• Tidak ada hasil yang ditemukan

STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS

MIKROKONTROLER

TUGAS AKHIR

Oleh

OCTARIZA DWI CAHYONO

NIM. 20133010030

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

(2)

STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS

MIKROKONTROLER

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)

Program Studi D3 Teknik Elektromedik

Oleh

OCTARIZA DWI CAHYONO

NIM. 20133010030

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.4.1. Tujuan Umum ... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ... 3

1.5. Manfaat ... 3

1.5.1. Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2. Manfaat Praktis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sterilisator Konvensional ... 5

2.1.1. Sterilisator Botol Susu Bayi Berbasis Mikrokontroller ... 5

2.1.2. Sterilisator yang ada dipasaran ... 6

2.2. Bakteri ... 7

2.3. Sterilisasi ... 9

2.3.1. Sterilisasi Basah ... 10

(4)

2.3.3. Sterilisasi Ultra Violet ... 11

2.4. Komponen Alat ... 11

2.4.1. Heater Kaca ... 11

2.4.2. Mikrokontroler ATmega8535 ... 12

2.4.2.1. Arsitektur ATmega 8535 ... 13

2.4.2.2. Port I/O ATmega8535 ... 14

2.4.2.3. Status Register (SREG) ATmega8535 ... 15

2.4.2.4. Peta Memori ATmega 8535 ... 17

2.4.2.5. Pin-pin pada Mikrokontroler ATmega8535 ... 18

2.4.3. LCD (Liquid Crystal Display) ... 21

2.4.4. Sensor LM35 ... 27

2.4.5. SSR ( Solide State Relay ) ... 29

2.4.6. Transistor ... 31

2.4.7. Transformator (Trafo) ... 32

2.4.8. Kapasitor ... 33

2.4.9. Pembagi Tegangan ... 35

2.4.10. Buzzer ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Blok Diagram ... 38

3.2. Diagram Alir ... 33

3.3. Diagram Mekanis ... 41

3.4. Keseluruhan Alat dan Bahan ... 41

3.5. Jenis Penelitian ... 42

3.6. Variabel Penelitian ... 42

3.6.1 Variabel Bebas ... 42

3.6.2 Variabel Tergantung ... 42

3.6.3 Variabel Terkendali ... 42

3.7. Definisi Operasional ... 43

(5)

Volt ... 45

3.9.1. Alat ... 45

3.9.2. Bahan ... 46

3.9.3. Langkah Perakitan ... 47

3.9.4. Hasil dari perakitan ... 49

3.10. Membuat Rangkaian Sensor LM35 dan LCD ... 49

3.10.1. Alat ... 49

3.10.2. Bahan ... 49

3.10.3. Langkah Perakitan ... 50

3.10.4. Hasil dari perakitan ... 52

3.11. Membuat Rangkaian Buzzer ... 53

3.11.1. Alat ... 53

3.11.2. Bahan ... 53

3.11.3. Langkah Perakitan ... 53

3.12. Membuat Rangkaian Driver Heater ... 54

3.12.1. Alat ... 54

3.12.2. Bahan ... 54

3.12.3. Langkah Perakitan ... 54

3.13. Pembuatan Program Modul ... 56

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Spesifikasi Alat ... 60

4.2. Gambar Alat ... 61

4.3. Cara Kerja Alat ... 61

4.4. Langkah-langkah penggunaan alat atau SOP ... 61

4.5. Persiapan Bahan ... 62

4.6. Peralatan yang Digunakan ... 62

4.7. Pengujian Alat ... 63

4.8. Hasil Pengukuran dan Analisa Data ... 64

4.8.1. Pengukuran Suhu ... 64

(6)

4.9. Analisa Perhitungan dan Pengujian Alat di Laboratorium ... 67

4.9.1. Analisa Perhitungan Suhu ... 67

4.9.2. Analisa Perhitungan Timer ... 70

4.9.3. Pengujian Alat Dengan Menghitung Angka Bakteri Pada Botol ... 73

4.9.4. Grafik Hasil Pengukuran ... 76

4.10. Kelebihan dan Kekurangan Modul TA ... 78

BAB V PENUTUP ... 79

5.1. Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(7)
(8)
(9)

STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS MIKROKONTROLLER

ABSTRAK

OCTARIZA DWI CAHYONO 201330100030

Sterilisator botol susu bayi berbasis mikrokontroller adalah alat yang

berfungsi untuk membunuh mikroorganisme termasuk spora bakteri. Kesterilan

alat-alat sangatlah penting khususnya alat-alat-alat-alat yang berkontak langsung dengan manusia

seperti halnya pada botol susu bayi, banyak bakteri atau kuman yang harus

disterilkan agar tidak menjadikan penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan bayi.

Pada modul ini prinsip kerjanya dengan memanfaatkan panas dari heater

kaca sebagai penyeteril botol susu bayi dengan waktu 5 menit dan suhu 100oC yang dikontrol oleh mikrokonroller Atmega8535 dan LM35 sebagai pembaca suhunya.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu diperoleh hasil error sebesar 0,08 %

dan data pengukuran waktu diperoleh hasil error sebesar 0,02 %. Jika rata-rata

kesalahan pada setiap pengambilan data pengukuran nilai persentase < 5% maka

modul ini dapat dikatakan layak, dengan menunjukan tingkat kepercayaan pada

penelitian tersebut lebih dari 99% dan tingkat probabilitas (peluang kesalahan)

kurang dari 1%.

Dan berdasarkan hasil uji lab yang telah dilakukan sebanyak 10 kali

pengujian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa, keadaan botol

yang belum disterilkan terdapat bakteri rata-rata sebanyak 128,3 koloni dan setelah

disterilkan rata-rata sebanyak 0,7 koloni. Sehingga dapat disimpulkan modul yang

penulis buat efektif dan mampu untuk membunuh bakteri yang ada pada botol susu

bayi.

Kata Kunci : Sterilisator, Bakteri, LM35, Atmega8535

(10)

BABY MILK BOTTLE STERILIZATION BASED

MIKROKONTROLLER

OCTARIZA DWI CAHYONO

201330100030

ABSTRACT

Baby milk bottle sterilization based microcontroller is a tool that serves to

kill micro-organisms including bacterial spores. Kesterilan tools is absolutely

essential in particular tools that the direct contact with humans as well as on baby

milk bottle, a lot of bacteria or germs that must be sterilized so as not to make of

diseases which can interfere with the growth of the baby.

On the module principle works by utilizing the heat from the heater glass as

sterilization baby milk bottle with a time of 5 minutes and a temperature of 100oC

which is controlled by the mikrokonroller and Atmega8535 LM35 temperature as a

reader.

Based on the results of the temperature measurement error of results

obtained 0.08% and time measurement data obtained results an error of 0.02%. If the

average error on every data capture of measurement value percentage of 5% then <

modules can be feasible, with shows the level of confidence in the research of over

99% and a level of probability (the chance of errors) less than 1%.

And based on the results of a test lab that has done as much as 10 times the

testing in the laboratory of Microbiology, Faculty of medicine and Health Sciences

University of Muhammadiyah in Yogyakarta can be concluded that, in the

circumstances that have not been sterilized bottles there are bacteria on average 128.3

colonies and sterilized after on average 0.7 colony. Thus it can be concluded that the

author of the module create effective and able to kill bacteria in the milk bottle baby.

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sterilisator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mensterilkan

bakteri, kuman atau mikroba. Kesterilan alat-alat sangatlah penting khususnya

alat-alat yang berkontak langsung dengan manusia seperti halnya pada botol

susu bayi, banyak bakteri atau kuman yang harus disterilkan agar tidak

menjadikan penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan bayi.

Adapun permasalahan yang terjadi dijaman yang modern seperti

sekarang ini, sering kita temui dilingkungan kita yaitu ibu yang tidak menyusui

anaknya secara langsung dengan menggunakan ASI ekslusif. Faktor-faktor

yang menyebabkan antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi

menghisap ASI karena keadaan fisik ibu yang tidak menunjang, ibu yang super

sibuk dengan dunia kerjanya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan para ibu

tidak memberikan ASI secara esklusif dan cenderung beralih memilih

memberikan susu formula atau susu ASI yang telah diperah dengan

menggunakan botol susu khusus untuk diberikan kepada bayi atau balita.

Karena ASI maupun susu formula rentan terhadap kontaminasi bakteri. Selain

itu sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang sehingga

mereka jauh lebih rentan terhadap penyakit. Itulah sebabnya sterilisasi botol

susu bayi sangat diperlukan.

Dari peninjauan masalah diatas tak jarang karena ingin botolnya steril

(12)

2

Mereka beranggapan dengan cara ini bisa membuat keadaan botol menjadi

steril dan aman. Menurut Pramono, ahli gizi dari Rumah Sakit (RSUD) Umum

Ulin Banjarmasin, kebanyakan botol susu bayi terbuat dari plastik jenis

Polikarbonat(PC). Jika direbus ada kemungkinan akan melepaskan residu

senyawa kimia yaitu bisphenol-A (BPA) yang sangat berbahaya. “Zat kimia

tersebut bisa berbahaya pada sistem reproduksi, saraf dan sistem kekebalan

tubuh pada proses perkembangan bayi, seperti menyebabkan kanker. Beliau

juga mengatakan, kebiasaan merebus botol susu akan menyebabkan

terganngunya sistem hormon tubuh. Ini berhubungan dengan kesehatan

pertumbuhan dan fungsi organ-organ tubuh menimbulkan bahaya.

Atas permasalahan dan untuk mengantisipasi masalah tersebut saya

mempunyai ide yaitu merancang sebuah alat “sterilisator botol susu bayi

berbasis mikrokontroler”. Agar saat akan digunakan botol susu harus dalam

keaadaan steril atau bebas dari bakteri sehingga aman untuk digunakan oleh

bayi.

1.2. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kerancuan dan pelebaran masalah penulis menentukkan

batasan masalah yang akan dibahas oleh penulis, yaitu:

1. Membuat alat sterilisasi botol dengan kapasitas 4 botol yang tahan terhadap

suhu 100oC (merk pigeon dll)

(13)

3

4. Waktu sterilisasi yaitu 5 menit

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan latar belakang diatas maka dibuatlah alat

sterilisasi botol susu bayi berbasis mikrokontroler menggunakan media heater

kaca sebagai pengsterilnya.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Membuat atau merancang alat sterilisator botol susu bayi berbasis

mikrokontroler

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Membuat sistem driver heater

2. Membuat program timer

3. Membuat minimum sistem

1.5. Manfaat

1.5.1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa jurusan Teknik Elektomedik

tentang peralatan medis dan menambah pengetahuan tentang kesterilan

(14)

4

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Rancangan ini dibuat untuk mempermudah ibu rumah tangga dalam

pemberian susu kepada bayi yang menggunakan botol dan dapat

diletakkan dirumah sakit yaitu diruang neonatus.

2. Menjamin kesterilan botol karena sebelum digunakan perlu

(15)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan membahas teori-teori yang menunjang dalam

perancangan membuat alat sterilisator botol susu bayi berbasis mikrokontroler dan

memaparkan alat sterilisator yang sudah ada di pasaran. Teori – teori ini didapatkan

dari buku, intenet, artikel dan sumber – sumber lainnya.

2.1. Sterilisator Konvensional

2.1.1. Sterilisator Botol Susu Bayi Berbasis Mikrokontroler

Sterilisasi botol susu bayi berbasis mikrokontroler adalah alat

yang digunakan untuk mensterilkan botol susu bayi setelah botol

dicucici. Alat sterilisasi botol susu bayi berbasis mikrokontroler ini

merupakan pengembangan alat yang sudah diteliti dan dirancang oleh

(Jack R Pellondou’u,2012) mahasiswa jurusan teknik elektromedik di

Politeknik Kemenkes Surabaya. Adapun cara kerja alat menggunakan

UV sebagai pengsterilan botol susu bayi dengan dikontrol oleh ic

mikrokontroler AT89s51.

Pada alat yang sudah ada ini perlu adanya pengembangan yaitu

mengganti UV menjadi heater kaca sebagai pengsterilan botol susu bayi

dan seiring perkembangan zaman ic mikrokontroler AT89s51 sudah

sangat jarang digunakan karena sudah banyak dipasaran ic

mikrokontroler yang lebih modern. Oleh karena itu dalam pembuatan

modul ini penulis mengembangkan alat yang sudah ada dengan

(16)

6

rangkaian ADC tanpa membuat driver nya lagi berbeda dengan yang

sebelumnya masih menggunakan ic mikrokontroler AT89s51 dan harus

membuat driver ADC. Gambar 2.1. menunjukkan alat yang sudah ada.

Gambar 2.1. Alat yang sudah ada

2.1.2. Sterilisator yang ada dipasaran

Seperti yang telah kita ketahui sudah banyak dipasaran

produk–produk sterilisator botol susu bayi yang dibuat oleh

perusahaan–perusahaan yang ada di rumah sakit yaitu diruangan

neonatus. Sebagai perbandingan alat yang penulis buat, penulis

mengambil sampel alat sterilisator dengan merk crown. Media untuk

pengsterilannya menggunakan media air yang dipanaskan sampai suhu

100oC selama 10 menit. Kelemahan alat ini tanpa dilengkapi tampilan(display). Sehingga penulis membuat alat sterilisasi dilengkapi

(17)

7

kaca dengan suhu mencapai 100oC selama 5 menit . Dibawah ini

merupakan gambar dari alat sterilisator merk crown.

Gambar 2.2. Sterilisator merk crown

2.2. Bakteri

Menurut Hadioetomo (1993:8) bakteri merupakan organisme yang

paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup

yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga

lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan

tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang

membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri yang merugikan

manusia salah satunya adalah bakteri sakazakii yang terdapat pada susu.

Menurut Suharto (1995) sakazakii atau yang lengkapnya enterobacter sakazaki

merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform

(kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili

enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 enterobacter sakazakii dikenal dengan

nama enterobacter cloacae berpigmen kuning. Enterobacter sakazakii bukan

merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan

(18)

8

merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di

beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal,

dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa

bahan makanan yang potensi terkontaminasi enterobacter sakazakii antara lain

keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk. Enterobacter

sakazakii dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi.

Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi enterobacter

sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan

gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi

prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Angka kematian akibat infeksi enterobacter

sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita

infeksi enterobacter sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah

diagnosa.

Menurut Putranto Jokohadikusumo (2011:49) banyak mikroorganisme

yang sedang berada dalam keadaan tumbuh aktif (vegetatif), bila berada dalam

suhu kira-kira 70oC akan mati dalam waktu satu sampai lima menit. Pasteurisasi susu secara komersial yang dilakukan pada suhu 63oC selama 30

menit atau 72oC selama 15 menit, mematikan semua bentuk vegetatif bakteri

pathogen yang berada dalam susu itu, termasuk bakteri TBC dan rickettsia

penyebab penyakit demam. Tetapi banyak bakteri yang tahan panas dalam susu

(19)

9

Bakteri termofil sangat tahan panas, beberapa diantaranya dapat tahan

80oC sampai 90oC selama 10 menit. Oleh karenanya beberapa spesies merupakan gangguan besar bagi perusahaan susu. Semua mikroorganisme

vegetatif mati pada suhu didih (100 oC) dalam waktu 5 menit (kecuali beberapa

virus).

Dari keterangan diatas jelaslah bahwa suhu panas adalah faktor penting

untuk menghancurkan mikroorganisme, waktu yang dibutuhkan untuk

mematikan bakteri itu semakin pendek bila suhu semakin tinggi disamping

bermacam-macam faktor lain yang mempengaruhi waktu pemanasan yang

dibutuhkan untuk mematikan bakteri itu.

2.3. Sterilisasi

Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah

terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah

proses menghilangkan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah

mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat

dalam suatu benda dan alat yang berhubungan atau kontak langsung dengan

kesehatan dan keselamatan manusia. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme. Terutama bagi bayi kesterilan alat alat seperti

botol susu bayi harus tetap terjaga kesterilan nya dari bakteri. Bakteri

berbahaya bisa tumbuh cepat di dalam susu dan tubuh bayi yang berusia di

bawah 1 tahun karena belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal.

(20)

10

dasarnya proses sterilisasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu sterilisasi basah,

sterilisasi kering dan sterilisasi dengan ultra violet.

2.3.1. Sterilisasi Basah

Sterilisasi basah adalah metode sterilisasi dengan

memanfaatkan hasil penguapan air, dimana uap air tersebut dihasilkan

oleh pemanasan air. Kaidah yang digunakan pada alat sterilsator

basah ialah perubahan energi listrik menjadi energi panas, untuk

perubahan energi tersebut diperlukan filamen yang berfungsi untuk

memanaskan air. Semua peralatan yang akan disterilkan dimasukkan

kedalam tempat air, untuk kemudian dipanaskan sesuai suhu yang

diperlukan.

Yang harus diperhatikan dalam menggunakan alat sterilisasi basah:

a. Air dalam tabung jangan sampai habis (kering) sama sekali. Hal

ini penting untuk menjaga agar filamen-filamen pemanas tidak

cepat rusak.

b. Jangan dioperasikan tanpa mengguanakan media air, karena hal

ini dapat menyebabkan wadah tempat air menjadi

kehitam-hitaman akibat panas.

2.3.2. Sterilisasi Kering

Sterilisasi kering merupakan sterilisasi dengan udara panas.

(21)

11

dengan sterilisasi basah. Perbedaannya sterilisasi basah

menggunakan media air untuk dipanaskan.

2.3.3. Sterilisasi Ultra Violet

Sterilisasi ini menggunakan cahaya ultra violet sebagai

sistem sterilisasinya. Pada pesawat sterilisasi ini digunakan satu buah

atau beberapa lampu UV sebagai komponen utamanya. Prinsip

pembangkitan sinar UV sama dengan lampu TL, perbedaannya

tergantung pada agas yang digunakan seperti yang kita ketahui bahwa

ultra violet mempunyai frekuensi tinggi, sehingga sinar UV ini dapat

dimanfaatkan unntuk membunuh baktei-bakteri(kuman) yang

bercampur dengan udara.

2.4. Komponen Alat

2.4.1. Heater Kaca

Elemen Pemanas yang mengubah listrik menjadi panas. Heater di

alat ini merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai penyeteril

botol susu bayi. Setiap proses dimana energi listrik diubah menjadi

energi panas dalam setiap pemanas listrik hanyalah sebuah listrik resistor

dan bekerja pada prinsip pemanasan joule, suatu arus listrik melalui

resistor mengubah energi listrik menjadi energi panas. Sebagian besar

elemen pemanas menggunakan nichrome 80/20 ( 80% nikel dan 20%

kromium) kawat, pita atau strip. 80/20 nichrome merupakan bahan yang

(22)

12

lapisan penganut kromium oksida ketika dipanaskan untuk pertama kali.

Bahan dibawah kawat tidak akan mengoksidasi, mencegah kawat

melonggar atau pembakaran keluar. Gambar 2.3. dibawah ini adalah

gambar heater kaca yang digunakan.

Gambar 2.3. Heater Kaca

2.4.2. MikrokontrolerAtmega8535

Menurut Iswanto dan Nia Maharani Raharja (2015) mikrokontroler

adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus.

Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada

perangkat elektronika. Mikrokontroler AVR Atmega8535 memiliki fitur

yang cukup lengkap. Fitur-fitur yang dimiliki oleh Mikrokontroler

Atmega8535 adalah sebagai berikut:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port

D.

2. ADC internal sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. SRAM sebesar 512 byte.

6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.

(23)

13

9. Analog komparator.

10. Port USART untuk komunikasi serial.

11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan

maksimal 16 MHz.

2.4.2.1. Arsitektur Atmega8535

Menurut Iswanto dan Nia Maharani Raharja (2015)

mikrokontroler Atmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu

memori program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya

memiliki ruang sendiri dan terpisah.

1) Memori program

Atmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8

Kbyte yang terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana

masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori

program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot

dan bagian program aplikasi.

2) Memori data

Atmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608

byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna,

register I/O dan SRAM. Atmega8535 memiliki 32 byte register

serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian

(24)

14

dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau

OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM.

3) Memori EEPROM

Atmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte

yang terpisah dari memori program maupun memori data.

Memori EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan

register-register I/O yaitu register EEPROM Address, register

EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk

mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti

mengakses data eksternal, sehingga waktu eksekusinya relatif

lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM.

2.4.2.2. Port I/O Atmega8535

Port I/O pada Mikrokontroler Atmega8535 dapat difungsikan

sebagai input ataupun dengan keluaran high atau low. Untuk

mengatur fungsi port I/O sebagai input ataupun output perlu

dilakukan setting pada DDR dan Port. Berikut tabel pengaturan

port I/O.

Tabel 2.1. Pengaturan port I/O

DDR bit = 1 DDR bit = 0

Port bit =1 Output High Input pull-up

(25)

15

2. Output High ; DDR bit 1 dan Port bit 1 3. Output Low ; DDR bit 1 dan Port bit 0

Logika port I/O dapat berubah-ubah dalam program secara

byte atau hanya bit tertentu. Mengubah sebuah keluaran bit I/O

dapat dilakukan menggunakan perintah cbi (clear bit I/O) untuk

menghasilkan output low atau perintah sbi (set bit I/O) untuk

menghasilkan output high. Perubahan secara byte dilakukan

dengan perintah in atau out yang menggunakan register bantu.

Port I/O sebagai output hanya memberikan arus sourcing sebesar

20mA sehingga untuk menggerakkan motor atau kendali alat

elektronis yang lain, perludiberikan penguat tambahan atau dapat

juga dengan konfigurasi port sebagai sinkingcurrent, seperti pada

port yang digunakan untuk menyalakan LED, yang akan menyala

saat port diberikan logika low dan mati saat port logika high.

2.4.2.3. Status Register (SREG) Atmega8535

Status register adalah register berisi status yang dihasilkan

pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi

dieksekusi. SREG merupakan bagian dari inti CPU

Mikrokontroler. Gambar 2.4. dibawah ini adlah status register.

(26)

16

1) Bit 7-I : Global Interrupt Enable

Bit harus diset untuk meng-enable interupsi. Setelah itu

anda dapat mengaktifkan interupsi mana yang akan digunakan

dengan cara meng-enable bit kontrol register yang

bersangkutan secara individu. Bit akan di-clear apabila terjadi

suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, dan bit tidak akan

mengizinkan terjadinya interupsi, serta akan diset kembali

oleh instruksi RETI.

2) Bit 6-T : Bit Copy Storage

Instruksi BLD dan BST menggunakan bit-T sebagai

sumber atau tujuan dalam operasi bit. Suatu bit dalam sebuah

register GPR dapat disalin ke bit T menggunakan instruksi

BTS, dan sebaliknya bit-T dapat disalin kembali ke suatu bit

dalam register GPR menggunakan instruksi BDL.

3) Bit 5-H : half Carry Flag

4) Bit 4-S : Sigh Bit

Bit-S merupakan hasil operasi EOR antara Flag-N

(negatif) dan flag V (komplemen dua overflow).

5) Bit 3-V : Two’s Complement Overflow Flag

Bit berguna untuk mendukung operasi aritmatika.

6) Bit 2-N : Negative Flag

(27)

17

7) Bit 1-Z : Zero Flag

Bit akan di-set bila hasil operasi yang diperoleh adalah nol.

8) Bit 0-C : Carry Flag

Apabila suatu operasi menghasilkan carry, maka bit akan

di-set.

2.4.2.4. Peta Memori Atmega8535

Atmega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan

memori program yang terpisah. Memori data terbagi menjadi 3

bagian yaitu : 32 buah register umum, 64 buah register I/O, dan

512 byte SRAM internal. Register untuk keperluan umum

menempati space data pada alamat terbawah yaitu $00 sampai

$1F. Sementara itu register khusus untuk menangani I/O dan

kontrol terhadap Mikrokontroler menempati 64 alamat

berikutnya, yaitu mulai dari $20 sampai $5F. Register tersebut

merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur

fungsi terhadap berbagai peripheral Mikrokontroler, seperti

kontrol register, timer/counter, fungsi fungsi I/O, dan sebagainya.

Gambar 2.5. menunjukkan pin dan bentuk fisik pada Atmega8535

adalah sebagai beriut:

(28)

18

Gambar 2.5. Pin Atmega8535

2.4.2.5. Pin-pin Pada Mikrokontroler Atmega8535

Konfigurasi pin Atmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP

(Dual Inline Package) dapat dilihat pada gambar 2.3. Dari gambar

di atas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535

sebagai berikut.

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu

daya.

2. GND merukan pin Ground.

3. Port A (PortA0…PortA7) merupakan pin input/output dua

arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PortB0…PortB7) merupakan pin input/output dua arah

dan dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di

(29)

19

Tabel 2.2. Fungsi Khusus Port B

5. Port C

(PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.3. Fungsi khusus Port C

Pin Fungsi Khusus

PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB6 MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output) PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input)

PB4 SS (SPI Slave Select Input)

PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output)

PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input)

PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input) PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input)

XCK (USART External Clock Input/Output)

Pin Fungsi khusus

PC7 TOSC2 ( Timer Oscillator Pin2)

PC6 TOSC1 ( Timer Oscillator Pin1)

PC5 Input/Output

PC4 Input/Output

PC3 Input/Output

PC2 Input/Output

PC1 SDA ( Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line)

(30)

20

6. Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan

[image:30.595.190.509.207.479.2]

pin fungsi khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4. Fungsi khusus Port D

Pin Fungsi khusus

PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match

Output)

PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)

PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A

Match Output)

PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B

Match Output)

PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)

PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)

PD1 TXD (USART Output Pin)

PD0 RXD (USART Input Pin)

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset

Mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

(31)

21

2.4.3. Liquid Crystal Display (LCD)

Layar LCD merupakan media untuk menampilan data yang sangat

efektif dan efisien dalam penggunaannya. Menurut Iswanto dan Nia

Maharani Raharja (2012:165) Kemampuan dari LCD adalah untuk

menampilkan tidak hanya angka-angka, tetapi juga huruf-huruf, kata-kata

dan semua sarana simbol, lebih bagus dan serbaguna daripada

penampil-penampil menggunakan 7-segment LED (Light Emiting Diode) yang

sudah umum. Di alat sterilsator ini LCD digunakan untuk menampilkan

waktu sterlisasi dan suhu. LCD yang digunakan yaitu LCD karakter 2x16.

Gambar 2.6 merupakan gambar dari LCD 2 x 16.

Gambar 2.6. LCD 16x2

Beberapa pin yang penting pada LCD Character adalah sebagai

berikut :

RS : Register Select

RS = 0; untuk menulis ke register instruksi

RS = 1; untuk menulis ke register data

R/W: Read/ write

R/S = 0; proses write ( penulisan data/ instruksi )

(32)

22

EN: Enable data difungsikan untuk penguncian data ( lacht ), pada saat

ada transisi high to low maka data atau instruksi pada data bus akan

terkunci.

D0-D7: Data bus 8 bit difungsikan untuk pengiriman data atau instruksi.

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel konfigurasi PIN LCD 2x16

[image:32.595.164.492.306.676.2]

karakter:

Tabel 2.5. Konfigurasi PIN LCD 2 x 16 karakter

Pin Number Simbol

1 Vss

2 Vcc

3 Vee

4 RS

5 R/W

6 E

7 DB0

8 DB1

9 DB2

10 DB3

11 DB4

12 DB5

13 DB6

14 DB7

15 Vcc

(33)

23

Untuk lebih jelasnya dalam memahaminya, di bawah ini adalah keterangan

[image:33.595.159.507.176.532.2]

pin LCD 2 x 16 Karakter

Tabel 2.6. Fungsi pin pada LCD Karakter

Berikut ini adalah tabel keterangan fungsi set:

Tabel 2.7. Function Set

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 1 DL N F X X

DL : Set data lengh. Bit ini digunakan untuk mengatur apakah interface

jalur data antara Mikrokontroler dengan LCD Karakter adalah 4 bit

atau 8 bit

Nama Signal Fungsi

DB0 – DB7 Untuk mengirimkan data karakter atau dan instruksi

E Enable- Signal start untuk mulai pengiriman data atau instruksi

R/W Signal yang digunakan untuk memilih mode baca atau tulis

‘0’ : write

‘1’ : tulis

RS Register Select

“0”: Instruction register (Write) “1”: Data register (Write, Read)

Vee Tegangan Pengaturan kontras pada LCD

Vcc Tegangan Vcc

[image:33.595.154.505.574.640.2]
(34)

24

DL = 0; Data lengh 4 bit

DL = 1; Data lengh 8 bit

N : Set jumlah baris. Bit ini dugunakan untuk setting jumlah baris yang

akan digunakan pada LCD Karakter, satu baris atau dua baris.

N = 0; Satu baris display

N = 1; Dua baris display

F : Set character font. Bit ini dugunakan untuk membangun ukuran besar

atau kecilnya dari font karakter yang akan didisplaykan ke LCD

Karakter.

F = 0; Ukuran font karakter 5 x 7 dot

F = 1; Ukuran font karakter 5 x 10 dot

[image:34.595.177.513.471.532.2]

Untuk lebih jelasnya perhatikan juga tabel 2.8

Tabel 2.8. Entry Mode Set

I/D : Set increment atau decrement

I/D = 0; Decrement RAM

I/D = 1; Increment RAM

S = Menggeser display ke kanan atau ke kiri

S = 0; display tidak bergeser

S = 1; display bergeser kekanan atau kekiri bergantung I/D

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

(35)

25

[image:35.595.185.511.167.229.2]

Dalam memahami display on-off / kursor lihatlah tabel di bawah ini:

Tabel 2.9. Display ON-OFF/ Kursor

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 0 1 D C B

D : Set display ON/ OFF. Bit ini untuk mengatur apakah display LCD

di hidukan atau dipadamkan.

D = 0: Display OFF

D = 1; Display ON

C : Set display cursor ON/ OFF. Bit ini untuk menampilkan atau tidak,

kursor pada LCD karakter. untuk menandai karakter yang tercetak

pada layar seperti halnya pada monitor komputer.

C = 0; Cursor OFF

C = 1; Cursor ON

B : Set cursor berkedik ( BLINK ). Bit ini dapat digunakan untuk

mengatur cursor pada LCD karakter apakah berkedip atau tidak.

B = 0; Cursor tidak berkedip

B = 1; Cursor berkedip

Untuk mengetahui lebih jelas masalah display clear perhatikan

(36)

26

Tabel 2.10. Display Clear

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Instruksi ini difungsikan untuk membersihkan layar LCD karakter.

Perhatikan juga tabel dibawah ini:

Tabel 2.11. Sift Right atau Left

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 1 S/C R/L X X

S/C : Untuk menggeser cursor atau display

S/C = 0; menggeser cursor

S/C = 1; menggeser display

R/L : Untuk menggeser ke kiri atau kekanan

R/L = 0; menggeser ke left

R/L = 1; menggeser ke right

Untuk memahami lebih jelas dalam pemilihan lokasi RAM LCD

karakter maka terlebih dahulu perhatikan table di bawah ini:

Tabel 2.12. Pemilihan Lokasi RAM LCD karakter

RSR/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

[image:36.595.193.469.649.711.2]
(37)

27

Y= 0:pemilihan lokasi RAM LCD pada baris 1

Y= 1: pemilihan lokasi RAM LCD pada baris 2

XXXX = pemilihan alamat dari address 0000 s/d 1111 atau 0 s/d 15

desimal, karena jumlah karakter yang dapat dimunculkan pada layar

LCD karakter adalah 16 Karakter.

2.4.4. Sensor LM35

Sensor LM35 adalah sensor suhu yang berfungsi untuk mengkonversi

besaran panas yang ditangkap menjadi besaran tegangan. Tegangan ideal

yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100°C setara dengan 1

volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating) kurang dari

0,1°C, dan dapat dioperasikan dengan menggunakan power supply tunggal

dan dapat dihubungkan antar muka (interface) rangkaian control yang

sangat mudah. IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas

dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran

sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai

pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki

koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1°C maka

akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV. Sensor ini sangat

sederhana dengan hanya memiliki buah 3 kaki. Kaki pertama IC LM35

dihubung kesumber daya, kaki kedua sebagai output dan kaki ketiga

dihubung ke ground. Gambar 2.7. merupakan bentuk fisik dan gambar

(38)

28

Gambar 2.7. Sensor LM35 dan rangkaian LM35

Sensor LM35 ini dapat beroperasi pada tegangan 4 volt sampai 30

volt. Setiap suhu 1 derajat celcius akan menunjukan tegangan 10 mV.

Persamaan:

Vout = 10 mV/1ºC

Misalnya, jika terbaca tegangan Vout = 500 mV, maka temperaturnya =

500mV/10mV= 50ºC.

Karakteristik dari sensor LM35:

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan

dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam

celcius.

2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.

3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai

+150 ºC.

(39)

29

6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang

dari 0,1 ºC pada udara diam.

7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1

mA.

8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

2.4.5. Solide State Relay ( SSR )

Solid state relay (SSR) mampu melakukan banyak tugas yang sama

sebagai relay elektromekanis (EMR). Perbedaan utama adalah bahwa

SSR tidak memiliki bagian mekanik yang bergerak didalamnya. Pada

dasarnya, SSR ini adalah perangkat elektronik yang bergantung pada

listrik, magnetik, dan optic semi konduktor dan sifat komponen listrik

untuk mencapai isolasi dan fungsi switching relay. Jenis SSR adalah

coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hibrida SSR sebuah

foto-digabungkan SSR dan dikontrol oleh sinyal tegangan rendah yang

terisolasi secara optik dari beban. Sinyal kontrol dalam foto yang

biasanya digabungkan dengan SSR energi adalah sebuah LED yang

mengaktifkan sebuah foto-dioda sensitif. Dioda berputar pada

back-to-back thyristor, silikon penyearah terkendali, atau MOSFET transistor

untuk mengaktifkan beban. Solid state relay (SSR) ditetapkan

sebagaimana kontrol ON-OFF di mana arus beban dilakukan oleh satu

atau lebih semikonduktor - misalnya, sebuah transistor daya, sebuah

(40)

30

istilah yang diperoleh dengan menggabungkan thyratron dan transistor,

karena dipicu thyristor semikonduktor switch“. Gambar 2.8 merupakan

bentuk dan isi rangkaian dalam Solid state relay (SSR).

Gambar 2.8. SSR

Solid state relay itu juga berarti relay yang tidak mempunyai

bagian yang bergerak sehingga tidak terjadi aus. Solid state relay juga

mampu menghidupkan dan mematikan dengan waktu yang jauh lebih

cepat bila dibandingkan dengan relay elektromekanik. Juga tidak ada

pemicu percikan api antar kontak sehingga tidak ada masalah korosi

kontak. Namun solid state relay masih terlalu mahal untuk dibuat dengan

rating arus yang sangat tinggi. Sehingga, kontaktor elektromekanik atau

relay konvensional masih terus mendominasi aplikasi-aplikasi di industri

saat ini.

Salah satu keuntungan atau kelebihan yang signifikan dari solid state

relay SCR dan TRIAC adalah kecenderungan secara alami untuk

membuka sirkuit AC hanya pada titik nol arus beban. Karena SCR dan

TRIAC adalah thyristor, dengan sifat hysteresisnya mereka

(41)

31

ini tidak akan terjadi saat pemutusan dilakukan oleh sebuah SCR atau

TRIAC. Kelebihan fitur ini disebut zero-crossover switching.

Salah satu kelemahan dari solid state relay adalah kecenderungan

mereka untuk gagal menutup kontak output mereka. Jika relay

elektromekanik cenderung gagal saat membuka, solid state relay

cenderung gagal saat menutup.

2.4.6. Transistor

Menurrut Sugiri, A.md., S.Pd.(2008:49), transistor berasal dari

kata transfer resistor yang dikembangkan oleh berdeen, schokley, dan

brittam. Pada tahun 1948 di perusahaan elektronik Bell telephone

Laboratiories. Penamaan tersebut berdasarkan prisnsip kerjanya, yaitu

mentransfer atau memindahkan arus. Dalam dunia elektronika, transistor

[image:41.595.222.465.502.606.2]

disimbolkan sebagai berikut.

Gambar 2.9. Simbol Transistor

Transistor merupakan komponen elektronikan yang mempunyai 3

buah kaki, yaitu basis (B), collektor (C), dan Emitor (E). Untuk melihat

kaki-kaki tersebut perlu melihat data sheet book karena tipenya ribuan

(42)

32

2.4.7. Transformator (Trafo)

Transformator atau sering disingkat dengan istilah trafo adalah

suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf

yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti

menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan

tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau trafo ini

bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat

bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC). Transformator

(Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian

tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari

pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan,

dan kemudian transformator lainnya menurunkan tegangan listrik

tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun

perkantoran yang pada umumnya menggunakan tegangan AC 220Volt.

Gambar 2.10. berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol

[image:42.595.181.494.554.725.2]
(43)

33

2.4.8. Kapasitor

Menurut Sadad, R.T.A. & Iswanto (2010) pengertian kapasitor

adalah perangkat komponen elektronika yang berfungsi untuk

menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang

dipisahkan oleh bahan penyekat (dielektrik) pada tiap konduktor atau

yang disebut keping. Kapasitor biasanya disebut dengan sebutan

kondensator yang merupakan komponen listrik dibuat sedemikian rupa

sehingga mampu menyimpan muatan listrik. Prinsip kerja kapasitor pada

umunya hampir sama dengan resistor yang juga termasuk ke dalam

komponen pasif. Komponen pasif adalah jenis komponen yang bekerja

tanpa memerlukan arus panjar. Kapasitor sendiri terdiri dari dua lempeng

logam (konduktor) yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator).

[image:43.595.274.426.473.576.2]

Penyekat atau isolator banyak disebut sebagai bahan zat dielektrik.

Gambar 2.11. Gambar bentuk fisik jenis-jenis kapasitor

Konstruksi dasar dari sebuah kapasitor dibuat dari 2 lempengan

plat logam yang dipasang sejajar tetapi tidak saling berhubungan,

lempengan tersebut disekat/diisolasi oleh lapisan bahan dielektrik, Jenis

bahan dielektrik inilah yang menentukan spesifikasi dan juga nama dari

(44)

34

seperti yang digunakan pada electrolit kapasitor (ELKO). Lempengan

plat logam dibentuk sesuai dengan model kapasitor, sedangkan besar

nilai kapasitansi dan rating tegangan kapasitor ditentukan oleh konstruksi

[image:44.595.290.414.224.340.2]

lempengan plat logam dan lapisan isolasi (dielektrik).

Gambar 2.12. Susunan Kapasitor

Cara Kerja Kapasitor

Jika muatan positif (+) diberikan pada salah satu plat dan plat yang

lain diberi muatan negatif (-) maka sifat muatan pada kondisi ini akan

saling tarik menarik, tetapi karena adanya lapisan isolasi

elektron-elektron itu tertahan dan tidak akan pernah mengalir, sehingga muatan

listrik akan terjebak pada masing-masing plat dan terserap keseluruh

kepingan plat, kepingan plat membutuhkan waktu untuk mengisi muatan

(Charge) sehingga mencapai tegangan maksimum yang diberikan, dan

selama tidak ada rangkaian konduksi yang dapat menarik atau

mengeluarkan muatan listrik dari kapasitor, muatan listrik akan terus

(45)

35

2.4.9. Pembagi Tegangan

Voltage regulator atau pengatur pegangan adalah salah satu

rangkaian yang sering dipakai dalam peralatan elektronika. Voltage

regulator berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan.

Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka ic. Fungsi

voltage regulator adalah untuk mempertahankan atau memastikan

Tegangan pada level tertentu secara otomatis. Artinya, tegangan output

(keluaran) DC pada voltage regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan

tegangan input (masukan), beban pada output dan juga suhu. Tegangan

stabil yang bebas dari segala gangguan seperti noise ataupun fluktuasi

(naik turun) sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan

elektronika terutama pada peralatan elektronika yang sifatnya digital

seperti mikrokontroler.

Terdapat berbagai jenis voltage regulator salah satunya adalah

voltage regulator dengan menggunakan IC voltage regulator. Salah satu

tipe IC voltage regulator yang paling sering ditemukan adalah tipe 7805

yaitu IC voltage regulator yang mengatur tegangan output stabil pada

[image:45.595.274.395.610.723.2]

tegangan 5 Volt DC.

(46)

36

2.4.10. Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi

untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya

prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga

terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian

kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet,

kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah

arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma

maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara

bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan

suara. Jadi buzzer yang saya gunakan disini berfunsi sebagai indikator

bahwa proses sterilisasi telah selesai dan siap digunakan. Gambar 2.14.

merupakan gambar buzzer.

(47)
(48)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

[image:48.595.134.543.229.451.2]

3.1. Blok Diagram

Gambar 3.1. Blok Diagram

Cara kerja Blok Diagram

Ketika push button ditekan maka mikrokontroler ATmega8535 akan

memberikan logika yang akan mengaktifkan driver heater sehingga heater

akam bekerja, suhu dari heater akan dibaca oleh sensor LM35 yang

kemudian ditampilkan didisplay 16x2. Setelah suhu tercapai maka heater

off dan program timer yang ada pada IC mikrokontroler akan menghitung

mundur. Setelah timer selesai maka buzzer akan bekerja/bunyi untuk

menandakan bahwa penyeterilan sudah selesai. Mikrokontroler

ATmega8535

Buzzer Display

Suhu dan Timer Push

Button

Driver Heater Sensor

suhu LM35

Indikator r

Program

(49)

38

3.2 Diagram Alir

NO

YES

NO

YES

[image:49.595.169.353.133.732.2]

Gambar 3.2. Diagram Alir Mulai

Suhu tercapai Heater ON

Indikator Heater

Counter down Timer

Timer Tercapai

Timer OFF

(50)

39

Penjelasan Diagram Alir

1. Mulai

Untuk memulai program.

2. Inisialisasi LCD

Sebelum mengerjakan program, Mikrokontroler melakukan persiapan ke

LCD.

3. Start

Ketika start ditekan heater mulai bekerja. Setelah suhu tercapai (1000C) maka

heater off dan program couter down bekerja.

4. Couter Down Timer

Terjadi proses perhitungan mundur waktu yang telah disetting pada

mikroontroler. Buzzer akan berbunyi apabila Timer habis dan menandakan

proses sterilisasi selesai.

5. Suhu Setting < Suhu Sensor

Apabila suhu pada settingan lebih kecil dari pada suhu sensor, maka heater

akan nyala secara otomatis.

6. Suhu Sensor > 1000 C

Pada alat ini dibatasi suhu maksimum adalah 1000 C. Suhu akan naik terus

mencapai suhu setting, apabila suhu melebihi settingan maka heater akan

mati.

7. Selesai

(51)

40

Cara Kerja alat

Cara kerja modul sterilisator botol susu bayi berbasis mikrokontroler ini,

yaitu ketika power ON/OFF dalam posisi ON maka seluruh rangkaian akan

mendapatkan tegangan dari power supply sebesar +5V DC. Kemudian,

Inisialisasi LCD dan masuk ke menu setpoint. Ketika tombol start ditekan maka

mikrokontroler akan memberikan logika ke PORTD.5=0 untuk menghidupkan

SSR dan sensor suhu, SSR disini berfungsi sebagai saklar untuk mengidupkan

heater kaca yang sumber nya dari 220 Volt PLN. Outputan sensor LM35 masuk

kerangkaian buffer untuk menguatkan tegangan yang masuk ke ADC

mikrokontroler ATmega8535, sensor suhu akan mendeteksi suhu pada ruanagan

sterilisasi yang dipanasi oleh heater, lalu data analog yang didapat akan diolah

oleh program ADC yang ada di mikrokontroler ATmega8535 menjadi data

digital kemudian suhu yang terbaca akan ditampilkan di display LCD 16x2,

rangkaian LCD 16x2 diletakkan di PORT.C pada ic mikrokontroler

ATmega8535. Apabila suhu pada ruangan sterilisasi tercapai maka

mikrokontroler akan memberikan logika pada PORTD.5=0 sehingga heater

akan mati dan timer bekerja selama 5 menit. Jika suhu kurang dari 100oC maka mikrokontroler akan memberikan logika lagi untuk menghidupkan SSR dan

heater kaca. Kemudian bila waktu habis maka mikrokontroler akan merberikan

logika ke PORTD.1=1 untuk mengaktifkan buzzer. Rangkaian buzzer

(52)

41

[image:52.595.127.496.119.368.2]

3.3. Diagram Mekanis

Gambar 3.3. Desain alat tampak dari depan

Keterangan :

1. LCD 16 X 2

2. Tombol START

3. Indikatar Heater

4. Buzzer

5. Reset

6. Power

7. Pintu

3.4. Keseluruhan Alat dan Bahan

1. Elemen pemanas( Heater Kaca )

(53)

42

4. LM35

5. ATmega8535

6. LCD character 16x2

7. SSR ( Solid State Relay )

8. Buzzer

3.5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai untuk melakukan penelitian ini

menggunakan metode eksperimen yaitu alat sterilisator botol susu bayi

berbasis mikrokontroler.

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas

Variabel bebasnya adalah bakteri.

3.6.2 Variabel Tergantung

Sebagai variabel tergantung adalah sensor suhu (LM35) bekerja

tergantung dari heater menyala.

3.6.3 Variabel Terkendali

Sebagai variabel terkendali adalah monitoring timer dan LCD,

(54)

43

3.7. Definisi Oprasional

Dalam kegiatan operasionalnya, varaiabel-variabel yang digunakan

dalam perencanaan pembuatan modul, baik variabel terkendali, tergantung

dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain:

3.7.1. Sensor LM35 digunakan untuk pengontrolan suhu.

3.7.2. Heater kaca digunakan sebagai penyeteril botol susu bayi.

3.7.3. Atmega8535 sebagai pengatur dari heater dan timer.

3.8. Teknik Analisa Data

Pengukuran tegangan pada beberapa titik test point dilakukan

beberapa kali dalam percobaan. Kemudian hasil pengukuran tersebut

dibandingkan dengan angka standart dan berapa nilai rata-rata, standart

deviasi(SD), ketidakpastian dan error dengan rumus seperti dibawah ini:

3.8.1. Rata-rata

Rata-rata dalam perkataan sehari-hari, orang sudah menafsirkan

dengan rata-rata hitung. Dan arti sebenarnya adalah bilangan yang di

dapat dari hasil pembagian jumlah nilai data oeleh banyaknya data dalam

kumpulan pengukuran tersebut. Dinyatakan dengan rumus :

... (1)

Keterangan:

∑ �� : Jumlah X sebanyak i �̅=∑ ��

(55)

44

�̅ : Rata-rata

3.8.2. Simpangan (error)

Merupakan selisih dari rata-rata nilai terhadap masing-masing nilai

yang di ukur. Dinyatakan dengan rumus :

... (2)

Keterangan :

X : data x

�̅ : Rata-rata

3.8.3. Error (%)

Merupakan nilai persen dari simpangan(error) terhadap nilai yang di

kehendaki. Dinyatakan dengan rumus :

... (3)

Keterangan :

Error :besaran simpangan/nilai error dalam%

X :data x

�̅ : rata-rata

3.8.4. Standart deviasi

Standar deviasi adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat(derajat)

variasi kelompok data atau ukuran standart penyimpangan dari Simpangan = x- �̅

(56)

45

menanya/rata-ratanya. Jika standart deviasi semakin kecil maka data

tersebut semakin presisi. Dinyatakan dengan rumus :

... (4)

Keterangan :

SD : standart devisiasi

X : data x

�̅ : rata-rata

n : banyak data

3.8.5. Ketidakpastian ( UA )

Merupakan perkiraan mengenai hasil pengukuran yang di dalamnya

terdapat harga yang benar. Dinyatakan dengan rumus :

... (5)

Keterangan :

Ua : ketidakpastian

SD : Standar Devisiasi

n : banyak data

3.9. Perakitan Rangkaian Minimum Sistem & Power Supply 5 Volt

3.9.1. Alat

1. Papan PCB

Ua=��

√� SD= √∑��= �−�̅

(57)

46

3. Penyedot Timah ( Atractor )

4. Timah

5. Gergaji

3.9.2. Bahan

1. Dioda bridge 2 A

2. Software Proteus di Laptop

3. Travo 1 A

4. Kapasitor 2200 µf 1 buah

5. Kapasitor non polar 104 (4)

6. IC regulator 7805

7. Dioda

8. Soket IC Mikrokontroler

9. ATmega8535

10. Crystal 12.000000

11. Multitune

12. BD139 3 buah

13. Resistor

14. Led 3ml

15. Transistor TIP 3055

(58)

47

3.9.3. Langkah Perakitan

1. Membuat rangkaian skematik minimum sistem dan power supply 5

Volt di aplikasi proteus. Gambar 3.4. menunjukkan rangkaian

[image:58.595.185.515.224.391.2]

skematik minimum sistem dan power supply 5 Volt.

Gambar 3.4. Skematik minimum sistem dan power supply 5 Volt.

Rangkaian power supply pada modul ini berfungsi sebagai

supplay tegangan ke semua rangkaian yang menggunakan tegangan

DC yang besarnya 5 Volt. Fungsi komponen transistor TIP305 di

power supply yaitu sebagai penguat arus, R220 ohm sebelum led

berfungsi untuk menghambat arus agar arus di led nya tidak over heat

(putus). Prinsip kerja power supply adalah mengubah tegangan yang

semula AC menjadi tegangan DC dengan menggunakan transformator

sebagai penurun tegangan dan dioda sebagai komponen yang

berfungsi sebagai penyearah tegangan. Power supply yang penulis

buat akan mengubah tegangan AC menjadi DC sebesar 5 VDC dengan

(59)

48

(solid state relay). Sedangkan rangkaian minimum sistem pada modul

ini berfungsi sebagai kontrol kerja modul secara keseluruhan dengan

memanfaatkan IC ATmega8535 yang akan memberikan logika yang

akan mengaktifkan SSR (solid state relay) sehingga heater akan

bekerja.

2. Setelah sistematik rangkaian jadi, tahap selanjutnya membuat lay out

nya dan disablon ke papan pcb. Untuk gambar lay out minimum

[image:59.595.195.502.361.493.2]

sistem dan power supply 5 Volt pada papan pcb dapat dilihat pada

[image:59.595.189.501.519.703.2]

gambar di bawah ini:

Gambar 3.5. Lay out minimum sistem dan power supply 5 Volt

(60)

49

3. Kemudian rakit komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan

solder dan timah.

3.9.4. Hasil dari perakitan

Gambar 3.7. dibawah ini adalah hasil perakitan minimum sistem dan

[image:60.595.172.501.252.430.2]

power supply 5 volt.

Gambar 3.7. Hasil perakitan minimum sistem dan power supply 5 volt.

3.10. Membuat Rangkaian Sensor LM35 & LCD

3.10.1. Alat

1. Papan PCB

2. Solder

3. Penyedot Timah

4. Timah

3.10.2. Bahan

(61)

50

3. Konektor kaki 3

4. Sensor LM35

5. Resistor 75 ohm

6. Kapasitor 1uf

3.10.3. Langkah Perakitan

1. Membuat rangkaian skematik Sensor LM35 dan LCD di aplikasi

proteus. Gambar 3.8. menunjukkan rangkaian skematik dari

[image:61.595.147.516.312.741.2]

rangkaian Sensor LM35 dan LCD.

Gambar 3.8. Rangkaian Sensor LM35 Perhitungan Resistor di LM35

Dik:

Vs = 5 volt

I = 66mA

Dit :R=...?

Vs – R . I ( t ) – Vc ( t ) = 0 Vs

I = R 5 Volt 66mA =

R 66mA R =

5 Volt = 75 ohm

Perhitungan Kapasitor

Vc = Vs ( 1 – e-t/RC )

= 5 volt ( 1 – e-t/75x10 ) = 5 volt ( 75x10-6 )

(62)

51

Kesimpulan dari perhitungan diatas sensor LM35 harus

dipakai rangkaian RC/filter dengan resistor sebesar 75 ohm dan karena

nilai kapasitor tidak ada yang 0,992uF maka kapaitor yang dipasang

harus lebih 0,992uF yaitu 1uF sesuai dengan data sheet dari LM35 itu

sendiri.

Rangkaian sensor LM35 pada modul ini berfungsi sebagai

pembaca suhu dari heater, suhu yang dibaca batasan nya yaitu 100oC dan sebagai pengontrolan sterilisasi botol susu bayi tersebut.

Kemudian LCD pada modul ini difungsikkan untuk menampilkan

suhu dan waktu/timer. Cara kerja rangkaian LM35 ini dengan

memanfaatkan ADC yang dimiliki oleh IC ATmega8535 di PORT.A

akan dikuatkan rangkaian buffer. Adapun program yang digunakan

pada modul ini adalah ADC sebagai pembaca tegangan dari sensor

LM35 dan program timer sebagai pengendali waktu pada modul.

Gambar 3.8. menunjukkan rangkaian skematik dari rangkaian LCD.

Gambar 3.8. Rangkaian LCD

(63)

52

rangkaian LCD 16x2 diletakan dibagian PORT.C rangkaian

minimum system ATmega8535.

2. Setelah selesai membuat skematik langkah selajutnya membuat lay

out di isis (proteus) dan disablon/dICetak ke papan pcb yang telah

dipotong sesuai ukuran dari gambar lay out. Gambar 3.9. merupakan

[image:63.595.227.468.309.527.2]

hasil dari lay outnya.

Gambar 3.9. Lay out belakang

Gambar 3.10. Lay out depan 3.10.4. Hasil dari perakitan

Gambar 3.11. dibawah ini adalah hasil perakitan rangkaian LM35 dan

[image:63.595.236.454.633.730.2]

driver LCD.

(64)

53

3.11. Membuat Rangkaian Buzzer

3.11.1.Alat

1. Solder

2. Timah

3. Penyedot timah

3.11.2.Komponen

1. Buzzer

2. Kabel pelangi female dan male

3.11.3.Langkah perakitan

1. Pasang kabel pelangi ke kaki Buzzer.

2. Hubungkan kaki positif Buzzer ke port D pin 5 dan kaki negatif

Buzzer pasang ke ground.

3. Sesuai sistematik di bawah ini :

Gambar 3.12. Rangkaian Buzzer

Rangkaian buzzer ini di gunakan untuk memberikan

peringatan apabila semua sistem yang sudah berjalan selesai

sesuai timer yang di tentukan, Buzzer ini di sambungkan langsung

dengan mikrokontroler dengan kaki positifnya ke port D pin 5

(65)

54

3.12. Membuat Rangkaian Driver Heater

3.12.1. Alat

1. Obeng +

2. Tang Potong

3. Solder

3.12.2. Bahan

1. SSR ( Solid State Relay )

2. Kabel Serabut

3. Kabel Pelangi

3.12.3. Langkah Perakitan

1. Hubungkan inputan SSR ( Solid State Relay ) kabel stecker 220 Volt,

dan inputan satu nya ke heater.

2. Hubungkan ouput dari kaki positif SSR ( Solid State Relay ) ke ADC

mikrokontroler yaitu PORT.A pin 1.

3. Hubungkan ouput dari kaki negatif SSR ( Solid State Relay )

mikrokontroler ground.

[image:65.595.219.454.583.690.2]

4. Sesuai gambar skematik dibawah ini :

Gambar 3.13. Rangkaian Driver Heater Perhitungan SSR ( Solid State Relay ):

(66)

55

Ic = (5-1)/ 1000

Ic = 4/ 1000 = 0,004 A = 4 mA

Tegangan input DC pada SSR mempengaruhi arus yang

masuk dari mikro. Pada rangkaian diatas, SSR ( Solid State Relay )

digunakan sebagai driver ke heater dengan spesifikasi tegangan

input 3-32 VDC, output sebesar 220 volt, dengan kosumsi arus

maksimal 10A. SSR akan bekerja ketika kaki no 2 diberikan

tegangan vcc sebesar 5 volt dan kaki no 1 mendapatkan logika low/0

dari mikrokontroler. Jadi ketika VCC 5 volt bertemu dengan logika

0, maka SSR ( Solid State Relay ) akan bekerja dikarenakam

tegangan 5 volt berada dirange atau spesifikasi SSR ( Solid State

Relay ) yang membutuhkan inputan DC antara 3-32 VDC. SSR (

Solid State Relay ) bekerja, maka akan mengalirkan arus tegangan

dari PLN 220 volt ke heater, sehingga heater dapat bekerja dengan

merubah energi listrik menjadi energi panas.

3.13. Pembuatan Program Modul

Untuk pembuatan program pada modul ini menggunakan aplikasi

CV AVR dengan bahasa C. Program yang digunakan ialah program ADC

sebagai pengendali sensor LM35 dan timer sebagai pengontrol waktunya.

Pembuatan list program dengan cara manual untuk menambahkan perintah dan

logika pada program ini agar berjalan sesuai yang diinginkan penulis, Berikut

(67)

56

Isi program modul

Listing 3.1. Listing Header Program

Program yang penulis buat menggunakan mikrokontroler ATmega8535.

#include <mega8535.h> = merupakan library dari mikrokontroller yang kita gunakan ,disini penulis mengunakan ATmega8535.

#include <delay.h> = merupakan library fungsi delay.

Chip type : ATmega8535

Program type : Application

AVR Core Clock frequency : 12,000000 MHz

Memory model : Small

Data Stack size : 128

*****************************************************/

#include <mega8535.h>

#include <stdlib.h> Header dari program

#include <delay.h>

#include <alcd.h>

unsigned char detik, a=0,temp[6], temp2[6], temp3[3], menit=5;

float data, suhu;

bit timer_aktif=0, b=0, c=0;

interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void)

{

TCNT1H=0x48E5 >> 8;

TCNT1L=0x48E5 & 0xff;

if(detik==0)

{menit--;detik=59;}

else{detik--;}

//}

(68)

57

Listing 3.2. Listing Program Timer

Listing program timer ini digunakan sebagai pengaturan timer, penulis menggunakkan timer 1 ( TCCR1B) timer aktif apaila mendapatkan logika 0 dari program. Settingan program timer yaitu selama 5 menit dengan metode couter down.

void mulai_timer()

{

if(timer_aktif==1&&suhu>=100)

{

TCCR1B=0x04;a=1;

} else if(timer_aktif==0){TCCR1B=0x00;}}

void stop_timer()

{

if(menit==0&&detik==0)

{

lcd_clear();

while(1)

{

TCCR1B=0x00;

timer_aktif=0;

PORTD.1=0;

PORTD.5=0;

lcd_clear();

lcd_gotoxy(6,0);

lcd_putsf("SELESAI");

}

}

(69)

58

Listing 3.3. Listing Program Sensor Suhu dan Buzzer

Listing program sensor suhu ini digunakan sebagai pengaturan pembacaan sensor

suhu LM35 saat sistem bekerja ada beberapa yang diatur dalam listing program ini

antara lain rumus pembacaan dan batas sensor suhu pembacaan untuk mengontrol

driver heater. PORT.C digunakan untuk menghidupkan buzzer, buzzer akan

menyala apabila diberikan logika 0.

// pembacaan sensor suhu

void baca_suhu()

{

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("SUHU:");

data=read_ADC(0);

suhu=(data*3.05)/1024;

suhu=suhu*100;

if (suhu<100)

}

void driver_set()

{

if(timer_aktif==1){

if(suhu>=100)

{

PORTD.5=0; Port ini digunakan untuk mengaktifka buzzer

}else{PORTD.5=1;}}

(70)

Gambar

Tabel 2.4. Fungsi khusus Port D
Tabel 2.5. Konfigurasi PIN LCD 2 x 16 karakter
Tabel 2.6. Fungsi pin pada LCD Karakter
Tabel 2.8. Entry Mode Set
+7

Referensi

Dokumen terkait

sesuai dengan standar GBC. GBCI memiliki standar penilaian yang terdiri dari aspek – aspek ; tepat guna lahan, efisiensi energi, konservasi air, sumber dan

Skripsi yang berjudul : INOVASI PELAYANAN PENCATATAN AKTA KEMATIAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA (Studi kasus: Program Bela Sungkawa Kirim Aktra

Pertama, untuk mengatur proses transfer energi dari sel surya yang akan disimpan pada baterai secara efisien dan semaksimal mungkin serta membatasi dan

Pemberian tanda checklist ( √ ) pada kolom MT jika peserta didik dapat melakukan perilaku yang dinilai sebanyak 2 kali, tanda checklist ( √ ) pada kolom MB

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan rahasia dagang dengan perjanjian kerja, mengenai bentuk-bentuk perlindungan rahasia dagang yang dapat

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim terhadap Perilaku penggunaan APD oleh pekerja radiasi pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit di Kota Palembang Tahun 2004 bahwa

Saat ini begitu banyak buku – buku pelajaran bahasa Inggris khususnya untuk anak – anak di pendidikan dasar yang ditulis sedemikian rupa namun tidak dapat mencapai

Currently, Danish transposition does not meet the threefold goals of the Directive, namely, to allow free movement within the health care sector, establish legal certainty or