• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menegakkan Pilar Ketiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menegakkan Pilar Ketiga"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

42 10 - 25 RABIULAKHIR 1432 H

P

ilar ketiga yang menyokong tegaknya masjid dan musholla secara fungsional adalah jamaah itu sendiri. Dan mengelola atau membina jamaah ini gampang-gampang sulit. Tidak serta merta, begitu membangun masjid, musholla atau langgar kemudian jamaah berdatangan memenuhi shof-shof shalat jamaah di situ, dan mereka mau begitu saja mengikuti kegiatan pengajian atau pembinaan ruhani yang dilakukan oleh takmir.

Pada zaman dahulu, paling tidak sampai dengan tahun 1960-an, jumlah masjid, musholla atau langgar masih sangat terbatas. Masjid kuno peninggalan kerajaan Islam, atau satu dua masjid yang dirintis oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah pada awal kelahiran Persyarikatan ini boleh disebut sebagai tempat ibadah warisan generasi sebelumnya. Di banyak kampung di Jawa, untuk mengenalkan Islam kepada anak, maka pengajian anak-anak pun diselenggarakan di rumah-rumah penduduk. Di rumah penduduk ini pula biasanya kalau bulan Ramadlan dijadikan tempat untuk shalat berjamaah tarawih.

Setelah gejolak politik di pertengahan tahun 1960-an itu usai, maka terasa sekali kalau kebutuhan akan masjid dan musholla meningkat. Kemudian pada tahun-tahun setelah itu, seiring dengan dibangunnya masjid dan musholla di kantor-kantor dan sekolah, setasiun, terminal dan rumah sakit misalnya di masyarakat tumbuh perumahan dan pemukiman baru lainnya. Bahkan kalau di kota, daerah bantaran sungai pun dijadikan tempat hunian. Di tempat inilah masjid, musholla dan langgar bermunculan karena dibu-tuhkan masyarakat.

Jadi masyarakat sebagai jamaah potensial yang lebih dahulu membutuhkan masjid dan musholla dan bukan sebaliknya. Bukan masjid atau musholla yang membutuhkan jamaah. Begitu awalnya. Baru pada proses berikutnya, keduanya sama-sama membutuh-kan. Dalam bahasa ilmu, faktor migrasi dan demografilah yang menjadi penyebab munculnya begitu banyak masjid baru akhir di berbagai pelosok kampung dan desa. Ini yang agaknya perlu dicermati oleh para aktivis Muhammadiyah yang bergerak di bidang kemasjidan, ketakmiram, dan kejamaahan. Sebuah b-idang baru yang agaknya perlu betul-betul ditekuni.

Jamaah masjid yang semula potensial berubah menjadi ja-maah aktual dan faktual. Mereka yang semula berjaja-maah di masjid yang jauh atau di rumah sendiri, dengan dibangunnya masjid dan musholla di dekat rumahnya, mereka pun kemudian aktif menjadi jamaah masjid di tempat ibadah yang baru itu. Inilah sisi mudahnya dalam mengelola jamaah. Jamaahnya sudah tersedia dulu, sehingga masjid tidak kerepotan mencari atau mendatangkan jamaahnya.

Sebagai pilar ketiga, kehadiran jamaah adalah sangat-sangat strategis. Mereka harus (1) dihargai, (2) dihormati dan (3) dilayani

oleh takmir. Jangan sampai mereka disakiti hatinya oleh ulah ok-num takmir masjid yang kaku sifat dan sikapnya. Hargai juga bakat atau potensi keagamaan mereka. Contoh sederhana, kalau di antara jamaah ini ada anak muda yang suaranya bagus ketika adzan, maka mereka perlu diberi kesempatan untuk adzan. Me-manggil orang untuk shalat lewat suara yang indah yang lembut akan memperindah udara kota atau desa, dan akan meringankan langkah jamaah untuk datang ke masjid dan musholla.

Jamaah juga perlu dihormati oleh takmir atau pengelola masjid. Pengalaman ikut mengelola masjid di masyarakat miskin di pinggir sungai memunculkan fakta yang mengharukan. Ada ibu-ibu dan mbak-mbak yang berasal dari desa miskin di luar kota dan ketika mereka pindah ke dalam kota tetap miskin, mereka tinggal di sebuah masjid yang baru direnovasi dan diperluas. Suatu sore mereka mendatangi masjid dan bertanya, ”Mas, boleh kan kami

nanti shalat Maghrib tanpa harus mengenakan mukena? Sebab kami tidak punya mukena?”

“O, boleh saja. Yang penting menutup aurat. Nanti mbak-mbak dan Ibu-ibu ini akan shalat Maghrib mengenakan apa?”

“Kami akan mengenakan pakaian berlengan panjang, ker-udung, kain jarik, kalau perlu ditambah selendang. Boleh ya, Mas?:”

“Boleh. Kami tunggu.”

Jadilah sore itu ada jamaah perempuan yang datang tidak mengenakan mukena, tetapi mengenakan pakaian seadanya tetapi semua menutup aurat. Busananya mirip dengan buku Tuntunan Shalat Keluarga Muhammadiyah, edisi lama.

Dengan dihargai seperti itu, maka jamaah masjid pun akan kerasan untuk ikut shalat jamaah. Ada pun untuk jamaah ibu-ibu dan mbak-mbak itu kemudian mendapat sumbangan mukena baru dari aghniya yang tidak mau disebut namanya. Kondisi yang memprihatinkan pada sebagian umat, justru membuka pintu pahala bagi sebagian umat yang mendapat karunia harta benda. Jamaah masjid juga perlu dilayani dengan sebaik-baiknya oleh takmir masjid atau musholla Muhammadiyah/Aisyiyah. Sebab menjadi takmir pada hakekatnya harus merelakan diri menjadi pelayan jamaah (khodimul jamaah) dan pelayan (khodimul ummah). Salah satu unsur pelayanan yang prima adalah mempermudah jamaah untuk masuk masjid (akses ke masjid diperluas), mempermudah jamaah untuk berwudlu, buang air, berdandan sedikit sebelum shalat dan mempermudah jamaah untuk melakukan shalat dan mengikuti kegiatan keagamaan dan kegiatan dakwah sosial yang diselenggarakan oleh takmir. Dan upaya mempermudah jamaah untuk beribadah jelas merupakan kebaikan yang utama dilakukan oleh takmir masjid. Dengan demikian jamaah masjid sebagai pilar ketiga hadirnya lembaga kemasjidan atau ketakmiran masjid menjadi semakin kokoh.l MUSTOFA W HASYIM

B I N A J A M A A H

Menegakkan P

Menegakkan P

Menegakkan P

Menegakkan P

Menegakkan Pil

il

il

ilar Keti

il

ar Keti

ar Keti

ar Keti

ar Ketiga

ga

ga

ga

ga

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Persepsi Teknologi Inforasi, Persepsi Pelayanan, Persepsi Risiko Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking

Ayon sa listahang ito, ang karaniwang kahulugan ng pagkahapo para sa mga mag-aaral sa unang taon sa Unibersidad ng Santo Tomas, Kolehiyo ng Narsing ay ang “pag-aaral at

Environment (lingkungan), Lingkungan biologis (fauna dan flora di sekitar manusia) yaitu mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

Pemkab Tanjung Jabung Timur meminta alokasi gas bumi ke PetroChina Internasional (Jabung) Ltd.. Presiden memerintahkan percepatan proses perizinan pengeboran

S usia 23 tahun dengan kehamilan pertama atau primigravida, ibu mengatakan mengalami mual muntah pada pagi hari dan tidak nafsu makan, hal ini sesuai dengan teori

Bab IV merupakan laporan hasil penelitian yang memuat gambaran pengembangan industri kerajinan oleh pengrajin rajutan tali kur di Desa Sungai Punggu Baru

(I) Suku cadang traktor yang memerlukan pengendaliao persediaan, (2) Sistem pengendalian persediaan suku cadang yaog tepat berdasarkan layak ekonomi, yaitu dengan