• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik Dan Hayati Terhadap Ketersediaan Hara, Populasi Mikroba, Dan Hasil Padi Sawah Di Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik Dan Hayati Terhadap Ketersediaan Hara, Populasi Mikroba, Dan Hasil Padi Sawah Di Indramayu"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

HAYATI TERHADAP KETERSEDIAAN HARA, POPULASI

MIKROBA, DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU

ELFA NAJATA

A24070197

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

The Effect of Reduces the NPK Fertilizer with Incorporated Straw, Application Organic and Biofertilizer towards Nutrient Availability, Microbe Population, and Rice Production

at Indramayu

ELFA NAJATA A24070197

Abstract

This research aims to study availability condition nutrient and soil microbe population in paddy (Oryza sativa L.) within corporated straw, application organic and biofertilizer to reduce dose NPK at Indramayu, West Java. The experiment was conducted in Sendang village, Karang Ampel district, Indramayu, West Java, from november 2010 to march 2011. This research used completely randomized design group with 13 treatments and 3 aplication, that is P1: 1 dose NPK, P2: straw + 1 dose NPK, P3: without fertilizer and without straw, P4: straw + 0.5 dose NPK, P5: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1, P6: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + dekomposer, P7: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + granule organic fertilizer (POG), P8: straw + 0.5 dose NPK + POG + liquid organic fertilizer (POC) + dekomposer, P9: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + POG + POC + dekomposer, P10: straw + 0.5 dose NPK + 1 biofertilizer 2, P11: without straw + 0.5 dose NPK + 1 dose biofertilizer 2, P12: without straw + 0.5 dose NPK + 0.5 biofertilizer 2, P13: straw + 0.5 dose NPK + 0.5 dose biofertilizer 2. The result showed that treatment incorporated straw, application organic and biofertilizer, and reduction 50 % dose NPK give result availability nutrient and rice production not different with treatment one dose NPK and in general increase mikrobe population (Azospirillium sp.,Azotobater sp., and Thiobacillus sp.)

(3)

ELFA NAJATA. Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati terhadap Ketersediaan Hara, Populasi Mikroba, dan Hasil Padi Sawah di Indramayu (Dibimbing oleh SUGIYANTA)

Permintaan beras sebagai makanan pokok yang cukup tinggi mendorong peningkatan terhadap produksi padi. Dalam meningkatkan produksi padi, petani pada umumnya masih tergantung pada penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang semakin tinggi akan berdampak pada laju peningkatan padi yang tidak selaras dengan laju penggunaan pupuk. Hal tersebut mencerminkan penurunan efisiensi penggunaan pupuk dan gangguan terhadap ketersediaan hara dan biota tanah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan diperlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya lokal seperti jerami padi sawah, kompos atau kotoran hewan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan pengujian untuk melihat pengaruh pembenaman jerami, pupuk organik, pupuk hayati, dan reduksi penggunaan pupuk NPK terhadap ketersediaan hara dan mikroba tanah pada padi sawah. Pengujian ini dilaksanakan di Desa Sendang Kecamatan Karang Ampel Kabupaten Indramayu Jawa Barat, dari bulan November 2010 sampai Maret 2011.

(4)

pengaruh perlakuan yang diuji maka dilakukan analisis Ragam (uji F) dan apabila menunjukkan hasil pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnet pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah meningkat dan unsur hara P tanah secara umum meningkat setelah percobaan, sedangkan tingkat kemasaman tanah (pH), kandungan unsur hara N dan K pada tanah menurun setelah percobaan.Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1, jerami + 0.5 dosis NPK + POG + POC + Dek, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek dan jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2

menunjukkan hasil kandungan bakteri Azotobater sp. yang lebih tinggi dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan jerami + 1 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek danjerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 menunjukkan hasil kandungan Azospirillium sp. yang hampir sama dengan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG, jerami + 0.5 dosis NPK + POG + POC + Dek, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2, 0.5 dosis NPK + PH 2, 0.5 dosis NPK 0.5 + 0.5 dosis PH 2 dan jerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 menunjukkan hasil kandungan bakteri Thiobacillussp yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK.

(5)

HAYATI TERHADAP KETERSEDIAAN HARA, POPULASI

MIKROBA, DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ELFA NAJATA

A24070197

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi NIP. 19630115 198811 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

ORGANIK DAN HAYATI TERHADAP

KETERSEDIAAN HARA, POPULASI MIKROBA,

DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU

Nama

: ELFA NAJATA

(7)

Penulis dilahirkan pada tanggal 01 Juni 1988 di Magelang, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak ke tiga dari Bapak Muhammad Nur dan Ibu Halimah. 7DKXQ SHQXOLV OXOXV GDUL 0, 0D¶$ULI 3HQGHP NHPXGLDQ SDGD WDKXQ

penulis menyelesaikan belajar di SMP Negeri 2 Grabag. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di MA Wahid Hasyim Condong Catur, Sleman Yogyakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) tahun 2007. Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian \DQJEHUMXGXO³Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,

Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati terhadap Ketersediaan Hara, Populasi Mikroba, dan Hasil Padi Sawah di Indramayu´GHQJDQEDLN

Penelitian tersebut dalam rangka melaksanakan tugas akhir pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakulats Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu, Ayah, kakak, dan adik atas do¶a dan motivasinya yang ditujukan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian ini.

3. Maryati Sari SP. MSi. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh kegiatan perkuliahan. 4. Ardoyo sebagai rekan penelitian yang telah membantu selama penelitian, Mbak

Rina, Mbak Sabti, Mbak Sefa, Mbak RDQL 5HVWLDQD 0DU¶DKMas Benjul, dan Agustiani atas bantuanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Teman-teman El-phinkers, CSS MoRA 44, dan AGH 44 atas kebersamaannya. 6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.

(9)

Halaman

Pupuk dan Pemupukan ... 4

Pupuk Organik ... 4

Pupuk Hayati... 6

Peran Unsur Hara N, P, dan K pada Padi Sawah ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Metode Penelitian... 10

Pelaksanaan Penelitian... 11

Pengamatan ... 12

Analisis Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum ... 14

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam ... 15

Analisis Kandungan Hara Tanah... 16

Analisis Serapan Hara pada Jerami dan Gabah... 20

Analisis Kandungan Mikroba ... 23

Pengamatan Vegetatif... 26

Pengamatan Biomassa Tanaman ... 30

Komponen Hasil dan Hasil ... 32

Peningkatan Hasil... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(10)

Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap

Pertumbuhan Vegetatif dan Komponen Hasil ... 15

2. Hasil Analisis pH Tanah dan Kandungan C-organik Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan ... 16

3. Hasil Analisis Kandungan Hara N dan P Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan ... 17

4. Hasil Analisis Kandungan Hara K Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan ... 19

5. Hasil Analisis Serapan Hara pada Jerami ... 20

6. Kriteria Serapan Hara pada Gabah Dobermann and Fairhurst (2000)... 21

7. Hasil Analisis Serapan Hara pada Gabah... 22

8. Hasil Analisis Mikroba Tanah Setelah Percobaan... 24

9. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman... 27

10. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah. ... 28

11. Hasil Pengamatan Bagan Warna Daun Pada 3, 5 dan 7 MST... 29

12. Hasil Pengamatan Volume Akar dan Panjang Akar pada 8 MST... 30

13. Hasil Pengamatan Bobot Basah dan Kering Akar dan Tajuk ... 31

14. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai dan Jumlah Gabah/Malai ... 32

15. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot 1000 Butir dan Persentase Gabah Hampa ... 34

(11)

Nomor Halaman 1. Kondisi Pertanaman Secara Umum pada Umur 7 MST ... 14 2. Pengaruh Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati,

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Deskripsi Varietas Ciherang... 44

2. Analisis Mutu Pupuk NPK Majemuk ... 44

3. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 1 ... 45

4. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 2 ... 45

5. Analisis Kandungan Dekomposer Cair ... 45

6. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair (POC) ... 46

7. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair (POC) ... 46

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas yang sangat penting di Indonesia. Padi akan diproses hingga menjadi beras yang menjadi sumber makanan pokok hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Peningkatan produksi beras saat ini belum mampu mengimbangi peningkatan konsumsi penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, tahun 2009 produksi padi Indonesia sebesar 64 398 890 ton dengan luas panen 12 883 576 ha dan produktivitas lahan 49.99 (ku/ha). Untuk meningkatkan produksi padi, umumnya petani masih menggunakan konsep pertanian konvensional yang berorientasi pada pemaksimalan hasil dengan aplikasi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk merupakan salah satu masukan utama pada usaha pertanian khususnya padi sawah. Dalam aplikasinya petani memberikan pupuk anorganik/kimia secara berlebihan dan terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik.

Pengembangan varietas unggul, berumur pendek, produktivitas tinggi, dan responsif terhadap pemupukan telah menempatkan pupuk anorganik sebagai faktor penting dalam upaya peningkatan produksi padi di Indonesia. Penggunaan pupuk anorganik oleh para petani umumnya sudah menyimpang dari rekomendasi umum. Hal tersebut menyebabkan laju peningkatan produktivitas padi tidak selaras dengan laju penggunaan pupuk. Aplikasi pupuk anorganik secara berlebihan tanpa pengembalian bahan organik akan menurunkan efisiensi penggunaan pupuk dan gangguan terhadap kesehatan tanah sehingga kesuburan tanah berkurang baik dari segi kimia, fisika maupun biologi tanah.

(14)

berbagai proses di dalam tanah yang berhubungan dengan kesuburan dan kesehatan tanah. Mikroba penyubur tanah hidup berasosiasi dengan akar tanaman, meningkatkan ketersediaan hara, memacu pertumbuhan, melindungi tanaman, melawan patogen melalui senyawa fitohormon, antimikroba, toksin dan enzim yang dihasilkanya (Saraswati et al., 2004). Selain itu, Hindersah et al. (2004) mengemukakan bahwa untuk menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan kimia, diperlukan input biologis berupa rizobakteri. Rizobakteri merupakan salah satu kelompok organisme yang penting dalam ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan memerlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya lokal seperti jerami padi sawah, kompos atau kotoran hewan. Las et al. (1999) menyatakan bahwa dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Jerami padi sebagai salah satu bahan pembenah organik tersedia melimpah di kawasan sawah tadah hujan. Pemberian 5 ton/ha jerami dapat meningkatkan hasil gabah padi sawah tadah hujan setara dengan pemupukan 30 kg N/ha (Basyir dan Suyamto, 1996) dan dapat mensubstitusi kebutuhan pupuk K (Radjagukguk, 2002). Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium, yaitu sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %).

(15)

diteliti pengaruh bahan organik, pupuk hayati, dan reduksi pupuk NPK terhadap ketersediaan hara, populasi mikroba tanah, dan produktivitas padi sawah. Penelitian ini dilakukan pada musim tanam ke-3 di lahan sawah yang sudah diberikan perlakuan pembenaman jerami.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketersediaan unsur hara dan populasi mikroba tanah dengan pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati untuk mereduksi penggunaan dosis pupuk NPK.

Hipotesis

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun anorganik dengan magsud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalm tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik (Sutedjo, 1987). Pemupukan adalah pemberian pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, menurut Hardjowigeno (2003) dalam pemupukan perlu adanya keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut, oleh karena itu dalam melakukan pemupukan beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: a) jenis tanaman yang akan dipupuk, b) jenis tanah yang akan dipupuk, c) jenis pupuk yang akan digunakan, d) dosis (jumlah) pupuk yang akan diberikan, e) waktu pemupukan, dan f) cara pemupukan.

Secara umum pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut jumlah unsur yang terkandung dalam pupuk maka pupuk dapat digolongkan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk majemuk yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur pupuk, sedangkan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung beberapa unsur. Berdasarkan jumlah hara yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat digolongkan menjadi pupuk hara makro dan pupuk hara mikro. Pupuk hara makro yaitu pupuk yang mengandung unsur makro (seperti N, P, dan K) yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Pupuk hara mikro yaitu pupuk yang terutama mengandung unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil (Leiwakabessy dam Sutandi, 2004).

Pupuk Organik

(17)

besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa±sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah, 2004).

(18)

kesuburan tanah. sehingga dengan penggunaan jerami sebagai bahan organik diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik yang ada dalam tanah akan membentuk humus yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik akan berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting terhadap ketersediaan hara tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroba heterotrofik. Hasil mineralisasi bahan organik-terombak merupakan anion/kation hara tersedia bagi tanaman dan mikroba (Hanafiah, 2005).

Selain fungsi jerami untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan

tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah, pemebenaman jerami ke tanah dalam bentuk segar harus segera mengalami dekomposisi sehingga diperlukan mikroba perombak bahan organik atau dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan jerami tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar

jeda waktu pembenaman jerami sampai penanaman tidak terlalu lama dan untuk

mengurangi persaingan dalam mendapatkan hara antara tanaman dengan mikroba

perombak bahan organik, karena menurut Nuraini (2009) pemberian jerami sisa

panen yang masih segar ke tanah sawah yang harus segera ditanami padi akan

menyebabkan tanaman padi menguning karena terjadi persaingan unsur hara

antara organisme pengompos dan tanaman. Setelah mengalami proses perubahan dan penguraian bahan organik (pengomposan), unsur hara akan menjadi bentuk tersedia yang larut dan dapat diserap oleh akar tanaman (Setyorini et al., 2006). Proses pengomposan dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut dapat dipercepat dengan menambahkan mikroorganisme perombak bahan organik sehingga waktu yang diperlukan untuk pengomposan menjadi lebih singkat.

Pupuk Hayati

(19)

oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Beberapa manfaat yang diperolah dengan penggunaan pupuk mikroba yaitu: 1) untuk meningkatkan kesediaan unsur hara bagi tanaman, 2) melindungi akar dari gangguan hama penyakit, 3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna dan memperpanjang akar, 4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon, 5) sebagai penawar racun beberapa logam berat, 6) sebagai metabolit pengatur tumbuh, 7) sebagai bioaktivator perombak bahan organik (Saraswati et al., 2004).

Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, daur ulang hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara. Peran mikroba pelarut P yaitu melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman, antara lain Aspergillus sp., Penicillium sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Terdapat juga mikroba yang menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman antara lain Pseudomonas sp. dan Azotobacter sp. (Isroi, 2006).

Azotobacter sp. merupakan bakteri penambat N yang hidup bebas, berbentuk basil/batang berwarna merah, dan tergolong gram negatif. Azotobacter sp. merupakan bakteri yang hidup di dalam tanah secara aerobik yang dapat memfiksasi dinitrogen menjadi amonium sehingga dapat diserap oleh tanaman (Hindersah et al, 2004). Azotobacter di dalam tanah berperan dalam pengaturan siklus nitrogen, yaitu melakukan fiksasi nitrogen dan mengubahnya menjadi ammonia (Wedhastri, 2002), dan berperan dalam perubahan ion mangan bivalen (Mn++) menjadi ion mangan trivalent atau tetravalent (Mn++++) (Subba Rao, 1994).

(20)

2009). Menurut Fellik et al. (1988) Azospirillum sp. dapat meningkatkan luas permukaan akar yang disebabkan oleh adanya pengumpulan asam indol asetat (IAA) dan asam indol butirat (IBA) bebas didaerah perakaran. Keberhasilan bakteri Azospirillum dalam mengfiksasi N ditentukan oleh berbagai hal yaitu: pengaruh oksigen, pengaruh temperatur dan pH, metabolisme nitrogen, metabolisme karbon, aktivitas nitrogenase, potensi dan efisiensi fiksasi N dan kecepatan fiksasi N. Proses fiksasi N2 dengan adanya enzim nitrogenase terjadi sebagai berikut : energi ATP dan elektron feredoksin mereduksi protein Fe menjadi reduktan, reduktan akan mereduksi protein MoFe yang kemudian mereduksi N2 menjadi NH3 dengan hasil sampingan berupa gas H2 (Marschner, 1986).

Bakteri Thiobacillus merupakan bakteri kemoautrotof obligat. Bakteri Thiobacillus dapat hidup pada pH minimum 1.0 dan optimum pada pH 9.8. Bakteri ini tidak membentuk spora, berbentuk batang dengan panjang 1-3 mikron dengan diameter 0.5 mikron, dan termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ThiobacillusPDPSXPHQJRNVLGDVLVXOIXUGDQ)H0D¶VKXPet al., 2003), dan juga mereduksi nitrat menjadi nitrogen (Subba Rao, 1994). Sumber energinya menggunakan belerang atau thiosulfat dan energi tersebut digunkan untuk mengubah nitrat menjadi nitrogen.

Peran Unsur Hara N, P, K pada Padi Sawah

Unsur hara N, P dan K merupakan unsur hara essensial bagi tanaman. Peran unsur Nitrogen pada tanaman yang terpenting adalah sebagai bahan dasar penyusunan protein dan pembentukan klorofil karena itu N membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau dan klorofil penting dalam proses fotositesis, mempercepat pertumbuhan tanaman seperti menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan, meningkatkan luas daun, meningkatkan jumlah anakan perumpun, persentase gabah isi perumpun, dan meningkatkan protein pada beras. Unsur N diambil oleh tanaman dalam bentuk NO3 dan NH4 (Dobermann dan Fairhurst, 2000).

(21)

H2PO4-dan HPO42-yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih tinggi (lebih dari 7) dalam bentuk HPO42- lebih dominan. Selain ion-ion tersebut, tanaman juga dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin, dan fosfohumat. Unsur fosfor berperan dalam perkembangan akar, awal pembungaan dan pemasakan biji (terutama pada suhu rendah) (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan, mulai mati dari ujung daun dan diikuti bagian tepi daun. Unsur P tidak mobil pada tanah terutama apabila pH rendah atau terlalu tinggi. Namun unsur P mobil dalam daun sehingga kekurangan unsur P akan tercermin dari daun yang tua (Havlin et al.,1999).

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilaksanakan di Desa Sendang Kecamatan Karang Ampel Kabupaten Indramayu Jawa Barat, dari bulan November 2010 sampai Maret 2011. Analisis tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium SEAMEO BIOTROP, Bogor. Analisis mikroba dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Pengamatan biomassa dan komponen panen dilakukan di Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: seperangkat alat budidaya, knapsack sprayer, gelas ukur, meteran, skala bagan warna daun (BWD), timbangan digital, kantong kertas, oven dan blower separator.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih padi varietas Ciherang, dekomposer (2 l/ha), pupuk NPK majemuk (400 kg/ha), pupuk organik

cair (POC) dengan dosis 2 l/ha, pupuk organik granul (POG) dengan dosis 1 ton/ha, dan pupuk hayati jenis 1 (PH1) dan pupuk hayati jenis 2 (PH 2) dengan

dosis 2 l/ha, dan jerami padi sawah (5 ton/ha) yang dibenamkan saat pengolahan tanah. Analisis pupuk yang digunakan disajikan pada Lampiran.

Metode Penelitian

(23)

Model rancangan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Yij —Įiȕjİij Dimana:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j µ = Rataan umum

Įi = Pengaruh perlakuan ke-LL« ȕj = Pengaruh ulangan ke-j (j:1, 2, 3)

İij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

Apabila terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan t-dunnet pada taraf 5 % dengan perlakuan pembanding yaitu perlakuan satu dosis pupuk NPK.

Perlakuan yang dilakuakn dalam penelitian ini yaitu: P1 : 1 dosis NPK (Pembanding)

P2 : 1 dosis NPK + Jerami

P3 : Tanpa pupuk dan tanpa jerami P4 : 0.5 dosis NPK + Jerami

P5 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1

P6 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + Dekomposer P7 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + POG P8 : 0.5 dosis NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer

P9 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + POG + POC + Dekomposer P10 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 2

P11 : 0.5 dosis NPK + pupuk hayati 2

P12 : 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2

P13 : 0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis pupuk hayati

Pelaksanaan Penelitian

(24)

dengan umur bibit yang sama. Pemupukan dilakukan dua minggu sebelum penanaman yaitu pupuk organik granul (1 ton/ha). Dekomposer diaplikasikan dengan menggunakan knapsack sprayerdua minggu sebelum tanam. Pupuk hayati jenis 1 diaplikasikan satu minggu sebelum tanam, 1 MST, 3 MST dan 5 MST. Pupuk organik cair dan pupuk hayati jenis 2 diaplikasikan pada 1 MST, 3 MST, 5 MST, dan 7 MST. Pupuk Hayati jenis 1, jenis 2 dan pupuk organik cair diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer dengan dosis 2 l/ha dan volume semprot 500 l/ha. Aplikasi pupuk NPK (400Kg/ha) pada 1 MST dilakukan dengan cara ditebar pada tiap petakan sesuai dosis pada tiap perlakuan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika benar-benar diperlukan. Pemanenan dilakukan ketika 90-95 % gabah menguning. Pemanenan dilakukan dengan sabit dengan cara potong atas.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1. Analisis C-organik, N, P, dan K dalam tanah yang tersedia sebelum dan setelah percobaan.

2. Analisis kandungan hara N, P, dan K pada jerami dan gabah saat panen 3. Populasi mikroba Azotobakter sp., Azospirillumsp., dan Thiobacillius sp.

4. Pengamatan vegetatif dilakukan pada 10 tanaman contoh dimulai sejak 3 MST sampai 7 MST yang meliputi:

- Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga ujung daun tertinggi yang telah membuka dengan mengunakan meteran. - Jumlah anakan, dihitung semua anakan yang telah muncul.

- Warna daun, diukur dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) pada daun yang telah membuka penuh.

5. Biomassa pada saat 8 MST yang meliputi: panjang dan volume akar, panjang tajuk, bobot basah dan kering akar dan tajuk.

6. Komponen hasil yang meliputi: jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, dan persentase gabah hampa.

(25)

Analisis Data

- Hasil data pertumbuhan dan produksi dianalisis menggunakan uji F dan bila nyata di uji lanjut menggunakan uji t-dunnet taraf 5 %.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam sepanjang tahun padi-padi. Pengairan dilakukan dengan sistem irigasi. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum percobaan diketahui bahwa pH tanah tergolong agak masam, kandungan C-organik dalam tanah rendah, kandungan hara N dalam tanah tergolong rendah, kandungan P

2O5rendah, dan K2O sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis tanah tersebut, status kesuburan tanah tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980).

Bibit ditanam pada umur 14 hari setelah semai. Penyulaman dilakukan 1-3 MST dengan bibit yang berumur sama. Pada kondisi di lapang terlihat bahwa pada saat pertumbuhan vegetatif awal, perlakuan yang mengunakan pupuk hayati jenis 1 terlihat lebih hijau dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang menggunakan pupuk hayati jenis 2.

Gambar 1. Kondisi Pertanaman Secara Umum pada Umur 7 MST.

(27)

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam

Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati (Tabel 1). Hasil analisis sidik ragam terhadap berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pembenaman jerami, pupuk organik dan atau hayati, dan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50 % tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan awal tinggi tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil padi dibandingkan dengan perlakuan dosis NPK penuh.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Komponen Hasil

Peubah Yang Diamati Pengaruh perlakuan Koefisien Keragaman Pertumbuhan Tanaman

Bobot Basah Akar tn 29.32

Bobot Basah Tajuk tn 25.26

Bobot Kering Akar tn 24.74

Bobot Kering Tajuk tn 17.93

Komponen Panen

Anakan Produktif tn 8.78

Panjang Malai ** 12.63

Jumlah Gabah Permalai ** 8.93

Bobot Jerami Ubinan Basah tn 15.58

Bobot Jerami Ubinan Kering tn 26.91

Bobot Basah Padi Ubinan tn 8.88

Bobot Kering Padi Ubinan tn 10.71

Bobot 1000 Butir tn 3.203

Persen Gabah Hampa tn 15.25

Gabah Kering Giling tn 10.72

Bobot Basah Contoh tn 14.24

Bobot Kering Contoh tn 12.76

(28)

Analisis Kandungan Hara Tanah

Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah pada Lampiran 8, hasil analisis hara tanah sebelum percobaan diketahui bahwa pH tanah tergolong agak masam (5.94), kandungan C-organik tanah rendah (1.93 %), kandungan hara N tanah rendah (0.18 %), kandungan hara P tanah rendah (5.75 ppm), dan kandungan hara K tanah sangat rendah (1.21 mg/100g). Berdasarkan sifat kimia tanah tersebut, maka status kesuburan tanah tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980). Secara rinci hasil analisis tanah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 2. Hasil Analisis pH Tanah dan Kandungan C-organik Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 5.9a 4.6b 1.89a 2.64b

0.5 dosis NPK + Jerami 5.9a 4.6b 2.04a 2.60b

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 6.0a 4.7b 1.89a 2.47b

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan St:setelah percobaan

2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5 %

(29)

terlihat pada perlakuan Jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG. Peningkatan C-organik dalam tanah diduga karena penambahan jerami maupun pupuk C-organik kedalam tanah. Widati et al. (2000) menyatakan pemberian jerami dapat meningkatkan kadar C-organik, K tanah, dan KTK tanah berturut-turut sebesar 13.2%, 28.6%, dan 153%.

Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Hara N dan P Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan

Perlakuan N (%) P (ppm)

Sb St Sb St

1 dosis NPK 0.15a 0.14b 4.5a 3.5a

1 dosis NPK + Jerami 0.16a 0.16b 4.2a 4.1a

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 0.18a 0.15b 4.6a 6.4a

0.5 dosis NPK + Jerami 0.19a 0.17b 5.5a 6.2a

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 0.17a 0.15b 5.2a 3.9a

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan St:setelah percobaan

2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5 %

(30)

Berdasarkan uji statistik t-student, ketersediaan hara sebelum dan setelah percobaan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena ketersediaan unsur hara P dalam tanah diakhir pengamatan nilainya bervariasi, yaitu terdapat perlakuan yang mengalami peningkatan dan penurunan. Ketersediaan hara P tanah meningkat pada perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + Dek + POG + POC, jerami + 0.5 dosis NPK + Dek + POG + POC + PH 1, 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2, dan jerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2. Kenaikan hara P tanah diduga karena aplikasi pupuk hayati yang mengandung bakteri pelarut fosfat dan aplikasi bahan organik baik berupa jerami yang dibenamkan ke tanah maupun dalam bentuk pupuk organik. Menurut Hanafiah (2005) bahan organik mampu mengikat koloid dan kation-kation menyebabkan fiksasi P tanah menjadi termineralisasi, serta adanya asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik yang mampu melarutkan P dan unsur lain dari pengikatnya, menghasilkan peningkatan ketersediaan dan efisiensi pemupukan P dan hara lain. 0D¶VKXPet al. (2003) menambahkan bahwa asam-asam organik hasil dekomposisi akan membentuk anion organik yang akan menggatikan anion fosfat. Anion organik bersama dengan kation Ca, Al, dan Fe membentuk senyawa komplek yang sukar larut, sehingga akan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Dengan demikian maka penggunaan jerami sebagai bahan organik, pupuk organik, dan bakteri pelarut fosfat yang terkandung dalam pupuk hayati mampu meningkatkan ketersediaan hara P bagi tanaman.

(31)

didalam sel. Faktor lain yang menyebabkan ketersediaan hara P menurun yaitu karakteristik P yang lambat tersedia karena P terdapat dalam kompleks jerapan organik (humus) dan atau jerapan anorganik pada permukaan mineral dan permukaan kation Ca, Al, dan Fe serta P yang diasimilasi oleh mikroba tanah sebagai penyusun sel dan sumber energi untuk semua kegiatan metabolisme di GDODPVHO0D¶VKXPet al., 2003).

Tabel 4. Hasil Analisis Kandungan Hara K Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan

Perlakuan K (mg/100g)

Sb St

1 dosis NPK 1.36a 0.61b

1 dosis NPK + Jerami 1.28a 0.76b

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 1.33a 0.79b

0.5 dosis NPK + Jerami 1.14a 0.81b

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 1.28a 0.64b

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan St:setelah percobaan

2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5 %

(32)

mikroba tanah untuk penyusunan sel, akan tetapi K dalam sel mikroba akan tersedia kembali bagi tanaman ketika terjadi dekomposisi sel PLNURED0D¶VKXP et al., 2003).

Analisis Serapan Hara pada Jerami dan Gabah

Hasil analisis serapan hara pada jerami secara rinci disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil penelitian Dobermann dan Fairhurst (2000) pada tanaman padi varietas modern di Asia, batasan optimal serapan unsur hara dalam jerami yaitu berkisar 6-8 kg N/ton, 0.8-1.2 kg P/ton, dan hara 12-17 kg K/ton.

Tabel 5. Hasil Analisis Serapan Hara pada Jerami

Perlakuan

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 8.4 1.6 11.9

0.5 dosis NPK + Jerami 8.7 1.6 12.8

(33)

hayati dan reduksi pupuk NPK 50 % menghasilkan serapan hara diatas 1.5 kg N/ton, kecuali pada perlakuan Jerami + 0.5 dosis NPK + Dek + POG + POC + PH1.

Hasil serapan hara K pada perlakuan satu dosis pupuk NPK yaitu 12 kg N/ton. Perlakuan pembenaman jerami, pupuk organik dan atau pupuk hayati, dan reduksi 50 % NPK menghasilkan serapan hara yang masih berada pada batasan optimum serapan hara Dobermann and Fairhurst (2000). Serapan hara N, P dan K yang masih berada pada batasan optimum atau diatas batasan optimum menunjukkan bahwa perlakuan pembenaman jerami, pupuk organik dan atau hayati, dan reduksi dosis pupuk hingga 50 % masih dapat mencukupi kebutuhan hara untuk dapat diserap oleh tanaman secara optimum atau berlebih.

Hasil analisis serapan hara pada gabah secara rinci disajikan pada Tabel 7. Serapan hara pada gabah dapat digunakan untuk menilai status kecukupan hara pada tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Dobermann and Fairhurst (2000) kecukupan hara pada gabah dikelompokan dalam status sangat terbatas, terbatas, optimum, berlebih dan sangat berlebih, seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Serapan Hara pada Gabah Dobermann and Fairhurst (2000)

Serapan kg N/ton kg P/ton kg K/ton

Sangat terbatas ” ” < 0.9

Terbatas 11-13 1.7-2.3 1 -1.3

Optimum 14-16 2.4-2.8 1.4 ±1.6

Berlebih - 2.9-4.8 1.7±2.7

Sangat Berlebih - > 4.9 > 2.8

(34)

pertumbuhan generatif sesuai dengan pernyataan Dobermann dan Fairhurst (2000) yang menyatakan bahwa pembenaman jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu yang lama. Sedangkan status hara P tergolong berlebih dan status hara K tergolong sangat berlebih untuk semua perlakuan. Berdasarkan kriteria serapan hara pada gabah Dobermann dan Fairhurst (Tabel 6) pada penelitian ini diperolah hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Analisis Serapan Hara pada Gabah

Perlakuan Kg

(35)

Berdasarkan hasil pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati dengan mereduksi 50 % dosis pupuk NPK masih dapat memenuhi kebutuhan hara N, P, dan K tanaman sehingga hara yang terserap oleh tanaman masih optimum atau berlebih. Hasil serapan pada jerami dan gabah yang tergolong optimum dan berlebih diduga karena adanya aktivitas bakteri ( Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.) disekitar akar yang membantu dalam perkembangan, penyediaan dan penyerapan hara, sesuai dengan pernyataan Fellik et al. (1988) yang menyatakan Azospirillum sp. dapat meningkatkan luas permukaan akar yang disebabkan oleh adanya pengumpulan asam indol asetat (IAA) dan asam indol butirat (IBA) bebas didaerah perakaran dan Hamim et al. (2008) menyatakan aplikasi pupuk biologi (mikroba) menyebabkan peningkatan serapan hara makro.

Analisis Kandungan Mikroba

Mikroba tanah mempunyai bannyak peranan di dalam proses penyediaan maupun penyerapan unsur hara tanah bagi tanaman. Mikroba tanah berperan dalam proses penguraian bahan organik, melepaskan nutrisi ke dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman, dan mendegradasi residu toksik (Sparling, 1998). Pada penelitian ini spesies mikroba yang diamati yaitu Azotobacter sp., Azospirillum sp.dan Thiobacillus sp.Azospirillummerupakan bakteri penambat N2dan pemacu tumbuh tanaman yang hidup bebas mengkolonisasi permukaan luar dan dalam akar tanaman padi, jagung, tebu, dan rerumputan lainya (Saraswati et al., 2004). Selain mampu menambat nitrogen, Azotobacter merupakan rizobakteri yang berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Hindersahet al., 2004).Hasil

(36)

Proses perhitungan bakteri dalam tanah diawali dengan pembuatan larutan tanah yaitu melalui pengenceran yang berseri (10-5 ± 10-7). Setelah mengalami pengenceran, larutan tanah diinkubasi pada medium yang sesuai dengan perkembangbiakan bakteri untuk memberikan kesempatan bakteri tumbuh. Setelah bakteri tumbuh, kemudian menghitung jumlah bakteri dalam cawan petri yang dapat ditentukan jumlah bakteri tiap gram tanah yaitu dengan cara mengembalikan jumlah koloni dengan kebalikan pengenceranya. Hasil analisis mikroba tanah secara rinci disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Mikroba Tanah Setelah Percobaan

Perlakuan Azospirillum Ket: ttd = tidak terdeteksi

(37)

tanah (MD¶VKXP et al., 2003). Kandungan Azospirillum terlihat lebih tinggi dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK yaitu pada perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK (2.3 x 105MPN/g), 0.5 dosis NPK + jerami + 1 dosis PH 1 (1.5 x 106 MPN/g), jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek (1.5 x 104 MPN/g) danjerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 (1.5 x 103MPN/g).

Sebaliknya kandungan bakteri Azotobacter sp. pada umumnya tinggi termasuk kontrol (rata-rata 108CFU/g). Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 memiliki populasi bakteri Azotobacter sp. yang hampir sama dengan perlakuan satu dosis NPK. Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1, jerami + 0.5 dosis NPK + POG + POC + Dek, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek dan jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2

menunjukkan hasil kandungan bakteri Azotobater sp. yang lebih tinggi dibandingkan satu dosis pupu NPK. Tingginya kandungan bakteri Azotobacter sp. diduga karena adanya bahan organik yang diberikan baik dalam bentuk jerami yang dibenamkan ke dalam tanah maupun dalam bentuk pupuk organik mampu menyediakan nutrisi untuk perkembangbiakan mikroba. Husnain et al. (2005) menyatakan keberadaan mikroba tanah akan meningkat dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah. Selain itu ketersediaan unsur P yang cukup untuk kebutuhan mikroba juga akan mempengaruhi perkembangbiakan bakteri tersebut. Hasil penelitian Ristiati et al. (2008) menunjukkan bahwa ketersediaan fosfat akan menyebabkan perkembangbiakan Azotobacter sp. baik karena fosfat merupakan elemen yang sangat penting di dalam kehidupan dan berada dalam bentuk phospholipida, asam nukleat dan ATP (adenosin triphosphat). Dengan meningkatnya populasi bakteri Azotobacter sp. maka N2 yang dapat diikat oleh bakteri semakin besar dan ketersediaan unsur N untuk tanaman akan lebih banyak. Berdasarkan hasil analisis serapan hara jerami (Tabel 5) terlihat hasil serapan pada penelitian ini berada diatas hasil serapan penelitian Dobermann dan Fairhurst (2000) dan status unsur N yang terserap dalam gabah secara umum optimum (Tabel 7).

(38)

dosis NPK dan perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK + PH1 + dekomposer yang tidak terdeteksi. Thiobacillus sp. merupakan bakteri pengoksidasi sulfur dan Fe dalam tanah 0D¶VKXPet al., 2003). Unsur P akan diikat Al dan Fe saat kondisi pH rendah, sedangkan saat kondisi pH tinggi diikat oleh Ca dan Mg dan dapat mengendap. Apabila Fe dioksidasi oleh Thiobacillussp. maka ketersediaan P akan lebih besar. Thiobacillus sp merupakan salah satu bakteri pelarut fosfat yang optimum pada pH netral dan meningkat seiring dengan meningkatnya nilai pH tanah 0D¶VKXPet al., 2003). Rendahnya kandungan bakteri Thiobacillus sp diduga karena pH tanah yang tergolong agak masam sehingga kurang optimum untuk pertumbuhan bakteri Thiobacillussp.

Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 1 + dekomposer memiliki kandungan bakteri baik Azospirillum sp., Azotobater sp., dan Thiobacillus sp. yang rendah, hal ini terjadi diduga karena adanya persaingan nutrisi (bahan organik) antara bakteri tersebut dan mikroba perombak bahan organik (dekomposer) sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.

Pengamatan Vegetatif

(39)

Tabel 9. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 52.7 75.0 96.0

0.5 dosis NPK + Jerami 52.8 78.1 100.1

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 53.0 76.2 97.2

(40)

anakan padi sawah, perkembangan akar awal pembungaan dan pemasakan (terutama di mana suhu rendah). Analisis tanah diakhir percobaan menunjukkan bahwa perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + Dek, dan jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG mengalami penurunan, akan tetapi hasil analisis serapan hara pada jerami dan gabah menunjukkan status kecukupan hara yang berlebih. Status serapan hara pada jerami dan gabah yang berlebih tersebut diduga karena setelah terjadi dekomposisi jerami, bakteri mampu melarutkan ikatan P-anorganik sehingga P tersedia untuk diserap WDQDPDQ 6HVXDL GHQJDQ SHUQ\DWDDQ 0D¶VKXPet al. (2003) yang menyatakan perubahan P dari bentuk P-anorganik menjadi P- yang tersedia untuk tanaman berlangsung melalui proses pelarutan yang melibatkan mikroba untuk menghasilkan asam-asam organik yang berfungsi untuk meningkatkan kelarutan senyawa P.

Tabel 10. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah.

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 5 7

1 dosis NPK 22 35 35

1 dosis NPK + Jerami 21 35 28*

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 19 28 30*

0.5 dosis NPK + Jerami 20 31 30*

Ket: Nilai pada kolom yang diikuti (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK berdasarkan uji t-dunnet pada taraf 5%

(41)

warna daun, makin rendah skala BWD, yang berarti semakin rendah ketersediaan N di tanah dan diperlukan pemupukan N dari luar (Deptan, 2007). Nilai kritis pengamatan bagan warna daun untuk padi jenis indicadengan cara tanam pindah adalah pada skala 4 (IRRI-CREMENT, 1998). Secara rinci hasil pengamatan bagan warna daun disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengamatan Bagan Warna Daun Pada 3, 5 dan 7 MST

Perlakuan Umur Tanaman

(MST)

3 5 7

««VNRU««

1 dosis NPK 3.90 3.63 3.77

1 dosis NPK + Jerami 3.63 3.75 3.67

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 3.03 3.27 3.63

0.5 dosis NPK + Jerami 4.00 4.00 3.60

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 3.50 3.33 3.43

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + Dek 4.00 3.88 3.63

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + POG 3.07 3.67 3.63

0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC 3.10 3.90 4.00

0.5 dosis NPK + Jerami +Dek + POG + POC + 1 dosis PH 1 3.50 3.65 3.50

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 2 4.00 3.70 3.63

0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2 3.00 3.27 3.60

0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 3.00 3.60 3.60

0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2 3.73 3.67 3.63

(42)

Pengamatan Biomassa Tanaman

Peubah yang diamati pada pengamatan biomassa yaitu volume akar, panjang akar, panjang tajuk, bobot basah dan bobot kering akar dan tajuk. Pertumbuhan biomassa tanaman padi sangat ditentukan oleh kecukupan hara N dan P, sedangkan untuk pertumbuhan akar ditentukan oleh kecukupan P (Dobermann and Fairhurst, 2000). Hasil pengamatan biomassa tanaman disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12. Hasil Pengamatan Volume Akar dan Panjang Akar pada 8 MST

Perlakuan Volume

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 112 26.2

0.5 dosis NPK + Jerami 150 28.5

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 97 24.4

(43)

Pupuk hayati yang digunakan mengandung mikroba antara lain: Azosporillium sp., Azotobacter sp., Bakteri Pelarut fosfat, Rhizobium sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp. Sebagai bakteri yang hidup bebas Azosporillum sp. mempunyai kemampuan menambat nitrogen dari udara dan diketahui dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, dan sitokinin (Salim dan Kusdianti, 2009). Azotobacter sp juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auksin dan IAA (Hanafiah et al., 2007).

Tabel 13. Hasil Pengamatan Bobot Basah dan Kering Akar dan Tajuk Perlakuan Akar (g/rumpun) Tajuk (g/rumpun)

Basah Kering Basah Kering

1 dosis NPK 78.67 38.75 261.17 106.48

1 dosis NPK + Jerami 99.00 76.92 257.33 149.52

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 73.50 43.29 226.83 78.34

0.5 dosis NPK + Jerami 107.33 69.62 313.17 146.46

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 75.83 55.22 249.17 115.10

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 +

0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2 101.00 82.18 261.50 104.92

0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 78.83 37.88 198.67 104.72

0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2 59.67 24.67 246.00 75.47

(44)

kandungan bahan organik tanah yang akan dirombak oleh mikroba yang terkandung dalam pupuk hayati dan atau dekomposer menjadi hara yang tersedia untuk diserap oleh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dihasilkanya hormon tumbuh oleh mikroba tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Fellik et al. (1988) bahwa Azospirillum sp. dapat meningkatkan luas permukaan akar yang disebabkan oleh adanya pengumpulan asam indol asetat (IAA) dan asam indol butirat (IBA) bebas didaerah perakaran.

Komponen Hasil dan Hasil

Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai dan Jumlah Gabah Permalai

Komponen hasil yang diamati yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot 1000 butir, persentase gabah hampa, bobot gabah/rumpun dan bobot gabah/ha. Secara rinci hasil pengamatan jumlah anakan produktif dan panjang malai disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai dan Jumlah Gabah/Malai

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 25 26.3 148*

0.5 dosis NPK + Jerami 23 26.4 148*

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 24 25.9 131

Ket: Nilai pada kolom yang diikuti (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK berdasarkan uji t-dunnet pada taraf 5%

(45)

hasil jumlah anakan produktif yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh, kecuali pada perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 yang nyata menghasilkan jumlah anakan yang lebih rendah dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK penuh. Perlakuan yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan dapat menurunkan penggunaan dosis pupuk NPK hingga 50 %, sedangkan hasil yang berbeda menunjukkan bahwa hara yang tersedia tidak cukup untuk menutupi pupuk NPK yang dikurangi hingga 50 %. Berdasarkan hasil uji statistik, perlakuan 0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2 dan 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 memberikan panjang malai yang nyata lebih panjang (27.3 cm) dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh (25.9 cm). Sedangkan untuk perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati jenis 1 tidak memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan satu dosis NPK penuh.

(46)

Bobot 1000 Butir dan Persentase Gabah Hampa

Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa. Hasil pengamatan bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot 1000 Butir dan Persentase Gabah Hampa.

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 35.00 5.50

0.5 dosis NPK + Jerami 34.40 4.83

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 34.44 4.75

Berdasarkan hasil pada Tabel diatas, terlihat bahwa perlakuan satu dosis NPK tanpa pembenaman jerami mempunyai bobot 1000 butir padi 34.31 g, sedangkan perlakuan pembenaman jerami, pupuk organik dan atau hayati, dan 50 % dosis pupuk NPK mempunyai bobot 1000 butir padi berkisar 29.03-35.95 g. Perlakuan Jerami + 0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2 dan perlakuan 0.5 dosis NPK + jerami + Dek + POG + POC diduga mampu mencukupi kebutuhan hara K untuk tanaman dalam proses pembentukan biji sehingga dihasilkan bobot 1000 butir sebesar 35.95 g dan 35.11g. Unsur K berperan meningkatkan persentase gabah isi dan bobot 1000 butir (Dobermann and Fairhurst, 2000). Hal ini sesuai dengan hasil serapah hara pada jerami dan gabah yang menunjukkan hasil serapan optimum dan berlebih (Tabel 5 dan Tabel 7)

(47)

NPK, pembenaman jerami, pupuk organik dan atau pupuk hayati. Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 % dapat menurunkan persentase gabah hampa lebih rendah 1 % dibandingkan perlakuan dosis pupuk NPK penuh. Berdasarkan data hasil penelitian Yuniar (2005) menunjukkan bahwa semakin tinggi takaran jerami padi yang diberikan memberikan hasil tinggi tanaman, jumlah anakan perumpun, jumlah gabah permalai, bobot 1000 butir, hasil gabah yang semakin tinggi pula dan menurunkan persentase gabah hampa.

Hasil Gabah

Pengamatan hasil gabah meliputi hasil gabah kering/rumpun dan hasil gabah kering/ha. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hasil gabah/rumpun dan hasil gabah/ha tidak berbeda antara perlakuan pembenaman jerami, pupuk organik dan atau pupuk hayati, dan reduksi 50 % dosis pupuk NPK dengan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Secara rinci hasil disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Pengaruh Perlakuan terhadap Hasil Gabah.

Perlakuan Hasil

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 88.67 12.8

0.5 dosis NPK + Jerami 89.45 12.9

0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 83.34 12.0

Perlakuan jerami + 1 dosis NPK memberikan hasil gabah/rumpun tertinggi yaitu 106.03 g. Perlakuan satu dosis NPK memberikan hasil 89.07 g.

(48)

sama juga terlihat pada pengamatan hasil gabah/ha yang menunjukkan bahwa perlakuan reduksi 50 % dosis pupuk NPK dengan penambahan jerami, pupuk organik dan atau hayati jenis 1 dan pupuk hayati jenis 2 memberikan hasil gabah/ha yang secara umum lebih tinggi dibandingkan satu dosis NPK penuh. Hasil gabah kering/ha tertinggi dihasilkan pada perlakuan jerami + 1 dosis NPK dengan hasil 15.3 ton. Perlakuan reduksi pupuk NPK 50 % ditambah POG dan atau pupuk hayati jenis 1 dan perlakuan reduksi pupuk NPK 50 % ditambah jerami dan atau pupuk hayati jenis 2 menghasilkan produksi padi diatas 13 ton/ha. Penelitian ini merupakan musim tanam ke tiga dengan perlakuan pembenaman jerami ke tanah dan diduga mampu meningkatkan hasil gabah sesuai dengan hasil penelitian Arafah (2004) bahwa pemberian jerami sebagai kompos pupuk organik pada tanaman padi sawah selama 3 musim tanam secara berturut memberikan pengaruh yang sangat baik (positif) terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah dan tidak perlu lagi dilakukan pemupukan SP-36 dan KCl pada tanaman padi sawah pada lahan tersebut.

Peningkatan Hasil

Dari Gambar 3 diperoleh bahwa perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau hayati, dan reduksi 50 % dosis pupuk NPK secara umum menunjukkan peningkatan hasil padi yang berkisar 0.42 ± 15.99 %, secara rinci pengaruh perlakuan terhadap peningkatan hasil disajikan pada Gambar 2. Pada perlakuan dengan kombinasi pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati jenis 1, dan reduksi 50 % dosis pupuk NPK memberikan hasil yang tidak konsisten karena dalam beberapa kombinasi perlakuan terjadi penurunan hasil. Hal ini berbeda dengan kombinasi perlakuan reduksi 50 % pupuk NPK ditambah jerami dan atau pupuk hayati jenis 2 yang memberikan hasil konsisten dalam peningkatan hasil. Hal ini diduga karena dalam pupuk hayati jenis 2 terkandung bakteri perlarut fosfat, fungi perombak bahan organik dan zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu Giberelin, sitokinin, dan auksin.

(49)

menurunkan aborsitas, memperbaiki kualitas gabah, dan memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah (Rauf et al., 2000). Fungi perombahk bahan organik akan mempercepat proses pengomposan jerami didalam tanah sehingga hara yang terkandung dalam jerami akan terurai dan tersedia untuk diserap tanamann. Kandungan ZPT pada pupuk hayati jenis 2 mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu auksin berperan dalam pembesaran sel batang, akar dan daun, mengendalikan absisi daun (pengguguran daun), dan menghambat perkembangan tunas lateral. Sitokinin juga berperan dalam mendorong pembelahan sel, memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil daun, dan memperlambat proses senescence pada daun, buah, dan organ-organ lainya. Giberelin berpengaruh terhadap perpanjangan ruas batang yang disebabkan bertambahnya ukuran dan jumlah sel pada ruas tersebut dan memperbesar luas daun (Wattimena, 1988). Dengan penggunaan ZPT tersebut maka pertumbuhan vegetatif tanaman akan tumbuh dengan baik dan hal ini akan mendorong pertumbuhan generatif tanaman yang baik juga sehingga dihasilkan produksi yang tinggi.

ket:

P1:1 dosis NPK P8: 0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC P2: 1 dosis NPK + Jerami 9 P9: 0.5dosis NPK+ Jerami + Dek + POG + POC + PH1 P3:Tanpa pupuk + tanpa jerami P10: 0.5 dosis NPK + Jerami + PH 2

P4: 0.5 dosis NPK + Jerami P11: 0.5 dosis NPK + PH 2

P5: 0.5 dosis NPK + PH 1 + Jerami P12: 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2

P6: 0.5 dosis NPK + Jerami + PH 1 + Dek P13: 0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2 P7: 0.5 dosis NPK + Jerami + PH 1 + POG

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 % dengan pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati dapat menyediakan hara yang cukup untuk tanaman padi sawah dan tidak berbeda dengan 100 % pupuk NPK. Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 % dengan pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati secara umum meningkatkan populasi bakteri (Azospirillium sp., Azotobater sp., dan Thiobacillus sp.), meningkatkan panjang malai dan jumlah gabah permalai, memberikan hasil gabah kering/rumpun maupun hasil gabah kering/ha yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % pupuk NPK. Perlakuan yang dikombinasikan dengan pupuk hayati jenis 2 terlihat konstan dalam meningkatkan hasil padi sawah dibandingkan perlakuan dengan kombinasi pupuk hayati jenis 1.

Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arafah. 2004. Efektivitas Pemupakan P dan K Pada Lahan Bekas Pemberian Jerami Selama 3 Musim Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. J. Sains & Teknologi. 4 (2): 65-71.

Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1):15-24.

Aribawa, I.B., Ni Luh Kartini dan I.K. Kariada. 2009. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Pupuk Urea terhadap Sifat Tanah dan Hasil Kacang Panjang di Lahan Kering Pinggiran Perkotaan Denpasar Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 9 Hal.

BPS. 2010. Produksi Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id [10 September 2010].

Basyir, A. & Suyamto. 1996. Penelitian padi untuk mendukung pelestarian swasembada pangan. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balai Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Padi. Hal 146 ±170.

Deptan. 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian. Jakarta. 25 hal.

Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada. 191 hal.

Eagle A.J., A.J. Bird, W.R. Horwath, B.A. Linguist, S.M. Brouder, J.E. Hill, and C. van Kessel. 2000. Rice yield and nutrigen utilization efficiency under alternative straw management practice. Agron. J. 92:1096-1103.

Fellik, E., Y. Okon, E. Epstein, A. Goldman, M. Fischer. 1988. Identification and Quantification of IAA and IBA Azospirillum brasilense Inoculated Maize Roots. Soil Biol. Biochem 21:147-153.

Hamim, N. Rachmania, I. H. Soemantri, N. Sumarni. 2008. Pengaruh Pupuk Biologi terhadap Pola Serapan Hara, Ketahanan Penyakit,, Produksi dan Kualitas Hasil Beberapa Komoditi Tanaman Pangan dan Sayuran Unggulan. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hal.

(52)

Hanafiah, K. A., A. Napoleon, dan N. Ghofar. 2007. Biologi Tanah: Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 166 hal.

Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Cetakan ke-5. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.

Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale, dan W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. Seventh Edition. Pearson Education, inc. New Jersey. 515 hal.

Hindersah, Reginawanti dan T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133.

Husnian, D. Setyorini, dan S. Widati. 2005. Teknologi Budidaya Pertanian Organik Ditinjau dari Aspek Kesuburan Tanah. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Bogor. Hal 247-258.

IRRI-CREMENT. 1998. Progress Report for 1997. Internasional Rice research Institut ± Crop and Research Management Network IRRI, Los Banos, Philippines.

Isroi. 2006. Bioteknologi Mikroba. http://biogen.litbang.deptan.go.id. [1 Oktober 2010].

Las, I., A.K. Makarim, Sumarno, S. Purba, M. Mardikarini, dan S. Kartaatmadja. 1999. Pola IP Padi-300, Konsepsi dan Prospek Implementasi Sistem Usaha Pertanian Berbasis Sumberdaya. Badan Litbang Pertanian. 66 hal. Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. Pupuk dan pemupukan. Jurusan Tanah,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hal.

0D¶VKXP0-6RHGDUVRQRGDQ/(6XVLORZDWL%LRORJL7DQDh. Jakarta. Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 164 hal. Nuraini. 2009.Pembuatan Kompos Jerami Menggunakan Mikroba Perombak

Bahan Organik. Buletin teknik pertanian.14(1):23-26

Radjagukguk, Bostang. 2002. Prospek Penggunaan Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk Pada Padi Sawah. Yogyakarta. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

(53)

Ristiati, Ni P., S. Muliadihardja, dan F. Nurlita. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiosios dari dalam Tanah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora. 2(1):68-80.

Salim, M. A. dan Kusdianti. 2009. Respon Semai Jati (Tectona grandis L. f.) terhadap Inokulasi Ganda Fungi Mikoriza Arbuskula dan Azospirillumsp. Biosantifika. 1(2):188-196.

Saraswati R, T. Prihatini, dan R. D. Hastuti. 2004. Teknologi Pupuk Mikroba Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah. DalamAgus, F., A. Adimihardja, A. A. Fagi dan W. Hartati (eds.). Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Santosa, E., T. Prihatini, S. Komariyah, dan P. Kaber. 1998. Tanggap Tanaman Padi IR-64 terhadap Penggunaan Jerami dan Inokulasi Mikroba pada Tanah Sawah Baru. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 193-202.

Setyorini, D., R. Saraswati, dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. DalamAgus, F., R. D. M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati dan W. Hartati (ed.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. BBLPSLP. Bogor

Sparling, G.P. 1998. Soil Microbial Biomass, Activity and Nutrient Cycling as Indicator of Soil Health. Dalam Pankhurst, C., Doube, B.M. & Gupta, V.V.S.R. (eds). Biological Indicators of Soil Health. Wallingford: CABI Publishing.

Subba Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman (diterjemahkan dari : Soil Microorganisms and Plant Growt, penerjemah :Herawati Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 353 hal.

Sugito, Y., Y. Nuraini dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Unversitas Brawijaya. Malang. 84 hal.

Suriadikarta D. A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU-IPB. Bogor 145 hal.

(54)

Widati, S., E. Santosa, dan T. Prihatin. 2000. Pengaruh Inokulan dalam Berbagai Cara Peberian Jerami terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Padi Sawah. Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah. Bogor. Hal.13-22.

(55)
(56)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Ciherang

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,5 t/ha Ketahanan terhadap

Hama Penyakit

: Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

Dilepas tahun : 2000 (Sumber: Deptan 2009)

Lampiran 2. Analisis Mutu Pupuk NPK Majemuk

Parameter Satuan Hasil Pengukuran

N total % 26.91

P2O5total % 9.55

K2O % 11.35

(57)

Lampiran 3. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 1

Lampiran 4. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 2

Parameter Satuan Kandungan

Bacillus sp. (Cfu/ml) 5.7 x107

Sacharomyces sp. (Cfu/ml) 5.7 x106

Streptococus sp. (Cfu/ml) 1.4 x105

Salmonella sp. (Cfu/ml) 0

E-coli (Mpn/ml) 0

Patogenesis negative

Giberelin : GA3 (ppm) 154.75

Sitokinin : Kinetin Zeatin

(ppm) 36.27

20.87

Auksin : IAA (ppm) 177.18

Lampiran 5. Analisis Kandungan Dekomposer Cair

Jenis Mikroba Jumlah populasi (Koloni/g)

Zygosaccharomyces fermentati (Cfu/ml) 2.7 x107

Pichia guilliermondi (Cfu/ml) 2.5 x107

Fungi Selulitik 7 x104

Total fungi 3 x104

Total bakteri 4 x104

Coliform ttd

Salmonella sp. ttd

Ket: ttd=tidak terdeteksi

Jenis Mikroba Kandungan

Rhizobium sp.(Mpn/ml) 7.2 x 105

Bakteri Pelarut fosfat (Cfu/ml) 4 x 107

Azosporillium sp.(Cfu/ml) 2.4 x 108

Azotobacter sp.(Cfu/ml) 3.2 x 108

Pseudomonas sp.(Cfu/ml) 5 x 106

Bacillus sp. (Cfu/ml) 2.7 x105

(58)

Lampiran 6. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair (POC)

E-Coli coloni/ml < 0.8

Salmonella coloni/ml Negatif

Lampiran 7. Analisis Mutu Pupuk Organik Granul (POG)

(59)

Lampiran 8. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Parameter Nilai

Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

C-organik (%) <1 1-2 2-2 3-5 >5

N(%) <0.1 0.1-0. 0.21-0.5 0.51-0.75 >0.75

C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5(ppm) <4 5-7 8-10 41-60 >15

K2O(mg/100g) <10 10-20 21-24 25-40 >60 Susunan Kation

Ca(cmol(+)/kg) <2 2-5 6-10 11-20 >20

Mg(cmol(+)/kg) <0.3 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 >8 K(cmol(+)/kg) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.5 0.6-1.0 >1 Na(cmol(+)/kg) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1 Sangat Masam Masam Agak

Masam

Netral Agak Alkalis

Alkalis

(60)

Lampiran 9. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman 3 MST

Ulangan 2 8.322 4.161 2.87 0.076

Perlakuan 12 17.533 1.461 1.01 0.471

Galat 24 34.785 1.449

Total 38 60.64

Lampiran 10. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman 5 MST Sumber

Ulangan 2 2.179 1.089 0.14 0.866

Perlakuan 12 163.403 13.617 1.81 0.105

Galat 24 181.034 7.543

Total 38 346.616

Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman 7 MST Sumber

Ulangan 2 89.078 44.539 6.42 0.0059

Perlakuan 12 325.079 27.089 3.90 0.0022

Galat 24 166.575 6.941

Total 38 5.807.332

Lampiran 12. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Jumlah Anakan 3 MST Sumber

Ulangan 2 19.770 9.885 4.20 0.027

Perlakuan 12 81.464 6.789 2.89 0.013

Galat 24 56.424 2.351

Total 38 157.657

Lampiran 13. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Jumlah Anakan 5 MST Sumber

Ulangan 2 45.885 22.943 2.42 0.110

Perlakuan 12 301.777 25.148 2.65 0.020

Galat 24 227.495 9.479

(61)

Lampiran 14. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Jumlah Anakan 7 MST

Ulangan 2 517.001 25.850 6.21 0.0067

Perlakuan 12 152.616 12.718 3.05 0.0096

Galat 24 99.933

Total 38 304.250

Lampiran 15. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Anakan Produktif Sumber

Ulangan 2 9.603 4.801 1.01 0.3802

Perlakuan 12 82.2902 6.838 1.44 0.2161

Galat 24 114.405 4.767

Total 38 206.297

Lampiran 16. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Panjang Malai Sumber

Ulangan 2 14.225 7.112 0.59 0.5639

Perlakuan 12 637.829 53.153 4.39 0.0010

Galat 24 290.888 12.120

Total 38 942.942

Lampiran 17. Sidik Ragam Perlakuan terhadap jumlah gabah permalai Malai Sumber

Ulangan 2 521.707 260.853 2.20 0.1322

Perlakuan 12 9412.609 784.384 6.63 <.0001

Galat 24 2840.240 118.343

Total 38 12774.556

Lampiran 18. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Bobot 1000 Butir Sumber

Ulangan 2 7.625 3.813 1.78 0.1895

Perlakuan 12 33.605 2.800 1.31 0.2755

Galat 24 51.287 2.137

(62)

Lampiran 19. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Persentase Gabah Hampa

Ulangan 2 1.048 0.524 0.99 0.3862

Perlakuan 12 10.923 0.910 1.72 0.1248

Galat 24 12.702 0.529

Total 38 24.673

Lampiran 20. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Hasil Gabah/Rumpun Sumber

Lampiran 21. Sidik Ragam Perlakuan terhadap Gabah Kering Giling/ha Sumber Ulangan 2 237848.724 118924.362 3.08 0.0642 Perlakuan 12 609604.568 50800.381 1.32 0.2718

Galat 24 925286.048 38553.585

(63)

The Effect of Reduces the NPK Fertilizer with Incorporated Straw, Application Organic and Biofertilizer towards Nutrient Availability, Microbe Population, and Rice Production

at Indramayu

ELFA NAJATA A24070197

Abstract

This research aims to study availability condition nutrient and soil microbe population in paddy (Oryza sativa L.) within corporated straw, application organic and biofertilizer to reduce dose NPK at Indramayu, West Java. The experiment was conducted in Sendang village, Karang Ampel district, Indramayu, West Java, from november 2010 to march 2011. This research used completely randomized design group with 13 treatments and 3 aplication, that is P1: 1 dose NPK, P2: straw + 1 dose NPK, P3: without fertilizer and without straw, P4: straw + 0.5 dose NPK, P5: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1, P6: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + dekomposer, P7: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + granule organic fertilizer (POG), P8: straw + 0.5 dose NPK + POG + liquid organic fertilizer (POC) + dekomposer, P9: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + POG + POC + dekomposer, P10: straw + 0.5 dose NPK + 1 biofertilizer 2, P11: without straw + 0.5 dose NPK + 1 dose biofertilizer 2, P12: without straw + 0.5 dose NPK + 0.5 biofertilizer 2, P13: straw + 0.5 dose NPK + 0.5 dose biofertilizer 2. The result showed that treatment incorporated straw, application organic and biofertilizer, and reduction 50 % dose NPK give result availability nutrient and rice production not different with treatment one dose NPK and in general increase mikrobe population (Azospirillium sp.,Azotobater sp., and Thiobacillus sp.)

Gambar

Tabel 4. Hasil Analisis Kandungan Hara K Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan
Tabel 5. Hasil Analisis Serapan Hara pada Jerami
Tabel 7. Hasil Analisis Serapan Hara pada Gabah
Tabel 8. Hasil Analisis Mikroba Tanah Setelah Percobaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masukan atau input dari sistem informasi barang yang masuk yang nantinya akan menghasilkan berupa laporan data barang masuk yang ada di gudang, langkah

Delik-delik tertentu (special delicten) di dalam KUHP.. memudahkan atau menolong kejahatan tersebut. Skedar si pelaku kejahatan mengharapkan bahwa barang yang telah

Orang-orang yang berbicara bahasa Inggris dan dikirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah menengah Inggris terutama Eropa, Indo (orang keturunan ras campuran), beberapa

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapanlesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memberikan

Pengembangan dalam pengerjaan proyek akhir Prototype Autopilot pada Mobil Menggunakan Kendali GPS merupakan pengembangan dari perancangan yang telah dibuat ke

Diperoleh: (1) hasil belajar handspring secara keseluruhan yang diajar dengan gaya mengajar resiprokal lebih baik daripada yang diajar dengan menggunakan gaya mengajar latihan

tidak ada korelasi antar error term pada periode pengamatan yang berbeda dilanggar dalam sebuah persamaan yang telah terspesifikasi dengan benar. Otokorelasi urutan pertama (

Subyek penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 28 sampai kurang dari 37 minggu (preterm) dengan tanda-tanda persalinan sebagai kasus dan ibu hamil