• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Motivasi

Gitosudarmo dan Sudita (2000), mendefinisikan motivasi sebagai faktor- faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan.

Menurut Gibson, dkk (1996), teori motivasi terbagi kedalam dua kategori yaitu teori kepuasan dan teori proses. Teori kepuasan memfokuskan pada faktor- faktor dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku. Sedangkan teori proses menerangkan dan menganalisa bagaimana perilaku di dorong, dipertahankan, dan dihentikan.

2.4.1. Pengertian Motivasi

Menurut Ishak & Hendri, (2003), motivasi seseorang bekerja tergantung pada

reward yang diterimanya dan punishment yang akan dialaminya nanti. Teori ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: M = f ( R & C )

M = Motivasi

R = Reward (penghargaan) - primer/sekunder C = Consequens (Akibat) - positif/negative

Menurut Gomes (1999), dalam hubungan dengan masalah motivasi ada beberapa istilah yang mempunyai pengertian sama atau hampir bersamaan yaitu ; Drives, Motive, Needs.

a. Drives, terutama digunakan untuk dorongan yang berhubungan dengan dorongan

dasar atau kebutuhan dasar seperti, makan, minum, perlindungan, sex dan lain- lain.

c. Motive, dipergunakan untuk dorongan selain drives dan needs. Dalam uraian berikut pengertian yang sama, motive atau drives merupakan satu kesatuan tenaga (Complex State) dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (goal atau incentive). Goal dan incentive juga dituju oleh perbuatan yang bermotif. Goal lebih luas dari pada incentive, sebab incentive lebih terbatas kepada tujuan yang merupakan objek. Norma-norma sosial, spiritual dan sebagainya lebih merupakan goal.

2.4.2. Pengelompokan Motif

Menurut Reksohadiprojo (2000) pengertian motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal sebagai berikut :

a. Motivasi Internal

Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya, yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut.

b. Motivasi Eksternal

Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal, tetapi justru mengembangkannya. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan – kekuatan yang ada didalam individu yang dipengaruhi faktor eksternal yang dikendalikan oleh manager, yaitu meliputi suasana kerja dan hubungan kerja.

Menurut Gibson, dkk (1996) keseluruhan kesatuan tenaga (Complex State) yang mendorong individu melakukan kegiatan pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam :

a. Motif dasar (basic motif) atau dorongan biologis (biological drives).

Merupakan motif yang berasal dari kebutuhan. Kebutuhan biologis, dan tidak dipelajari, artinya telah dimiliki sejak lahir atau instintif (naluriah). Beberapa motif dasar yang dimiliki manusia diantaranya :

a) Motif dasar untuk makan, minum, bernafas. b) Motif dasar untuk perlindungan diri/rasa aman. c) Motif dasar untuk beristirahat dan bergerak. d) Motif dasar untuk mengembangkan keturunan. b. Motif Sosial (Social Motives)

Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupannya ia selalu berada bersama orang lain. Selain dari itu juga manusia adalah makhluk berakal. Karena kedua aspek ini maka manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat belajar dari orang lain. Dengan jalan belajar, kehidupan manusia mempunyai kemungkinan lebih jauh sesuai dengan faktor-faktor yang dimungkinkan oleh lingkungan. Demikian pula halnya dengan masalah motif, karena manusia dapat belajar dengan orang lain maka motif manusia tidak hanya menetap pada tingkat motif dasar tetapi berkembang menjadi motif sosial.

2.4.3. Usaha-Usaha Membangkitkan Motif

Menurut Gibson, dkk (1996), agar sesuatu usaha memberikan hasil yang efektif maka diperlukan adanya motif yang kuat. Beberapa usaha untuk membangkitkan atau memperkuat motivasi:

a. Kompetisi/Persaingan

Kompetisi sebenarnya memperbandingkan prestasi dan berusaha mengatasi sesuatu. Self Competition adalah kompetisi dengan prestasi sendiri, berusaha memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya dengan prestasi orang lain. b. Pace Maker

Goal atau tujuan dari sesuatu perbuatan bermotif sering kali sangat jauh. Untuk mencapai tujuan yang jauh itu seringkali individu merasa malas atau kurang motivasi. Maka untuk membangkitkan motivasi, tujuan yang jauh tersebut perlu didekatkan dengan memperincinya menjadi tujuan sementara yang dekat. Tujuan- tujuan sementara ini merupakan "Pace Maker".

c. Tujuan yang Jelas

Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas suatu tujuan makin besar motifnya.

d. Minat yang Besar

Motif akan timbul bila individu mempunyai minat yang besar. Makin besar minat makin kuat motif untuk mencapai tujuan.

e. Kesempatan Untuk Sukses

Sukses dapat menimbulkan rasa puas, rasa senang dan kepercayaan kepada diri sendiri. Kegagalan dapat memberikan efek sebaliknya. Maka agar motif seseorang besar maka ia harus diberi kesempatan untuk sukses atau mengetahui sukses yang diperolehnya.

2.4.4. Motivasi Merupakan Pemuasan Pola Perilaku

Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa dalam lingkungan kerja (organisasi) terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam hal motivasi yakni:

a. Motivasi kebutuhan yang menimbulkan kepuasan.

b. Faktor pemeliharaan kebutuhan yang menimbulkan ketidak puasan.

Pada dasarnya seseorang itu dalam pekerjaannya menyangkut suatu pembaharuan yang dirasakan harus dipenuhinya, yang mencakup faktor motivasi kebutuhan ialah ; jenis pekerjaan, prestasi yang akan dicapai, pengakuan prestasi, tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang. Bila seseorang itu tidak mencapai (memperoleh) berbagai faktor ini (tidak puas) ia cenderung mengeluh tentang faktor pemeliharaan kebutuhan yang meliputi kondisi kerja, kebijaksanaan pimpinan, tidak cukup pengawasan, pengajaran dan lain-lain.

Bila faktor pemeliharaan dapat dirubah pengelola, selama faktor motivasi kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, seseorang itu tidak akan puas. Oleh sebab itu seseorang yang memperoleh prestasi, perkembangan pribadi yang cukup baik, pengakuan dan perasaan kepuasan dalam prestasi, tidak akan mengeluh tentang lingkungan kerja, bahkan mempunyai toleransi terhadap kondisi kerja yang kurang (Siagian, 2002).

2.4.5. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi Kerja Pegawai

Menurut Mangkunegara (2002) terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu:

a. Prinsip Partisipatif, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan.

b. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan, pimpinan mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekeriaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pimpinan.

e. Prinsip memberi perhatian, pimpinan memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, dan bawahannya akan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pimpinan.

Dokumen terkait