PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN MENGOPERASIKAN LAYANAN DAN RESIKO BELANJA ONLINE TERHADAP NIAT BELI
MELALUI JEJARING SOSIAL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi
Oleh Abdul Haris 201010160311154
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul pengaruh kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online terhadap niat beli melalui jejaring sosial.
Didalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan meliputi pengaruh dari kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online secara bersama-sama dan individual terhadap niat beli melalui jejaring sosial. Dengan demikian diharapkan agar pelaku bisnis di dunia maya terutama di jejaring sosial lebih memperhatikan variabel-variabel tersebut sehingga penjualannya meningkat dan konsumen merasa aman, nyaman dalam melakukan transaksi.
Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Bapak Dr. Widayat, MM dan Bapak Drs. Dicky Wisnu UR,MM selaku
4. Dra. Erna Ratna selaku Dosen Wali kelas C angkatan 2010 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Malang.
Disadari bahwa dengan kekurangan dan ketebatasan yang dimiliki penelliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaan bagi yang membutuhkan.
Wasalamu’alaikumWr.Wb.
Malang, 24 april 2014
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS ... i
ABSTRAK (INDONESIA) ... ii
ABSTRACT (INGGRIS) ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Landasan Penelitian Terdahulu ... 12
B. LandasanTeori ... 15
2. Perilaku Konsumen ... 15
3. Tahap-Tahap Keputusan ... 17
4. Niat Beli ... 19
5. Kepercayaan ... 20
6. Kemudahan mengoperasikan layanan ... 23
7. Resiko Belanja Online ... 24
C. Kerangka Pikir ... 26
D. Hipotesis ... 27
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 29
B. Jenis Penelitian ... 29
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 30
D. Populasi dan Sampel ... 33
E. Jenis Data danSumber Data ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Pengukuran Data ... 36
H. Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 37
I. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 42
B. Hasil-Hasil Penelitian... 43
2. Uji Validitas ... 49
3. Uji Realibilitas ... 50
C. Analisi Data dan Uji Hipotesis ... 51
D. Pembahasan ... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 27
Gambar 4.1 Grafik Histogram... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ... 13
Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ... 14
Tabel 3.1 Defini Operasional Variabel ... 32
Tabel 4.1 Karakteristi Responden ... 42
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Kepercayaan ... 43
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel kemudahan penggunaan ... 45
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Resiko Belanja Online ... 46
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Niat Beli .. 47
Tabel 4.6 Uji Validitas Korelasi Bivariate ... 49
Tabel 4.7 Uji Realibilitas One Shot ... 50
Tabel 4.8 Uji Regresi Berganda ... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Tolerance dan VIF ... 53
Tabel 4.10 One-sample kolmogorof-smirnov test ... 56
Tabel 4.11 UjiAnova Regresi ... 57
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ... 69
Lampiran 2. Output Karakteristik Responden ... 74
Lampiran 3. Skor Jawaban Responden ... 75
Lampiran 4. Distribusi Jawaban Responden ... 78
Lampiran 5. Output Validitas ... 82
Lampiran 6. Output Realibilitas ... 84
Lampiran 7. Output Regresi ... 86
Lampiran 8. Output Uji asumsi Klasik ... 88
DAFTAR PUSTAKA
Adityo, B. 2011. Analisis pengaruh kepercayaan, kualitas informasi terhadap
keputusan pembelian secara online di situs kaskus, Implikasi Untuk
Penelitian Lebih lanjut.
Amijaya, G.R. 2010. Pengaruh persepsi teknologi informasi, kemudahan, risiko,
dan fitur layanan terhadap minat ulang nasabah Bank dalam menggunakan
internet banking. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen; Edisi Pertama, Graha Ilmu, yogyakarta.
Antaranews.com, 2012, Pengguna facebook di Indonesia tertinggi ke tiga di
dunia,
http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-indonesia-tertinggi-ketiga-dunia
Ariwibowo, D.P.J. 2013 Pengaruh trust dan perceived of risk terhadap niat untuk
bertransaksi menggunkan e-commerce.
Davis, F. D. 1991. User Accepatance of Information technology: system
characteristic, user perception and behavioral impact. International
Journal Man Machine.. 3: 475 487.
Ghozali, Imam. 2011. Analisis Multivariat dengan program IBM SPSS 19; Edisi
ke-5, UNDIP, Semarang.
Hanson, W. 2000. Pemsaran Internet; Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Sulaiman, R. 2002.Cyber Crimes; Edisi Pertama, Pusat Studi Hukum
Hidayat, W., S., 2013. Orang Indonesia gemar “berbagi” belanja online,
http://tekno.kompas.com/read/2013/05/04/14084839/Orang.Indonesia.Ge
mar.Berbagi.Belanja.Online.
Indrajit, R. E. 2001. E-Commerce; Kiat dan Strategi Bisnis, edisi Pertama, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2006, Metode Penelitian Bisnis untuk Akntansi, Andi
Offset, Yogyakarta.
Kecamatan DAU. Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2011.
http://dau.malangkab.go.id/?page_id=46
Mangkunegara, A.P., 1988, Perilaku Konsumen; edisi pertama, PT Eresco,
bandung.
Nazar, M. R., and Syahran. 2008. Pengaruh privasi, keamanan, kepercayaan, dan
pengalaman terhadap niat untuk bertransaski secara online. Program Pasca
Sarjana Univeristas Gajah Mada Yogyakarta.
Oetomo, dkk. 2003. I-CRM; Membina Relasi dengan Pelanggan.com, Edisi
Pertama, Andi, Yogyakarta.
Rofiq, A., 2007. Pengaruh dimensi kepercayaan (Trust) terhadap partisipasi
pelanggan E-Commerce, Jurnal Dimensi Trust : 15 16.
Saraswati, P., Baridwan, Z., 2013. Penerimaan system e-commerce: pengaruh
kepercayaan, persepsi manfaat dan persepsi resiko, Jurnal Ilmiah, : 4 6.
Sekaran, 2006.Reserach Method for Bussines: A skill Building Approach.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D; Edisi Empat
Belas. Alfabeta, cv. Bandung.
Suhartini., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motif belanja online
di komunitas kaskus semarang: Implikasi Untuk Penelitian Lebih lanjut,:
16.
Tabrani, K. 2012. Skala pengukuran data,
http://khadijahtabrani.blogspot.com/2012/12/skala-pengukuran-data.html
Ummah, B.A., 2009. Jenis-jenis penelitian, http://basirunjenispel.blogspot.com/
Utomo, G. 2013. Hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan
kpribadian big five dengan intense membeli pakaian melaui internet,
Jurnal Ilmiah, 2 (1) : 4 5 6.
Utomo, P., Lestariningsih, E., Suhari, Y., 2011. Kepercayaan terhadap internet
serta pengaruhnya terhadap pencarian informasi dan keinginan membeli
secara Online: Implikasi Untuk Penelitian Lebih lanjut, Jurnal Dinamika
Informatka, 3 (1) : 2 3.
Wardani, E.I.K., Saefullah., 2013. Pengaruh persepsi pengguna facebook
commerce (F-Commerce) terhadap keinginan berransaksi online: Implikasi
Untuk Penelitian Lebih lanjut, Jurnal Ilmiah,: 4 9.
Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran (Aplikasi Sofware SPSS), UMM
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari
baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan
menggunakan internet sebagai cara untuk menjangkau pelanggan secara
global, sehingga mendorong perkembangan dunia bisnis. Dunia bisnis melaui
internet banyak dimanfaatkan dalam bentuk jual beli barang antara dua belah
pihak yang bertransaksi atau yang sering disebut dengan E-Commerce (Indrajit,
2001: 1). Sistem e-commerce yang dilakukan memudahkan perusahaan
mempromosikan produknya untuk menarik perhatian konsumen sehingga ada
niat untuk melakukan pembelian.
Niat beli sangat dibutuhkan pemasar untuk proyeksi penjualan dimasa
yang akan datang sehingga berbagai cara ditempuh perusahaan dalam
meningkatkan penjualannya. Salah satunya e-commerce dalam bentuk website
yang dapat didesain semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan untuk
mengunjungi atau membeli lewat website tersebut. Pemasaran lewat internet
dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menjangkau wilayah yang luas tanpa
harus mengeluarkan biaya promosi iklan. Sedangkan konsumen dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya karena dengan hanya mengklik barang
bisa diperoleh.
Belanja online yang dirasa mudah, praktis, hemat waktu, biaya dan tenaga
2 konvensional ke belanja secara online. Saat ini banyak yang menggunakan situs
jejaring sosial untuk mendukung bisnis secara online yang disediakan secara
gratis. Salah satunya e-commerce dalam bentuk website yang dapat didesain
semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan untuk mengunjungi atau membeli
lewat website tersebut. Namun tidak semua pelaku bisnis dapat memiliki webisite
karena dalam pembuatannya dibutuhkan kemampuan khusus dan biaya yang
besar. Oleh karena itu banyak dari mereka yang mempromosikan produknya
melalui situs jejaring sosial yang disediakan secara gratis. Dengan tersedianya
sistem e-commerce didalam jejaring sosial apakah para pengguna (konsumen)
mempunyai niat untuk membeli melalui jejaring sosial tersebut.
Hasil survei yang dilakukan Rakuten (toko belanja online terbesar di
jepang). Ryota Inaba selaku Presiden Direktur dan CEO Rakuten Belanja
Online tersebut memperkirakan bahwa ada pertumbuhan hingga 2, 5 kali lipat
untuk belanja melalui jejaring sosial. Mengutip penelitian lembaga riset gartner
mengenai trend belanja online, sekitar 50 % informasi tentang konsumen baru
akan didapatkan berdasarkan identitas dari jejaring sosial, misalnya log in
melalui facebook pada akhir 2015 (tekno.kompas.com 15 november 2013).
Penyedia barang di jejaring sosial merupakan pengguna aktif jejaring
sosial sehingga informasi terhadap produk yang dijual akan selalu up to date.
Selain itu mereka juga melakukan komunikasi diantara para pengguna
sehingga dengan komunikasi yang baik akan menumbuhkan niat untuk
membeli melalui jejaring sosial. Komunikasi yang baik juga dapat mencegah
3 produk yang ingin dibeli dan pihak seller selalu merespon setiap pertanyaaan
tersebut sehingga konsumen merasa aman ketika ingin membeli.
Pemasar akan selalu menguji elemen-elemen dari bauran pemasaran
yang mungkin mempengaruhi niat beli. Di dalam jejaring sosial yang berkaitan
dengan Place, bisa di akses diamanapun karena berhubungan dengan koneksi
internet. Price yang di tawarkan juga terbilang murah karena konsumen tidak
perlu pergi ketoko membuang waktu berjam-jam untuk membeli sesuatu dan
juga bisa membandingkan harga antara penjual yang satu dengan yang lainnya
karena banyaknya penjual di jejaring sosial. Promotion juga dilakukan secara
besar-besaran dan produck yang diperjualbelikan juga beragam dan bisa
melihat bagaimana produk yang mempunyai kualitas bagus jika mempunyai
pengetahuan terhadap produk yang ingin dibeli.
Keinginan membeli pengguna (konsumen) juga dipengaruhi oleh
kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online.
Kepercayaan pengguna terhadap jejaring sosial tentang bagaimana kualitas
informasi yang didapat ketika melihat-lihat barang yang ingin dibeli dapat
dipercaya atau tidak. Kemudian mengoperasikan layanan berupa kemudahan
dari fitur-fitur yang disediakan jejaring sosial untuk proses pencarian informasi
dan berkomunikasi, tampilan situs-situs jual beli online yang mudah
dimengerti, termasuk kemudahan dalam melakukan pembayaran jika hendak
membeli sesuatu melalui jejaring sosial. Serta resiko dari belanja online atau
pengalaman yang tidak mengenakkan ketika bertransaksi online akan menjadi
4 Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang pengaruh dari
kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online
terhadap niat beli melalui jejaring sosial, bukan mengenai pengaruh bauran
pemasaran terhadap niat beli.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wardani
(2013). Penelitian tersebut membahas tentang pengaruh persepsi, variabel yang
digunakan adalah persepsi kemudahan, kepercayaan dan menambah kualitas
pelayanan terhadap keinginan bertransaksi secara online oleh para pengguna
Facebook Commerce. Dari penelitian tersebut disebutkan persepsi kemudahan
dan persepsi kepercayaan yang mempengaruhi niat pengguna facebook
commerce untuk bertransaksi online. Sedangkan persepsi kualitas pelayanan
tidak mempengaruhi pengguna facebook commerce untuk bertransaksi online.
Penyebab kurangnya minat publik untuk berbelanja online berkaitan
dengan nilai kepercayaan dan keamanan yang diberikan oleh perusahaan, maka
kepercayaan menjadi komponen yang vital (Hanson, 2000: 17). Suksesnya
sistem e-commerce dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap suatu pemasok
yang menyediakan barang dan jasa tersebut. Karena ketidakpercayaan terhadap
penjaja barang di dunia internet jelas akan berakibat tidak lakunya suatu
barang, dan ketidakpercayaan perusahaan yang memasang situs di internet
berimplikasi pada tidak akan terjadinya transaksi (Oetomo, dkk. 2003).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011), Wardani
(2013), Adityo (2003), Suhartini (2011), Rofiq (2013), Saraswati (2013) dari
e-5 commerce seperti pengetahuan teknologi internet, kualitas website, kualitas
produk, kualitas informasi, ternyata faktor kepercayaan (trust) menjadi faktor
kunci. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani
melakukan transaksi melalui media internet. Tanpa ada kepercayaan dari
pelanggan, mustahil transaksi e-commerce akan terjadi.
Layanan jejaring sosial seperti Facebook yang awalnya hanya sebagai
situs pertemanan sekarang menambah fungsinya menjadi e-commerce dan
kondisi tesebut merupakan hal yang menarik untuk di teliti. Dengan munculnya
sistem commerce didalam Facebook erat kaitannya dengan kepercayaan
pengguna (konsumen) untuk menggunakan atau mengunjungi jejaring sosial
tersebut. Dari kepercayaan tersebut diharapkan dapat menimbulkan niat untuk
melakukan pembelian terhadap berbagai produk yang ditawarkan. Setiap
melakukan log in melalui jejaring sosial seperti Facebook, pengguna
(konsumen) akan dihadapkan dan ditawarkan berbagai informasi terhadap
sesuatu yang bisa di perjualbelikan, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
konsumen dalam mendapatkan berbagai informasi tentang produk tanpa perlu
mencari situs-situs tertentu yang dipercaya dalam melakukan pembelian secara
online.
Fitur-fitur yang disediakan Facebook menambah kepercayaan
konsumen sehingga ada niat untuk melakukan pembelian. Seperti pesan (chat)
yang memungkinkan pengguna bisa mengirim dan menerima pesan tentang
informasi produk yang ingin di beli. Group yang memungkinkan pengguna
6 saling bertukar informasi. Links yang bisa dibuat untuk berbagi website-website
toko online yang bisa dipercaya seperti kaskus, toko bagus dan lain sebagainya.
Picture yang memungkinkan pengguna memilih dan membandingkan produk
mana yang sesuai dengan keinginan ataupun kebutuhannya, ditambah video
yang bisa menambah keyakinan terhadap produk mana yang berkualitas.
Kemudahan mengoperasikan layanan menunjukkan kemudahan
penggunaan suatu media transaksi sehingga dapat memicu keinginan
konsumen untuk menggunakan media tersebut dalam melakukan pembelian.
Facebook termasuk mudah digunakan terbukti dengan banyaknya pengguna
jejaring sosial tersebut. Menurut data yang dimiliki Kementerian Komunikasi
dan Informatika tahun 2012, pengguna Facebook di Indonesia ada 43,06 juta
orang dan tercatat sebagai pengguna tertinggi dari situs jejaring sosial lainnya
(http://www.antaranews.com 30 oktober 2013). Dengan banyaknya yang
menggunakan situs tersebut, apalagi penggunanya banyak anak-anak remaja
atau Mahasiswa yang cenderung senang dalam berbelanja terutama perempuan
yang senang dunia fashion menjadi peluang tersendiri bagi para penjual untuk
meningkatkan penjualannya.
Facebook salah satu layanan jejaring sosial yang mudah dioperasikan
dalam mencari informasi seperti fitur-fitur yang memudahkann konsumen
bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan produk, tampilan situs-situs
jual beli online yang langsung memberikan informasi produk yang
memudahkan konsumen mencari produk yang diinginkan. Facebook juga
7 tinggal mentransfer sejumlah uang kerekening yang diberikan penjual dan
barang akan siap diterima pada waktu yang ditentukan.
Sebelumnya pada Pertengahan 2009, jejaring sosial seperti facebook
pernah terjun ke dunia E-commerce dengan meluncurkan platform yang
bernama Credits, sebuah konsep Virtual Currency untuk melakukan pembelian
item apa saja yang ada dalam facebook. Namun terhenti karena berbagai
masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak facebook sendiri. Belajar dari
pengalaman sebelumnya facebook baru saja dilaporkan mengembangkan
sistem pembayaran online dengan metode Mobile Payment seperti halnya
PayPal dan penyedia layanan transaksi keuangan online lainnya yang
dipercaya cukup mudah, cepat dan sederhana. Facebook menjabarkan cara
pengoperasian yang cukup singkat, pertama pengguna hanya perlu
memasukkan nomor kartu kredit yang dikehendaki sebagai akun keuangan
resmi dalam sistem Payment Facebook tersebut. Kemudian pengguna hanya
tinggal log in untuk bisa langsung melakukan pembelian dalam aplikasi
mobile.
Namun dalam melakukan pembelian secara online tidak sedikit juga
pihak yang dirugikan karena ketidaksesuaian antara harapan dan keinginannya
sehingga menjadi pertimbangan konsumen untuk mau atau tidak dalam
melakukan transaksi online. Dengan adanya berbagai resiko seperti barang
yang tidak sampai di tangan pembeli, adanya para hacker yang bisa melakukan
pencurian uang terhadap keamanan nomor PIN atau pembobolan kartu kredit
8 rusak ataupun palsu, tidak adanya jaminan keamanan dalam bertransaksi
menjadi kendala tersendiri bagi konsumen. Hal ini dapat membuat konsumen
takut melakukan transaksi online dan hilangnya kepercayaan kepada penjual
yang berbau inetrnet.
Menurut Sulaiman, (2002: 13 19) Pembobolan melalui modem dan
peralatan canggih yang sedemikian rupa di set up untuk kejahatan didunia
maya sudah sangat mengganggu roda perekonomian. Namun banyak orang
menyangka bahwa untuk melakukan suatu kejahatan diperlukan peralatan
canggih yang mahal dan setidak-tidaknya mempunyai suatu keahlian khusus di
bidang komputer. Dugaan seperti itu tidak semuanya benar bahkan boleh
dikatakan tidak demikian. Karena kejahatan komputer bisa dilakukan dengan
peralatan sederhana dan harganya relatif murah seperti Dummy Terminal yang
hanya bisa mengirim dan menerima data saja tanpa mempunyai kemampuan
mengolah data seperti komputer-komputer dewasa ini.
Facebook melalui fitur-fiturnya dalam berkomunikasi, dapat
meminimalisir resiko dalam belanja online yaitu dengan menjalin komunikasi
yang baik antara dua pihak yang bertransaksi, diantaranya melaui pencarian
informasi yang relevan. Penyajian informasi yang baik akan meghindari
terjadinya berbagai kejahatan internet (cybercrime) karena komunikasi yang
baik dapat membuat konsumen merasa aman dalam bertransaksi. Selain itu
pengguna bisa mengambil tindakan untuk mereview seorang pedagang melalui
reputasinya dengan melihat komentar yang dibuat oleh pengguna lainnya agar
9 Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai pengaruh kepercayaan terhadap niat beli melalui jejaring
sosial. Pengaruh kemudahan mengoperasikan layanan terhadap niat beli
melalui jejaring sosial. Pengaruh resiko belanja online terhadap niat beli
melalui jejaring sosial.
B.Perumusan Masalah
Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga banyak yang memanfaatkannya sebagai tempat berbisnis dalam
bentuk jual beli barang dan banyak orang tertarik untuk melakukan pembelian.
Facebook yang awalnya sebagai situs jejaring sosial kini menambah fungsi dan
layanannya menjadi situs jual beli barang seperti E-Commerce. Dari uraian
diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan
resiko belanja online berpengaruh secara bersama-sama
terhadap niat beli melalui jejaring sosial
2. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap niat beli melalui
jejaring sosial?
3. Apakah kemudahan mengoperasikan berpengaruh terhadap niat
beli melalui jejaring sosial?
4. Apakah resiko belanja online berpengaruh terhadap niat beli
10 C.Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini terdapat batasan-batasan dan fokus meneliti tentang
adanya niat beli melalui jejaring sosial. Penelitian ini hanya dilakukan pada
orang yang belum pernah melakukan transaksi online dan yang aktif
menggunakan jejaring sosial yaitu Facebook. Adapun variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terbatas pada kepercayaan, kemudahan
mengoperasikan dan resiko belanja online.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menguji pengaruh kepercayaan, kemudahan mengoperasikan
layanan dan resiko belanja online secara bersama-sama terhadap
niat beli melalui jejaring sosial
b. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap niat beli melalui jejaring
sosial
c. Menguji pengaruh kemudahan mengoperasikan layanan terhadap
niat beli melalui jejaring sosial
d. Menguji pengaruh resiko belanja online terhadap niat beli melalui
jejaring sosial
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
11 jejaring sosial, kemudahan mengoperasikan layanan, resiko
belanja online dan niat beli
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kaitan
mengenai kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan,
resiko belanja online terhadap niat beli melalui jejaring social
b. Manfaat Praktis
Bagi ahli pemasaran penelitian ini diharapkan memberi
informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi konsumen terhadap
adanya niat untuk melakukan pembelian melalui jejaring sosial
sehingga lebih terbuka dan jujur lagi dalam berinovasi
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui
hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan
dapat dijadikan sebagai data pendukung. Penelitian yang dilakukan Wardani
(2013) tentang Pengaruh persepsi pengguna Facebook Commerce
(F-Commerce) terhadap keinginan bertransaksi online bertujuan untuk menguji
faktor yang mempengaruhi keinginan pengguna facebook commerce untuk
bertransaksi online. Penelitian dilakukan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian tersebut memperoleh 90 responden yang telah melakukan
transaksi dan memahami facebook commerce. Menggunakan teknik regresi
linear berganda dengan software SPSS untuk menguji penelitian tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan secara simultan variabel persepsi kualitas pelayanan,
kemudahan dan kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan
bertransaksi online pengguna facebook commerce. Secara parsial variabel
persepsi kemudahan dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap
keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce. Namun variabel
kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan
bertransaksi Online oleh pengguna facebook commerce. Hasil penelitian
menunjukkan keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce
13 pebedaan dari penelitian yang di lakukan Wardani (2013), perbedaan tersebut
dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Ariwibowo (2013) tentang pengaruh trust dan perceived of risk terhadap niat
untuk bertransaksi menggunkan E-commerce, bertujuan untuk mengetahui
terdapat atau tidaknya pengaruh Trust, Perceived of Risk, Trust dan Perceived
of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi menggunakan E-commerce. Populasi
dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan sampel
sebanyak 137 mahasiswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi Indikator Penelitian terdahulu Penelitian sekarang
Variabel terikat
Pengguna Facebook Commerce
(F-Commerce) terhadap
Kemudahan mengoperasikan layanan
Resiko belanja online Lokasi
penelitian
Universitas Brawijaya Malang Kelurahan Landungsari Kecamatan DAU Kabupaten Malang
Populasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya Malang
Orang yang belum pernah bertransaksi online di kelurahan Landungsari
Sample Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya Malang yang memahami dan menggunakan Facebook Commerce
14 sederhana dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif Trust dan pengaruh negatif Perceived of Risk serta pengaruh
Trust dan Perceived of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi menggunakan
E-commerce pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini terdapat pebedaan dari penelitian yang di lakukan Ariwibowo
(2013), perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
B.Kajian Teori
1. The theory planned behavior
Menurut Ajzen yang dikutip oleh Nazar, dkk. (2008) the theory
planned behavior (TPB) merupakan pengembangan dari the theory
Indikator Penelitian terdahulu Penelitian sekarang
Variabel terikat
Niat untuk Bertransaksi menggunakan E-commerce
Niat beli melalui jejaring sosial (Facebook)
kemudahan mengoperasikan layanan
Resiko belanja online
Lokasi penelitian
Universitas Negeri Yogyakarta Kelurahan Landungsari Kecamatan DAU Kabupaten Malang
Populasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Orang yang belum pernah bertransaksi online di kelurahan Landungsari
Sample Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang belum bertransaksi online
15 reasoned action yang menjelaskan tentang niat individu untuk melakukan
tindakan tertentu. Teori tersebut menyatakan sikap terhadap perilaku dan
norma subyektif pada perilaku mempengaruhi niat. Pada The theory
planned behavior memasukkan kontrol perilaku yang dirasakan dalam
mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi niat
konsumen untuk bertransaksi online, dimana perilaku ditentukan oleh niat
dan niat dibentuk oleh sikap, norma subjektif dan kontrol prilaku.
Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif
dalam melakukan perilaku dan menunjukkan tingkatan seseorang yang
mempunyai evaluasi yang baik atau kurang baik tentang perilaku tertentu.
Dalam hal ini sikap terbentuk oleh kepercayaan. Norma subyektif
menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan.. Sedangkan kontrol perilaku yang dirasakan
menun-jukkan mudahnya (kemudahan penggunaan) atau sulitnya seseorang
melakukan tindakan.
2. Perilaku Konsumen
Menurut David, dkk. (1993) yang di kutip oleh Amirullah (2002)
bahwa perilaku konsumen dapat di definisikan sebagai peroses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang di libatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan
barang-barang dan jasa. Termasuk tindakan individu yang secara langsung
16 ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau
organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap
yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada
tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi
yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan
melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen
melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan
akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Pemasar perlu menyadari bahwa konsumen tidak hanya dapat
didekati secara rasional, dengan formula-formula pemasaran, seperti 4P
(product, price, promotion, place). Karena konsumen dipandang sebagai
alat keberhasilan produk. Konsumen dipandang sebagai sosok rasional yang
bergerak sesuai mekanisme mesin belaka (Mangkunegara, 1988). Justru
yang lebih penting saat ini adalah memahami perilaku konsumen sebagai
makhluk hidup yang membutuhkan stimulus-stimulus kejiwaan, seperti
hiburan, didikan atau bahkan tantangan. Stimulus yang mengacu pada upaya
memberikan pengalaman baru buat konsumen. Seperti dalam penelitian ini
17 konvensional ke pembelian online yaitu melaui jejaring sosial yang dapat
memberikan suatu pengalaman belanja yang baru.
3. Tahap-Tahap Keputusan
Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan
yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan
beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk
memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Menurut Howard dan
Sheth yang dikutip oleh Amirullah (2002) menyajikan model perilaku
pemilihan merk yang rasional oleh pembeli dibawah kondisi informasi yang
tidak lengkap dan dalam keterbatasan kemampuan. Dalam model ini
pengambilan keputusan konsumen digolongkan dalam tiga tingkat yaitu:
a. Extensive problem solving, merupakan tahap awal dari
pengambilan keputusan dimana pembeli memiliki informasi
yang sedikit mengenai merk dan belum mengembangkan
perumusan yang baik dan hal tersebut dapat digunakan untuk
memilih salah satu produk dari produk yan ada (pemilihan
produk).
b. Limited problem solving, merupakan tahapan pemilihan produk
lebih lanjut dimana hal terdebut telah dirumuskan dengan baik,
tetapi pembeli masih belum memutuskan merk mana yang
terbaik bagi dirinya. Jadi disini pembeli masih coba-coba hingga
18
c. Routinized response behavior, dimana pembeli telah
merumuskannya dengan baik untuk pemilihan produk dan juga
telah memiliki kecendrungan yang kuat terhadap satu produk.
Tidak ada lagi keraguan dalam pikirannya dan dia siap untuk
membeli dengan evaluasi arternatif yang sedikit.
Model yang mengikuti konsep learning-teory menjelaskan bahwa
terdapat empat komponen utama dalam pembentukan perilaku konsumen
yaitu input variables, output variables, hypothetical constructs, dan
exogeneous variables (Amirullah, 2002). Input variables dipandang sebagai
bentuk stimuli dari lingkungan seperti simbol-simbol yang dibuat oleh
perusahaan. Output variables terdiri dari sejumlah informasi penting yang
diterima pembeli (attention), informasi yang dimiliki pembeli tentang merk
(brand comprehension), penilaian konsumen pada merk khusus yang
memberikan kepuasan atau memotivasinya (attitude), perhatian atau niat
pembeli terhadap merk produk yang akan dibeli (intention), dan perilaku
pembelian (purchase behavior).
4. Niat Beli
Niat pembelian digambarkan sebagai suatu situasi seseorang
sebelum melakukan suatu tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk
memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Menurut Assael (1983) niat
pembelian merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek
yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.
19 mengetahui niat konsumen atau memprediksikan penolakan konsumen
terhadap suatu produk. Niat beli melalui jejaring sosial yaitu keinginan yang
mengarah pada kemauan untuk melakukan pembelian secara online. Hal
tersebut menunjukkan ada faktor-faktor yang dapat mempegaruhi niat untuk
melakukan pembelian melalui Facebook.
Faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli bisa berasal dari dalam
dan luar individu. Faktor utama dalam transaksi online menyangkut
kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu sistem atau pihak lain.
Ketika merasa percaya dan yakin terhadap transaksi yang dilakukan
misalnya karena jaminan yang diberikan maka kemungkinan besar akan
melakukan transaksi secara online, tetapi jika tidak ada kepercayaan dan
keyakinan sebelumnya atau masih ragu maka cendrung untuk tidak
bertransaksi secara online.
5. Kepercayaan
Kepercayaan konsumen di definisikan kesediaan satu pihak untuk
menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak
lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya,
terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan
pihak yang dipercaya. Jadi kepercayaan erat kaitannya antara harapan yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Kepercayaan sebagai penilaian
hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi
tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh
20 adanya kepercayaan (trust), maka intraksi di dunia internet hanya
merupakan kebohongan belaka, perdagangan dan komunikasi di dunia maya
memang sangat mengandalkan aspek kepercayaan (Oetomo, 2003 : 34).
Tidak dapat di ingkari, komunitas dalam dunia maya perlu di bangun
atas dasar kepercayaan. Charles Handy yang dikutip oleh Oetomo, dkk.
(2003) menyebutnya dengan istilah trust the virtual organization, yang
dapat di bangun melalui seven rules of trust, yaitu:
a. Trust is not blin
Kepercayaan bukan suatu yang buta, artinya kepercayaan selalu
membutuhkan proses serta bukti bahwa produk yang dipercayai
konsumen benar-benar berkualitas. Dalam hal ini konsumen
cenderung rasional dalam menilai produk yang ada.
b. Trust need boundaries
Kepercayaan tanpa batas adalah tidak realistis, karena
kepercayaan dibangun atas dasar tertentu. Ada unsur komitmen
dan kompetensi yang dimiliki perusahaan, secara tidak langsung
hal ini mengacu pada produsen agar mendesain yang mengarah
sera menspesifikasi pada suatu performace tertentu. Sehingga
persepsi yang tertanam pada benak kosumen benar mengarah
pada pembentukan citra yang mengkristal dan bukan citra yang
21
c. Trust demand learning
Kepercayaan merupakan proses belajar, karena untuk menjadi
pihak yang dipercaya perlu proses pembelajaran. Hal ini
berkaitan dengan susahnya memenuhi apa yang di inginkan
konsumen serta pemenuhan unsur-unsur dari kepercayaan itu
sendiri.
d. Trust is tough
Kepercayaan bukan suatu yang mudah, karena untuk
mendapatkan dan mempertahankan kepercayaan memerlukan
usaha yang tidak ringan. Dalam hal ini produsen harus
berhati-hati dalam membangun desain kepercayaan.
e. Trust need bonding
Kepercayaan membutuhkan satu ikatan, karena didalam
kepercayaan ada ikatan emosional yang memerlukan perhatian
tersendiri. Setiap tujuan pada kelompok kecil haruslah
mendukung pada tujuan dalam konteks yang besar. Dalam hal
ini tidak boleh ada pengutamaan kelompok kecil melampaui
kelompok yang lebih besar.
f. Trust need touch
Kepercayaan memerlukan sentuhan personal, baik dalam bentuk
perhatian ataupun jalinan komunikasi yang baik akan menjadi
22
g. Trust requires leaders
Kepercayaan memerlukan pemimpin, pemimpin berperan dalam
mendesain dan mengupayakan tumbuh dan berkembangnya
kepercayaan itu sendiri.
Berbagai upaya dapat ditempuh oleh perusahaan yang ingin
membangun bisinis dalam lingkungan internet. Agar dapat menumbuhkan
kepercayaan konsumen maka perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut;
a. Bermitra dengan perusahaan publik atau lembaga-lembaga
lain yang sudah dikenal masyarakat, karena dengan
mencantumkan logo perusahaan publik atau
penghargaan-penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional pada
materi situs dapat menumbuhkan kepercayaan konsumen.
b. Mencantumkan logo-logo sertifikasi yang diusahakan oleh
perusahaan dengan menempuh prosedur-prosedur yang
ditetapkan. Misalnya, memperoleh sertifikasi ISO, sertifikat
halal dari MUI dan lain-lain.
c. Mencantumkan alamat kontak dan layanan konsumen secara
online.
6. Kemudahan Mengoperasikan Layanan
Facebook adalah layanan jejaring sosial yang mudah dioperasikan
dalam pencarian informasi dan bertransaksi. Kemudahan mengoperasikan
23 Technology acceptance model (TAM) mengemukakan ada dua keyakinan
tertentu, perasaan manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan
penggunaan (ease of use) adalah relevansi utama perilaku penerimaan
komputer. Perasaan manfaat didefinisikan sebagai kemungkinan pandangan
pengguna bahwa menggunakan sistem aplikasi khusus akan meningkatkan
kinerja dia dalam konteks organisasinya. Kemudahan penggunaan mengacu
pada drajat dimana pengguna prospektif mengharapkan target sistem yang
akan digunakan bebas upaya atau masalah. Kemudahan penggunaan
didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
komputer dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut
kemudahan memperoleh informasi melalui jejaring sosial berarti
kemudahan dalam memahami bila bertransaksi melalui media jejaring
sosial tersebut (Davis, 1991).
Semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan
sistem semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi
(Amijaya, 2010). kemudahan penggunaan memberikan beberapa indikator
terhadap suatu sistem informasi (termasuk jejaring sosial) yang meliputi
efisiensi waktu dalam penggunaan, tampilan situsnya mudah dimengerti,
menambah ketrampilan dalam menggunakannya, dan mudah untuk
dipelajari. Davis (1991) berpendapat bahwa penggunaan teknologi
informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras
dari pemakainya. Dengan banyaknya pengguna mengindikasikan
24 7. Resiko Belanja Online
Resiko dianggap sebagai suatu ketidakpastian tentang kemungkinan
negatif dari menggunakan produk atau jasa. Resiko didefinisikan sebagai
keyakinan pelanggan tentang potensi hasil negatif yang tidak pasti. Resiko
adalah suatu kemungkinan dimana penyusup berhasil mengakses komputer
didalam jaringan yang dilindungi (Sulaiman, 2002). Hal tersebut berkaitan
dengan keamanan nomor PIN atau kartu kredit ketika bertransaksi karena
siapa saja yang dapat memperoleh akses terhadap suatu account maka dia
dapat menyamar sebagai pemilik acoount tersebut.
Transaksi e-commerce diproses secara elektronik, nomor kartu kredit
yang disandikan dapat mecegah penggunaan yang tidak sah oleh pihak yang
tidak bertanggungjawab (Sulaiman, 2002). Belanja online lebih berisiko
dibanding belanja melalui katalog cetak. Khususnya pada e-commerce
resiko dibedakan dalam dua kategori yaitu risiko produk dan risiko
transaksi. Resiko produk mengacu pada ketidakpastian produk atau jasa
yang dibeli akan sesuai dengan yang diharapkan sedangkan transaksi resiko
adalah ketidakpastian yang akan berakibat merugikan konsumen dalam
proses transaksi.
Dalam konteks berbelanja online, resiko adalah parameter relevansi
situasional bahwa terdapat ketidakpastian tentang hasil dari transaksi
berbelanja online dan hasil tergantung pada tindakan vendor internet, yang
25 dari hasil kecurangan mungkin lebih besar dari pada keuntungan dari hasil
yang sukses, beberapa definisi risiko sebagai berikut:
a. Risk is the chance of loss (resiko adalah kerugian). Chance of
Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu
kemungkinan Kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan
istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering
dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
b. Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan
kerugian). Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu
peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali
sangat mendekati dengan pengertian resiko yang dipakai
sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai
dalam analisis secara kuantitatif
c. Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian). Tampaknya
ada kesepakatan bahwa resiko berhubungan dengan
ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan
bahwa resiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah
sesuatu yang mengandung kemungkinan kerugian dan juga ketidakpastian.
Resiko belanja online ditandai dengan tingginya tingkat kejahatan yang
26 tetap melakukan transaksi online dan partisipasi jejaring sosial yang
dimanfaatkan oleh para pembisnis menambah peningkatan niat beli melalui
internet.
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat
menjadi landasan dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui
variabel mana yang paling dominan mempengaruhi niat beli melalui jejaring
sosial. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepercayaan, kemudahan penggunaa dan resiko belanja online sebagai variabel
bebas. Sedangkan niat beli sebagai variabel terikat. Penelitian ini mencoba
menguji bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi niat beli melalui
jejaring sosial. Kerangka pikir ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Sumber : Wardani (2013) dan ariwibowo (2013).
Berdasarkan kerangka pikir pada gambar 2.1 ditunjukkan untuk
mengetahui pengaruh dari Kepercayaan (X1), kemudahan mengoperasikan
layanan (X2) dan resiko belanja online terhadap niat beli (Y). Dalam hal ini Niat beli (Y) Kepercayaan (X1)
kemudahan mengoperasikan layanan
(X2)
27 untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap niat beli.
D.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Sugiyono,
2011). Oleh karena itu dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta–fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H1: Diduga antara kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan
dan resiko belanja online mempunyai pengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap niat beli melalui jejaring sosial
H2: Diduga kepercayaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap niat beli melalui jejaring sosial
H3: Diduga kemudahan mengoperasikan layanan mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap niat beli melalui jejaring sosial
H4: Diduga resiko belanja online mempunyai pengaruh negatif dan