• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Hukum Islam Tentang Operasi Keperawanan Sebagai Alasan Untuk Memperlancar Pernikahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan Hukum Islam Tentang Operasi Keperawanan Sebagai Alasan Untuk Memperlancar Pernikahan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh: Andre Irawan 1111043100006

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ii

Transliterasi dan Singkatan

A. Transliterasi

1. Konsonan:

= b ز = z ف = f

ت = t س = s ق = q

ث = s = sy ك = k

ج = j ص = sh ل = l

ح = h ض = d = m

= kh ط= th ن = n

د = d ظ = zh و = w

ذ = z ع= ‘ ه = h

ر = r = gh ي = y

Hamzah ( ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun, sedang jika terletak di tengah atau akhir kata ditulis

dengan tanda: ( ‘ ). Ada pun alif ( ا ) selalu ditulis menurut vokalnya,

kecuali alif dengan maddat (panjang) dan alif maqsûrat ditulis (â).

2. Vokal dan Diftong:

Vokal atau bunyi (a), (i) dan (u) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:

Pendek panjang

fathat a â

kasrat i î

dammat u û

Diftong yang sering dijumpai dalam transliterasi ialah (ay) dan (aw),

misalnya, ghayb dan lawh.

3. Kata sandang (al) ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terletak pada

permulaan kalimat , awal nama diri, tempat dan judul buku.

(8)

iii

5. Kata atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata atau kalimat arab

yang belum sama sekali menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia.

Adapun kata-kata dan kalimat-kalimat yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, atau sudah terlalu sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak ditulis menurut cara transliterasi di atas, kecuali jika merupakan bagian dari teks yang harus ditransliterasi secara utuh.

B. Singkatan

AS = ‘Alayh al-Salam ( ا لاهي ع )

H. = tahun Hijrah

hal. = halaman

M. = tahun Masehi

Q. = al-Quran

S: = Sûrat ( روس ), bagian dari al-Quran

SWT. = Subhânah wa ta’âlâ ( يل ت و هن س )

SAW. = Shallâ Allah ‘alayh wa sallam

T. pn. = Tanpa penerbit

T. tp. = Tanpa tempat penerbit

t.t = tanpa tahun penerbit

w. = tahun wafat

H.R. = Hadist Riwayat

r.a. = radiya Allâh ‘anh

C. Daftar istilah Arab disusun menurut urutan abjad latin, tidak menurut urutan

huruf hijâiyat (aksara Arab). Dua istilah atau lebih, yang berasal dari satu

akar kata, tidak mesti ditulis berurutan menurut tashrif-nya, misalnya kata

nâsikh dan mansûkh. Kata nâsikh ditempatkan pada urutan huruf (N) sedang

kata mansûkh ditempatkan pada urutan huruf (M). Daftar istilah Arab ini

(9)

i

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Memasuki abad modern dan perkembangan zaman maju pesat, sebagai indikatornya adalah semakin banyak dan canggihnya teknologi yang ditemukan pada berbagai bidang. Salah satu bidang yang selalu melakukan penelitian dan menemukan teknologi baru untuk memecahkan masalah adalah bidang kedokteran. Hal itu dilatar belakangi oleh munculnya berbagai penyakit baru dan kasus-kasus kesehatan yang tidak dapat disembuhkan dengan menggunakan metode lama. Sebuah teknologi baru yang ditemukan adalah operasi pengembalian selaput dara wanita. Penemuan teknologi dan terobosan baru selain memecahkan berbagai masalah dibidang kesehatan dan kedokteran juga memunculkan satu masalah dibidang hukum Islam, yaitu bagaimana pandangan hukum Islam tentang teknologi baru tersebut. Dalam hal ini penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang teknologi baru dalam bidang kedokteran, yaitu pengembalian selaput dara wanita. Karena setelah mencari berbagai hasil penelitian hukum Islam tentang praktek kedokteran, penulis belum menemukan pembahasan tentang pandangan hukum Islam tentang operasi keperawanan sebagai alasan mempermudah pernikahan. Karena penelitian ini sangat membantu bagi masyarakat awam yang belum mengetahui seluk beluk tentang penyebab rusaknya selaput dara di luar berzina.

Metode penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan empiris serta wawancara terhadap ulama kontemporer saat ini. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran terhadap buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan operasi selaput dara ini.

Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang penyebab rusaknya selaput dara wanita yang disebabkan diluar berzina. Kerangka konseptual yang penulis

gunakan adalah konsep maslahah untuk mengetahui apakah hal tersebut

diperbolehkan dalam Islam. Setelah meneliti dan menelaah serta menganalisi, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hukum Islam tidak memperbolehkan melakukan operasi keperawanan ini, adapun yang membolehkan operasi ini dilakukan dengan alasan syarat tertentu dengan penyebab rusaknya selaput dara ini diluar berzina. Kata kunci : Operasi selaput dara, perawan, Pernikahan.

(10)

ii

Penyayang, yang telah memberikan banyak kenikmatan dan senantiasa

memberikan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya, skripsi dengan judul:

“Pandangan Hukum Islam Tentang Operasi Keperawanan Sebagai Alasan Untuk

Mempermudah Pernikahan” dapat terselesaikan.

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah, kepada keluarga besar-Nya,

sahabat-sahabat-Nya, tabi’in, tabi’it tabi’in, dan kita sebagai umat-Nya semoga

mendapatkan syafa’at-Nya kelak.

Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing, membantu dan memotivasi penulis, terutama:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si., Ketua Program Studi

(11)

yang selama ini telah memberikan nasehat serta bimbingannya kepada penulis selama masih dalam masa kuliah.

3. Bapak Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag dan Ibu Dra. Hj. Afidah Wahyuni,

M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di sela-sela kesibukan, serta memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah membekali dengan ilmu yang berharga, nasihat-nasihat penyemangat yang memberikan motivasi, serta kesabaran dalam mendidik selama penulis melakukan studi.

5. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu

memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian prosedur kemahasiswaan, serta pemimpin dan segenap karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah berkenan

meminjamkan buku-buku penunjang, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, Ayahanda Paijan dan Ibunda Suharti yang sangat

berperan dalam mengasuh, mendidik dan membimbing penulis dengan

penuh kesabaran dan pengertian. Serta tiada henti memberikan do’a dan

(12)

7. Adik tercinta Reno Ramadhani, dan Giska Putri Maharani, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini.

8. Ust. H. Ahmad Muzakki Kamali. Lc. dan Teman-teman Sahabat Sholawat,

Yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman PMF angkatan 2011 yang selalu membantu, mendukung

dan menemani selama proses penulisan skripsi ini terutama Uje, Resty, Maftuh, Izzul, Hamdi, Haikal, Ratna, Mila, Dian, Yusuf, Azhar, Qohar, Rizal, Rusdi dan yang lainnya, semoga Allah memberikan kemudahan dalam menyusuri kehidupan kita selanjutnya.

10.Terimakasih kepada Nurhayati yang selalu memberikan semangat,

motivasi, dan selalu bersedia mendengarkan keluh kesah selama proses penulisan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah membantu, serta memberi nasehat, sehingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, dan semoga mereka yang telah membantu diberikan ganjaran yang setimpal. Amin.

Jakarta, 20 Agustus 2015

(13)
(14)
(15)

1

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi

makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.1 Nikah,

menurut bahasa al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul.2 Makna nikah

bisa diartikan dengan ‘aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah.

Definisi yang hampir sama dengan yang di atas juga dikemukakan

oleh Rahmat Hakim, kata nikah berasal dari Bahasa Arab nakaha – yankihu –

nikahun yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja fil’il madhi

nakaha, sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab

telah masuk dalam bahasa Indonesia.3 Beberapa penulis terkadang

menyebutkan pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam Bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata kawin, yang menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

1 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia,

1999), hal. 9.

2 Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syiar,

Wasiat, Kata Mutiara, Alih Bahasa, Cipta Persada, (Jakarta: Qisthi press, 2003), hal. 5.

3 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal.

(16)

Istilah “kawin” digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan menunjukkan proses generative secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan terutama menurut agama.

Allah SWT dengan segala kekuasaan-Nya telah menciptakan alam dan segala makhluk yang ada di bumi ini. Setiap makhluk yang diciptakan-Nya mempunyai beberapa macam. Pertama, makhluk nabati (tumbuh-tumbuhan), kedua, makhluk hewani (binatang), ketiga, makhluk insani (manusia). Semua makhluk ini terdiri dari dua jenis yang saling berpasang-pasangan. Bagi makhluk nabati dan hewani ada jenis jantan dan betina, sedangkan pada makhluk insani ada jenis laki-laki dan perempuan. Hikmah diciptakannya segala jenis makhluk ini agar saling membutuhkan dan memerlukan sehingga

dapat hidup berkembang.4

Dalam ajaran Islam, pernikahan merupakan suatu hal yang fitrah dan memiliki nilai-nilai yang agung yang berbeda dengan ajaran-ajaran lainnya. Ajaran Islam juga memyempurnakan tata cara pernikahan yang baik (menghindari sifat-sifat kebinatangan) dan berusaha untuk menempatkannya pada kedudukan yang mulia guna mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang berderajat tinggi dan menempatkan keduannya itu sebagai makhluk yang mulia. Dengan adanya ikatan tali pernikahan, keduanya dapat

4 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu

(17)

saling membutuhkan, saling mengisi dan berbagi perasaan suka maupun duka dalam kehidupan berumah tangga. Semuanya ini Allah SWT jadikan antara keduanya itu untuk menyempurnakan kehidupan manusia, dari laki-laki dan perempuan ini selanjutnya menurunkan keturunan-keturunan lainnya.

Dalam kehidupan berumah tangga, suami dapat hidup dengan tenang bersama istrinya tempatnya mengadu dan mencurahkan segala keluh kesahnya, berbagi perasaan dengan harapan istrinya dapat meringankan beban yang dipikulnya. Dengan demikian suami dapat menemukan ketenangan batin dan jiwa yang sempurna serta dapat membangun keluarga yang penuh kedamaian, kecintaan dan kasih sayang. Di satu sisi, dalam menjalankan, membangun dan membina kehidupan berumah tangga terkadang terdapat

gelombang-gelombang yang datang secara perlahan-lahan.5

Kehidupan berumah tangga diibaratkan sebagai suatu perjalanan dalam mengarungi samudera untuk mencapai tepian dermaga pada suatu pulau yang menjadikan tujuan. Dalam mengarungi samudera ini tentu banyak menghadapi berbagai gelombang. Keadaan seperti ini bukan hanya dialami pada orang tertentu, tetapi setiap insan yang bernafas baik yang telah

5

Dwi Novie, Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja.

diakses tanggal 12 maret 2015 dari http://ceria.bkkpn.go.id/penelitian/detail/209

(18)

membina rumah tangga atau sedang membina rumah tangga mengalami

hempasan gelombang tersebut.6

Berkaitan dengan gelombang (problematika) yang ditemukan dalam kehidupan berumah tangga, yang belakangan ini muncul yakni tentang keperawanan. Permasalahan ini nampaknya sering terjadi atau bahkan menjadi permasalahan yang sangat universal terjadi pada orang-orang yang baru membangun kehidupan berumah tangga (pengantin baru). Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang kondisi siswa (SMP dan SMA) di Indonesia terutama penelitian di kota-kota besar, ternyata hasilnya cukup mengejutkan. Diperoleh data, 63% siswa dinyatakan tidak perawan atau sudah pernah melakukan hubungan intim. Dari jumlah tersebut, 21% pernah melakukan aborsi. Pertumbuhan seks pranikah di kalangan siswa cukup tinggi. Pada tahun 2005-2006, jumlah siswa tidak perawan masih berkisar 47,54%. Jadi dalam kurun dua tahun saja telah meningkat 15,46%. Dari lokasi penelitian menunjukkan, Medan, Binjai, dan

Langkat sebagai salah satu kota besar penyumbang angka tertinggi.7

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT telah memperingatkan umatnya untuk

menjaga kemaluannya. Karena tak jarang, keteledoran dan hawa nafsu

6

Dwi Novie. Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja.

diakses tanggal 12 maret 2015 dari http://ceria.bkkpn.go.id/penelitian/detail/209

7 Dwi Novie. Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja.

(19)

duniawi sesaat justru berdampak bagi kehilangan kehormatan diri. Untuk itu Alllah SWT berpesan kepada umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, untuk benar-benar menjaga kemaluannya.

Dengan demikian jelas, melalui ayat di atas Allah SWT mengingatkan umat Islam untuk menjaga kemaluannya. Allah SWT, karenanya, jelas-jelas

mengaitkan sikap menjaga kemaluan ini dengan Azka (lebih suci) bagi

mereka. Siapa yang menjaga kemaluannya, berarti menjaga kesuciannya.

Menurut Jefry al-Bukhari, dalam karyanya Sekuntum Mawar untuk Remaja,

pesan Islam untuk pergaulan Remaja, orang yang tidak sanggup menjaga kesucian dan kehormatan, maka ia adalah pribadi yang buruk dan hina, mudah

goyah, dan kemungkinan besar tidak akan dapat menjaga rumah tangganya.8

Khususnya bagi kaum wanita beriman, melalui ayat Allah SWT, memperingatkan secara panjang lebar pada mereka tentang pentingnya menjaga kehormatan dan beberapa hal yang harus dilakukan secara praktis agar dapat tetap terjaga kehormatannya. Ini bisa dimengerti mengingat kaum wanita adalah pihak rawan ternodai kehormatan atau kesuciannya. Dalam segala posisi, situasi, dan kondisi, presentasi timbul ancaman terhadap kesucian mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan kaum laki-laki.

8 Jefry Al-Bukhari,Sekuntum Mawar Untuk Remaja; Pesan Islam untuk Pergaulan

(20)

Apalagi dampak negatif ternodainya kesucian kaum wanita akan membawa

guncangan psikologis yang hebat.9

Di tengah era globalisasi, informasi, dan modernisasi sekarang, makin banyak perempuan perempuan yang tidak lagi perawan. Dengan tingginya terlihat mobilisasi penduduk, pengiriman tenaga kerja wanita Indonesia (TKWI), ke luar negeri yang jauh dari keluarga, merupakan peluang besar hilangnya keperawanan perempuan-perempuan impian laki-laki. Sikap hidup hedonis di tengah kota metropolitan, menyebabkan makin mudah kehilangan keperawanan bagi perempuan. Artinya makin sulit mencari perempuan

perawan dijadikan sebagai isteri, teman hidup.10

Seperti di Benua Afrika, tuntunan mempertahankan keperempuanan kian marak, akibat makin berkembangnya virus HIV di semua negara di dunia, maka berbagai cara dilakukan untuk mengobati dan pencegahan sejak dini. Di Buganda, sebuah kerajaan di Afrika, mengehentikan penyebaran virus HIV dengan cara menghidupkan kembali tradisi lama, memberikan hadiah kepada para perempuan yang masih perawan. Larangan itu ditetapkan oleh Raja Mswati III. Dia memerintahkan para perempuan mengenakan jambul, sebuah lencana tanda perawan dalam adat masyarakat Swazi lencana

9 Jefry Al-Bukhari,Sekuntum Mawar Untuk Remaja; Pesan Islam untuk Pergaulan

Remaja cet, ke 8 hal. 151.

10

Analisa, Tuntutan Memprtahankan Kegadisan Kian Marak di Afrika.” Edisi rabu, 22 Mei 2002.

(21)

dipakai di leher. Buganda sendiri kerjaan independen termasuk wilayah Uganda ketika memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1962. Kerajaan

ini memiliki remaja 17 persen dari 24 juta penduduk Uganda. “tetap perawan

berarti menghormati budaya kami,” ujar Rose Orishaba, seorang siswa di

Kampala yang bermaksud membubuhi tanda tangan di kertas perjanjian

keperawanan sebagaimana dikutip Analisa.11

Pergaulan yang demikian tentu saja rentan menghilangkan keperawanan bagi perempuan. Dan akibatnya, jika keperawanan ini hilang, tak jarang kaum laki-laki yang tak mau menjamahnya. Apalagi menikahinya, lantaran keperawanan masih dinilai begitu penting dan berharga. Bagi mereka ini, keperawanan identik dengan kesucian dan kehormatan. Karena itu, keperawanan menjadi syarat mutlak dan harga mati bagi perempuan yang hendak dinikahi. Bagi kaum laki-laki, menikah dengan perempuan perawan adalah salah satu kebanggaan tersendiri. Laki-laki merasa terhina dan dibohongi bila perempuan yang dinikahi tidak lagi perawan, padahal isterinya sebelumnya tidak atau belum mempunyai suami. Mungkin laki-laki (suami) langsung menceraikan isterinya karena tidak perawan, padahal isteri berstatus

perempuan, kecuali isterinya bersatatus janda.12

11 Analisa, Tuntutan Memprtahankan Kegadisan Kian Marak di Afrika.” Edisi rabu,

22 Mei 2002.

(22)

Begitu pentingnya keperawanan bagi seorang perempuan, padahal perempuan-perempuan tersebut tidak perawan lagi bisa saja karena akibat olah raga keras, atau kecelakaan seperti pemerkosaan, akibat operasi pembedahan atau yang lainnya. Jika demikian kenyataannya, maka pada gilirannya, hal ini membuat takut dan khawatir kaum perempuan karena hal tersebut dapat menimbulkan hilangnya keperawanannya. Maka mereka begitu pusing ketika keperawanannya membuat tertolak dan bahkan berdampak begitu saja karena dianggap telah hilang kecusian dan kehormatan dirinya. Posisi perempuan yang tidak perawan lagi senantiasa berada di pihak yang

salah dan dipersalahkan.13 Untuk menutupi aib itu, sedikit sekali kaum

perempuan itu melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan

keperawanan, termasuk dengan melakukan operasi selaput darah yang dalam

istilah medis disebut Hymenoplasty, beruntungnya, dunia medis modern

memungkinkan hal ini dilakukan. Sehingga, kaum perempuan yang terlanjur kehilangan keperawanannya tidak perlu khawatir dan diambil pusing. Karena dengan operasi kecil tak lebih dari 20 menit, keperawanan itu akan kembali

lagi seperti sedia kala.14

13Analisa, Tuntutan Mempertahankan Kegadisan Kian Marak di Afrika, Edisi rabu,

22 Mei 2002.

14

Ilham Radiansyah, Operasi Vagina Gaya Hidup Baru Kaum Hawa Makasar,

(23)

Dengan mengeluarkan uang senilai 4 juta hingga 6 juta untuk

operasi.15 Mereka akan dilihat kembali sebagai perawan yang menyandang

predikat wanita suci, baik, dan sebagainya. Kian hari, fenomena operasi

keperawanan, yang dalam istilah Hendra Nadesu disebutkan sebagai “reparasi

selaput darah” kian menjamur dan kian diminati kaum perempuan. Dengan kondisi ini memunculkan kekhawatiran. Jika hal ini dilegalkan secara bebas, maka kemungkinan terjadinya pergaulan seks bebas kian menjadi-jadi. Soalnya, bagi wanita yang telah kehilangan keperawanan, mereka mudah saja mengembalikan keperawanan itu dengan jalan operasi. Persoalanpun dianggap selesai, tentu, ini tentu menjadi efek negatif dari kebolehan melakukan operasi selaput darah ini secara bebas. Sedangkan operasi keperawanan bagi wanita yang melakukan zina tidak ada manfaatnya, bahkan membawa madharat yang lebih besar dan secara syariatpun tidak

diperbolehkan.16

Timbul pertanyaan, bagaimana pandangan hukum Islam bagi perempuan yang melakukan operasi keperawanan karena kecelakaan, dengan tujuan untuk mempermudah pernikahannya? Pertanyaan-pertanyaan ini penting diajukan, mengingat doktrin agama barangkali sangat bernuansa klasik yang juga hanya memotret persoalan klasik. Persoalan-persoalan

15 Amalia Fauziah dan Yunianti Chuaifah, Apakah Islam Agama untuk Perempuan,

(Jakarta: PBB UIN Jakarta dan KAS, 2003), hal. 26.

(24)

mutakhir, semisal operasi keperawanan ini, akhirnya barangkali disikapi

secara “gagap” oleh agama. Bahkan, seringkali ada kesan agama dan

agamawan “tidak siap” menghadapinya.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan

judul “Pandangan Hukum Islam Tentang OperasiKeperawanan Sebagai

Alasan untuk Memperlancar Pernikahan”. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan yang menjadi fokus dalam pembahasan skripsi ini. Untuk mengefektifkan dan memudahkan pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini pada pembahasan mengenai operasi keperawanan untuk mempermudah pernikahan yang pecahnya selaput darah disebabkan oleh kecelakaan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah di atas maka penulis merumuskan pokok permasalahan skripsi ini adalah operasi keperawanan untuk mempermudah pernikahan. Pokok permasalahan di atas diurai dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang hukum operasi

(25)

2. Apa dalil ahkam yang digunakan oleh para ulama tentang operasi keperawanan dalam pernikahan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam mengenai operasi

keperawanan dalam pernikahan.

b. Untuk mengetahui dalil ahkan yang digunakan oleh para

ulama-ulama mengenai operasi keperawanan dalam pernikahan.

2. Manfaat Penelitian

a. Dalam bidang akademik penelitian ini diharapkan dapat berguna

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada hukum Islam

b. Bagi masyarakat luas penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dan meyakinkan tentang melakukan operasi keperawanan dalam pernikahan.

D. Review Studi Terdahulu

Penulis melakukan tinjauan terhadap kajian-kajian terdahulu, di

antaranya adalah skripsi yang berjudul “Pemakaian Selaput Dara Tiruan

(26)

bagian luar dengan organ reproduksi bagian dalam. Bahwa hukum pemakaian selaput dara tiruan ini tergantung dari penyebab robeknya selaput dara, jika robeknya selaput dara dikarenakan oleh kecelakaan, terbentur benda keras, maka hukumnya mubah, jika penyebabnya robeknya selaput dara disebabkan oleh perbuatan zina berulang-ulang maka hukumnya makruh.

Penelitian selanjutnya yaitu “Operasi Penyempurnaan dan

Penggantian Alat kelamin dalam Tinjauan Hukum Islam Serta Pengaruhnya

Terhadap Status Perkawinan dan Kewarisannya” yang ditulis oleh Siti Maemah, Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqih 2005. Skripsi ini menyimpulkan operasi penyempurnaan alat kelamin adalah dibolehkan (mubah), karena operasi ini untuk mempertegas dan memperjelas alat kelamin yang sudah ada dan dalam hal kewarisannya Status hukum perkawinan setelah

melakukan operasi penyempurnaan kelamin bagi khunsa wadih adalah tetap

seperti semula sesuai dengan kejelasan status sebelumnya.

Dari skripsi yang telah diuraikan di atas, penulis berpendapat bahwa skripsi yang ditulis ini berbeda dengan skripsi di atas. Jika di skripsi pertama fokus pembahasannya mengenai pemakaian selaput dara tiruan dalam pernikahan tinjauan hukum Islam, kemudian skripsi kedua fokus pembahasannya mengenai Operasi Penyempurnaan dan Penggantian Alat kelamin. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan tentang pandangan tokoh

(27)

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan empiris, yang mana penelitian ini dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau data sekunder.17 Penelitian ini juga menggunakan metode

wawancara tentang pandangan tokoh kontemporer dan melalui jalan qawa’id fiqhiyyah hukum Islam Tentang operasi keperawanan dalam pernikahan. Adapun pada penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual yaitu suatu pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan para ahli hukum. Pemahaman akan pandangan-pandangan-pandangan-pandangan ini menjadi sandaran bagi penelitian dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan masalah.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer dalam penelitian ini adalah Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli, data primer dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap sesuatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu metode survei dan metode observasi.

17 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

(28)

Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) data sekunder umunya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasi secara sistematis dan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian yang

akan dilakukan. 18

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau mudah dipahami dan diinformasikan

kepada orang lain.19 Pada tahapan analisis data, data diolah dan

dimanfaatkan sedemikian rupa hingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menganalisis dan menjelaskan suatu

18 Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hal. 17-18.

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta,

(29)

permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas sehingga menemukan jawaban yang diharapkan.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

F. Sistimatika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan dengan isi dan

maksud tulisan ini. Pembagian ke dalam beberapa bab dan sub bab adalah

bertujuan untuk memudahkan pembahasan terhadap isi penulisan ini. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM

(30)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG OPERASI KEPERAWANAN

Meliputi pengertian operasi keperawanan, sebab-sebab hilangnya keperawanan, alasan-alasan melakukan operasi keperawanan dan hukum melakukan operasi keperawanan.

BAB IV ANALISIS OPERASI KEPERAWANAN DALAM

PERNIKAHAN

Meliputi, Operasi Keperawanan Untuk Memperlancar

Pernikahan, Pandangan Tokoh Islam Tentang Operasi

keperawanan Dengan Alasan Untuk Mempermudah

Pernikahan, Istimbat Hukum Tentang Operasi Keperawanan, Analisis Hukum Islam Tentang Operasi Keperawanan Dengan Alasan Untuk Mempermudah Pernikahan

BAB V PENUTUP

(31)

17

Menurut bahasa, nikah berarti penggabungan dan percampuran. Sedangkan menurut istilah syariat, nikah berarti akad antara pihak laki-laki dan wali perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi halal. Nikah berarti akad dalam arti yang sebenarnya dan berarti hubungan badan dalam

arti majazi (metafora). Jadi, hubungan badan itu tidak boleh dilakukan hanya

dengan izin semata. Di pihak yang lain, Abu Hanifah berpendapat, nikah itu berarti hubungan badan dalam arti yang sebenarnya, dan berarti akad dalam

arti majazi.1 Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah SAW:

ِ َِى ه نِصِ ب نلاِ ن اِ ة ر َِ ن َِ ن س ح اِ ن َِ ة دا ت قِ ن َ

ِ ت قِ أ ر قِ وِ، ل ت ب تلاِ ن

ِ{ِ ة دا

ِ ب قِ ن مًِل س رِا ن ل س ر اِ د ق لِ و

ِ وِاًجا و ز اِ م َِا ن ل ع جِ وِ ك ل

:دَرلاِ.ًة ي ر ذِ

ِ

هجامِنباِوِىذمرلا

Artinya:

Dari Qatadah dari Hasan dari Samurah, bahwa sesungguhnya NabiSAW mel arang membujang, dan Qatadah membaca ayat,

“Dansesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamudan

Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”.(Ar-Ra’d : 38).

[HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]

1 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga Panduan Membangun Keluarga Sakinah

(32)

“saling menikahilah kalian, sehingga kalian akan melahirkan banyak keturunan.”

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang

menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis. Melakukan

hubungan kelamin atau bersetubuh.2 Perkawinan disebut juga “pernikahan”,

berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling

memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi).3 Kata “nikah”

sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan, juga untuk arti akad.4

Pernikahan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk

membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki, nikah

menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum

kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang

semakna dengannya.5

Firman Allah SWT:

2 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hal.

456.

3 Muhammad bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul al Salam, (Bandung: Dahlan, 1988), hal.

109.

4 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1989), hal.

29.

(33)

او ح ك نا ف

ِ

ا م

ِ

ِ با ط

ِ

ِ م ك ل

ِ

ِ ن م

ِ

ِ ءا س نلا

ِ

ِٰ ن ث م

ِ

ِ ث ل ث و

ِ

ِ ع ب ر و

ِ

ِ ۖ

ِ ن إ ف

ِ

ِ م ت ف خ

ِ

ِ ل أ

ِ

او ل د ع ت

ِ

ًِة د حا و ف

ِ

ِ و أِ

ا مِ

ِ ت ك ل م

ِ

ِ م ك نا ْ أ

ِ

ِ ۚۖ

ِ ك لٰ ذ

ِ

ِٰ ن د أ

ِ

ِ ل أ

ِ

او لو ع ت

ِ(

:ءاسنلاِةروس

٤

:

٣

ِ

)

ِ

“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja” (QS. Al-Nisa (4): 3).

Perkawinan atau pernikahan dalam Islam dilakukan atas hubungan

yang halal. Perkawinan, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an, merupakan

bukti dari Maha Bijaksana Allah SWT. Dalam mengatur makhluk-Nya. Firman Allah SWT:

Dalam firman Allah yang lain ditegaskan:

ِٰى ث ن ْا وِ ر ك ذلاِ ي ج و زلاِ ق ل خِ ه ن أ و

ِ(

:مجنلا:ةروس

ِ

٢٣

:

٢٤

)

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.” (Al-Najm (53): 45).

ِ ن م و

ِ

ِ ه ت َآ

ِ

ِ ن أ

ِ

ِ ق ل خ

ِ

ِ م ك ل

ِ

ِ ن م

ِ

ِ م ك س ف ن أ

ِ

اًجا و ز أ

ِ

او ن ك س ت ل

ِِ ل إ

ا ه ي

ِ

ِ ل ع ج و

ِ

ِ م ك ن ي ب

ِ

ًِة د و م

ِ

ًِة ح ر و

ِ

ِ ۚۖ

ِ ن إ

ِ

ِ ف

ِ

ِ ك لٰ ذ

ِ

ٍِت َ َ

ِ

ٍِم و ق ل

ِ

ِ نو ر ك ف ت ي

ِ

:مورلاِةروس(

ِ

٣

:.

ِ

٥٦

ِِ

)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

seorang istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasakan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Al-Rûm (30): 21).

(34)

Kedua ayat di atas menyatakan kepada kita bahwa Islam merupakan ajaran yang menghendaki adanya keseimbangan hidup antara jasmani dan rohani, antara duniawi dan ukhrawi, antara materil dan spiritual. Oleh sebab itu, selain merupakan sunnatullah yang bersifat kudrat, perkawinan dalam Islam juga merupakan sunnah Rasul. Nabi Muhammad SAW. Dalam

hadisnya menyatakan6:

ِ اِ ن َ

ِ ن

ِ س

ِِ ب

ِ ن

ِِ م

ِ لا

ِ ك

ِِ ا

ِ ن

ِ

ِ نلا

ِ بِ

ملسوِهىلَِلِىلص

ِ

ِ ح

ِ د

ِ ل

ِِ وِ ا

ِ ث

ِ ن

ِ َِِ ل

ِ يِ ه

ِِ وِ ق

ِ لا

ِِ

ل(

ِ ك

ِ نِ

ِ اِ نِ

ا

ِ صِ ل

ِ ي

ِ وِ,

ِ اِ ن

ِ م

ِ وِ,

ِ ا

ِ صِ

وِ م

ِ وِ,

ِ اِ ف

ِ ط

ِ ر

ِ وِ,

ِ اِ تِ ز

ِ و

ِ جِ

اِ نل

ِ س

ِ ءا

ِ فِ,

ِ مِ ن

ِِ رِ غ

ِ ب

ِِ َ

ِ نِ

ِ سِ ن

ِ ِِ

ِ فِ لِ ي

ِ س

ِِ م

ِ ن

ِ)

“Namun aku sendiri shalat, tidur, puasa, berbuka, dan menikahi wanita.

Siapa yang menetang sunnaku, maka ia bukanlah kelompokku” (HR. Bukhari

dan Muslim).7

Dalam hal ini, Anwar Haryono menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang pria dan wanita untuk membentuk

keluarga bahagia.8 Dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan yang berlaku di Indonesia dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

6 H. E. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2008), hal. 296.

7 Abu al Husein Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1998), hal. 129.

8Anwar Haryono, Hukum Islam, Keluasaan dan Keadilannya, (Jakarta: Bulan

(35)

Yang Maha Esa. Dalam penjelasannya, tujuan perkawinan erat kaitannya dengan keturunan, pemeliharaan, dan pendidikan anak yang menjadi hak dan

kewajiban orang tua.9

Adapun makna atau arti kata nikah (kawin) menurut arti asli ialah

hubungan seksual tetapi menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum

ialah aqad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai. suami istri antara seseorang pria dengan seorang wanita. Di dalam suatu pernikahan, itu terdapat aqad yang mana ketika sudah di ucapkan aqad maka calon suami dan istri menjadi suami istri yang sah menurut agama Islam. Pada aqad inilah bisa dikatakan sebagai tanda halal atau peresmian suami istri menjadi hubungan yang sah.

B. Hukum Melakukan Pernikahan

Dalam Islam, pernikahan merupakan hal penting sehingga para ulama memberi perhatian khusus dalam hal ini. Adapun hukum nikah di sekelompok ulama, yaitu jumhur berpendapat bahwa nikah itu sunah. Ahli zhahir

berpendapat bahwa nikah itu wajib, para ulama muta’akhirin (belakangan)

dari mazhab Maliki berpendapat bahwa nikah itu untuk sebagian orang hukumnya wajib, untuk sebagian yang lain sunah dan untuk sebagian lain lagi mubah. Hal itu berdasarkan kekhawatiran terhadap perbuatan zina atas

(36)

dirinya.10 Sebab terjadinya perbedaan pendapat, apakah bentuk perintah di

dalam firman Allah Ta’ala. Pernikahan merupakan sesuatu yang disyari’atkan

dalam agama Islam, sesuai dengan firman Allah:

ِ ن إ و

ِ

ِ م ت ف خ

ِ

ِ ل أ

ِ

او ط س ق ت

ِ

ِ ف

ِ

ِٰى ما ت ي لا

ِ

او ح ك نا ف

ِ

ا مِ

ِ با ط

ِ

ِ م ك ل

ِ

ِ ن م

ِ

ِ ءا س نلا

ِ

ِٰ ن ث م

ِ

ِ ث ل ث و

ِ

ِ ع ب ر و

ِ

ِ ۖ

ِ ن إ ف

ِ

ِ م ت ف خ

ِ

ِ ل أ

ِ

او ل د ع ت

ِ

ًِة د حا و ف

ِ

ِ و أِ

ا مِ

ِ ت ك ل م

ِ

ِ م ك نا ْ أ

ِ

ِ ۚۖ

ِ ك لٰ ذ

ِ

ِٰ ن د أ

ِ

ِ ل أ

ِ

او لو ع ت

ِ

:ءاسنلاِةروس(

٤

:

٣

ِ

)

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Qs. Al-Nisa (4) 3.

Dan sabda Rasulullah SAW,

ِ كا ن ت

ٌِر ثا ك مِ ِِا فِا و ح

ِ م ك ب

ِ م م ٔلاا

“Saling menikahlah kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian

yang banyak di hadapan umat-umat lain.” (HR. Shahih dan Ibnu Majah). Allah juga berfirman:

ِ صلا وِ م ك ن مِٰى م َ ْاِاو ح ك ن أ و

ِ ّاِ م ه ن غ يِ ءا ر ق فِاو نو ك يِ ن إِِۚ م ك ئا م إ وِ م ك دا ب َِ ن مِ ي حا

ٌِمي ل ٌَِع سا وِ ّا وِِۗ ه ل ض فِ ن م

ِ(

ِ

لاِةروس

ِ:رون

٥٤

٥٣

)

ِ

10
(37)

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Nûr(24): 32)

Imam Ibnu Hazm berkata, “wajib hukumnya bagi orang yang normal untuk menikah, yaitu apabila ia telah sanggup mencari nafkah untuk membiayai hidupnya setelah menikah. Apabila ia belum mampu mencari

nafkah maka perbanyaklah puasa.” Adapun ulama yang mengatakan bahwa

nikah itu untuk sebagian orang yang wajib hukumnya, untuk sebagian yang lain sunah, dan untuk sebagian lainnya mubah, mereka melihat kepada

kemaslahatan. Ini termasuk jenis qiyas yang disebut mursal, yaitu qiyas yang

tidak memiliki asal tertentu yang dijadikan sandaran. Banyak dari ulama yang mengingkarinya dan pendapat yang kuat dari mazhab Malik mengatakan

demikian.11

Di dalam buku “Fikih Keluarga Panduan Membangun Keluarga

Sakinah Sesuai Syariat” berkenaan dengan pernikahan ini, manusia terbagi

menjadi tiga macam:

Pertama, orang yang takut terjerumus dalam pelanggaran jika dia tidak menikah. Menurut para fuqaha, secara keseluruhan, keadaan seperti itu menjadikan seseorang wajib menikah, demi menjaga kesucian dirinya. Dan

jalannya adalah dengan cara menikah. Kedua, orang yang disunnahkan untuk

11 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid. Penerjemah Imam Ghazali Said dan Achman

(38)

menikah. Yaitu, orang yang syahwatnya bergejolak, yang dengan pernikahan tersebut dapat menyelamatkan dari berbuat maksiat kepada Allah SWT.

Menurut pendapat Ashabur Ra’yi, menikah dalam keadaan seperti itu adalah

lebih utama dari pada menjalankan ibadah sunnah. Dan itu pula yang menjadi pendapat para sahabat.

Ketiga, orang yang tidak mempunyai nafsu birahi, baik karena lemah syahwat atau sebenarnya ia mempunyai nafsu birahi tetapi hilang karena penyakit atau karena hal lainnya. Dan mengenai hal tersebut terdapat dua pendapat: pertama, ia tetap disunnahkan menikah, karena universalitas alasan yang telah dikemukakan di atas. Kedua, tidak menikah adalah lebih baik baginya, karena ia tidak dapat mewujudkan tujuan nikah dan bahkan menghalangi isterinya untuk dapat menikah dengan laki-laki yang lebih memenuhi syarat. Dengan demikian ia telah memenjarakan wanita tersebut. Pada sisi yang lain, ia telah menghadapkan dirinya pada ketidak mampuan memenuhi hak dan meunaikan

kewajiban12

Dari Anas, ia berkata, Nabi Muhammad SAW telah menyuruh untuk

menikah bagi yang sudah Ba’ah (mampu), dan dengan keras beliau melarang

tindakan membujang seraya bersabda, demikian itulah perintah menikah secara tegas. Dan larangan meninggalkannya hampir mendekati kepada haram. Seandainya membujang itu lebih baik dari pada menikah, maka hal itu

12 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga Panduan Membangun Keluarga Sakinah

(39)

jelas bertentangan dengan perintah tersebut. Selain itu, Rasulullah SAW sendiri telah menikahi wanita dan bahkan lebih dari satu orang, hal itu juga dilakukan oleh para sahabat beliau. Sedangkan beliau dan juga para sahabatnya tentu tidak akan menyibukkan diri kecuali dengan hal-hal yang

lebih baik.13

Pernikahan itu hukumnya bisa menjadi wajib, jika sesorang yang bersangkutan merasa khawatir akan terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang, jika sampai tidak menikah. Apabila sesorang sudah merasakan mampu akan ongkos menikah, seperti, maskawin dan nafkah, tetapi ia merasakan takut akan terjerumus ke dalam jurang perzinaan jika sampai ia tidak menikah, maka dalam hal ini ia wajib menikah. Dan ia berdosa kalau

sampai meninggalkannya.14

C. Rukun dan Syarat Pernikahan 1. Rukun Pernikahan

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidak sahnya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbirratul ihram untuk shalat atau adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan dalam pernikahan. Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah

13 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga Panduan Membangun Keluarga Sakinah

Sesuai Syariat, hal. 33.

14 Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi, Kado Pernikahan, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar,

(40)

tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat, atau, calon

pengantin laki-laki atau perempuan itu harus beragama Islam.15

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:

1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.

2. Adanya wali dari pihak calin pengantin wanita. Akad nikah dianggap

sah apabila seorang wali atau wakilnya yang akan melakukannya.

3. Adanya dua orang saksi, pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua

orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut.

4. Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau

wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh pengantin laki-laki. Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat: Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:

1. Wali dari pihak perempuan

2. Mahal (maskawin)

3. Calon pengantin laki-laki

4. Calon pengantin perempuan

5. Sighat akad nikah.

Imam Syafi’i berkata bahwa rukun itu ada lima macam, yaitu:

1. Calon pengantin laki-laki

2. Calon pengantin perempuan

(41)

3. Wali

4. Dua orang saksi

5. Sighat akad nikah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah itu ada empat, yaitu:

1. Sighat (ijab dan qabul)

2. Calon pengantin laki-laki

3. Calon pengantin perempuan

4. Wali dari pihak calon pengantin perempuan

Pendapat mengatakan yang mengatakan bahwa rukun itu ada empat, karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung

menjadi satu rukun.16

Di dalam buku lain membahas mengenai rukun pernikahan ini ada yang berpendapat rukun pernikahan sebagai beriku:

1. Sighat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan, seperti kata

wali, “saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama….”. Jawab

mempelai laki-laki “saya terima menikahi…”, boleh juga didahului oleh

perkataan dari pihak mempelai, seperti “nikahilah saya dengan anakmu….”. Jawab wali, “saya nikahkan engakau dengan anak saya….”

Karena maksud yang sama. Tidak sah akad nikah kecuali dengan lafaz

nikahi, tazwîj, atau terjemahan dari keduanya.

(42)

Yang dimaksud dengan “kalimat allah” dalam hadis ialah Al-Qur’an

dan dalam Al-Qur’an tidak disebutkan selain dua kalimat itu (nikah dan

tazwij), maka harus dituruti agar tidak salah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa akad sah dengan lafaz yang lain, asal maknanya sama

dengan dua lafaz tersebut, karena asal lafaz akad tersebut ma’qul makna,

tidak semata-mata ta’abbudi.

2. Wali (wali si perempuan). Keterangannya adalah hadis Nabi Muhammad

SAW.

ِ َِ ن

ِِ د

ِ واِ د

ِ بِ ن

ِ

ِ حا

ِ ص

ِ ي

ِِ َ

ِ نِ

ِ َ

ِ كِ

رِ مِ ة

ِ قِ.

ِ لاِ ه

ِ

ِ لا

ِ مِ ما

ِِ ا

ِ ح

ِ د

ِ وِ.

ِ لِِ ي

ِ س

ِ مِ ع

ِ

ِ ح

ِ ج

ِ جا

ِِ م

ِ نِ

ِ زلا

ِ هِ ر

ِي

ِ قِ لا

ِ هِ

ِ زلاِنبدابَ

ِ هِ ر

ِ فِ.ي

ِ قِ د

ِِ ت

ِ بِِ ع

ِ هِ

ِ َِ لِ ي

ِ هِ

ِ سِ لِ ي

ِ م

ِ نا

ِِ ب

ِ ن

ِِ مِ

و

ِ س

ي

ِِ وِ ه

ِ وِ ثِ ق

ِ ةِ

ِ َِ ن

ِِ لا

ِ زِ هِ

ر

ِ َِي

ِ نِ

ِ َِ رِ

وِ ةِ

ِ َِ ن

ِِ َ

ِ ئا

ِ شِ ة

ِِ بِ ل

ِ فِ ذ

ِ

ِ اِ(

ِ ْ

ِ اِا

ِ مِ رِ ةا

ِِ ن

ِ ك

ِ ح

ِ ت

ِِ ب

ِ غِ يِ

اِ ذِ ن

ِِ وِ لِ

يِ ه

ِ فِا

ِ ن

ِ ك

ِ حا

ِ ه

ِ بِا

ِ ط

ِ ل

.ثيدحا)

“barangsiapa di antara perempuan yang menikah tidak dengan izin walinya, maka pernikahannya batal.” (HR. empat orang ahli hadis,

kecuali Nasai).17

3. Dua orang saksi. Sabda Rasulullah SAW:

ِ. ٍل د َِى د ها شِ وِ ٍ ل و بِ ل اِ حا ك نِ لِ: لا قِصِ ب نلاِ ن ٍَِ ي ص حِ ن بِ نا ر م َِ ن َ

دحا

ِِ

لبنحِنب

Dari‘Imran bin Hushain dari Nabi SAW beliau bersabda,

“Tidak adanikah melainkan dengan wali dan dua saksi yang adil”. [HR. Ahmad bin Hanbal18.

2. Syarat Sah Pernikahan

(43)

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar sahnya perkawinan. Apabila terpenuhi maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua, yaitu:

a) Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin

menjadikan istri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang yang haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun untuk selamanya.

b) Akad nikahnya dihadiri para saksi. Secara rinci, masing-masing rukun di

atas akan dijelaskan syarat-syaratnya sebagai berikut:

Syarat-syarat kedua mempelai. Yaitu dari pihak pengantin pria, pengantin perempuan

a) Syarat-syarat pengantin pria.

a. Calon suami beragama Islam

b. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki

c. Orangnya diketahui dan tertentu

d. Calon mempelai laki-laki jelas halal kawin dengan calon istri

e. Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu

betul calon istrinya halal baginya

f. Calon suami rela (tidak terpaksa) untuk melakukan perkawinan itu

g. Tidak sedang melakukan ihram

(44)

i. Tidak sedang mempunyai istri empat

b) Syarat-syarat pengantin perempuan

a. Beragama Islam

b. Terang (jelas) bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci)

c. Wanita itu jelas orangnya

d. Bukan mahram

e. Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam

‘iddah

f. Tidak terpaksa/ikhtiyar

g. Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah19

Selain syarat mengenai calon pengantin laki-laki dan perempuan, adapun syarat wali dan dua orang saksi di dalam pernikahan sendiri. Wali dan saksi bertanggung jawab atas sahnya akad pernikahan, oleh karena itu, tidak semua orang dapat diterima menjadi wali atau saksi, tetapi hendaklah orang-orang yang memiliki beberapa sifat berikut ini:

1. Beragama Islam

2. Balig (sudah sedikitnya 15 tahun)

3. Berakal

4. Merdeka

5. Laki-laki, karena tersebut dalam hadis riwayat Ibnu Majah dan

Daruqutni di atas

(45)

6. Adil

Dengan memilih wali dan saksi dalam pernikahan mengikuti persyaratan atau kriteria pada di atas. Maka sebuah pernikahan yang akan berjalan dengan lancar dengan terpenuhinya segala persyaratan dan syarat sahnya pada pernikahan itu sendiri.

D. Anjuran dalam Melakukan Pernikahan

Berdasarkan hadis-hadis Rasulullah, hadis muttafaqun alaihi (sepakat

para ahli hadis) mengeni hadis yang berbunyi:

ِ َِ ن

ِِ َِ ب

ِ د

ِ ل

ِِ ب

ِ ن

ِِ م

ِ سِ ع

ِ وٍِدِ ق

ِ لا

ِ قِ:

ِ لا

ِِ لِ ن

ِ رِا

ِ سِ و

ِ ل

ِ

ِ ل

ِ

ِ َِ(ِص

ِ مِِ ع

ِ شِ ر

ِ شلا

ِ ب

ِ با

ِ مِ,

ِ ن

ِ

ِ ساِ ت

ِ ط

ِ عاِ

ِ مِ ن

ِ ك

ِ مِ

ِ بلا

ِ ءاِ ة

ِِ فِ ل

ِ يِ تِ ز

ِ و

ِ ج،

ِِ فِ ا

ِ نِ ه

ِِ اِ غ

ِ ض

ِِ لِ ل

ِ بِ ص

ِ ر،

ِِ وِ ا

ِ ح

ِ ص

ِ نِ

ِ لِ ل

ِ فِ ر

ِ ج

،ِ

ِ وِ م

ِ نِ

ِ لِ

ِ يِ س

ِ تِ ط

ِ عِ

ِ فِ عِ ل

ِ يِ هِ

ِ ب

ِ صل

م،

ِِ فِ ا

ِِ ن

ِ هِِ ل

ِ هِِ

و

ِ ج

ٌِءا

.هيلَِقفتمِ)

ِ

Dari Abdullah bin Mas’ud. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW, kepada kami: “Hai golongan orang-orang muda, siapa-siapa dari kamu mampu berkawin, hendaklah ia berkawin, karena yang demikian lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan, dan barang siapa tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena ia itu pengebiri bagimu” adapun hadis yang berbunyi seperti ini: “dan barang siapa yang tidak mampu kawin hendaklah dia puasa karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang”. Hadis. Rasul jamaah ahli

hadis.20

Dari hadis ini Rasulullah SAW, jelas dapat dilihat bahwa perkawinan itu di anjurkan karena berfaedah bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga

(46)

rumah tangga, masyarakat bangsa dan Negara. Bahwa dengan melakukan perkawinan itu akan terhindarlah seseorang dari godaan syaithan, baik godaan melalui penglihatan mata maupun melalui alat kelamin atau syahwat, nafsu dan sebagainya. Apabila engkau tidak sanggup menikah wajib bagimu puasa

untuk dapat terhindar dari godaan iblis yang terkutuk21.

Dan janganlah kamu takut atau khawatir bahwa dengan pernikahan itu kamu akan bangkrut atau miskin akan terlantar. Bahwa dengan melakukan pernikahan akan dapat meningkatkan prestasi dan menambah semangat berusaha, bekerja dan dengan sendirinya akan bertambah harta kekayaan

disamping mendapat kenikmatan hidup aman dan tentram22.

21

Rasyid Sulaiman H, Fiqh Islam, (Jakarta, Attahiriyah 1954), hal. 260.

22

(47)

33

Operasi dalam bahasa arab adalah jirahah diambil dari kata jarh yang

berarti membekasi dengan senjata tajam. Bentuk jama’nya adalah jara’ah,

tetapi jarh bisa juga jamaknya adalah jirahah. Makna kebahasan jirahah ath

Thibbiyah (operasi medis) ini jelas, karena ia mencakup pembedahan kulit, mencari sumber penyakit, memotong anggota tubuh dengan alat operasi dan pisau operasi yang hukumnya seperti senjata dan bekasnya seperti bekas

senjata.1

Operasi secara bahasa ialah, bedah atau bedel (untuk mengobati penyakit

atau bisa diartikan menjadi untuk mengobati penyakit). Operasi adalah

penyembuhan suatu penyakit yang dijalankan lewat pembedahan.2

Keperawanan dalam kamus kedokteran adalah virginity atau virginitas, artinya

perempuan yang belum melakukan senggama.3 Operasi pengembalian

keperawanan wanita dalam istilah bahasa Arab adalah ritqu ghisy al-bikârah.

Secara harfiah, ritqu dapat diartikan “menempelkan atau merapatkan”.

1Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassan, Taudhih Al-Ahkam Min Bulugh Al Maram, diterjemahkan oleh Thahirin Suparta “Syarah Bulughul Maram” jilid 1, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), hal. 46.

2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997). Cet. Ke-1. Hal. 745

(48)

Sedangkan ghisyya al bikârah berarti selaput klitoris atau selapit dara yaitu permukaan daging tipis dan lembut yang terletak pada kelamin wanita. Ia

disebutkan juga dengan selaput keperawanan (udzrah).4

Menurut kamus kedokteran Vir-gin (l. virgo) adalah seseorang yang

belum pernah melakukan hubungan seksual. Vir-gin adalah berkenaan dengan

seseorang perawan/keperawanan. Vir-gin adalah bisa diartikan masih

perawan.5 Keperawanan adalah keadaan belum pernah berhubungan seksual,

dalam bahasa Inggris, perawan disebut sebagai Virginity.6 Kata perawan atau

virgin berasal dari kata virgo dalam bahasa Yunani dan Latin yang berarti gadis atau perawan.

Perawanan adalah “wanita yang belum dijima oleh laki-laki”, karena

ini secara jumlah, kalimat ritqu ghisyya al-bikârah dapat diartikan menjadi

“mengembalikan selaput dara atau selaput keperawanan yang telah sobek atau

rusak karena sebab-sebab tertentu dengan cara dioperasi. Bagaimana sebenarnya proses keperawanan, seksiolog Boyke Dian Nugraha mengatakan operasi keperawanan sering disebut Hymenoplasti. Operasi ini menjanjikan

4 Ibrohim Unais,al Mu’jam al Wasîth, (Mesir: Dâr el Mârif, 1972), hal. 267.

5 Dorlan, W.A. Newman, Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa, dr. Huriawati

Hartanto, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002), edisi-29, hal. 2398

6 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT

(49)

otot-otot keperawanan menjadi kembali seperti semula. Kencang dan bisa

mengeluarkan darah pada hubungan seks pertama.7

Berbicara tentang keperawanan berarti menyangkut dengan selaput

dara (hymen) karena kebanyakan orang menganggap bahwa seseorang

dianggap masih virgin ketika pertama bersenggama mengeluarkan darah atau robek selaput daranya. Tinjauan masalah keperawanan bergantung dari sudut mana menelitinya, bisa ditinjau dari religious atau social. Batasan keperawanan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat relative. Yaitu diukur dari ada tidaknya pendarahan pada saat berhubungan suami-istri pada pertama kali. Padahal, pendarahan atau tidaknya pada saat

pertama kali berhubungan sangat bergantung dari jenis hymen (selaput dara).

Jika hymen-nya tebal maka untuk merobeknya diperlukan beberapa kali

hubungan suami-istri, atau bahkan tidak pernah berdarah sama sekali,

sehingga robekan selaput dara terjadi saat melahirkan.8

Batasan lainnya, asal sudah melakukan sex intercourse (memasukan

Mr. P ke dalam Miss. V), maka wanita sudah dianggap melakukan hubungan suami-istri dan sudah tidak perawan lagi. Terlepas apakah terjadi pendarahan

atau tidaknya9. Selaput dara mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang

7 Hendrawan Nadesu, Cara Sehat Menjadi Perempuan, (Jakarta, Kompas 2008), hal.

30

8 Budi Santoso, SpOG(K), Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita, (Jakarta: Books

Distribution), cet. I. Hal. 151

(50)

siminular atau bulan sabit yang berlubang-lubang dan ada pemisahnya. Kekuatan selaput dara pun berbeda-beda, mulai yang kaku sampai yang lunak

sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung

jari sampai yang mudah dilalui oleh kedua ujung jari. Umumnya selaput dara ini robek saat berhubungan intim, namum kecelakaan atau benturan keras yang mengenai vagina bisa berakibat pendarahan dalam vagina, luka dan

pengoyakanhymen.10

Selaput dara yang sangat elastis, menyebabkan tidak mudah robek bahkan pada hubungan seks sekalipun. Ada juga yang sangat tipis dan sangat rapuh, sehingga sangat mudah robek lewat aktivitas lain. Kalau seorang perempuan ketika berhubungan seks pertama kali tidak mengeluarkan darah,

ada beberapa kemungkinan, mungkin hymen itu sudah robek, tapi darahnya

tidak banyak, jadi tidak mudah terlihat oleh mata kita. Banyak orang mengira

kalau selaput dara robek maka dara akan keluar banyak. Sebetulnya hymen itu

sangat tipis sehingga robeknya tidak selalu menyebabkan keluarnya darah

pada hymen tersebut.11

Berburu keperawanan, itulah fenomena yang terjadi saat ini. Hanya saja mereka bukanlah kaum laki-laki, tetapi wanita-wanita yang ingin

10 Pribakti B, ApOG(K), Tips dan Trik Merawat Organ Intim Panduan Praktis

Kesehatan Reproduksi Wanita, (Yogyakarta: Pustaka Banua, 2008), cet. I, hal. 60

11 Pribakti B, ApOG(K), Tips dan Trik Merawat Organ Intim Panduan Praktis

Kesehatan Reproduksi Wanita, cet. I, hal. 61

(51)

mengembalikan keperawanan atau setidaknya masih seperti perawan. Rasa percaya diri masih perawan itulah yang membuat sejumlah klinik terapi keperawanan menjadi laku. Tempat-tempat seperti itu ramai dikunjungi wanita, baik yang masih berusia remaja (belum menikah) maupun mereka yang sudah berkeluarga. Sejumlah pakar menyebutkan ada dua metode yang sering dilakukan untuk mengembalikan keperawanan. Pertama melalui

operasi selaput dara (secara medis). Kedua, lewat pengobatan alternatif12.

Jika yang dimaksud keperawanan adalah kembalinya selaput dara atau hymen. Maka tidak ada cara alami yang bisa dilakukan dengan tindakan operasi, tetapi untuk mengencangkan otot keperawanan agar vagina kembali rapat, istri bisa melakukan beberapa cara diantaranya mengkonsumsi ramuan trasional atau melakukan latihan otot panggul, ini yang disebut

mengembalikan keperawnan dalam cara alami. 13

Hymenoplasti pada prinsipnya adalah operasi untuk merestorasi hymenalring. Setiap bagian dari hyminal akan dipotong kemudian ringnya dijahit kembali dengan sekali jahitan. Jahitan tersebut dibuat memutar dan disembunyikan dibawah mocosa atau selaput dara. Diameter ring diperbaiki sekitar 1 inci. Tujuan hymenoplasti (operasi keperawanan) adalah

mengembalikan hymen seperti keadaan sebelum terjadi robekan.

12Seksualitas.net, majalah kesehatan seksual pria dan wanita,

(52)

Hymensoplasti termasuk operasi kecil, biasanya dilakukan dengan operasi

local atau sedasi. Teknis operasi hymenoplasti ada dua macam, yaitu simple

hymenoplasti dan alloplant. Simple hymenoplasti dilakukan jika selaput dara hanya mengalami robekan dan masih ada yang tersisa. Pada bagian yang robek dilakukan perjahitan, biasanya dengan benang yang dapat diserap, sehingga selaput dara kembali ke bentuk semula. Tetapi jika selaput dara sudah rusak berat atau hilang sehingga tidak mungkin lagi dijahit, operasinya

dengan teknik alloplant. Pada alloplant, dilakukan pemasangan selaput dara

buatan.14

Operasi selaput dara atau pengembalian keperawanan adalah memperbaiki dan mengembalikannya pada tempat semula atau pada tempat yang dekat dengannya. Masalah ini adalah masalah baru yang tidak disebutkan dalam nash syariat sehingga penetapan hukumnya dapat diambil ijtihad dengan melihat ada syariat, tujuan, kaidah secara umum dan manfaat

serta mudharat yang dihasilkan dari perbuatan tersebut15.

B. Sebab-sebab Hilangnya Keperawanan

Jaringan vulva (bagian luar dari alat kelamin wanita) biasanya sangat tipis dan mudah sobek sebelum pubertas. Kegiatan apa saja yang menekan

jaringan vulva bisa merusak atau merobek hymen (selaput dara). Banyak gadis

yang tidak sadar kalau selaput darahnya sobek atau hilangnya sebab aktifitas

14 Hendrawan Nadesu, Cara Sehat Menjadi Perempuan, hal. 29

(53)

fisik seperti bersepeda, naik kuda, memasukan tampon, atau ketika bermastrubasi. Gadis ini tidak tahu karena mungkin tidak terjadi pendarahan atau darah yang menetes terlalu sedikit, juga tidak terasa sakit. Atau terjadi ketika ia masih kanak-kanak sehingga ia lupa atau tidak mengerti apa yang

telah berlangsung saat terjadi kecelakaan tersebut.16

Ketika seorang gadis bersenggama, hymen (selaput dara) ini akan

rusak dan robek oleh penis yang ereksi. Hal ini bisa disertai rasa sakit atau

tidak nyaman, pendarahan, dan juga bisa tidak.17 Setiap manusia memang

dilahirkan berbeda-beda. Perbedaan itu Nampak nyata dan mudah ditemukan dari banyak hal, mulai dari jenis kelamin, wajah hingga hal-hal yang tersembunyi sekalipun. Berbicara mengenai perbedaan dari hal tersebunyi,

organ reproduksi adalah salah satu diantaranya.18

Selaput dara dalam bahasa Inggris disebut hymen, selaput yang ada di mulut vagina perempuan. Selaput ini tipis dan merupakan membrane yang lembut sebenarnya membrane ini secara biologis tidak berfungsi. Sayangnya, membran ini memiliki beban kultural yang berat, karena keberadaan membran dinilai sebagai bukti kegadisan seorang perempuan. Padahal saat terjadi hubungan seksual pertama, membran ini bisa terluka atau melentur, kerena

16 Dono Baswardono, Perawan Tiga Detik, (Jakarta: Galang Press, 2005 ), hal. 32 17 Dono Baswardono, Perawan Tiga Detik, hal. 33

(54)

memang karakteristik membrane ini sangat fleksibel membrane ini sangat

fleksibel.19

Selaput dara atau hymen robek karena tiga sebab yaitu:

1. Senggama. Seperti berhubungan suami-istri, dan mastrubasi

terutama yang dilakukan dengan benda asing besar seperti vibrator.

2. Olahraga. Seperti naik kuda, naik sepeda, bermain lompat tinggi,

lari haling rintangan, senam, bela diri dan lain-lain.

3. Tindakan lain menyebabkan trauma. Bisa dikatakan seperti

pemerkosaan, alat-alat tertentu oleh dokter ketika menjalani pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan panggul atau operasi

pembedahan.20

M. Nu

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.. S UMUR 24 TAHUN G1P0A0

informasi secara akurat dan tepat sangat dibutuhkan, maka dari itu sebelumnya dibuat suatu perancangan sistem informasi secara komputerisasi yang nantinya bisa dibangun

Pembinaan kesehatan anak usia sekolah, baik sekolah dasar maupun lanjutan, melalui program UKS adalah salah satu strategi yang ditempuh dalam pembangunan di bidang kesehatan,

Pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa dapat

Jika adalah sebuah fungsi yang harmonik dalam domain D, maka terdapat rumpun kurva yang bertrayektori ortogonal dengan rumpun kurva.. Diberikan fungsi yang harmonik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: “Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak”, adalah

Selain itu, aneka ragam makanan tradisional yang tersaji dalam dulang haroa membuat tradisi ini menjadi lebih menarik., Buku ini akan mengajak anak mengenal nilai-nilai baik

Jadi secara keseluruhan kesimpulan dari eksplorasi di atas dapat ditentukan bahwa dapur yang cocok untuk orang tuna netra adalah denagn bebrapa ketentuan-ketentuan