prof. Fuji : “ Baiklah Tuan Miyamura apa anda mau keluar?”

Miyamura : “Entah siapa yang harus saya percayai.. Kenapa anda melakukan sejauh ini untuk saya? Sebenarnya apa yang anda inginkan dari saya?”

Dr. Saito : “Tuan Miyamura..”

Miyammura : “Dr. Saito saya percaya pada anda.” (Hal 118-131 edisi 2).

Analisis

Dari cuplikan di atas, adanya perilaku yang mencerminkan Giri terhadap nama oleh Dr. Eijiro Saito. Tuan miyamura yang mengalami penyakit jantung koroner dan sirosis (pengerasan hati) adalah pasien Dr. Saito. Tuan Miyamura meragukan bahkan tidak mempercayai Dr. Saito karena pengalaman yang dialaminya sebelumnya dan karena pihak rumah sakit tidak memberikan penjelasan mengenai penyakit yang ia derita. Pengalaman Tuan Miyamura sebelumnya yaitu dia telah memeriksakan penyakitnya ke klinik terdekat dan

rumah sakit Tomihisa namun tak kunjung sembuh hingga akhirnya menjadi parah dan dikirim ke rumah sakit Eiroku.

Untuk mengembalikan kepercayaan Tuan Miyamura, Dr. Saito berjanji mengatakan “Kami akan berusaha keras untuk pasien, mohon percayalah pada kami”. Namun ternyata Tuan miyamura masih belum percaya dan belum puas dengan janji yang diberikan Dr. Saito. Tuan Miyamura mengatakan bahwa dokter itu sangat menakutkan karena tidak mau memberi penjelasan apa-apa kepada pasien. Mendengar hal itu Dr. Saito terpukul dan menagis karena merasa bersalah. Dr. Saito terpaksa mengatakan keadaan yang sebenarnya bahwa operasi terlambat karena pihak rumah sakit bertindak seenaknya dan krena penyakit sirosis Tuan Miyamura semakin parah maka tubuh Tuan Miyamura jadi tidak tahan operasi, sehingga kemungkinan keberhasilan operasi sangat rendah. Namun Tuan Miyamura masih bergeming.

Keesokan harinya Tuan Miyamura dipindahkan ke divisi bedah jantung. Rasa bersalah dalam diri Dr. Saito semakin bertambah. Hatinya ingin sekali menyelamatkan Tuan Miyamura namun sulit, dia bukan lagi dokter Tuan Miyamura. Namun ternyata Tuan Miyamura minta keluar dari rumah sakit. Menengar itu Dr. Saito menemui Tuan Miyamura dan berjanji akan menemukan rumah sakit yang berkualitas, hingga akhirnya Tuan Miyamura berkata “Dr. Saito saya percaya kepada anda”. Perasaan Dr. Saito menjadi lega dan segera menemui Dr. Kita untuk mengoperasi Tuan Miyamura. Dan hasil operasi berhasil 100%. Tuan Miyamura sembuh dan tersenyum kembali.

Dalam hal ini Dr. Saito membersihkan namanya atau reputasinya sebagai dokter dari penghinaan atau kegagalannya dengan cara menyelamatkan pasien

serta memenuhi janjinya pada Tuan Miyamura. Dr. Saito berusaha untuk tidak menunjukkan kegagalanya dalam melakukan tugasnya sebagai dokter, sampai akhirnya mendapatkan kepercayaan dari pasien. Hal ini menunjukkan perilaku yang mencerminkan Giri terhadap nama.

Cuplikan 7 (Hal 159-162, dan 184-100 edisi 2)

Miyamura : “Dr. Saito, terima kasih sudah memenuhi keegoisan saya ini. Kalau dipikir pikkir pasien seperti saya ini di Jepang ada ratusan kan? Berapa orang yang beruntung bisa bertemu dengan dokter yang bisa dipercayainya? Semua ditentukan dari bisa bertemu dokter yang baik atau tidak. Saya sudah puas. Kalaupun operasinya gagal, saya puas karena sudah bertemu anda”. (Sambil berjabat tangan).

Dr. Saito : “Tidak, tidak ada artinya kalau anda tidak hidup”

Miyamura : “Apa kita masih bisa bertemu kembali dokter? (sambil mengeluarkan air mata).

Dr. Saito : (Mengeluarkan air mata) “Pasti” (Hal 159-162). Kemudian operasipun dilakukan oleh Dr. Kita dan sedang berlangsung.

Dokter Lain : “Dokter sebaiknya kita pakai jantung dan paru-paru buatan saja.” Dr. Kita : “Tapi pasien mengalami komplikasi sirosis hati, jika

menggunakan jantung dan paru-paru buatan, liver bisa kena dan menyebabkan kematiannya”

Dokter lain : “Skema keselamatan!! Siapa yang akan menyalahkan anda jika menggunakan jantung dan paru-paru buatan?”

Dr. Kita : “ Aku sendiri. Jantung dan paru-paru buatan tidak akan kita pakai. Aku percaya dengan keputusanku.”

Dr. Saito : (dalam hati) “Orang ini dokter, aku beruntung menjadi dokter” Setelah selesai melakukan operasi, Dr. Kita dan Dr. Saito berbincang lagi

Dr. Kita : “Dr. Saito, selama ini aku selalu berjalan sambil terus menghadap ke depan. Sekarang aku senang bisa berbalik. Terima kasih”.

Tuan Miyamura sembuh dan mereka bertiga (Dr. Saito, Dr. Kita dan Tuan Miyamura) foto bersama sambil tersenyum gembira. (Hal 184-100).

Analisis

Dari cuplikan di atas menunjukkan perilaku yang mencerminkan Giri terhadap dunia oleh Tuan Miyamura terhadap Dr. Saito dan Nimmu oleh Dr. Saito dan Dr. Kita. Perilaku yang mencerminkan Giri terhadap dunia oleh Tuan Miyamura dapat dilihat dari cuplikan di atas bahwa Dr. Saito dengan bantuan Dr. Kita telah menyelamatkan nyawanya dari penyakit jantung dan sirosis (pengerasan hati) yang parah sampai sembuh. Sehingga Tuan Miyamura menanggung Giri maka untuk membalasnya Tuan Miyamura mengucapkan terimakasih yang tulus, “Dr. Saito, terima kasih sudah memenuhi keegoisan saya ini. Kalau dipikir pikir pasien seperti saya ini di Jepang ada ratusan kan? Berapa orang yang beruntung bisa bertemu dengan dokter yang bisa dipercayainya? Semua ditentukan dari bisa bertemu dokter yang baik atau tidak. Saya sudah puas. Kalaupun operasinya gagal, saya puas karena sudah bertemu anda”.

Kemudian Dr. Saito dan Dr. Kita menunjukkan perilaku yang mencerminkan Nimmu. Nimmu aalah kewajiban terhadap pekerjaan. Karena

sebagai dokter, Dr. Saito dan Dr. Kita wajib untuk melaksanakan tugasnya yaitu menyelamatkan pasien.

Dokumen terkait