• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN MENGOPERASIKAN LAYANAN DAN RESIKO BELANJA ONLINE TERHADAP NIAT BELI MELALUI JEJARING SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN MENGOPERASIKAN LAYANAN DAN RESIKO BELANJA ONLINE TERHADAP NIAT BELI MELALUI JEJARING SOSIAL"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN MENGOPERASIKAN LAYANAN DAN RESIKO BELANJA ONLINE TERHADAP NIAT BELI

MELALUI JEJARING SOSIAL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi

Oleh Abdul Haris 201010160311154

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul pengaruh kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online terhadap niat beli melalui jejaring sosial.

Didalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan meliputi pengaruh dari kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online secara bersama-sama dan individual terhadap niat beli melalui jejaring sosial. Dengan demikian diharapkan agar pelaku bisnis di dunia maya terutama di jejaring sosial lebih memperhatikan variabel-variabel tersebut sehingga penjualannya meningkat dan konsumen merasa aman, nyaman dalam melakukan transaksi.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Dr. Widayat, MM dan Bapak Drs. Dicky Wisnu UR,MM selaku

4. Dra. Erna Ratna selaku Dosen Wali kelas C angkatan 2010 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Malang.

Disadari bahwa dengan kekurangan dan ketebatasan yang dimiliki penelliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaan bagi yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikumWr.Wb.

Malang, 24 april 2014

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

ABSTRAK (INDONESIA) ... ii

ABSTRACT (INGGRIS) ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Landasan Penelitian Terdahulu ... 12

B. LandasanTeori ... 15

(5)

2. Perilaku Konsumen ... 15

3. Tahap-Tahap Keputusan ... 17

4. Niat Beli ... 19

5. Kepercayaan ... 20

6. Kemudahan mengoperasikan layanan ... 23

7. Resiko Belanja Online ... 24

C. Kerangka Pikir ... 26

D. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Jenis Penelitian ... 29

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Jenis Data danSumber Data ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Pengukuran Data ... 36

H. Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 37

I. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 42

B. Hasil-Hasil Penelitian... 43

(6)

2. Uji Validitas ... 49

3. Uji Realibilitas ... 50

C. Analisi Data dan Uji Hipotesis ... 51

D. Pembahasan ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 27

Gambar 4.1 Grafik Histogram... 54

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ... 13

Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ... 14

Tabel 3.1 Defini Operasional Variabel ... 32

Tabel 4.1 Karakteristi Responden ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Kepercayaan ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel kemudahan penggunaan ... 45

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Resiko Belanja Online ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan variabel Niat Beli .. 47

Tabel 4.6 Uji Validitas Korelasi Bivariate ... 49

Tabel 4.7 Uji Realibilitas One Shot ... 50

Tabel 4.8 Uji Regresi Berganda ... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Tolerance dan VIF ... 53

Tabel 4.10 One-sample kolmogorof-smirnov test ... 56

Tabel 4.11 UjiAnova Regresi ... 57

(9)

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner ... 69

Lampiran 2. Output Karakteristik Responden ... 74

Lampiran 3. Skor Jawaban Responden ... 75

Lampiran 4. Distribusi Jawaban Responden ... 78

Lampiran 5. Output Validitas ... 82

Lampiran 6. Output Realibilitas ... 84

Lampiran 7. Output Regresi ... 86

Lampiran 8. Output Uji asumsi Klasik ... 88

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Adityo, B. 2011. Analisis pengaruh kepercayaan, kualitas informasi terhadap

keputusan pembelian secara online di situs kaskus, Implikasi Untuk

Penelitian Lebih lanjut.

Amijaya, G.R. 2010. Pengaruh persepsi teknologi informasi, kemudahan, risiko,

dan fitur layanan terhadap minat ulang nasabah Bank dalam menggunakan

internet banking. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen; Edisi Pertama, Graha Ilmu, yogyakarta.

Antaranews.com, 2012, Pengguna facebook di Indonesia tertinggi ke tiga di

dunia,

http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-indonesia-tertinggi-ketiga-dunia

Ariwibowo, D.P.J. 2013 Pengaruh trust dan perceived of risk terhadap niat untuk

bertransaksi menggunkan e-commerce.

Davis, F. D. 1991. User Accepatance of Information technology: system

characteristic, user perception and behavioral impact. International

Journal Man Machine.. 3: 475 487.

Ghozali, Imam. 2011. Analisis Multivariat dengan program IBM SPSS 19; Edisi

ke-5, UNDIP, Semarang.

Hanson, W. 2000. Pemsaran Internet; Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Sulaiman, R. 2002.Cyber Crimes; Edisi Pertama, Pusat Studi Hukum

(11)

Hidayat, W., S., 2013. Orang Indonesia gemar “berbagi” belanja online,

http://tekno.kompas.com/read/2013/05/04/14084839/Orang.Indonesia.Ge

mar.Berbagi.Belanja.Online.

Indrajit, R. E. 2001. E-Commerce; Kiat dan Strategi Bisnis, edisi Pertama, PT

Elex Media Komputindo, Jakarta.

Indriantoro dan Supomo, 2006, Metode Penelitian Bisnis untuk Akntansi, Andi

Offset, Yogyakarta.

Kecamatan DAU. Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2011.

http://dau.malangkab.go.id/?page_id=46

Mangkunegara, A.P., 1988, Perilaku Konsumen; edisi pertama, PT Eresco,

bandung.

Nazar, M. R., and Syahran. 2008. Pengaruh privasi, keamanan, kepercayaan, dan

pengalaman terhadap niat untuk bertransaski secara online. Program Pasca

Sarjana Univeristas Gajah Mada Yogyakarta.

Oetomo, dkk. 2003. I-CRM; Membina Relasi dengan Pelanggan.com, Edisi

Pertama, Andi, Yogyakarta.

Rofiq, A., 2007. Pengaruh dimensi kepercayaan (Trust) terhadap partisipasi

pelanggan E-Commerce, Jurnal Dimensi Trust : 15 16.

Saraswati, P., Baridwan, Z., 2013. Penerimaan system e-commerce: pengaruh

kepercayaan, persepsi manfaat dan persepsi resiko, Jurnal Ilmiah, : 4 6.

Sekaran, 2006.Reserach Method for Bussines: A skill Building Approach.

(12)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D; Edisi Empat

Belas. Alfabeta, cv. Bandung.

Suhartini., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motif belanja online

di komunitas kaskus semarang: Implikasi Untuk Penelitian Lebih lanjut,:

16.

Tabrani, K. 2012. Skala pengukuran data,

http://khadijahtabrani.blogspot.com/2012/12/skala-pengukuran-data.html

Ummah, B.A., 2009. Jenis-jenis penelitian, http://basirunjenispel.blogspot.com/

Utomo, G. 2013. Hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan

kpribadian big five dengan intense membeli pakaian melaui internet,

Jurnal Ilmiah, 2 (1) : 4 5 6.

Utomo, P., Lestariningsih, E., Suhari, Y., 2011. Kepercayaan terhadap internet

serta pengaruhnya terhadap pencarian informasi dan keinginan membeli

secara Online: Implikasi Untuk Penelitian Lebih lanjut, Jurnal Dinamika

Informatka, 3 (1) : 2 3.

Wardani, E.I.K., Saefullah., 2013. Pengaruh persepsi pengguna facebook

commerce (F-Commerce) terhadap keinginan berransaksi online: Implikasi

Untuk Penelitian Lebih lanjut, Jurnal Ilmiah,: 4 9.

Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran (Aplikasi Sofware SPSS), UMM

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari

baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

menggunakan internet sebagai cara untuk menjangkau pelanggan secara

global, sehingga mendorong perkembangan dunia bisnis. Dunia bisnis melaui

internet banyak dimanfaatkan dalam bentuk jual beli barang antara dua belah

pihak yang bertransaksi atau yang sering disebut dengan E-Commerce (Indrajit,

2001: 1). Sistem e-commerce yang dilakukan memudahkan perusahaan

mempromosikan produknya untuk menarik perhatian konsumen sehingga ada

niat untuk melakukan pembelian.

Niat beli sangat dibutuhkan pemasar untuk proyeksi penjualan dimasa

yang akan datang sehingga berbagai cara ditempuh perusahaan dalam

meningkatkan penjualannya. Salah satunya e-commerce dalam bentuk website

yang dapat didesain semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan untuk

mengunjungi atau membeli lewat website tersebut. Pemasaran lewat internet

dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menjangkau wilayah yang luas tanpa

harus mengeluarkan biaya promosi iklan. Sedangkan konsumen dapat

menghemat waktu, tenaga dan biaya karena dengan hanya mengklik barang

bisa diperoleh.

Belanja online yang dirasa mudah, praktis, hemat waktu, biaya dan tenaga

(14)

2 konvensional ke belanja secara online. Saat ini banyak yang menggunakan situs

jejaring sosial untuk mendukung bisnis secara online yang disediakan secara

gratis. Salah satunya e-commerce dalam bentuk website yang dapat didesain

semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan untuk mengunjungi atau membeli

lewat website tersebut. Namun tidak semua pelaku bisnis dapat memiliki webisite

karena dalam pembuatannya dibutuhkan kemampuan khusus dan biaya yang

besar. Oleh karena itu banyak dari mereka yang mempromosikan produknya

melalui situs jejaring sosial yang disediakan secara gratis. Dengan tersedianya

sistem e-commerce didalam jejaring sosial apakah para pengguna (konsumen)

mempunyai niat untuk membeli melalui jejaring sosial tersebut.

Hasil survei yang dilakukan Rakuten (toko belanja online terbesar di

jepang). Ryota Inaba selaku Presiden Direktur dan CEO Rakuten Belanja

Online tersebut memperkirakan bahwa ada pertumbuhan hingga 2, 5 kali lipat

untuk belanja melalui jejaring sosial. Mengutip penelitian lembaga riset gartner

mengenai trend belanja online, sekitar 50 % informasi tentang konsumen baru

akan didapatkan berdasarkan identitas dari jejaring sosial, misalnya log in

melalui facebook pada akhir 2015 (tekno.kompas.com 15 november 2013).

Penyedia barang di jejaring sosial merupakan pengguna aktif jejaring

sosial sehingga informasi terhadap produk yang dijual akan selalu up to date.

Selain itu mereka juga melakukan komunikasi diantara para pengguna

sehingga dengan komunikasi yang baik akan menumbuhkan niat untuk

membeli melalui jejaring sosial. Komunikasi yang baik juga dapat mencegah

(15)

3 produk yang ingin dibeli dan pihak seller selalu merespon setiap pertanyaaan

tersebut sehingga konsumen merasa aman ketika ingin membeli.

Pemasar akan selalu menguji elemen-elemen dari bauran pemasaran

yang mungkin mempengaruhi niat beli. Di dalam jejaring sosial yang berkaitan

dengan Place, bisa di akses diamanapun karena berhubungan dengan koneksi

internet. Price yang di tawarkan juga terbilang murah karena konsumen tidak

perlu pergi ketoko membuang waktu berjam-jam untuk membeli sesuatu dan

juga bisa membandingkan harga antara penjual yang satu dengan yang lainnya

karena banyaknya penjual di jejaring sosial. Promotion juga dilakukan secara

besar-besaran dan produck yang diperjualbelikan juga beragam dan bisa

melihat bagaimana produk yang mempunyai kualitas bagus jika mempunyai

pengetahuan terhadap produk yang ingin dibeli.

Keinginan membeli pengguna (konsumen) juga dipengaruhi oleh

kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online.

Kepercayaan pengguna terhadap jejaring sosial tentang bagaimana kualitas

informasi yang didapat ketika melihat-lihat barang yang ingin dibeli dapat

dipercaya atau tidak. Kemudian mengoperasikan layanan berupa kemudahan

dari fitur-fitur yang disediakan jejaring sosial untuk proses pencarian informasi

dan berkomunikasi, tampilan situs-situs jual beli online yang mudah

dimengerti, termasuk kemudahan dalam melakukan pembayaran jika hendak

membeli sesuatu melalui jejaring sosial. Serta resiko dari belanja online atau

pengalaman yang tidak mengenakkan ketika bertransaksi online akan menjadi

(16)

4 Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang pengaruh dari

kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan resiko belanja online

terhadap niat beli melalui jejaring sosial, bukan mengenai pengaruh bauran

pemasaran terhadap niat beli.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wardani

(2013). Penelitian tersebut membahas tentang pengaruh persepsi, variabel yang

digunakan adalah persepsi kemudahan, kepercayaan dan menambah kualitas

pelayanan terhadap keinginan bertransaksi secara online oleh para pengguna

Facebook Commerce. Dari penelitian tersebut disebutkan persepsi kemudahan

dan persepsi kepercayaan yang mempengaruhi niat pengguna facebook

commerce untuk bertransaksi online. Sedangkan persepsi kualitas pelayanan

tidak mempengaruhi pengguna facebook commerce untuk bertransaksi online.

Penyebab kurangnya minat publik untuk berbelanja online berkaitan

dengan nilai kepercayaan dan keamanan yang diberikan oleh perusahaan, maka

kepercayaan menjadi komponen yang vital (Hanson, 2000: 17). Suksesnya

sistem e-commerce dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap suatu pemasok

yang menyediakan barang dan jasa tersebut. Karena ketidakpercayaan terhadap

penjaja barang di dunia internet jelas akan berakibat tidak lakunya suatu

barang, dan ketidakpercayaan perusahaan yang memasang situs di internet

berimplikasi pada tidak akan terjadinya transaksi (Oetomo, dkk. 2003).

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011), Wardani

(2013), Adityo (2003), Suhartini (2011), Rofiq (2013), Saraswati (2013) dari

(17)

e-5 commerce seperti pengetahuan teknologi internet, kualitas website, kualitas

produk, kualitas informasi, ternyata faktor kepercayaan (trust) menjadi faktor

kunci. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani

melakukan transaksi melalui media internet. Tanpa ada kepercayaan dari

pelanggan, mustahil transaksi e-commerce akan terjadi.

Layanan jejaring sosial seperti Facebook yang awalnya hanya sebagai

situs pertemanan sekarang menambah fungsinya menjadi e-commerce dan

kondisi tesebut merupakan hal yang menarik untuk di teliti. Dengan munculnya

sistem commerce didalam Facebook erat kaitannya dengan kepercayaan

pengguna (konsumen) untuk menggunakan atau mengunjungi jejaring sosial

tersebut. Dari kepercayaan tersebut diharapkan dapat menimbulkan niat untuk

melakukan pembelian terhadap berbagai produk yang ditawarkan. Setiap

melakukan log in melalui jejaring sosial seperti Facebook, pengguna

(konsumen) akan dihadapkan dan ditawarkan berbagai informasi terhadap

sesuatu yang bisa di perjualbelikan, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan

konsumen dalam mendapatkan berbagai informasi tentang produk tanpa perlu

mencari situs-situs tertentu yang dipercaya dalam melakukan pembelian secara

online.

Fitur-fitur yang disediakan Facebook menambah kepercayaan

konsumen sehingga ada niat untuk melakukan pembelian. Seperti pesan (chat)

yang memungkinkan pengguna bisa mengirim dan menerima pesan tentang

informasi produk yang ingin di beli. Group yang memungkinkan pengguna

(18)

6 saling bertukar informasi. Links yang bisa dibuat untuk berbagi website-website

toko online yang bisa dipercaya seperti kaskus, toko bagus dan lain sebagainya.

Picture yang memungkinkan pengguna memilih dan membandingkan produk

mana yang sesuai dengan keinginan ataupun kebutuhannya, ditambah video

yang bisa menambah keyakinan terhadap produk mana yang berkualitas.

Kemudahan mengoperasikan layanan menunjukkan kemudahan

penggunaan suatu media transaksi sehingga dapat memicu keinginan

konsumen untuk menggunakan media tersebut dalam melakukan pembelian.

Facebook termasuk mudah digunakan terbukti dengan banyaknya pengguna

jejaring sosial tersebut. Menurut data yang dimiliki Kementerian Komunikasi

dan Informatika tahun 2012, pengguna Facebook di Indonesia ada 43,06 juta

orang dan tercatat sebagai pengguna tertinggi dari situs jejaring sosial lainnya

(http://www.antaranews.com 30 oktober 2013). Dengan banyaknya yang

menggunakan situs tersebut, apalagi penggunanya banyak anak-anak remaja

atau Mahasiswa yang cenderung senang dalam berbelanja terutama perempuan

yang senang dunia fashion menjadi peluang tersendiri bagi para penjual untuk

meningkatkan penjualannya.

Facebook salah satu layanan jejaring sosial yang mudah dioperasikan

dalam mencari informasi seperti fitur-fitur yang memudahkann konsumen

bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan produk, tampilan situs-situs

jual beli online yang langsung memberikan informasi produk yang

memudahkan konsumen mencari produk yang diinginkan. Facebook juga

(19)

7 tinggal mentransfer sejumlah uang kerekening yang diberikan penjual dan

barang akan siap diterima pada waktu yang ditentukan.

Sebelumnya pada Pertengahan 2009, jejaring sosial seperti facebook

pernah terjun ke dunia E-commerce dengan meluncurkan platform yang

bernama Credits, sebuah konsep Virtual Currency untuk melakukan pembelian

item apa saja yang ada dalam facebook. Namun terhenti karena berbagai

masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak facebook sendiri. Belajar dari

pengalaman sebelumnya facebook baru saja dilaporkan mengembangkan

sistem pembayaran online dengan metode Mobile Payment seperti halnya

PayPal dan penyedia layanan transaksi keuangan online lainnya yang

dipercaya cukup mudah, cepat dan sederhana. Facebook menjabarkan cara

pengoperasian yang cukup singkat, pertama pengguna hanya perlu

memasukkan nomor kartu kredit yang dikehendaki sebagai akun keuangan

resmi dalam sistem Payment Facebook tersebut. Kemudian pengguna hanya

tinggal log in untuk bisa langsung melakukan pembelian dalam aplikasi

mobile.

Namun dalam melakukan pembelian secara online tidak sedikit juga

pihak yang dirugikan karena ketidaksesuaian antara harapan dan keinginannya

sehingga menjadi pertimbangan konsumen untuk mau atau tidak dalam

melakukan transaksi online. Dengan adanya berbagai resiko seperti barang

yang tidak sampai di tangan pembeli, adanya para hacker yang bisa melakukan

pencurian uang terhadap keamanan nomor PIN atau pembobolan kartu kredit

(20)

8 rusak ataupun palsu, tidak adanya jaminan keamanan dalam bertransaksi

menjadi kendala tersendiri bagi konsumen. Hal ini dapat membuat konsumen

takut melakukan transaksi online dan hilangnya kepercayaan kepada penjual

yang berbau inetrnet.

Menurut Sulaiman, (2002: 13 19) Pembobolan melalui modem dan

peralatan canggih yang sedemikian rupa di set up untuk kejahatan didunia

maya sudah sangat mengganggu roda perekonomian. Namun banyak orang

menyangka bahwa untuk melakukan suatu kejahatan diperlukan peralatan

canggih yang mahal dan setidak-tidaknya mempunyai suatu keahlian khusus di

bidang komputer. Dugaan seperti itu tidak semuanya benar bahkan boleh

dikatakan tidak demikian. Karena kejahatan komputer bisa dilakukan dengan

peralatan sederhana dan harganya relatif murah seperti Dummy Terminal yang

hanya bisa mengirim dan menerima data saja tanpa mempunyai kemampuan

mengolah data seperti komputer-komputer dewasa ini.

Facebook melalui fitur-fiturnya dalam berkomunikasi, dapat

meminimalisir resiko dalam belanja online yaitu dengan menjalin komunikasi

yang baik antara dua pihak yang bertransaksi, diantaranya melaui pencarian

informasi yang relevan. Penyajian informasi yang baik akan meghindari

terjadinya berbagai kejahatan internet (cybercrime) karena komunikasi yang

baik dapat membuat konsumen merasa aman dalam bertransaksi. Selain itu

pengguna bisa mengambil tindakan untuk mereview seorang pedagang melalui

reputasinya dengan melihat komentar yang dibuat oleh pengguna lainnya agar

(21)

9 Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai pengaruh kepercayaan terhadap niat beli melalui jejaring

sosial. Pengaruh kemudahan mengoperasikan layanan terhadap niat beli

melalui jejaring sosial. Pengaruh resiko belanja online terhadap niat beli

melalui jejaring sosial.

B.Perumusan Masalah

Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga banyak yang memanfaatkannya sebagai tempat berbisnis dalam

bentuk jual beli barang dan banyak orang tertarik untuk melakukan pembelian.

Facebook yang awalnya sebagai situs jejaring sosial kini menambah fungsi dan

layanannya menjadi situs jual beli barang seperti E-Commerce. Dari uraian

diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan dan

resiko belanja online berpengaruh secara bersama-sama

terhadap niat beli melalui jejaring sosial

2. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap niat beli melalui

jejaring sosial?

3. Apakah kemudahan mengoperasikan berpengaruh terhadap niat

beli melalui jejaring sosial?

4. Apakah resiko belanja online berpengaruh terhadap niat beli

(22)

10 C.Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini terdapat batasan-batasan dan fokus meneliti tentang

adanya niat beli melalui jejaring sosial. Penelitian ini hanya dilakukan pada

orang yang belum pernah melakukan transaksi online dan yang aktif

menggunakan jejaring sosial yaitu Facebook. Adapun variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini terbatas pada kepercayaan, kemudahan

mengoperasikan dan resiko belanja online.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menguji pengaruh kepercayaan, kemudahan mengoperasikan

layanan dan resiko belanja online secara bersama-sama terhadap

niat beli melalui jejaring sosial

b. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap niat beli melalui jejaring

sosial

c. Menguji pengaruh kemudahan mengoperasikan layanan terhadap

niat beli melalui jejaring sosial

d. Menguji pengaruh resiko belanja online terhadap niat beli melalui

jejaring sosial

2. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

(23)

11 jejaring sosial, kemudahan mengoperasikan layanan, resiko

belanja online dan niat beli

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kaitan

mengenai kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan,

resiko belanja online terhadap niat beli melalui jejaring social

b. Manfaat Praktis

Bagi ahli pemasaran penelitian ini diharapkan memberi

informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi konsumen terhadap

adanya niat untuk melakukan pembelian melalui jejaring sosial

sehingga lebih terbuka dan jujur lagi dalam berinovasi

(24)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui

hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan

dapat dijadikan sebagai data pendukung. Penelitian yang dilakukan Wardani

(2013) tentang Pengaruh persepsi pengguna Facebook Commerce

(F-Commerce) terhadap keinginan bertransaksi online bertujuan untuk menguji

faktor yang mempengaruhi keinginan pengguna facebook commerce untuk

bertransaksi online. Penelitian dilakukan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang.

Penelitian tersebut memperoleh 90 responden yang telah melakukan

transaksi dan memahami facebook commerce. Menggunakan teknik regresi

linear berganda dengan software SPSS untuk menguji penelitian tersebut. Hasil

penelitian menunjukkan secara simultan variabel persepsi kualitas pelayanan,

kemudahan dan kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan

bertransaksi online pengguna facebook commerce. Secara parsial variabel

persepsi kemudahan dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap

keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce. Namun variabel

kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan

bertransaksi Online oleh pengguna facebook commerce. Hasil penelitian

menunjukkan keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce

(25)

13 pebedaan dari penelitian yang di lakukan Wardani (2013), perbedaan tersebut

dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Ariwibowo (2013) tentang pengaruh trust dan perceived of risk terhadap niat

untuk bertransaksi menggunkan E-commerce, bertujuan untuk mengetahui

terdapat atau tidaknya pengaruh Trust, Perceived of Risk, Trust dan Perceived

of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi menggunakan E-commerce. Populasi

dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random

sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan sampel

sebanyak 137 mahasiswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi Indikator Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

Variabel terikat

Pengguna Facebook Commerce

(F-Commerce) terhadap

 Kemudahan mengoperasikan layanan

 Resiko belanja online Lokasi

penelitian

Universitas Brawijaya Malang Kelurahan Landungsari Kecamatan DAU Kabupaten Malang

Populasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya Malang

Orang yang belum pernah bertransaksi online di kelurahan Landungsari

Sample Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya Malang yang memahami dan menggunakan Facebook Commerce

(26)

14 sederhana dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif Trust dan pengaruh negatif Perceived of Risk serta pengaruh

Trust dan Perceived of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi menggunakan

E-commerce pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini terdapat pebedaan dari penelitian yang di lakukan Ariwibowo

(2013), perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

B.Kajian Teori

1. The theory planned behavior

Menurut Ajzen yang dikutip oleh Nazar, dkk. (2008) the theory

planned behavior (TPB) merupakan pengembangan dari the theory

Indikator Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

Variabel terikat

Niat untuk Bertransaksi menggunakan E-commerce

Niat beli melalui jejaring sosial (Facebook)

 kemudahan mengoperasikan layanan

 Resiko belanja online

Lokasi penelitian

Universitas Negeri Yogyakarta Kelurahan Landungsari Kecamatan DAU Kabupaten Malang

Populasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Orang yang belum pernah bertransaksi online di kelurahan Landungsari

Sample Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang belum bertransaksi online

(27)

15 reasoned action yang menjelaskan tentang niat individu untuk melakukan

tindakan tertentu. Teori tersebut menyatakan sikap terhadap perilaku dan

norma subyektif pada perilaku mempengaruhi niat. Pada The theory

planned behavior memasukkan kontrol perilaku yang dirasakan dalam

mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi niat

konsumen untuk bertransaksi online, dimana perilaku ditentukan oleh niat

dan niat dibentuk oleh sikap, norma subjektif dan kontrol prilaku.

Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif

dalam melakukan perilaku dan menunjukkan tingkatan seseorang yang

mempunyai evaluasi yang baik atau kurang baik tentang perilaku tertentu.

Dalam hal ini sikap terbentuk oleh kepercayaan. Norma subyektif

menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan.. Sedangkan kontrol perilaku yang dirasakan

menun-jukkan mudahnya (kemudahan penggunaan) atau sulitnya seseorang

melakukan tindakan.

2. Perilaku Konsumen

Menurut David, dkk. (1993) yang di kutip oleh Amirullah (2002)

bahwa perilaku konsumen dapat di definisikan sebagai peroses pengambilan

keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang di libatkan dalam

mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan

barang-barang dan jasa. Termasuk tindakan individu yang secara langsung

(28)

16 ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau

organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap

yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada

tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi

yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan

melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen

melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan

akhirnya membuang produk setelah digunakan.

Pemasar perlu menyadari bahwa konsumen tidak hanya dapat

didekati secara rasional, dengan formula-formula pemasaran, seperti 4P

(product, price, promotion, place). Karena konsumen dipandang sebagai

alat keberhasilan produk. Konsumen dipandang sebagai sosok rasional yang

bergerak sesuai mekanisme mesin belaka (Mangkunegara, 1988). Justru

yang lebih penting saat ini adalah memahami perilaku konsumen sebagai

makhluk hidup yang membutuhkan stimulus-stimulus kejiwaan, seperti

hiburan, didikan atau bahkan tantangan. Stimulus yang mengacu pada upaya

memberikan pengalaman baru buat konsumen. Seperti dalam penelitian ini

(29)

17 konvensional ke pembelian online yaitu melaui jejaring sosial yang dapat

memberikan suatu pengalaman belanja yang baru.

3. Tahap-Tahap Keputusan

Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan

yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan

beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk

memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Menurut Howard dan

Sheth yang dikutip oleh Amirullah (2002) menyajikan model perilaku

pemilihan merk yang rasional oleh pembeli dibawah kondisi informasi yang

tidak lengkap dan dalam keterbatasan kemampuan. Dalam model ini

pengambilan keputusan konsumen digolongkan dalam tiga tingkat yaitu:

a. Extensive problem solving, merupakan tahap awal dari

pengambilan keputusan dimana pembeli memiliki informasi

yang sedikit mengenai merk dan belum mengembangkan

perumusan yang baik dan hal tersebut dapat digunakan untuk

memilih salah satu produk dari produk yan ada (pemilihan

produk).

b. Limited problem solving, merupakan tahapan pemilihan produk

lebih lanjut dimana hal terdebut telah dirumuskan dengan baik,

tetapi pembeli masih belum memutuskan merk mana yang

terbaik bagi dirinya. Jadi disini pembeli masih coba-coba hingga

(30)

18

c. Routinized response behavior, dimana pembeli telah

merumuskannya dengan baik untuk pemilihan produk dan juga

telah memiliki kecendrungan yang kuat terhadap satu produk.

Tidak ada lagi keraguan dalam pikirannya dan dia siap untuk

membeli dengan evaluasi arternatif yang sedikit.

Model yang mengikuti konsep learning-teory menjelaskan bahwa

terdapat empat komponen utama dalam pembentukan perilaku konsumen

yaitu input variables, output variables, hypothetical constructs, dan

exogeneous variables (Amirullah, 2002). Input variables dipandang sebagai

bentuk stimuli dari lingkungan seperti simbol-simbol yang dibuat oleh

perusahaan. Output variables terdiri dari sejumlah informasi penting yang

diterima pembeli (attention), informasi yang dimiliki pembeli tentang merk

(brand comprehension), penilaian konsumen pada merk khusus yang

memberikan kepuasan atau memotivasinya (attitude), perhatian atau niat

pembeli terhadap merk produk yang akan dibeli (intention), dan perilaku

pembelian (purchase behavior).

4. Niat Beli

Niat pembelian digambarkan sebagai suatu situasi seseorang

sebelum melakukan suatu tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk

memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Menurut Assael (1983) niat

pembelian merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek

yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.

(31)

19 mengetahui niat konsumen atau memprediksikan penolakan konsumen

terhadap suatu produk. Niat beli melalui jejaring sosial yaitu keinginan yang

mengarah pada kemauan untuk melakukan pembelian secara online. Hal

tersebut menunjukkan ada faktor-faktor yang dapat mempegaruhi niat untuk

melakukan pembelian melalui Facebook.

Faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli bisa berasal dari dalam

dan luar individu. Faktor utama dalam transaksi online menyangkut

kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu sistem atau pihak lain.

Ketika merasa percaya dan yakin terhadap transaksi yang dilakukan

misalnya karena jaminan yang diberikan maka kemungkinan besar akan

melakukan transaksi secara online, tetapi jika tidak ada kepercayaan dan

keyakinan sebelumnya atau masih ragu maka cendrung untuk tidak

bertransaksi secara online.

5. Kepercayaan

Kepercayaan konsumen di definisikan kesediaan satu pihak untuk

menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak

lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya,

terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan

pihak yang dipercaya. Jadi kepercayaan erat kaitannya antara harapan yang

sesuai dengan keinginan konsumen. Kepercayaan sebagai penilaian

hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi

tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh

(32)

20 adanya kepercayaan (trust), maka intraksi di dunia internet hanya

merupakan kebohongan belaka, perdagangan dan komunikasi di dunia maya

memang sangat mengandalkan aspek kepercayaan (Oetomo, 2003 : 34).

Tidak dapat di ingkari, komunitas dalam dunia maya perlu di bangun

atas dasar kepercayaan. Charles Handy yang dikutip oleh Oetomo, dkk.

(2003) menyebutnya dengan istilah trust the virtual organization, yang

dapat di bangun melalui seven rules of trust, yaitu:

a. Trust is not blin

Kepercayaan bukan suatu yang buta, artinya kepercayaan selalu

membutuhkan proses serta bukti bahwa produk yang dipercayai

konsumen benar-benar berkualitas. Dalam hal ini konsumen

cenderung rasional dalam menilai produk yang ada.

b. Trust need boundaries

Kepercayaan tanpa batas adalah tidak realistis, karena

kepercayaan dibangun atas dasar tertentu. Ada unsur komitmen

dan kompetensi yang dimiliki perusahaan, secara tidak langsung

hal ini mengacu pada produsen agar mendesain yang mengarah

sera menspesifikasi pada suatu performace tertentu. Sehingga

persepsi yang tertanam pada benak kosumen benar mengarah

pada pembentukan citra yang mengkristal dan bukan citra yang

(33)

21

c. Trust demand learning

Kepercayaan merupakan proses belajar, karena untuk menjadi

pihak yang dipercaya perlu proses pembelajaran. Hal ini

berkaitan dengan susahnya memenuhi apa yang di inginkan

konsumen serta pemenuhan unsur-unsur dari kepercayaan itu

sendiri.

d. Trust is tough

Kepercayaan bukan suatu yang mudah, karena untuk

mendapatkan dan mempertahankan kepercayaan memerlukan

usaha yang tidak ringan. Dalam hal ini produsen harus

berhati-hati dalam membangun desain kepercayaan.

e. Trust need bonding

Kepercayaan membutuhkan satu ikatan, karena didalam

kepercayaan ada ikatan emosional yang memerlukan perhatian

tersendiri. Setiap tujuan pada kelompok kecil haruslah

mendukung pada tujuan dalam konteks yang besar. Dalam hal

ini tidak boleh ada pengutamaan kelompok kecil melampaui

kelompok yang lebih besar.

f. Trust need touch

Kepercayaan memerlukan sentuhan personal, baik dalam bentuk

perhatian ataupun jalinan komunikasi yang baik akan menjadi

(34)

22

g. Trust requires leaders

Kepercayaan memerlukan pemimpin, pemimpin berperan dalam

mendesain dan mengupayakan tumbuh dan berkembangnya

kepercayaan itu sendiri.

Berbagai upaya dapat ditempuh oleh perusahaan yang ingin

membangun bisinis dalam lingkungan internet. Agar dapat menumbuhkan

kepercayaan konsumen maka perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut;

a. Bermitra dengan perusahaan publik atau lembaga-lembaga

lain yang sudah dikenal masyarakat, karena dengan

mencantumkan logo perusahaan publik atau

penghargaan-penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional pada

materi situs dapat menumbuhkan kepercayaan konsumen.

b. Mencantumkan logo-logo sertifikasi yang diusahakan oleh

perusahaan dengan menempuh prosedur-prosedur yang

ditetapkan. Misalnya, memperoleh sertifikasi ISO, sertifikat

halal dari MUI dan lain-lain.

c. Mencantumkan alamat kontak dan layanan konsumen secara

online.

6. Kemudahan Mengoperasikan Layanan

Facebook adalah layanan jejaring sosial yang mudah dioperasikan

dalam pencarian informasi dan bertransaksi. Kemudahan mengoperasikan

(35)

23 Technology acceptance model (TAM) mengemukakan ada dua keyakinan

tertentu, perasaan manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan

penggunaan (ease of use) adalah relevansi utama perilaku penerimaan

komputer. Perasaan manfaat didefinisikan sebagai kemungkinan pandangan

pengguna bahwa menggunakan sistem aplikasi khusus akan meningkatkan

kinerja dia dalam konteks organisasinya. Kemudahan penggunaan mengacu

pada drajat dimana pengguna prospektif mengharapkan target sistem yang

akan digunakan bebas upaya atau masalah. Kemudahan penggunaan

didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa

komputer dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut

kemudahan memperoleh informasi melalui jejaring sosial berarti

kemudahan dalam memahami bila bertransaksi melalui media jejaring

sosial tersebut (Davis, 1991).

Semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan

sistem semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi

(Amijaya, 2010). kemudahan penggunaan memberikan beberapa indikator

terhadap suatu sistem informasi (termasuk jejaring sosial) yang meliputi

efisiensi waktu dalam penggunaan, tampilan situsnya mudah dimengerti,

menambah ketrampilan dalam menggunakannya, dan mudah untuk

dipelajari. Davis (1991) berpendapat bahwa penggunaan teknologi

informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras

dari pemakainya. Dengan banyaknya pengguna mengindikasikan

(36)

24 7. Resiko Belanja Online

Resiko dianggap sebagai suatu ketidakpastian tentang kemungkinan

negatif dari menggunakan produk atau jasa. Resiko didefinisikan sebagai

keyakinan pelanggan tentang potensi hasil negatif yang tidak pasti. Resiko

adalah suatu kemungkinan dimana penyusup berhasil mengakses komputer

didalam jaringan yang dilindungi (Sulaiman, 2002). Hal tersebut berkaitan

dengan keamanan nomor PIN atau kartu kredit ketika bertransaksi karena

siapa saja yang dapat memperoleh akses terhadap suatu account maka dia

dapat menyamar sebagai pemilik acoount tersebut.

Transaksi e-commerce diproses secara elektronik, nomor kartu kredit

yang disandikan dapat mecegah penggunaan yang tidak sah oleh pihak yang

tidak bertanggungjawab (Sulaiman, 2002). Belanja online lebih berisiko

dibanding belanja melalui katalog cetak. Khususnya pada e-commerce

resiko dibedakan dalam dua kategori yaitu risiko produk dan risiko

transaksi. Resiko produk mengacu pada ketidakpastian produk atau jasa

yang dibeli akan sesuai dengan yang diharapkan sedangkan transaksi resiko

adalah ketidakpastian yang akan berakibat merugikan konsumen dalam

proses transaksi.

Dalam konteks berbelanja online, resiko adalah parameter relevansi

situasional bahwa terdapat ketidakpastian tentang hasil dari transaksi

berbelanja online dan hasil tergantung pada tindakan vendor internet, yang

(37)

25 dari hasil kecurangan mungkin lebih besar dari pada keuntungan dari hasil

yang sukses, beberapa definisi risiko sebagai berikut:

a. Risk is the chance of loss (resiko adalah kerugian). Chance of

Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu

kemungkinan Kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan

istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering

dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu.

b. Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan

kerugian). Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu

peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali

sangat mendekati dengan pengertian resiko yang dipakai

sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai

dalam analisis secara kuantitatif

c. Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian). Tampaknya

ada kesepakatan bahwa resiko berhubungan dengan

ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan

bahwa resiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah

sesuatu yang mengandung kemungkinan kerugian dan juga ketidakpastian.

Resiko belanja online ditandai dengan tingginya tingkat kejahatan yang

(38)

26 tetap melakukan transaksi online dan partisipasi jejaring sosial yang

dimanfaatkan oleh para pembisnis menambah peningkatan niat beli melalui

internet.

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat

menjadi landasan dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui

variabel mana yang paling dominan mempengaruhi niat beli melalui jejaring

sosial. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepercayaan, kemudahan penggunaa dan resiko belanja online sebagai variabel

bebas. Sedangkan niat beli sebagai variabel terikat. Penelitian ini mencoba

menguji bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi niat beli melalui

jejaring sosial. Kerangka pikir ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Sumber : Wardani (2013) dan ariwibowo (2013).

Berdasarkan kerangka pikir pada gambar 2.1 ditunjukkan untuk

mengetahui pengaruh dari Kepercayaan (X1), kemudahan mengoperasikan

layanan (X2) dan resiko belanja online terhadap niat beli (Y). Dalam hal ini Niat beli (Y) Kepercayaan (X1)

kemudahan mengoperasikan layanan

(X2)

(39)

27 untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap niat beli.

D.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Sugiyono,

2011). Oleh karena itu dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta–fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

H1: Diduga antara kepercayaan, kemudahan mengoperasikan layanan

dan resiko belanja online mempunyai pengaruh signifikan secara

bersama-sama terhadap niat beli melalui jejaring sosial

H2: Diduga kepercayaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap niat beli melalui jejaring sosial

H3: Diduga kemudahan mengoperasikan layanan mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap niat beli melalui jejaring sosial

H4: Diduga resiko belanja online mempunyai pengaruh negatif dan

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillah marilah kita sama-sama merafakkan setinggi-tinggi kesyukuran ke hadrat Allah SWT yang telah memberi kesempatan untuk kita berhimpun dan bertemu dalam Majlis Perasmian

Dengan demikian, berbicara mengenai kekerasan pada perempuan dan media, tidak hanya melulu mengenai cara media menghadirkan potret perempuan yang merujuk pada sebuah tindak

Hasil survei kemudian diproses dengan menggunakan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Analisa simpang di hitung dengan 3 kondisi, yaitu eksisting,

Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yaitu yuridis normative yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder yang akan dikumpulkan

Dikarenakan daya lekat antara bambu dan beton belum cukup kuat, pada penelitian kali ini akan meneliti penggunaan variasi jarak pemasangan klem selang sebagai kait pada

Kesimpulan : IR dan TENS dapat mengurangi nyeri akibat tendinitis patellaris sehingga dapat meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) knee sinistra dan

dalam pertemuan tersebut membicarakan rencana pembobolan Bank kemudian saksi Jhoni Sinaga al Rudi meminta kepada saksi Bahrul Himat data nasabah Bank BTN yang