STUD1 PENGEMBANGAN SIS'I'EM AG1tOINL)US'IKI KENTANG
Dl
WlLAYAII I'EDESAAN
Oleh
DIAN RACHMAWATI
2002
YKOGKAM PASCASAIIJANA
INSTITUT I'EHTANIAN BOGOII
Dian Hachmawati. Studi I'engembangan Sisteni Agroindustri Kentang Di Wilayah l'edesaan. Di bawall bimbingan Eriyatilo sebagai Kctua, Sutrisno
dan Anas M . Fauzi sebagai Anggota.
Agroindustri ti~cti~punyai posisi yatig strategis scbagai jcmbatan yang menghubungkan sektor pedanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Strategi petnbangunan pertanian dalatn pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berkelanjutan menjadi penggcrak pertutnbuhan sektor lain, yang pada akhirnya akan meningkatkan dinamika perckonotnian nasional.
Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura unggulan yang diprioritaskan pengembangannya. Pengembangan usahatani kentang dapat mendorong pengembangan agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar maupun skala kecil dan menengah. I'roduksi kentang di Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar yaitu 40,6 persen dari total produksi Indonesia. Dilihat dari distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat, Kabupaten Bandung tnemberikan kontribusi t e r k s a r yaitu sebesar 43 persen. K e k a t a n Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten Bandung, dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar 2498 ton setiap harinya.
Umurmlya agroindustri di pcdesaan ~nernpunyai keletnahan-kelemahan, diantaranya adalah kondisi intern pcrusahaan yang tidak efisien, kurangnya kenlampuan manajetnen, letilah pernlodalan, posisi bersaing yang kurang kuat, kurang marnpu mencari atau menernbus daerah pemasaran yang baru, kualitas produk rendah, serta lenlah dalatn keterampilan dan pengetahuan teknis dan desain kemasan. Dilain pihak, agroindustri pedesaan sangat berperan di dalatn peningkatan pendapatan dan potetisi ckonutlii pedesaan. I'engcmbangan agroindustri pedesaan perlu mernpertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh dan memberikan kontribusi yang seirnbang diantara faktor-faktor tersebut. Dengall demikian diperlukan suatu kajian bagi pengembangan agroindustri, khususnya di wilayah pedesaan dengan tnempertimbangkan potensi daerah pengembangan. Kerangka berpikir sistern digunakan dengan berorientasi pada tujuan (sibernetik), melalui cara pandang yang utuh terhadap sistem (holistik), dan lebih dipentingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan (efektif).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada pengembangan agroiridustri kentang di wilayah pedesaan, (2) menganalisis struktur biaya kcgiatan agroindustri kentang urituk mengetahui kelayakan dan resiko usaha, dan (3) menyusun prioritas pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan.
Studi pengembangan sistetn agroindustri kentang dilakukan di sentra produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Analisa
SWOT digunakan untuk mengidentifiasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
untuk menentukan prioritas setiap komponen pada hirarki yang disusun untuk alternatif pengembangan agroindustri.
Kajian analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan usaha lepas panen (ULP2) primer kentang dan ULP2 sekunder pengolahan kentang yang dikembangkan, dengan melihat beberapa nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP, BIC, dan BEP) dan nilai tambah yang diperoleh dari ULP2.
ULP2 merupakan perusahaan skala kecil yang mengolah hasil pertanian yang berkemampuan memberikan manfaat semaksimal mungkin kepada masyarakat di wilayah pedesaan setempat. Dalam penelitian ini, kegiatan ULP2 kentang difokuskan pada (1) ULP2 primer, meliputi kegiatan sortasi dan grading, pencucian atau pembersihan, pengemasan, dan penyimpanan sementara; dan (2) ULP2 sekunder, meliputi kegiatan pengolahan kentang menjadi produk pangan (makanan).
Hasil analisa ULP2 primer kentang menunjukkan bahwa kegiatan ini layak dilaksanakan, dengan nilai NPV sebesar Rp 44.916.876,-, IRR 36 persen,
pengembalian modal (PBP) 5,2 tahun, dan net B/C 2,15. Kapasitas produksi
terkecil sebesar 97512 kg kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas, meskipun kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual kentang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha secara finansial, namun resiko bisnis ULP2 primer kentang tidak termas.uk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena harga beli kentang sebagai bahan baku dan harga jual kentang sebagai produk ULP2 primer berhubungan paralel (kausal), yang berarti jika harga beli kentang rnahal, harga jualnya pun akan mahal.
Dari hasil survey lapang dan penilaian dengan metoda komparasi berpasangan AHP didapat prioritas berdasarkan kriteria yang ditetapkan, produk pangan berbasis kentang yang cukup potensial untuk dikembangkan dan dapat diproduksi oleh agroindustri skala kecil di Pangalengan adalah keripik kentang. Hasil analisis finansial agroindustri keripik kentang dengan nilai investasi sebesar Rp 99.381.500,- (DER 60:40) diperoleh nilai NPV Rp 84.299.534,-, IRR 26,7%, PBP 3,35 tahun, dan net B/C 2,12. Kapasitas produksi terkecil sebesar 17722 kg keripik kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas, resiko bisnis ULP2 sekunder keripik kentang termasuk kategori cukup.
Keuntungan yang diperoleh petani yang melakukan kegiatan ULP2 primer sebesar Rp 3.069.054,- per bulan atau lebih besar 35,s persen dibandingkan dengan petani yang langsung menjual kentangnya tanpa kegiatan ULP2 yaitu Rp 2.260.000,- per bulan. Dari analisis nilai tambah ULP2 sekunder keripik kentang menunjukkan bahwa petani yang langsung mengolah memperoleh nilai tambah Rp 3.359,- per kg, lebih besar dibandingkan dengan petani yang hanya mengandalkan usahatani kentang saja; atau ULP2 pengolahan saja yang memperoleh nilai tambah Rp 962,- per kg. Oleh karena itu melalui kegiatan ULP2 kentang akan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar untuk kesejahteraan bersama.
Berdasarkan matrik identifikasi faktor internal-eksternal, strategi yang sesuai bagi pengembangan agroindustri kentang di Pangalengan adalah strategi
pertumbuhan, konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas.
untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, keuntungan atau kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengembangkan produk baru, memperbaiki kualitas produk, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.
Dalam pengembangan agroindustri kecil di pedesaan perlu memperhatikan kepentingan aktor atau pelaku yang berperan, faktor-faktor penting yang terkait, dan kriteria yang ditetapkan. Untuk pengembangan agroindustri kecil kentang di Pangalengan, lirna aktor yang diidentifikasi, petani sebagai penyedia bahan baku merniliki peran terpenting (0,240), diikuti berturut-turut oleh pengusaha kecil (0,226), lembaga pembiayaan usaha (0,19 1 ), instansi pembina (0,178). dan
koperasi (0,165). Faktor yang berperan dalam pengembangan agroindustri
kentang di Pangalengan berdasarkan bobot kepentingannya berturut-turut adalah potensi bahan baku (0,203), sumberdaya manusia (0,170), peluang dan potensi pasar (0,148), permodalan (0,130), penyebarluasan teknologi (0,125), sarana dan prasarana (0,114), dan kebijakan pemerintah (0,110).
Dengan berbagai upaya pemenuhan kebutuhan aktor dan pernanfaatan sumberdaya pada hirarki pengembangan agroindustri kentang di Wilayah Pangalengan, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan agar tujuan pengembangan agroindustri kentang di pedesaan dapat tercapai adalah pembinaan melalui kemitraan usaha (42,l persen). Alternatif selanjutnya berturut-turut pembinaan kelompok usaha bersama (32,4 persen) dan pembinaan sentra industri (25,5 persen).
Sarana pembinaan dimaksudkan untuk mendukung upaya pembinaan yang diutamakan untuk mengatasi kelemahan dan kendala-kendala yang sering
dihadapi UKM. Konsep Lembaga Pelayanan Bisnis (Business Development
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be rjudul :
STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG
DI WILAYAH PEDESAAN
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juli 2002
r C
/p
/,5
'J
STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG
DI \IrILAYAH PEDESAAN
Oleh
DTAN RACHMAWATI
TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
2002
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG DI WILAYAH PEDESAAN
Nama Mahasiswa : Dian Rachrnawati
Nomor Pokok : 97342
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. 1 r . ~ . Eriyatno. MSAE Ketua
Dr. Ir. Sutrisno, MAgr Anggota
Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian
-'
Dr. Ir. H. Irawadi Djamaran
Dr. Ir. H. Anas Miftah Fauzi. MEng Anggota
~nuwoto, MSc
RIWAYAT HIDUP
DlAN RACHMAWATI dilahirkan di Bandung, tanggal 26 Januari 1974, anak keempat dari pasangan Bapak Ir. H. Achmad Zainuddin dan lbu Hj. S. Faizah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum di Bandung. Tahun 1991 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1996. Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Teknologi Industri Pertanian dengan sponsor dari Dirjen Dikti melalui proyek
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Studi
Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian tesis ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Business Innovation
Center of Indonesia (BIC-I) dan Program URGE Batch Vl1998 yang telah
nlemberikan beasiswa untuk mengikuti program Magister di Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno,
MSAE sebagai ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Sutrisno, MAgr dan Dr. Ir. H.
Anas Mifiah Fauzi, MEng masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing
atas bimbingan, nasehat dan berbagai motivasi sampai penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada :
1. Kepala Dinas Koperasi dan PPK Kabupaten Bandung, Kepala Bappeda
Kabupaten Bandung, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tingkat I
Propinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung, Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bandung atas segala fasilitas
dan informasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.
2. Kelompok Tani di Pangalengan (Gapura, Mekar Wangi, Wargi Mandiri,
Mukti Mandiri), KUD Walatra, pengusaha kecil pengolahan kentang (Bapak
Mamat-BBC, Ibu Emin, Bapak Agus, dan Bapak Ehom), PD Hikmah, dan ex
staf BIC-I di Pangalengan atas segala bantuan dan kesediaannya untuk
meluangkan waktu selama penelitian di lapang.
3 Rekan-rekan TIP 97, BIC-I (Sugiyono, Eka, Fajri, Maya), LMAA-IPB (Didi,
Yana) dan Az-Zahra atas bantuan, doa, persaudaraan, kebersamaan, dan
Penghargaan yang tinggi Penulis sampaikan kepada Ibu, Bapak, Kakak,
Adik dan Suami tersayang atas segala dukungan dan motivasi mulai dari awal
pendidikan sampai penyelesaian tesis ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dorongan, Penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Allah SWT
memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu saran untuk perbaikan dan kesempurnaan sangat diharapkan.
Bogor, Juli 2002
DAFTAR IS1
Halaman
ABSTRAK
SURAT PERNYATAAN
RIW AY AT HIDUP PRAKATA
...
DAFTAR IS1 i
... ...
DAFTAR TABEL 111
...
DAFTAR GAMBAR iv
...
DAFTAR LAMPIRAN v
...
1 . PENDAHULUAN 1
1 . 1 . Latar Belakany ... 1 1.2. Tujuan ... 4 1.3. Ruang Lingkup ... 4 2 . TINJAUAN PUSTAKA ... 6
...
2.1. Industri Pedesaan 6
...
2.2. Pengembangan Agroindustri 7
...
2.3. Pasca Panen Kentang 10
...
3 . LANDASAN TEORl 14
...
3 . 1 . A tmlytical Hierarchy P~.oce.s.s ... .. 14
...
3.2. Analisa Finansial 19
? ?
...
3 . 3 Analisa SWOT 23
4 . METODOLOGI ... 27 . .
...
4.1 . Kerangka Pem~klran 27
...
4.2. Pendekatan Sistem 29
4.3. Tata Laksana ... 33
...
5 . HASIL DAN PEMBAHASAN 36
...
5.1. Potensi Pengembangan 36
...
5.2. Usaha Lepas Panen Pedesaan Kentang 42
5.3. Analisis Finansial ULP2 ... 55 5.4. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal ... 63
...
5.5. Analisis Hirarki Pengembangan 70
...
5.6. Pembinaan 75
...
6 . KESIMPULAN DAN S A R 4 N 88
...
6.1 . Kesimpulan 88
...
6 . 2 . Saran 90
...
DAFTAR PUSTAKA 91
DAFTAR TABEL
Tabel 1 .
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 1 I . Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 1 5.
Tabel 16.
Halaman
Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di indonesia . . . 3
Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter ... ... ... . .. 12
Skala pembandingan berpasangan . . . 1 5
. .
Nllal Rn~ldont Illdeks . . . , . . , , . . . 1 8
Matrik Internal-Eksternal . . . .. . . 26
Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan
. .
tingkat pendldlkan . . . 3 7
Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan
mata pencaharian . . . , , . , . . . , . . . 3 8
Luas tanam dan produksi tanaman pangan dan hortikultura
di Pangalengan.. . . , . . . 39
Tingkat kepentingan kriteria pemilihan produk ... ... .... ... ... 47 . ,
Penentuan produk olahan kentang priorltas . . . .. 5 1
Nilai kriteria finansial untuk analisis sensitivitas ULP2 primer kentang 57
Nilai kriteria investasi untuk analisis sensitivitas agroindustri kentang 58
Matriks analisa finansial dan nilai tambah usahatani dan ULP2
kentang ... ... 61
Tingkat daya tarik pengembangan agroindustri kentang
di Pangalengan berdasarkan analisis faktor eksternal ... . .... . .. .... .. . . . .... . . 64
Tingkat kekuatan agroindustri kentang di Pangalengan berdasarkan
. .
analisls faktor eksternal .... .... . ... ... . ... . ... ... . . ... .. .... 65
Analisis sistem bisnis dalam pengembangan agroindustri keripik kentang
[image:149.516.35.437.67.695.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 .
Gambar 2 .
Gambar 3 .
Gambar 4 .
Gambar 5 .
Gambar 6 .
Gambar 7 .
Gambar 8 .
Gambar 9 .
Halaman
...
Diagram Alir At~alitical Hierarchy Proce.~s 20
Diagram Lingkar Sebab-Akibat Pengembangan Agroindustri
...
Pedesaan 31
...
Diagram Input-Output Pengembangan Agroindustri Pedesaan 32
...
Diagram Alir Tahapan Penelitian 34
...
Diagram Alir Kegiatan ULP2 Primer Kentang 44
...
Diagram Alir Proses Pengolahan Keripik Kentang 53
...
Hirarki Pengembangan Agroindustri Pedesaan 72
...
Konsepsi Model BDS 78
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial Usahatani Kentang ... 94
Lampiran 2 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial ULP2 Primer Kentang ... 97
Lampiran 3 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial LKP2 Sekunder
. .
Kerip~k Kentang ... 103
Lampiran 4 . Perhitungan Nilai Tambah ULP2 Sekunder ... 110
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang hams ditingkatkan,
dititikberatkan melalui pensembangan sistem agribisnis yang berkelanjutan dan
agroindustri yang berbasis di pedesaan. Agroindustri, terutama skala kecil dan
menengah, yang nlengakar pada masyarakat, merupakan sektor yang dapat
diharapkan untuk menanggulangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian
rakyat, terutama di daerah pedesaan. Pemanfaatan potensi sumber daya yang
tersedia dapat menekan ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga
menguranyi penggunaan devisa.
Dalam memilih dan menentukan strategi pemulihan kondisi ekonomi untuk
melanjutkan kegiatan pembangunan nasional diperlukan penanganan secara terpadu
dan segera, serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu diperlukan
suatu transformasi ekonorni yang dilandasi oleh kekuatan nasional, dengan
melibatkan semua sumber daya yang berakar kuat di Indonesia. Sektor pertanian
merupakan harapan terbesar dalam nlengatasi gejolak ekonomi saat ini.
Agroindustri mempunyai posisi yang strategis sebagai jembatan yang
menghubungkan sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Strategi
pembangunan pertanian dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri yang
berkelanjutan menjadi penggerak pertumbuhan sektor lain, yang pada akhirnya
akan meningkatkan dinamika perekonomian nasional.
Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sarana yang
tepat sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Hal ini ditandai oleh sifat dan bentuk UKM, yakni berbasis pada sumberdaya lokal
sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat
kemadirian, dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumberdaya manusia, menerapkan teknologi lokal (indigeno~rs
tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan
pembangunan yang efektif Dari sudut pandang sistem produksi, UKM memiliki
kelenturan yang tinggi sehingga mudah mengikuti perubahan pasar, teknologi dan
karakteristik produk. Apabila sektor ini lebih dipacu kernajuannya, maka akan
merupakan kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan
sekaligus turut mengentaskan kerniskinan
Sebagai sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian
pedesaan, maka pengembangan agroindustri pedesaan perlu direkayasa dengan
prinsip dasar memacu keunggulan kompetitif komoditi serta komparatif wilayah,
peningkatan sumber daya manusia dan penumbuhan agroindustri yang sesuai
dengan kondisi setempat, memperluas kawasan sentra-sentra komoditas unggulan
yang akan berfungsi sebagai pemasok bahan baku yang berkelanjutan, dan menlacu
pertumbuhan subsistem lainnya yang melahirkan berbagai sarana pendukung
berkembangnya industri pedesaan (Suprapto, 1997)
Komoditi hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang
berpeluang untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri. Kentang merupakan
salah satu komoditi hortikultura unggulan yang diprioritaskan pengembangannya.
Alasan pengembangan komoditi ini diantaranya karena kentang merupakan bahan
diversifikasi pangan non beras bernilai gizi tinggi, komoditas ekspor non migas,
dan bahan dasar industri pangan. Peningkatan kebutuhan konsumsi kentang
memberikan prospek yang baik bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri
kentang. Pengembangan usahatani kentang dapat mendorong pengembangan
agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar maupun skala kecil dan
menengah (Solahuddin, 1998).
Beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai sentra produksi
kentang meliputi wilayah Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur),
wilayah Surnatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Sumatera Selatan), Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Diantara daerah-
penghasil utama kentang di Indonesia. Dari total produksi kentang Indonesia,
Pulau Jawa merupakan penghasil kentang terbesar yaitu mencapai 73 persen dan
Propinsi Jawa Barat merupakan penghasi! kentang terbanyak yaitu mencapai 41
persen dari total produksi nasional (Biro Pusat Statistik, 1999). Rata-rata produksi
kentang beberapa propinsi di Indonesia disajikan pada Tabel 1
Sumatera
I
2 1.73I
22.64I
Tabel 1 . Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di Indonesia
Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
Luas Panen (96)
8,72 14.92 Propinsi
Sumatera Utara Sumatera Lainnva
Sumber : Biro Pusat Statistik (1 999)
Produksi (%) 11,14 10.59
Jawa
Luar Jawa dan Sumatera Indonesia
Dilihat dari distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat,
Kabupaten Bandung memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 43 persen. 73,28
4,99 100.00
Kecamatan Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten 66,92
9,44 100.00
Bandung, dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar 2498 ton setiap harinya (Biro Pusat Statistik, 1999).
Komoditi kentang yang banyak berkembang, terutama di Jawa Barat, sangat
mendukung untuk dikembangkan menjadi usaha agroindustri, terutama yang
banyak melibatkan masyarakat sekitarnya. Hingga saat ini pengembangan komoditas kentang masih terfokus pada aktivitas produksi. Tahap pengolahan
(agroindustri) ditangani oleh industri skala besar. Di Pangalengan terdapat usaha
yang mengolah jenis makanan berbasis kentang, seperti keripik, kerupuk dan dodo1
kentang, dalam bentuk industri kecil rumah tangga, yang dalam pelaksanaan dan
[image:154.516.56.474.73.693.2]pengembangan usaha dibidang agroindustri untuk memberi nilai tambah pada
komoditi tersebut dan menjadikannya sebagai bisnis unggulan. Karenanya studi ini
penting bagi upaya pengembangan sistem agroindustri di wilayah pedesaan, dengan
mempertirnbangkan faktor yang mendukuny dan menghambat serta potensi pengembangan yang bersifat spesifik untuk daerah-daerah tertentu.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1) htlenyidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan
2) h4enganalisis struktur biaya keyiatan agroindustri kentang untuk mengetahui kelayakan dan resiko usaha.
3) Menyusun prioritas pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan
1.3. Ruang Lingkup
Studi pengembangan sistem agroindustri kentang dilakukan di sentra
produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal
maupun eksternal. Analisa S W O T digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, serta menyusun strategi berdasarkan faktor
pendukung dan penghambat pengembangan agroindustri. Metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan untuk menentukan prioritas setiap jenjang pada hirarki
yang disusun untuk alternatif pengembangan agroindustri.
Penelitian ini difokuskan pada kegiatan (i) usaha lepas panen pedesaan
(ULP2) primer kentang, untuk kentang yang dipasarkan segar, dan (ii) ULP2
sekunder, yaitu pengolahan kentang menjadi produk jadi atau setengah jadi. Kajian
analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan ULP2 primer kentang dan
nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP, BIC dan BEP) dan nilai tambah yang
diperoleh dari ULP2. l l a l i s a sensitivitas dilakukan untuk melihat resiko usaha
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Pedesaan
Industri pedesaan dapat diartikan sebagai industri yang memproses bahan
hasil pedesaan, atau industri yang diselenggarakan oleh tenaga kerja pedesaan, atau dengan teknik, cara dan pola pedesaan. Industri pedesaan dapat dianggap sebagai
tahap perkembangan industri yang bertumpu pada potensi pedesaan sebagai
sumber dayanya (Kuswartojo, 1989).
Industri pedesaan berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya serap tenaga kerja untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
di pedesaan. Industri pedesaan yang umumnya berskala kecil juga merupakan jalur bagi pedesaan untuk dapat berusaha selain dari sektor pertanian yang lebih
mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam sehingga pendapatan nlasyarakat
pedesaan bisa ditingkatkan dan lapangan kerja baru di pedesaan bisa diperluas
dengan suatu proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar bisa memasuki
sektor modern (Tambunan, 1989).
Kriteria Industri kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
Tentang Usaha Kecil (Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, 199711 998), yang dimaksud dengan usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
3) milik warga negara Indonesia;
4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
5 ) berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha berbentuk hukum, termasuk koperasi.
Kriteria sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) nilai nominalnya dapat berubah
sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dalam peraturan
pemerintah.
Berdasarkan kriteria tenaga kerja, industri kecil di Indonesia dikelompokkan
menjadi industri rumah tangga tnetnpunyai karyawan sebanyak 1-4 orang; industri
kecil 5-9 orang; industri menengah 20-99 orang; dan industri besar mempunyai
karyawan di atas 100 orang.
2.2. Pengembangan Agroindustri
Pengembangan sering diartikan sebagai penumbuhan. Pengembangan dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah, juga dengan memperbaiki kualitas,
meningkatkan variasi, dengan kemungkinan harga yang lebih murah, waktu
penyerahan makin tepat, dan jaminan persediaan yang cukup (Hutapea dan
Suhastoyo, 1992).
Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan-bahan yang berasal
dari tanaman dan hewan. Pengolahan meliputi transformasi dan pengawetan
melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi
(Austin, 1992). Wujud dari pengolahan dan transformasi sangat bervariasi, mulai
dari pembersihan, pengelompokan (gradirlg), penggilingan, pemotongan,
pengalengan, ekstraksi, dan lain-lain sampai pada perubahan kimia dan tekstur
produk yang diinginkan.
Tujuan pengembangan industri pedesaan adalah untuk menumbuhkan industri
yang makin efisien dan mampu berkembang sendiri, meningkatkan kemampuan dan
peran industri pedesaan dalam menyediakan produk jadi, bahan baku atau
komponen, meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan agroindustri
mencapai tujuan pengembangan industri pedesaan digunakan strategi dasar yang
menitikberatkan pada kekuatan sumberdaya alam, keterampilanlpadat karya, dan
teknologi, dengan tetap menganut prinsip pembangunan berkelanjutan yang
benvawasan lingkungan (Suhardi, 1993).
Austin (1992) menyatakan ada empat kekuatan agroindustri yang dapat
dijadikan sebagai pembangunan ekonomi suatu negara, yaitu (1) agroindustri
merupakan pintu keluar bagi produk pertanian, artinya produk pertanian
memerlukan pengolahan sampai tingkat tertentu sehingga meningkatkan nilai
tambahnya, (2) agroindustri merupakan pilar utama sektor manufaktur;
sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi dan
agroindustri mempunyai kapasitas yang besar dalam menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan produksi, pemasaran dan berkembangnya lembaga keuangan dan
jasa, (3) agroindustri berperan dalam menciptakan devisa negara, produk pertanian
mempunyai permintaan di pasar dunia, baik dalam bentuk bahan baku, setengah
jadi maupun produk siap konsumsi, untuk meningkatkan nilai tambahnya perlu
dilakukan pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen, dan (4) agroindustri
mempunyai dimensi nutrisi, dapat memasok kebutuhan gizi masyarakat dan
memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Menurut Sahardjo (1 992), pengembangan agroindustri menyangkut berbagai
aspek yang mampu menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan produktif lainnya
yang saling terkait. saling mendukung dan saling menguntungkan. Hal ini
disebabkan kerena kegiatan pengembangan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, meliputi semua aktivitas mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran
sarana produksi, subsistenl produksi (usahatani), subsistem pengolahan, hingga
subsistem distribusi atau pemasarannya. Beberapa ha1 yang merupakan dasar dan
perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan agroindustri adalah sebagai
berikut :
1) Industri yang mempunyai daya saing yang kuat dan peluang pasar yang cukup
luas, perlu didukung pengembangan yang mengolah bahan baku yang dapat
2) Pemilihan teknologi yang tepat.
3) Dukungan penelitian dan pengembangan terapan secara bertahap.
4) Keterpaduan dan keterkaitan yang luas antara sektor pertanian dan sektor industri sehingga dapat menambah kegiatan ekono~ni di dael-ah, dan pada
gilirannya akan mendorong pengembangan zona industri dan sentra-sentra
industri kecil.
Dalam menunjang pengembangan industri pertanian, langkah yang dapat
ditempuh antara lain dengan cara mengenlbangkan komoditi yang mempunyai daya
saing di pasaran ekspor, menciptakan pola usahatani yang dapat menyediakan
bahan baku secara kontinu dan sesuai kebutuhan industri dan konsumen,
menciptakan pusat wilayah produksi sesuai kemampuan agronomis, iklim dan
sosial ekonomi. dan menciptakan keterpaduan pembangunan sektor pertanian,
industri dan sektor lainnya dalam memperluas kesempatan kerja, sekaligus
memperkecil urbanisasi (Baharsyah, 1987)
Secara mikro, strategi pengembangan industri hams memperhatikan hngsi-
fungsi di dalam industri, yaitu h n g s i finansial, pemasaran, teknologi, persediaan,
sumber daya manusia dan manufaktur. Fungsi finansial menentukan pengadaan
fasilitas, bersama fungsi pemasaran menetapkan kapasitas olah pabrik. Fungsi
manajemen sumber daya manusia menangani aktivitas tenaga kerja, diupayakan
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Fungsi persediaan menagani pengadaan
bahan baku, integrasi vertikal, dan penentuan mutu barang yang akan dijual.
Fungsi teknologi menentukan teknologi proses yang akan dikembangkan, bersama
fungsi pemasaran menetapkan mang lingkup produk dan introduksi produk bam.
Fungsi manufaktur menipakan fungsi sentral, yang aktivitasnya melibatkan semua
f u ~ g s i dalam industri (Kotler, 1997).
Said (2001) menyatakan bahwa pengembangan ekonomi Indonesia masih
hams diarahkan pada upaya-upaya pemulihan dengan beberapa sasaran utama
( 1 ) peningkatan pendapatan n~asyarakat, terutama golongan ekonomi lemah
melalui pemberdayaan kekuatan ekonomi rakyat,
(2) peningkatan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor non migas dan
peningkatan nilai tambah produk yang nyata,
(3) terciptanya struktur industri yang kuat berlandaskan padausaha kecil dan
menengah yang kuat, yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif
untuk mencapai keunggulan kompetitif menghadapi persaingan global,
(4) terciptanya sektor agroindustri yang tangguh sebagai landasan pembangunan
ekonomi menuju era industrialisasi,
(5) terciptanya daya saing yang tinggi melalui peningkatan produktifitas,
(6) tercapainya standar mutu produk yang dapat diterima pasar global,
(7) tercapainya pengembangan ekonomi lokal yang tnendorong pembangunan
wilayah.
Dari hal-ha1 tersebut di atas maka perlu didentifikasi bisnis unggulan
strategis. khususnya dalanl lingkup agroindustri yang memenuhi seluruh atau
sebagian besar sasaran-sasaran tersebut. Untuk mewujudkan perkembangan usaha
di bidang agribisnis dan argoindustri, yang umumnya berskala kecil, diperlukan
suatu kajian sistem pengembangan yang terarah dan terpadu.
2.3. Pasca Panen Kentang
Tanaman kentang (Solmnm~ tzrberosum) termasuk jenis tanaman yang
memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik. Salah satu faktor lingkungan yang
dijadikan syarat tumbuh yang utama adalah iklim. Suhu udara yang ideal untuk
tanaman kentang berkisar antara 15°C
-
18°C pada malam hari dan 24°C - 30°C pada siang hari. Ketinggian ideal bagi tumbuhnya kentang berkisar antara 1000-1500 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1997). Berdasarkan kondisi
Kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu 19,l gram per
100 gram bahan sehingga berpotensi sebagai bahan substitusi makanan pokok
(Rukmana, 1999). Tingkat konsumsi atau ketersediaan kentang per kapita dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1999 rata-rata konsumsi sebesar 4,27
kglkapitdtahun, sementara pada tahun 1993 sebesar 2,30 kglkapitdtahun (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, 1999). Tingkat konsumsi ini diperkirakan akan tcrus
meningkat karena kentang tidak hanya terbatas untuk kebutuhan rumah tangga saja
melainkan juga untuk kebutuhan industri.
Pemanenan kentang dilakukan setelah tanaman berumur antara 90-1 10 hari
setelah tanam (HST). Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila
daun-daun tanaman telah berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan
yang bukan disebabkan serangan penyakit, batang tanarnan agak mengering dan
menguning. Tanarnan yang telah cukup umur apabila dipanen kulit umbinya
tampak lekat sekali dengan daging umbi, dan bila digosok atau ditekan dengan jari,
kulit umbi tidak mudah mengelupas (Rukmana, 1997) .
Penanganan panen dan pasca panen kentang sangat mempengaruhi mutu
kentang. Kentang yang sudah diambil dari bedengan dikering-anginkan di pinggir
bedengan untuk memudahkan melepas tanah yang menempel di umbi. Sortasi
kentang dilakukan untuk memisahkan umbi yang baik dan sehat, yaitu umbi yang
tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit, dengan umbi yang rusak.
Kegiatan ini dapat mencegah penularan penyakit dari umbi yang sakit atau rusak ke
umbi yang baik dan sehat. Grading dilakukan untuk mengelompokkan kentang
yang sehat menurut ukuran diameter umbi. Di daerah Pangalengan, hasil grading
terdiri dari kentang mutu A, B, C, dan AL. Kelas mutu kentang berdasarkan berat
dan diameter disajikan pada Tabel 2. Grading dapat dilakukan bersamaan dengan
sortir di kebun setelah panen. Kelas mutu AL harganya lebih tinggi dibanding kelas
mutu lainnya. Umbi yang kecil (sekitar 30 persen) biasanya digunakan sebagai
bibit untuk penanaman selanjutnya bila kentang tersebut masih memenuhi syarat
Pengemasan kentang di Pangalengan menggunakan karung jaring dengan
kapasitas 50 - 60 kg atau keranjang bambu dengan kapasitas 20 -30 kg. Karung
jaring biasanya digunakan untuk pemasaran ke pasar lokal atau daerah. Untuk
pengirirnan ke industri pengolahan, kemasan yang dipakai biasanya keranjang
bambu untuk memudahkan pengambilan contoh dari tiap-tiap kemasan pada saat
pengujian kentang yang layak diproses.
Tabel 2. Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter
Penyimpanan kentang yang telah dipanen tidak bisa terlalu lama di gudang,
sebab akan mengakibatkan susut bobot dan kerusakan yang menyebabkan kerugian
bagi petani. Sebaiknya untuk pengiriman ke industri pengolahan, kentang disimpan
dalam gudang maksimal satu malam.
Kentang dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai bentuk produk olahan,
baik berskala industri rumah tangga maupun industri besar dan modern.
Pengolahan kentang dalam ha1 ini didefinisikan sebagai aplikasi dari beberapa
proses, disamping persiapan sederhana juga digabung dengan pemasakan, yang
menggunakan kentang sebagai bahan baku untuk dibuat menjadi produk pangan
(makanan). Pada mulanya pengolahan kentang bertujuan untuk memperpanjang
masa simpan Produk kentang yang dikeringkan (dehydrated potato yrod14ct)
merupakan salah satu metode tertua yang digunakan untuk memperpanjang masa
simpan Keuntungan lain dari pengolahan kentang adalah mengurangi volume (less
hlrlhy), memudahkan penyimpanan dan memudahkan penyiapan makanan (Burton,
1989) Yang paling penting dari tujuan pengolahan kentang ialah untuk
n~endapatkan nilai tambah pada saat panen raya dan harga kentang jatuh Diameter (cm)
> 10 8 - 10
6 - 8 4 - 6
<4 Kelas Mutu AL A B C Sortiran
Sumber : Rukmana (1 997)
Berat (gram)
> 250 200 - 250
150 - 200 100 - 150
Alasan lain pengolahan kentang menurut Burton (1989) bahwa di kalangan
masyarakat modern di negara berkembang menunjukkan peningkatan kegemaran
akan makanan ringan atau makanan selingan siap saji. Oleh karena perkembangan
permintaan, pengolahan kentang berkembang menjadi beberapa produk olahan,
seperti produk kentang beku
frozen
potato prodzrct), keripik kentang (potato chlpor C T I . ~ ~ ) , produk kentang yang dikeringkan (dehyhated yotato prou'l/ct), kentang
yang dikalengkan (ccnu?edpotato). dan produk olahan lainnya
Beberapa produk kentang kering diolah dari kentang yang telah dimasak,
diantaranya mashed potato dalam bentuk tepung (powder), maupun lembaran
(flakes), dan riced potato. Potato flakes diproses menggunakan drlrm drier
sehingga berbentuk lembaran, sedangkan untuk n ~ a . ~ I ~ e d potato yo~tldei. dilakukan
penggilingan dan pengayakan setelah pengeringan sehingga berbentuk tepung.
Tepung kentang Q)otato jlzror) dapat diolah dari kentang yang telah masak atau
kentang mentah Tujuan utama dari pengolahan tersebut adalah untuk
memperpanjang umur simpan Sedangkan sebagai makanan ringan atau makanan
selingan, kentang diolah menjadi keripik, fi.ozen fi.ez~ch .fi.ies, dan kentang yang
di kalengkan.
Pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan hams
mempertimbangkan (a) prinsip pengolahan mudah dilakukan petani atau
masyarakat pedesaan, namun produk yang dihasilkan memenuhi syarat mutu,
(b) produk yang dihasilkan kompetitif, dan (c) meningkatkan efisiensi pengolahan
dan pengembangan produk bernilai ekonomi cukup tinggi dan mempunyai pasaran
3.
LANDASAN
TEORI
3.1. Analytical Hierarchy Process
Ai?nl~?rcnl Hrermc/?j9 P~~ocess (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA)
ditujukan untuk membuat suatu model pel-inasalahan yang tidak mempunyai
struktur dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur
(kuantitatif) maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (plu'gen~ent).
AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria,
perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi-strategi
yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1993).
Proses hirarki analitik merupakan suatu analisis yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem Pengambil keputusan berusaha
memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil
keputusan (Saaty, 1993)
Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu :
1 ) Menggambarkan dan inenguraikan secara hirarkis, yang disebut tnenyusun
secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang
terpisah-pisah.
2) Pembedaan prioritas dan sintesis, yang disebut penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.
3) Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang
logis.
3.1.1. Pembandingan Berpasangan
Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen
keputusan yang ada pada setiap jenjang keputusan, penilaian pendapat (judgenter~~)
dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikom5inasikan dengan
menggunakan teknik pembandingan berpasangan (painvise con~parison), yaitu
membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat jenjang
secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam
bentuk pendapat kualitatif. Untuk nlengkuantitatifkan pendapat kualitatif tersebut
digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk
angka (kuantitatif). Menurut Saaty (1993) untuk berbagai permasalahan, skala 1
sampai 9 merupakan skala yang terbaik untuk mengkuantitaifkan pendapat, yaitu
berdasarkan akurasinya yang ditunjukkan oleh nilai RMS (Root Mecrir ,Sqlla~.e
De\iatiot~) dan M A D (Mean Absolllte Deviatioit). Nilai dan definisi pendapat
kualitatif dari skala banding secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 . Skala Pembandingan Berpasangan
Sumber : Saaty (1 993) Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan Definisi
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya
Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen lainnya
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya
Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat
Penjelasan
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannyatelah terlihat dalam praktek
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain
memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
[image:166.522.68.474.134.689.2]3.1.2. Matriks Pendapat Individu
Jika C1, C2, .. ., Cn merupakan set elemen suatu tingkat keputusan dalam
hirarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil pembandingan berpasangan tiap
elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A yang berukuran nxn.
Jika Ci dibandingkan dengan C;, maka a,; ~nerupakan nilai matriks pendapat hasil
komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan C; terhadap C;. Nilai
matriks a,, = I/aij, yaitu nilai kebalikan dari matriks ai;. Untuk i = j, maka nilai
matriks a;, = a;; = 1, karena pembandingan elemen terhadap elemen itu sendiri
adalah 1 . Formulasi matriks pendapat individu adalah sebagai berikut :
3.1.3. Matriks Pendapat Gabungan
Matriks pendapat gabungan (G) merupakan matriks baru yang elemen-
elemen matriksnya (g,;) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat
individu yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Formulasi perolehan
rata-rata geometrik adalah sebagai berikut :
dimana
g;; = elemen matriks pendapat gabungfan pada baris ke-i kolom ke-j
a;; (k) = elemen matriks pendapat individu pada baris ke-i kolom ke-j untuk
3.1.4. Pengolahan Horizontal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan
setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a) Perkalian Baris (Z)
b) Perhitungan Vektor Prioritas (Vpi)
c) Nilai Eigen Maksimum
(A,,,)
I 'A = (a,, )
*
Lp , dengan VA = (va,)I 'H =
5,
dengan VB = (vbi)dimana :
VA = Vektor antara
Vp = Vektor prioritas
VB = Nilai Eigen
hmax = Nilai Eigen maksimum
vai = Vektor antara pada baris ke-i
vbi = Nilai Eigen pada baris ke-i
d) Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)
e) Perhitungan Rasio Konsistensi (CR)
dimana :
CI = Indeks konsistensi
CR = Rasio konsistensi
RI
= lndeks acak (Rarldoi~? Ir1dek.r) dari Oak Ridge kd7oratc11-ji darimatriks berorde 1
-
1 5 yang menggunakan sampel berukuran 100.Tabel Rl dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Xcrt~u'om It~deks
Nilai rasio konsistensi (CR) digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi
dalam analisis komparasi berpasangan. Nilai CR yang lebih kecil atau sama
dengan 0,l merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik.
Dengan demikian nilai CR merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya
suatu hasil komparasi berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).
f ) Revisi Pendapat
Revisi pendapat dapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat
cukup tinggi, dengan mencari deviasi RMS dari baris-baris (aij) dan perbandingan
nilai bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada baris
Penggunaan revisi pendapat ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya
penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya. Secara umum diagram alir
Ai~alitical Hierarchy Process dapat dilihat pada Gambar I
3.2. Analisa Finansial
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa investasi antara lain
3.2.1. Net Present Value ( N P V )
Net Present I,'nl~(e (NPV) adalah metoda yang digunakan untuk menghitung
selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas dimasa
yang akan datang. Menurut Sutojo (1991), untuk menghitung nilai sekarang
ditentukan terlebih dahulu tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Tingkat
bunga tersebut dapat diperoleh dengan memelihara tingkat bunga pinjaman jangka
panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga
pinjaman yang hams dibayarkan oleh pemilik proyek. Formulasi yang digunakan
untuk menghitung besarnya NPV adalah :
dimana :
B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
n = umur proyek (tahun)
i = tingkat suku bunga yang digunakan (96)
Kriteria keputusan yang dipilih dalam analisa ini adalah layak jika nilai
sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang lebih besar dari nilai
sekarang investasi (NPV > 0), sedangkan apabila lebih kecil (NPV < 0) proyek
Mulai
0
Pen!- usunan Matrik
Revisi PelIdapat
Y
r
+
Vektor Prioritas Sistenl
Gambar 1 . Diagram Alir Arzalitical Hierarchy Process
[image:171.518.162.433.37.584.2]3.2.2. Internal rate of Return (I=)
Inrernal rate o f Returiz adalah tingkat bunga yang bilamana dipergunakan
untuk mendiskonto seluruh selisih kas pada tahun-tahun operasi akan menghasilkan
jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Menurut Gray et a/.
(1992), I R R merupakan tingkat suku bunga dimana nilai NPV proyek adalah nol.
Formulasi yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :
dimana
B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp) C, = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
n = umur proyek (tahun)
i = tingkat suku bunga untuk mendiskontokan arus kas (%)
Untuk menghitung nilai IRR dapat dilakukan interpolasi dengan cara mencari
nilai il yang membuat NPV bernilai negatif (NPV-) dan i2 yang membuat NPV
bernilai positif (NPV'). IRR yang berada di atas tingkat suku bunga awal yang
digunakan maka proyek layak diterima, sebaliknya IRR yang berada di bawah
tingkat suku bunga awal maka proyek tidak layak diterima.
3.2.3. Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Gray er a/. (1992), metoda Net B/C digunakan untuk menghitung
antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang
investasi. Penilaian kelayakan proyek adalah bila Net BIC > I , maka proyek layak dan bila Net B/C <1 proyek dianggap tidak layak. Formulasi yang digunakan
dimana
B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
n = umur proyek (tahun)
i = tingkat suku bunga (%)
3.2.4. Break Event Point (BEP)
Proyek dikatakan impas bilamana jumlah hasil penjualan atau total
penerimaan pada satu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung.
Menurut Jogiyanto (1 992), analisa titik impas adalah titik dimana perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Titik ini menunjukkan
keadaan kesetimbangan antara biaya dan pendapatan. Formulasi yang digunakan
adalah
Biaya Tetap
Penjualan BEP =
1 - Biaya Variabel Total Penjualan
Biaya Tetaplunit
VolumeBEP =
Harga Juallunit
-
Biaya Variabellunit3.2.5. Pay Rack Period (PBP)
Pay Rack Period atau waktu pengembalian modal adalah waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi awal dimana kriteria keputusan yang
diambil berdasarkan kriteria waktu. Metoda PBP mengukur satuan waktu
pengembalian modal berdasarkan bulan atau tahun proyek (Gray, et a/. , 1992).
Investasi awal n
PBP = x 1 tahun dan C At = 0
Permintaan Periodik t= 1
Arus kas tiap periode proyek dilambangkan dengan At dan n adalah waktu
atau periode pengembalian modal (PBP).
3.3. Analisa SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Wenh~esses, Oyyortinities dan
Threats yang berarti kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan, dan kendala
atau ancaman. Analisa SWOT merupakan penelitian tentang hubungan atau
interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu strel?gthLs dan wvakr7e.s.re.r, terhadap
unsur-unsur eksternal, yaitu oppor.tz4r~ifies dan threcrf.~. Teknik analisa SWOT
banyak diterapkan untuk tujuan perencanaan termasuk perencanaan perusahaan
dan organisasi (Laoh, 1 99 1 )
Tujuan dari teknik analisa SWOT ini adalah untuk memperoleh hasil berupa
kesimpulan-kesimpulan :
(1) Peluang-peluang mana yang perlu dimanfaatkan secara langsung karena
dimilikinya kekuatan-kekuatan yang cukup untuk menanganinya.
(2) Hambatan-hambatan mana yang perlu di atasi karena adanya kekuatan-
kekuatan yang cukup untuk menanggulanginya.
(3) Peluang-peluang mana yang belum dapat dimanfaatkan pada saat sekarang
karena adanya kelemahan-kelemahan yang berarti. Kelemahan-kelemahan
tersebut perlu secepatnya di atasi agar peluang-peluang yang bersangkutan
tidak hilang.
(4) Kendala-kendala mana yang dapat menjadi ancaman karena dimilikinya
kelemahan-kelemahan yang serius. Situasi yang gawat akan terjadi jika
Analisa hasil SWOT akan menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan
dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain
dapat ditentukan strategi yang tepat (Laoh, 1991).
3.3.1. Penentuan Bobot Kepentingan Relatif
Penilaian bobot kepentingan untuk tiap parameter ditentukan dengan
metoda rating. Bobot kepentingan mempunyai selang dari 0,O sampai batas
tertinggi 10,O. Lebih dari sebuah parameter dapat mempunyai bobot yang sama.
Nilai bobot 0,O menunjukkan parameter sama sekali tidak penting, sedangkan
bobot kepentingan 10,O mempunyai bobot kepentingan maksimum.
Bobot kepentingan dari tiap parameter diperoleh dengan rumus :
dimana:
j = I , 2, ..., n
n = jumlah pengambil keputusan
Wlj = bobot kepentingan yang diberikan oleh pengambil keputusan ke-j terhadap
parameter ke-1
W1 = bobot kepentingan yang diberikan oleh sejumlah n pengambil keputusan
terhadap kriteria ke-1 1 = 1,2 , , , . , k
k = jumlah parameter
WRI = bobot kepentingan relatif yang diberikan pengambil keputusan terhadap
kriteria ke-1
3.3.2. Penentuan Tingkat Daya Tarik dan Tingkat Kekuatan Bisnis Relatif
Pemberian bobot dilakukan berdasarkan skala Likert 1 sampai 4. Skala 1
untuk tingkat daya tarik menunjukkan daya tarik industri yang sangat tidak
menarik, sedangkan skala 4 menunjukkan daya tarik industri yang sangat menarik.
diberikan dalam skala 1 sampai 4. Penentuan tingkat daya tarik dan tingkat
kekuatan relatif dihitung dengan rumus :
dimana:
j = 1 , 2 , . . . , n
n = jumlah pengambil keputusan
Rl; = tingkat daya tarik atau tingkat kekuatan bisnis yang diberikan oleh
pengambil keputusan ke-j terhadap parameter ke-1 1 = 1,2, ..., k
k = jumlah parameter
RRI = tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan relatif yang diberikan
pengambil keputusan terhadap kriteria ke-1
3.3.3. Penentuan Bobot Peran Relatif untuk Setiap Parameter
Peran suatu parameter dicirikan oleh bobot peran dari setiap parameter
dalam kelompok. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
VRI = (RRI) (WRI)
dimana
VRI = bobot peran relatif dari parameter ke-1
R I ~ I = tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan bisnis relatif dari
parameter ke-l
W R ~ = bobot kepentingan relatif dari parameter ke-1
3.3.4. Penentuan Penerapan Strategi
Nilai total bobot peran dari seluruh parameter menunjukkan bagaimana
suatu industri bereaksi terhadap faktor-faktor strategis baiic eksternal maupun
internalnya. Total skor selanjutnya dimasukkan ke dalam matriks internal-eksternal
(Tabel 5) untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan. Bentuk persamaan
dimana
Ts = Nilai total skor bobot peran dari seluruh parameter
VRI = bobot peran relatif dari parameter ke-1 1 = 1,2, . . . , k
k = jumlah parameter
Tabel 5. Matrik Internal-Eksternal
Total Skor Faktor Internal
KUAT RATA-RAT A LEMAH
4.0 3 0 2.0 1 .0
TINGGI <