• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN PEMBACA WANITA TERHADAP HALAMAN FOR HER KORAN JAWA POS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PANDANGAN PEMBACA WANITA TERHADAP HALAMAN FOR HER KORAN JAWA POS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

PANDANGAN PEMBACA WANITA TERHADAP HALAMAN FOR HER KORAN JAWA POS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh : Mar’atush Sholihah

NIM: 07220078

KONSENTRASI JURNALISTIK DAN STUDI MEDIA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mar’atush Sholihah

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 21 Mei 1990

Nomor Induk Mahasiswa : 07220078

Fakultas : ISIP

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

Pandangan Pembaca Wanita Terhadap Halaman For Her Koran Jawa Pos

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya,

kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Malang, 9 April 2012

Yang Menyatakan,

(5)

v

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Mar’atush Sholihah, 07220078

Pandangan Pembaca Wanita Terhadap Halaman For Her Koran Jawa Pos Pembimbing: Farid Rusman, M. Si dan Joko Susilo, M. Si.

(xvii+75+19 tabel+3 gambar+ 37 lampiran) Bibliografi; 13 buku, 1 jurnal, 7 artikel dari internet.

Kata Kunci : Agenda Jawa Pos, Agenda Pembaca

Penelitian ini bermula dari informasi mengenai prestasi Jawa Pos dalam meraih penghargaan Indonesian’s Most Favorite Women Brand 2011 versi marketers pada tanggal 12 Agustus 2011. Dari informasi tersebut, peneliti ingin mengetahui seberapa besar media Jawa Pos mengakomodir kebutuhan informasi pembacanya, terutama pembaca wanita. Sehingga peneliti mengangkat rumusan masalah “seberapa besar tingkat kesesuaian antara agenda Jawa Pos dengan agenda pembaca ?” Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan teori agenda setting pada media Jawa Pos, dengan cara mengetahui tingkat kesesuaian antara agenda Jawa Pos dengan agenda pembacanya.

Penelitian ini menggunakan studi agenda setting pada halaman For Her edisi 13 November-13 Desember 2011. Teori agenda setting berasumsi bahwa media massa tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan pembaca. Dengan kata lain media massa mempengaruhi persepsi pembaca tentang apa yang dianggap penting (Rakhmat, 2005: 200). Pembaca akan menganggap suatu tema penting jika media menganggap tema tersebut penting juga. Pada mulanya studi agenda setting yang diawali oleh McCombs dan Shaw (1972) hanya memfokuskan pada efek agenda setting media terhadap khalayak. Namun pada awal tahun 1992, fokus penelitian agenda setting mulai bergeser dari agenda media menjadi agenda khalayak. Penelitian tersebut dilakukan oleh Charlote Observer dan WSOC-TV di Charlotte, Carolina Utara yang produksi beritanya lebih diarahkan oleh agenda pemilih dalam pemilu, dan menggunakan agenda tersebut untuk dasar liputan politiknya (Weaver, 1999:15).

Metode dari penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe eksplanatif, yaitu menjelaskan hubungan antara dua variabel. Variabel yang diuji adalah agenda Jawa Pos dan Agenda pembaca. Untuk memperoleh data dari agenda Jawa Pos, peneliti menggunakan teknik analisis isi pada Jawa Pos For Her edisi 13 November-13 Desember 2011, dengan total 267 naskah. Peneliti membuat sembilan kategori tema yaitu; (1) Relationship, (2) Kecantikan & Kesehatan, (3) Fashion, (4) Parenting, (5) Hobby & Pets, (6) Karier, (7) Dapur dan Makanan, (8) Rumah Idaman, (9) Hot Papa. Sedangkan untuk memperoleh data agenda pembaca, peneliti melakukan survey pembaca di Desa Landungsari dengan menyebar kuisioner yang berisi persepsi pembaca terhadap sembilan kategori tema tersebut. Peneliti mengambil 47 orang sebagai sampel, dari total 86 populasi pembaca. Setelah itu, peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan menggunakan rumus spearman’s Rho Rank Order-Correlation.

(9)

ix

diketahui bahwa rho hitung<rho tabel, yaitu 0,48<0,683. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya ranking tema pada agenda Jawa Pos tidak mempengaruhi tingginya ranking tema pada agenda pembaca. Dengan kata lain, teori agenda setting tidak berlaku pada penelitian ini.

Peneliti,

Mar’atush Sholihah

Menyetujui, Pembimbing I

Farid Rusman, M. Si.

Pembimbing II

(10)

x ABSTRAK

Mar’atush Sholihah, 07220078

THE PERSPECTIVE WOMAN READER’S OF FOR HER PAGE JAWA POS NEWSPAPER

Advisor: Farid Rusman, M. Si dan Joko Susilo, M. Si. (xvii+61+19 table+2 picture+ 44 enclosure)

Bibliography; 13 books, 1 journal, 5 articles from internet.

Key word : The media agenda, The reader agenda

This study is begin from the information of Jawa Pos achievement’s to get award in Indonesian’s Most Favorite Women Brand 2011 marketers version on August, 12 2001. From that information, the researcher want to know how much Jawa Pos media represent the reader’s requirement of information, especially female readers. So, the researcher raise the problem of significant “ how much level of compabiliity between Jawa Pos agenda and readers agenda ?” The quite influence the readers about what to think, but mass media quite influence the readers perception about something important to talk or think (Rakhmat, 2005: 200). Readers will think that theme important if media think like that. At the first time study of agenda setting is begin by McCombs and Shaw (1972) only concerned in media agenda effect to influence the public. But at the begin 1992, focus of this study is move from media agenda to public agenda. That study is started by Charlotte observer and WSOC-TV in Charlotte, north Carolina which the news production directed by voter agenda in public election. And used that agenda for base of their politic report (weaver, 1999:15).

The researcher used qualitative approach with content analysis methods as well as research readers. The content analysis is done on the content For Her edition of Java Post in the period from 13th of november to 13th of december 2011. The researcher used nine theme category are: (1) Relationship, (2) beauty & Health, (3) fashion, (4), Parenting (5) Hobby & Pets, (6) Career ,(7) kitchen and food, (8) dream house, (9) Hot Papa. Next, the researchers doing research in Landungsari village by giving kuisioner which contains the assessment of the reader to nine theme categories.

(11)

xi

(9) dream house. The Data is analyzed using

Spearman’s Rho Rank-Order

Correlation formula. It showed that calculated rho < table rho was 0,48<0,683

. From these results is known that the high ranking of themes on the of the media's Java Post does not affect the high ranking of themes on reader agenda. In other words, the setting agenda theory does not apply on this research.

Over those results,the writer suggests to the Java Post media, especially in For Her pages to research the reader regularly. So the java post media can accommodate readers needs of information.

Writer,

Mar’atush Sholihah

Approving

Advisor I

Farid Rusman, M. Si.

Advisor II

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Ketertarikan peneliti terhadap studi agenda setting bermula ketika membaca

buku Kriyantono yang berjudul Teknik Praktis Riset Komunikasi. Peneliti merasa studi

tersebut cocok untuk mengeksekusi objek penelitiannya, yaitu halaman For Her Jawa

Pos. Dilingkup kampus sendiri studi ini mulai terlupakan, hal tersebut tercermin dari

minimnya referensi skripsi dengan studi ini. Penelitian terakhir dilakukan pada tahun

2006. Hal tersebut membuat peneliti semakin tertarik untuk menggunakan studi ini.

Meskipun sedikit diliputi keraguan karena pada umumnya studi agenda setting

dilakukan pada isu-isu politik, namun setelah melalui beberapa proses bimbingan, peneliti akhirnya meyakinkan diri untuk membuat skripsi dengan judul “Pandangan Pembaca

Wanita terhadap Halaman for Her Koran Jawa Pos”.

Peneliti memandang berita-berita features pun juga melalui proses agenda

setting, dan perlu dikaji karena bersifat timeless sehingga harus memiliki nilai berita yang

tinggi jika ingin memperoleh perhatian dari pembaca. Hal tersebut tentu berbeda dengan

isu-isu politik yang terikat dengan aktualitas. Efeknya berlangsung hanya sesaat ketika

pemberitaan tersebut gencar diberitakan. Peneliti berharap karya ilmiah ini dapat menjadi

referensi bagi para peneliti lain yang ingin melakukan studi agenda setting.

Ucapan terimakasih disampaikan pada semua pihak yang telah membantu,

khususnya Bapak Farid Rusman, M.Si dan Bapak Joko Susilo, M. Si. Selaku pembimbing.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa, peneliti harapkan. Karena peneliti

menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, April 2012

(13)

xiii

A. Latar Belakang Masalah / 1 B. Rumusan Masalah / 3 C. Tujuan Penelitian / 3 D. Manfaat Penelitian / 3 E. Kerangka Teoritis / 4

E.1. Komunikasi Massa / 4 E.2. Media Massa / 10 E.3. Agenda Media / 11 E.4. Publik / 12

E.5. Agenda Publik / 14 E.6. Teori Agenda Setting / 16 F. Hipotesis / 19

G. Definisi Konseptual / 20 G.1. Agenda Media /20 G.2. Agenda Pembaca / 20 G.3. Isu/ Tema Pemberitaan / 20 H. Definisi Operasional / 20

(14)

xiv I. Metode Penelitian / 22

I.1. Metodologi / 22

I.2. Populasi dan Sampel / 22 I.3. Teknik Pengumpulan data / 23 I.4. Analisis Data / 26

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN / 27 A. Gambaran Umum Halaman For Her Jawa Pos / 27

1. Sejarah Halaman For Her / 27 2. Rubrikasi Halaman For Her / 28 B. Gambaran Umum Responden /32

BAB III PEMBERITAAN JAWA POS MENJELANG SATU TAHUN HALAMAN FOR HER / 35 A. Agenda Jawa Pos / 36

A.1. Pengagendaan Tema Relationship di Halaman For Her / 38

A.2. Pengagendaan Tema Kecantikan & Kesehatan di Halaman For Her / 39 A.3. Pengagendaan Tema Fashion di Halaman For Her / 40

A.4. Pengagendaan Tema Parenting di Halaman For Her / 40 A.5. Pengagendaan Tema Hobby & Pets di Halaman For Her / 40 A.6. Pengagendaan Tema Karier di Halaman For Her / 41

A.7. Pengagendaan Tema Dapur & Makanan di Halaman For Her /42 A.8. Pengagendaan Tema Rumah Idaman di Halaman For Her / 42 A.9. Pengagendaan Tema Hot Papa di Halaman For Her / 42 B. Agenda Pembaca / 43

B.1. Pandangan Responden Terhadap Tema Relationship / 46

B.2. Pandangan Responden Terhadap Tema Kecantikan & Kesehatan / 47 B.3. Pandangan Responden Terhadap Tema Fashion / 48

B.4. Pandangan Responden Terhadap Tema Parenting / 49 B.5. Pandangan Responden Terhadap Tema Hobby & Pets /50 B.6. Pandangan Responden Terhadap Tema Karier / 51 B.7. Pandangan Responden Terhadap Tema Dapur / 52

B.8. Pandangan Responden Terhadap Tema Rumah Idaman /53 B.9. Pandangan Responden Terhadap Tema Hot Papa / 53 C. Analisis Data / 55

(15)

xv B. 1. Saran Secara Akademis / 60 B.2. Saran Secara Praktis/ 61 Daftar Pustaka / 62

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Persebaran Pembaca Jawa Pos Berdasarkan Usia. / 32

Tabel 2.2. Identitas Responden Berdasarkan Usia. / 33

Tabel 2.3. Identitas Responden berdasarkan Pekerjaan. / 34

Tabel 3. 1. Frekuensi Pemuncuan Tema Pemberitaan Halaman For Her Jawa Pos Edisi 13

November-13 Desember 2011./ 51

Tabel 3. 2. Ranking Tema Pemberitaan Halaman For Her Jawa Pos Edisi 13 November-

13 Desember 2011./ 52

Tabel 3. 3. Identitas Responden Berdasarkan Usia./ 57

Tabel 3. 4. Perolehan Skor Tema Halaman For Her berdasarkan Penilaian Responden./58

Tabel 3. 5. Pandangan Responden terhadap Tema Relationship./ 61

Tabel 3. 6. Pandangan Responden terhadap Tema Kecantikan dan Kesehatan./ 62

Tabel 3. 7. Pandangan Responden terhadap Tema Fashion./ 63

Tabel 3. 8. Pandangan Responden terhadap Tema Parenting./ 63

Tabel 3. 9. Pandangan Responden terhadap Tema Hobby & Pets./64

Tabel 3. 10. Pandangan Responden terhadap Tema Karier./ 65

Tabel 3. 11. Pandangan Responden terhadap Tema Dapur./ 66

Tabel 3. 12. Pandangan Responden terhadap Tema Rumah Idaman./ 67

Tabel 3. 13. Pandangan Responden terhadap Tema Hot Papa./ 68

Tabel 3. 14. Ranking Agenda Pembaca berdasarkan Pandangan Responden./ 68

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Agenda Setting / 18

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Agenda Media Jawa Pos

Lampiran 2 Kuisioner

Lampiran 3 Penghitungan Agenda Pembaca

(19)

xix

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku :

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiatikomala. 2007. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bulaeng, Andi. 2007. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Cangara, Hafied.2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hamidi. 2006. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Masyhuri, Aziz. 2007. Ensiklopedi Muslimah: Kisah Wanita-Wanita di Balik Kebesaran Tokoh Dunia. Yogyakarta: Teheyya

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Press

Prisgunanto, Ilham. 2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Jakarta: Teraju.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sunarjo, S. Djoenaesih. 1997. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty Offset

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakart: Med Press.

Winarni. 2003. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Malang: UMM Press

2.Jurnal :

(20)

xx 3. Web :

a. www.jawapos.com

Ananda, Azrul. 2010. “Jawa Pos for Her: Perubahan untuk Semua Perempuan”.http://www.jawapos.com/news/news_detail.php?id_cnews= 39 (diakses 8 Oktober 2011 , 23:30)

Anonim. 2011. “Jawa Pos Koran Favorit Perempuan”.

http://www.jawapos.com/news/ news_detail.php?id_cnews=46 (diakses

8 Oktober 2011, 23:42)

Anonim. 2010. “Company profile Jawa Pos”.

http://www.jawapos.com/profile/index.php (diakses 19 Oktober 2011,

18:29)

b. Anonim. 2010. “Bab III : Gambaran Umum Objek Penelitian”.

http://elib.unikom.ac.id/download.php? id=121013 (diakses 8 Oktober

2011, 23:50)

c. Anonim. 2010. “Pengertian Media Massa”.

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/ (diakses 19 oktober

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita adalah mahluk ciptaan Tuhan yang tidak akan ada habisnya bila kita

membicarakannya. Banyak topik pembicaraan menarik yang bisa dijadikan bahan diskusi

mengenai wanita. Mulai dari fashion, pendidikan, pemberdayaan wanita, traficking,

sampai pada kesetaraan gender, dan bahan diskusi lainnya.

Berdasar survei di sepuluh kota besar di Indonesia, 78 persen wanita memegang

kendali keuangan keluarga dan menentukan pilihan apa saja yang harus dibeli. Sehingga

dapat dikatakan bahwa peranan wanita sangat besar

(http://www.jawapos.com/news/news_detail.php?id_cnews=46). Oleh karena itu, tidaklah

salah bila wanita merupakan target pasar yang cukup menjanjikan bagi para pebisnis.

Bahkan tidak hanya para pebisnis, media massa pun turut serta membidik segmentasi

wanita untuk produk-produknya. Misalnya saja sinetron, infotainment, majalah-majalah

wanita, tabloid wanita, bahkan kompetisi pun lebih banyak ditujukan pada kaum hawa ini

(Miss Universe, Miss Celebrity, Gadis Sampul, dll).

Salah satu media massa yang kini lebih memfokuskan perhatiannya pada

pembaca wanita adalah koran Jawa Pos. Hal ini terbukti dengan munculnya halaman For

Her pada tanggal 13 Desember 2010. Melalui Jawa Pos For Her, Jawa Pos Group

berharap dapat menyuguhkan halaman-halaman perempuan secara sungguh-sungguh.

Menurut Charles Malik, “Cara tercepat untuk mengubah masyarakat adalah

memobilisasi perempuan di dunia!”. Mengapa demikian? Karena seorang wanita akan

menjadi ibu yang merupakan guru yang paling utama bagi anaknya, bila dipersiapkan

dengan baik, ia dapat membentuk pribadi yang baik, kuat dan tangguh (Masyhuri, 2007:

(22)

2

Keberhasilan tokoh-tokoh dunia pun tidak lepas dari peran wanita-wanita teladan,

misalnya saja Khadijah Binti Khuwaylid istri Rasulullah yang cerdas, mandiri, dan

berwawasan luas. Untuk itu melalui halaman For Her Jawa Pos Group berharap, para

wanita dapat melakukan perubahan yang lebih baik.

Dalam usia yang belum genap berusia satu tahun, halaman ini telah membawa

koran Jawa Pos memperoleh penghargaan Indonesia's Most Favorite Women Brand 2011

versi Marketeers. Penghargaan ini diberikan oleh CEO & Founder Mark Plus Hermawan

Kartajaya di Ballroom Hotel Shangri-La pada tanggal 12 Agustus 2011.

Berdasar Indonesia Women Consumers Survey 2011 yang dilakukan oleh

Marketeers dan MarkPlus Insight, Jawa Pos jauh mengungguli koran-koran nasional yang

lain. Koran yang berbasis di Surabaya itu dinilai berhasil merebut hati pembaca

perempuan secara nasional.

Atas dasar prestasi tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar

kesesuaian antara agenda halaman For Her Jawa Pos dengan agenda para pembacanya.

Sehingga untuk itulah, peneliti mengangkat judul “Pandangan Pembaca Wanita terhadap

Halaman For Her Koran Jawa Pos”

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis isi halaman For Her Jawa Pos, edisi

13 November-13 Desember 2011, serta survey mengenai tanggapan pembaca Jawa Pos

di Desa Landungsari, mengenai ranking tema dari halaman For Her Jawa Pos.

Peneliti memilih edisi 13 November-13 Desember 2011, karena peneliti ingin

mengetahui apa saja isi dari halaman For Her Jawa Pos menjelang peringatan ulang tahun

pertama dari halaman tersebut. Dengan demikian peneliti berharap dapat mengetahui

apa saja yang di agendakan media Jawa Pos dalam menyambut perayaan ulang tahun

(23)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

“Seberapa besar tingkat kesesuaian antara agenda halaman For Her Jawa Pos

dengan agenda pembaca ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang berjudul “Pandangan Pembaca Wanita

terhadap Halaman For Her Koran Jawa Pos” ini adalah :

1. Untuk memenuhi syarat meraih gelar S1

2. Untuk menguji teori agenda setting dengan cara mengetahui tingkat

kesesuaian agenda media Jawa Pos dengan agenda pembaca.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara akademis

maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis :

Penelitian ini dapat menambah referensi penelitian komunikasi, terutama

dalam kajian agenda media dan agenda pembaca

2. Secara Praktis :

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian media yang berkaitan

(24)

4

E. Kerangka Teoritis

E.1. Komunikasi Massa

Menurut Winarni (2003:5-6), masyarakat cenderung mengartikan komunikasi

massa sama dengan alat atau benda fisik yang berfungsi sebagai media massa

seperti radio, televisi, film, surat kabar, dan sebagainya. Padahal tidak demikian.

Dalam konteks ini, pengertian komunikasi massa yang dimaksud berbeda dengan

yang disebut di atas. Komunikasi massa diartikan sebagai berikut:

a) Bittner. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah orang besar

b) Gerbner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki

orang dalam masyarakat individu.

c) Rahmat. Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak

atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat.

d) Severind & Tankand, Jr. Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan,

sebagian seni dan sebagian ilmu. Sebagai keterampilan jika komunikasi massa

meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti

memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat

ketika berwawancara. Sebagai seni dalam pengertian bahwa ia meliputi

tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi,

mengembangkan tata letakyang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan

teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam

(25)

5

berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk

membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa

merupakan komunikasi melalui perantara media massa (media cetak atau media

elektronik), dimana pesan yang disampaikan, diterima oleh khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim.

Secara umum, komunikasi massa terbentuk dari kumpulan komponen di

dalamnya. komponen-komponen tersebut meliputi :

a) Komunikator

b) Pesan

c) Media

d) Khalayak

e) Filter/regulator

f) Gatekeeper

Adapun karakteristik dari komunikasi massa adalah :

a) Komunikator terlembagakan

Pemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang

memiliki struktur dan penjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu.

Biasanya dalam organisasi kepemilikan media ini terdapat: gatekeeper.

Fungsi gatekeeper ini biasanya dilakukan oleh editor (penyunting) yang

berfungsi menyunting naskah supaya sesuai dengan misi organisasi,

khalayak yang fituju maupun konteks yang meliputi organisasi pers dengan

(26)

6

b) Pesan bersifat umum

Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal, yaitu tentang berbagai

hal yang terjadi di sekitar kita baik pada lingkup lokal, nasional, maupun

internasional, yang patut diketahui masyarakat.

c). Komunikan anonim dan heterogen

Komunikan dalam suatu komunikasi adalah khalayak yang bersifat heterogen

dalam segi demografis (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat

tinggal, status perkawinan, dll), segi geografis (tempat asal,

pemukimannya), segi psikologis (cara hidup tertentu yang memberikan ciri

khas bagaimana seseorang itu menjalani hidupnya setiap hari berdasarkan

tingkat pendapatannya, berdasarkan tingkat pendidikannya).

Komunikan juga bersifat anonim (tidak saling kenal), dimana jumlah

keanggotaan komunikan sangat besar, namun pada suatu waktu dan

mungkin tempat yang relatif sama mereka memperoleh jenis pesan yang

sama dari media massa tertentu

d) Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya,

adalah jumlah khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan

tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut

secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang

sama pula.

e) Mengutamakan unsur isi daripada hubungan

Dalam komunikasi massa unsur isi lah yang terpenting, karena harus disusun

(27)

7

karakteristik media massa yang akan digunakan. Jadi dalam komunikasi

massa, yang menentukan efektivitas adalah isinya.

f) Bersifat satu arah

Karena melalui perantara media massa, maka antara komunikator dan

komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif

menyampaikan pesan, sedangkan komunikan aktif menerima pesa, namun

diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi

dalam komunikasi antarpesona. Dengan demikian komunikasi itu bersifat

satu arah.

g) Stimuli alat indra terbatas

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera bergantung pada jenis media

massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio,

khlayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi, kita

menggunakan media indra pengelihatan dan pendengaran.

h) Umpan balik tertunda

Umpan balik pada komunikasi massa bersifat tidak langsung, karena

komunikator hanya memperoleh umpan balik dalma keadaan terlambat.

Untuk memahami komunikasi massa secara utuh, kita perlu memahami

fungsi dari komunikasi massa itu sendiri. Menurut Nurudin (2007:66-95), fungsi

komunikasi massa adalah :

a) Informasi

Media massa merupakan salah satu ruang untuk memperoleh informasi yang

(28)

8

b) Hiburan

Hiburan merupakan konten yang paling diminti atau jujukan utama khalayak.

Bisa dikatakan media massa sebagai penyeimbang kehidupan rutinitas

khalayak. Khalayak membutuhkan hiburan di media massa karena hiburan

sebagai pelepas lelah bagi khalayak untuk melampiaskan kepenatannya.

c) Persuasi

Persuasi merupakan fungsi penting di dalam komunikasi massa. Dengan

persuasi diharapkan khalayak dapat terpengaruh dan mengikutinya. Joseph

A. Devito mengungkapkan (dalam Nurudin, 2005:72-73), persuasi bisa

datang dari berbagai macam bentuk, yaitu: (1) mengukuhkan atau

memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (2) mengubah sikap

kepercayaan, atau nilai seseorang, (3) menggerakkan seseorang untuk

melakukan sesuatu, (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem

nilai tertentu.

d) Transmisi budaya

Transmisi budaya dalam media massa merupakan jendela bagi khalayak

untuk bisa melihat, mendengar, dan merasakan adanya budaya-budaya lain.

Transmisi budaya secara tidak langsung mempengaruhi para khalayak untuk

merubah sosial masyarakat yang ada di dalam masyarakat.

e) Mendorong kohesi sosial

Dari sisi lain media massa juga merupakan alat pemersatu. Dari banyaknya

jumlah para khalayak yang anonim, heterogen, dan tersebar, media massa

ini mampu untuk mempengaruhi para khalayak untuk menjadi suatu

kesatuan. Ini merupakan sangat parsial atau sejalan dengan hakekat

(29)

9

f) Pengawasan

Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakni warning before

surveillance (pengawasan peringatan) yang artinya fungsi ini terjadi ketika

media massa menginformasikan tentang sesuatu yang berupa ancaman,

contohnya: bahaya tsunami, banjir, gempa, dll. Yang kedua, instrumental

surveillance (pengawasan instrumental) yang artinya

penyebaran/penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat

membantu khalayakdalam kehidupan sehari-hari, contohnya: resep

masakan, produk-produk terbaru, dll.

g) Korelasi

Media massa mampu menghubungkan narasumber dari fakta yang digali

kepada khalayak. Bisa dikatakan media massa bisa mengakses dari tingkatan

sosial masyarakat untuk mencari fakta-fakta kebenarandan kemudian

dihubungkan kepada para khalayak.

h) Pewarisan sosial

Media massa ditempatkan sebagai pereka ulang kejadian-kejadian masa

lampau atau bisa juga dikatan sebagai mesin waktu kejadian masa lampau

yang diwariskan untuk bisa dikenang atau bahkan bisa dilanjutkan oleh

generasi penerusnya. Warisan ini bisa berupa ilmu pengetahuan, nilai,

norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

i) Melawan kekuasaan dan kekuatan represif

Komunikasi massa bisa menyentuh dari kalangan maupun tingkatan sosial

manapun. Ini membuktikan media massa mampyu memberikan fakta-fakta

kebenaran tanpa bisa dipengaruhi oleh pihak manapun. Media massa turut

(30)

10

sosial di dalam masyarakat. Bisa jadi gejolak-gejolak sosial itu yang terjadi

antara kekuasaan atau pemerintah dengan rakyatnya.

j) Menggugat hubungan trikotomi

Komunikasi massa berfungsi sebagai salah satu pilar demokrasi. Dalam hal

ini hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Setiap

pilar mempunyai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Idealisnya

ketiga pilar ini seharusnya bahu-membahu atau bersatu untukmembangun

suatu peradaban yang sejahtera dan damai di muka bumi ini.

E.2 Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan

dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002: 126). Media massa

adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman

klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media

massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi

(Rakhmat, 2005).

Realitas yang disajikan media adalah realitas yang sudah diseleksi melalui

proses gatekeeping. Media akan menonjolkan realitas tertentu, dan cenderung

mengabaikan realitas lainnya. Misalnya saja pada koran Memo atau surya cenderung

memilih realitas yang memiliki nilai sensasional atau erotisme daripada memuat

realitas yang menjadi contoh baik atau teladan.

Emile Duvifat (1968) mengutip Aldous Huxley dalam brave New World

mengenai kebenaran adalah kebohongan dikalikan 62.000 (Rakhmat, 2005: 53).

Meskipun realitas uang disajikan media bukanlah kebohongan, akan tetapi jika suatu

(31)

11

atau mengaggap realitas tersebut sebagi realitas yang fenomenal di dunia ini.

Misalnya saja ketika televisi menyajikan adegan kekerasan, penonton akan

cenderung mamandang dunia ini lebih keras, lebih tiadk aman, dan lebih

mengerikan.

Noelle-Neuman mengungkapkan kekuatan media massa mencakup 3 aspek,

yaitu ubiquity (serba ada), kumulasi pesan, serta keseragaman wartawan. Sifat

media massa yang serba ada membuat khalayak agak sulit untuk menghindari pesan

media massa. Sementara itu, berbagai pesan yang sepotong-sepotong terakumulasi

dalam kurun waktu tertentu dan mengalami perulangan akan memperkokoh dampak

media massa. Dampak tersebut kemudia semakin diperkuat dengan keseragaman

para wartawan dalam memberitakan pesan tersebut. Khalayak akhirnya tidak

memiliki alternatif lain, sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan

informasi yang mereka terima dari media massa (Rakhmat, 2005:200-201).

E.4. Agenda Media

Agenda media adalah isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media.

Bahkan Emil Dofivat menyebutkan penonjolan dalam bentuk perulangan berita

sebagai satu diantara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa (Rakhmat,

2005: 53).

Weaver dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (1999:19)

menyebutkan pengaruh media tampaknya menjadi sangat besar bila isu-isu yang

dilontarkan akan memiliki dampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut

berlaku bila dibandingkan dengan isu-isu yang tidak memiliki dampak langsung (isu

kurang menonjol). Isu yang diagendakan oleh surat kabar cenderung stabil.

Sedangkan agenda televisi berubah jadi lebih mirip apa yang disiarkan surat kabar.

(32)

12

Media berita mempunyai pengaruh terhadap apa yang menjadi fokus dari

perhatian publik. Orang-orang tidak hanya belajar mengenai informasi nyata tentang

urusan dan kejadian-kejadian umum dari media massa berita, para pembaca dan

pemirsa juga belajar mengenai seberapa penting mengambil suatu topik dari hal

yang ditekankan pada suatu pemberitaan. Dengan kata lain, media berita menyusun

agenda untuk menarik perhatian publik dan meletakkan dasar opini publik.

Isu-isu tersebut hampir setiap hari masih menjadi perbincangan hangat

dikalangan masyarakat dalam bentuk diskusi atau kajian formal lainnya. Dengan

demikian, berita yang dimunculkan oleh media massa, dalam hal ini berita yang telah

diagendakan oleh media menjadi perhatian khalayak.

E.5. Publik

Ada beberapa definisi mengenai publik, berikut merupakan definisi publik

menurut beberapa ahli:

1. Soerjono Soekamto SH, MA. Berpendapat bahwa publik berupa kelompok

yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi tidak secara langsung

melalui media komunikasi baik media komunikasi secara umum

(pembicaran-pembicaraan secara pribadi, desas-desus) maupun melalui media komunikasi

massa (pers, radio, televisi, dan sebagainya). Setiap aksi dari publik

diprakarsai oleh keinginan individual, misalya pemungutan suara dalam

pemilihan umum. Dengan demikian tingkah laku pribadi daripada kelakuan

pulbik didasarkan pada perilaku individu.

2. Herbert Blumer, yang dikutip oleh Dr. Phil Astrid S. Susanto

Perkataan publik melukiskan kelompok manusia yang berkumpul secara

(33)

13

a. Dihadapi oleh suatu persoalan (issue).

b. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusaha untuk

mengatasi persoalannya.

c. Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari

jalan keluar.

3. Emory S. Bogardus

Publik adalah sejumlah orang yang dengan suatu cara mempunyai

pandangan yang sam amengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya

mempunyai kepentingan bersama dalam sesuatu hal. Sejumlah orang

tersebut antara yang satu dan yang lain dapat tidak saling mengenal, akan

tetapi mempunyai perhatian dan minat yang sam terhadap sesuatu masalah.

4. Drs. J.B.A.F. Mayor Polak

Publik adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa tertarik terhadap

sesuatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar dan dengan

mewujudkan tindakan yang kongkrit.

Dalam publik kurang ada sugesti dan mengekor tanpa berpikir tatapi

sebaliknya ada diskusi sosial secara rasional atau sekurang-kurangnya ada

kecenderungan untuk berpikir secara rasional

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri publik adalah

sebagai berikut :

1. Suatu kelompok manusia yang tidak teratur

2. Interaksi secara tidak langsung biasanya melalui media massa

3. Perilaku publik didasarkan pada perilaku individu

4. Tidak saling mengenal satu sam lain (anonim) dan terdiri dari berbagai

(34)

14

5. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah

6. Minat yang sama tersebut belum tentu mempunyai opini atau pendapat yang

sama terhadap suatu masalah.

7. Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut

8. Adanya diskusi sosial karena itu publik ada “kecenderungan untuk berpikir secara rasional”

Publik yang menjadi objek penelitian ini ialah pembaca halaman For Her

Jawa Pos di Desa Landungsari.

E.6. Agenda Publik

Agenda publik adalah isu-isu yang dinilai publik sebagai isu-isu yang penting.

Menurut McLeod, konsep agenda Publik terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Individual Issue salience, atau derajat kepentingan suatu isu berdasarkan

prioritas pribadi

2. Percieved Issue salience atau pendapat publik tentang apa yang dianggap

penting orang lain.

3. Community issue salience, derajat penting suatu isu dilihat dari suatu unit

sosial. (McLeod and Racver 1975).

Menurut McComb ada dua pandangan tentang konsep agenda publik

akhir-akhir ini, yakni perbedaan interpersonal dan intrapersonal. Agenda interpersonal,

disini, lebih menekankan kepada apa yang dibicarakan oleh seorang individu dengan

individu lain (antarindividu). Sedang intrapersonal menekankan hanya kepada apa

yang dianggap penting oleh seorang individu itu sendiri. Pengukuran agenda publik

(35)

15

pengukuran agenda setting secara antarindividu penonjolan topik berdasarkan

persepsi antarindividu dari seluruh responden.

Dari kedua hal tersebut, agenda interpersonal dan agenda intrapersonal

merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari agenda pemberitaan media massa dalam

menyampaikan pesan kepada orang banyak. Media massa mempunyai andil yang

besar dalam mempengaruhi opini masyarakat dalam menanggapi suatu fenomena

yang terjadi. Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang

lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita juga dapat menduga media massa

tertentu berperan juga dalam menyampaikan pengetahuan, keteramplilan, dan

nilai-nilai yang baik. Jadi pengaruh penetapan agenda tersebut tidak hanya dapat bersifat

negatif namun juga bisa menjadi positif, karena sangat tergantung dari penafsiran

dan pemahaman pesan yang diterima dari media massa oleh publik.

Hamidi (2006 :79) mengemukakan, The researcher must compare “what the

press is thinking about” to what the member of the audience are “thingking about”.

Ada beberapa aspek yang bisa dieksplorasi dalam penelitian agenda publik,

diantaranya adalah:

1. Apa yang dipikirkan publik (intrapersonal).

2. Apa yang dibicarakan orang dengan orang lain (interpersonal).

3. Issue apa yang banyak dibicarakan komunitas (community salience).

4. Tingkat kesesuaian antara ranking penonjolan issue di media dan perhatian

publik.

5. Efek langsung yang berkaitan dengan issues, dalam arti ada atau tidak

adanya agenda publik (pengenalan)

6. Efek lanjutan, penelitian dari segi persepsi atau tindakan seperti memilih

(36)

16

memiliki efek terhadap persepsi atau tindakan. Mosalnya, penonjolan issue

positif tertentu dari kandidat presiden dapat berefek munculnya persepsi

secara positif terhadap kandidat presiden atau tindakan memilih kandidat

presiden tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti agenda publik dari segi tingkat kesesuaian

antara ranking penonjolan issue di media Jawa Pos dan perhatian pembaca Jawa Pos

di desa Landungsari.

E.6. Teori Agenda Setting

Menurut Hamidi (2006 : 78-80), asumsi dasar teori agenda setting yang

dicetuskan oleh Cohen (1963) menyatakan bahwa media membentuk persepsi atau

pengetahuan publik tentang apa yang dianggap penting. Dengan kata lain, apa yang

dianggap penting oleh media, maka dianggap penting pula oleh publik.

The media may be not succesful at telling people what to think (i.e.

attitude), but they are stunningly successful in telling its audience what to think

about.

Berawal dari hal tersebut kemudian perkembangan asumsi ini berlanjut.

Menurut Rahmat Kriyantono (2006:222-225), Teori agenda setting ditemukan oleh

McComb dan Donald L. Shaw sekitar 1968. Teori ini berasumsi bahwa media

mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mempengaruhi agenda publik.

Khalayak akan menganggap suatu isu penting karena media menganggap isu itu

penting juga.

Dalam penelitiannya McCombs dan Shaw melakukan studi pada pemilu 1968.

Mereka menemukan adanya korelasi sangat kuat antara pemeringkatan isu yang

(37)

17

temuan tersebut dipublikasikan dalam Public Opinion Quarterly edisi musim panas

1972.

Setelah penelitian tersebut, studi serupa mengenai agenda setting

kebanyakan dilangsungkan pada tahun-tahun pelaksanaan pemilu, dengan fokus

penelitian frekuensi berita dan bentuk pengaruh media terhadap agenda para

pemilih. Namun sejak tahun 1984, minat meneliti mulai beralih pada agenda pemilih.

Charlotte Observer dan WSOC-TV adalah media yang melakukan pengumpulan

pendapat untuk menyusun “agenda masyarakat” mengenai pemberitaan yang

disarankan oleh para pemilih atau justru oleh para kandidat sendiri pada tahun 1992

(Weaver, 1999)

Teori agenda setting menghidupkan kembali teori jarum hipodermik. Tetapi

fokus penelitiannya telah bergeser dari efek pada sikap dan pendapat, menjadi efek

kesadaran dan pengetahuan (Ardianto & Erdinaya, 2007:73).

Teori ini akhirnya berkembang dan banyak riset yang dilakukan untuk

membuktikan hipotesis teori ini. Pada awal perkembangannya, riset agenda setting

lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda

publik, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan isu-isu yang

dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif.

Stephen W. Littlejohn pernah mengatakan bahwa agenda setting beroperasi

dalam tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak

media. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi

dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang kemudian

mempengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah kebijakan

(38)

18

model ini, harus mengkaji ketiga hal tersebut (Nurudin, 2007:198). Secara umum

riset agenda setting secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Model Agenda Setting

Dalam buku Communication Theories, Origins, Methods, Uses in Mass Media

(2005), Werner Severin & James W. Tankard menyampaikan dimensi-dimensi tiga

agenda di atas, yaitu :

1. Agenda Media, dimensi-dimensinya :

a. Visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

b. Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi

isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan

cara pemberitaan bagi suatu peristiwa

2. Agenda Publik, dimensi-dimensinya:

a. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik

tertentu.

b. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan

individu dengan ciri pribadi.

c. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak

senang akan topik berita

(39)

19

3. Agenda Kebijakan (Policy), dimensi-dimensinya:

a. Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi

suatu berita tertentu

b. Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan

pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatanyang

mungkin dilakukan pemerintah.

Dalam perkembangannya agenda setting tidak hanya dikaji secara

kuantitatif, melainkan juga digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik

sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan. Penelitian

efek lanjutan pada diri individu dilakukan dengan memperhatikan karakteristik

individu, disampaikan oleh Rakhmat (2001:69), yaitu :

Gambar 1.2

(40)

20

rendah ranking isu dalam halaman For Her Jawa Pos, semakin rendah pula ranking isu

yang bersangkutan dalam penilaian khalayak

G. Definisi Konseptual

Konsep yang diuji dalam penelitian ini ada tiga, yaitu agenda media, agenda

pembaca, serta isu atau tema pemberitaan.

G.1. Agenda Media

Agenda media adalah isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan agenda media ialah tema-tema yang

ditonjolkan dalam halaman For Her Jawa Pos edisi 13 November-13 Desember 2011.

G.2. Agenda Pembaca

Agenda pembaca adalah isu-isu yang dinilai penting oleh pembaca. Agenda

pembaca dalam penelitian ini ialah tema-tema halaman For Her yang dianggap

penting oleh pembaca.

G.3. Isu / Tema Pemberitaan

Menurut Kriyantono (2009: 227), isu adalah kategori isi media, baik itu (1)

kumulasi dari berita-berita yang dimuat secara berseri atau (2) berita tunggal yang

dimuat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik, pro-kontra publik

atau sebuah situasi yang dianggap sebagi masalah oleh kelompok tertentu. Dalam

penelitian ini isu yang muncul dalam halaman For Her Jawa Pos edisi 13 November-

13 Desember 2011, dikelompokan dalam sembilan kategori tema.

H. Definisi Operasional

H.1. Agenda Media

Menurut Kriyantono (2009:225), variabel media massa dapat diukur melalui

(41)

21

panjangnya (waktu dn ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline,

penempatannya, frekuensinya), konflik (cara penyajiannya).

Secara operasional, peneliti menggunakan analisis isi berdasarkan ranking

penonjolan tema berita (frekuensinya) yang diangkat dalam halaman For Her Jawa

Pos edisi 13 November-13 Desember 2011.

Dalam penelitian ini terdapat 9 kategori tema berita yang dipilih oleh peneliti,

antara lain :

1. Relationship

Mencakup wacana mengenai dunia perempuan dalam hubungan asmara

(seperti pernikahan, perceraian, panduan menjaga keharmonisan hubungan,

skandal cinta selebritis, dan lain-lain), persahabatan, dan lingkungan

sosialnya.

2. Kecantikan dan Kesehatan

Mencakup artikel atau pemberitaan mengenai kecantikan dan kesehatan,

misalnya profil penderita penyakit langka, info penyakit berbahaya, dll.

3. Fashion

Mencakup artikel atau pemberitaan mengenai busana, seperti kritik

berbusana selebritis, inspirasi fashion, dan lain-lain.

4. Parenting

Mencakup wacana yang berisi tentang menjadi orang tua, baik dalam

mempersiapkan kelahiran, kelahiran, maupun pola mengasuh anak.

5. Hobby & Pets

Mencakup artikel atau pemberitaan yang mengenai hobby dan hewan

(42)

22 6. Karier

Mencakup artikel atau pemberitaan mengenai riwayat pekerjaan, kerja yang

digeluti, kemajuan pekerjaan subjek pemberitaan.

7. Dapur

Mencakup artikel yang berisi tatacara mengolah bahan dapur atau makanan.

8. Rumah Idaman

Mencakup artikel yang berisi tentang inspirasi serta konsultasi rumah

idaman.

9. Hot Papa

Mencakup profil sosok suami dan ayah idaman.

H.2. Agenda Pembaca

Secara operasional, indikator dari agenda pembaca penelitian ini adalah

ranking isu-isu atau tema pemberitaan yang dinilai penting oleh pembaca. Hal ini

dapat diukur berdasarkan persentase individu yang menyatakan bahwa isu/tema

tersebut penting.

I. Metode Penelitian

I.1. Metodologi

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian

explanatif, yaitu menjelaskan hubungan antara dua variabel. Dua variabel tersebut

adalah variabel agenda media dan variabel agenda pembaca.

I.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok unsur-unsur komprehensif dan telah ditentukan

berhubungan dengan hipotesis penelitian (Bulaeng, 2007:136). Sedangkan sampel

(43)

23

kharakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Dalam penelitian ini terdapat dua

populasi, yakni populasi pemberitaan dan populasi pembaca.

1. Populasi pesan media

Populasi pesan dari penelitian ini adalah berita atau artikel yang

disajikan dalam halaman For Her Jawa Pos edisi 13 November-13 Desember

2011, yaitu 267 pemberitaan. Untuk mengukur agenda media, peneliti

menggunakan penelitian populasi.

2. Populasi pembaca

Populasi responden dalam penelitian ini ialah pembaca koran Jawa Pos

yang berada di Desa Landungsari. peneliti menetapkan kriteria responden

dari penelitian ini, yaitu :

 Berjenis kelamin perempuan

 Membaca halaman For Her minimal 3 kali dalam satu minggu

Dari hasil pras-urvey, peneliti memperoleh data, terdapat 86 pelanggan

tetap Koran Jawa Pos di Desa Landungsari. Kemudian peneliti malakukan

survey pada 86 pelanggan tersebut, dan diperoleh 47 orang yang memenuhi

kriteria diatas.

Karena jumlah responden kurang dari 100, maka peneliti

menggunakan keseluruhan populasi sebagai responden dalam penelitian ini.

(44)

24

I.3. Teknik Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dari agenda media peneliti menggunakan dua teknik

pengumpulan data, yaitu:

1. Analisis Isi

Menurut Berelson & Kerlinger dalam buku Teknik Praktis Riset

Komunikasi (Kriyantono, 2009: 230-231), analisis isi merupakan suatu

metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik,

objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.

Dalam penelitian ini, tujuan peneliti menggunakan metode analisis data

adalah untuk mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi

halaman For Her Jawa Pos edisi 13 November-13 Desember 2011.

Tahapan dalam analisis isi ini antara lain adalah menentukan unit

analisis, menentukan struktur kategori, dan menentukan satuan ukur. Untuk

lebih jelasnya, adalah sebagi berikut :

a. Unit analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tematik. Yaitu tema isu yang

muncul dalam halaman For Her Jawa Pos edisi 13 November-13

Desember 2011.

b. Struktur kategori

Terdapat 9 tema pemberitaan yang ditentukan oleh peneliti, antara

lain : (1) Relationship, (2) Kecantikan & Kesehatan, (3) Fashion, (4)

Parenting, (5) Hobby & Pets, (6) karier, (7) dapur, (8) rumah

(45)

25

c. Satuan ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu frekuensi

kemunculan tema pemberitaan. Dalam melaksanakan analisis isi ini,

peneliti dibantu oleh koder, agar hasil yang diperoleh dapat teruji

keakurattannya.

Untuk menguji reabilitas dari hasil analisis isi, maka digunakan

rumus scoot:

Pi = % persetujuan yang nyata - % persetujuan yang diharapkan

1-%persetujuan yang diharapkan

Pi = indeks reabilitas

2. Quisioner

Untuk mengukur agenda pembaca, peneliti melakukan survey pada

pembaca dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner ini menggunakan

jawaban dengan skala likert. Jenis pertanyaan adalah pilihan tema

pemberitaan yang dianggap penting oleh pembaca atau responden dengan

memberi tanda silang (√ /x /O). alternatif jawaban dan skor adalah sebagai berikut:

(46)

26

Pemberian skor pada masing-masing jawaban didasarkan pada besar

kecilnya pengaruh masing-masing jawaban terhadap tema pemberitaan.

Dari jumlah scor yang diperoleh dari hasil survey, peneliti meranking tema

dari urutan terbesar ke urutan terkecil.

I.4. Analisis Data

Dalam menganalisis data untuk menjawab rumusan masalah. peneliti

menggunakan rumus spearman’s Rho Rank-Order Correlation

Rho = 1 -

6∑d2

N(N2-1)

Rho = koefisien korelasi rank-order

Angka 1 = bilangan konstanta

d = perbedaan antara pasangan jenjang

N = jumlah individu dalam sampel

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter wirausaha Bapak Adi Lukito memenuhi delapan variabel karakteristik wirausaha Scarborough dan Zimmerer (2014), yaitu

Dengan demikian, wacana dalam surat kabar diwujudkan dalam bentuk unsur- unsur bahasa berupa kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang memiliki pertalian bentuk dan makna (kohesi

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP N I Bukateja kabupaten Purbalingga.. Saran : Bagi siswa dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keterlibatan kosumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras merah dengan memperhatikan atibut-atribut

Penelitian ini akan berfokus pada deteksi instrusi, yang secara teknis adalah mendeteksi gerakan baik untuk pagar pembatas perumahan atau RW maupun di teras/halaman rumah..

Gambar I.2 Keluhan yang dikirim warga ke facebook PLN Kupang tentang pemadaman listrik...4. Gambar I.3 Keluhan yang dikirim warga ke facebook PLN Kupang tentang

Apabila dokter melaksanakan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik, maka hal ini merupakan perbuatan melawan hukum dan diancam dengan sanksi yang