• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Peramalan Permintaan Menggunakan Metode Improved Elman (Studi Kasus UD Dwi Mulya Plastik Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Peramalan Permintaan Menggunakan Metode Improved Elman (Studi Kasus UD Dwi Mulya Plastik Sidoarjo)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PERAMALAN

PERMINTAAN MENGGUNAKAN METODE

IMPROVED ELMAN (STUDI KASUS UD DWI MULYA

PLASTIK SIDOARJO)

TUGAS AKHIR

Program Studi: S1 Sistem Informasi

Oleh:

CHRISYANTI SIMBOLON 09410100274

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

(STUDI KASUS UD DWI MULYA PLASTIK SIDOARJO)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : Chrisyanti Simbolon NIM : 09.41010.0274

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

(3)

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 UD Dwi Mulya Plastik Sidoarjo ... 6

2.2 Aplikasi ... 6

2.3 Permintaan ... 7

2.4 Peramalan Permintaan ... 8

2.5 Peramalan ... 9

2.5.1. Pengertian Peramalan ... 9

2.5.2. Jenis Data pada Kegiatan Peramalan ... 10

(4)

2.5.4. Pengukur Kesalahan Peramalan ... 12

2.6 Jaringan Syaraf Tiruan ... 14

2.6.1. Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan ... 14

2.6.2. Model Sel Syaraf ... 15

2.6.3. Pemodelan Sel Syaraf ... 16

2.6.4. Fungsi Aktifasi ... 17

2.6.5. Metode Error Back Propagation ... 19

2.7 Improved Elman ... 26

2.8 Unified Modelling Language (UML) ... 28

2.8.1. Diagram-diagram UML ... 29

2.8.2. Elemen-elemen Pemodelan Bisnis ... 31

2.9 Black Box Testing ... 33

BAB IIIANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI ...35

3.1 Analisis ... 35

3.1.1. User Requirements... 36

3.1.2. Software Requirements ... 36

3.1.3. Data Requirements ... 38

3.2 Perancangan Sistem ... 39

3.2.1. Usecase Diagram... 39

3.2.2. Activity Diagram ... 40

3.2.3. Sequence Diagram ... 45

(5)

3.3 Perancangan Interface ... 48

3.4 Perancangan Pengukuran Kesalahan ... 50

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ...51

4.1 Kebutuhan Aplikasi ... 51

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 51

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak... 51

4.2 Implementasi Aplikasi ... 52

4.2.1 Halaman Menu Utama ... 52

4.2.2 Halaman Peramalan ... 53

4.3 Evaluasi Sistem ... 55

4.3.1 Uji Coba Fungsional ... 56

4.3.2 Evaluasi Uji Coba Kemudahan Penggunaan Aplikasi... 57

4.3.3 Analisis Data ... 58

BAB VPENUTUP...62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(6)

Tabel 2.1 Ciri Sebuah Kegiatan Peramalan ... 10

Tabel 3.1 User Requirements Peramalan ... 36

Tabel 3.2 Software Requirements Pelatihan ... 36

Tabel 3.3 Software Requirements Peramalan ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Fungsional Peramalan ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Fungsional Pelatihan ... 57

Tabel 4.3 Data Bobot W1 Peramalan dengan Improved Elman ... 59

Tabel 4.4 Data Bobot W2 Peramalan dengan Improved Elman ... 59

Tabel 4.5 Data Bobot W3 Peramalan dengan Improved Elman ... 60

Tabel 4.6 Data Bobot W4 Peramalan dengan Improved Elman ... 60

(7)

Gambar 1.1 Trend AnalysisPermintaan Timba Cor ... 2

Gambar 2.1Artificial Neural Network ... 15

Gambar 2.2Fisiologi Sel Syaraf ... 16

Gambar 2.3 Fungsi Aktifasi Binary Sigmoid ... 18

Gambar 2.4Fungsi Aktifasi Bipolar Sigmoid ... 18

Gambar 2.5Jaringan syaraf tiruan dengan lapisan banyak ... 20

Gambar 2.6Jaringan Syaraf Tiruan dengan arsitektur Elman ... 26

Gambar 2.7 Notasi Aktor Bisnis Dalam UML ... 31

Gambar 2.8Notasi Pekerja Bisnis Dalam UML ... 31

Gambar 2.9 Notasi Use Case Bisnis Dalam UML ... 32

Gambar 2.10Notasi Relasi Asosiasi Dalam UML ... 32

Gambar 2.11Notasi Relasi Generalisasi Dalam UML ... 32

Gambar 2.12Notasi Entitas Bisnis Dalam UML ... 33

Gambar 2.13Notasi Diagram Use Case Bisnis Dalam UML ... 33

Gambar 3.1UsecaseDiagram Peramalan Improved Elman ... 39

Gambar 3.2Activity Diagram Pelatihan Improved Elman ... 41

Gambar 3.3 Bagan Alur Pelatihan Improved Elman ... 42

Gambar 3.4 Activity Diagram Peramalan Improved Elman ... 44

Gambar 3.5Bagan Alur Peramalan Improved Elman ... 45

Gambar 3.6Sequance Diagram Peramalan Improved Elman ... 46

Gambar 3.7Sequance Diagram Pelatihan Improved Elman ... 47

Gambar 3.8Class Diagram Peramalan dengan Improved Elman ... 48

(8)

Gambar 3.10Rancangan FormNormalisasi Data ... 50

Gambar 4.1 Halaman Menu Utama ... 53

Gambar 4.2 Halaman Peramalan... 54

Gambar 4.3 Halaman Peramalan Setelah Pengambilan Data ... 54

Gambar 4.4 Halaman Hasil Peramalan ... 55

Gambar 4.5 Grafik Ujicoba Peramalan Permintaan ... 58

(9)

Lampiran 1. Biodata Penulis ... 65

Lampiran 2. Data Penjualan Timba cor ... 66

Lampiran 3. Kuesioner Kemudahan Aplikasi ... 68

Lampiran 4. Data Dummy ... 69

Lampiran 5. Simulasi Metode Improved Elman di Ms. Excel ... 70

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi disertai

dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis. Perusahaan-perusahaan

saling bersaing untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen.

Salah satu persoalan yang sering muncul dalam perusahaan yaitu mengenai

masalah peramalan.

UD Dwi Mulya Plastik merupakan suatu badan usaha yang bergerak

dibidang produksi barang-barang rumah tangga berbahan dasar bijih plastik.

Badan usaha ini berlokasi di jl. Kesatriaan no. 33 Sidokepung, RT 28 RW 07

Buduran, Sidoarjo. UD Dwi Mulya Plastik ini didirikan oleh Bapak H.M Sudarto

di Sidoarjo pada akhir tahun 2008. Produk-produk yang dihasilkan antara lain :

timba cor, pot bunga, wakul telur, serta waskom dengan ukuran 12 dan 13. Saat

ini, daerah pemasaran UD Dwi Mulya Plastik meliputi kota-kota di Jawa Timur,

dan Bali.

Semakin meluasnya area pemasaran dan ketidakpastian pesanan

permintaan timba cor membuat UD. Dwi Mulya Plastik Sidoarjo sering

menghadapi permasalahan dalam memenuhi permintaan pelanggannya. UD Dwi

Mulya Plastik Sidoarjo sering menghadapi permasalahan dalam hal ketersediaan

produk timba cor kepada pelanggannya. Produk timba cor sering tidak dapat

memenuhi permintaan dari pelanggan. Hal tersebut sering menimbulkan

kekecewaan pelanggan terhadap perusahaan. Apabila hal ini diabaikan, maka

(11)

perusahaan akan kehilangan pelanggannya. UD. Dwi Mulya Plastik hanya mampu

menyediakan 75% dari jumlah pesanan permintaan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem

yang dapat meramalkan jumlah permintaan produk timba cor di masa yang akan

datang berdasarkan data permintaan yang telah direkam sebelumnya. Data

permintaan produk timba cor merupakan data penjualan timba cor ditambah

estimasi jumlah produk timba cor yang tertolak sebesar 25%. Data hasil ramalan

tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah timba cor yang harus

disediakan (diproduksi) perusahaan agar dapat memenuhi permintaan pelanggan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka digunakan metode

Improved Elman. Improved elman sendiri merupakan salah satu model dari

Jaringan Syaraf Tiruan. Metode ini dipilih karena memiliki kemampuan belajar,

kemampuan menggeneralisasi data, kemampuan beradaptasi dan bekerja dengan

cepat dan dapat diaplikasikan secara real time (Wati, 2011:6). Selain itu, metode

ini mampu mengolah data time series yang sifatnya data trend dan data seasonal.

(12)

Berdasarkan uraian diatas, maka UD Dwi Mulya Plastik saat ini

membutuhkan suatu aplikasi sebagai alat bantu pemecahan masalah. Oleh karena

itu akan dibuat suatu Aplikasi Peramalan Permintaan menggunakan metode

Improved Elman yang diharapkan mampu memperkirakan permintaan produk

pada periode yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu bagaimana merancang dan membangun aplikasi

peramalan permintaan menggunakan metode improved elman pada UD Dwi

Mulya Plastik Sidoarjo yang mampu menurunkan persentase pesanan yang tidak

dapat dilayani.

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun batasan-batasan masalah yang ada di dalam penelitian ini yaitu:

1. Data yang diramalkan maksimal 3 (tiga) bulan.

2. Data permintaan yang digunakan adalah data penjualan timba cor periode

januari 2009 s/d oktober 2013 ditambah estimasi jumlah produk timba cor

yang tertolak sebesar 25%. Produk ini dipilih karena merupakan produk yang

selalu terjual (continue) pada UD Dwi Mulya Plastik Sidoarjo.

3. Proses pembelajaran pada jaringan syaraf tiruan dianggap selesai dengan

kesalahan (error) sebesar 0,001. Error sebesar 0,001 dipilih agar jumlah

iterasi pada proses training tidak menghabiskan waktu yang cukup lama

(Permana, A.A.J. dan Prijodiprodjo, W. 2014: 45). Error sebesar 0,001

(13)

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang ada, maka

tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan rancang bangun aplikasi peramalan

permintaan menggunakan metode improved elman pada UD Dwi Mulya Plastik

Sidoarjo.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan aplikasi peramalan permintaan

bahan baku ini adalah:

Membantu pemilik badan usaha untuk menentukan jumlah produk timba cor yang

harus disediakan (diproduksi).

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam bentuk bab. Setiap bab

akan dijelaskan dalam beberapa sub bab. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap

bab yang ada dalam penulisan laporan.

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini membahas mengenai hal-hal yang menjadi latar

belakang, perumusan masalah, batasan masalah dari sistem yang

dibuat sehingga tidak keluar dari ketentuan yang ditetapkan, tujuan

yang ingin dicapai, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir ini.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dalam

penyelesaian laporan, yaitu penjelasan tentang Aplikasi, dan metode

(14)

Permintaan, Peramalan Penjualan, Teori Peramalan, dan Jaringan

Syaraf Tiruan.

BAB III Analisis dan Perancangan Aplikasi

Pada bab ini membahas mengenai cara menganalisis dan merancang

sistem. Analisis sistem dimulai dari perumusan masalah,

pengumpulan data, persiapan data, dan membangun model.

Perancangan sistem dimulai dari Usecase diagram, Class Diagram,

Activity Diagram, dan Perancangan Interface.

BAB IV Evaluasi dan Implementasi

Pada bab ini membahas mengenai kebutuhan perangkat lunak dan

perangkat keras yang dibutuhkan untuk mejalankan sistem serta

menjelaskan hasil dari implementasi sistem dan evaluasi sistem.

Evaluasi yang dilakukan adalah hasil uji coba sistem dan perhitungan

kesalahan peramalan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

menjelaskan hasil dari evaluasi sistem, sedangkan saran menjelaskan

(15)

2.1 UD Dwi Mulya Plastik Sidoarjo

UD Dwi Mulya Plastik merupakan suatu badan usaha yang bergerak

dibidang produksi barang-barang rumah tangga berbahan dasar bijih plastik.

Badan usaha ini berlokasi di jl. Kesatriaan no. 33 Sidokepung, RT 28 RW 07

Buduran, Sidoarjo. UD Dwi Mulya Plastik ini didirikan oleh Bapak H.M Sudarto

di Sidoarjo pada akhir tahun 2008. Produk-produk yang dihasilkan antara lain :

timba cor, pot bunga, wakul telur, serta waskom dengan ukuran 12 dan 13. Saat

ini, daerah pemasaran UD Dwi Mulya Plastik meliputi kota-kota di Jawa Timur,

dan Bali.

2.2 Aplikasi

Aplikasi merupakan sekumpulan perintah program yang dibuat untuk

melakukan pekerjaaan-pekerjaan tertentu (khusus). Dalam pembuatan aplikasi file

text dibutuhkan beberapa komponen seperti label, textbox, dan beberapa

command, dimana aplikasi file text merupakan sebuah program yangg dapat

menyimpan text atau tulisan ke dalam extention .txt. Pada pembuatan aplikasi

tentu tersedia menu untuk melakukan print form, dimana print form sendiri

merupakan komponen untuk mencetak form ke file, previw atau printer.

Komponen tersebut terdapat pada ToolBox Printing (Hendrayudi, 2009: 143)

(16)

2.3 Permintaan

Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan

(demand) mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan

tertentu antara jumlah suatu barang yang akan dibeli orang dan harga barang

tersebut. Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli

pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan

anggapan hal-hal lain tetap sama (=ceteris paribus).

Menurut Danniel (2004), permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

1. Harga

Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif. Artinya

bila yang satu naik maka yang lainnya akan turun dan begitu juga sebaliknya.

Semua ini berlaku dengan catatan faktor lain yang mempengaruhi jumlah

permintaan dianggap tetap.

2. Harga Barang Lain

Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada

permintaan barang lain. Harga barang lain dapat meliputi harga barang

substitusi, komplemen, dan independen. Salah satu contoh barang substitusi,

bila harga kopi naik, biasanya permintaan teh akan naik. Barang

komplementer contohnya roti dengan keju. Apabila keduanya dipakai secara

bersamaan sehingga dengan demikian bila salah satu dari harga barang

tersebut naik, pada ummumnya akan mempengaruhi banyaknya konsumsi

barang komplemennya. Barang independen adalah barang yang tidak

(17)

3. Selera

Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan.

Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi

oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena faktor adat dan kebiasaan

setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.

4. Jumlah Penduduk

Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang

dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk

mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian,

bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan

pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.

5. Tingkat Pendapatan

perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang

dikonsumsi. Secara teoretis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan

konsumsi. Bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak

hanya bertambah kuantitasnya, tetapi kualitasnya juga meningkat.

2.4 Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk

yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu, pada waktu tertentu

pada masa yang akan datang. Aktivitas peramalan permintaan ini biasanya

dilakukan oleh manajer yang nantinya akan menjadi masukan penting dalam

pengambilan keputusan dan perencanaan produksi. Aktivitas peramalan

permintaan bukan aktivitas yang bertujuan untuk mengukur permintaan produksi

(18)

mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang berlawanan antara keadaan yang

sungguh-sungguh terjadi di kemudian hari dengan apa yang menjadi hasil

peramalan. Dengan kata lain, hasil dari aktivitas peramalan adalah melakukan

minimalisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

2.5 Peramalan

2.5.1 Pengertian Peramalan

Definisi peramalan sendiri sebenarnya beragam. Berikut beberapa

definisi tentang peramalan (Santoso, 2009: 7):

1. Perkiraan munculnya sebuah kejadian di masa depan berdasarkan data yang

ada di masa lampau.

2. Proses menganalisis data historis dan data saat ini untuk menentukan trend di

masa mendatang.

3. Proses estimasi dalam situasi yang tidak diketahui.

4. Pernyataan yang dibuat tentang masa depan.

5. Penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi di masa depan.

6. Upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi di masa depan.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peramalan

berkaitan dengan upaya memperkirakan apa yang terjadi di masa depan, berbasis

pada metode ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara sistematis.

Walaupun demikian, kegiatan peramalan tidaklah semata-mata berdasarkan

prosedur ilmiah atau terorganisir karena ada kegiatan peramalan yang

(19)

Tabel 2.1 Ciri Sebuah Kegiatan Peramalan

Aspek Peramalan

Fokus Data di masa lalu

Tujuan Menguji perkembangan saat ini dan relevansinya

di masa mendatang

Metode Proyeksi berdasar ilmu statistik, diskusi, dan

review program

Orang yang terlibat Pembuat keputusan, petugas administrasi, praktisi, analisis

Frekuensi Regular (teratur)

Kriteria Keberhasilan Tidak sekedar akurasi, namun bersifat pembelajaran

Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa peramalan adalah kegiatan yang

bersifat teratur. Peramalan juga berupaya memprediksi masa depan dengan

menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal

yang bersifat kualitatif, seperti perasaan, pengalaman seseorang dan lainnya.

2.5.2 Jenis Data Pada Kegiatan Peramalan

Data yang akan diprediksi secara umum dapat dibagai menjadi dua tipe,

yakni: data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bukan

merupakan bilangan, tetapi berupa ciri-ciri, sifat-sifat, keadaan, atau gambaran

dari kualitas objek yang diteliti. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang

berupa bilangan yang nilainya bisa berubah-ubah atau bersifat variatif.

Data kuantitatif dapat dibagi menjadi 2 bagian, antara lain: (Santoso, 2009: 13)

1. Data time series

Data times series adalah data yang ditampilkan berdasarkan waktu, seperti

bulanan, data harian, data mingguan atau jenis waktu yang lain. Ciri data time

series adalah adanya rentang waktu tertentu, dan bukannya data pada satu

(20)

2. Data cross-sectional

Data cross-sectional adalah data yang tidak berdasar waktu tertentu, namun

pada satu (titik) waktu tertentu.

2.5.3 Tahapan Peramalan

Menurut Santoso (Santoso, 2009: 10), untuk mendapatkan hasil

peramalan yang baik dan dapat menjawab masalah yang ada secara efektif,

kegiatan peramalan sebaiknya mengikuti tahapan baku berikut ini :

1. Perumusan masalah dan pengumpulan data

Tahap pertama yang sebenarnya penting dan menentukan keberhasilan

peramalan adalah menentukan masalah tentang apa yang diprediksi.

Formulasi masalah yang jelas akan menuntun pada ketetapan jenis dan

banyaknya data yang akan dikumpulkan. Dapat saja masalah telah ditetapkan,

namun data yang relevan tidak tersedia, hal ini akan memaksa diadakannya

perumusan ulang atau mengubah metode peramalan.

2. Persiapan data

Setelah masalah dirumuskan dan data telah terkumpul, tahap selanjutnya

adalah menyiapkan data hingga dapat diproses dengan benar. Hal ini

diperlukan, karena dalam praktek ada beberapa masalah berkaitan dengan

data yang telah terkumpul, antara lain :

a. Jumlah data terlalu banyak

b. Jumlah data justru sedikit

c. Data harus diproses terlebih dahulu

d. Data tersedia namun rentang waktu data tidak sesuai dengan masalah

(21)

e. Data tersedia namun cukup banyak data yang hilang (missing), yakni

dana yang tidak lengkap.

3. Membangun model

Setelah data dianggap memadai dan siap dilakukan kegiatan prediksi, proses

selanjutnya adalah memilih model/metode yang tepat untuk melakukan

peramalan pada data tersebut.

4. Implemetasi model

Setelah metode peramalan ditetapkan, maka model dapat diterapkan pada

data dan dapat dilakukan prediksi pada data untuk beberapa periode ke

depan.

5. Evaluasi peramalan

Hasil peramalan yang ada kemudian dibandingkan dengan data aktual.

Metode peramalan tidak dapat memprediksi data di masa depan secara tepat

yang ada adalah ketepatan prediksi. Untuk itu, pengukuran kesalahan

peramalan dilakukan untuk melihat apakah metode yang telah digunakan

sudah memadai untuk memprediksi data.

2.5.4 Pengukur Kesalahan Peramalan

Berdasarkan Lincolin Arsyad dalam Peramalan Bisnis (1994), notasi

dasar peramalan adalah sebagai berikut :

�� = Nilai data runtut waktu periode t

���= Nilai peramalan dari ��

�� = �� - ��� = Residual atau kesalahan peramalan

Salah satu cara untuk mengevaluasi teknik peramalan adalah

(22)

mengukur akurasi peramalan dengan merata-ratakan kesalahan peramalan (nilai

Mean Squared Error (MSE) merupakan metode alternatif dalam

mengevaluasi suatu teknik peramalan. Setiap kesalahan residual dikuadratkan,

kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah observasi.

MSE =∑ (��−���)2 �

�=1

� 2

Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dihitung dengan menemukan

kesalahan absolut setiap periode, kemudian membaginya dengan nilai observasi

pada periode tersebut, dan akhirnya merata-ratakan persentase absolut ini.

MAPE =

�� (��−�����)

�=1

� 3

Mean Percentage Error (MPE) digunakan untuk menentukan apakah

suatu metode peramalan bias atau tidak. MPE dihitung dengan cara menemukan

kesalahan setiap periode, dan kemudian membaginya dengan nilai sebenarnya

pada periode tersebut, dan kemudian merata-ratakan persentase kesalahan

tersebut.

MPE =

�� (��−�����)

�=1

(23)

2.6 Jaringan Syaraf Tiruan

2.6.1 Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan saraf tiruan adalah sistem pemroses informasi yang memiliki

karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi (Siang, 2009: 2). Menurut

Irawan (2007: 136) Jaringan syaraf tiruan dibentuk dari generalisasi model

matematik jaringan syaraf biologis, berdasarkan asumsi bahwa :

1. Pemrosesan informasi terjadi pada suatu bentuk prosesor sederhana yang

disebut neuron.

2. Sinyal dilewatkan antar neuron melalui sebuah koneksi tertentu.

3. Masing-masing koneksi berasosiasi dengan bobot (weight) tertentu.

4. Masing-masing neuron menerapkan fungsi aktifasi tertentu pada

masing-masing jumlah sinyal input untuk menentukan sinyal keluaran .

Jaringan syaraf tiruan diditentukan oleh 3 (tiga) hal (Siang, 2009: 3) :

1. Pola hubungan antar neuron (disebut arsitektur jaringan)

2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode

training/learning/algoritma)

3. Fungsi aktivasi

Jaringan syaraf tiruan dapat dianggap sebagai semacam kotak hitam

(black box) yang memetakan masukan (input) ke suatu keluaran (output) tertentu.

Kita tidak pernah tahu isi dari kotak hitam tersebut. Sebagai suatu model adaptif

yang memiliki kemampuan belajar, jaringan syaraf tiruan mampu membuat

generalisasi dan menyimpan hasil belajar tersebut untuk menghasilkan keluaran

(output) sebagaimana kita harapkan atau tidak kita harapkan tetapi tetap sesuai

(24)

Gambar 2.1 Artificial Neural Network

Secara umum berdasarkan algoritma belajar, jaringan syaraf tiruan dapat

dibedakan atas :

1. Supervised learning, yaitu metode belajar JST dengan pengawasan, dalam

hal ini membandingkan suatu masukan dengan suatu output tertentu yang

sudah ditentukan.

2. Unsupervised learning, yaitu metode belajar JST tanpa pengawasan dalam

hal ini tidak diperlukan adanya suatu keluaran sebagai acuan.

2.6.2 Model Sel Syaraf

Sistem syaraf biologis merupakan sel-sel syaraf yang disebut neuron.

Tidak kurang dari 100 milyar neuron mendukung fungsi otak manusia dewasa.

Setiap neuron berhubungan dengan neuron lainnya melalui sambungan khusus

yang disebut dengan sinapsis. Sebuah neuron dapat berhubungan dengan beberapa

hingga 10000 neuron lain, sehingga masing-masing neuron dapat mengirimkan

impuls listrik kepada sel tujuan sampai sekitar 10000 sel (Irawan, 2007: 138)

?

(Blackbox)

(25)

Gambar 2.2 Fisiologi Sel Syaraf

Sinapsis adalah daerah sambungan khusus antar neuron. Diperkirakan

dalam otak manusia terdapat sekitar 1014 sinapsis, yang dipakai dalam

komunikasi antar sel. Dalam sistem syaraf, pola interkoneksi sel ke sel beserta

fenomena komunikasi antar unit pemroses tersebut menentukan kemampuan

komputasi neural (neurocomputing). (Dayhoff, 1990: 136)

2.6.3 Pemodelan Sel Syaraf

Variabel bobot, ��� , diambil untuk memodelkan pegaruh modelasi ion

��2+ dan enzim pada sinapsis. Variabel ��� disebut sebagai bobot koneksi yang

menghubungkan sel j ke sel i. dengan variabel tersebut, fungsi dari sinapsis, �,

(26)

�� =�� ∶ ��� 1

Dimana � adalah potensial aksi (masukan). Selanjutnya dalam dendrit, semua

potensial sinapsis yang dihasilkan akan dijumlahkan dan menghasilkan potensial

aktifasi untuk sel i:

neti = � � .���

�=1 2

2.6.4 Fungsi Aktifasi

Fungsi aktifasi mentranformasikan semua sinyal masukan (hasil

penjumlahan dari dendrit) ke suatu nilai tertentu yang disebut sebagai potensial

aksi atau dengan kata lain fungsi aktifasi mentransformasikan nilai aktifasi yang

tak terbatas (infinite) menjadi terbatas (finite) dalam range tertentu. Dalam

jaringan syaraf tiruan terdapat bermacam-macam model fungsi aktifasi, antara

lain: binary dan bipolar threshold, linear threshold, binary dan bipolar sigmoidal,

dan gaussian. Fungsi sigmoid mirip dengan keadaan neuron yang sesungguhnya.

Karena itu fungsi sigmoid umum dipakai dalam model-model jaringan syaraf

tiruan.

1. Fungsi Aktifasi Binary Sigmoid

Fungsi aktifasi binary threshold dirumuskan dengan:

(

���

) =

1

(27)

Gambar 2.3 Fungsi Aktifasi Binary Sigmoid

2. Fungsi Aktifasi Bipolar Sigmoid

Fungsi aktifasi bipolar sigmoid dirumuskan dengan:

�(���) = 1− 2

1+������ 4

Dimana lamda adalah faktor penguatan.Fungsi aktifasi bipolar sigmoid

rentang nilai �(���) yang terletak antara -1 dan 1.

(28)

2.6.5 Metode Error Back Propagation

Kelemahan jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari layar tunggal membuat

perkembangan jaringan syaraf tiruan menjadi terhenti pada sekitar tahun 1970-an.

Jaringan syaraf tiruan dengan layar tunggal memiliki keterbatasan dalam

pengenalan pola. Kelemahan ini bisa ditanggulangi dengan menambahkan

satu/beberapa layar tersembunyi diantara layar masukan dan keluaran (Siang,

2009: 97)

Pembelajaran menggunakan algoritma Delta yang disebut error back

propagation training algorithm, argumen masukan diumpankan secara arah maju

sedangkan proses pembelajaran selain memanfaatkan perambatan arah maju juga

manfaatkan perambatan arah umpan balik.

Pembahasan jaringan syaraf tiruan berlapis banyak dengan algoritma

error backpropagation dibagi 2 bagian yaitu, membahas algoritma pembelajaran

arah maju terlebih dahulu kemudian menyusul pembelajaran arah mundur/balik

dengan algoritma error backpropagation itu sendiri (Muis, 2006: 166)

Algorima error back propagation memerlukan parameter lain untuk

mendukung pemrosesan, yaitu kelajuan pembelajaran c dan pemberian bobot

awal. Kelajuan pembelajaran c yang berpengaruh kepada kecepatan proses

pembelajaran, bila ditetapkan terlalu kecil akan menyebabkan panjangnya proses

pembelajaran sebaliknya penetapan c yang terlalu besar akan menyebabkan

keluaran berfluktuasi pada garis target (tidak konvergen) (Muis, 2006: 166)

Secara garis besar, prinsip kerja jaringan syaraf tiruan berlapisan banyak

dengan algoritma error back propagation adalah sebagai berikut: masukan dan

(29)

neuron masukan ke 1,2,………J atau neuron keluaran ke 1,2,………K,

Sedangkan ��� menunjukkan bobot koneksi antara neuron masukan j dengan

neuron keluaran k (Muis, 2006: 167)

Gambar 2.5 Jaringan syaraf tiruan dengan lapisan banyak

Pada Gambar 2.5, lapisan input memiliki 3 unit neuron, yaitu X1, X2, dan

X3 yang terhubung langsung dengan lapisan tersembunyi (hidden layer) yang

memiliki 2 unit neuron tersembunyi, yaitu Z1 dan Z2. Hubungan neuron-neuron

pada lapisan input dan lapisan output tersebut ditentukan oleh bobot V11, V12,

V21, V22, V31, dan V32. Kemudian, 2 unit neuron tersembunyi Z1 dan Z2

terhubung langsung dengan lapisan output yang memiliki 1 unit neuron Y yang

(30)

Back error propagation (propagasi balik kesalahan) memiliki 2 proses

utama yaitu:

1. Propagasi Maju

Pada lapis dalam (hidden layer). Masukan dari setiap node (neuron) pada lapis

dalam berasal dari penjumlahan node input sebagai berikut:

netjh =� WjihXi+ θjh ��

�=1 5

Sehingga keluaran dari fungsi aktifasi sigmoid pada hidden layer adalah:

�� =��ℎ�����ℎ� 6

Pada lapisan keluaran (output layer). Masukan dari setiap node (neuron) pada

lapisan keluaran berasal dari penjumlahan node pada lapis dalam sebagai

berikut:

netko= � WkjoHj+ θko ��

�=1 7

Sehingga keluaran dari fungsi aktifasi sigmoid pada hidden layer adalah:

�� =���(�����) 8

Sampai disini proses propagasi maju telah selesai. Selanjutnya hasil keluaran

pada output layer dibandingkan dengan target, apabila terdapat kesalahan

(selisih antara target dan keluaran aktual) maka nilai kesalahan tersebut

dipropagasikan balik dengan tujuan untuk meng-update seluruh bobot yang

(31)

2. Propagasi Mundur

Pada lapis keluaran, kesalahan pada sebuah node keluaran didefenisikan

sebagai:

��= ��− �� 9

Dimana � adalah nilai target/acuan atau nilai keluaran yang diinginkan dan

�� adalah keluaran aktual dari multilayer perceptron. Maka error square pada

lapis kelauaran adalah :

� = 1

Proses updating dari nilai bobot dimulai dengan cara meminimalkan turunan

dari error tersebut diatas terhadap variabel bobot pada node keluaran:

��

Sisi kanan dari persamaan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

(32)

Dengan demikian persamaan (proses updating) dapat ditulis kembali menjadi:

����

��� = (��− ��)��

�′

(����).� 13

Dari persamaan 16 dapat diketahui bahwa syarat agar persamaan perubahan

bobot dapat dipecahkan, fungsi aktifasi sel harus bersifat dapat diturunkan

(diflerentiable). Persamaan diatas juga berarti bahwa parameter jaringan yaitu

bobot-bobot koneksi dari sel j ke sel i, ���, harus diubah sebanding dengan

negatif gradien fungsi kesalahan terhadap perubahan bobot:

∆���� = −h .����

��� 14

Dimana ∆���� adalah perubahan bobot node j ke node k, dan h adalah

konstanta kecepatan belajar (0 < h< 1). Dengan demikian persamaan diatas

dapat dimodifikasi menjadi:

∆���� = h(��− ��)���′(�����) .�� 15

Selanjutnya bobot yang baru pada lapis keluaran dapat diupdate dengan

persamaan:

��(���) =

���(���) +∆���� 16

Untuk menyederhanakan persamaan, diambil konstata baru, ��, yaitu:

���= (��− ��)���′(�����) = �����′(�����) 17

(33)

����(���) = ����(���) + h��� .�� 18

Kesalahan (error) dipropagasi ke lapisan dalam untuk mengupdate nilai bobot

pada lapisan dalam. Persamaan penyesuaian bobot pada lapis dalam adalah:

���ℎ(���) = ���ℎ(���) + h��ℎ .�� 19

Dimana nilai dari �ℎ pada persamaan 22adalah:

��ℎ = ��ℎ′�����ℎ� ∑��=1� ��� .���� 20

Secara ringkas, algoritma Back Error Propagation (BEP) yang

diimplementasikan pada multilayer perceptron dapat dirumuskan kedalam 5

tahapan berikut ini:

1. Inisialisasi bobot (weights) dengan bilangan acak.

2. Jika kondisi berhenti tidak terpenuhi, lakukan 2 – 9.

3. Untuk masing-masing pasangan pelatihan, lakukan langkah 3 – 8.

4. Masing-masing unit input menerima sinyal input � dan menyebarkan ke semua unit pada lapis di depannya.

5. Pada masing-masing unit lapis dalam jumlahkan dengan

����ℎ = ∑��=1� ���ℎ�� + ��ℎ . 21

Hitung fungsi aktifasi pada setiap unit lapis dalam:

�� = ��ℎ (����ℎ) 22

(34)

�����= ∑��=1� ������ + ��� . 23

Hitung fungsi aktifasi pada setiap unit lapis keluaran:

�� = ��� (�����) 24

7. Hitung error pada masing-masing unit lapis output:

��� = (��− ��)���′ (�����) 25

Hitung kenaikan nilai bobot:

∆���� = h�������ℎ 26

Hitung kenaikan nilai bobot bias:

∆�0�= h

�� 27

Dimana ��′ = ��(����)[1− ��(����)] 28

8. Lakukan updating semua bobot antara lapis dalam dan lapis output:

����(���) = ����(���) + ∆���� 29

9. Lakukan updating semua bobot antara lapis input dan lapis dalam:

��(���) =

��ℎ(���) + ∆���ℎ 30

10.Uji kondisi berhenti:

� = 12∑��=1� (�− �)P

2

31

Proses pelatihan dihentikan apabila kondisi berhenti telah sesuai dengan

(35)

2.7 Improved Elman

Pada dasarnya proses pelatihan/pembelajaran/training pada jaringan

elman tidak berbeda dengan proses training yang menggunakan back error

propagation. Seluruh nilai dari bobot (weight) di-update dengan menggunakan

algoritma back error propagation. Jaringan elman memiliki umpan balik yang

menghubungkan keluaran dari hidden layer dengan context unit. Pada saat t,

context unit akan menerima input yang berasal dari keluaran hidden layer pada

saat t – 1, memproses dan mengirimkan kembali ke hidden layer untuk

dijumlahkan dengan keluaran dari input layer (Irawan, 2007: 170)

Gambar 2.6 Jaringan Syaraf Tiruan dengan arsitektur Elman

Para ahli telah membuktikan bahwa jaringan elman (klasik) hanya akan

mencapai hasil yang baik untuk sistem orde pertama saja, sedangkan untuk sistem

dengan orde yang lebih tinggi, jaringan elman klasik tidak memberikan hasil yang

memuaskan. Untuk memecahkan masalah ini, maka context unit harus

ditingkatkan untuk memperbaiki jaringan elman klasik tersebut. Pada metode

(36)

elman akan menghasilkan suatu performa yang meningkat dan efisiensi didalam

pembelajaran yang didapat dari iterasi juga meningkat (Yusanto, 2009: 28)

Algoritma dari metode Improved Elman adalah sebagai berikut:

1. Menghitung output dengan menggunakan persamaan :

�(�) = �(�1�(�) + �2�(� −1)) 1

�(�) =�(�3�(�)) 2

��(�) = �4��(� −1) + �(� −1) 3

2. Menghitung gradien ���(�)

����1 dengan menggunakan persamaan:

���(�)

3. Dari hasil perhitungan gradien diatas, maka dapat dihitung perubahan bobot

(37)

4. Melakukan adjustment bobot menggunakan persamaan:

�� = + ∆�, = 1,2,3,4 10

Langkah 1 sampai dengan langkah 4 diulang sampai didapat error lebih

rendah atau sama dengan nilai error yang ditentukan.

2.8 Unified Modelling Language (UML)

Menurut Nugroho (2005:16), pemodelan visual adalah proses

penggambaran informasi-informasi secara grafis dengan notasi-notasi baku yang

telah disepakati sebelumnya. Notasi-notasi baku sangat penting demi suatu alasan

komunikasi. Dengan notasi-notasi pemodelan yang bersifat baku komunikasi yang

baik akan terjalin dengan mudah antar anggota tim pengembang sistem/perangkat

lunak dan antara anggota tim pengembang dengan para pengguna. Untuk

melakukan pemodelan sistem/perangkat lunak, dalam buku ini notasi-notasi

Unified Modeling Language (UML) yang akan digambarkan secara elektronik

(dengan bantuan komputer) lewat sarana perangkat lunak. Dengan pemodelan

menggunakan UML ini, pengembang dapat melakukan:

1. Tinjauan umum bagaimana arsitektur sistem secara keseluruhan.

2. Penelaahan bagaimana objek-objek dalam sistem saling mengirim pesan

(message) dan saling bekerjasama satu sama lain.

3. Menguji apakah sistem/perangkat lunak sudah berfungsi seperti yang

seharusnya.

4. Dokumentasi sistem/perangkat lunak untuk keperluan-keperluan tertentu di

(38)

2.8.1 Diagram-diagram Unified Modelling Language (UML)

Menurut Sholiq (2010: 19), UML menyediakan beberapa diagram visual

yang menunjukkan berbagai aspek dalam sistem. Banyaknya diagram tersebut

dimaksudkan untuk memberikan gamabaran yang lebih terintegrasi terhadap

sistem yang akan dibangun. Beberapa diagram yang disediakan dalam UML

antara lain:

1. Diagram Use Case Bisnis,

Diagram ini digunakan untuk mempresentasikan bisnis yang dilakukan

organisasi. Diagram ini menjawab pertanyaan: “apa yang bisnis lakukan?”

dan “mengapa kita membangun sistem untuk itu?”. Diagram ini digunakan

untuk memodelkan aktivitas bisnis organisasi sebagai landasan pembuatan

use case sistem.

2. Diagram Use Case,

Diagram ini menyajikan interaksi antara use case dan aktor dalam sistem

yang akan dikembangkan. Use case adalah fungsionalitas atau

persyaratan-persyaratan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dikembangkan

tersebut menurut pandangan pemakai sistem.

3. Diagram Aktivitas,

Diagram ini mendefenisikan dari mana workflow dimulai, dimana workflow

berakhir, aktivitas apa saja yang terjadi didalam workflow, dan apa saja yang

dilakukan saat sebuah aktivitas terjadi.

4. Diagram Sekuensial,

Diagram ini digunakan untuk menunjukkan alur (flows) fungsionalitas yang

(39)

5. Diagram Kolaborasi,

Diagram ini menunjukkan informasi yang sama persis dengan diagram

sekuensial, tetapi dalam bentuk dan tujuan yang berbeda. Pada diagram ini,

interaksi antar obyek atau aktor ditunjukkan dengan arah panah tanpa

keterangan waktu.

6. Diagram Kelas,

Diagram ini menunjukkan interaksi antar kelas-kelas dalam sistem. Kelas

juga dianggap sebagai cetak biru dari obyek-obyek didalam sistem. Sebuah

kelas mengandung informasi (attribute) dan tingkah laku (behavior) yang

berkaitan dengan informasi tersebut.

7. Diagram Statechart,

Diagram ini memungkinkan untuk memodelkan bermacam-macam state yang

mungkin dialami oleh obyek tunggal. Diagram ini digunakan untuk

menggambarkan perilaku dinamik sebuah obyek tunggal.

8. Diagram Komponen, dan

Diagram ini menunjukkan komponen apa saja yang dibutuhkan saat proses

kompilasi dan menampilkan komponen runtime apa saja yang dihasilkan

sebagai hasil proses kompilasi.

9. Diagram Deployment.

Diagram ini menampilkan rancangan fisik jaringan tempat berbagai

komponen akan diletakkan. Hanya ada satu diagram deployment satu untuk

(40)

2.8.2 Elemen-elemen Pemodelan Bisnis

Menurut Sholiq (2010: 55), Elemen-elemen yang digunakan untuk

membuat model bisnis adalah sebagai berikut:

1. Aktor Bisnis

Aktor bisnis adalah seseorang atau sesuatu yang ada diluar organisasi.

Orang-orang didalam organisasi, tetapi diluar bagian yang dimodelkan dapat disebut

aktor bisnis. Aktor bisnis dimodelkan dengan menggunakan ikon berikut:

Gambar 2.7 Notasi aktor bisnis dalam UML

2. Pekerja Bisnis

Pekerja bisnis adalah suatu peran didalam organisasi, bukan posisi atau

jabatan. Pekerja bisnis dimodelkan dengan menggunakan ikon berikut:

Gambar 2.8 Notasi pekerja bisnis dalam UML

3. Use Case Bisnis

Use case bisnis adalah model yang digunakan untuk menggambarkan sebuah

(41)

bisnis utama yang organisasi lakukan. Use case bisnis dimodelkan dengan

menggunakan ikon berikut:

Gambar 2.9 Notasi use case bisnis dalam UML

4. Relasi Asosiasi dan Generalisasi

Ada 2 relasi yang mungkin terjadi pada pemodelan bisnis dengan UML,

yaitu: asosiasi dan generalisasi. Relasi asosiasi adalah relasi antara aktor

bisnis atau pekerja bisnis dan use case bisnis. Sedangkan relasi generalisasi

digunakan ketika ada dua atau lebih aktor bisnis, pekerja bisnis, atau use case

bisnis yang sangat serupa. Relasi asosiasi dan generalisasi dimodelkan

dengan menggunakan ikon berikut:

Gambar 2.10 Notasi relasi asosiasi dalam UML

Gambar 2.11 Notasi relasi generalisasi dalam UML

5. Entitas Bisnis

Entitas bisnis adalah obyek yang digunakan atau yang dihasilkan oleh

organisasi saat melakukan aktivitas bisnis. Entitas bisnis dimodelkan dengan

(42)

Gambar 2.12 Notasi entitas bisnis dalam UML

6. Diagram Use Case Bisnis

Diagram use case bisnis menunjukkan interaksi antara aktor bisnis atau

pekerja bisnis dan use case bisnis dalam sebuah organisasi. Diagram use case

bisnis dimodelkan dengan menggunakan ikon berikut:

Gambar 2.13 Notasi diagram use case bisnis dalam UML

2.9 Black Box Testing

Menurut Rizky (2011), black box testing adalah tipe pengujian yang

memperlakukan perangkat lunak yang tidak diketahui kinerja internalnya. Para

penguji memandang perangkat lunak seperti layaknya sebuah “kotak hitam” yang

tidak penting dilihat isinya tapi cukup dikenai proses pengujian di bagian luar.

Jenis pengujian ini hanya memandang perangkat lunak dari sisi spesifikasi dan

(43)

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari jenis pengujian ini antara lain:

1. Anggota tim penguji tidak harus dari seseorang yang memiliki kemampuan

teknis di bidang pemrograman.

2. Kesalahan dari perangkat lunak ataupun bug sering ditemukan oleh komponen

penguji yang berasal dari pengguna.

3. Hasil dari black box testing dapat memperjelas kontradiksi ataupun kerancuan

yang mungkin timbul dari eksekusi sebuah perangkat lunak.

(44)

3.1 Analisis

Dalam proses analisis, terdapat dua cara yang ditempuh, diantaranya :

a. Wawancara/Interview

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang

terjadi di UD. Dwi Mulya Plastik Sidoarjo, dimana permasalahan tersebut

berkaitan dengan peramalan penjualan produk timba cor di masa yang akan

datang. Selain itu, langkah ini digunakan untuk mengetahui

kebutuhan-kebutuhan aplikasi dan keinginan pihak UD. Dwi Mulya Plastik Sidoarjo

(pemilik badan usaha) yang nantinya akan menggunakan aplikasi ini.

Wawancara ini dilakukan dengan Bapak Hari M. Wiraatmaja, yang

merupakan putra kandung pemilik badan usaha, sekaligus sebagai salah satu

stakeholder dan owner pada badan usaha ini, Bapak H. M. Sudarto selaku

pemilik, dan Ibu Nana D. selaku pegawai pada bagian penjualan.

b. Analisis Dokumen

Analisis dokumen adalah langkah untuk mengumpulkan, mengamati, dan

menganalisis dokumen apa saja yang berkaitan dengan permintaan. Dokumen

permintaan sendiri didapat dari bagian penjualan pada badan usaha ini.

Dokumen yang diamati adalah dokumen penjualan produk timba cor selama

58 bulan terakhir. Dokumen tersebut dapat dilihat pada lampiran 2. Dokumen

penjualan akan dijadikan sebagai acuan dalam proses peramalan.

(45)

3.1.1 User Requirements

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian penjualan maka user

requirements yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

1. Peramalan

Tabel 3.1 User Requirements Peramalan

Deskripsi

Fungsi ini digunakan oleh pemilik (owner) untuk melakukan proses peramalan permintaan timba cor, dengan menggunakan data penjualan yang telah direkap oleh bagian penjualan di Ms. Excel

Aktor Pemilik (owner)

Input Data history permintaan timba cor

Proses

1. Mengambil data history permintaan produk timba cor.

2. Melakukan proses pelatihan (training) terhadap data history permintaan produk timba cor menggunakan metode improved elman.

3. Melakukan peramalan data history permintaan produk timba cor menggunakan metode improved elman.

Output Prediksi jumlah permintaan timba cor

Peraturan Data ramalan permintaan dianggap akurat, jika Mean Squared Error

(MSE) < 0,001

3.1.2 Software Requirements

Berdasarkan hasil analisis dari user requirements diatas, maka

dibutuhkan software requirements yang dapat menunjang fungsi peramalan.

Terdapat 2 software requirements yang dibutuhkan, diantaranya adalah :

1. Pelatihan (Training)

Tabel 3.2 Software Requirements Pelatihan

Deskripsi

Fungsi ini digunakan oleh sistem. Sistem akan menggunakan data

(46)

pelatihan.

Pemicu Awal Proses peramalan

Input Data history permintaan yang diambil dari Ms. Excel

Pre-conditions -

Alur

Komputerisasi

(computerized-system-flow)

1. Aplikasi akan mengecek ketersediaan data bobot. Apabila bobot telah tersedia maka aplikasi akan memanggil bobot, sedangkan jika bobot belum tersedia maka dilakukan proses pelatihan.

2. Aplikasi akan melakukan normalisasi terhadap data history

permintaan timba cor.

3. Aplikasi akan menghitung semua output pada setiap keluaran (context unit, hidden layer, dan output layer)

4. Aplikasi menghitung penurunan gradien 5. Aplikasi menghitung error pada semua jaringan

6. Aplikasi menghitung perubahan bobot pada setiap vektor (W1, W2, W3, dan W4)

7. Aplikasi menghitung adjustment bobot

8. Jika error > 0,001 maka proses perhitungan “3” dilakukan kembali.

9. Jika error < 0,001 maka aplikasi akan menghasilkan data bobot (W1, W2, W3, dan W4)

Akhir Data bobot (W1, W2, W3, dan W4)

Non Fungsional -

2. Peramalan

Tabel 3.3 Software Requirements Peramalan

Deskripsi Fungsi ini dilakukan oleh pemilik (owner). Fungsi ini dilakukan

untuk melakukan proses peramalan permintaan timba cor.

Pemicu Awal Pelatihan (Training)

Input Data history permintaan yang diambil dari Ms. Excel

Alur

Komputerisasi

(computerized-system-flow)

1. Halaman peramalan tampil

2. Pemilik (owner) menekan tombol “Start”

(47)

1.2 Aplikasi menjalankan fungsi pelatihan (training) dengan memberikan data history permintaan dari Ms. Excel, dan menampung data bobot hasil training (W1, W2, W3, dan W4).

1.3 Aplikasi menghitung semua output pada setiap keluaran (context unit, hidden layer, dan output layer) menggunakan data bobot (W1, W2, W3, dan W4) hasil training.

1.4 Aplikasi melakukan denormalisasi

1.5 Aplikasi menghasilkan prediksi jumlah permintaan timba cor pada periode yang akan datang

1.6 Aplikasi menyimpan data prediksi jumlah permintaan timba cor dalam bentuk file

1.7 Aplikasi menampilkan jumlah permintaan timba cor

Akhir Prediksi jumlah permintaan

Non Fungsional -

3.1.3 Data Requirements

Berdasarkan software requirements yang telah dijabarkan sebelumnya,

maka diperlukan beberapa data untuk mendukung software requirements tersebut,

data yang dibutuhkan diantaranya adalah :

1. Data History Permintaan

Data history permintaan ini akan disediakan oleh bagian penjualan UD. Dwi

Mulya Plastik Sidoarjo (external) . Dalam proses pengembangan aplikasi ini,

peneliti akan mendapat hak akses untuk membaca data penjualan dari

perusahaan.

2. Data Bobot

Data bobot yang meliputi bobot W1, W2, W3, dan W4 merupakan bobot

yang dihasilkan dari proses pelatihan/training menggunakan metode

(48)

3. Data Prediksi Jumlah Permintaan

Data prediksi jumlah permintaan merupakan data hasil ramalan permintaan

untuk periode berikutnya menggunakan metode improved elman.

3.2 Perancangan Sistem

Unified Modeling Language (UML) adalah keluarga notasi grafis yang

didukung oleh meta-model tunggal ang membantu pendeskripsian dan desain

sistem perangkat lunak khususnya sistem yang dibangun menggunakan

pemograman berorientasi objek (OO) (Fowler Martin, 2004).

3.2.1 Usecase Diagram

Usecase diagram digunakan untuk menggambarkan sistem dari sudut

pandang pengguna (user), sehingga pembuatan usecase diagram lebih

dititikberatkan pada fungsionalitas yang ada pada sistem, bukan berdasarkan alur

atau urutan kejadian. Usecase diagram dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

(49)

3.2.2 Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan rangkaian aliran aktivitas, digunakan

untuk mendeskripsikan aktivitas yang dibentuk dalam suatu operasi sehingga

dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya. Activity diagram pada aplikasi

peramalan permintaan menggunakan improved elman ini terdiri dari 2 usecase,

antara lain : peramalan dan pelatihan. Usecase pelatihan merupakan include dari

peramalan.

A. Proses Pelatihan

Proses pembelajaran/training dimulai dengan pengecekan ketersediaan

data bobot. Apabila bobot telah tersedia maka aplikasi akan memanggil bobot,

sedangkan jika bobot belum tersedia maka dilakukan proses pelatihan. Aplikasi

akan melakukan normalisasi terhadap data history permintaan timba cor.

Kemudian aplikasi dilakukan proses perhitungan di setiap layer context unit,

hidden, dan output untuk menghasilkan nilai XC(k), X(k), dan Y(k). Proses

selanjutnya adalah menghitung penurunan gradien, menghitung error pada semua

jaringan, kemudian menghitung perubahan bobot pada setiap jaringan, yaitu bobot

W1, W2, W3, dan W4. Kemudian dilakukan adjustment bobot untuk

menggantikan bobot awal yang diberi nilai acak(random). Apabila error yang

dihasilkan melebihi 0,001 maka akan dilakukan perulangan proses (looping) dari

menghitung keluaran setiap jaringan. Sedangkan jika error yang dihasilkan kurang

dari 0,001 maka sistem akan langsung menghasilkan data bobot (W1, W2, W3,

(50)
(51)

�(�) = �(�1

�(�) +�2�(� −1))

Menghitung semua keluaran di unit tersembunyi

Mulai

Error < 0,001 ?

Selesai

�() = �(�3())

Menghitung keluaran di unit output

��(�) = �4��(� −1) + �(� −1)

Menghitung semua keluaran di context unit

�(�) = 1

2 (��(�)− �(�)) �(

�(�)− �(�))

Menghitung error pada semua jaringan ���(�)

Menghitung perubahan bobot pada Vektor �1

∆���2 = h2��ℎ��(� −1)

Menghitung perubahan bobot pada Vektor �2

∆���3 = h3��(�),�= 1,2, … ,�,�= 1,2, … ,�

Menghitung perubahan bobot pada Vektor �3

∆��4= h4��ℎ�(���1 �

�=1

) �(� −2)

Menghitung perubahan bobot pada Vektor �4

Cek ketersediaan

(52)

B. Proses Peramalan

Proses peramalan dimulai dengan menekan tombol Start pada form

peramalan oleh pemilik (owner). Kemudian sistem akan mengambil data history

permintaan produk timba cor dari Ms. Excel. Setelah file excel dipilih dan muncul

pada form peramalan. Selanjutnya pemilik (owner) menekan tombol Proses.

Sistem akan membaca data history permintaan produk timba cor untuk kemudian

menjalankan fungsi pelatihan menggunakan metode improved elman. Setelah data

bobot (W1, W2, W3, dan W4) diperoleh dari fungsi pelatihan, selanjutnya

dilakukan perhitungan semua output pada setiap keluaran menggunakan improved

elman. Lalu dilakukan proses denormalisasi. Denormalisasi sendiri dimaksudkan

untuk mentransformasikan data ke bentuk bilangan bulat positif. Sehingga

menghasilkan data ramalan permintaan. Setelah itu, maka dihasilkan prediksi

jumlah permintaan produk timba cor. Data tersebut kemudian disimpan dan

(53)
(54)

��� = (��− 0,1)(max(�)−min(�)) + 0,8(���(�)) 0,8

Denormalisasi data

�(�) = �(�1��() +2(� −1))

Menghitung semua keluaran di unit tersembunyi

Mulai

�(�) = �(�3())

Menghitung keluaran di unit output

Data history permintaan timba cor

��(�) = �4��(� −1) + (� −1)

Menghitung semua keluaran di context unit

Fungsi Pelatihan

Data Bobot (W1, W2, W3, W4)

Selesai

Gambar 3.5 Bagan Alur Peramalan Improved Elman

3.2.3 Sequence Diagram

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau

rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event

untuk menghasilkan output tertentu. Berikut ini merupakan sequence diagram dari

(55)
(56)

Gambar 3.7 Sequence Diagram Pelatihan Improved Elman

3.2.4 Class Diagram

Class diagram adalah diagram yang menunjukkan kelas-kelas yang ada

dari sebuah sistem dan hubungannya secara logika. Class diagram bersifat statis

yang digambarkan dengan kotak yang terbagi atas 3 bagian, yaitu: nama kelas,

attribut, dan operasi. Berikut ini merupakan class diagram dari aplikasi peramalan

(57)

Gambar 3.8 Class Diagram Peramalan dengan Improved Elman

3.3 Perancangan Interface

Perancangan interface digunakan untuk memberikan gambaran terhadap

desain form aplikasi yang akan dibangun. Berikut ini desain interface dari aplikasi

peramalan permintaan menggunakan metode improved elman pada UD. Dwi

Mulya Plastik Sidoarjo.

1. Form Menu Utama

Form ini merupakan tampilan awal dari aplikasi ketika aplikasi dijalankan.

Terdapat 2 button pada menu utama ini, yaitu: Peramalan dan Exit. Untuk

(58)

Rancang Bangun Aplikasi Peramalan Permintaan UD. Dwi Mulya Plastik

RANCANG BANGUN APLIKASI PERAMALAN PERMINTAAN MENGGUNAKAN METODE IMPROVED ELMAN

PADA UD. DWI MULYA PLASTIK

Peramalan Exit

Gambar 3.9. Rancangan Form Menu Utama

2. Form Peramalan

Pada form ini digunakan untuk me-inputkan data permintaan produk timba cor

dan menampilkan hasil peramalan. Tombol “Start” digunakan untuk

mengambil data history permintaan timba cor dari Ms. Excel. Tombol

“Proses” digunakan untuk melakukan proses perhitungan pelatihan dan

peramalan menggunakan metode improved elman. Untuk lebih jelasnya,

(59)

Form Peramalan

Proses Peramalan Produk Timba Cor

Proses Start

Gambar 3.10. Rancangan Form Normalisasi Data

3.4 Perancangan Pengukuran Kesalahan

Perhitungan kesalahan dalam peramalan yang ada pada landasan teori

adalah MAD, MSE, MAPE, dan MSE. MSE digunakan untuk mengetahui

rata-rata secara detail karena selisih data dikuadratkan. Selisih data akan semakin besar

sehingga akan kelihatan kesalahan peramalannya.

MSE adalah alat ukur kesalahan yang akan digunakan pada penelitian ini.

MSE dipilih karena menghasilkan kesalahan ramalan yang dilakukan. Kesalahan

ramalan tersebut dapat menghasilkan kesalahan kecil dan dapat menghasilkan

kesalahan yang sangat besar. Semakin kecil nilai kesalahan MSE maka peramalan

(60)

4.1 Kebutuhan Aplikasi

Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk

mengatasi permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.Tahap-tahap yang

dilakukan pada implementasi ini adalah mengidentifikasi kebutuhan system baik

perangkat keras maupun perangkat lunak serta menerapkan rancangan dan

mengevaluasi sistem yang dibangun.

4.1.1. KebutuhanPerangkat Keras

Untuk menjalankan sistem yang dibuat ini diperlukan perangkat keras

dengan spesifikasi minimum. Adapun kebutuhan perangkat keras untuk apilkasi

peramalan permintaan ini adalah sebagai berikut:

1. Memory 2Gb atau lebih.

2. Hard Disk 320Gb atau lebih.

3. Processor Core i3 dengan kecepatan 2 GHz atau lebih.

4. Mouse, keyboard, dan monitor dalam kondisi baik.

4.1.2. KebutuhanPerangkat Lunak

Aplikasi peramalan permintaan menggunakan metode improved elman

ini juga membutuhkan perangkat lunak minimum agar dapat berjalan dengan baik,

perangkat lunak tersebut, antara lain:

1. SistemOperasi Microsoft Windows 7 Professional Edition / Ultimate.

2. Microsoft Visual Studio .NET 2010.

(61)

3. CRRuntime 32 bit.

4. Microsoft SQL Server 2008 Express Editon.

5. .NET Framework 4.0 ataulebihtinggi.

4.2 Implementasi Aplikasi

Aplikasi peramalan permintaan menggunakan metode improved elman

ini digunakan oleh pemilik/owner UD. Dwi Mulya Plastik Sidoarjo. Pada sub-sub

ini akan dijelaskan halaman-halaman apa saja yang dapat digunakan oleh owner

badan usaha tersebut.

4.2.1. Halaman Menu Utama

Form ini merupakan tampilan utama aplikasi peramalan menggunakan

metode improved elman. Aplikasi ini tidak dilengkapi dengan proses login karena

pengguna utama merupakan pemilik badan usaha sendiri. Pemilik bisa langsung

melakukan proses peramalan. Terdapat 2 (dua) menu pada halaman utama ini,

yaitu: menu Peramalan dan menu Exit. Untuk lebih jelasnya, form menu utama

(62)

Gambar4.1Halaman Menu Utama

4.2.2. Halaman Peramalan

Form peramalan permintaan ini digunakan untuk melakukan perhitungan

peramalan permintaan produk timba cor menggunakan metode improved elman

berdasarkan data history permintaan timba cor pada masa lalu. Hasil peramalan

tersebut kemudian digunakan untuk menghitung jumlah produk timba cor yang

harus diproduksi (disediakan) oleh badan usaha. Hasil peramalan ditampilkan

pada message box dan disimpan dalam bentuk file seperti ditunjukkan pada

gambar 4.3 dan 4.4 dibawah ini.Untuk lebih jelasnya, form menu peramalan dapat

(63)

Gambar4.2 Halaman Peramalan

(64)

Gambar4.4 Halaman Hasil Peramalan

4.3 Evaluasi Sistem

Evaluasi sistem bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi telah dibuat

dengan benar sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan. Kelemahan

dan kekurangan dari aplikasi pada tahap ini akan dievaluasi sebelum

diimplementasikan secara nyata. Evaluasi yang dilakukan harus melewati tahap

pelatihan dan pengujian peramalan. Proses pengujian aplikasi menggunakan Black

Box Testing untuk membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat sudah sesuai

dengan tujuan. Data yang digunakan untuk proses peramalan adalah sebanyak 50

data terhitung dari januari 2009 membuktikan bahwa aplikasi sampai dengan

februari 2013, sedangkan data ujicoba sebanyak 8 data terhitung dari maret 2013

(65)

4.3.1 Uji Coba Fungsional

Uji coba akan dilakukan terhadap perangkat lunak apakah sudah sesuai

dengan kebutuhan fungsional dan non fungsional yang sudah dirancang

sebelumnya. Uji coba ini dilakukan untuk melihat progam yang dibuat sudah

sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap uji coba

sistem adalah menguji semua masukan dan membandingkan hasil masukan

tersebut dengan hasil yang diharapkan. Uji coba fungsional, baik peramalan

maupun pelatihan dilakukan menggunakan data dummy beserta langkah-langkah

penyelesaiannya (Lampiran 4). Uji coba tersebut adalah sebagai berikut:

1. Uji Fungsional Peramalan

Mengenai uji fungsional peramalan, penjelasan lebih detil dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Fungsional Peramalan

Fungsional Peramalan

Stakeholder Pemilik

Alur Normal Melakukan pelatihan

Aksi Pengguna Respon Sistem Hasil

Pengguna memilih timba cor yang akan diramalkan

 Data permintaan timba cor

Pengguna

melakukan proses peramalan

Sistem berhasil menampilkan hasil peramalan

 Hasil prediksi peramalan timba cor

Alur Alternatif 1 Data permintaan produk tersimpan pada database

Aksi Penguna Respon Sistem Hasil

Pengguna produk timba cor sesuai dengan proses peramalan dengan alur normal.

(66)

Kondisi Akhir

Respon Sistem Hasil

Sistem berhasil menampilkan data prediksi hasil peramalan permintaan produk timba cor

 Hasil prediksi peramalan timba cor

2. Uji Fungsional Pelatihan

Mengenai uji fungsional pelatihan, penjelasan lebih detil dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Fungsional Pelatihan

Fungsional Pelatihan

Stakeholder Pemilik

Alur Normal Melakukan peramalan

Aksi Pengguna Respon Sistem Hasil

Pengguna

melakukan proses peramalan

Fungsi peramalan memicu pemanggilan fungsi pelatihan

 Data bobot (W1, W2, W3, dan W4)

Kondisi Akhir

Respon Sistem Hasil

Fungsi peramalan memicu pemanggilan fungsi pelatihan

 Data bobot (W1, W2, W3, dan W4)

4.3.2 Uji Coba Kemudahan Penggunaan Aplikasi

Untuk dapat mengetahui bahwa aplikasi telah sesuai dengan kebutuhan

pengguna maka aplikasi akan diuji cobakan kepada satu user yaitu Pemilik badan

usaha (Lampiran 3. Kuesioner). Dari angket yang telah diisi oleh pengguna dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengguna yaitu pemilik badan usahadengan sampel

sebanyak 1 orang memberikan penilaian untuk kemudahan penggunaan aplikasi

dengan nilai rata-rata 4.25. Hasil ini didapatkan dengan cara membagi total nilai

untuk semua pernyataan yaitu 34 dengan jumlah pernyataan yaitu 8. Dari skala 1

sampai 5 pada angket, nilai 4.25 telah menunjukkan bahwa semua menu pada

aplikasi ini sudah sesuai dengan keinginan pemilik dan mudah dipahami oleh

(67)

Dari penilaian pengguna aplikasi dapat ditarik kesimpulan secara umum

bahwa aplikasi ini sudah sesuai dan termasuk dalam kategori mudah untuk

digunakan. Adapun saran yang diberikan pengguna yaitu agar ke depannya sistem

ini dapat diintegrasikan dengan sistem lain.

4.3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat selisih data hasil prediksi

peramalan permintaan dengan data aktual penjualan timba cor. Dari 58 data

penjualan yang disediakan, 8 data merupakan data untuk uji coba. Berikut ini

merupakan gambar hasil peramalan dan data aktual penjualan beserta selisih dan

grafiknya.

.

Gambar 4.5Grafik Ujicoba Peramalan Permintaan

Pada gambar 4.5 ujicoba peramalan diatas menggunakan metode

(68)

nilai MAPE sebesar 10,83%. Pengukuran kesalahan menggunakan MAPE dipilih

karena model ini memiliki kinerja sangat baik jika nilai MAPE diantara 10%

sampai 20% (Zainun dan Majid, 2003). Selisih antara data peramalan dan data

aktual masing-masing adalah: 2631; 2293; 974; 183; 1019; 188; 4847; dan 6961

dan dalam bentuk persen masing-masing adalah: 10,13%; 8,54%; 4,38%; 0,84%;

4,24%; 0,74%; 22,75%; dan 34,97% dengan MSE sebesar 10773101,25. Dibawah

ini merupakan nilai bobot W1, W2, W3, dan W4 dengan parameter yang telah

disebutkan diatas.

Tabel 4.3 Data Bobot W1 Peramalan dengan Improved Elman

Data W1

Tabel 4.4 Data Bobot W2 Peramalan dengan Improved Elman

Gambar

Gambar 4.5 Grafik Ujicoba Peramalan Permintaan .............................................
Gambar 1.1 Trend Analysis Permintaan Timba Cor
Tabel 2.1 Ciri Sebuah Kegiatan Peramalan
Gambar 2.1 Artificial Neural Network
+7

Referensi

Dokumen terkait