• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN LANSKAP PEKARANGAN BAGI

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN KELUARGA

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Lanskap Perkarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA. Manajemen Lanskap Perkarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN dan MADE ASTAWAN.

Pekarangan ditandai dengan keragaman dan stabilitas tinggi, agroekosistem yang baik dan seharusnya dapat dioptimalkan sebagai area pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, terutama dalam pemenuhan kecukupan gizi dari tanaman pangan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jenis, warna dan kandungan gizi tanaman pekarangan, membuat pola tanam pekarangan yang disertai penataan warna tanaman serta kalender tanaman untuk mendukung diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga. Penelitian telah dilakukan di Desa Cikarawang, Desa Cihideung Udik dan Kelurahan Situ Gede, Bogor. Ukuran pekarangan merupakan aspek yang dijadikan perbandingan dalam penelitian ini. Setiap sampel pekarangan dapat ditemukan adanya pekarangan depan dan belakang, namun tidak selalu ada pekarangan samping kanan dan kiri. Tanaman strata II dan III merupakan strata tanaman yang dominan ditemukan di seluruh ukuran pekarangan. Pada aspek keragaman horizontal, tanaman buah yang paling dominan (41%). Tanaman pekarangan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas gizi keluarga adalah tanaman buah, sayur, obat, dan tanaman penghasil pati.

Kata kunci: kalender tanaman, penataan warna, pola tanam, ukuran pekarangan

ABSTRACT

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA. Landscape Management of “Pekarangan” for Food Consumption Diversification of the Household. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN and MADE ASTAWAN.

Pekarangan is characterized by high diversity and stability, good agroecosystems, which should be optimized as a subsistence area daily, specially in fulfilling the nutritional adequacy of the food crops. Therefore, the purpose of this study is to analyze the species, color and nutrients of pekarangan plants, to arrange planting plan with color composition of plants in pekarangan, and to propose crop calendar to support food consumption diversification of the household. Research was carried out in Cikarawang Village, Cihideung Udik Village, and Situ Gede Village. The size of pekarangan is used as a comparison in this study. Each sample can be found a front and back pekarangan, but the left and right side of pekarangan are not always found together in one pekarangan. Plants in strata II and III are the dominant strata that found throughout the size of pekarangan. While the horizontal aspects of diversity, plant fruit trees are the most common (41%). Pekarangan contributed to improving the nutritional quality of plant families, specially from the fruits, vegetables, medicinal plants, and starch crops significantly.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

MANAJEMEN LANSKAP PEKARANGAN BAGI

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN KELUARGA

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga

Nama : Azka Lathifa Zahratu Azra NIM : A44090022

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Made Astawan, M.S. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah pekarangan, dengan judul Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga. Hasil utama dari penelitian ini adalah membuat pola tanam pekarangan dalam empat ukuran pekarangan serta kalender tanaman untuk mendukung diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing akademis sekaligus pembimbing skripsi I serta Prof. Dr. Ir. Made Astawan, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ummi, adik-adik, seluruh keluarga besar, teman-teman Arsitektur Lanskap 46, keluarga Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012, serta pihak lainnya atas segala doa dan dukungannya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat daerah perdesaan maupun perkotaan untuk mengoptimalkan potensi pekarangan, terutama dalam memanfaatkan fungsi produksi untuk mendukung pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak pemerintah dan akademisi untuk mensosialisasikan fungsi pekarangan dalam mendukung swasembada pangan Indonesia. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Alat dan Bahan 5

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Pekarangan di Lokasi Penelitian 7

Analisis Ukuran Pekarangan 14

Analisis Zonasi Pekarangan 15

Analisis Keragaman Strata Pekarangan (Keragaman Vertikal) 16 Analisis Keragaman Fungsi Pekarangan (Keragaman Horizontal) 17

Analisis Keragaman Warna Tanaman 19

Analisis Kandungan Gizi Tanaman Pekarangan 22

Konsep Pekarangan 24

Rekomendasi Contoh Model dan Pola Tanam Pekarangan 28

Kalender Pertanaman Pekarangan 40

Perolehan Gizi dari Tanaman Pekarangan 40

Manajemen Lanskap Pekarangan 43

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(11)

DAFTAR TABEL

1 Alat penelitian 5

2 Aspek penjelasan dari metode penelitian 5

3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang 7

4 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cikarawang 9 5 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di

Desa Cikarawang 9

6 Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede 10

7 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Situ Gede 11 8 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di

Kelurahan Situ Gede 12

9 Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik 12

10 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cihideung Udik 13 11 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di

Desa Cihideung Udik 14

12 Luas pekarangan seluruh sampel pekarangan dan rataannya 14 13 Intensitas ditemuinya zonasi pada setiap sampel pekarangan 15 14 Keragaman vertikal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap

sampel pekarangan 16

15 Keragaman horizontal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap

sampel pekarangan 17

16 Rataan keragaman jenis berdasarkan fungsi tanaman 19 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan 19 18 Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya 21

19 Kandungan zat gizi tanaman pekarangan 23

20 Standar pembuatan model pekarangan yang mendukung

penganekaragaman pangan 24

21 Rekomendasi tanaman untuk pola tanam di lokasi penelitian 26 22 Perolehan gizi dari setiap ukuran pekarangan per tahun 40

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 3

2 Lokasi penelitian 4

3 Contoh klasifikasi tanaman berdasarkan warna fisik tanaman 22

4 Konsep warna tanaman pekarangan 25

5 Pola tanam bedengan pekarangan sempit 28

6 Model pekarangan sempit 29

7 Desain penanaman model pekarangan sempit 30

8 Pola tanam bedengan pekarangan sedang 31

9 Model pekarangan sedang 32

10 Desain penanaman model pekarangan sedang 33

11 Pola tanam bedengan pekarangan besar 34

12 Model pekarangan besar 35

13 Desain penanaman model pekarangan besar 36

(12)

15 Model pekarangan sangat besar 38 16 Desain penanaman model pekarangan sangat besar 39

17 Kalender pertanaman di lokasi penelitian 41

18 Total bobot pangan setiap model pekarangan per tahun 40 19 Kandungan gizi dari setiap model pakarangan per tahun 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Intensitas ditemuinya tanaman di lokasi penelitian 46 2 Tanaman pekarangan di Desa Cikarawang dan zonasi keberadaannya 47 3 Tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede dan zonasi

keberadaannya 50

4 Tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik dan zonasi

keberadaannya 53

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sudah seharusnya dapat berkontribusi dalam pemenuhan pangan dalam skala mikro, meso maupun makro. Pekarangan sebagai lanskap mikro khas Indonesia dapat mengakomodasi pemiliknya dalam berkontribusi untuk membantu asupan pangan keluarga, terutama dalam wujud sayur, buah, bumbu, dan peningkatan pendapatan keluarga. Khusus untuk wilayah perdesaan, manfaat tanaman pekarangan masih sangat terasa, namun nilai estetika dari pekarangan tersebut masih seringkali terabaikan. Padahal pekarangan seperti halnya wujud rumah secara tidak langsung merupakan cerminan dari pemilik pekarangan tersebut. Nilai estetika dapat dicapai dengan penataan warna tanaman pekarangan, sehingga pemanfaatan pekarangan yang optimal seharusnya tidak hanya dari keragaman pangan yang diperoleh, namun juga peningkatan kualitas estetika yang bisa timbul dari manajemen pekarangan yang baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan inventarisasi eksisting pekarangan pedesaan berdasarkan ukuran, zonasi, keragaman vertikal dan keragaman horizontal, analisis warna tanaman dengan kandungan gizinya, serta pembuatan kalender tanaman dan rencana penanaman berdasarkan warna tanaman pekarangan.

Latar Belakang

Keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya alam Indonesia sangatlah berlimpah. Berdasarkan hal ini sudah seharusnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pangan secara berkecukupan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari, pada abad ke-12 masyarakat kawasan Jawa Tengah telah dapat memanfaatkan lahan untuk menanam tanaman produktif, salah satunya melalui pekarangan rumah. Pekarangan rumah khas pedesaan pada saat itu dicirikan dengan keragaman dan stabilitas yang tinggi, agroekosistem yang baik, dan struktur yang menyerupai miniatur hutan hujan tropis (Kehlenbeck et al. 2007). Hal ini disebabkan oleh keberadaan berbagai jenis tanaman tropis yang dapat menghijaukan area rumah mereka sendiri. Selain itu, dua musim di Indonesia yang dapat menjamin kondisi suhu udara relatif hangat dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan produksi biologi tanaman dapat berlangsung sepanjang tahun (Arifin et al. 2008).

(15)

2

Perumusan Masalah

Berdasarkan potensi yang dimiliki, sudah semestinya lahan pekarangan dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berkreasi dalam penataan pekarangan berdasarkan warna tanaman yang bukan saja untuk meningkatkan nilai estetika pekarangan, tetapi juga dapat meningkatkan gizi keluarga. Oleh karena itu, perlu diteliti mengenai manajemen lanskap pekarangan berdasarkan penataan dari warna bagian-bagian tanaman yang dapat dikonsumsi langsung dan dapat meningkatkan gizi keluarga pemilik pekarangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. menginventarisasi eksisting pekarangan perdesaan berdasarkan ukuran, zonasi, keragaman vertikal dan keragaman horizontal,

2. menganalisis warna tanaman dengan kandungan gizinya, dan

3. menyusun kalender tanaman dan rencana penanaman berdasarkan warna tanaman pekarangan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini adalah pedoman penanaman tanaman pekarangan yang memanfaatkan warna dan kandungan gizi tanaman, khususnya di area perdesaan. Oleh karena itu, manfaat dari hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat dalam melakukan pengelolaan pekarangan, khususnya optimalisasi pekarangan pada fungsi produksi yang mendukung pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pembuatan rencana penanaman (planting plan) dan kalender pertanaman yang dapat mendukung penganekaragaman pangan keluarga. Selain berfungsi sebagai pemenuhan pangan keluarga pemilik pekarangan, model pekarangan yang tercipta juga memiliki nilai estetika dari penataan warna tanaman pekarangan. Model dibuat dalam empat ukuran pekarangan, yaitu pekarangan sempit, pekarangan sedang, pekarangan besar, dan pekarangan sangat besar.

Kerangka Pikir

(16)

3 penelitian. Selanjutnya akan dilakukan analisis warna dan kandungan zat gizi dari tanaman pekarangan, pembuatan rekomendasi rencana penanaman (planting plan) dengan memanfaatkan warna tanaman pada empat ukuran pekarangan, serta pembuatan kalender pertanaman untuk setiap jenis tanaman yang digunakan pada model pekarangan. Oleh karena itu, model pola pertanaman yang terbentuk dapat berfungsi sebagai pemenuhan keanekaragaman pangan keluarga pemilik pekarangan sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika pekarangan (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Lahan Pekarangan Kurang Dimanfaatkan Masalah Pangan

Optimalisasi Lahan Pekarangan untuk Penganekaragaman Pangan Fungsi Estetika

Zonasi Ukuran Strata

(Keragaman Vertikal)

Pengkarakterisasian Warna dan Kandungan Nutrisi Tanaman

Penyusunan Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga

(17)

4

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di pekarangan-pekarangan yang ada di tiga desa yang berlokasi di kawasan lingkar Kampus IPB Darmaga, yaitu Desa Cikarawang dan Desa Cihideung Udik yang berada di Kabupaten Bogor, serta Kelurahan Situ Gede di Kota Bogor, Jawa Barat (Gambar 2). Jumlah pekarangan yang digunakan di setiap desa adalah sebanyak empat pekarangan dengan pengulangan pada setiap ukuran pekarangan sebanyak tiga kali. Tiga lokasi yang menjadi lokasi penelitian merupakan pengulangan dari setiap jenis ukuran pekarangan. Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Mei 2013.

Sumber: maps.google.com

(18)

5

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan peralatan dalam bentuk perangkat keras maupun lunak (Tabel 1). Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa lembar survei dan peta lokasi penelitian.

Tabel 1 Alat penelitian

Alat Kegunaan

Perangkat keras (hardware)

Lembar survei Penyimpan data sementara dari hasil survei di lapang Kamera digital Pengambilan data visual kondisi wilayah setempat Meteran Pengukuran luas pekarangan dan tanaman

Abney level Pengukuran ketinggian tanaman

Perangkat lunak (software)

Adobe Photoshop Pembuatan ilustrasi dan finishing gambar Auto CAD Pembuatan gambar rancangan

Google Sketchup Pro Pembuatan rancangan 3D NutriSurvey Pembuatan analisis perolehan gizi

Metode Penelitian

Metode penelitian terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh, yaitu:

1. Inventarisasi kondisi pekarangan dan tanaman eksisting dilakukan dengan metode survei dan wawancara. Kegiatan inventarisasi pekarangan berdasarkan ukuran, zonasi, keragaman vertikal dan keragaman horizontal dilakukan berdasarkan metode Arifin (1998). Aspek inventarisasi dan standar yang diacu dapat dilihat pada Tabel 2.

2. Analisis warna tanaman dengan metode klasifikasi warna pangan yang langsung dapat dikonsumsi menurut Astawan (2008). Analisis kandungan gizi dengan mengacu pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia yang dipublikasi oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tahun 2009. 3. Penyusunan kalender pertanaman dan rencana penanaman dengan

menggunakan hasil survei dan wawancara kepada pemilik pekarangan serta penyesuaian dengan kalender tanaman aktual di lokasi penelitian. Tabel 2 Aspek penjelasan dari metode penelitian

Aspek Penelitian

Standar Metode Alat yang

(19)

6

Tabel 2 Aspek penjelasan dari metode penelitian (lanjutan)

Aspek Penelitian

Standar Metode Alat yang

(20)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Pekarangan di Lokasi Penelitian

Pekarangan Desa Cikarawang

Desa Cikarawang memiliki luas 226,56 Ha dan memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut. Desa ini termasuk ke daerah yang bertopografi atau berdataran tinggi dengan suhu rata-rata sebesar 25oC-30oC. Berikut ini adalah lokasi sampel pekarangan (Tabel 3) luasan masing-masing pekarangan dan pemenuhan pekarangan tersebut terhadap kriteria-kriteria sampel pekarangan di Desa Cikarawang (Tabel 4), dan uraian statistik sederhana dari jumlah spesies tanaman pekarangan berdasarkan fungsinya (Tabel 5), serta zona keberadaannya (Lampiran 2).

Tabel 3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang

No Pekarangan Denah Zona Pekarangan

Depan Samping Belakang

1 Sempit 1

2 Sempit 2

3 Sempit 3

4 Sedang 1

(21)

8

Tabel 3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang (lanjutan)

No Pekarangan Denah Zona Pekarangan

Depan Samping Belakang

6 Sedang 3

7 Besar 1

8 Besar 2

9 Besar 3

10 Sangat

Besar 1

11 Sangat

Besar 2

12 Sangat

(22)

9 Tabel 4 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cikarawang

Keterangan:

a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB) b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)

c. Keragaman Vertikal <1m (I), 1-2m (II), 2-5m (III), 5-10m (IV), dan >10m (V) d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),

Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

Tabel 5 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di Desa Cikarawang

Fungsi Tanaman Jumlah Spesies Tanaman

Maksimal Minimal Rata-rata

Tanaman Hias 14 3 9.75

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa masyarakat masih berusaha untuk mengoptimalkan pekarangannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi pekarangan yang memiliki area budidaya tanaman berbagai fungsi (keragaman horizontal) dan juga memiliki home range bagi hewan ternak. Namun pada desa ini sudah tidak ada tanaman pekarangan yang difungsikan sebagai obat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk membeli obat yang penggunaannya instan dibandingkan tanaman obat yang rata-rata butuh pengolahan tertentu untuk pemakaiannya.

Pekarangan Kelurahan Situ Gede

(23)

10

pekarangan berdasarkan fungsinya (Tabel 8), dan jenis tanaman beserta zona keberadaannya (Lampiran 3).

Tabel 6 Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede

No Pekarangan Denah Zonasi

Depan Samping Belakang

1 Sempit 1

2 Sempit 2

3 Sempit 3

4 Sedang 1

5 Sedang 2

6 Sedang 3

7 Besar 1

(24)

11 Tabel 6 Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede (lanjutan)

No Pekarangan Denah Zonasi

Depan Samping Belakang

9 Besar 3

Tabel 7 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Situ Gede

Keterangan:

a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB) b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)

c. Keragaman Vertikal <1m (I), 1-2m (II), 2-5m (III), 5-10m (IV), dan >10m (V) d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),

Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

Tabel 7 menginformasikan bahwa tanaman pekarangan memiliki fungsi yang beranekaragam, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan tanaman pekarangan yang memiliki fungsi merata. Pada Tabel 7 dapat terlihat bahwa alokasi fungsi tanaman pekarangan tidak merata, karena ada jumlah spesies tanaman yang tinggi

(25)

12

namun tidak ada sama sekali pada pekarangan lainnya. Namun, dapat diketahui bahwa sekecil apapun pekarangan, maka setidaknya masih dapat ditemukan tanaman buah (Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede

Fungsi Tanaman Jumlah Spesies Tanaman

Maksimal Minimal Rata-rata

Tanaman Hias 11 0 5.33

Tanaman Obat 1 0 0.20

Tanaman Sayur 1 0 0.30

Tanaman Buah 11 3 6.25

Tanaman Bumbu 4 0 1.58

Tanaman Penghasil Pati 2 0 0.90

Tanaman Industri 1 0 0.40

Tanaman lainnya 0 0 0.00

Pekarangan Desa Cihideung Udik

Desa Cihideung Udik berada di kaki Gunung Salak yang dibatasi oleh Sungai Cinangneng di sebelah barat. Berikut ini adalah lokasi sampel pekarangan (Tabel 9), luasan tiap pekarangan dan pemenuhan pekarangan tersebut terhadap kriteria-kriteria sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik (Tabel 10), uraian statistik sederhana dari jumlah spesies tanaman pekarangan berdasarkan fungsinya (Tabel 11), dan jenis tanaman beserta zona keberadaannya (Lampiran 4).

Tabel 9 Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik

No Pekarangan Denah Zonasi

Depan Samping Belakang

1 Sempit 1

2 Sempit 2

3 Sempit 3

4 Sedang 1

(26)

13 Tabel 9 Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik (lanjutan)

No Pekarangan Denah Zonasi

Depan Samping Belakang

6 Sedang 3

7 Besar 1

8 Besar 2

9 Besar 3

10 Sangat

Besar 1

11 Sangat

Besar 2

12 Sangat

Besar 3

Tabel 10 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cihideung Udik

Simbol Luas (m2)

Zonasi Keragaman Vertikal (jumlah spesies)

Keragaman Horizontal (jumlah spesies)

(27)

14

Keterangan:

a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB) b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)

c. Keragaman Vertikal <1m (I), 1-2m (II), 2-5m (III), 5-10m (IV), dan >10m (V) d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),

Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

Tabel 11 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik

Fungsi Tanaman Jumlah Spesies Tanaman

Maksimal Minimal Rata-rata

Tanaman Hias 7 1 3.16 beranekaragam. Namun pada desa ini sudah tidak ada tanaman pekarangan yang difungsikan sebagai obat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk membeli obat yang penggunaannya instan dibandingkan tanaman obat yang rata-rata butuh pengolahan tertentu untuk pemakaiannya.

Analisis Ukuran Pekarangan

Ada empat jenis pekarangan menurut ukurannya yaitu pekarangan sempit dengan luas kurang dari 120 m2, pekarangan sedang dengan luas 120 m2 - 400 m2, pekarangan besar dengan luas 400 m2 - 1000 m2, dan pekarangan sangat besar dengan luas lebih dari 1000 m2. Sebagai tambahan, agar pekarangan dapat mengakomodasi semua struktur dan fungsi vegetasi, dibutuhkan luas minimum sebuah pekarangan atau critical minimum size seluas 100 m2 (Arifin 1998). Berikut ini adalah luasan keseluruhan dari semua sampel pekarangan beserta klasifikasi berdasarkan ukurannya (Tabel 12).

Tabel 12 Luas pekarangan seluruh sampel pekarangan dan rataannya (m2)

Ukuran

(28)

15

Analisis Zonasi Pekarangan

Pekarangan sebagai tipe taman rumah Indonesia memiliki zonasi untuk penataan ruang tertentu sesuai dengan lokasi geografis dan kondisi sosial budaya yang berlaku di lingkungan pekarangan tersebut. Namun pada umumnya, pekarangan terdiri dari tiga zona berdasarkan fungsinya, yaitu pekarangan depan, pekarangan samping (kiri dan kanan), serta pekarangan belakang (Arifin et al. 2009). Tabel 13 menerangkan jumlah spesies tanaman berdasarkan fungsi yang diklasifikasikan berdasarkan zona ditemukannya tanaman.

Tabel 13 Intensitas ditemuinya zonasi pada setiap sampel pekarangan

Ukuran Pekarangan Zonasi Desa I Desa II Desa III Intensitas 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Keterangan: Zonasi Depan (Dpn), Samping kanan (Ska), Samping kiri (Ski), dan Belakang (Blk)

(29)

16

Analisis Keragaman Strata Tanaman (Keragaman Vertikal)

Penggunaan berbagai jenis tanaman pada area pekarangan dapat menciptakan keragaman tanaman secara vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal tercipta secara fisik melalui ketinggian tanaman, yaitu rumput atau herba untuk ketinggian kurang dari 1 m (strata I), semak untuk ketinggian 1-2 m (strata II), perdu dan pohon kecil dengan ketinggian 2-5 m (strata III), pohon sedang yang memiliki tinggi antara 5-10 m (strata IV), dan pohon tinggi untuk ketinggian pohon di atas 10 m (strata V) (Arifin 1998). Pengelompokan tanaman pekarangan hasil inventarisasi ke dalam lima strata tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.

Dari data hasil penelitian, dapat diambil rata-rata jumlah spesies yang ada di seluruh sampel pekarangan berdasarkan stratanya. Lampiran 8 memberikan informasi terkait rata-rata jumlah spesies tanaman berdasarkan strata pada setiap lokasi. Jika dibedakan berdasarkan ukuran dari setiap sampel pekarangan, maka dapat diketahui nilai minimum, rataan dan maksimum dari setiap strata pada setiap lokasi pekarangan (Tabel 14).

(30)

17 dan melebihi keragaman strata I. Hal ini membuktikan bahwa pada ukuran pekarangan yang lebih luas tanaman pepohonan yang produktif lebih disukai daripada hanya sekedar penanaman rerumputan yang didominasi oleh tanaman hias.

Analisis Keragaman Fungsi Tanaman (Keragaman Horizontal)

Komposisi spesies pembentuk keragaman fungsi (horizontal) yang ada di dalam satu pekarangan dengan pekarangan lainnya dapat berbeda-beda. Namun secara umum, pekarangan-pekarangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu altitude, tipe tanah, iklim dan status sosial-ekonomi serta latar belakang budaya (Karyono 1990). Pengelompokan tanaman hasil inventarisasi ke dalam delapan fungsi tanaman pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 5. Data yang berada pada Lampiran 5 merupakan data tanaman beserta fungsinya yang berasal dari hasil wawancara terhadap pemilik pekarangan.

Berdasarkan Lampiran 5, tanaman buah merupakan keragaman fungsi tanaman tertinggi pada ketiga lokasi penelitian, lalu diikuti dengan keragaman tanaman hias pada peringkat kedua. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa masyarakat di lokasi penelitian masih memiliki keinginan untuk membuat pekarangannya tampak indah dan bernilai estetika. Namun dikarenakan kesibukan harian yang cukup padat, maka tanaman hias yang ditanam sebagian besar merupakan tanaman yang memiliki variasi warna namun tidak membutuhkan pemeliharaan yang intensif untuk merawatnya. Jika dikaitkan dengan ukuran pekarangan, maka keragaman horizontal dari setiap tanaman yang dijumpai di setiap sampel pekarangan memiliki nilai yang berbeda antar fungsi tanaman (Tabel 15).

(31)

18

Tabel 15 Keragaman horizontal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap sampel pekarangan (lanjutan) tanaman buah (d), tanaman bumbu (e), tanaman penghasil pati (f), tanaman industri (g), tanaman lainnya (h).

(32)

19 Tabel 16 Rataan Keragaman Jenis berdasarkan Fungsi Tanaman (Keragaman

Horizontal)

Fungsi Tanaman Rata-rata jumlah spesies tanaman Rata-rata

Berdasarkan Tabel 16, dapat dinyatakan bahwa pada ketiga lokasi penelitian, jumlah spesies tanaman yang paling tinggi adalah dari golongan tanaman buah (41%), lalu diikuti dengan tanaman hias (40%). Pada urutan berikutnya ada tanaman bumbu (7%), tanaman penghasil pati (5%), tanaman sayur (3.9%), tanaman industri (2%), tanaman obat (0%), dan yang terkecil adalah tanaman lainnya (0%).

Analisis Keragaman Warna Tanaman

Klasifikasi warna dilakukan menjadi dua tipe, yaitu warna tanaman berdasarkan tampilan fisiknya (performance) dan juga berdasarkan warna pangan yang dapat langsung dikonsumsi. Warna tanaman berdasarkan tampilan fisiknya diketahui dengan cara pengamatan terhadap warna tanaman yang tertangkap oleh mata. Warna fisik tanaman akan digunakan untuk pembuatan contoh model pekarangan. Klasifikasi warna tanaman yang kedua adalah berdasarkan warna pangan yang dikonsumsi. Warna yang tercatat dalam klasifikasi ini membantu dalam melakukan analisis perolehan gizi. Tabel 17 menginformasikan terkait warna tanaman yang ditinjau secara tampilan fisik dan juga berdasarkan warna pangan yang siap dikonsumsi.

Tabel 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan

Nama Tanaman Warna Fisik Warna Pangan

Tanaman Hias

Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)

Adam Hawa (Rhoeo discolor) Hijau-Ungu -

Agave besar (Agave angustifolia) Hijau -

Chrysothemis pulchella Hijau-Oranye -

Iris (Neomarica longifolia) Hijau-Kuning -

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Hijau-Kuning -

Kucai (Carex morrowii) Hijau -

Lili Paris (Chlorophytum comosum) Hijau-Putih - Melati Jepang (Pseuderanthemum sp.) Hijau-Putih -

Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Hijau -

Palisota (Palisota barteri) Hijau-Oranye -

Patah Tulang (Pedilanthus tithymaloides) Hijau-Putih -

Philodendron (Philodendron selloum) Hijau -

Ruellia (Ruellia malacosperma) Hijau-Ungu -

(33)

20

Tabel 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan (lanjutan)

Nama Tanaman Warna Fisik Warna Pangan

Tanaman Hias (lanjutan) Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)

Sirih Belanda (Epipremnum aureum) Hijau-Kuning -

Soka (Ixora coccinea) Hijau -

Teh-tehan (Acalypha macrophylla) Hijau -

Zodia (Euodia suaveolens) Hijau -

Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)

Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) Hijau-Ungu -

Dracena (Dracaena surculosa) Hijau -

Dracena Kipas (Dracaena reflexa) Hijau -

Euphorbia (Euphorbiamilii) Hijau -

Hanjuang Hijau (Cordyline fruticosa) Hijau -

Hanjuang Ungu (Cordyline terminalis) Ungu -

Palem wregu (Rhapis excelsa) Hijau -

Pucuk Merah (Oleina syzygium) Hijau-Merah -

Puring Besar (Codiaeum variegatum) Hijau -

Puring Panjang (Codiaeum sp.) Varigata -

Walisongo (Schefflera arboricola) Hijau -

Strata III (Tinggi Tanaman 2-5 m)

Kamboja Jepang (Plumeriarubra) Hijau-Putih - Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii) Hijau - Palem Merah (Cyrtostachis renda) Hijau-Merah -

Strata IV (Tinggi Tanaman 5-10 m)

Palem Kipas (Bismarckia nobilis) Hijau -

Strata V (Tinggi Tanaman >10 m)

Saga (Adenanthera pavonina) Hijau-Merah -

Tanaman Obat -

Strata I (Tinggi Tanaman >1 m) -

Lidah Buaya (Aloe vera) Hijau Hijau

Tanaman Sayuran

Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)

Kangkung (Ipomoea aquatica) Hijau Hijau

Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)

Cabai Hijau (Capsicum annum) Hijau Hijau

Cabai Merah (Capsicum annuum) Hijau-Merah Merah Cabai Rawit (Capsicum frutescens) Hijau-Merah Hijau

Katuk (Sauropus androgynus) Hijau Hijau

Kemangi (Ocimum basilicum) Hijau Hijau

Tomat Ceri (Solanum lycopersicum) Merah Merah

Tomat Merah (Solanum lycopersicum) Merah Merah

Strata III (Tinggi Tanaman 2-5 m)

Bengkoang (Pachyrhizus erosus) Hijau Putih

Tanaman Buah

Strata I (Tinggi Tanaman <1 m)

Nanas (Flamenco palo) Kuning Kuning

Strata III (Tinggi Tanaman 2-5 m)

Jambu Air (Eugenia aquea) Hijau-Merah Merah

Jambu Biji (Psidium guajava) Hijau Hijau

Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) Hijau Kuning

Kersen (Muntingia calabura) Merah Merah

Lengkeng (Dimocarpus longan) Kuning Putih

Mengkudu (Morinda citrifolia) Hijau Hijau

Pepaya (Carica papaya) Hijau Oranye

(34)

21 Tabel 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan (lanjutan)

Nama Tanaman Warna Fisik Warna Pangan

Tanaman Buah (lanjutan)

Strata IV (Tinggi Tanaman 5-10 m)

Alpukat (Persea americana) Hijau Hijau

Buah Naga (Hylocereus undatus) Merah Putih

Salak (Salacca zalacca) Cokelat Putih

Sawo (Manilkara kauki) Cokelat Kuning

Strata V (Tinggi Tanaman >10 m)

Belimbing (Averrhoa carambola) Kuning Kuning

Duku (Lansium domesticum) Kuning Putih

Durian (Durio zibethinus) Kuning Kuning

Kelapa (Cocos nucifera) Kuning Putih

Mangga (Mangifera indica) Hijau Kuning

Manggis (Garcinia mangostana) Ungu Putih

Nangka (Artocarpus heterophyllus) Kuning Kuning

Rambutan (Nephelium lappaceum) Merah Putih

Sirsak (Annona macrocarpa) Hijau Putih

Sukun (Artocarpus communis) Kuning Kuning

Tanaman Bumbu

Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)

Bawang (Allium cepa) Hijau Hijau

Pandan (Pandanus amaryllifolius) Hijau Kuning

Sereh (Cymbopogon nardus) Hijau Hijau

Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)

Jahe (Zingiber officinale) Hijau Kuning

Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Hijau Kuning

Kunyit (Curcumae Domesticae) Hijau Kuning

Tanaman Penghasil Pati Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)

Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Hijau Ungu

Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)

Singkong (Manihot esculenta) Hijau Putih

Talas (Xanthosoma roseum) Hijau Putih

Tanaman Industri

Strata V (Tinggi Tanaman >10 m)

Jati (Tectona grandis) Hijau

Sengon (Paraserianthes falcataria) Hijau

Klasifikasi warna tanaman berdasarkan bagian pangan yang langsung siap dikonsumsi dapat membantu dalam mengetahui kandungan fitokimia yang ada di dalam bahan makanan (Astawan 2008). Tabel 18 menginformasikan terkait klasifikasi tanaman pekarangan berdasarkan warna pangan yang langsung dapat dikonsumsi serta kandungan fitokimia yang dikandung oleh tanaman tersebut.

Tabel 18 Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya

Warna Tanaman Nama Tanaman Senyawa Fitokimia Hijau belimbing wuluh, cabai hijau, cabai

rawit, kangkung, katuk, kemangi, tomat ceri, alpukat, belimbing wuluh, jambu biji, jambu kristal, mengkudu, bawang daun, pandan, salam, sereh

Glucosinolates, Isothiocyanates, Indole-3 carbinol, Asam folat

(35)

22

Tabel 18 Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya

Warna Tanaman Nama Tanaman Senyawa Fitokimia Kuning belimbing, nangka, durian, pisang,

jeruk pontianak, jeruk sunkist, jeruk nipis, mangga, jahe, kunyit, nanas

Vitamin C, Flavonoid

Oranye Pepaya Alpha & Beta-carotene

Beta-cryptoxanthin Merah tomat merah, cabai merah, jambu air,

kersen

Lycopene, Phytoene, Phytofluene, Vitamin E

Putih singkong, salak, duku, bengkoang, kelapa, sirsak, talas, lengkeng, sukun, rambutan, lidah buaya

Allyl Sulfides

Senyawa fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan yang memberikan pengaruh baik bagi kesehatan manusia (Astawan 2008). Kehadiran fitokimia pada berbagai macam tanaman dengan tampilan warna berbeda akan meningkatkan keberagaman manfaat gizi dari tanaman pangan di pekarangan. Berdasarkan Tabel 18, tanaman hijau mendominasi seluruh jenis warna tanaman pekarangan yang dapat dikonsumsi. Tanaman dengan warna lainnya, seperti warna ungu, kuning/oranye, merah, putih, juga akan melengkapi gizi yang akan diperoleh dari tanaman yang memiliki warna hijau. Sebagai tambahan, selain manfaat dari gizi yang diperoleh dari tanaman pekarangan, warna tanaman yang tampak dapat dijadikan fungsi estetika sebagai penunjang keindahan pekarangan.

(1) (2) (3)

(4) (5)

Gambar 3 Contoh klasifikasi tanaman berdasarkan warna fisik tanaman: (1) Tomat Ceri-Hijau, (2) Manggis-Ungu, (3) Lengkeng-kuning, (4) Jambu Air-Merah, dan (5) Sawo-Cokelat

Analisis Kandungan Gizi Tanaman Pekarangan

(36)

23 yang dipublikasi oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 2009. Tanaman yang dapat diambil manfaat gizinya secara signifikan berdasarkan besarnya bagian yang dapat dimakan (BDD) adalah kategori tanaman sayur, tanaman buah dan tanaman penghasil pati (Tabel 19).

Tabel 19 Kandungan zat gizi tanaman pekarangan Nama

Tanaman

Warna BDD (%)

Kandungan Gizi (setiap 100 gram)

(37)

Karbo-24

Konsep Pekarangan

Pekarangan yang dapat mendukung penganekaragaman pangan dapat diwujudkan dengan menyusun pola tanam pekarangan yang memiliki keragaman strata, fungsi dan warna pangan. Pekarangan yang multi-strata akan membuat pekarangan memiliki struktur tanaman dengan keragaman jenis yang tinggi dan memiliki struktur tajuk berlapis-lapis. Keragaman fungsi tanaman pekarangan merupakan upaya dari pemilik pekarangan agar perolehan manfaat dari tanaman pekarangan dapat beranekaragam, mulai dari manfaat estetika dari tanaman hias, manfaat perolehan pangan dari tanaman obat, sayur, buah, dan penghasil pati, manfaat tambahan dari tanaman bumbu untuk keperluan dapur, manfaat ekonomi dari tanaman pekarangan, dan lain-lain.

Keragaman warna pangan dapat mencerminkan keragaman zat gizi yang akan diperoleh pemilik pekarangan. Hal ini dikarenakan warna tanaman dapat mencerminkan senyawa fitokimia yang dikandung suatu tanaman. Sehingga semakin beragam warna tanaman, maka dapat diasumsikan perolehan zat gizi dan non gizi yang dapat diperoleh akan semakin beragam pula. Tabel 20 menginformasikan standar model pekarangan yang dapat mendukung penganekaragaman pangan keluarga, yaitu pekarangan yang memenuhi indikator terkait ukuran pekarangan, zonasi pekarangan, keragaman strata tanaman, keragaman fungsi tanaman, serta keragaman warna tanaman.

Tabel 20 Standar pembuatan model pekarangan yang mendukung penganekaragaman pangan

Ukuran

Luas pekarangan

(m2)

Zonasi pekarangan Strata Tanaman Fungsi Tanaman Warna fisik tanaman

a. Zonasi: Depan (Dpn), Samping kanan (Ska), Samping kiri (Ski), dan Belakang (Blk) b. Strata tanaman : Strata I (<1 m), Strata II (1-2 m), Strata III (2-5 m), Strata IV (5-10 m), dan

Strata V (>10 m)

c. Fungsi : Tanaman hias (a), tanaman obat (b), tanaman sayur (c), tanaman buah (d), tanaman bumbu (e), tanaman penghasil pati (f), tanaman industri (g), dan tanaman lainnya (h). d. Warna fisik tanaman: Hijau (H), Ungu (U), Kuning (K), Oranye (O), Merah (M), Putih (P),

dan Cokelat (C)

Ukuran dan Zonasi Pekarangan

(38)

25 Pekarangan sempit hanya memiliki satu sisi pekarangan samping, sementara tiga ukuran pekarangan lainnya memiliki zonasi yang lengkap. Penempatan bedeng tanaman berada di pekarangan samping kiri dengan menghadap posisi matahari saat terbit, yaitu di sebelah timur. Ukuran bedeng pekarangan semakin besar seiring dengan makin besarnya ukuran pekarangan.

Ukuran pekarangan menentukan fasilitas apa saja yang ada di pekarangan tersebut. Pekarangan yang besar maka makin banyak pula peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan. Oleh karena itu pekarangan diberi fasilitas tambahan seperti area penyiangan, gudang untuk menyimpan peralatan pemeliharaan, serta area untuk penjemuran hasil panen tanaman pekarangan. Selain tanaman, terdapat pula ternak dan ikan yang dipelihara di dalam area pekarangan. Semakin besar ukuran pekarangan, maka semakin banyak pula, ternak maupun ikan yang dapat dibudidayakan di pekarangan tersebut. Dalam mendukung penghidupan ternak dan ikan, maka penempatan fasilitas tambahan pada pekarangan seperti kandang ternak dan kolam tanah di area pekarangan.

Zonasi warna tanaman yang akan digunakan dalam model pekarangan adalah pengelompokan tanaman berdasarkan warna fisik tanaman, sehingga penyusunan tata ruang tanaman pada model pekarangan akan dilakukan berdasarkan zonasi konsep warna seperti yang ada pada Gambar 4. Secara garis besar pekarangan didominasi oleh tanaman tropis berwarna hijau, sehingga secara tampilan fisik pekarangan yang mengikuti standar model pekarangan ini akan tetap terlihat berwarna hijau dari warna dedaunan. Zonasi warna yang ditampilkan pada Gambar 4 merupakan warna asumsi yang muncul secara fisik. Khusus untuk tanaman buah, maka warna dilihat berdasarkan warna fisik tanaman buah saat siap dipanen. Pekarangan depan didominasi tanaman warna yang menarik, yaitu warna merah, ungu, cokelat, dan warna netral seperti putih. Pekarangan belakang didominasi tanaman berwarna hijau dan kuning. Sedangkan untuk pekarangan samping merupakan tanaman yang memiliki warna transisi yang menyerupai kedua warna yang mengapitnya. Pekarangan samping kiri merupakan area tanaman merah, kuning dan warna yang menyerupai kedua warna tersebut, sedangkan pekarangan samping kanan merupakan area tanaman cokelat, hijau dan warna tanaman yang menyerupai warna cokelat dan hijau.

(39)

26

Tanaman Pekarangan

Tanaman pekarangan disusun berdasarkan kombinasi keragaman vertikal (strata), horizontal (fungsi) menurut Arifin (1998). Selain itu, tanaman juga disusun berdasarkan kombinasi warna pangan yang terlihat secara fisik. Keragaman tanaman yang digunakan pada keempat pola tanam pekarangan menggunakan tanaman yang dijumpai (Tabel 18).

Tabel 18 Rekomendasi tanaman untuk pola tanam di lokasi penelitian

Nama Tanaman Warna Jarak Tanam Pekarangan

Sem S B SB

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Hijau-Kuning 25 cm x 25 cm √ √ √

Kucai (Carex morrowii) Hijau 10 cm x 10 cm √ √ √ √

Lili Paris (Chlorophytum comosum) Hijau-Putih 10 cm x 10 cm √ √ √ √

Melati Jepang (Pseuderanthemum sp.) Hijau-Putih 50 cm x 50 cm √ √ √ √

Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Hijau 70 cm x 50 cm √ √ √ √

Palisota (Palisota barteri) Hijau 20 cm x 20 cm √ √

Patah Tulang (Pedilanthus tithymaloides) Hijau-Putih 1 m x 1 m √

Philodendron (Philodendron selloum) Hijau 20 cm x 30 cm √

Ruellia (Ruellia malacosperma) Hijau-Ungu 50 cm x 50 cm √ √ √ √

Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) Hijau-Ungu 1 m x 1 m √

(40)

27 Tabel 18 Rekomendasi tanaman untuk pola tanam di lokasi penelitian (lanjutan)

Nama Tanaman Warna Jarak Tanam Pekarangan

Sem S B SB

Lengkeng (Dimocarpus longan) Hijau-Kuning 8 m x 10 m √

Pepaya (Carica papaya) Hijau-Oranye 3 m x 3 m √ √ √ √

Nangka (Artocarpus heterophyllus) Hijau-Kuning 9 m x 9 m √ √

(41)

28

Rekomendasi Contoh Model dan Pola Tanam Pekarangan

Contoh Model Pekarangan Sempit

Pekarangan sempit berukuran 116 m2 dan memliki tiga zona, yaitu depan, samping kanan dan belakang. Pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah, pekarangan samping dengan bedengan ukuran 3x3 meter (Gambar 5), serta pekarangan belakang yang didominasi oleh buah-buahan. Gambar dari pola tanam pekarangan sempit ada pada Gambar 6, dan desain pola tanam pada pekarangan sempit pada Gambar 7. Tanaman belimbing berwarna fisik kuning menjadi pohon dengan ukuran paling besar. Karena berukuran tajuk besar maka pohon ini ditempatkan di pekarangan belakang agar tidak menghalangi view dari bagian depan rumah. Pepohonan yang ada di bagian depan rumah adalah pohon kersen berwarna merah yang tidak terlalu tinggi. Tanaman pepaya sebagai pangan berwarna oranye diletakkan diantara pangan warna kuning dan merah. Tanaman yang ada di bedengan didominasi oleh tanaman sayur dan penghasil pati. Tanaman sayur pada bedengan yang berwarna menarik diletakkan di bagian depan, yaitu tanaman tomat, sekaligus sebagai penanda adanya bedengan di pekarangan. Gambar 5a merupakan usulan model pertama, dengan Gambar 5b merupakan alternatif pola tanam pengganti dengan komoditas sama sebagai upaya pertahanan terhadap hama dan penyakit tanaman akibat penggunaan tanah untuk komoditas yang selalu sama. Tanaman bumbu yang toleran naungan ditempatkan dibawah tajuk pohon kersen sebagai upaya optimalisasi lahan pekarangan. Tanaman penghasil pati selain singkong dijadikan sebagai pembatas pekarangan karena sifatnya yang tahan naungan.

Penataan warna tanaman di contoh model pekarangan ini telah sesuai dengan yang ada pada standar model pekarangan. Tanaman-tanaman yang digunakan sifatnya optional, sehingga dapat digantikan dengan tanaman lain yang memiliki fungsi dan warna serupa. Seperti contohnya, pohon belimbing bisa diganti dengan pohon durian, nangka dan lain-lain yang memiliki struktur fisik dan fungsi yang tidak jauh berbeda dengan pohon belimbing.

(a ) (b)

(42)

29

(43)

30

(44)

31

Contoh Model Pekarangan Sedang

Pekarangan sedang berukuran 341 m2 dengan zonasi yang lengkap, yaitu zona depan, zona belakang, zona samping kanan dan zona samping kiri. Pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah, pekarangan samping kanan dengan bedengan ukuran 3x6 meter (Gambar 8) yang menghadap arah sinar matahari pagi, serta pekarangan belakang yang didominasi oleh buah-buahan. Gambar dari pola tanam pekarangan sedang ada pada Gambar 9, dan desain pola tanam pada pekarangan sedang ada pada Gambar 10. Fasilitas yang ada di pekarangan antara lain kandang ternak untuk ayam atau bebek, serta tempat perkakas berkebun. Tanaman pangan berwarna merah ditanam di depan dan area transisi menuju kuning, yaitu pohon rambutan dan jambu air. Tanaman berwarna kuning, yaitu belimbing diletakkan di zona belakang bagian kiri lalu diikuti dengan bedengan sayur ke arah belakang pekarangan. Sedangkan untuk pekarangan samping kanan ditanami pohon saga dan palem merah sebagai akses estetika pada bagian depan pekarangan, lalu diikuti dengan pohon buah naga, pepaya, dan pisang ke arah pekarangan belakang. Adapun pohon bertajuk lebar lainnya adalah pohon mangga yang berwarna hijau dan terletak di pekarangan belakang. Tanaman obat-obatan berada di bawah tajuk pohon rambutan, dan tanaman penghasil pati selain ditanam di bedengan, juga ditanam di bagian tepi-belakang pekarangan karena sifatnya yang toleran naungan.

Pepohonan yang ditanam di pekarangan berukuran sedang dapat berjumlah lebih banyak daripada di pekarangan sempit. Pohon mangga di pekarangan belakang dapat diganti dengan pohon alpukat, mengkudu ataupun pohon sirsak yang memiliki strata, fungsi dan warna serupa. Pohon belimbing dapat diganti dengan pohon nangka atau durian. Pohon jambu air dapat diganti dengan pohon jeruk yang memiliki lebar tajuk serupa dan warna yang menyerupai pohon belimbing yang ada disebelahnya.

(a ) (b)

(45)

32

(46)

33

(47)

34

Contoh Model Pekarangan Besar

Pekarangan besar berukuran 633 m2 dengan zonasi yang lengkap, yaitu zona depan, zona belakang, zona samping kanan dan zona samping kiri. Pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah, pekarangan samping kanan dengan bedengan ukuran 5x9 meter (Gambar 11) yang menghadap arah sinar matahari pagi, serta pekarangan belakang yang didominasi oleh buah-buahan. Gambar dari pola tanam pekarangan besar ada pada Gambar 12, dan desain pola tanam pada pekarangan besar ada pada Gambar 13. Fasilitas yang ada di pekarangan sudah lebih banyak karena luasannya yang bertambah, yaitu antara lain kandang ternak besar seperti sapi maupun kambing, kandang ternak untuk ayam atau bebek, kolam, serta tempat perkakas berkebun, dan tempat penyemaian yang berdekatan dengan bedeng tanaman. Tanaman pangan berwarna ungu ditanam di depan bersama tanaman berwarna merah, yaitu pohon rambutan dan jambu air. Tanaman berwarna kuning dan hijau ditempatkan di pekarangan belakang. Tanaman berwarna cokelat diletakkan di pekarangan samping kiri, berdekatan dengan kolam. Tanaman obat-obatan berada di bawah tajuk pohon manggis, dan tanaman penghasil pati berada di bagian tepi-belakang pekarangan karena sifatnya yang toleran naungan.

Tanaman sayur hampir semuanya ditanam di bedengan, kecuali cabai. Cabai ditanam diluar bedengan karena dapat dipanen berulang kali. Cabai berwarna mencolok ditempatkan di bagian depan, dan cabai hijau diletakkan di bagian belakang. Begitu pula tanaman yang ada di bedeng, tanaman Tomat yang berwarna merah diletakkan di bagian depan bedeng. Lokasi bedeng tanaman dijauhkan dari kandang agar sayuran bisa tumbuh dengan baik tanpa terganggu oleh sirkulasi ternak. Pembatas pekarangan dengan daerah sekitarnya menggunakan tanaman pangkas, yaitu soka, melati jepang dan teh-tehan.

Pohon mangga dan alpukat di pekarangan belakang dapat diganti dengan

(48)

35

(49)

36

(50)

37

Contoh Model Pekarangan Sangat Besar

Pekarangan sangat besar berukuran 1358 m2 dengan zonasi yang lengkap, yaitu zona depan, zona belakang, zona samping kanan dan zona samping kiri. Pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah, pekarangan samping kanan dengan bedengan ukuran yang sama seperti pekarangan besar, yaitu ukuran 5x9 meter (Gambar 14), serta pekarangan belakang yang didominasi oleh buah-buahan. Gambar dari pola tanam pekarangan besar ada pada Gambar 15, dan desain pola tanam pada pekarangan besar ada pada Gambar 16. Fasilitas yang ada di pekarangan sudah lebih banyak dibandingkan tiga pekarangan lainnya karena luasannya yang bertambah, yaitu antara lain gazebo sebagai tempat beristirahat keluarga, kandang ternak besar seperti sapi maupun kambing, kandang ternak untuk ayam atau bebek, kolam, serta tempat perkakas berkebun, dan tempat penyemaian yang berdekatan dengan bedeng tanaman.

Penanaman sayur dapat dilakukan dengan pola tanam yang ada pada Gambar 14a atau 14b terlebih dahulu, karena keduanya dapat diterapkan secara bergantian. Semua tanaman sayur terdapat di dalam bedeng ini kecuali tanaman Cabai, yang terletak di tepi bedengan. Tanaman penghasil pati diletakkan di tepi pekarangan, terutama di bagian pekarangan belakang. Tanaman pangan berwara ungu dan merah diletakkan di bagian depan-kanan, dan tanaman pangan berwarna cokelat pada bagian depan-kiri. Pekarangan zona belakang didominasi oleh tanaman pangan kuning dan hijau.

Pekarangan dengan ukuran sangat besar memiliki jumlah jenis tanaman yang paling banyak diantara ketiga ukuran pekarangan lainnya. Penggantian tanaman yang ada pada contoh model pekarangan dapat dilakukan dengan tanaman lain yang memiliki persamaan dalam hal strata dan fungsi. Warna merupakan aspek yang boleh dijadikan pertimbangan dalam menata tanaman di pekarangan.

(a ) (b)

(51)

38

(52)

39

(53)

40

Kalender Tanaman Pekarangan

Kalender tanaman menginformasikan terkait siklus hidup pada tanaman sayuran dan juga jadwal panen bagi tanaman pangan yang ada di pekarangan, yaitu tanaman sayur, buah, dan tanaman penghasil pati. Warna-warni pada tabel menunjukkan warna pangan pada tanaman tersebut. Informasi terkait siklus hidup tanaman diperoleh dari hasil wawancara terhadap pemilik pekarangan, daftar pustaka dan juga pola tanam yang telah dijelaskan sebelumnya (Gambar 17).

Perolehan Gizi dari Tanaman Pekarangan

Berdasarkan pola tanam pekarangan dan kalender tanaman yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui perolehan gizi dari setiap tanaman per tahunnya. Perolehan gizi didapat melalui Tabel Komposisi Pangan Indonesia yang dipublikasi oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 2009. Perolehan gizi dihitung pada masing-masing ukuran pekarangan,

Perolehan gizi dari tanaman pekarangan dihitung dengan asumsi semua hasil panen pekarangan dalam setahun seluruhnya dikonsumsi oleh pemilik pekarangan, cateris paribus, dimana semua faktor lainnya diasumsikan tidak mempengaruhi total pangan yang diperoleh dari pekarangan. Berdasarkan perolehan gizi dari setiap jenis ukuran pekarangan, setiap bahan pangan dapat dianalisis secara spesifik ke dalam 6 aspek gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C dan zat besi (Tabel 22).

Tabel 19 Perolehan gizi dari setiap ukuran pekarangan per tahun

Ukuran Sangat Besar 760020 107562 13471 862274 630363 2580882 7329

Gambar 18 Total bobot pangan setiap model pekarangan per tahun

(54)

41

(55)

42

Berdasarkan gambar 18 dapat diketahui bahwa ukuran pekarangan sangat mempengaruhi banyaknya zat gizi yang dapat diperoleh pemilik pekarangan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pangan yang didapat seiring dengan meningkatnya luas pekarangan (Gambar 18). Perolehan gizi dari tanaman pekarangan dapat dirasakan secara berangsur dan mencapai total seperti nilai yang tertera pada Gambar 19 apabila manajemen pekarangan dilakukan secara baik dan teratur sesuai dengan kalender tanaman yang telah disusun. Jika dilihat secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa semakin luas pekarangan maka dapat semakin banyak juga gizi yang diperoleh.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 19 Perolehan zat gizi dari setiap model pekarangan per tahun: Protein (a), Lemak (b), Karbohidrat (c), Vitamin A (d), Vitamin C (e), dan Zat Besi (f)

(56)

43 Berdasarkan Gambar 19 maka dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran pekarangan, maka semakin bobot pangan yang diperoleh dan juga akan semakin banyak zat-zat gizi yang diperoleh, baik dalam bentuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C dan juga zat besi. Secara spesifik, perolehan zat-zat gizi dapat lebih ditinjau pada perolehan zat gizi pada contoh model pekarangan sempit (Lampiran 7), contoh model pekarangan sedang (Lampiran 8), contoh model pekarangan besar (Lampiran 9), dan contoh model pekarangan sangat besar (Lampiran 10).

Manajemen Lanskap Pekarangan

Dalam mengelola pekarangan yang mendukung penganekaragaman konsumsi pangan keluarga sangat perlu untuk memperhatikan ukuran pekarangan, keragaman strata tanaman (keragaman vertikal), keragaman fungsi tanaman (keragaman horizontal), warna tanaman hingga prioritas zat gizi yang akan diperoleh dari tanaman pekarangan sesuai dengan model-model pekarangan yang direkomendasikan. Agar manfaat dari pekarangan dapat dirasakan secara berkelanjutan, maka diperlukan adanya manajemen pola tanam di pekarangan agar pangan yang dihasilkan dapat beranekaragam. Salah satu pola tanam yang direkomendasikan dari penelitian adalah penggunaan kalender pertanaman yang ada pada subbab sebelumnya dalam mengelola pola tanam dan panen di pekarangan, khususnya untuk tanaman-tanaman yang dapat mempengaruhi kualitas gizi pemilik pekarangan secara signifikan, yaitu tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman penghasil pati.

Manajemen pekarangan dilakukan secara intensif oleh anggota rumah tangga pemilik pekarangan. Agar perolehan pangan dapat dirasakan secara optimal, maka dibutuhkan pula alat dan bahan pengelolaan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman pekarangan, seperti penggunaan peralatan pertanian, pengairan yang cukup untuk tanaman dan area penyemaian untuk bibit tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(57)

44

gizi keluarga adalah tanaman buah, sayur, obat, dan tanaman penghasil pati. Peningkatan zat-zat gizi yang diperoleh dari tanaman berbanding lurus dengan luasan pekarangan.

Saran

Manajemen lanskap pekarangan di kawasan perdesaan dalam menunjang penganekaragaman dapat didukung dengan penanaman berbagai macam tanaman pangan untuk perolehan pangan yang semakin banyak bagi pemilik pekarangan. Dalam upaye mengefektifkan penggunaan lahan pekarangan yang terbatas, sebaiknya dapat digunakan pola tanam kreatif pada lahan sempit, seperti pola penanaman vertikal dan tanaman buah dalam pot (tambulapot). Semakin banyak tanaman pangan yang dapat dibudidayakan dalam pekarangan, maka akan semakin banyak pula gizi yang dapat diperoleh keluarga pemilik pekarangan.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim] 2013. Peta Kota Bogor. [Internet] Diakses pada Januari 2013. Tersedia dalam http:// maps.google.com

Arifin HS, Sakamoto K, Chiba K. 1998. Effects of Urbanization the Performance of the Home Gardens in West Java, Indonesia. Okayama (JP): Natural Science and Technology, Okayama University.

Arifin HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, Budiarti T, Arifin-Nurhayati HS, Pramukanto Q. 2008. Revitalisasi Pekarangan Sebagai Agroekosistem dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Perdesaan. Di dalam: Seminar Nasional Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi; Bogor, 22-23 Des 2008. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Arifin HS, Munandar A, Arifin-Nurhayati HS, Kaswanto RL. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Perdesaan. Bogor (ID): IPB Press.

Arifin HS. 2010. Manajemen Lanskap dalam Pembangunan Pertanian Menuju Harmonisasi Kesejahteraan Masyarakat dan Kelestarian Lingkungan. Pembangunan Pedesaan: Pemikiran Guru Besar 6 PT BHMN. Bogor (ID): IPB Press.

Arifin HS, Munandar A, Schultink G, Kaswanto RL. 2012. The role and impacts of small-scale, homestead agro-forestry systems (“pekarangan”) on household prosperity: an analysis of agro-ecological zones of Java, Indonesia. International Journal of AgriScience Volume 2(10). hlm 896-914

Astawan M, Kasih AL. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta (ID): PT Gramedia

(58)

45 [Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2010-2014. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 . Jakarta (ID): Kementerian Pertanian

Karyono. 1990. Home gardens in Java: their structure and function. Landauer, K. and M. Brazil (editor). Tropical Home Garden. Tokyo (JP): United Nation University Press

Kehlenbeck K, Arifin HS, Maass BL. 2007. Plant diversity in homegardens in a socio-economic and agro-ecological context. Stability of Tropical Rainforest Margins. Berlin: Springer

Nugroho P. 2000. Kontribusi Pepohonan Terhadap Rumah Tangga pada Sistem Pekarangan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(59)

46

Lampiran 1 Intensitas ditemuinya tanaman pada seluruh lokasi penelitian

Nama Tanaman Persen

-tase Nama Tanaman

Persen -tase

Hias Sayuran

Adam Hawa (Rhoeo discolor) 0.08 Katuk (Sauropus androgynus) 0.06

Agave besar (Agave angustifolia) 0.08 Kemangi (Ocimum basilicum) 0.03

Angsana (Pterocarpus indicus) 0.03 Tomat Ceri (Solanum lycopersicum) 0.03

Anthurium (Anthurium crystallinum) 0.11 Tomat Merah (Solanum lycopersicum) 0.03

Beringin Karet (Ficus elastica) 0.03 Buah -

Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) 0.14 Alpukat (Persea americana) 0.06

Chrysothemis pulchella 0.11 Belimbing (Averrhoa carambola) 0.17

Daun Bahagia (Dieffenbachia bowmannii) 0.22 Bengkoang (Pachyrhizus erosus) 0.03

Dracena (Dracaena surculosa) 0.39 Buah Naga (Hylocereus undatus) 0.03

Dracena Kipas (Dracaena reflexa) 0.17 Duku (Lansium domesticum) 0.28

Euphorbia (Euphorbiamilii) 0.19 Durian (Durio zibethinus) 0.17

Hanjuang Hijau (Cordyline fruticosa) 0.11 Jambu Air (Eugenia aquea) 0.33

Hanjuang Ungu (Cordyline terminalis) 0.47 Jambu Biji (Psidium guajava) 0.69

Iris (Neomarica longifolia) 0.17 Jambu Kristal (Psidium guajava) 0.08

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) 0.03 Jeruk Bali (Citrus grandis) 0.03

Kaktus (Eriosyce imitans) 0.03 Jeruk Limau (Citrus amblycarpa) 0.14

Kamboja Jepang (Plumeria rubra) 0.08 Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) 0.08

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 0.08 Jeruk Sunkist (Caridina cf Propinqua) 0.08

Kucai (Carex morrowii) 0.08 Kelapa (Cocos nucifera) 0.50

Lidah Buaya (Aloe vera) 0.11 Kersen (Muntingia calabura) 0.06

Lili Paris (Chlorophytum comosum) 0.06 Lengkeng (Dimocarpus longan) 0.11

Melati Jepang (Pseuderanthemum sp.) 0.06 Mangga (Mangifera indica) 0.61

Nanas-nanasan (Ananas comosus) 0.06 Manggis (Garcinia mangostana) 0.03

Pacar Air (Impatiens wallerana) 0.17 Mengkudu (Morinda citrifolia) 0.03

Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) 0.14 Nanas (Flamenco palo) 0.17

Palem Ekor Ikan (Caryota mitis) 0.03 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 0.53

Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii) 0.11 Pepaya (Carica papaya) 0.53

Palem Kipas (Bismarckia nobilis) 0.06 Pisang (Musa paradisiaca) 0.86

Palem Merah (Cyrtostachis renda) 0.25 Rambutan (Nephelium lappaceum) 0.53

Palisota (Palisota barteri) 0.08 Salak (Salacca zalacca) 0.03

Patah Tulang (Pedilanthus tithymaloides) 0.14 Sawo (Manilkara kauki) 0.11

Philodendron (Philodendron selloum) 0.06 Sirsak (Annona macrocarpa) 0.06

Pucuk Merah (Oleina syzygium) 0.06 Sukun (Artocarpus communis) 0.11

Puring Besar (Codiaeum variegatum) 0.14 Bumbu

Puring Hijau (Codiaeum variegatum) 0.17 Bawang (Allium cepa) 0.03

Puring Panjang (Codiaeum sp.) 0.33 Jahe (Zingiber officinale) 0.11

Puring Pink (Codiaeum variegatum) 0.06 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 0.08

Putri Malu (Mimosa pudica) 0.08 Kunyit (Curcumae Domesticae) 0.08

Rhapis excelsa 0.17 Pandan (Pandanus amaryllifolius) 0.33

Ruellia (Ruellia malacosperma) 0.11 Salam (Syzgium polyanthum) 0.03

Saga (Adenanthera pavonina) 0.06 Sereh (Cymbopogon nardus) 0.31

Sansiviera (Sansiviera trifasciata) 0.22 Suji (Pleomele angustifolia) 0.03

Seruni Rambat (Widelia biflora) 0.06 Penghasil Pati

Sirih Belanda (Epipremnum aureum) 0.03 Singkong (Manihot esculenta) 0.36

Soka (Ixora coccinea) 0.06 Talas (Xanthosoma roseum) 0.33

Walisongo (Schefflera arboricola) 0.11 Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 0.03

Zodia (Euodia suaveolens) 0.14 Industri

Sayuran Jati (Tectona grandis) 0.11

Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi) 0.11 Jeunjing (Paraserianthes falcataria) 0.08

Cabai Hijau (Capsicum annum) 0.08 Lainnya

Cabai Merah (Capsicum annuum) 0.03 Alang-alang (Imperata cylindrica) 0.03

Cabai Rawit (Capsicum frutescens) 0.22 Jujubi (Ziziphus jujuba) 0.03

(60)

47 Lampiran 2 Tanaman pekarangan di Desa Cikarawang dan zona keberadaannya

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(61)

48

Lampiran 2 Tanaman pekarangan di Desa Cikarawang dan zona keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(62)

49

Lampiran 2 Tanaman pekarangan di Desa Cikarawang dan zona keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

Tanaman Industri

Jati (Tectona grandis) 1 1 1

Jeunjing (Paraserianthes falcataria) 1 1 1

Bambu (Arundinaria pumila) 0 0 0

Tanaman Lainnya

Alang-alang (Imperata cylindrica) 0 0 1

(63)

50

Lampiran 3. Tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede dan zona keberadaannya

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(64)

51 Lampiran 3 Tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede dan zona

keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(65)

52

Lampiran 3 Tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede dan zona keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

Tanaman Penghasil Pati

Singkong (Manihot esculenta) 1 1 1

Talas (Xanthosoma roseum) 1 1 1

Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1 0 0

Tanaman Industri

Jati (Tectona grandis) 1 1 1

Jeunjing (Paraserianthes falcataria) 1 0 0

(66)

53 Lampiran 4 Tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik dan zona

keberadaannya

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(67)

54

Lampiran 4 Tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik dan zona keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

(68)

55 Lampiran 4 Tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik dan zona

keberadaannya (lanjutan)

Nama Tanaman Zonasi

Depan Samping Belakang

Tanaman Penghasil Pati

Singkong (Manihot esculenta) 0 0 1

Talas (Xanthosoma roseum) 0 0 1

Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 0 0 0

Tanaman Industri

Jati (Tectona grandis) 0 0 0

Jeunjing (Paraserianthes falcataria) 0 0 0

Bambu (Arundinaria pumila) 1 1 1

Tanaman Lainnya

Alang-alang (Imperata cylindrica) 0 0 1

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian: (1) Desa Cihideung Udik, (2) Desa
Tabel 2 Aspek penjelasan dari metode penelitian (lanjutan)
Tabel 3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi kasus Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang,Pembimbing 1 : Rohmah Susanto,S.Kep,Ns.. Pembimbing II Siti:

Penilaian terhadap kegiatan upaya kesehatan wajib puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan upaya kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan

dilakukan setelah gong berbunyi, namun setelah kenong berbunyi tempo kembali lambat. Gendhing akan berhenti juga memiliki ciri tersendiri pada setiap bentuk gendhing. Pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel Dendam si Yatim Piatu karya sintha Rosse mengenai aktualisasi diri tokoh utama dan nilai pendidikan,

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Edison (2003) dalam Hasan dan Edison (2007) bahwa pengasapan dengan suhu yang tinggi tidak dapat dilakukan pada

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% menunjukkan bahwa penambahan bubuk bunga rosella terhadap intensitas warna kuning pada sosis yang dihasilkan berbeda nyata

Hasil dari pengkajian kelima aspek tersebut adalah: Aspek pasar dinyatakan layak karena adapeluang pasar terhadap produk yang akan diproduksi dan ada strategi pemasaran

pengujian yang hasilnya berupa grafik yang menunjukkan besarnya gaya patah pada saat beban pukul mematahkan specimen. Dari hasil pengujian tumbuk yang dilakukan