• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)

STUD1 PENGEMBANGAN SIS'I'EM AG1tOINL)US'IKI KENTANG

Dl

WlLAYAII I'EDESAAN

Oleh

DIAN RACHMAWATI

2002

YKOGKAM PASCASAIIJANA

INSTITUT I'EHTANIAN BOGOII

(138)

Dian Hachmawati. Studi I'engembangan Sisteni Agroindustri Kentang Di Wilayah l'edesaan. Di bawall bimbingan Eriyatilo sebagai Kctua, Sutrisno

dan Anas M . Fauzi sebagai Anggota.

Agroindustri ti~cti~punyai posisi yatig strategis scbagai jcmbatan yang menghubungkan sektor pedanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Strategi petnbangunan pertanian dalatn pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berkelanjutan menjadi penggcrak pertutnbuhan sektor lain, yang pada akhirnya akan meningkatkan dinamika perckonotnian nasional.

Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura unggulan yang diprioritaskan pengembangannya. Pengembangan usahatani kentang dapat mendorong pengembangan agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar maupun skala kecil dan menengah. I'roduksi kentang di Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar yaitu 40,6 persen dari total produksi Indonesia. Dilihat dari distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat, Kabupaten Bandung tnemberikan kontribusi t e r k s a r yaitu sebesar 43 persen. K e k a t a n Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten Bandung, dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar 2498 ton setiap harinya.

Umurmlya agroindustri di pcdesaan ~nernpunyai keletnahan-kelemahan, diantaranya adalah kondisi intern pcrusahaan yang tidak efisien, kurangnya kenlampuan manajetnen, letilah pernlodalan, posisi bersaing yang kurang kuat, kurang marnpu mencari atau menernbus daerah pemasaran yang baru, kualitas produk rendah, serta lenlah dalatn keterampilan dan pengetahuan teknis dan desain kemasan. Dilain pihak, agroindustri pedesaan sangat berperan di dalatn peningkatan pendapatan dan potetisi ckonutlii pedesaan. I'engcmbangan agroindustri pedesaan perlu mernpertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh dan memberikan kontribusi yang seirnbang diantara faktor-faktor tersebut. Dengall demikian diperlukan suatu kajian bagi pengembangan agroindustri, khususnya di wilayah pedesaan dengan tnempertimbangkan potensi daerah pengembangan. Kerangka berpikir sistern digunakan dengan berorientasi pada tujuan (sibernetik), melalui cara pandang yang utuh terhadap sistem (holistik), dan lebih dipentingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan (efektif).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada pengembangan agroiridustri kentang di wilayah pedesaan, (2) menganalisis struktur biaya kcgiatan agroindustri kentang urituk mengetahui kelayakan dan resiko usaha, dan (3) menyusun prioritas pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan.

Studi pengembangan sistetn agroindustri kentang dilakukan di sentra produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Analisa

SWOT digunakan untuk mengidentifiasi kekuatan, kelemahan, peluang dan

(139)

untuk menentukan prioritas setiap komponen pada hirarki yang disusun untuk alternatif pengembangan agroindustri.

Kajian analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan usaha lepas panen (ULP2) primer kentang dan ULP2 sekunder pengolahan kentang yang dikembangkan, dengan melihat beberapa nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP, BIC, dan BEP) dan nilai tambah yang diperoleh dari ULP2.

ULP2 merupakan perusahaan skala kecil yang mengolah hasil pertanian yang berkemampuan memberikan manfaat semaksimal mungkin kepada masyarakat di wilayah pedesaan setempat. Dalam penelitian ini, kegiatan ULP2 kentang difokuskan pada (1) ULP2 primer, meliputi kegiatan sortasi dan grading, pencucian atau pembersihan, pengemasan, dan penyimpanan sementara; dan (2) ULP2 sekunder, meliputi kegiatan pengolahan kentang menjadi produk pangan (makanan).

Hasil analisa ULP2 primer kentang menunjukkan bahwa kegiatan ini layak dilaksanakan, dengan nilai NPV sebesar Rp 44.916.876,-, IRR 36 persen,

pengembalian modal (PBP) 5,2 tahun, dan net B/C 2,15. Kapasitas produksi

terkecil sebesar 97512 kg kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas, meskipun kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual kentang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha secara finansial, namun resiko bisnis ULP2 primer kentang tidak termas.uk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena harga beli kentang sebagai bahan baku dan harga jual kentang sebagai produk ULP2 primer berhubungan paralel (kausal), yang berarti jika harga beli kentang rnahal, harga jualnya pun akan mahal.

Dari hasil survey lapang dan penilaian dengan metoda komparasi berpasangan AHP didapat prioritas berdasarkan kriteria yang ditetapkan, produk pangan berbasis kentang yang cukup potensial untuk dikembangkan dan dapat diproduksi oleh agroindustri skala kecil di Pangalengan adalah keripik kentang. Hasil analisis finansial agroindustri keripik kentang dengan nilai investasi sebesar Rp 99.381.500,- (DER 60:40) diperoleh nilai NPV Rp 84.299.534,-, IRR 26,7%, PBP 3,35 tahun, dan net B/C 2,12. Kapasitas produksi terkecil sebesar 17722 kg keripik kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas, resiko bisnis ULP2 sekunder keripik kentang termasuk kategori cukup.

Keuntungan yang diperoleh petani yang melakukan kegiatan ULP2 primer sebesar Rp 3.069.054,- per bulan atau lebih besar 35,s persen dibandingkan dengan petani yang langsung menjual kentangnya tanpa kegiatan ULP2 yaitu Rp 2.260.000,- per bulan. Dari analisis nilai tambah ULP2 sekunder keripik kentang menunjukkan bahwa petani yang langsung mengolah memperoleh nilai tambah Rp 3.359,- per kg, lebih besar dibandingkan dengan petani yang hanya mengandalkan usahatani kentang saja; atau ULP2 pengolahan saja yang memperoleh nilai tambah Rp 962,- per kg. Oleh karena itu melalui kegiatan ULP2 kentang akan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar untuk kesejahteraan bersama.

Berdasarkan matrik identifikasi faktor internal-eksternal, strategi yang sesuai bagi pengembangan agroindustri kentang di Pangalengan adalah strategi

pertumbuhan, konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas.

(140)

untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, keuntungan atau kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengembangkan produk baru, memperbaiki kualitas produk, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

Dalam pengembangan agroindustri kecil di pedesaan perlu memperhatikan kepentingan aktor atau pelaku yang berperan, faktor-faktor penting yang terkait, dan kriteria yang ditetapkan. Untuk pengembangan agroindustri kecil kentang di Pangalengan, lirna aktor yang diidentifikasi, petani sebagai penyedia bahan baku merniliki peran terpenting (0,240), diikuti berturut-turut oleh pengusaha kecil (0,226), lembaga pembiayaan usaha (0,19 1 ), instansi pembina (0,178). dan

koperasi (0,165). Faktor yang berperan dalam pengembangan agroindustri

kentang di Pangalengan berdasarkan bobot kepentingannya berturut-turut adalah potensi bahan baku (0,203), sumberdaya manusia (0,170), peluang dan potensi pasar (0,148), permodalan (0,130), penyebarluasan teknologi (0,125), sarana dan prasarana (0,114), dan kebijakan pemerintah (0,110).

Dengan berbagai upaya pemenuhan kebutuhan aktor dan pernanfaatan sumberdaya pada hirarki pengembangan agroindustri kentang di Wilayah Pangalengan, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan agar tujuan pengembangan agroindustri kentang di pedesaan dapat tercapai adalah pembinaan melalui kemitraan usaha (42,l persen). Alternatif selanjutnya berturut-turut pembinaan kelompok usaha bersama (32,4 persen) dan pembinaan sentra industri (25,5 persen).

Sarana pembinaan dimaksudkan untuk mendukung upaya pembinaan yang diutamakan untuk mengatasi kelemahan dan kendala-kendala yang sering

dihadapi UKM. Konsep Lembaga Pelayanan Bisnis (Business Development

(141)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be rjudul :

STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG

DI WILAYAH PEDESAAN

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2002

r C

/p

/,

5

'J

(142)

STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG

DI \IrILAYAH PEDESAAN

Oleh

DTAN RACHMAWATI

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

2002

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(143)

Judul Penelitian : STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG DI WILAYAH PEDESAAN

Nama Mahasiswa : Dian Rachrnawati

Nomor Pokok : 97342

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. 1 r . ~ . Eriyatno. MSAE Ketua

Dr. Ir. Sutrisno, MAgr Anggota

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

-'

Dr. Ir. H. Irawadi Djamaran

Dr. Ir. H. Anas Miftah Fauzi. MEng Anggota

~nuwoto, MSc

(144)

RIWAYAT HIDUP

DlAN RACHMAWATI dilahirkan di Bandung, tanggal 26 Januari 1974, anak keempat dari pasangan Bapak Ir. H. Achmad Zainuddin dan lbu Hj. S. Faizah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum di Bandung. Tahun 1991 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1996. Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi

Teknologi Industri Pertanian dengan sponsor dari Dirjen Dikti melalui proyek

(145)

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Studi

Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program

Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian tesis ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Business Innovation

Center of Indonesia (BIC-I) dan Program URGE Batch Vl1998 yang telah

nlemberikan beasiswa untuk mengikuti program Magister di Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno,

MSAE sebagai ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Sutrisno, MAgr dan Dr. Ir. H.

Anas Mifiah Fauzi, MEng masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing

atas bimbingan, nasehat dan berbagai motivasi sampai penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada :

1. Kepala Dinas Koperasi dan PPK Kabupaten Bandung, Kepala Bappeda

Kabupaten Bandung, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tingkat I

Propinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung, Kepala

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bandung atas segala fasilitas

dan informasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.

2. Kelompok Tani di Pangalengan (Gapura, Mekar Wangi, Wargi Mandiri,

Mukti Mandiri), KUD Walatra, pengusaha kecil pengolahan kentang (Bapak

Mamat-BBC, Ibu Emin, Bapak Agus, dan Bapak Ehom), PD Hikmah, dan ex

staf BIC-I di Pangalengan atas segala bantuan dan kesediaannya untuk

meluangkan waktu selama penelitian di lapang.

3 Rekan-rekan TIP 97, BIC-I (Sugiyono, Eka, Fajri, Maya), LMAA-IPB (Didi,

Yana) dan Az-Zahra atas bantuan, doa, persaudaraan, kebersamaan, dan

(146)

Penghargaan yang tinggi Penulis sampaikan kepada Ibu, Bapak, Kakak,

Adik dan Suami tersayang atas segala dukungan dan motivasi mulai dari awal

pendidikan sampai penyelesaian tesis ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan

dorongan, Penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Allah SWT

memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih perlu disempurnakan, oleh

karena itu saran untuk perbaikan dan kesempurnaan sangat diharapkan.

Bogor, Juli 2002

(147)

DAFTAR IS1

Halaman

ABSTRAK

SURAT PERNYATAAN

RIW AY AT HIDUP PRAKATA

...

DAFTAR IS1 i

... ...

DAFTAR TABEL 111

...

DAFTAR GAMBAR iv

...

DAFTAR LAMPIRAN v

...

1 . PENDAHULUAN 1

1 . 1 . Latar Belakany ... 1 1.2. Tujuan ... 4 1.3. Ruang Lingkup ... 4 2 . TINJAUAN PUSTAKA ... 6

...

2.1. Industri Pedesaan 6

...

2.2. Pengembangan Agroindustri 7

...

2.3. Pasca Panen Kentang 10

...

3 . LANDASAN TEORl 14

...

3 . 1 . A tmlytical Hierarchy P~.oce.s.s ... .. 14

...

3.2. Analisa Finansial 19

? ?

...

3 . 3 Analisa SWOT 23

4 . METODOLOGI ... 27 . .

...

4.1 . Kerangka Pem~klran 27

...

4.2. Pendekatan Sistem 29

4.3. Tata Laksana ... 33

...

5 . HASIL DAN PEMBAHASAN 36

...

5.1. Potensi Pengembangan 36

...

5.2. Usaha Lepas Panen Pedesaan Kentang 42

5.3. Analisis Finansial ULP2 ... 55 5.4. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal ... 63

(148)

...

5.5. Analisis Hirarki Pengembangan 70

...

5.6. Pembinaan 75

...

6 . KESIMPULAN DAN S A R 4 N 88

...

6.1 . Kesimpulan 88

...

6 . 2 . Saran 90

...

DAFTAR PUSTAKA 91

(149)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 .

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 1 I . Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 1 5.

Tabel 16.

Halaman

Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di indonesia . . . 3

Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter ... ... ... . .. 12

Skala pembandingan berpasangan . . . 1 5

. .

Nllal Rn~ldont Illdeks . . . , . . , , . . . 1 8

Matrik Internal-Eksternal . . . .. . . 26

Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan

. .

tingkat pendldlkan . . . 3 7

Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan

mata pencaharian . . . , , . , . . . , . . . 3 8

Luas tanam dan produksi tanaman pangan dan hortikultura

di Pangalengan.. . . , . . . 39

Tingkat kepentingan kriteria pemilihan produk ... ... .... ... ... 47 . ,

Penentuan produk olahan kentang priorltas . . . .. 5 1

Nilai kriteria finansial untuk analisis sensitivitas ULP2 primer kentang 57

Nilai kriteria investasi untuk analisis sensitivitas agroindustri kentang 58

Matriks analisa finansial dan nilai tambah usahatani dan ULP2

kentang ... ... 61

Tingkat daya tarik pengembangan agroindustri kentang

di Pangalengan berdasarkan analisis faktor eksternal ... . .... . .. .... .. . . . .... . . 64

Tingkat kekuatan agroindustri kentang di Pangalengan berdasarkan

. .

analisls faktor eksternal .... .... . ... ... . ... . ... ... . . ... .. .... 65

Analisis sistem bisnis dalam pengembangan agroindustri keripik kentang

[image:149.516.35.437.67.695.2]
(150)
[image:150.516.76.441.69.306.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .

Gambar 2 .

Gambar 3 .

Gambar 4 .

Gambar 5 .

Gambar 6 .

Gambar 7 .

Gambar 8 .

Gambar 9 .

Halaman

...

Diagram Alir At~alitical Hierarchy Proce.~s 20

Diagram Lingkar Sebab-Akibat Pengembangan Agroindustri

...

Pedesaan 31

...

Diagram Input-Output Pengembangan Agroindustri Pedesaan 32

...

Diagram Alir Tahapan Penelitian 34

...

Diagram Alir Kegiatan ULP2 Primer Kentang 44

...

Diagram Alir Proses Pengolahan Keripik Kentang 53

...

Hirarki Pengembangan Agroindustri Pedesaan 72

...

Konsepsi Model BDS 78

...

(151)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial Usahatani Kentang ... 94

Lampiran 2 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial ULP2 Primer Kentang ... 97

Lampiran 3 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial LKP2 Sekunder

. .

Kerip~k Kentang ... 103

Lampiran 4 . Perhitungan Nilai Tambah ULP2 Sekunder ... 110

(152)

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang hams ditingkatkan,

dititikberatkan melalui pensembangan sistem agribisnis yang berkelanjutan dan

agroindustri yang berbasis di pedesaan. Agroindustri, terutama skala kecil dan

menengah, yang nlengakar pada masyarakat, merupakan sektor yang dapat

diharapkan untuk menanggulangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian

rakyat, terutama di daerah pedesaan. Pemanfaatan potensi sumber daya yang

tersedia dapat menekan ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga

menguranyi penggunaan devisa.

Dalam memilih dan menentukan strategi pemulihan kondisi ekonomi untuk

melanjutkan kegiatan pembangunan nasional diperlukan penanganan secara terpadu

dan segera, serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu diperlukan

suatu transformasi ekonorni yang dilandasi oleh kekuatan nasional, dengan

melibatkan semua sumber daya yang berakar kuat di Indonesia. Sektor pertanian

merupakan harapan terbesar dalam nlengatasi gejolak ekonomi saat ini.

Agroindustri mempunyai posisi yang strategis sebagai jembatan yang

menghubungkan sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Strategi

pembangunan pertanian dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri yang

berkelanjutan menjadi penggerak pertumbuhan sektor lain, yang pada akhirnya

akan meningkatkan dinamika perekonomian nasional.

Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sarana yang

tepat sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Hal ini ditandai oleh sifat dan bentuk UKM, yakni berbasis pada sumberdaya lokal

sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat

kemadirian, dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu

mengembangkan sumberdaya manusia, menerapkan teknologi lokal (indigeno~rs

(153)

tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan

pembangunan yang efektif Dari sudut pandang sistem produksi, UKM memiliki

kelenturan yang tinggi sehingga mudah mengikuti perubahan pasar, teknologi dan

karakteristik produk. Apabila sektor ini lebih dipacu kernajuannya, maka akan

merupakan kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan

sekaligus turut mengentaskan kerniskinan

Sebagai sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian

pedesaan, maka pengembangan agroindustri pedesaan perlu direkayasa dengan

prinsip dasar memacu keunggulan kompetitif komoditi serta komparatif wilayah,

peningkatan sumber daya manusia dan penumbuhan agroindustri yang sesuai

dengan kondisi setempat, memperluas kawasan sentra-sentra komoditas unggulan

yang akan berfungsi sebagai pemasok bahan baku yang berkelanjutan, dan menlacu

pertumbuhan subsistem lainnya yang melahirkan berbagai sarana pendukung

berkembangnya industri pedesaan (Suprapto, 1997)

Komoditi hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang

berpeluang untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri. Kentang merupakan

salah satu komoditi hortikultura unggulan yang diprioritaskan pengembangannya.

Alasan pengembangan komoditi ini diantaranya karena kentang merupakan bahan

diversifikasi pangan non beras bernilai gizi tinggi, komoditas ekspor non migas,

dan bahan dasar industri pangan. Peningkatan kebutuhan konsumsi kentang

memberikan prospek yang baik bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri

kentang. Pengembangan usahatani kentang dapat mendorong pengembangan

agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar maupun skala kecil dan

menengah (Solahuddin, 1998).

Beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai sentra produksi

kentang meliputi wilayah Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur),

wilayah Surnatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,

Sumatera Selatan), Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur

(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Diantara daerah-

(154)

penghasil utama kentang di Indonesia. Dari total produksi kentang Indonesia,

Pulau Jawa merupakan penghasil kentang terbesar yaitu mencapai 73 persen dan

Propinsi Jawa Barat merupakan penghasi! kentang terbanyak yaitu mencapai 41

persen dari total produksi nasional (Biro Pusat Statistik, 1999). Rata-rata produksi

kentang beberapa propinsi di Indonesia disajikan pada Tabel 1

Sumatera

I

2 1.73

I

22.64

I

Tabel 1 . Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di Indonesia

Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

Luas Panen (96)

8,72 14.92 Propinsi

Sumatera Utara Sumatera Lainnva

Sumber : Biro Pusat Statistik (1 999)

Produksi (%) 11,14 10.59

Jawa

Luar Jawa dan Sumatera Indonesia

Dilihat dari distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat,

Kabupaten Bandung memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 43 persen. 73,28

4,99 100.00

Kecamatan Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten 66,92

9,44 100.00

Bandung, dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar 2498 ton setiap harinya (Biro Pusat Statistik, 1999).

Komoditi kentang yang banyak berkembang, terutama di Jawa Barat, sangat

mendukung untuk dikembangkan menjadi usaha agroindustri, terutama yang

banyak melibatkan masyarakat sekitarnya. Hingga saat ini pengembangan komoditas kentang masih terfokus pada aktivitas produksi. Tahap pengolahan

(agroindustri) ditangani oleh industri skala besar. Di Pangalengan terdapat usaha

yang mengolah jenis makanan berbasis kentang, seperti keripik, kerupuk dan dodo1

kentang, dalam bentuk industri kecil rumah tangga, yang dalam pelaksanaan dan

[image:154.516.56.474.73.693.2]
(155)

pengembangan usaha dibidang agroindustri untuk memberi nilai tambah pada

komoditi tersebut dan menjadikannya sebagai bisnis unggulan. Karenanya studi ini

penting bagi upaya pengembangan sistem agroindustri di wilayah pedesaan, dengan

mempertirnbangkan faktor yang mendukuny dan menghambat serta potensi pengembangan yang bersifat spesifik untuk daerah-daerah tertentu.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1) htlenyidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan

2) h4enganalisis struktur biaya keyiatan agroindustri kentang untuk mengetahui kelayakan dan resiko usaha.

3) Menyusun prioritas pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan

1.3. Ruang Lingkup

Studi pengembangan sistem agroindustri kentang dilakukan di sentra

produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal

maupun eksternal. Analisa S W O T digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman, serta menyusun strategi berdasarkan faktor

pendukung dan penghambat pengembangan agroindustri. Metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan untuk menentukan prioritas setiap jenjang pada hirarki

yang disusun untuk alternatif pengembangan agroindustri.

Penelitian ini difokuskan pada kegiatan (i) usaha lepas panen pedesaan

(ULP2) primer kentang, untuk kentang yang dipasarkan segar, dan (ii) ULP2

sekunder, yaitu pengolahan kentang menjadi produk jadi atau setengah jadi. Kajian

analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan ULP2 primer kentang dan

(156)

nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP, BIC dan BEP) dan nilai tambah yang

diperoleh dari ULP2. l l a l i s a sensitivitas dilakukan untuk melihat resiko usaha

(157)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Pedesaan

Industri pedesaan dapat diartikan sebagai industri yang memproses bahan

hasil pedesaan, atau industri yang diselenggarakan oleh tenaga kerja pedesaan, atau dengan teknik, cara dan pola pedesaan. Industri pedesaan dapat dianggap sebagai

tahap perkembangan industri yang bertumpu pada potensi pedesaan sebagai

sumber dayanya (Kuswartojo, 1989).

Industri pedesaan berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya serap tenaga kerja untuk mengurangi jumlah penduduk miskin

di pedesaan. Industri pedesaan yang umumnya berskala kecil juga merupakan jalur bagi pedesaan untuk dapat berusaha selain dari sektor pertanian yang lebih

mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam sehingga pendapatan nlasyarakat

pedesaan bisa ditingkatkan dan lapangan kerja baru di pedesaan bisa diperluas

dengan suatu proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar bisa memasuki

sektor modern (Tambunan, 1989).

Kriteria Industri kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995

Tentang Usaha Kecil (Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, 199711 998), yang dimaksud dengan usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki

kriteria sebagai berikut :

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);

3) milik warga negara Indonesia;

4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

(158)

5 ) berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha berbentuk hukum, termasuk koperasi.

Kriteria sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) nilai nominalnya dapat berubah

sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dalam peraturan

pemerintah.

Berdasarkan kriteria tenaga kerja, industri kecil di Indonesia dikelompokkan

menjadi industri rumah tangga tnetnpunyai karyawan sebanyak 1-4 orang; industri

kecil 5-9 orang; industri menengah 20-99 orang; dan industri besar mempunyai

karyawan di atas 100 orang.

2.2. Pengembangan Agroindustri

Pengembangan sering diartikan sebagai penumbuhan. Pengembangan dapat

dilakukan dengan memperbesar jumlah, juga dengan memperbaiki kualitas,

meningkatkan variasi, dengan kemungkinan harga yang lebih murah, waktu

penyerahan makin tepat, dan jaminan persediaan yang cukup (Hutapea dan

Suhastoyo, 1992).

Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan-bahan yang berasal

dari tanaman dan hewan. Pengolahan meliputi transformasi dan pengawetan

melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi

(Austin, 1992). Wujud dari pengolahan dan transformasi sangat bervariasi, mulai

dari pembersihan, pengelompokan (gradirlg), penggilingan, pemotongan,

pengalengan, ekstraksi, dan lain-lain sampai pada perubahan kimia dan tekstur

produk yang diinginkan.

Tujuan pengembangan industri pedesaan adalah untuk menumbuhkan industri

yang makin efisien dan mampu berkembang sendiri, meningkatkan kemampuan dan

peran industri pedesaan dalam menyediakan produk jadi, bahan baku atau

komponen, meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan agroindustri

(159)

mencapai tujuan pengembangan industri pedesaan digunakan strategi dasar yang

menitikberatkan pada kekuatan sumberdaya alam, keterampilanlpadat karya, dan

teknologi, dengan tetap menganut prinsip pembangunan berkelanjutan yang

benvawasan lingkungan (Suhardi, 1993).

Austin (1992) menyatakan ada empat kekuatan agroindustri yang dapat

dijadikan sebagai pembangunan ekonomi suatu negara, yaitu (1) agroindustri

merupakan pintu keluar bagi produk pertanian, artinya produk pertanian

memerlukan pengolahan sampai tingkat tertentu sehingga meningkatkan nilai

tambahnya, (2) agroindustri merupakan pilar utama sektor manufaktur;

sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi dan

agroindustri mempunyai kapasitas yang besar dalam menciptakan lapangan kerja,

meningkatkan produksi, pemasaran dan berkembangnya lembaga keuangan dan

jasa, (3) agroindustri berperan dalam menciptakan devisa negara, produk pertanian

mempunyai permintaan di pasar dunia, baik dalam bentuk bahan baku, setengah

jadi maupun produk siap konsumsi, untuk meningkatkan nilai tambahnya perlu

dilakukan pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen, dan (4) agroindustri

mempunyai dimensi nutrisi, dapat memasok kebutuhan gizi masyarakat dan

memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Menurut Sahardjo (1 992), pengembangan agroindustri menyangkut berbagai

aspek yang mampu menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan produktif lainnya

yang saling terkait. saling mendukung dan saling menguntungkan. Hal ini

disebabkan kerena kegiatan pengembangan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas, meliputi semua aktivitas mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran

sarana produksi, subsistenl produksi (usahatani), subsistem pengolahan, hingga

subsistem distribusi atau pemasarannya. Beberapa ha1 yang merupakan dasar dan

perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan agroindustri adalah sebagai

berikut :

1) Industri yang mempunyai daya saing yang kuat dan peluang pasar yang cukup

luas, perlu didukung pengembangan yang mengolah bahan baku yang dapat

(160)

2) Pemilihan teknologi yang tepat.

3) Dukungan penelitian dan pengembangan terapan secara bertahap.

4) Keterpaduan dan keterkaitan yang luas antara sektor pertanian dan sektor industri sehingga dapat menambah kegiatan ekono~ni di dael-ah, dan pada

gilirannya akan mendorong pengembangan zona industri dan sentra-sentra

industri kecil.

Dalam menunjang pengembangan industri pertanian, langkah yang dapat

ditempuh antara lain dengan cara mengenlbangkan komoditi yang mempunyai daya

saing di pasaran ekspor, menciptakan pola usahatani yang dapat menyediakan

bahan baku secara kontinu dan sesuai kebutuhan industri dan konsumen,

menciptakan pusat wilayah produksi sesuai kemampuan agronomis, iklim dan

sosial ekonomi. dan menciptakan keterpaduan pembangunan sektor pertanian,

industri dan sektor lainnya dalam memperluas kesempatan kerja, sekaligus

memperkecil urbanisasi (Baharsyah, 1987)

Secara mikro, strategi pengembangan industri hams memperhatikan hngsi-

fungsi di dalam industri, yaitu h n g s i finansial, pemasaran, teknologi, persediaan,

sumber daya manusia dan manufaktur. Fungsi finansial menentukan pengadaan

fasilitas, bersama fungsi pemasaran menetapkan kapasitas olah pabrik. Fungsi

manajemen sumber daya manusia menangani aktivitas tenaga kerja, diupayakan

peningkatan produktivitas tenaga kerja. Fungsi persediaan menagani pengadaan

bahan baku, integrasi vertikal, dan penentuan mutu barang yang akan dijual.

Fungsi teknologi menentukan teknologi proses yang akan dikembangkan, bersama

fungsi pemasaran menetapkan mang lingkup produk dan introduksi produk bam.

Fungsi manufaktur menipakan fungsi sentral, yang aktivitasnya melibatkan semua

f u ~ g s i dalam industri (Kotler, 1997).

Said (2001) menyatakan bahwa pengembangan ekonomi Indonesia masih

hams diarahkan pada upaya-upaya pemulihan dengan beberapa sasaran utama

(161)

( 1 ) peningkatan pendapatan n~asyarakat, terutama golongan ekonomi lemah

melalui pemberdayaan kekuatan ekonomi rakyat,

(2) peningkatan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor non migas dan

peningkatan nilai tambah produk yang nyata,

(3) terciptanya struktur industri yang kuat berlandaskan padausaha kecil dan

menengah yang kuat, yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif

untuk mencapai keunggulan kompetitif menghadapi persaingan global,

(4) terciptanya sektor agroindustri yang tangguh sebagai landasan pembangunan

ekonomi menuju era industrialisasi,

(5) terciptanya daya saing yang tinggi melalui peningkatan produktifitas,

(6) tercapainya standar mutu produk yang dapat diterima pasar global,

(7) tercapainya pengembangan ekonomi lokal yang tnendorong pembangunan

wilayah.

Dari hal-ha1 tersebut di atas maka perlu didentifikasi bisnis unggulan

strategis. khususnya dalanl lingkup agroindustri yang memenuhi seluruh atau

sebagian besar sasaran-sasaran tersebut. Untuk mewujudkan perkembangan usaha

di bidang agribisnis dan argoindustri, yang umumnya berskala kecil, diperlukan

suatu kajian sistem pengembangan yang terarah dan terpadu.

2.3. Pasca Panen Kentang

Tanaman kentang (Solmnm~ tzrberosum) termasuk jenis tanaman yang

memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik. Salah satu faktor lingkungan yang

dijadikan syarat tumbuh yang utama adalah iklim. Suhu udara yang ideal untuk

tanaman kentang berkisar antara 15°C

-

18°C pada malam hari dan 24°C - 30°C pada siang hari. Ketinggian ideal bagi tumbuhnya kentang berkisar antara 1000-

1500 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1997). Berdasarkan kondisi

(162)

Kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu 19,l gram per

100 gram bahan sehingga berpotensi sebagai bahan substitusi makanan pokok

(Rukmana, 1999). Tingkat konsumsi atau ketersediaan kentang per kapita dari

tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1999 rata-rata konsumsi sebesar 4,27

kglkapitdtahun, sementara pada tahun 1993 sebesar 2,30 kglkapitdtahun (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, 1999). Tingkat konsumsi ini diperkirakan akan tcrus

meningkat karena kentang tidak hanya terbatas untuk kebutuhan rumah tangga saja

melainkan juga untuk kebutuhan industri.

Pemanenan kentang dilakukan setelah tanaman berumur antara 90-1 10 hari

setelah tanam (HST). Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila

daun-daun tanaman telah berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan

yang bukan disebabkan serangan penyakit, batang tanarnan agak mengering dan

menguning. Tanarnan yang telah cukup umur apabila dipanen kulit umbinya

tampak lekat sekali dengan daging umbi, dan bila digosok atau ditekan dengan jari,

kulit umbi tidak mudah mengelupas (Rukmana, 1997) .

Penanganan panen dan pasca panen kentang sangat mempengaruhi mutu

kentang. Kentang yang sudah diambil dari bedengan dikering-anginkan di pinggir

bedengan untuk memudahkan melepas tanah yang menempel di umbi. Sortasi

kentang dilakukan untuk memisahkan umbi yang baik dan sehat, yaitu umbi yang

tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit, dengan umbi yang rusak.

Kegiatan ini dapat mencegah penularan penyakit dari umbi yang sakit atau rusak ke

umbi yang baik dan sehat. Grading dilakukan untuk mengelompokkan kentang

yang sehat menurut ukuran diameter umbi. Di daerah Pangalengan, hasil grading

terdiri dari kentang mutu A, B, C, dan AL. Kelas mutu kentang berdasarkan berat

dan diameter disajikan pada Tabel 2. Grading dapat dilakukan bersamaan dengan

sortir di kebun setelah panen. Kelas mutu AL harganya lebih tinggi dibanding kelas

mutu lainnya. Umbi yang kecil (sekitar 30 persen) biasanya digunakan sebagai

bibit untuk penanaman selanjutnya bila kentang tersebut masih memenuhi syarat

(163)

Pengemasan kentang di Pangalengan menggunakan karung jaring dengan

kapasitas 50 - 60 kg atau keranjang bambu dengan kapasitas 20 -30 kg. Karung

jaring biasanya digunakan untuk pemasaran ke pasar lokal atau daerah. Untuk

pengirirnan ke industri pengolahan, kemasan yang dipakai biasanya keranjang

bambu untuk memudahkan pengambilan contoh dari tiap-tiap kemasan pada saat

pengujian kentang yang layak diproses.

Tabel 2. Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter

Penyimpanan kentang yang telah dipanen tidak bisa terlalu lama di gudang,

sebab akan mengakibatkan susut bobot dan kerusakan yang menyebabkan kerugian

bagi petani. Sebaiknya untuk pengiriman ke industri pengolahan, kentang disimpan

dalam gudang maksimal satu malam.

Kentang dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai bentuk produk olahan,

baik berskala industri rumah tangga maupun industri besar dan modern.

Pengolahan kentang dalam ha1 ini didefinisikan sebagai aplikasi dari beberapa

proses, disamping persiapan sederhana juga digabung dengan pemasakan, yang

menggunakan kentang sebagai bahan baku untuk dibuat menjadi produk pangan

(makanan). Pada mulanya pengolahan kentang bertujuan untuk memperpanjang

masa simpan Produk kentang yang dikeringkan (dehydrated potato yrod14ct)

merupakan salah satu metode tertua yang digunakan untuk memperpanjang masa

simpan Keuntungan lain dari pengolahan kentang adalah mengurangi volume (less

hlrlhy), memudahkan penyimpanan dan memudahkan penyiapan makanan (Burton,

1989) Yang paling penting dari tujuan pengolahan kentang ialah untuk

n~endapatkan nilai tambah pada saat panen raya dan harga kentang jatuh Diameter (cm)

> 10 8 - 10

6 - 8 4 - 6

<4 Kelas Mutu AL A B C Sortiran

Sumber : Rukmana (1 997)

Berat (gram)

> 250 200 - 250

150 - 200 100 - 150

(164)

Alasan lain pengolahan kentang menurut Burton (1989) bahwa di kalangan

masyarakat modern di negara berkembang menunjukkan peningkatan kegemaran

akan makanan ringan atau makanan selingan siap saji. Oleh karena perkembangan

permintaan, pengolahan kentang berkembang menjadi beberapa produk olahan,

seperti produk kentang beku

frozen

potato prodzrct), keripik kentang (potato chlp

or C T I . ~ ~ ) , produk kentang yang dikeringkan (dehyhated yotato prou'l/ct), kentang

yang dikalengkan (ccnu?edpotato). dan produk olahan lainnya

Beberapa produk kentang kering diolah dari kentang yang telah dimasak,

diantaranya mashed potato dalam bentuk tepung (powder), maupun lembaran

(flakes), dan riced potato. Potato flakes diproses menggunakan drlrm drier

sehingga berbentuk lembaran, sedangkan untuk n ~ a . ~ I ~ e d potato yo~tldei. dilakukan

penggilingan dan pengayakan setelah pengeringan sehingga berbentuk tepung.

Tepung kentang Q)otato jlzror) dapat diolah dari kentang yang telah masak atau

kentang mentah Tujuan utama dari pengolahan tersebut adalah untuk

memperpanjang umur simpan Sedangkan sebagai makanan ringan atau makanan

selingan, kentang diolah menjadi keripik, fi.ozen fi.ez~ch .fi.ies, dan kentang yang

di kalengkan.

Pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan hams

mempertimbangkan (a) prinsip pengolahan mudah dilakukan petani atau

masyarakat pedesaan, namun produk yang dihasilkan memenuhi syarat mutu,

(b) produk yang dihasilkan kompetitif, dan (c) meningkatkan efisiensi pengolahan

dan pengembangan produk bernilai ekonomi cukup tinggi dan mempunyai pasaran

(165)

3.

LANDASAN

TEORI

3.1. Analytical Hierarchy Process

Ai?nl~?rcnl Hrermc/?j9 P~~ocess (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA)

ditujukan untuk membuat suatu model pel-inasalahan yang tidak mempunyai

struktur dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur

(kuantitatif) maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (plu'gen~ent).

AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria,

perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi-strategi

yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1993).

Proses hirarki analitik merupakan suatu analisis yang digunakan dalam

pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem Pengambil keputusan berusaha

memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil

keputusan (Saaty, 1993)

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu :

1 ) Menggambarkan dan inenguraikan secara hirarkis, yang disebut tnenyusun

secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang

terpisah-pisah.

2) Pembedaan prioritas dan sintesis, yang disebut penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.

3) Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara

logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang

logis.

3.1.1. Pembandingan Berpasangan

Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen

keputusan yang ada pada setiap jenjang keputusan, penilaian pendapat (judgenter~~)

dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikom5inasikan dengan

(166)

menggunakan teknik pembandingan berpasangan (painvise con~parison), yaitu

membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat jenjang

secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam

bentuk pendapat kualitatif. Untuk nlengkuantitatifkan pendapat kualitatif tersebut

digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk

angka (kuantitatif). Menurut Saaty (1993) untuk berbagai permasalahan, skala 1

sampai 9 merupakan skala yang terbaik untuk mengkuantitaifkan pendapat, yaitu

berdasarkan akurasinya yang ditunjukkan oleh nilai RMS (Root Mecrir ,Sqlla~.e

De\iatiot~) dan M A D (Mean Absolllte Deviatioit). Nilai dan definisi pendapat

kualitatif dari skala banding secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 . Skala Pembandingan Berpasangan

Sumber : Saaty (1 993) Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan Definisi

Kedua elemen sama pentingnya

Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya

Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen lainnya

Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya

Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya

Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat

Penjelasan

Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannyatelah terlihat dalam praktek

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain

memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

[image:166.522.68.474.134.689.2]
(167)

3.1.2. Matriks Pendapat Individu

Jika C1, C2, .. ., Cn merupakan set elemen suatu tingkat keputusan dalam

hirarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil pembandingan berpasangan tiap

elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A yang berukuran nxn.

Jika Ci dibandingkan dengan C;, maka a,; ~nerupakan nilai matriks pendapat hasil

komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan C; terhadap C;. Nilai

matriks a,, = I/aij, yaitu nilai kebalikan dari matriks ai;. Untuk i = j, maka nilai

matriks a;, = a;; = 1, karena pembandingan elemen terhadap elemen itu sendiri

adalah 1 . Formulasi matriks pendapat individu adalah sebagai berikut :

3.1.3. Matriks Pendapat Gabungan

Matriks pendapat gabungan (G) merupakan matriks baru yang elemen-

elemen matriksnya (g,;) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat

individu yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Formulasi perolehan

rata-rata geometrik adalah sebagai berikut :

dimana

g;; = elemen matriks pendapat gabungfan pada baris ke-i kolom ke-j

a;; (k) = elemen matriks pendapat individu pada baris ke-i kolom ke-j untuk

(168)

3.1.4. Pengolahan Horizontal

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan

setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a) Perkalian Baris (Z)

b) Perhitungan Vektor Prioritas (Vpi)

c) Nilai Eigen Maksimum

(A,,,)

I 'A = (a,, )

*

Lp , dengan VA = (va,)

I 'H =

5,

dengan VB = (vbi)

dimana :

VA = Vektor antara

Vp = Vektor prioritas

VB = Nilai Eigen

hmax = Nilai Eigen maksimum

vai = Vektor antara pada baris ke-i

vbi = Nilai Eigen pada baris ke-i

(169)

d) Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)

e) Perhitungan Rasio Konsistensi (CR)

dimana :

CI = Indeks konsistensi

CR = Rasio konsistensi

RI

= lndeks acak (Rarldoi~? Ir1dek.r) dari Oak Ridge kd7oratc11-ji dari

matriks berorde 1

-

1 5 yang menggunakan sampel berukuran 100.

Tabel Rl dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Xcrt~u'om It~deks

Nilai rasio konsistensi (CR) digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi

dalam analisis komparasi berpasangan. Nilai CR yang lebih kecil atau sama

dengan 0,l merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik.

Dengan demikian nilai CR merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya

suatu hasil komparasi berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).

f ) Revisi Pendapat

Revisi pendapat dapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat

cukup tinggi, dengan mencari deviasi RMS dari baris-baris (aij) dan perbandingan

nilai bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada baris

(170)

Penggunaan revisi pendapat ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya

penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya. Secara umum diagram alir

Ai~alitical Hierarchy Process dapat dilihat pada Gambar I

3.2. Analisa Finansial

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa investasi antara lain

3.2.1. Net Present Value ( N P V )

Net Present I,'nl~(e (NPV) adalah metoda yang digunakan untuk menghitung

selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas dimasa

yang akan datang. Menurut Sutojo (1991), untuk menghitung nilai sekarang

ditentukan terlebih dahulu tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Tingkat

bunga tersebut dapat diperoleh dengan memelihara tingkat bunga pinjaman jangka

panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga

pinjaman yang hams dibayarkan oleh pemilik proyek. Formulasi yang digunakan

untuk menghitung besarnya NPV adalah :

dimana :

B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

n = umur proyek (tahun)

i = tingkat suku bunga yang digunakan (96)

Kriteria keputusan yang dipilih dalam analisa ini adalah layak jika nilai

sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang lebih besar dari nilai

sekarang investasi (NPV > 0), sedangkan apabila lebih kecil (NPV < 0) proyek

(171)

Mulai

0

Pen!- usunan Matrik

Revisi PelIdapat

Y

r

+

Vektor Prioritas Sistenl

Gambar 1 . Diagram Alir Arzalitical Hierarchy Process

[image:171.518.162.433.37.584.2]
(172)

3.2.2. Internal rate of Return (I=)

Inrernal rate o f Returiz adalah tingkat bunga yang bilamana dipergunakan

untuk mendiskonto seluruh selisih kas pada tahun-tahun operasi akan menghasilkan

jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Menurut Gray et a/.

(1992), I R R merupakan tingkat suku bunga dimana nilai NPV proyek adalah nol.

Formulasi yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :

dimana

B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp) C, = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

n = umur proyek (tahun)

i = tingkat suku bunga untuk mendiskontokan arus kas (%)

Untuk menghitung nilai IRR dapat dilakukan interpolasi dengan cara mencari

nilai il yang membuat NPV bernilai negatif (NPV-) dan i2 yang membuat NPV

bernilai positif (NPV'). IRR yang berada di atas tingkat suku bunga awal yang

digunakan maka proyek layak diterima, sebaliknya IRR yang berada di bawah

tingkat suku bunga awal maka proyek tidak layak diterima.

3.2.3. Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Gray er a/. (1992), metoda Net B/C digunakan untuk menghitung

antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang

investasi. Penilaian kelayakan proyek adalah bila Net BIC > I , maka proyek layak dan bila Net B/C <1 proyek dianggap tidak layak. Formulasi yang digunakan

(173)

dimana

B, = Pendapatan proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

n = umur proyek (tahun)

i = tingkat suku bunga (%)

3.2.4. Break Event Point (BEP)

Proyek dikatakan impas bilamana jumlah hasil penjualan atau total

penerimaan pada satu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung.

Menurut Jogiyanto (1 992), analisa titik impas adalah titik dimana perusahaan tidak

memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Titik ini menunjukkan

keadaan kesetimbangan antara biaya dan pendapatan. Formulasi yang digunakan

adalah

Biaya Tetap

Penjualan BEP =

1 - Biaya Variabel Total Penjualan

Biaya Tetaplunit

VolumeBEP =

Harga Juallunit

-

Biaya Variabellunit

3.2.5. Pay Rack Period (PBP)

Pay Rack Period atau waktu pengembalian modal adalah waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan investasi awal dimana kriteria keputusan yang

diambil berdasarkan kriteria waktu. Metoda PBP mengukur satuan waktu

pengembalian modal berdasarkan bulan atau tahun proyek (Gray, et a/. , 1992).

(174)

Investasi awal n

PBP = x 1 tahun dan C At = 0

Permintaan Periodik t= 1

Arus kas tiap periode proyek dilambangkan dengan At dan n adalah waktu

atau periode pengembalian modal (PBP).

3.3. Analisa SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths, Wenh~esses, Oyyortinities dan

Threats yang berarti kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan, dan kendala

atau ancaman. Analisa SWOT merupakan penelitian tentang hubungan atau

interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu strel?gthLs dan wvakr7e.s.re.r, terhadap

unsur-unsur eksternal, yaitu oppor.tz4r~ifies dan threcrf.~. Teknik analisa SWOT

banyak diterapkan untuk tujuan perencanaan termasuk perencanaan perusahaan

dan organisasi (Laoh, 1 99 1 )

Tujuan dari teknik analisa SWOT ini adalah untuk memperoleh hasil berupa

kesimpulan-kesimpulan :

(1) Peluang-peluang mana yang perlu dimanfaatkan secara langsung karena

dimilikinya kekuatan-kekuatan yang cukup untuk menanganinya.

(2) Hambatan-hambatan mana yang perlu di atasi karena adanya kekuatan-

kekuatan yang cukup untuk menanggulanginya.

(3) Peluang-peluang mana yang belum dapat dimanfaatkan pada saat sekarang

karena adanya kelemahan-kelemahan yang berarti. Kelemahan-kelemahan

tersebut perlu secepatnya di atasi agar peluang-peluang yang bersangkutan

tidak hilang.

(4) Kendala-kendala mana yang dapat menjadi ancaman karena dimilikinya

kelemahan-kelemahan yang serius. Situasi yang gawat akan terjadi jika

(175)

Analisa hasil SWOT akan menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan

dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain

dapat ditentukan strategi yang tepat (Laoh, 1991).

3.3.1. Penentuan Bobot Kepentingan Relatif

Penilaian bobot kepentingan untuk tiap parameter ditentukan dengan

metoda rating. Bobot kepentingan mempunyai selang dari 0,O sampai batas

tertinggi 10,O. Lebih dari sebuah parameter dapat mempunyai bobot yang sama.

Nilai bobot 0,O menunjukkan parameter sama sekali tidak penting, sedangkan

bobot kepentingan 10,O mempunyai bobot kepentingan maksimum.

Bobot kepentingan dari tiap parameter diperoleh dengan rumus :

dimana:

j = I , 2, ..., n

n = jumlah pengambil keputusan

Wlj = bobot kepentingan yang diberikan oleh pengambil keputusan ke-j terhadap

parameter ke-1

W1 = bobot kepentingan yang diberikan oleh sejumlah n pengambil keputusan

terhadap kriteria ke-1 1 = 1,2 , , , . , k

k = jumlah parameter

WRI = bobot kepentingan relatif yang diberikan pengambil keputusan terhadap

kriteria ke-1

3.3.2. Penentuan Tingkat Daya Tarik dan Tingkat Kekuatan Bisnis Relatif

Pemberian bobot dilakukan berdasarkan skala Likert 1 sampai 4. Skala 1

untuk tingkat daya tarik menunjukkan daya tarik industri yang sangat tidak

menarik, sedangkan skala 4 menunjukkan daya tarik industri yang sangat menarik.

(176)

diberikan dalam skala 1 sampai 4. Penentuan tingkat daya tarik dan tingkat

kekuatan relatif dihitung dengan rumus :

dimana:

j = 1 , 2 , . . . , n

n = jumlah pengambil keputusan

Rl; = tingkat daya tarik atau tingkat kekuatan bisnis yang diberikan oleh

pengambil keputusan ke-j terhadap parameter ke-1 1 = 1,2, ..., k

k = jumlah parameter

RRI = tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan relatif yang diberikan

pengambil keputusan terhadap kriteria ke-1

3.3.3. Penentuan Bobot Peran Relatif untuk Setiap Parameter

Peran suatu parameter dicirikan oleh bobot peran dari setiap parameter

dalam kelompok. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

VRI = (RRI) (WRI)

dimana

VRI = bobot peran relatif dari parameter ke-1

R I ~ I = tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan bisnis relatif dari

parameter ke-l

W R ~ = bobot kepentingan relatif dari parameter ke-1

3.3.4. Penentuan Penerapan Strategi

Nilai total bobot peran dari seluruh parameter menunjukkan bagaimana

suatu industri bereaksi terhadap faktor-faktor strategis baiic eksternal maupun

internalnya. Total skor selanjutnya dimasukkan ke dalam matriks internal-eksternal

(Tabel 5) untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan. Bentuk persamaan

(177)

dimana

Ts = Nilai total skor bobot peran dari seluruh parameter

VRI = bobot peran relatif dari parameter ke-1 1 = 1,2, . . . , k

k = jumlah parameter

Tabel 5. Matrik Internal-Eksternal

Total Skor Faktor Internal

KUAT RATA-RAT A LEMAH

4.0 3 0 2.0 1 .0

TINGGI <

Gambar

Tabel Tabel 1. Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di indonesia . . 3 . .. .
Gambar 1 . Diagram Alir At~alitical Hierarchy Proce.~s .....................................
Tabel 1 .  Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di Indonesia
Tabel 3. Skala Pembandingan Berpasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang diperoleh dari penerimaan rata-rata sebesar Rp 4.194.933,- (diperoleh dari hasil produksi keripik kentang rata-rata per sekali proses produksi sebesar 39,8 bungkus dengan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa resiliensi perikanan skala kecil di Kabupaten Cilacap sangat dipengaruhi oleh beberapa atribut, antara lain dari kondisi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang memiliki biaya total saat kebutuhan bahan baku yang

Komoditas kentang di Kota Batu memiliki keunggulan komparatif dengan nilai Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) pada kedua sistem adalah lebih kecil dari 1, dimana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tinggi tanaman kentang yang ditanam secara tumpangsari dengan bawang daun lebih tingi dari pada yang ditumpangsarikan dengan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah siwalan menjadi dawet siwalan lebih tinggi dibandingkan nilai

Dari hasil penelitian yang didapatkan dari data dan informasi di lapangan dengan cara wawancara terhadap pemilik tanah, pomodal dan penggarap lahan tanaman kentang

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis, dapat disimpulkan adanya dua parameter kimia yang berada di atas ambang batas Standar Baku Mutu