• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penghargaan (Reward) Dengan Motivasi Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis Di RSUD Sidikalang Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penghargaan (Reward) Dengan Motivasi Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis Di RSUD Sidikalang Tahun 2008"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGHARGAAN (REWARD) DENGAN MOTIVASI DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS

DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2008

T E S I S

Oleh HALIM PURBA 057013007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

(2)

HUBUNGAN PENGHARGAAN (REWARD) DENGAN MOTIVASI DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS

DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HALIM PURBA 057013007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENGHARGAAN (REWARD) DENGAN MOTIVASI DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Halim Purba Nomor Pokok : 057013007

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof.Dr.Amri Amir, SpF ,SH) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Oktober 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.Amri Amir, SpF ,SH Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGHARGAAN (REWARD) DENGAN MOTIVASI DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS

DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2008

(6)

ABSTRAK

Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medis yang baik dan lengkap. Indikator mutu rekam medis yang baik adalah kelengkapan isi, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum. Di RSUD Sidikalang ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis tersebut sebagian besar pada catatan yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis. Rendahnya motivasi dokter dalam melengkapi pengisian data rekam medis terkait dengan kurangnya penghargaan (reward) dalam pelayanan kedokteran di rumah sakit.

Telah dilakukan penelitian di RSUD Sidikalang terhadap 16 tenaga dokter dengan pendekatan cross sectional, bertujuan menganalisis hubungan penghargaan (reward) dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan penghargaan (reward) yang diterima dokter di RSUD Sidikalang dilihat dari aspek upah sebesar 68,8% tidak cukup, kepastian dan keamanan kerja sebesar 68,8% tidak baik, peluang karier sebesar 68,8% tidak baik, benefit sebesar 63,8% tidak cukup, status sebesar 63,8% tidak sesuai dan peluang promosi sebesar 63,8% tidak baik. Motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang sebesar 56,9% kategori rendah. Kesimpulan penelitian, variabel upah, kepastian dan keamanan kerja, benefit, peluang karier, status, peluang promosi berhubungan dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang.

Diharapkan manajemen RSUD Sidikalang meningkatkan pemberian upah, dengan cara menyisihkan sebagian keuntungan rumah sakit kepada dokter sehingga termotivasi dalam pengisian rekam medis. Menambah fasilitas pada ruangan kerja rumah sakit sehingga dapat menjamin keamanan dan kenyamanan kerja dokter, serta perlu membuat kebijakan dalam proses pengembangan karier dan promosi yang mengacu kepada kompetensi dokter dan sistem kepangkatan.

(7)

ABSTRACT

One of the parameters to determine the health service quality in a hospital is the data or information obtained from a good and complete medical record. The indicator of a medical record with good quality is the completeness of its contents, accuracy, punctuality and meeting the aspect of legal condition. In Sidikalang General Hospital, most of the incompleteness of filling out the medical record file is found on the notes which should have been filled out by the doctors who do the medical action. Doctor’s low motivation in completing the filling out the data of medical record is related to the less reward in providing medical service in a hospital.

The purpose of this study with cross sectional approach is to analyze the relationship between reward and doctor’s motivation in filling out medical record. The data for this study were obtained through interviewing 16 doctors working for Sidikalang General Hospital and the data obtained were analyzed through Spearman's rank correlation test.

The result of this study shows that the reward received by the doctors working for Sidikalang General Hospital if viewed from the aspects of salary, 68.8% is not enough. Job security and certainty is not good (68.8%). Career opportunity is not good (68.8%). Benefit is not enough (63.8%). Status is not appropriate (63.8%). Promotion opportunity is not good (63.8%). Doctor’s motivation in filling out the medical record in Sidikalang General Hospital is in low category (56.9%). The conclusion is that the variables of salary, job security and certainty, benefit, career opportunities, status, promotion opportunity have a relationship with the doctor’s motivation in filling out the medical record in Sidikalang General Hospital.

It is expected that the management of Sidikalang General Hospital increase the salary by taking somewhat of the benefit of the hospital and give it to the doctors in order to make them motivated in filling out the medical record; increase the quantity of facilities found in the working room of the hospital that it can guarantee the security and comfort of the doctor’s working; also make a policy in the process of career development and promotion referred to the doctor’s competency and the rank system.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tuhan, yang telah memberikan berkat rahmat dan karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini yang merupakan salah satu syarat, dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selama penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Hubungan Penghargaan (Reward) dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di RSUD Sidikalang Tahun 2008". Penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Olhe karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Amri Amir SpF, SH dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi yang telah membimbing dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

Ibu Dr. Endang Sulitya Rini, SE, Msi dan Ibu Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM, sebagai Komisi Penguji atau Pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Bapak Bupati Kabupaten Dairi, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin tugas belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Bapak dr. Reinfil Capah, Mkes, sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang, beserta staf yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Administrasi Rumah Sakit: Harlen Saragih, Tihar Hasibuan, Tuti Sumarni, Liong Satria Unggul Sihombing dan Nancy Isnawaty Lubis, dan seluruh rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selama ini telah sama-sama berjuang dan memberikan dorongan agar tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

(10)

Teristimewa buat istri tercinta dan tersayang dr. Kristina Dewi Singarimbun dan anak-anakku Debora Niken Elisabeth Purba, Sarah Anggia Nataline Purba dan Nathasya Angelita Purba, yang selalu setia mendampingi, memberikan dorongan dan selalu berdoa untuk saya dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2008 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Halim Purba, lahir pada tanggal 26 Januari 1967 di Sidikalang Kabupaten Dairi, anak ke dua dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda (Alm) dr. Neken Purba DTM&H dan Ibunda Libertina br Sitepu.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Santo Josef Sidikalang selesai tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama Santo Paulus Sidikalang selesai tahun 1982, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan selesai tahun 1985, Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia selesai tahun 1994.

Pengangkatan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dipekerjakan di Puskesmas Salak Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi sejak tahun 1994. Pada tahun 1998 diangkat sebagai CPNS di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

Pada tanggal 24 Oktober 1997, penulis menikah dengan saudari dr.Kristina Dewi Singarimbun anak ke enam dari enam bersaudara, yaitu anak dari Bapak (Alm) Drs. Kenal Singarimbun dengan Ibu Baik br Sembiring, dan penulis dikaruniai tiga orang anak, yaitu Debora Niken Elisabeth Purba, Sarah Anggia Nataline Purba dan Nathasya Angelita Purba.

(12)

DAFTAR ISI

2.2. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medis... 14

2.3. Reward... 19

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

(13)

4.3. Persepsi Responden mengenai Variabel-Variabel Penghargaan

4.5 . Hubungan Penghargaan (Reward) dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN... 58

5.1 . Hubungan Upah dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 58

5.2 . Hubungan Kepastian dan Keamanan Kerja dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 59

5.3 . Hubungan Benefit dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 61

5.4 . Hubungan Peluang Karier dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 62

5.5 . Hubungan Status dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 63

5.6 . Hubungan Peluang Promosi dengan Motivasi Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 65

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran... 69

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Skala Pengukuran Variabel Penelitian ... 35 4.1. Kualifikasi Pendidikan Pegawai di RSUD Sidikalang tahun 2008 ... 39 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD Sidikalang

Tahun 2008... 40 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Upah di RSUD

Sidikalang ... 41 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Upah di RSUD Sidikalang .. 42 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepastian dan Keamanan Kerja di

RSUD Sidikalang ... 43 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepastian dan Keamanan

Kerja di RSUD Sidikalang ... 44 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Benefit di RSUD Sidikalang ... 45 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Benefit di RSUD Sidikalang . 45 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Karier di RSUD Sidikalang.... 46 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Karier di RSUD

Sidikalang... 47 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Status di RSUD Sidikalang... 48 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status di RSUD Sidikalang... 49 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Promosi di RSUD Sidikalang 50 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Promosi di RSUD

(15)

4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Intrinsik di RSUD Sidikalang... 52 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik di RSUD

Sidikalang... 53 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi di RSUD

Sidikalang... 54 4.18. Total Skor Jawaban Responden tentang Penghargaan (Reward) dan

Motivasi dalam Pengisian Rekam Medis di RSUD Sidikalang ... 55 4.19. Hubungan Penghargaan (Reward) dengan Motivasi dalam Pengisian

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Skor Jawaban Responden tentang Upah dan Kepastian dan Keamanan

Kerja di RSUD Sidikalang ... 74

2. Skor Jawaban Responden tentang Benefit dan Peluang Karier di RSUD Sidikalang... 74

3. Skor Jawaban Responden tentang Status dan peluang Promosi di RSUD Sidikalang... 75

4. Skor Jawaban Responden tentang Motivasi (Intrinsik dan Ekstrinsik) di RSUD Sidikalang... 75

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 76

6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman... 84

7. Kuesioner Penelitian... 85

8. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 91

9. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSUD Sidikalang ... 92

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medis yang baik dan lengkap. Indikator mutu rekam medis yang baik adalah kelengkapan isi, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.

(19)

sebagai kinerja rumah sakit tahun yang lewat dan data rekam medis dapat dipakai sebagai bahan perencanaan strategi pelayanan rumah sakit di masa mendatang.

Pelayanan medis fungsinya sangat dominan di rumah sakit, artinya fungsi tersebut harus selalu sejalan dengan perubahan sosial ekonomi, perubahan pola penyakit, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. Kualitas pelayanan medis yang dimaksud adalah pelayanan medis baik pasien rawat jalan maupun rawat inap, karena kualitasnya dapat diukur dengan data yang tercatat di dalam rekam medis. Rekam medis yang lengkap dan akurat dapat digunakan sebagai referensi pelayanan kesehatan dasar hukum (mediko legal), menunjang informasi untuk peningkatan kualitas pelayanan medis, riset medis dan dijadikan dasar menilai kinerja rumah sakit. (Gitawati, dkk, 2000)

Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran (2004), berkas rekam medis menjadi milik dokter, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen menjadi milik pasien. Dapat disimpulkan pasien berhak menggunakan isi rekam medisnya untuk kepentingan dirinya. Namun di sisi lain karena layanan ini berkaitan dengan rahasia rekam medis sebelum digunakan setidaknya harus dilakukan diskusi pendahuluan dengan pihak medis (IDI) sebagai pihak yang akan menggunakan informasi tersebut di lapangan.

(20)

kesehatan maupun pada praktik per orangan, akibatnya rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu.

Menurut Hanafiah dan Amir (1999) rekam medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada dokter maupun rumah sakit. Disinilah akan terungkap aspek hukum rekam medis, bila catatan dan data terisi dengan lengkap, maka rekam medis akan menolong semua pihak yang terlibat. Sebaliknya bila catatan yang ada tidak lengkap, apalagi kosong pasti akan merugikan dokter dan rumah sakit. Penjelasan yang bagaimanapun baiknya tanpa bukti tertulis pasti sulit dipercaya.

Hal ini didukung oleh forum puskesmas yang menyatakan penyelenggaraan rekam medis sebagai sumber informasi untuk keperluan manajemen Puskesmas seringkali mengalami masalah. Hal ini disebabkan oleh kinerja sistem informasi yang belum baik dalam hal kelengkapan data, aksebilitas data dan pengolahan data rekam medis (http://kmpk.forum-puskesmas.or.id)

(21)

Berdasarkan pemeriksaan hasil kinerja pada Rumkital dr.Mintoharjo & dr.Ramelan di Surabaya dan Jakarta oleh Badan Pemeriksa Keuangan, RI tahun anggaran 2003/2004 ditemukan bahwa sistem pengendalian intern masih belum memadai dan berpotensi menghambat pencapaian kinerja pelayanan kesehatan, salah satu di antaranya adalah belum adanya komite yang bertugas menganalisa keakuratan dan kebenaran isi rekam medis (http://www.bpk.go.id).

Menurut penelitian Dewi (2006), pengisian berkas rekam medis di RSUD Kabupaten Buleleng belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman petunjuk teknis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah lembar rekam medis yang tidak lengkap 50,2%, kurang lengkap 25,4%, lengkap 24,3%. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja petugas dalam pengisian berkas rekam medis rawat inap adalah pemahaman hukum dan pengawasan.

Menurut Chandrawila (2001) beberapa kelemahan rekam medis adalah sering tidak adanya beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi pasien, tidak berisi penatalaksanaan pelengkap seperti penjelasan dokter dan perawat, tidak memuat kunjungan kontrol pasca perawatan inap. Dampak ketidaklengkapan pengisian rekam medis rumah sakit terkait dengan masalah hukum apabila melakukan kelalaian/kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi pasien. Pasien dapat menggugat tanggungjawab dokter yang membuat kesalahan/kelalaian sesuai hukum kedokteran (medical liability).

(22)

yaitu peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh sebab itu dalam mengelola rekam medis, setiap rumah sakit harus selalu mengacu kepada pedoman atau petunjuk teknis pengelolaan Rekam Medis yang dibuat oleh rumah sakit yang bersangkutan. Dengan berkembangnya evidence based medicine dimana pelayanan medis yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medis yang berkualitas terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data klinis dari rekam medis (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

Pengelolaan rekam medis sebagai kegiatan di rumah sakit terkait dengan motivasi petugas dalam melaksanakannya, karena kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri tetapi selalu ada yang mendorongnya dan selalu ada yang ditujunya atau dengan perkataan lain kegiatan individu selalu mempunyai motif dan tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto, 2003)

(23)

dokumen rekam medis dan mensosialisasikannya kepada para dokter, (c) melibatkan dokter dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan sehubungan dengan kelengkapan dokumen rekam medis, (d) memperbaiki struktur organisasi unit rekam medis sehingga jelas tugas dan wewenang masing masing individu, (e) memberikan laporan kepada dokter sebagai upaya penghargaan (reward) berupa "hadiah" dan "hukuman" terhadap kinerja dokter.

Menurut penelitian Iswandari (2006), perusahaan yang memberikan kenaikan gaji sebagai hasil penghargaan (reward) berbentuk remunerasi berbasis kompetensi dapat meningkatkan fleksibilitas gugus kerja, kepuasan kerja, efektivitas kerja tim, memajukan pertumbuhan dan pengembangan tenaga kerja, mendorong pemanfaatan yang lebih baik dari teknologi kerja, serta meningkatkan output kerja.

Menurut Answari (2000), secara filosofis besarnya motivasi yang dimiliki seseorang kemudian menghantarkan orang tersebut melakukan sesuatu yang baik dan benar. Dengan kata lain, upaya untuk mencapai prestasi yang gemilang telah memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Sehingga berbagai pola dan desain yang secara khusus dirancang untuk memberikan motivasi kerja dalam sebuah organisasi, sepenuhnya dilandaskan pada upaya sungguh-sunguh untuk menghargai manusia dalam organisasi yang lazim kita sebut sebagai karyawan atau pegawai.

(24)

data rekam medis di RSUD Kabupaten Buleleng adalah dengan pemberian umpan balik, adanya reward dan punishment.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis terhadap kartu rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang dengan mengambil secara acak 100 berkas rekam medis, terlihat bahwa persentase ketidaklengkapan pengisian data rekam medis cukup besar yaitu sebesar 65%. Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis tersebut sebagian besar pada catatan yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa tenaga dokter sebenarnya mengetahui dan memahami tugasnya untuk mengisi berkas rekam medis tentang seluruh tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien. Dengan demikian hal yang seharusnya dapat memotivasi dokter untuk mengisi rekam medis adalah reward yang dapat meningkatkan kienrja dokter secara keseluruhan termasuk memotivasi pengisian rekam medis.

Namun reward yang diberlakukan di rumah sakit belum mampu memotivasi dokter untuk mengisi kelengkapan berkas rekam medis.

Menurut Sule dan Saefullah (2005) reward atau kompensasi yang diberikan organisasi kepada individu adalah : upah, kepastian dan keamanan kerja, benefit, peluang karir, status dan peluang promosi.

(25)

tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Kepastian dan keamanan kerja adalah merupakan adanya suatu kepastian jangka panjang dalam menunaikan tugas dan adanya rasa aman dalam bekerja. Benefit adalah upah tidak langsung (indirect pay) dikenal sebagai employee benefit yang terdiri dari barang-barang jasa non-cash item atau services yang secara

langsung memuaskan sejumlah kebutuhan spesifik karyawan. Peluang karir merupakan kesempatan bagi seseorang untuk meningkatkan keahlian dalam bidang atau tugas yang diembannya. Status adalah merupakan posisi jabatan yang diemban seseorang dalam organisasi. Peluang promosi merupakan kesempatan bagi seseorang untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi pada organiassi tempatnya bekerja (Sule dan Saefullah, 2005).

Berkaitan dengan alasan tersebut maka perlu dikaji hubungan reward dengan motivasi dokter dalam pengisian kelengkapan rekam medis di RSUD Sidikalang. Analisis tentang reward dalam penelitian ini difokuskan kepada aspek-aspek rewards yang disebutkan Sule dan Saefullah (2005).

1.2. Permasalahan

(26)

pengisian rekam medis cukup besar. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara reward yang diterima dengan motivasi dokter dalam mengisi berkas rekam medis.

1.6. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan penghargaan (reward) meliputi (upah, kepastian dan keamanan kerja, benefit, peluang karier,

status, peluang promosi) dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

1.7. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan upah dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

b. Ada hubungan kepastian dan keamanan kerja dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

c. Ada hubungan benefit dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

d. Ada hubungan peluang karier dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

e. Ada hubungan status dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang tahun 2008.

(27)

1.5. Manfaat Penelitian a. Pemerintah

Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Dairi dalam menentukan kebijakan peningkatan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. b. Pimpinan Rumah sakit

Sebagai acuan untuk mengembangkan program peningkatan kelengkapan pengisian rekam medis rumah sakit.

c. Penelitian lain

Rekomendasi untuk penelitian lain untuk mengkaji variabel lain diluar model penelitian ini, sehingga dapat dirumuskan berbagai konsep baru dalam meningkatkan kinerja rumah sakit.

d. Peneliti

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profesi Kedokteran

Pengertian dokter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang–undangan.

Menurut Iswandari (2006), strategi WHO yang dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor dimana setiap dokter diharapkan dapat berperan:

a. Sebagai health care provider yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif dengan mempertimbangkan keunikan individu, berdasarkan kepercayaan dalam jangka panjang,

b. Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan pertimbangan etika dan biaya,

c. Sebagai communicator, yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta memberdayakan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,

(29)

e. Sebagai manager, yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi kesehatan bersama dengan menggunakan data yang akurat.

Hak dan kewajiban yang timbul dalam hubungan pasien dengan dokter meliputi 1) penyampaian informasi dan 2) penentuan tindakan. Pasien wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan keluhannya dan berhak menerima informasi yang cukup dari dokter (right to information) serta berhak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri (right to self determination). Di sisi lain dokter berhak mendapatkan informasi yang cukup dari pasien dan wajib memberikan informasi yang cukup pula sehubungan dengan kondisi serta akibat yang akan terjadi. Selanjutnya dokter berhak mengusulkan yang terbaik sesuai kemampuan dan penilaian profesionalnya (ability and judgement) dan berhak menolak bila permintaan pasien dirasa tidak sesuai dengan norma, etika serta kemampuan profesionalnya. Selain itu, dokter wajib melakukan pencatatan (rekam medik) dengan baik dan benar (Iswandari, 2006).

(30)

kejadian yang biasa bahwa seorang pasien menuntut rumah sakit atas layanan yang dia terima. Akibat dari hal itu, dokter dan rumah sakit sudah lebih hati-hati dalam melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah sakit berusaha benar untuk dapat diakreditasi disamping ini merupakan pengakuan atas kualitas produk jasa layanan kesehatan yang dihasilkan. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan ditanggung rumah sakit, di lain pihak pasien akan menikmati layanan kesehatan yang lebih meningkat mutunya.

Saat ini dinas kesehatan memang memiliki fungsi pengawasan. Akan tetapi, fungsi pengawasan ini belum dilaksanakan secara maksimal. Data menunjukkan dari 5.000 dokter yang memiliki izin praktek dari dinas kesehatan, hanya enam sampai tujuh dokter yang izinnya dicabut. Itu juga karena pindah kota. Jadi, bukan karena dokter tersebut terbukti melakukan malpraktek atau kelalaian (Kompas, 2003).

(31)

disalahkan jika dokter tidak melakukan SOP yang sama di rumah sakit yang berbeda. Jika memang ternyata masyarakat menemukan kasus-kasus yang dianggapnya malpraktek, dapat membawa masalah ini ke Majelis Kode Etik Kedokteran (Kompas, 2003).

2.2. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medis

Rekam medis merupakan salah satu unsur dalam “trilogi rahasia medis”. Data yang terdapat pada berkas rekam medis bersifat rahasia (confendential). Karena hubungan dokter dengan pasien bersifat pribadi dan khusus, maka segala sesuatu yang dipercayakan pasien kepada dokternya harus dilindungi terhadap pengungkapan lebih lanjut (Guwandi, 2005).

Dalam pelayanan kedokteran yang dilakukan di rumah sakit maupun praktek pribadi, peranan pencatatan rekam medis sangat penting dan sangat melekat dengan kegiatan pelayanan. Sehingga ada ungkapan bahwa rekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter menerima pasien (Hanafiah dan Amir, 1999).

Peranan dokter dalam pengisian rekam medis lebih banyak dalam proses perekaman kegiatan medis, dimana dokter merupakan penanggung jawab pengisian rekam medis. Pengisian rekam medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta formulir rekam medis yang tersedia (Basbeth, 2005).

(32)

poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP), yang berisi data pasien serta ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).

Formulir rekam medis harus sesuai dengan yang ada di dalam rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan bunyi dari Permenkes No. 749.a Tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Record, pasal I butir a : rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Dari bunyi pasal tersebut diatas jelas bahwa yang dimaksud adalah formulir-formulir dari berkas rekam medis pasien baik itu pasien rawat jalan atau pasien rawat inap.

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek: aspek administrasi (administrasi value), aspek medis (medical value), aspek hukum, aspek keuangan (financial or fiscal value), aspek penelitian (reseach value), aspek pendidikan (education value), aspek dokumentasi (documentary value).

Isi rekam medis meliputi: identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa), riwayat penyakit, laporan pemeriksaan fisik, instruksi diagnostik dan terapetik, adanya catatan observasi, laporan tindakan dan penemuan ,resume pasien(ringkasan riwayat pulang).

(33)

pada Bab II Pasal 7 dijelaskan: lama penyimpanan sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat namun untuk hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan tersendiri.

Rekam medis adalah sarana yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis adalah milik institusi kesehatan yang membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Di samping hak seseorang untuk memperoleh kesehatan yang diakui, pasien juga memiliki hak atas kerahasiaan dan kepercayaan, oleh karena itu sebaiknya rekam medis dijaga kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kesehatan.

(34)

Banyaknya kasus kelalaian dan malpraktik menandakan bahwa perlindungan konsumen kesehatan di Indonesia kurang baik. Padahal, UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen telah mengatur hak-hak konsumen dan sanksi yang ditetapkan kepada badan usaha yang merugikan konsumen. Namun, sering kali dokter tidak dianggap sebagai badan usaha, sehingga tidak terkena aturan tersebut. Selain itu, tindakan kelalaian dan malpraktik sering kali sulit dibuktikan, karena pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit dan tindakan medis yang dilakukan dokter terhadapnya.

Menurut Guwandi (2005) bahwa pokok yang terpenting dari suatu rekam medis adalah bisa merupakan suatu dokumen yang bersifat legal. Dengan demikian maka rekam medis ini menjadi sesuatu yang esensial pada pembelaan tuntutan malpraktek medis. Hal ini menjadi bertambah penting karena tuntutan demikian banyak terjadi setelah 2 sampai 5 tahun kemudian. Dengan akibat bahwa rekam medis rumah sakit seringkali merupakan hanya satu-satunya catatan yang dapat memberikan informasi mendetail tentang apa yang sudah terjadi dan dilakukan selama pasien itu dirawat di rumah sakit. Orang-orang yang telah ikut dalam pemberian perawatan tersebut kemungkinan juga tidak bisa dihadirkan lagi sebagai saksi untuk pembelaan tertuduh.

(35)

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri,

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen,

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

Menurut Depkes.RI (1997) tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis oleh staf lain rumah sakit dia mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medik seperti riwayat penyakit, pemeriksaan penyakit, pemeriksaan fisik dan ringkasan keluar (resume).

(36)

medis. Petugas yang membuat/mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya meliputi:

a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit

b. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit

c. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik

d. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang langsung terlihat di dalam antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata rontgen, rehabilitasi medis dan lain sebagainya.

e. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.

2.3. Reward

Menurut Sule dan Saefullah (2005) pengertian reward adalah semua hal yang disediakan organisasi untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan individual.

Ada 2 (dua) jenis reward yaitu :

(37)

pekerjaannya (job content), misalnya: upah (pay), pengawasan (supervisor behavior), co workers dan keadaan kerja (general working condition).

b. Intrinsic reward, yang memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya (higher level needs), misalnya untuk kebanggaan (self esteem), penghargaan (achievement), serta pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) yang dapat diperoleh (merupakan derivasi) dari faktor-faktor yang melekat (inheren) dalam pekerjaan karyawan itu, seperti : tantangan karyawan atau interest suatu pekerjaan yang diberikan, tingkatan keragaman/variasi dalam pekerjaan, adanya umpan balik, dan otoritas pengambilan keputusan dalam pekerjaan serta signifikansi makna pekerjaan bagi nilai-nilai organisasional.

Sebelum sistem kompensasi dijalankan maka lebih dahulu ketetapan strategi reward dijalankan, dimana merupakan rencana untuk penggabungan dua jenis reward

(ekstrinsik dan intrinsik) oleh organisasi kepada anggotanya dengan maksud untuk membuat organisasi tersebut lebih maju. Strategi reward dapat pula dipahami sebagai blue print dalam membuat reward yang akan ditetapkan (Sule dan Saefullah, 2005).

Sedangkan strategi kompensasi adalah bagian dari strategi reward yang merupakan rencana dalam melaksanakan sistem kompensasi, dimana dalam pelaksanaannya memiliki 2 aspek kunci yaitu :

a. Aspek pertama yaitu gabungan dari komponen-komponen kompensasi perusahaan. b. Aspek kedua yaitu jumlah keseluruhan kompensasi yang disediakan untuk individu

(38)

Pilihan optimal kedua aspek ini sepenuhnya tergantung pada konteks organisasi serta strategi reward khususnya. Sementara itu dalam perkembangannya sistem kompensasi sendiri mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

a. Upah dasar (based-pay), merupakan komponen upah dasar (fondasi) bagi kebanyakan karyawan. Pada umumnya berdasarkan hitungan waktu, seperti jam, hari, minggu, bulan atau per tahun.

b. Upah berdasar kinerja (performance related-pay), berkaitan dengan monetary rewards. Basis atau ukuran yang digunakan dalam upah didasarkan pada ukuran

kinerja individu, kelompok atau organisasi.

c. Upah tidak langsung (indirect pay) dikenal sebagai employee benefit atau keuntungan bagi karyawan. Jenis upah tidak langsung terdiri dari barang-barang jasa non-cash item atau services yang secara langsung memuaskan sejumlah kebutuhan spesifik karyawan, seperti jaminan keamanan pendapatan (income security) termasuk asuransi jiwa, perlindungan kesehatan (health protection)

termasuk medical & dental plan, dan pensiun (retirement income).

2.4. Motivasi

(39)

Menurut Gibson, dkk (1996), teori motivasi terbagi kedalam dua kategori yaitu teori kepuasan dan teori proses. Teori kepuasan memfokuskan pada faktor-faktor dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku. Sedangkan teori proses menerangkan dan menganalisa bagaimana perilaku di dorong, dipertahankan, dan dihentikan.

2.4.1. Pengertian Motivasi

Menurut Ishak & Hendri, (2003), motivasi seseorang bekerja tergantung pada

reward yang diterimanya dan punishment yang akan dialaminya nanti. Teori ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: M = f ( R & C )

M = Motivasi

R = Reward (penghargaan) - primer/sekunder C = Consequens (Akibat) - positif/negative

Menurut Gomes (1999), dalam hubungan dengan masalah motivasi ada beberapa istilah yang mempunyai pengertian sama atau hampir bersamaan yaitu ; Drives, Motive, Needs.

a. Drives, terutama digunakan untuk dorongan yang berhubungan dengan dorongan

dasar atau kebutuhan dasar seperti, makan, minum, perlindungan, sex dan lain-lain.

(40)

c. Motive, dipergunakan untuk dorongan selain drives dan needs. Dalam uraian berikut pengertian yang sama, motive atau drives merupakan satu kesatuan tenaga (Complex State) dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (goal atau incentive). Goal dan incentive juga dituju oleh perbuatan yang bermotif. Goal lebih luas dari pada incentive, sebab incentive lebih terbatas kepada tujuan yang merupakan objek. Norma-norma sosial, spiritual dan sebagainya lebih merupakan goal.

2.4.2. Pengelompokan Motif

Menurut Reksohadiprojo (2000) pengertian motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal sebagai berikut :

a. Motivasi Internal

Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya, yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut.

b. Motivasi Eksternal

Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal, tetapi justru mengembangkannya. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan – kekuatan yang ada didalam individu yang dipengaruhi faktor eksternal yang dikendalikan oleh manager, yaitu meliputi suasana kerja dan hubungan kerja.

(41)

a. Motif dasar (basic motif) atau dorongan biologis (biological drives).

Merupakan motif yang berasal dari kebutuhan. Kebutuhan biologis, dan tidak dipelajari, artinya telah dimiliki sejak lahir atau instintif (naluriah). Beberapa motif dasar yang dimiliki manusia diantaranya :

a) Motif dasar untuk makan, minum, bernafas. b) Motif dasar untuk perlindungan diri/rasa aman. c) Motif dasar untuk beristirahat dan bergerak. d) Motif dasar untuk mengembangkan keturunan. b. Motif Sosial (Social Motives)

Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupannya ia selalu berada bersama orang lain. Selain dari itu juga manusia adalah makhluk berakal. Karena kedua aspek ini maka manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat belajar dari orang lain. Dengan jalan belajar, kehidupan manusia mempunyai kemungkinan lebih jauh sesuai dengan faktor-faktor yang dimungkinkan oleh lingkungan. Demikian pula halnya dengan masalah motif, karena manusia dapat belajar dengan orang lain maka motif manusia tidak hanya menetap pada tingkat motif dasar tetapi berkembang menjadi motif sosial.

2.4.3. Usaha-Usaha Membangkitkan Motif

(42)

a. Kompetisi/Persaingan

Kompetisi sebenarnya memperbandingkan prestasi dan berusaha mengatasi sesuatu. Self Competition adalah kompetisi dengan prestasi sendiri, berusaha memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya dengan prestasi orang lain. b. Pace Maker

Goal atau tujuan dari sesuatu perbuatan bermotif sering kali sangat jauh. Untuk mencapai tujuan yang jauh itu seringkali individu merasa malas atau kurang motivasi. Maka untuk membangkitkan motivasi, tujuan yang jauh tersebut perlu didekatkan dengan memperincinya menjadi tujuan sementara yang dekat. Tujuan-tujuan sementara ini merupakan "Pace Maker".

c. Tujuan yang Jelas

Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas suatu tujuan makin besar motifnya.

d. Minat yang Besar

Motif akan timbul bila individu mempunyai minat yang besar. Makin besar minat makin kuat motif untuk mencapai tujuan.

e. Kesempatan Untuk Sukses

(43)

2.4.4. Motivasi Merupakan Pemuasan Pola Perilaku

Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa dalam lingkungan kerja (organisasi) terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam hal motivasi yakni:

a. Motivasi kebutuhan yang menimbulkan kepuasan.

b. Faktor pemeliharaan kebutuhan yang menimbulkan ketidak puasan.

Pada dasarnya seseorang itu dalam pekerjaannya menyangkut suatu pembaharuan yang dirasakan harus dipenuhinya, yang mencakup faktor motivasi kebutuhan ialah ; jenis pekerjaan, prestasi yang akan dicapai, pengakuan prestasi, tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang. Bila seseorang itu tidak mencapai (memperoleh) berbagai faktor ini (tidak puas) ia cenderung mengeluh tentang faktor pemeliharaan kebutuhan yang meliputi kondisi kerja, kebijaksanaan pimpinan, tidak cukup pengawasan, pengajaran dan lain-lain.

(44)

2.4.5. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi Kerja Pegawai

Menurut Mangkunegara (2002) terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu:

a. Prinsip Partisipatif, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan.

b. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan, pimpinan mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekeriaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pimpinan.

(45)

2.5. Landasan Teori

Praktek profesi seorang dokter harus memiliki standar pelayanan medis yang dikeluarkan oleh profesi. Standar pelayanan medis dianggap sebagai prosedur yang harus diikuti dokter sebagai bagian sehari-hari dari pelayanan kesehatan yang dilakukan. Sebagai standar yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, standar pelayanan medis bisa diubah dan berkembang dengan situasi dan kondisi. Standar Pelayanan Medis (SPM) sangat diperlukan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) maupun dokter dalam memberikan pelayanan yang bermutu, dan memberikan kepastian bagi pasien dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh PPK/dokter. Penerapan SPM sangat perlu dilaksanakan oleh dokter yang memberikan pelayanan ataupun PPK dan hanya dapat berjalan dengan baik bila dilandasi komitmen yang tinggi dari dokter/PPK salah satu diantaranya adalah kelengkapan pengisian rekam medis. Kelengkapan dokumen rekam medis adalah salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit.

Upaya meningkatkan kelengkapan berkas rekam medis rumah sakit adalah meningkatkan motivasi kerja petugas yang bertanggung jawab dalam pengisian rekam medis. Motivasi seseorang bekerja tergantung pada reward yang diterimanya dan punishment yang akan dialaminya nanti (Ishak & Hendri, 2003).

(46)

reward. Aspek-aspek rewards yang disebutkan (Sule dan Saefullah, 2005) yaitu : upah, kepastian dan keamanan kerja, benefit, peluang karir, status, peluang promosi.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian Penghargaan (REWARD) - Upah

- Kepastian dan Keamanan Kerja - Benefit

- Peluang Karier - Status

- Peluang Promosi

MOTIVASI DOKTER DALAM PENGISIAN

REKAM MEDIS - Intrinsik

- Ekstrinsik

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang melihat hubungan antara dua

variabel pada saat bersamaan serta menjelaskan hubungan variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Arikunto, 2002).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Sidikalang, Kabupaten Dairi Jalan Rumah Sakit Umum No. 10 Sidikalang.

Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survei awal, konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar kolokium, pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil penelitian selama 5 bulan yaitu dari bulan April sampai dengan Agustus 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

(48)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer dihimpun melalui wawancara langsung dengan responden berpedoman kepada kuesioner penelitian. Data sekunder diperoleh dari registrasi dan laporan pelayanan di RSUD Sidikalang.

3.4.1. Uji validitas dan reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner kepada 10 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) juga menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur

Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Corelation Coeficient ( r ), dengan ketentuan : a) Bila r hitung > t tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t tabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban.

(49)

penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach's Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,

dengan ketentuan : a) Jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliable dan b) Jika nilai r Alpha < r tabel maka dinyatakan tidak reliable.

Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap semua butir pertanyaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

a). Variabel upah dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,860>0,6, artinya item pertanyaan untuk variabel upah valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

b). Variabel kepastian dan keamanan kerja dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,8749>0,6, artinya item pertanyaan untuk pertanyaan kepastian dan keamanan kerja valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

c). Variabel benefit dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,854>0,6, artinya item pertanyaan untuk benefit valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

d). Variabel peluang karier dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,799>0,6, artinya item pertanyaan untuk peluang karier valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden. e). Variabel status dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05

(50)

f). Variabel peluang promosi dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,828>0,6, artinya item pertanyaan untuk peluang promosi valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

g). Variabel motivasi intrinsik dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,913>0,6, artinya item pertanyaan untuk motivasi intrinsik valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

h). Variabel motivasi ekstrinsik dengan 5 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,860>0,6, artinya item pertanyaan untuk motivasi ekstrinsik valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden. (hasil uji validitas dan reliabilitas terlampir).

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Upah adalah persepsi dokter terhadap kesesuaian upah (gaji dan tunjangan) yang diterima oleh dokter di RSUD Sidikalang.

2. Kepastian dan keamanan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya suatu kepastian jangka panjang bagi dokter di RSUD Sidikalang dalam menunaikan tugas dan adanya rasa aman dalam bekerja.

3. Benefit adalah upah tidak langsung (barang-barang jasa non-cash item atau

services) yang secara langsung memuaskan sejumlah kebutuhan spesifik dokter di

(51)

4. Peluang karier adalah kesempatan bagi dokter di RSUD Sidikalang untuk meningkatkan keahliannya dalam pelayanan kedokteran.

5. Status adalah persepsi dokter di RSUD Sidikalang terhadap kesesuaian posisi jabatan yang diembannya.

6. Peluang promosi adalah kesempatan bagi dokter di RSUD Sidikalang untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi.

7. Motivasi dalam pengisian rekam medis di ukur dalam 2 (dua) sub-variabel, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik, dengan definisi sebagai berikut

a. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri dokter di RSUD Sidikalang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya dalam mengisi berkas rekam medis.

b. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri dokter di RSUD Sidikalang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya dalam mengisi berkas rekam medis.

8. Pengisian rekam medis adalah proses yang dilakukan dokter di RSUD Sidikalang dalam mengisi berkas rekam medis, yang berisi: siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan di RSUD Sidikalang.

3.6. Metode Pengukuran

(52)

1). Variabel reward dalam pengisian rekam medis dikembangkan masing-masing menjadi 5 pertanyaan (dikembangkan berdasarkan pendapat Sule dan Saefullah, 2005 tentang kompensasi).

2). Setiap pertanyaan mempunyai 2 (dua) pilihan jawaban.

3) Setiap pilihan jawaban diberi bobot nilai (skor) dengan ketentuan sebagai berikut: jawaban ”Ya” diberi bobot nilai = 1, sedangkan jawaban “Tidak” diberi bobot nilai = 0

3.6.2. Pengukuran variabel motivasi dokter menggunakan skala ordinal (dikembangkan berdasarkan pendapat Ishak dan Hendri, 2003 tentang

manajemen motivasi), adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1). Variabel motivasi dokter dalam pengisian rekam medis dikembangkan

menjadi 10 pertanyaan, terdiri dari 5 pertanyaan untuk motivasi intrinsik dan 5 pertanyaan untuk motivasi ekstrinsik.

2). Setiap pertanyaan mempunyai 2 pilihan jawaban.

3) Bobot nilai (skor) setiap pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Ya: diberi bobot nilai = 1

b. Tidak : diberi bobot nilai = 0

Tabel 3.1. Skala Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Skala

1 Penghargaan (Reward)

- Upah Ordinal

- Kepastian & Keamanan Kerja Ordinal

- Benefit Ordinal

(53)

- Peluang karir Ordinal

- Peluang promosi Ordinal

2 Variabel Motivasi dalam Pengisian Rekam Medis Skala

- Intrinsik Ordinal

- Ekstrinsik Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan analisa data

menggunakan uji statistik Korelasi Rank Spearman pada taraf uji nyata (α) = 0,05

dengan rumus sebagai berikut :

rs = 1-

rs = koefisien korelasi Rank Spearman di = pengamatan perpasangan

n = total sampel

(54)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUD Sidikalang merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Dairi yang mengadakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kabupaten Dairi yang merupakan wilayah kerja RSUD Sidikalang memiliki luas wilayah 1.916,25 km2, yaitu sekitar 4,39% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kabupaten Dairi merupakan dataran tinggi yang terletak antara 98000” - 98030” dan 2015” - 3010”. Secara geografis letak Kabupaten Dairi adalah sbb : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Selatan berbatasan dengan Pakpak Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

RSUD Sidikalang merupakan rumah sakit tipe C yang memiliki fasilitas pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan meliputi: Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Poliklinik KIA, Pojok DOTS, Poliklinik Anak, dan Poliklinik THT.

b. Pelayanan Rawat Inap meliputi: ruang rawat inap VIP, ruang rawat inap kelas I, II dan III, ruang rawat inap keluarga miskin (gakin).

(55)

d. Pelayanan Rujukan Spesialis meliputi: Pelayanan Spesialis Obgyn, Pelayanan Spesialis Bedah, Pelayanan Spesialis Penyakit Dalam, Pelayanan Spesialis Penyakit Anak, dan Pelayanan Spesialis THT.

Struktur organisasi RSUD Sidikalang berdasarkan Perda No 5 Tahun 1995 terdiri dari:

a. Direktur RSUD Sidikalang

b. Subbag Kesekretariatan dan Rekam Medis yang membawahi: Urusan Umum, Urusan Personalia, Urusan Rekam Medis, dan Urusan PPL

c. Subbag Keuangan dan Program membawahi: Urusan Pembendaharaan, Urusan Mobilisasi Dana, Urusan Vertifikasi Dana, dan Urusan Program

d. Seksi Pelayanan membawahi: Sub Seksi Pelayanan I dan II e. Seksi Keperawatan membawahi: Sub Seksi Perawatan I dan II

f. Kelompok Jabatan Fungsional membawahi: Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Gizi, Instalasi Perawatan Jenazah, Instalasi Sarana Kesehatan, dan Komite Medik.

Visi RSUD Sidikalang sebagai strategi untuk meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan yang dicita-citakan adalah : menjadi rumah sakit pemerintah yang terdepan di Sumatera Utara. Sedangkan misi rumah sakit adalah :

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif dan terjangkau b. Tersedianya sumber daya (sarana dan prasarana) untuk peningkatan dan

(56)

c. Terwujudnya sumber daya manusia yang profesional dan berorientasi pelanggan di semua unit pelayanan

d. Meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak terkait.

Pegawai yang bertugas di RSUD Sidikalang umumnya pegawai dengan jenis kepagawaian PNS sebanyak 147 orang (56,5%), tenaga sukarela sebanyak 112 orang (43,1%), dan selebihnya adalah CPNS sebanyak 1 orang (0,47%).

Kualifikasi pendidikan tenaga kesehatan di RSUD Sidikalang umumnya adalah tingkat akademi (D3) yaitu sebanyak 112 orang (43,0%), secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Kualifikasi Pendidikan Pegawai di RSUD Sidikalang Tahun 2008

Sumber : RSUD Sidikalang Tahun 2008

4.2. Deskripsi Responden

(57)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD

(58)

tahun, yaitu sebanyak 10 orang (62,5%). Seluruh responden (100,0%) bertempat tinggal di Kota Sidikalang.

4.3. Persepsi Responden mengenai Variabel-Variabel Penghargaan (Reward) 4.3.1. Upah

Penghargaan (reward) dilihat dari aspek upah dalam penelitian ini meliputi standar gaji dan tunjangan, insentif serta tunjangan fungsional. Secara rinci upah yang dirasakan responden dalam pengisian rekam medis dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. 1 Kesesuaian standar gaji yang diterima

responden dengan beban kerja yang dilakukan

4 25,0 12 75,0 2 Kesesuaian tunjangan yang diterima

responden dengan beban kerja yang dilakukan

5 31,2 11 68,8 3 Menerima insentif sebagai imbalan dalam

pengisian rekam medis 0 0,0 16 100,0

4 Pemerintah Daerah menambah upah bagi dokter yang bertugas di RSUD Sidikalang

karena tanggung jawabnya yang besar 13 81,3 3 18,7 5 Kesesuaian tunjangan fungsional tenaga

dokter yang berlaku saat ini 4 25,0 12 75,0

(59)

juga tunjangan yang di terima belum sesuai dengan beban kerja (68,8%). Seluruh responden (100,0%) menyatakan tidak ada menerima insentif dalam pengisian rekam medis. 81,3% responden menyatakan pemerintah daerah perlu menambah upah bagi dokter yang bertugas di RSUD Sidikalang, serta 75.0% responden menyatakan tunjangan fungsional yang berlaku saat belum mampu memenuhi kebutuhan hidup. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Upah di RSUD

Sidikalang

No Kategori Upah Jumlah Persen

1 Cukup 5 31.2

2 Tidak Cukup 11 68.8

Jumlah 16 100.0

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa secara keseluruhan upah yang diterima responden yang terkait dengan pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak cukup sebesar 11 orang (68,8%), sedangkan 5 orang (31,2%) pada kategori cukup.

4.3.2. Kepastian dan Keamanan Kerja

(60)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepastian dan Keamanan Kerja di RSUD Sidikalang

Jumlah

Ya Tidak No Kriteria Kepastian dan Keamanan Kerja

n % n % 1 Kondisi fisik (bangunan) rumah sakit menjamin

keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan

5 31,2 11 68,8 2 Keamanan lingkungan rumah sakit (masyarakat

sekitar) menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan

7 43,8 9 56,2 3 Kondisi peralatan rumah sakit (alat diagnosa, alat

perawatan, dll)menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan

4 25,0 12 75,0

4 Kondisi bahan (obat-obatan dan zat yang digunakan dalam pelayanan lainnya) rumah sakit menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan

6 37,5 10 62,5

5 Hubungan interpersonal (sesama dokter dan tenaga medis lainnya, atau dengan pimpinan) di rumah sakit menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan

3 18,8 13 81,2

(61)

digunakan dalam pelayanan lainnya) tidak menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan, serta 81,2% responden menyatakan hubungan interpersonal (sesama dokter dan tenaga medis lainnya, atau dengan pimpinan) di rumah sakit tidak menjamin keamanan dan kenyamanan dokter dalam melaksanakan tugas pelayanan.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepastian dan Keamanan Kerja di RSUD Sidikalang

No Kategori Kepastian dan Keamanan Kerja Jumlah Persen

1 Baik 5 31.2

2 Tidak Baik 11 68.8

Jumlah 16 100.0

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa secara keseluruhan kepastian dan keamanan kerja responden dalam menjalankan tugas pelayanan, termasuk dalam pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak baik sebesar 11 orang (68,8%), sedangkan 5 orang (31,2%) pada kategori baik.

4.3.3. Benefit

(62)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Benefit di RSUD Sidikalang Jumlah

Ya Tidak

No Kriteria Benefit

n % n % 1 Manajemen rumah sakit memberikan rumah dinas 10 62,5 6 37,5 2 Penyediaan konsumsi oleh manajemen rumah sakit

bagi dokter yang sedang bertugas di rumah sakit 7 43,8 9 56,2 3 Manajemen rumah sakit membagikan keuntungan

yang diperoleh rumah sakit kepada dokter 5 31,2 11 68,8 4 Manajemen rumah sakit memberikan pelayanan

kesehatan bagi dokter 4 25,0 12 75,0

5 Manajemen rumah sakit memberikan bingkisan

akhir tahun bagi dokter 3 18,8 13 81,2

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa responden umumnya (62,5%) menyatakan manajemen rumah sakit memberikan rumah dinas, 56,2% responden manajemen rumah tidak menyediakan konsumsi oleh sakit bagi dokter yang sedang bertugas di rumah sakit, 68,8% responden menyatakan manajemen rumah sakit tidak membagikan keuntungan yang diperoleh rumah sakit kepada dokter, 75,5% responden menyatakan manajemen rumah sakit tidak memberikan pelayanan kesehatan bagi dokter, serta 81,2% responden menyatakan manajemen rumah sakit tidak memberikan bingkisan akhir tahun bagi dokter.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Benefit di RSUD Sidikalang

No Kategori Benefit Jumlah Persen

1 Cukup 6 36,2

2 Tidak Cukup 10 63,8

(63)

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa secara keseluruhan benefit yang diterima responden dalam pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak cukup sebesar 10 orang (63,8%), sedangkan 6 orang (36,2%) pada kategori cukup.

4.3.4. Peluang Karier

Penghargaan (reward) dilihat dari aspek peluang karier dalam penelitian ini meliputi: kebijakan manajemen rumah sakit dalam meningkatkan keahlian sebagai dokter, kesempatan yang sama dalam meningkatkan keahlian, kriteria pengembangan karier, hambatan atau kesulitan bagi dokter dalam memenuhi kriteria meningkatkan keahlian, fasilitas tenaga dokter dalam upaya meningkatkan keahlian. Secara rinci peluang karier yang dirasakan responden dalam pengisian rekam medis dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Karier di RSUD Sidikalang

Jumlah

Ya Tidak No Kriteria Peluang Karier

n % n % 1 Kebijakan manajemen rumah sakit dalam

meningkatkan keahlian sebagai tenaga dokter 9 56,2 7 43,8 2 Setiap tenaga dokter mempunyai kesempatan yang

sama dalam meningkatkan keahlian di rumah sakit 9 56,2 7 43,8 3 Manajemen rumah sakit mempunyai kriteria tertentu

bagi tenaga dokter untuk mendapatkan peluang meningkatkan keahlian

3 18,8 13 81,2 4 Hambatan atau kesulitan bagi dokter dalam

memenuhi kriteria meningkatkan keahlian 4 25,0 12 75,0 5 Manajemen rumah sakit memfasilitasi tenaga dokter

(64)

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa responden umumnya (56,2%) menyatakan manajemen rumah sakit mempunyai kebijakan dalam mengembangkan karier tenaga dokter dan setiap tenaga dokter mempunyai kesempatan yang sama dalam mengembangkan karier di rumah sakit. 81,2% responden menyatakan manajemen rumah sakit tidak mempunyai kriteria tertentu bagi tenaga dokter untuk mendapatkan peluang mengembangkan karier, 75,0% responden menyatakan mengalami hambatan atau kesulitan bagi dokter dalam memenuhi kriteria pengembangan karier, serta 87,5% responden menyatakan manajemen rumah sakit tidak memfasilitasi tenaga dokter dalam upaya mengembangkan karier.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Karier di RSUD Sidikalang

No Kategori Peluang Karier Jumlah Persen

1 Baik 5 31.2

2 Tidak Baik 11 68.8

Jumlah 16 100.0

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa secara keseluruhan peluang karier yang dirasakan responden dalam pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak baik sebesar 11 orang (68,8%), sedangkan 5 orang (31,2%) pada kategori baik.

4.3.5. Status

(65)

kerja, kesesuaian jabatan yang diemban dengan kemampuan, serta kesesuaian jabatan yang diemban dengan dedikasi yang dimiliki. Secara rinci kesesuaian status yang dirasakan responden dalam pengisian rekam medis dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Status di RSUD Sidikalang Jumlah

Ya Tidak

No Kriteria Status

n % n % 1 Kesesuaian jabatan yang diemban dengan tingkat

pendidikan 8 50,0 8 50,0

2 Kesesuaian jabatan yang diemban dengan

pangkat/golongan 9 56,2 7 43,8

3 Kesesuaian jabatan yang diemban dengan masa

kerja 4 25,0 12 75,0

4 Kesesuaian jabatan yang diemban dengan

kemampuan yang dimiliki 1 6,2 15 93,8

5 Kesesuaian jabatan yang diemban dengan dedikasi

yang dimiliki 6 37,5 10 62,5

(66)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status di RSUD Sidikalang

No Kategori Status Jumlah Persen

1 Sesuai 6 36,2

2 Tidak Sesuai 10 63,8

Jumlah 16 100.0

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa secara keseluruhan kesesuaian status yang dirasakan responden dengan pelayanan di RSUD Sidikalang, termasuk dalam pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak sesuai sebesar 10 orang (63,8%), sedangkan 6 orang (36,2%) pada kategori sesuai.

4.3.6. Peluang Promosi

Penghargaan (reward) dilihat dari aspek peluang promosi dalam penelitian ini meliputi: kebijakan manajemen rumah sakit tentang pengisian jabatan yang lebih tinggi bagi tenaga dokter, pengisian jabatan yang lebih tinggi yang dilakukan mengacu kepada daftar urutan kepangkatan dan golongan, pengisian jabatan yang lebih tinggi memperhatikan kompetensi dan kemampuan tenaga dokter, pengisian jabatan yang lebih tinggi yang diberikan kepada dokter mengacu kepada pengembangan dan peningkatan pelayanan medis di rumah sakit, pengisian jabatan yang lebih tinggi di rumah sakit mengacu kepada azas the right man in the right place. Secara rinci peluang promosi yang dirasakan responden dalam pengisian

(67)

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Promosi di RSUD Sidikalang

Jumlah

Ya Tidak No Kriteria Peluang Promosi

n % n % 1 Kebijakan manajemen rumah sakit tentang proses

pengisian jabatan yang lebih tinggi bagi tenaga dokter 11 68,8 5 31,2 2 Pengisian jabatan yang lebih tinggi yang dilakukan

mengacu kepada daftar urutan kepangkatan dan golongan

10 62,5 6 37,5 3 Pengisian jabatan yang lebih tinggi memperhatikan

kompetensi dan kemampuan tenaga dokter 4 25,0 12 75,0 4 Pengisian jabatan yang lebih tinggi yang diberikan

kepada dokter mengacu kepada pengembangan dan peningkatan pelayanan medis di rumah sakit

3 18,8 13 81,2 5 Pengisian jabatan yang lebih tinggi di rumah sakit

mengacu kepada azas the right man in the right place 2 12,5 14 87,5

(68)

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Promosi di RSUD Sidikalang

No Kategori Peluang Promosi Jumlah Persen

1 Baik 6 36,2

2 Tidak Baik 10 63,8

Jumlah 16 100,0

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa secara keseluruhan peluang promosi yang yang dirasakan responden yang terkait dengan pengisian rekam medis adalah pada kategori tidak baik sebesar 10 orang (63,8%), sedangkan 6 orang (36,2%) pada kategori baik.

4.4. Motivasi

4.4.1. Motivasi Intrinsik

(69)

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Intrinsik di RSUD Sidikalang

Jumlah

Ya Tidak No Kriteria Motivasi Intrinsik

n % n % 1 Keinginan untuk mengerjakan pengisian rekam

medis dengan baik dan benar 10 62,5 6 37,5

2 Keinginan untuk mengerjakan pengisian rekam medis sesuai dengan pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit

12 75,0 4 25,0 3 Keinginan mengerjakan pengisian rekam medis

untuk kepentingan rumah sakit 9 56,2 7 43,8

4 Keinginan mengerjakan pengisian rekam medis

untuk kepentingan pasien 3 18,8 13 81,2

5 Keinginan mengerjakan pengisian rekam medis

untuk kepentingan dokter 6 37,5 10 62,5

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa responden umumnya (62,5%) mempunyai keinginan untuk mengerjakan pengisian rekam medis dengan baik dan benar, 75,0% responden mempunyai keinginan untuk mengerjakan pengisian rekam medis sesuai dengan pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit, 62,6% responden mempunyai keinginan mengerjakan pengisian rekam medis untuk kepentingan rumah sakit, 81,2% responden tidak mempunyai keinginan mengerjakan pengisian rekam medis untuk kepentingan pasien, serta 62,5% responden tidak mempunyai keinginan mengisi rekam medis untuk kepentingan dokter.

4.4.2. Motivasi Ekstrinsik

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Kualifikasi Pendidikan Pegawai di RSUD Sidikalang Tahun 2008
Tabel 4.2. Distribusi Sidikalang Tahun 2008
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya web untuk sebuah dealer sepeda motor suzuki maka semua proses pemesanan kendaraan yang terjadi didalam sebuah dealer sepeda motor akan menjadi lebih efisien dan

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan

Bertujuan memberikan arah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional selama kurun waktu 2010-2025  agar Reformasi Birokrasi di K/L dan Pemda dapat berjalan

It also happened into David‘s mother who thought that David isn‘t a good boy because he always breaks her rules and always be able to have tactics to face each of her

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan dilaksanakan berdasarkan kurikulum sekolah pada kegiatan rutin, kegiatan spontan,

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada pengembangan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan pendekatan tematik yang dapat memperbaiki

Berdasarkan uji KKK, Po/PRI dan TGA dapat disimpulkan, bahwa koagulasi lateks menggunakan sari buah mengkudu dan sari kulit buah nenas dapat digunakan sebagai alternatif

Albania: Dibre, Mat, Terovë, Turbe- hovë (Mahunka &amp; Mahunka-Papp 2008) (Dhora 2010 Cha- mobates voigtsi ), Bosnia-Hercegovina (Frank 1966 Chamo- bates voigtsi ) (Tarman