• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi untuk Pengukuran Total Suspended Particulate (TSP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi untuk Pengukuran Total Suspended Particulate (TSP)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI SENSOR KRISTAL FOTONIK SATU

DIMENSI UNTUK PENGUKURAN

TOTAL SUSPENDED

PARTICULATE

(TSP)

ARIANTI TUMANGGOR

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ARIANTI TUMANGGOR.

Karakterisasi Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi untuk

Pengukuran

Total Suspended Particulate

(TSP). Dibimbing oleh

AKHIRUDDIN

MADDU

dan

MAMAT RAHMAT.

Salah satu parameter pencemar udara adalah

total suspended particulate

(TSP).

Metode yang sering digunakan untuk mengukur konsentrasi TSP adalah metode

gravimetri. Hasil pengukuran tidak ditampilkan pada saat itu tetapi beberapa jam bahkan

beberapa hari sesudahnya. Penelitian ini

menggunakan sensor kristal fotonik satu

dimensi, data hasil pengukuran yang diperoleh langsung ditampilkan pada saat

pengukuran. Penelitian ini mengkarakterisasi TSP secara spektroskopi, mengukur

konsentrasi TSP serta kalibrasi sensor kristal fotonik satu dimensi. Peningkatan

konsentrasi TSP yang terjerap menyebabkan intensitas transmisi cahaya yang diterima

oleh fotodetektor semakin menurun. Pengukuran intensitas transmisi cahaya yang

diterima fotodioda sebagai fotodetektor menunjukkan nilai sensitivitas 891,5 mV/(µg/m³)

dengan koefisien determinasi 74,6% pada selang konsentrasi 0,0356 - 0,0730 µg/m³.

Pengukuran intensitas transmisi cahaya dengan spektrofotometer sebagai fotodetektor

menunjukkan nilai sensitivitas sebesar 401,1 (10

3

Watt/m

2

)/(µg/m³) dengan koefisien

determinasi 76,0% pada selang konsentrasi 0,0213 - 0,0438 µg/m³.

(3)

KARAKTERISASI SENSOR KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI

UNTUK PENGUKURAN

TOTAL SUSPENDED PARTICULATE

(TSP)

ARIANTI TUMANGGOR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul

: Karakterisasi Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi untuk Pengukuran

Total Suspended Particulate

(TSP)

Nama

: Arianti Tumanggor

NIM :

G74070012

Departemen : Fisika

Disetujui,

(Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si)

Pembimbing I

(Mamat Rahmat, M.Si)

Pembimbing II

Diketahui,

(Dr. Ir. Irzaman, M.Si)

Ketua Departemen Fisika

(5)

aktif di bidang Himpunan Profes

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sirandorung, 28 Mei 1989

dari pasangan Losmer Linus Tumanggor dan Merdi

Hasugian. Merupakan puteri pertama dari duabelas

bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan taman

kanak-kanak dari TK Santa Monika Sirpangtolu pada

tahun 1995, pendidikan dasar dari SDN 158326 Trans

Manduamas I SP II pada tahun 2001 dan pada tahun

2004, menamatkan pendidikan tingkat pertama dari

SMP Swasta Katolik Fatima I Sibolga yang dilanjutkan

dengan pendidikan tingkat atas di SMA Swasta Katolik

Sibolga.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan

penelitian tugas akhir yang berjudul

“Karakterisasi Sensor Kristal Fotonik Satu

Dimensi untuk Pengukuran

Total Suspended Paticulate

(TSP)”

. Tugas akhir ini

disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk semuanya. Kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan dari aplikasi material yang

dikembangkan ini.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1.

Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda L. L. Tumanggor & Ibunda M. Hasugian

yang selalu memberikan dukungan, doa, nasehat, perhatian, pengertian, saran,

semangat dan kasih sayang kepada penulis terutama di masa-masa

penyusunan karya ilmiah ini.

2.

Bapak Akhiruddin Maddu sebagai pembimbing yang telah memberikan

motivasi, kritik, saran dan masukan baru serta menyempatkan waktunya untuk

berdiskusi.

3.

Bapak Mamat Rahmat sebagai pembimbing yang telah memberikan

kesempatan untuk mengikuti penelitian ini melalui program Beasiswa

Unggulan Terpadu, memberikan motivasi, kritik dan saran serta

menyempatkan waktunya untuk berdiskusi.

4.

Bapak Hanedi Darmasetiawan sebagai dosen penguji yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis terutama dalam hal penulisan.

5.

Bapak Faozan Ahmad sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan kepada penulis.

6.

Bapak M. Nur Indro sebagai dosen editor yang selalu berkenan memeriksa

tulisan dan memberikan masukan kepada penulis.

7.

Kak Wenny, Kak Erus, Kak Azis, Nissa, Anggi, Dita, Dede yang sudah

banyak membantu menyelesaikan penyusunan usulan, seminar, sidang sampai

penulisan hasil penelitian.

8.

Keluarga besar L. Tumanggor & M. Hasugian terimakasih untuk semua doa

dan dukungan yang diberikan.

9.

Teman – teman seperjuangan Fisika IPB Angkatan 44 (Ayul, Ayus, Vero,

Ninink, Nice, Neneng, Adam, Subi, Wira, Dede H, Deyul, Dita, Hery, Johan,

Adekur, Marco, Bayu, Cha-cha, Uti, Leli, Yola, Wita, Balgies, Ai, Maya,

Hery, Irvan, Mbah, Bery, Dani, Ucup, Danil, Hilal, Haqi, Rina, Ika, Denti,

Alm Karin, Ana, Chaul, Heny, Azrul, Habibi) yang selalu memberikan

semangat dan dukungan.

10.

Teman-teman

Pink Corner

(Yunko, Medith, Kak Iyam, Iren, Memel dan

Indah) di

Pink House

teman berbagi cerita yang selalu memberikan kritik &

saran, semangat dan dukungan.

11.

Bang Indra yang memberi semangat dan dukungan

told

“Jalani saja, itu belum

seberapa”.

12.

Pak Jun, Ridwan, dan Hening yang sudah membantu penelitian ini.

13.

Rekan-rekan fisika angkatan 43, 45 dan civitas akademika fisika lainnya yang

telah banyak banyak membantu penulis selama ini.

14.

Kepada pihak Beasiswa Unggulan Terpadu yang membiayai pendidikan

penulis selama penelitian dan penelitian ini.

15.

Segenap pimpinan dan pegawai Laboratorium Pengembangan dan

Pengembangan Lingkungan Hidup IPB (PPLH IPB).

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... viii

 

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

 

BAB I ... 1

 

PENDAHULUAN ... 1

 

Latar Belakang ... 1

 

Tujuan Penelitian ... 1

 

Perumusan Masalah ... 1

 

Hipotesis ... 1

 

Batasan Masalah ... 1

 

BAB 2 ... 1

 

TINJAUAN PUSTAKA ... 1

 

Total Suspended Particulate (TSP) ... 1

 

Sensor Kristal Fotonik ... 2

 

BAB III ... 4

 

METODOLOGI ... 4

 

Waktu dan Tempat Penelitian ... 4

 

Alat dan Bahan ... 4

 

Metode Penelitian ... 5

 

BAB IV ... 7

 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

 

Hasil Karakterisasi

Total Suspended Particulate

(TSP) ... 7

 

Sampel TSP ... 7

 

Hasil spektroskopi TSP ... 7

 

Konsentrasi TSP secara Gravimetri ... 9

 

Kepekaan Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi ... 9

 

BAB V ... 14

 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

 

Kesimpulan ... 14

 

Saran ... 14

 

DAFTAR PUSTAKA ... 14

 

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Kristal fotonik (a) 1D, (b) 2D dan (c) 3D ... 3

Gambar 2.

Model kristal fotonik 2D ... 3

Gambar 3.

Transmitansi kristal fotonik satu dimensi

tanpa

defe

ct ... 4

Gambar 4.

Transmitansi kristal fotonik satu dimensi

dengan

defect ...

4

Gambar 5.

Model kristal fotonik satu dimensi dengan

dua

defect

... 4

Gambar 6.

Hubungan transmitansi akuades dan sampel ... 8

Gambar 7.

Hubungan absorbansi sampel dan

panjang gelombang ... 8

Gambar 8.

Intensitas cahaya polikromatik dan monokromatik ... 8

Gambar 9.

Spektrum representatif transmisi sampel pada

daerah PBG (saat pengambilan sampel) ... .10

Gambar 10.

Hubungan intensitas cahaya yang melewati

sampel dan waktu ... .10

Gambar 11.

Hubungan tegangan keluaran fotodioada

dan waktu ... .10

Gambar 12.

Spektrum representatif transmisi sampel pada

daerah PBG (saat pengenceran) ... .11

Gambar 13.

Hubungan intensitas cahaya yang melewati

sampel dan volum penambahan akuades ... .12

Gambar 14.

Hubungan tegangan keluaran fotodioda

dan volum penambahan akuades ... .12

Gambar 15.

Hubungan intensitas cahaya yang melewati

sampel dan konsentrasi TSP ... .13

Gambar 16.

Hubungan tegangan keluaran fotodioda

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Diagram alir proses penelitian ... 17

Lampiran 2.

Gambar pengambilan sampel dan perlengkapan

uji

spektrometri

...

18

Lampiran 3.

Gambar alat HVAS ... 18

Lampiran 4.

Skema pemasangan kristal fotonik

pada tabung penjerap ... 19

Lampiran 5. Skema pengujian dengan spektrofotometer sebagai

detektor sensor kristal fotonik satu dimensi ... 19

Lampiran 6.

Skema pengujian dengan fotodioda sebagai

detektor sensor kristal fotonik satu dimensi ... 19

Lampiran 7.

Data transmitansi akuades, sampel dan

absorbansi sampel (TSP) ... 20

Lampiran 8.

Gambar filter (a) sebelum digunakan

dan (b) sesudah digunakan ... 34

Lampiran 9.

Data intensitas transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer dan waktu ... 34

Lampiran 10. Data intensitas transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer dan volum penambahan akuades ... 35

Lampiran 11. Data intensitas transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer dan konsentrasi TSP ... 35

Lampiran 12. Data tegangan keluaran fotodioda

dan waktu ... 36

Lampiran 13. Data tegangan keluaran fotodioda

dan volum penambahan akuades ... 36

Lampiran 14. Data tegangan keluaran fotodioda

dan konsentrasi TSP ... 36

Lampiran 15. Kurva konsentrasi

real-time

selama pengukuran

dari intensitas transmisi cahaya ... 37

Lampiran 16. Kurva konsentrasi

real-time

selama pengukuran

dari tegangan keluaran fotodioda ... 37

Lampiran 17. Data konsentrasi

real-time

selama pengukuran

dari intensitas transmisi cahaya ... 38

Lampiran 18. Data konsentrasi

real-time

selama pengukuran

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan

peristiwa masuknya unsur-unsur berbahaya ke

dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

pada kesehatan manusia secara umum.

1

Pencemaran udara dewasa ini semakin

menampakkan kondisi yang memprihatinkan,

baik berasal dari kegiatan manusia maupun

alam. Pencemaran udara yang berasal dari

kegiatan manusia antara lain industri,

kendaraan bermotor, perkantoran, dan

perumahan. Kegiatan-kegiatan tersebut

merupakan kontribusi terbesar dari pencemar

udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber

pencemaran yang berasal dari alam, adalah

kebakaran hutan, gunung meletus, dan

pancaran gas alam beracun. Kehadiran

pencemaran udara menyebabkan penurunan

kualitas udara yang berdampak negatif

terhadap kesehatan manusia dan makhluk

hidup lainnya.

2

Berdasarkan baku mutu udara

lingkungan menurut peraturan pemerintah

nomor 41 tahun 1999 total suspended

particulate (TSP) merupakan salah satu

parameter pencemar udara. Total suspended

particulate dinamakan partikulat yang

tersuspensi di udara ambien.

2

Berdasarkan

Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara,

baku mutu udara ambien nasional untuk

TSP adalah 230 µg/m

3

per 24 jam.

3

Berdasarkan SNI 19-7119.3-2005 salah

satu metode yang digunakan untuk mengukur

konsentrasi TSP adalah metode gravimetri.

4

Metode ini dapat menggambarkan konsentrasi

TSP di udara permukaan, akan tetapi

pengujian data membutuhkan waktu yang

cukup lama atau tidak realtime.

Oleh karena

itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi

konsentrasi TSP dengan menggunakan sensor

kristal fotonik satu dimensi yang dirancang

agar data hasil pengukuran yang diperoleh

dapat sitampilkan secara in-situ

dan

real-time.

5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.

Karakterisasi TSP.

2.

Menghitung konsentrasi TSP

yang

terukur.

3.

Mengkalibrasi sensor optik berbasis

kristal fotonik satu dimensi pada

pengukuran TSP.

Perumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini

adalah bagaimana respon sensor kristal

fotonik satu dimensi terhadap pengukuran

TSP pada panjang gelombang tertentu.

Hipotesis

Perubahan konsentrasi TSP

terhadap

transmisi cahaya, yang diterima oleh

fotodetektor pada sensor kristal fotonik satu

dimensi adalah berbanding terbalik.

Batasan Masalah

Penelitian ini hanya meliputi :

1.

Karakterisasi TSP secara spektroskopi.

2.

Karakterisasi sensor kristal fotonik satu

dimensi untuk deteksi konsentrasi TSP

dengan metode spektroskopi.

3.

Kalibrasi sensor kristal fotonik satu

dimensi dengan referensi data hasil

pengukuran sesuai SNI 19-7119.3-2005

oleh pihak Pusat Penelitian Lingkungan

Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH

IPB).

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Total Suspended Particulate (TSP)

(12)

Beberapa istilah yang digunakan untuk

mengklasifikasikan partikulat debu dengan

mengacu pada metode pengambilan sampel

udara antara lain : Suspended Particulate

Matter (SPM), Total Suspended Particulate

(TSP),

Particulate Matter 10 (PM

10

) dan

Particulate Matter 2.5 (PM

2.5

).

2

Partikel udara dalam wujud padat yang

berdiameter kurang dari 2.5 µm disebut

particulate matter 2.5 (PM

2.5

) dan kurang dari

10 µm disebut dengan particulate matter 10

(PM

10

). Menurut para pakar lingkungan dan

kesehatan masyarakat, PM

2.5

dan PM

10

sebagai

pemicu timbulnya infeksi saluran pernafasan,

karena pertikel padat tersebut mengendap

pada saluran pernafasan daerah bronki dan

alveoli.

6

Partikel-partikel sebesar 2.5 µm atau

lebih kecil dapat menimbulkan ancaman

kesehatan yang terbesar bagi manusia, karena

untuk massa yang sama, partikulat tersebut

menyerap senyawa karsinogenik lebih

beracun dari partikel yang ukurannya lebih

besar dan lebih mudah dalam menembus

paru-paru.

7

Partikel berukuran kurang dari 2.5 µm

(PM

2.5

) tidak disaring dalam sistem

pernapasan bagian atas dan menempel pada

gelembung paru, sehingga dapat menurunkan

pertukaran gas.

6

Partikel yang berdiameter antara 1-10

mikron biasanya termasuk tanah, debu dan

produk-produk pembakaran dari industri

lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga

terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai

diameter antara 0,1-1 mikron terutama

merupakan produk-produk pembakaran dan

aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai

diameter kurang dari 0,1 mikron belum

diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga

berasal dari sumber-sumber pembakaran.

8

Total suspended particulate adalah

partikel-partikel yang tersuspensi di udara

permukaan (udara ambient), mengacu pada

semua partikel yang ukurannya kurang dari

100 mikrometer.

7

Partikel debu

melayang-layang dalam waktu yang relatif lama di udara

kemudian masuk ke dalam tubuh manusia

melalui pernafasan. Partikel debu merupakan

campuran dari berbagai bahan dengan ukuran

dan bentuk yang relatif berbeda-beda,

sehingga komposisinya di udara menjadi

partikel yang sangat rumit.

9

Menurut Fardiaz

8

partikel debu

memiliki sifat:

1.

Pengendap

Partikel yang berukuran lebih besar

dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)

tidak bertahan terus di udara, melainkan akan

mengendap. Partikel yang tersuspensi secara

permanen di udara mempunyai kecepatan

pengendapan, tetapi partikel-partikel ini tetap

terdapat di udara karena gerakan udara.

2. Adsorbsi

Kemampuannya sebagai tempat

adsorbsi (sorbsi secara fisik) atau kimisorbsi

(sorbsi disertai dengan interaksi kimia).

3. Absorbsi

Jika molekul yang tersorbsi tersebut

larut di dalam partikel, jenis sorbsi ini sangat

mementukan tingkat bahaya dari partikel.

4.

Optik

Partikel yang mempunyai diameter

kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian

kecilnya dibandingkan dengan panjang

gelombang sinar, sehingga partikel-partikel

tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya

molekul-molekul dan menyebabkan refraksi.

Partikel yang berukuran jauh lebih besar dari

1 mikron jauh lebih besar dari pada panjang

gelombang sinar tampak dapat menyebarkan

sinar sesuai dengan penampang melintang

partikel tersebut.

Sensor Kristal Fotonik

Kristal fotonik adalah kristal buatan

yang tersusun secara periodik dari material

optik dengan indeks bias yang berbeda.

10

Dalam kristal fotonik, perulangan dalam

struktur terbentuk dari variasi indeks bias

bahan yang berbeda dalam struktur tersebut.

Secara umum kristal fotonik dapat dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu satu dimensi (1D),

dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D) pada

Gambar 1.

11

Kristal fotonik satu dimensi telah bisa

diproduksi dan digunakan secara luas.

Struktur ini biasa digunakan secara luas dalam

bidang optik lapisan tipis dan sebagai sensor.

Struktur kristal fotonik dua dan tiga dimensi

masih merupakan tantangan bagi teknologi

fabrikasi. Pada kasus dua dimensi,

diasumsikan gelombang datang merambat

dalam bidang x-y (inplane). Struktur yang ada

uniform dalam arah sumbu z dan berperiodik

(13)

Gambar 1. Kristal fotonik (a) 1D, (b) 2D dan (c) 3D

11

Gambar 2. Model kristal fotonik 2D

11

Keunggulan sensor kristal fotonik

satu dimensi ini antara lain :

1.

Memiliki sensitivitas tinggi

2.

Dapat digunakan secara in-situ

dan

rea-ltime

3.

Praktis dan mudah digunakan

4. Dapat diintegrasikan ke dalam sistem

otomatis.

5

Kristal fotonik yang digunakan sebagai

sensor dalam penelitian ini adalah kristal

fotonik satu dimensi. Kristal fotonik satu

dimensi berupa sistem optik periodik yang

tersusun atas unit-unit sel identik.

Masing-masing

unit

sel tersebut terdiri dari dua atau

lebih lapisan material dielektrik dengan indeks

bias rendah dan tinggi, serta dengan ketebalan

berorde panjang gelombang elektromagnetik

(EM) operasional. Interferensi antara

gelombang transmisi dengan refleksi dapat

mengakibatkan penghambatan perambatan

gelombang EM pada rentang panjang

gelombang tertentu (Gambar 3). Rentang ini

dikenal dengan istilah photonic band gap

(PBG).

5

Jika struktur kristal fotonik ini didesain

memiliki satu atau lebih unit sel defect (cacat),

yaitu lapisan yang memiliki ketebalan optik

berbeda dengan ketebalan lapisan pada unit

sel reguler, maka akan muncul fenomena

photonic pass band (PPB) yang menunjukkan

semacam kebocoran gelombang

EM dalam rentang

PBG

seperti

yang

diperlihatkan pada Gambar 4. Karakteristik

PPB tersebut sangat sensitif terhadap

perubahan indeks bias material pada lapisan

defect. Fenomena inilah yang dimanfaatkan

untuk pembuatan sensor optik berbasis kristal

fotonik, dimana material sampel yang akan

dideteksi diperlakukan sebagai lapisan defect.

5

Pada penelitian ini kristal fotonik yang

digunakan adalah sensor kristal fotonik satu

dimensi dengan dua defect

agar sensitivitas

dari sensor ini meningkat. Model kristal

fotonik satu dimensi dengan dua defek seperti

pada Gambar 5, dimana defect pertama dibuat

dua kali ketebalan indek bias yang tinggi, dan

defect kedua dibuat kosong untuk material

sampel yang akan diuji.

12

Prinsip kerja sensor kristal fotonik satu

dimensi yaitu dengan

merambatkan

gelombang EM

di dalam kristal fotonik

yang

disisipi material

sampel, kemudian

diterima oleh fotodetektor. Keluaran

fotodetektor tersebut diubah menjadi tegangan

listrik. Agar dapat terbaca, tegangan tersebut

harus diperkuat oleh rangkaian amplifier.

Tegangan yang dihasilkan dapat dikonversi

dan dikalibrasi ke dalam satuan parameter

yang dibutuhkan, misalnya gram/liter, molar,

(14)

Gambar 3. Transmitansi kristal fotonik satu dimensi tanpa defect

13

Gambar 4. Transmitansi kristal fotonik satu dimensi dengan defect

13

Gambar 5. Model kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect

13

BAB III

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Oktober

2010 hingga November 2011 di Koridor

Departemen Fisika, Gerbang utama IPB,

Laboratorium Spektroskopi Departemen

Fisika, Laboratorium Fisika Material, dan

Labolatorium PPLH IPB.

Alat dan Bahan

(15)

Metode Penelitian

3.3.1

Karakterisasi TSP

a.

Penyediaan sampel

Sampel diambil dari asap kendaraan

bermotor. Sebelumnya, tabung penjerap

tersebut disambungkan dengan pompa

vakum yang berfungsi sebagai alat

penghisap asap kendaraan kemudian

tabung penjerap diisi 10 ml akuades.

Setelah tabung penjerap diisi akuades dan

disambungkan dengan pompa vakum,

pengambilan sampel dimulai. Pompa

vakum dihidupkan, udara dihisap masuk

ke dalam tabung penjerap (Lampiran1).

i

b.

Pengujian secara spektroskopi

Tahapan pengukuran spektroskopi :

1.

Untuk standar kalibrasi

transmitansinya, digunakan akuades

sebagai blanko.

2.

Akuades dimasukkan ke dalam kuvet

(sebagai blanko).

3.

Sampel yang ada dalam tabung

penjerap dimasukkan ke dalam kuvet

(sebagai sampel).

4.

Software

spektrofotometer dibuka,

tampil pada layar komputer.

5.

Kuvet blanko diletakkan ke dalam

kuvet holder spektrofotometer.

6.

Pada tambilan software

yang

digunakan, pilih scope

berarti kuvet

(kuvet berisi akuades) yang

dimasukkan pada kuvet holder sebagai

blanko. Setelah itu dipilih terang (icon

lampu) sebagai kondisi terang,

kemudian kuvet holder ditutup sebagai

kondisi gelap dan dipilih dark.

7.

Pada layar komputer ditampilkan

grafik yang intesitasnya nol. Setelah

grafik tersebut stabil, dipilih

transmitansi (icon T).

8.

Pada layar ditampilkan grafik

transmitansi akuades adalah 100 %.

9.

Kuvet yang berisi sampel diletakkan ke

dalam kuvet holder spektrofotometer.

Kemudian dipilih transmitansi (icon

T). Intensitas transmitansi sampel yang

diukur menjadi kurang dari 100 %.

10.

Setelah diketahui data transmitansi,

dapat diperoleh juga data absorbansi

sampel dengan memilih icon A pada

tampilan software.

Setelah diperoleh data transmitansi dan

absorbansi sampel, diamati perubahan

intensitas atau perubahan spektrum dari

blanko terhadap sampel. Panjang gelombang

operasi ini selain untuk fabrikasi sensor kristal

fotonik satu dimensi, dan pemilihan sumber

cahaya. Selama proses karakteristik

spektrometri TSP, sumber cahaya yang

digunakan berupa sumber cahaya

polikromatis. Agar cahaya yang melewati

jerapan lebih spesifik maka sumber cahaya

yang digunakan dalam karakterisasi kristal

fotonik satu dimensi untuk pengukuran TSP

adalah sumber cahaya monokromatis.

3.3.2

Pengukuran konsentrasi TSP secara

gravimetri

Pengukuran konsentrasi TSP sesuai

dengan metode gravimetri

menggunakan alat

HVAS (Lampiran3) sesuai SNI

19-7119.3-2005.

4

a.

Persiapan Filter

Filter dipanaskan dalam oven dengan

suhu 100-105

0

C selama 1-2 jam.

Kemudian

filter didinginkan dalam

desikator. Setelah dingin, filter ditimbang

dengan timbangan analitik ditimbang.

Penimbangan massa untuk tiap filter

dilakukan tiga kali. Dicatat hasil

pengukuran massa filter sebelum

digunakan. Massa rata-rata dari tiga kali

penguikuran sebagai massa filter sebelum

digunakan (m

1

). Kemudian, disimpan

kembali ke dalam wadah tertutup.

b.

Pengambilan dan pengujian sampel

1.

Filter dipasang ke dalam filter

holder

HVAS. Kemudian disambungkan

dengan sumber listrik.

2. Alat dihidupkan lalu udara terhisap

oleh

HVAS. Partikulat terperangkap

pada filter.

3. Selama periode pengambilan sampel,

dibaca dan dicatat laju alir, temperatur

dan tekanan minimal 2 kali.

Pembacaan diawal dan diakhir dengan

asumsi perubahan pembacaan linear

setiap waktu.

4. Setelah udara dihisap sampai tekanan

tertentu, alat dimatikan kembali.

5. Dipindahkan

filter secara hati-hati,

dijaga agar tidak ada partikel yang

terlepas, dan filter dimasukkan kembali

ke dalam wadah tertutup.

6. Ditimbang lembaran

filter dengan

timbangan analitik sebagai massa filter

setelah pengambilan sampel (m

2

).

c. Perhitungan

konsentrasi

1.

Koreksi laju alir volumetrik pada

kondisi standar

(16)

Keterangan :

Qs adalah laju alir volumetrik pada

kondisi standar 298 K dan 101.3

kPa (m

3

/menit);

Qo adalah laju alir volum uji udara

yang terhisap (m

3

/menit);

Ts adalah temperatur standar, 298 K;

To adalah temperatur absolut dimana

Qo ditentukan (K);

Ps adalah tekanan baromatik standar,

101.3 kPa;

Po adalah tekanan baromatik dimana

Qo ditentukan (kPa).

2.

V

olum udara yang di

hisap

V

T

(2)

Keterangan :

V adalah volum udara yang diambil

(m

3

);

Qs

1

adalah laju alir awal terkoreksi

pada pengukuran pertama (lpm);

Qs

2

adalah laju alir akhir terkoreksi

pada pengukuran kedua (lpm);

T adalah waktu pengambilan contoh uji

(menit).

3.

Konsentrasi partikel tersuspensi total

da

menggunakan

H

lam udara ambien

VAS

C

V

(3)

Keterangan :

C adalah konsentrasi massa partikel

tersuspensi (µg/Nm

3

);

m

1

adalah berat filter awal (g);

m

2

adalah berat filter akhir (g);

V adalah volum contoh uji udara

(liter);

10

6

adalah konversi g ke µg.

3.3.3

Karakterisasi dan uji kepekaan sensor

kristal fotonik satu dimensi

Pengukuran transmisi cahaya yang

diterima fotodetektor dilakukan secara

bersamaan dan kondisi yang sama dengan

pengukuran konsentrasi TSP secara

gravimetri.

Fotodetektor yang digunakan

adalah spektrofotometer dan fotodioda.

Sensor kristal fotonik satu dimensi

dipasang pada tabung penjerap (Lampiran

4).

a.

Pengukuran transmisi cahaya dengan

spektrofotometer

Untuk uji transmisi cahaya dengan

spektrofotometer dilakukan dengan cara

menempatkan

light source sebelum

struktur kristal fotonik yang merambat

melalui

defect

pertama dan defect

kedua

hingga diterima oleh detektor berupa

spektrofotometer. Dalam hal ini defect

kedua berupa larutan penjerap TSP yang

akan dideteksi. Keluaran parameter

tersebut berupa intensitas cahaya dalam

satuan

counts. Desain eksperimen dapat

dilihat pada Lampiran 5.

b.

Pengukuran transmisi cahaya dengan

fotodioda

Untuk uji transmisi dengan

menggunakan fatodioda pada dasarnya

sama dengan uji transmisi cahaya dengan

menggunakan spektrofotometer. Keluaran

dari uji ini berupa transmisi cahaya yang

dikonversi dalam satuan tegangan. Tujuan

desaian eksperimen ini agar hasil

pengamatan dapat digunakan untuk

pengukuran secara digital. Desain

eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pengujian untuk memperoleh (a)

transmisi cahaya yang diterima oleh

spektrofotometer dan (b) transmisi cahaya

berupa tegangan keluaran fotodioda,

dilakukan melalui beberapa tahapan.

Tahapan karakterisasi sensor kristal

fotonik satu dimensi untuk mendeteksi

TSP :

1.

Pengambilan dan pengujian sampel

(TSP)

Dilakukan pada lokasi, waktu, dan

tekanan yang sama, bersamaan dengan

pengukuran TSP metode gravimetri.

Pompa vakum dihidupkan, udara

dihisap masuk ke dalam tabung penjerap.

Diamati dan dicatat laju alir, suhu dan

transmisi cahaya baik berupa tegangan

setiap 2 menit sekali selama satu jam

pengambilan sampel.

2.

Perhitungan konsentrasi yang terjerap

K

i TSP menggunakan sensor

kristal tonik satu dimensi adalah

onsentras

fo

C

C

(4)

Keterangan :

C

o

adalah konsentrasi akhir TSP

menggunakan sensor kristal fotonik

(µg/m

3

);

Cs adalah konsentrasi akhir TSP

menggunakan HVAS (µg/m

3

);

Q

o

adalah

laju alir rata-rata dengan

sensor kristal fotonik satu dimensi

(lpm);

(17)

3.

Pengenceran

Proses pengenceran dilakukan

dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades

secara terus menerus setiap interval

waktu tertentu hingga mencapai nilai

transmisi yang stabil (pengenceran

hingga penambahan 10 ml akuades).

N

i o entrasi pada saat pengenceran

ad a

ila k ns

al h

C

C

(5)

Keterangan :

C

o

adalah

konsentrasi TSP (µg/m

3

);

C

i

adalah konsentrasi

terukur

menggunakan sensor kristal fotonik

satu dimensi (µg/m

3

);

V

o

adalah volume penjerap setelah

sampling pada konsentrasi C

o

(ml);

V

i

adalah volume penjerap +

penambahan penjerap untuk Ci (ml);

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Karakterisasi

Total Suspended

Particulate

(TSP)

Karakterisasi TSP menggunakan

metode spektrometri. Spektrometri merupakan

teknik yang digunakan untuk mengukur

konsentrasi suatu zat berdasarkan

spektroskopi.

Spektroskopi adalah bidang

ilmu yang mempelajari interaksi antara radiasi

dan materi sebagai fungsi panjang

gelombang.

14

Analisis ini menghasilkan

panjang gelombang absorbsi. Panjang

gelombang absorbsi diperoleh dari perubahan

transmitansi sampel (jerapan TSP).

Transmitansi merupakan fraksi daya yang

masuk dan yang diteruskan oleh sampel.

15

Sampel TSP

Dalam karakteristik spektrometri ini,

TSP diperoleh dari asap kendaraan bermotor

roda dua, dihisap dengan pompa vakum dan

dijerap dalam tabung penjerap berdiameter

2,4 cm dan tinggi 12,1 cm. TSP yang dijerap

(dengan akuades) menjadi suatu campuran,

karena jerapan yang dihasilkan tidak bereaksi.

Campuran yang dihasilkan dalam penelitian

ini tidak berwarna atau transparan dan tidak

berbau.

Hasil spektroskopi TSP

Analisis spektroskopi dilakukan

melalui pengukuran transmitansi dengan

menggunakan ocean optics spectrophotometer

UV-Vis USB 4000. Hasil pengukuran

transmitansi TSP ditunjukkan sebagai Gambar

6.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa

transmitansi akuades sebagai blanko, diatur

sedemikian sehingga menunjukkan

transmitansi 100% pada panjang gelombang

cahaya tampak. Transmitansi akuades 100%

digunakan sebagai kalibrasi untuk

memperoleh transmitansi TSP. Hasil

pengukuran transmitansi TSP menunjukkan

bahwa tidak ada perubahan bentuk spektrum

transmisi yang menyolok, hanya intensitas

transmitansi yang berubah nyata pada rentang

cahaya tampak 400 – 800 nm, turun kurang

lebih menjadi 80–85% T seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 6. Absorbansi

campuran TSP naik hingga 0,1 a.u (arbitrary

unit) ditunjukkan pada Gambar 7.

Dalam hukum Beer Lambert,

absorbansi didefenisikan sebagai logaritma

berbasis 10 dari kebalikan transmitansi.

15

Transmitansi sebagai persentase cahaya yang

mampu melewati sampel maka absorbansi

Gambar 7, menunjukkan kuantitas cahaya

yang diserap oleh sampel.

Hasil karakterisasi TSP (dengan

metode spektrometri) yang terjerap dalam

akuades, menunjukkan bahwa TSP menyerap

cahaya yang dilewatkan sehingga cahaya yang

merambat lebih sedikit dibandingkan jika

melewati akuades. Hal ini merupakan sifat

partikulat yaitu sifat absorbsi spektrum EM.

Hasil pengujian menunjukkan TSP terdeteksi

pada semua panjang gelombang cahaya

tampak. Oleh karena itu agar pengukuran

terfokus pada satu panjang gelombang, maka

dipilih panjang gelombang 535 nm sebagai

panjang gelombang operasi. Panjang

gelombang operasi sebagai acuan untuk

desain dan fabrikasi sensor. Pemilihan

panjang gelombang operasi 535 nm sebagai

puncak PPB berkaitan dengan ketersediaan

sensor kristal fotonik satu dimensi yang sudah

diproduksi.

(18)

Gambar 6. Hubungan transmitansi akuades dan sampel

Gambar 7. Hubungan absorbansi sampel dan panjang gelombang

Gambar 8. Intensitas cahaya polikromatik dan monokromatik

Hasil pengujian jenis sumber cahaya

(polikromatik dan monokromatik),

menunjukkan intensitas PPB dari sumber

cahaya monokromatik lebih tinggi dari pada

intensitas PPB dari sumber cahaya

polikromatik (Gambar 8). Sumber cahaya

monokromatik yang digunakan berupa light

emiting diode (LED) berwarna hijau. Cahaya

warna hijau berada pada panjang gelombang

(19)

digunakan untuk deteksi TSP karena panjang

gelombang deteksi pada 533,16 nm masih

berada pada selang 500 – 560 nm.

Konsentrasi TSP secara Gravimetri

TSP diperoleh dari udara permukaan

lingkungan. Udara dihisap melalui filter di

dalam

shelter

HVAS dengan menggunakan

pompa vakum laju alir tinggi sehingga

partikulat terkumpul di permukaan filter.

Filter digunakan sebagai media pengumpulan

partikulat.

5

Penelitian ini dilakukan di Gerbang

utama Kampus IPB Dramaga Bogor.

Pengambilan TSP secara gravimetri

(menggunakan HVAS) dengan laju alir

rata-rata 1,1 m

3

/menit selama 60 menit. Setelah

pengambilan sampel, filter yang berada di

dalam

shelter

HVAS ditimbang kembali.

Selisih massa filter sesudah dan sebelum

digunakan, merupakan massa TSP yang

terperangkap. Pengukuran ini dilakukan

bersamaan dengan uji kepekaan kristal fotonik

satu dimensi.

Konsentrasi TSP yang didapatkan

adalah 200,868 µg/m³ dilakukan pada suhu

36,7–37,7

o

C dan tingkat kelembaban udara

36–40%. Pengukuran berikutnya diperoleh

konsentrasi TSP 120,512 µg/m³ dilakukan

pada suhu 36,6–37,6

o

C dan tingkat

kelembaban udara 35–38%.

Berdasarkan SNI 19-7119.3-2005

4

,

dinyatakan jumlah minimum partikel yang

dideteksi HVAS dengan metode gravimetri

adalah 3 µg dengan tingkat kepercayaan 95%

dan alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata

1,7 m

3

/menit selama 1440 menit (24 jam),

maka hasil yang didapatkan adalah 1-2 µg/m

3

.

Kepekaan Sensor Kristal Fotonik Satu

Dimensi

Pengujian karakteristik optik dan

kepekaan sensor kristal fotonik satu dimensi

dilakukan dengan mengukur transmisi cahaya

yang diterima fotodetektor. Fotodetektor

digunakan untuk menangkap pancaran cahaya

dari sumber cahaya, yang mampu melewati

sampel. Fotodetektor yang digunakan adalah

fotometer dari ocean optics

spectrophotometer

UV Vis USB 4000 dan

fotodioda. Sensor kristal fotonik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sensor

kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect

(cacat). Penjerap dan sampel yang diuji

merupakan defect kedua.

12

Gelombang EM yang dilewatkan di

dalam kristal fotonik satu dimensi yang

disisipi penjerap dan sampel, diterima oleh

fotodetektor. Transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer berupa intensitas cahaya

dalam satuan counts

yang kemudian

dikonversi menjadi Watt/m

2

. Transmisi

cahaya yang diterima oleh fotodioda berupa

tegangan yang terbaca pada voltmeter. Besar

kecilnya tegangan yang dihasilkan oleh

fotodioda tergantung besar kecilnya pancaran

cahaya yang diterima fotodioada, demikian

juga intensitas cahaya yang diterima

spektrofotometer. Intensitas transmisi cahaya

yang diterima oleh fotodetektor dipengaruhi

oleh konsentrasi sampel pada defect dua.

Spektrum representatif transmisi

cahaya yang diterima oleh spektrofotometer

selama 60 menit secara real-time ditunjukkan

pada Gambar 9. Hasil pengukuran

menunjukkan munculnya fenomena PPB pada

daerah PBG pada panjang gelombang operasi

533,16 nm. Gambar 9 memperlihatkan

intensitas transmisi cahaya (intensitas PPB)

tertinggi pada saat kalibrasi awal, kondisi

belum ada TSP yang terjerap yaitu sebelum

penyedotan udara. Puncak-puncak intensitas

cahaya saat penjerapan (real-time)

dihubungkan terhadap waktu pengambilan

sampel, ditunjukkan pada Gambar 10.

Intensitas cahaya berupa tegangan yang

dihasilkan oleh fotodioda dari pancaran

cahaya yang mengenainya secara real-time

ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 10 menunjukkan intensitas

cahaya pada titik awal (sebelum pengambilan

sampel) lebih tinggi dibandingkan intensitas

cahaya setelah dua menit, penurunan

intensitas yang ditunjukan cukup besar (dari

106,03 x 10

3

Watt/m

2

menjadi 76,95 x 10

3

Watt/m

2

). Keadaan ini disebabkan kondisi

awal (pengambilan sampel) dari pompa

vakum belum stabil. Setelah dua menit,

intensitas transmisi cahaya yang melewati

jerapan menurun perlahan, karena laju alir

penyedotannya kecil, yaitu 0,4 Liter/menit.

Gambar 11 menunjukkan tegangan yang

dihasilkan fotodioda selama satu jam

pengambilan sampel semakin kecil. Hal

tersebut, menunjukkan bahwa semakin lama

waktu pengambilan sampel, maka intensitas

transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer dan fotodioda

cenderung

(20)

partikulat tersuspensi, mengakibatkan

intensitas menurun sebagai hasil adanya

penyerapan dan hamburan.

16

Apabila seberkas

sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak

menyerap sinar, maka sebagian sinar

dihamburkan. Jika cairan pelarut menjadi

tidak homogen oleh penambahan suatu

molekul maka akan terjadi peningkatan

hamburan.

17

Gambar 9. Spektrum representatif transmisi cahaya pada daerah PBG (saat pengambilan sampel)

Gambar 10. Hubungan intensitas cahaya yang melewati sampel dan waktu

(21)

Pada selang waktu tertentu intensitas

cahaya yang ditunjukkan dalam Gambar 10

dan Gambar 11 terlihat turun-naik. Hal ini

karena TSP yang dijerap dalam penjerap

menjadi campuran yang tidak homogen

karena partikulat-partikulat yang terjerap

mengendap. Menurut Fardiaz

8

dan Pudjiastuti

9

salah satu sifat partikel debu adalah dapat

mengendap. Kecepatan pengendapan

ditentukan dari ukuran dan densitas partikel

serta aliran turbulensi udara. Semakin besar

ukuran partikel, maka pengendapannya

semakin cepat.

8

Partikel debu yang cenderung

selalu mengendap karena gaya gravitasi

bumi.

9

Naik-turunnya intensitas cahaya juga

dapat dipengaruhi oleh sumber TSP. Sumber

utama partikel debu adalah dari pembakaran

bahan bakar.

8

Pada saat pengambilan sampel,

kendaraan (yang menggunakan bahan bakar)

yang melintas tidak menentu dan tidak sama

tiap waktu. Diduga saat tertentu dalam selang

satu jam, udara yang masuk ke dalam

penjerap tidak mengandung TSP, karena

pengaruh sumber TSP.

Pengukuran intensitas cahaya secara

real-time

di lapangan dengan laju alir

penyedotan TSP 4.10

-4

m

3

/menit (0,4

liter/menit) selama 60 menit. Pengukuran ini

dilakukan bersamaan dan kondisi yang sama

dengan pengambilan TSP secara gravimetri.

Konsentrasi TSP yang diperoleh secara

gravimetri 120,512 µg/m³, pengambilan

sampel ini bersamaan dengan pengukuran

transmisi cahaya

yang diterima

spektrofotometer secara real-time. Sehingga

dengan analisis perbandingan laju alir

diperoleh konsentrasi TSP yang terjerap

sebanyak 0,0438 µg/m³, dengan

spektrofotometer sebagai fotodetektor. Secara

gravimetri konsentrasi TSP yang terperangkap

200,868 µg/m³, dilakukan bersamaan dengan

pengukuran transmisi cahaya

yang diterima

fotodioda secara real-time. Sehingga dengan

analisis perbandingan laju alir diperoleh

konsentrasi TSP yang terjerap sebanyak 0,073

µg/m³, dengan fotodioda sebagai fotodetektor.

Jerapan TSP yang diperoleh

diencerkan, untuk mendapatkan nilai transmisi

cahaya dan nilai konsentrasi saat pengenceran.

Pengenceran dilakukan dengan penambahan

0,5 – 1 ml akuades ke dalam tabung penjerap

yang berisi jerapan TSP. Intensitas transmisi

cahaya yang diterima spektrofotometer saat

pengenceran berupa kurva fenomena PPB

pada daerah PBG, ditunjukkan pada Gambar

12. Intensitas transmisi cahaya yang diterima

fotodetektor dihubungkan terhadap

penambahan akuades ditunjukkan pada

Gambar 13. Tegangan yang dihasilkan oleh

fotodioda dari transmisi cahaya yang

diterimanya saat pengenceran ditunjukkan

pada Gambar 14.

(22)

Gambar 13. Hubungan intensitas cahaya yang melewati sampel dan volum penambahan akuades

Gambar 14. Hubungan tegangan keluaran fotodioda dan volum penambahan akuades

Gambar 13 dan Gambar 14,

memperlihatkan bahwa intensitas transmisi

cahaya terendah diperoleh sebelum

penambahan akuades ke dalam jerapan. Hal

ini karena partikulat-partikulat yang berada di

dalam jerapan menyerap cahaya yang

mengenainya sehingga yang dilewatkan

sedikit. Berdasarkan kedua gambar tersebut

dapat dilihat bahwa semakin banyak

penambahan akuades maka terjadi

peningkatan intensitas cahaya yang diterima

oleh fotodetektor. Pada penambahan akuades

pertama kali dengan penambahan akuades

kedua kali (Gambar 13), terjadi peningkatan

intensitas transmisi cahaya yang cukup besar.

Demikian juga Gambar 14, terjadi

peningkatan tegangan yang relatif tinggi

antara penambahan akuades ke 18 kali dengan

penambahan akuades ke 19 kali. Peningkatan

yang cukup tinggi ini dimungkinkan karena

pergeseran sumber cahaya. Dan juga karena

jerapan yang dihasilkan bukan berupa larutan

yang homogen. Sehingga setelah penambahan

akuades, jerapan tidak langsung menjadi

campuran yang merata mengakibatkan

peningkatan intensitas cahaya yang

ditansmisikan tiap penambahan akuades tidak

sama.

(23)

Gambar 15. Hubungan intensitas cahaya yang melewati sampel dan konsentrasi TSP

Gambar 16. Hubungan tegangan keluaran fotodioda dan konsentrasi TSP

Pada kurva pengenceran (Gambar 13

dan Gambar 14), kenaikan intensitas cahaya

yang diterima fotodetektor tidak stabil, karena

campurannya tidak homogen.

Partikulat-partikulat yang sudah dijerap diduga

menghamburkan cahaya. Gelombang cahaya

yang menumbuk suatu permukaan medium

transparan pada umumnya akan dipantulkan.

Dari sifat optik partikulat, partikulat dapat

mempengaruhi sinar dan menyebabkan

pembiasan.

8

Dapat diduga juga karena

kepekaan dari sensor dan gangguan sistem

lingkungan.

Hasil analisis regresi linear dari kurva

pengenceran konsentrasi terhadap intensitas

transmisi cahaya yang diterima

spektrofotometer sebagai fotodetektor

menunjukkan nilai sensitivitas sebesar 401,1

(10

3

Watt/m

2

)/(µg/m³) dengan koefisien

determinasi 76,0% pada selang konsentrasi

0,0213 - 0,0438 µg/m³. Fotodioada sebagai

fotodetektor diperoleh nilai sensitivitasnya

sebesar 891,5 mV/(µg/m³) dengan koefisien

determinasi 74,6% pada selang konsentrasi

0,0356 - 0,0730 µg/m³. Gambar 15 dan

Gambar 16 menunjukan hubungan antara

perubahan konsentrasi TSP yang terjerap

terhadap intensitas transmisi cahaya yang

diterima oleh fotodetektor adalah berbanding

terbalik. Semakin banyak TSP yang terjerap

maka intensitas transmisi cahaya yang

diterima fotodetektor semakin sedikit,

demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan persamaan garis linear

dari Gambar 15 dan Gambar 16 dapat

diperoleh nilai konsentrasi saat pengambilan

sampel secara real-time.

Nilai intensitas

(24)

Lampiran 15 dan nilai konsentrasi saat

pengukuran tegangan ditunjukkun pada

Lampiran 16. Nilai konsentrasi menit ke 60

dari Lampiran 15 dan Lampiran 16, berbeda

dengan nilai konsentrasi dari hasil

pengukuran. Hal ini karena nilai konsentrasi

Lampiran 15 dan Lampiran 16 diperoleh dari

pendekatan persamaan garis linear dan dapat

pula diakibatkan karena adanya deviasi alat

dan hasil perhitungan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sampel uji yang dihasilkan dalam

penelitian berupa campuran yang tidak

homogen, tidak berwarna atau transparan dan

tidak berbau. Sampel uji yang dijerap dengan

akuades dapat dideteksi pada semua panjang

gelombang cahaya tampak, terlihat dari

penurunan transmitansi ketika TSP sudah

terjerap. Hasil karakterisasai spektrometri,

menunjukkan penurunan transmitansi pada

kenaikan konsentrasi TSP yang dijerap, tetapi

tidak menunjukkan absorbansi pada panjang

gelombang tertentu. Panjang gelombang 535

nm dipilih sebagai panjang gelombang operasi

untuk desain dan fabrikasi sensor kristal

fotonik satu dimensi. Hasil desain dan

fabrikasi sensor, puncak intensitas PPB

tertinggi berada pada panjang gelombang

533,16 nm. Kristal fotonik satu dimensi

sebagai sensor deteksi TSP, ketika dilewatkan

cahaya dari LED yang berwarna hijau

memberikan respon berupa adanya variasi

intensitas PPB yang diterima fotodetektor

terhadap konsentrasi TSP.

Sensor kristal fotonik satu dimensi

mendeteksi sampel yang dijerap di dalam

defect

kedua. Peningkatan konsentrasi yang

dijerap mengakibatkan penurunan intensitas

transmisi cahaya yang diterima oleh

fotodetektor. Konsentrasi sampel dalam defect

kedua berbanding terbalik dengan intensitas

PPB pada panjang gelombang 533,16 nm dan

konsentrasi berbanding terbalik terhadap

tegangan keluaran fotodioda. Pengukuran TSP

menggunakan sensor kristal fotonik satu

dimensi selama satu jam dengan laju alir 0,4

Liter/menit dapat dideteksi oleh fotodetektor

dengan sensitivitas 401,1

(10

3

Watt/m

2

)/(µg/m³) melalui deteksi

intensitas transmisi cahaya.

Hasil pengenceran menunjukkan

penurunan konsentrasi TSP yang ada di dalam

penjerap, mengakibatkan penurunan

intensitas cahaya yang diterima fotodetektor.

Semakin banyak penambahan akuades ke

dalam jerapan, mengakibatkan konsentrasi

TSP di dalam jerapan semakin sedikit.

Mengakibatkan semakin tinggi intensitas PPB

pada panjang gelombang 533,16 nm dan

semakin besar tegangan keluaran fotodioada.

Kalibrasi sensor didapatkan dengan

menghubungkan data perubahan intensitas

dari saat pengenceran terhadap perubahan

konsentrasi pengenceran. Koefisien

determinasi yang didapatkan dari hasil

kalibrasi sensor kristal fotonik satu dimensi

adalah hingga 76,0 %. Penelitian ini belum

menghasilkan hasil yang sangat baik, karena

penelitian ini sebagai penelitian tahap awal.

Saran

Para peneliti selanjutnya diharapkan

meningkatkan keakurasian sensor kristal

fotonik satu dimensi dengan

mengkombinasikan efek Tyndall, dengan

memperbesar penampang lintang pengamatan

sensor. Efek Tyndall adalah penghamburan

cahaya oleh larutan koloid, peristiwa dimana

jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat

karena partikel koloid dapat menghamburkan

sinar ke segala arah.

18

Pengamatan lebih lanjut dapat

dilakukan dengan fenomena scattering

(hamburan) berdasarkan fenomena efek

Raman (Efek Raman merupakan mekanisme

vibrasi molekul, kuanta radiasi cahaya tampak

secara tidak langsung yang dapat

menghasilkan vibrasi molekul)

19

, sehingga

dapat digunakan untuk membedakan ukuran

partikel sebagai sensor PM

10

dan PM

2.5.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Putra. “Pencemaran Udara, Dampak dan

Solusi”. 7 Januari 2009. Web. 8 April

2011.

<http://putracenter.net/2009/01/07/pence

maran-udara-dampak-dan-solusinya/>.

2.

[Depkes] Departemen Kesehatan.

(2010). Parameter Pencemar Udara dan

Dampaknya terhadap Kesehatan. Jakarta:

Depkes.

3.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun

(25)

4.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional.

(2005). Tentang Udara ambien – Bagian

3: Cara uji partikel tersuspensi total

menggunakan peralatan high volume air

sampler (HVAS) dengan metoda

gravimetrik. SNI 19-7119.3-2005.

Jakarta : BSN.

5.

Alatas, H. “OptIPB Sensor, Sensor Optik

Berbasis Kristal Fotonik Satu Dimensi”.

27 Maret 2010. Web. 7 Mei 2010.

<http://alatas.staff.ipb.ac.id/2010/03/27/o

ptip/>.

6.

Gindo,A., Hari, B. (2007). Pengukuran

Partikel Udara Ambien (TSP, PM

10

,

PM

2,5

) di Sekitar Lokasi PLTN

Semenanjung Lemahabang. Prosiding

Seminar Nasional Teknologi

Pengolahan Limbah VI, Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif. 6,

220-227. Jakarta: BATAN.

7.

Alias, M., Hamzah, Z., Kenn, L. S.

(2007).

PM

10

and Total Suspended

Particulates (TSP) Measurements in

Various Power Stations. The Malaysian

Journal of Analytical Sciences 11:

255-261.

8.

Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara.

Yogyakarta: Kanisius.

9.

Pudjiastuti, W. (2002). Debu sebagai

Bahan Pencemar yang Membahayakan

Kesehatan Kerja. Pusat Kesehatan Kerja

Depkes RI. Jakarta.

10.

Bahtiar, A. (2007). Kristal Fotonik

Nonlinear untuk Aplikasi All-Optical

Switching

[Laporan akhir research

grant]. Bandung : Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Padjadjaran.

11.

Gomulya, W. (2008). Perhitungan Pita

dan Spektrum Emisi Terstimulasi untuk

Kristal Fotonik Polimer Dua Dimensi

[skripsi]. Bandung : Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Teknologi Bandung.

12.

Rahmat, M. (2009). Design and

Fabrication of One-Dimensonal Photonic

Crystal as a Real Time Optical Sensor

For Sugar Solution Concentration

Detection [Tesis]. Bogor: Institut

Pertanian Bogor, IPB.

13.

Rahmat, M. (2010). Development of Air

Quality Index Measurement System

based on 1D Photonic Crystal. Bogor:

Institut Pertanian Bogor, IPB.

14.

Riyadi

,

W. Perbedaan Spektrometri dan

Spektrofotometri. 13 Oktober 2008.

Web. 08 November 2011.

<http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/

10/perbedaan-spektrometri-dan.html>.

15.

Day, R.A. dan Underwood, A.L. (2002).

Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi

Keenam. Jakarta: Erlangga.

16.

Sulaiman MY., Moksin M., Ibrahim S.,

Leong S.K. (1982). The Use of A Laser

Light-Scattering Technique in Fluvial

Sediment Measurement. Pertanika 5(1):

12-19.

17.

[Anonim]. Web. 25 Oktober 2011.

<http://usupress.usu.ac.id/files/Analisis

%20Polimer_Normal_bab%201.pdf>.

18.

Windani D K. SIFAT-SIFAT KOLOID.

2009. Web. 13 November 2011.

<http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/k

uliah_web/2008/Dewi%20Kharisma%20

Windani%200606627/page%203.html>.

19.

[Anonim]. SPEKTROSKOPI

INFRAMERAH. 2 Januari 2011. Web.

13 November 2011.

<http://www.scribd.com/doc/47941836/

(26)
(27)

17

 

 

Lampiran 1. Diagram alir penelitian

Mulai

Pengambilan sampel uji (sampel dijerap dengan akuades)

Sampel dikarakterisasi secara spektroskopi

Diperoleh transmitansi dan absorbansi TSP

Order sensor kristal fotonik satu dimensi dengan panjang gelombang operasi

Spektrofotomete sebagai

fotodetektor sensor

Fotodioda sebagai

fotodetektor sensor

Pengukuran konsentrasi dengan sensor kristal fotonik satu dimensi yang dilakukan

bersamaan dengan pengukuran TSP secara gravimetri

Pengambilan sampel uji. Sampel dijerap dengan akuades. Dihisap

dengan pompa vakum

Pencatatan transmisi cahaya yang diterima fotodetektor selama pengukuran

Perhitungan konsentrasi yang dijerap dengan akuades, dari perbandingan laju alir

Pengenceran

Analisis data

Penulisan skripsi

Selesai

(28)

Lampiran 2. Gambar pengambilan sampel dan perlengkapan uji spektrometri

Sumber TSP Tabung penjerap

Pompa vakum

 

a.

Gambar pengambilan sampel

 

b.

Perlengkapan uji spektrometri

 

Lampiran 3. Gambar alat HVAS

(29)

19

 

 

enjerap

Lampiran 4. Skema pemasangan kristal fotonik pada tabung p

(Mamat

2010)

Tabung penjerap

Kristal Fotonik 1 D

Lampiran 5. Skema pengujian dengan spektrofotometer sebagai detektor sensor kristal

fotonik satu dimensi

Lampiran 6. Skema pengujian dengan fotodioda sebagai detektor sensor kristal fotonik

satu dimensi

(30)

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel 399,85 98,999 79,458 0,102 410,08 99,423 79,658 0,101 420,28 99,717 80,106 0,099

400,05 98,963 79,425 0,102 410,28 99,431 79,65 0,101 420,48 99,697 80,088 0,098

400,26 99,025 79,416 0,102 410,49 99,427 79,636 0,101 420,68 99,727 80,08 0,098 400,46 99,079 79,415 0,101 410,69 99,447 79,648 0,101 420,89 99,732 80,09 0,098

400,67 99,11 79,448 0,101 410,89 99,515 79,661 0,101 421,09 99,745 80,1 0,098

400,87 99,097 79,433 0,102 411,1 99,506 79,658 0,101 421,29 99,767 80,069 0,098

401,08 99,101 79,442 0,101 411,3 99,517 79,669 0,1 421,5 99,76 80,062 0,098

401,28 99,151 79,441 0,102 411,51 99,493 79,656 0,101 421,7 99,744 80,066 0,098

401,49 99,21 79,514 0,101 411,71 99,473 79,671 0,101 421,9 99,739 80,066 0,098

401,69 99,199 79,528 0,101 411,91 99,488 79,678 0,1 422,11 99,735 80,097 0,098

402,92 99,246 79,702 0,101 413,14 99,46 79,741 0,1 423,33 99,772 80,213 0,098

404,56 99,305 79,794 0,1 414,77 99,398 79,795 0,1 424,96 99,873 80,38 0,097

404,76 99,234 79,701 0,1 414,98 99,46 79,848 0,1 425,16 99,881 80,411 0,097

404,97 99,213 79,654 0,1 415,18 99,496 79,904 0,1 425,36 99,845 80,432 0,097

405,17 99,214 79,666 0,1 415,38 99,518 79,942 0,1 425,57 99,817 80,456 0,097

405,38 99,215 79,636 0,101 415,59 99,492 79,947 0,1 425,77 99,794 80,441 0,097

405,58 99,292 79,649 0,1 415,79 99,483 79,943 0,1 425,97 99,813 80,462 0,097

405,78 99,363 79,677 0,1 416 99,49 79,897 0,1 426,18 99,835 80,501 0,097

405,99 99,336 79,63 0,1 416,2 99,499 79,928 0,1 426,38 99,798 80,494 0,097

406,19 99,333 79,639 0,1 416,4 99,522 79,925 0,1 426,58 99,763 80,485 0,097

406,4 99,37 79,653 0,1 416,61 99,514 79,937 0,1 426,79 99,758 80,5 0,097

406,6 99,368 79,623 0,1 416,81 99,531 79,911 0,1 426,99 99,762 80,518 0,097

406,81 99,365 79,632 0,101 417,02 99,488 79,907 0,1 427,19 99,742 80,486 0,097

407,01 99,391 79,63 0,101 417,22 99,503 79,964 0,1 427,4 99,717 80,51 0,097

407,22 99,382 79,663 0,1 417,42 99,52 79,985 0,1 427,6 99,719 80,504 0,097

407,42 99,36 79,619 0,101 417,63 99,531 79,996 0,1 427,8 99,745 80,504 0,097

407,62 99,333 79,616 0,101 417,83 99,517 80,003 0,1 428,01 99,732 80,486 0,097

407,83 99,333 79,598 0,101 418,03 99,534 79,994 0,1 428,21 99,722 80,465 0,097

408,03 99,335 79,571 0,101 418,24 99,537 79,989 0,1 428,41 99,747 80,477 0,097

408,24 99,33 79,587 0,101 418,44 99,561 80,039 0,099 428,62 99,758 80,49 0,097

409,26 99,461 79,673 0,101 419,46 99,635 80,06 0,099 429,63 99,783 80,513 0,097

(31)

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

430,44 99,757 80,571 0,097 440,58 99,92 80,733 0,095 450,69 99,756 80,863 0,094

430,65 99,758 80,582 0,097 440,78 99,915 80,73 0,095 450,89 99,733 80,854 0,094

430,85 99,715 80,58 0,097 440,99 99,934 80,751 0,095 451,09 99,732 80,854 0,094 431,05 99,762 80,612 0,096 441,19 99,938 80,749 0,095 451,29 99,75 80,854 0,094 431,26 99,761 80,618 0,096 441,39 99,93 80,757 0,095 451,5 99,754 80,849 0,094 432,68 99,775 80,673 0,096 442,81 99,904 80,788 0,095 452,91 99,735 80,842 0,094 432,88 99,788 80,698 0,096 443,01 99,894 80,789 0,095 453,11 99,749 80,864 0,094 433,08 99,787 80,689 0,096 443,21 99,899 80,798 0,095 453,31 99,734 80,86 0,094 433,29 99,808 80,687 0,096 443,41 99,892 80,795 0,094 453,51 99,744 80,871 0,094 433,49 99,809 80,699 0,096 443,62 99,87 80,801 0,095 453,71 99,742 80,893 0,094

433,69 99,827 80,715 0,096 443,82 99,864 80,8 0,094 453,92 99,732 80,893 0,094

434,71 99,845 80,745 0,095 444,83 99,861 80,8 0,094 454,92 99,741 80,935 0,094

434,91 99,823 80,717 0,095 445,03 99,861 80,809 0,094 455,13 99,734 80,942 0,094 435,11 99,829 80,727 0,095 445,23 99,853 80,823 0,094 455,33 99,731 80,94 0,094

435,31 99,824 80,748 0,095 445,44 99,861 80,85 0,094 455,53 99,723 80,936 0,094

(32)

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

460,76 99,719 81,021 0,093 470,81 99,773 81,32 0,092 480,82 99,871 81,681 0,089

460,97 99,727 81,03 0,093 471,01 99,771 81,331 0,092 481,02 99,875 81,689 0,089

461,17 99,713 81,023 0,093 471,21 99,782 81,35 0,091 481,22 99,875 81,695 0,089

461,37 99,715 81,024 0,093 471,41 99,786 81,361 0,091 481,42 99,874 81,699 0,089 461,57 99,706 81,02 0,093 471,61 99,8 81,379 0,091 481,62 99,868 81,699 0,089 461,77 99,701 81,027 0,093 471,81 99,817 81,392 0,091 481,82 99,867 81,708 0,089

461,97 99,725 81,05 0,093 472,01 99,819 81,4 0,091 482,02 99,865 81,717 0,089

462,17 99,737 81,051 0,093 472,21 99,829 81,405 0,091 482,22 99,862 81,726 0,089 462,37 99,72 81,039 0,093 472,41 99,831 81,417 0,091 482,42 99,857 81,732 0,089

462,57 99,712 81,05 0,093 472,61 99,833 81,42 0,091 482,62 99,865 81,748 0,089

462,78 99,715 81,054 0,093 472,81 99,835 81,426 0,091 482,82 99,867 81,755 0,089 463,98 99,658 81,057 0,093 474,02 99,835 81,469 0,091 484,02 99,873 81,791 0,089 464,18 99,659 81,061 0,093 474,22 99,839 81,479 0,091 484,22 99,867 81,795 0,089 464,38 99,668 81,074 0,093 474,42 99,843 81,481 0,091 484,42 99,868 81,796 0,089 464,58 99,689 81,074 0,093 474,62 99,852 81,493 0,091 484,62 99,873 81,808 0,088 464,79 99,686 81,078 0,093 474,82 99,855 81,491 0,091 484,82 99,871 81,81 0,088

464,99 99,678 81,086 0,093 475,02 99,855 81,498 0,09 485,02 99,873 81,816 0,088

465,19 99,683 81,082 0,093 475,22 99,862 81,517 0,09 485,22 99,879 81,824 0,088

466,59 99,73 81,151 0,092 476,62 99,847 81,55 0,09 486,61 99,879 81,883 0,088

466,79 99,726 81,156 0,092 476,82 99,852 81,562 0,09 486,81 99,885 81,898 0,088

467 99,742 81,161 0,092 477,02 99,867 81,574 0,09 487,01 99,891 81,915 0,088

467,2 99,759 81,175 0,092 477,22 99,856 81,572 0,09 487,21 99,891 81,923 0,088

467,6 99,755 81,164 0,092 477,62 99,855 81,58 0,09 487,61 99,903 81,936 0,088

467,8 99,762 81,18 0,092 477,82 99,854 81,581 0,09 487,81 99,915 81,948 0,088

468 99,769 81,192 0,092 478,02 99,846 81,585 0,09 488,01 99,923 81,951 0,088

468,2 99,784 81,203 0,092 478,22 99,847 81,589 0,09 488,21 99,921 81,952 0,088

468,4 99,793 81,209 0,092 478,42 99,847 81,595 0,09 488,41 99,927 81,962 0,088

468,6 99,794 81,228 0,092 478,62 99,843 81,602 0,09 488,61 99,923 81,967 0,088

468,8 99,774 81,229 0,092 478,82 99,848 81,614 0,09 488,81 99,921 81,974 0,088

469 99,768 81,237 0,092 479,02 99,856 81,62 0,09 489,01 99,918 81,97 0,088

469,81 99,757 81,269 0,092 479,82 99,865 81,637 0,089 489,81 99,923 81,986 0,087 0,087 470,01

470,21

99,761 99,766

81,275 81,286

0,092 0,092

480,02 480,22

99,874 99,871

81,639 81,648

0,089 0,089

490 490,2

99,924 99,927

81,989

81,996 0,087

(33)

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

Panjang Gelombang

(nm)

Transmitansi Akuades (%)

Transmitansi Sampel (%)

Absorbansi Sampel

490,8 99,924 82,007 0,087 500,75 99,92 82,343 0,086 510,67 99,971 82,659 0,084

491 99,916 82,008 0,087 500,95 99,926 82,35 0,086 510,87 99,97 82,67 0,084

491,2 99,918 82,024 0,087 501,15 99,932 82,353 0,086 511,06 99,962 82,67 0,084

491,4 99,921 82,028 0,087 501,35 99,936 82,362 0,086 511,26 99,955 82,67 0,084

491,6 99,917 82,031 0,087 501,55 99,942 82,373 0,085 511,46 99,958 82,669 0,084

492 99,912 82,046 0,087 501,94 99,95 82,386 0,085 511,86 99,951 82,676 0,084

492,4 99,911 82,066 0,087 502,34 99,961 82,401 0,085 512,25 99,937 82,686 0,084

492,6 99,903 82,067 0,087 502,54 99,973 82,411 0,085 512,45 99,942 82,7 0,084 492,79 99,893 82,074 0,087 502,74 99,969 82,414 0,085 512,65 99,945 82,711 0,084

493,19 99,9 82,088 0,087 503,13 99,972 82,421 0,085 513,04 99,946 82,727 0,083

(34)

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

Gelombang

(nm) Akuades (%) Sampel (%) Sampel

520,55 99,988 82,951 0,082 530,4 100,013 83,226 0,081 540,22 100,024 83,464 0,079

520,75 99,987 82,954 0,082 530,6 100,014 83,227 0,081 540,42 100,028 83,471 0,079

520,95 99,988 82,957 0,082 530,8 100,012 83,232 0,081 540,61 100,035 83,484 0,079

521,14 99,989 82,959 0,082 530,99 100,008 83,236 0,081 540,81 100,034 83,488 0,079

521,34 99,984 82,959 0,082 531,19 100,005 83,242 0,081 541,01 100,032 83,496 0,079

523,51 99,992 83,029 0,082 533,35 100,013 83,281 0,08 543,16 100,032 83,538 0,079

523,71 99,989 83,03 0,082 533,55 100,007 83,285 0,08 543,36 100,03 83,539 0,079 523,91 99,991 83,037 0,082 533,75 100,007 83,291 0,08 543,55 100,03 83,543 0,079

524,1 99,992 83,043 0,082 533,94 100,01 83,296 0,08 543,75 100,029 83,544 0,079

524,3 99,985 83,044 0,082 534,14 100,01 83,295 0,08 543,94 100,028 83,553 0,079

524,5 99,984 83,045 0,082 534,33 100,013 83,299 0,08 544,14 100,031 83,559 0,079

524,69 99,982 83,056 0,082 534,53 100,015 83,304 0,08 544,34 100,032 83,567 0,079

524,89 99,982 83,064 0,082 534,73 100,012 83,305 0,08 544,53 100,033 83,576 0,079

525,09 99,987 83,075 0,082 534,92 100,011 83,309 0,08 544,73 100,035 83,58 0,079

525,28 99,988 83,083 0,081 535,12 100,017 83,319 0,08 544,92 100,033 83,586 0,079

525,48 99,987 83,098 0,081 535,32 100,023 83,326 0,08 545,12 100,032 83,591 0,079

525,68 99,987 83,103 0,081 535,51 100,026 83,334 0,08 545,31 100,027 83,589 0,079

526,86 99,974 83,13 0,081 536,69 100,028 83,368 0,08 546,49 100,03 83,613 0,079

527,06 99,971 83,135 0,081 536,89 100,029 83,371 0,08 546,68 100,036 83,614 0,079

527,25 99,977 83,145 0,081 537,08 100,031 83,374 0,08 546,88 100,034 83,615 0,079

527,45 99,979 83,154 0,081 537,28 100,032 83,382 0,08 547,08 100,032 83,622 0,079

527,65 99,984 83,164 0,081 537,48 100,033 83,39 0,08 547,27 100,034 83,63 0,078

527,85 99,987 83,167 0,081 537,67 100,037 83,399 0,08 547,47 100,027 83,63 0,078

528,04 99,987 83,174 0,081 537,87 100,033 83,407 0,08 547,66 100,027 83,628 0,078

528,24 99,987 83,18 0,081 538,06 100,03 83,412 0,08 547,86 100,026 83,633 0,078

528,44 99,993 83,189 0,081 538,26 100,034 83,419 0,08 548,05 100,027 83,642 0,078

528,63 99,997 83,195 0,081 538,46 100,034 83,425 0,08 548,25 100,023 83,64 0,078

528,83 100,002 83,2 0,081 538,65 100,029 83,426 0,08 548,44 100,024 83,646 0,078

529,62 100,009 83,221 0,081 539,44 100,032 83,443 0,079 549,23 100,028 83,662 0,078

529,81 100,012 83,222 0,081 539,63 100,027 83,451 0,079 549,42 100,03 83,671 0,078

530,01 100,013 83,223 0,081 539,83 100,027 83,457 0,079 549,62 100,028 83,67 0,078

(35)

Panjang Gelombang (nm) Transmitansi Akuades (%) Transmitansi Sampel (%)

Gambar

Gambar pengambilan sampel dan perlengkapan
Gambar 4. Transmitansi kristal fotonik satu dimensi dengan  defect13
Gambar 7. Hubungan absorbansi sampel dan panjang gelombang
Gambar 11. Hubungan tegangan keluaran fotodioada dan waktu
+7

Referensi

Dokumen terkait

: 14 يلي ام دنج قايدشلا اهعضو تيلا ىرخلأا ظافللأا نمو دلمجا ةلفاح express train ةيئاودلا Pharmacy ةراشلإا بعل pantomime

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pengaruh kepemimpinan dan tingkat kompensasi terhadap produktivitas kerja karyawan persektif ekonomi islam pada kantor kecamatan

Gambar 4: Kerangka Pikir - Model Ekosistem Pariwisata.. Berdasarkan data, mata pencaharian penduduk Desa Walahar yang paling banyak adalah bekerja sebagai karyawan perusahaan/buruh

0,513 untuk Motivasi belajar dengan hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Kota Metro.dan uji regresi linier ganda

Pengujian bakteriologis dilakukan terhadap 13 sampel air minum isi ulang yang diambil dari depo air minum isi ulang yang tersebar di sekitar Lenteng Agung dan Srengseng Sawah

Dalam penelitian ini, ekstraksi minyak biji mangga dilakukan dengan metoda soxhlet yang menggunakan panas untuk waktu yang relatif panjang yaitu sampai dengan 18

4. Bila guru menanyakan kembali tentang konsep materi pembelajaran matematika sebelumnya, sebagian siswa tidak dapat menjawab... Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka perlu

Dari hasil survey yang dilakukan, Desa Ngrajek merupakan sentra budidaya ikan air tawar dan ikan gurami merupakan salah satu komoditas yang paling banyak