• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALIS DI PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALIS DI PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Disusun oleh NADIA IMARA FASA

20120320170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FALKUTAS KEDOKTERAN DAN ILM KESEHATAN

(2)

iv

Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialis di RS PKU Muhammadiyah Gamping”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan, maka kurang sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Sri Sumaryani,Ns., M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS selaku pembimbing yang senantiasa mengarahkan penulis untuk mencapai perencanaan penelitian yang maksimal dan optimal sehingga proposal yang menjadi syarat kelulusan dapat terselesaikan.

3. Ibu Arianti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang berkenan meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta masukan yang membangun untuk penulis.

4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Kedua orangtuaku, Bapak Suryadi Widjaksana dan Ibu Baby Madelina, yang selalu mendoakan dan selalu memberikan motivasi yang tiada henti-hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal, meskipun belum sebanding dengan perjuangan Bapak dan Ibu dalam merawat dan membesarkan penulis.

6. Kakak tercinta Barry Igor yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

7. Sahabat perjuanganku Hafidz, Deva, Tiffani, Bombay, Ina, Arcil yang selalu mensupport penulis untuk tetap berjuang dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku di Bogor Gneis, Arindi, Marisa, Shinta yang tidak pernah berhenti memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. Leni dan Riska, sahabat kos Hidayahtullah yang setia menemani selama 4 tahun ini.

(3)

v konstruktif untuk dikemudian hari.

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.

Yogyakarta, Juli 2016

(4)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTARK ... xi

INTISARI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 7

D. Manfaat penelitian ... 8

E. Keasliaan penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11

1. Gagal Ginjal Kronik ... 11

1.1 Pengertian gagal ginjal kronik ... 11

1.2 Stadium gagal ginjal kronik ... 12

1.3 Etiologi gagal ginjal kronik ... 12

2. Hemodialisis ... 15

2.1 Pengertian hemodialisis ... 15

2.2 Proses hemodialisis ... 16

2.3 Indikasi ... 16

2.4 Komplikasi ... 17

3. Depresi ... 18

3.1 Pengertian depresi ... 18

3.2 Penyebab depresi ... 19

3.3 Faktor yang mempengaruhi depresi ... 23

3.4 Gejala depresi ... 25

3.5 Instrumen depresi ... 27

4. Terapi Murottal Al-Qur’an ... 28

4.1 Pengertian terapi murottal al-qur’an ... 28

4.2 Mekanisme terapi murotal al-qu’an terhadap tingkat depresi ... 29

4.3 Pengaruh murottal al-qu’an terhadap respon tubuh ... 29

4.4 Pengaruh murottal al-qur’an sebagai penyembuh ... 31

4.5 Manfaat murottal al-qur’an ... 31

4.6 Surah Ar-Rahman ... 32

B. Kerangka Konsep ... 35

C. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 36

B. Populasi dan sampel ... 37

(5)

vii

I. Pengolahan Data ... 47

I. Analisis data ... 47

J. Etik penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 51

1.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 51

1.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 52

1.3 Gambaran Tingkat Depresi Responden ... 54

1.3 Gambaran Karakteristik dan Tingkat Depresi ... 55

1.4 Perbedaan Tingkat Depresi Pada Setiap Kelompok Penelitian ... 56

1.5 Perbedaan Tingkat Depresi Antara Kelompok Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 59

2.1 Karakteristik Responden ... 59

2.2 Karakteristik Responden dan Tingkat depresi ... 62

2.3 Pengaruh Pemberian Murotal ... 66

C. Kekuatan dan Kelemahan ... 74

3.1 Kekuatan ... 74

3.2 Kelemahan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(6)

viii

Tabel 2: Design Penelitian ... 38

Tabel 3: Definisi Operasional ... 41

Tabel 4: Gambaran Karakteristik Responden ... 54

Tabel 5: Gambaran Tingkat Depresi Responden ... 56

Tabel 6: Karakteristik Responden dan Tingkat Depresi ... 57

Tabel 7: Tingkat Depresi dengan Uji Wilcoxon ... 58

(7)

ix

(8)

x

GFR : Glomerular Filtration Rate

PENEFRI : Perhimpunan Nefrologi Indonesia

IRR : Indonesia Renal Registry

URSDS : United State Renal Data System

WHO : World Health Organization

Depkes : Dapertemen Kesehatan

HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale

CRH : Corticotropin-releasing hormone

ACTH : Adrenocorticotropic hormone

SD :Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama

(9)

xi LAMPIRAN 2: Skor Hasil CVI

LAMPIRAN 3: Lembar Permohonan Menjadi Responden

LAMPIRAN 4: Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LAMPIRAN 5: Kuisioner Depresi HADS (Hospital Anxiety And Depression Scale)

LAMPIRAN 6: Lembar Kelayakan Etika Penelitian

(10)
(11)

x

farmakologi, salah satunya adalah terapi psikoreligius, yaitu terapi murotal Al-Qur’an yang dapat memberikan efek relaksasi.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian murotal

Al-Qur’an terhadap tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Pengukuran depresi dilakukan dengan menggunakan kuisioner HADS. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 di PKU Muhammadiyah Gamping. Responden terdiri dari 15 orang di kelompok eksperimen yang berikan intervensi berupa murotal Al-Qur’an dan 15 orang di dalam kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling dengan pembagian simple random sampling. Analisa yang digunakan adalah uji Wilcoxon dan Mann-Whitney U.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan

pada murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi dengan ditunjukan p= >1,000.

Kesimpulan: Pemberian murotal Al-Qur’an tidak terdapat pengaruh terhadap tingkat

depresi, namun murotal Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai intervensi non-farmakologi terhadap depresi. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar dapat mengontrol faktor-faktor pengganggu.

Kata Kunci: Hemodialisis, Murotal Al-Qur’an, Pasien gagal ginjal kronik, Tingkat

(12)

x

can be treated with non-pharmacological, One of that is psikoreligius therapy, kind of this therapy is murotal Al-Qur'an that when played will provide a relaxing effect.

Objective: The aim of this study was to determine the effect of murotal al-qur’an the depression levels of CRF patients undergoing hemodialysis.

Methods: This study was a quantitative research with Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Measurement of depression can using questionnaires HADS. The research was conducted from July 2016 in PKU Muhammadiyah Gamping. Respondents are divided into 15 people in the treatment group were given intervention in the form of murotal Al-Qur’an and 15 people in the control group with purposive sampling with simple random sampling technique division. The analysis used Wilcoxon test and Mann-Whitney U.

Results: The results showed no significant effect on murotal Al-Qur'an to the level of depression shown p> 1.000.

Conclusion: Murotal Qur'an there is no influence on the level of depression, but murotal Al-Qur'an can be used as non-pharmacological interventions for depression. For further research, the researchers suggest in order to control confounding factors.

(13)

1

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, dimana tubuh gagal mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia, yang ditandai dengan GFR kurang dari 60 mL/menit per 1,73 m3 selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. (National Kidney Foundation’s Kidney Disease and Outcome Quality Initiative, 2002 dalam Pardede,D, 2012).

Angka GGK di dunia masih tinggi. Prevalensi GKK pada tahun 2011 di Amerika Serikat sebesar 1901 per juta penduduk (The United State Renal Data System (USRDS), 2013). Treatment of End-Stage Organ Failure in Canada (2000-2009) menyebutkan bahwa hampir 38.000 warga Kanada hidup dengan gagal ginjal kronik dan telah meningkat 3x lipat dari tahun 1990. Di Indonesia, diperikirakan jumlah pasien gagal ginjal meningkat dari 19.612 hingga 100.000 antara tahun 2014 sampai 2019 (PENEFRI, 2012). Data yang didapatkan tahun 2007-2014 tercatat 28.882 pasien, dimana pasien baru sebanyak 17.193 pasien dan pasien lama sebanyak 11.689 pasien. Di Yogyakarta terdapat 1.416 pasien, dimana 852 pasien baru dan 564 pasien aktif (Indonesia Renal Registry (IRR), 2014).

(14)

diabetika sebanyak 27 %. Glomerulopati primer memberi proporsi yang cukup tinggi sampai 10 % dan Nefropati Obstruktif pun masih memberi angka 7 % (Indonesia Renal Registry (IRR), 2014).

Salah satu terapi GGK adalah hemodialisis. Hemodialisis (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser (Supriyadi, Wagiyo & Widowati, 2011). Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata–rata penderita menjalani 3x dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisis paling sedikit 3-4 jam tiap sekali tindakan terapi (Yang, Lin, Ye, Mao, Rong, Zhao & Mei, 2011).

Hemodialisis mempunyai dampak tertentu bagi pasien. Dampak pasien yang menjalani hemodialisis yaitu kurangnya kontrol atas aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosial, kehilangan kebebasan, pensiun dini, tekanan keuangan, gangguan dalam kehidupan keluarga, perubahan citra diri, dan berkurang harga diri, sehingga mengakibatkan masalah dalam psikososial seperti kecemasan, isolasi sosial, kesepian, tidak berdaya, putus asa dan depresi(Karabulutlu & Tezel, 2011).

(15)

dan hilang konsentrasi (WHO, 2014). Menurut Chang, Ku, Park, Kim dan Ryu (2012) dalam Alfiyanti, Setyawan dan Kusuma (2014), menyatakan prevalensi depresi pada populasi umum yang termasuk berat sekitar 1,1-15% pada laki-laki dan 1,8-23% pada wanita, sedangkan prevalensi pada pasien hemodialisis yang mengalami depresi sekitar 20-30% bahkan bisa mencapai 47%. Diperkuat dengan pernyataan Dr. Andri, Sp.KJ dari Klinik Psikosomatik RS Omni, Tangerang dalam Kompasiana yang menyebutkan bahwa prevalensi depresi yang terjadi pada pasien hemodialisis saat ini adalah sekitar 20%-30% bahkan bisa mencapai 47% (Azhara, 2012). Angka pravelensi ini dapat dikatakan cukup tinggi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

(16)

Penatalaksanaan untuk menurunkan depresi dapat dilakukan dengan

dua tindakan yaitu farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan

farmakologi yaitu penggunaan anti depresan. Pengobatan nonfarmakologi

untuk depresi adalah psikoterapi suportif, terapi kognitif-perilaku, terapi

keluarga dan terapi relaksasi, terapi interpersonal, serta konseling dan

dukungan social (Lubis, 2009). Terapi saat ini yang mulai berkembang

didunia adalah terapi psikoreligius, salah satu contoh terapi ini adalah terapi

Al-Qur’an (Erita, 2014). Ilmu kedokteran telah banyak mengungkapkan

manfaat dari metode Al-Qur’an untuk pengobatan kuratif. Selain itu hal ini

juga telah diungkap dalam kitab suci yang menyatakan bahwa Al-Qur’an

diturunkan sebagai penyembuh (Asy Syifaa) dan petunjuk (al-huda) bagi

orang-orang yang beriman. Sesuai dengan surat Al-Isra aya 82 yang

mengatakan bahwa “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi

penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu

tidaklah menambahkepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”.

(17)

gelombang otak (Purna, 2006; Heru, 2008 dalam Pratiwi, Hasneli dan Ernawaty, 2015). Ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan kepada orang yang sakit jasmani maka akan mendapat keringanan penyakit. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an melalui dua cara yaitu membaca atau mendengarkan dan mengamalkan ajaran-ajarannya (Asman, 2008). Kedua metode tersebut dapat mengurangi dan menyembuhkan berbagai penyakit, memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang mengamalkannya.

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu Surat Makiyyah dalam Al-Qur’an yaitu Q.S Ar-Rahman yang merupakan surat ke 55 dan berjumlah 78 ayat. Dalam Surat tersebut menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat yang tak terhingga baik di dunia maupun diakhirat nanti. Ar-Rahman mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini nyaman didengarkan dan dapat menimbulkan efek relaksasi bagi pendengar yang masih awam sekalipun (Srihartono, 2007 dalam Pratiwi et al, 2015). Sejalan dengan penelitian Al-Kahdi dalam Remolda (2011), bahwa Al-Qur’an yang diperdengarkan akan memberikan efek relaksasi sebesar 65% dan mengurangi ketegangan urat syaraf sebesar 97% pada pasien hemodialisis. Hal ini dapat berdampak dalam menurunkan tingkat depresi apabila diperdengarkan kepada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

(18)

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RS Telogorejo Semarang menyatakan hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh yang signifikan relaksasi otot progresif terhadap tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis, dimana relaksasi otot merupakan salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan depresi. Kelompok yang diberikan intervensi relaksasi otot mendapatkan hasil yang progresif lebih baik dalam menurunkan tingkat depresi daripada kelompok yang tidak diberikan relaksasi otot progresif.

Pada keadaan depresi terjadi peningkatan ACTH (hormone stres). ACTH berperan merangsang keluarnya kortisol dari korteks adrenal. Pada pasien depresi terjadi peningkatan kadar kortisol terutama pada malam hari atau sore hari, sedangkan pada orang normal tidak terjadi peningkatan pada waktu-waktu tersebut. Kortisol yang tinggi ini tidak mampu menginhibisi sekresi CRH dan ACTH. Hal ini diduga karena plastisitas reseptor glukokortikoid menurun pada depresi. Peningkatan kortisol yang lama dapat menyebabkan toksik pada neuron sehingga bisa terjadi kematian neuron terutama di hipokampus. Kerusakan pada hipokampus ini menjadi predisposisi depresi. Terapi murottal Al-Qur’an yang dilagukan oleh Qori’ (pembaca Al-Qur’an) mengandung suara manusia, dimana suara dapat menurunkan hormon-hormon stress dengan cara mengaktifkan hormon endhorphin alami dan menurunkan hormon ACTH sehingga terjadi penurunan tingkat depresi (Tjandra, 2014;Pratiwi et al, 2015)

(19)

murottal Qur’an dapat dijadikan terapi untuk menurunkan tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan memberikan dampak baik fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Apakah ada pengaruh murottal Al-qur’an terhadap tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian murottal Al-qur’an terhadap tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien GGK yang menjalani hemodialisis: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

b. Mengetahui tingkat depresi pasien sebelum dan sesudah intervensi pada setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam mengembangkan pelayanan kesehatan terutama terapi komplementer terhadap tingkat depresipasien yang menjalani hemodialisis, meliputi:

1. Manfaat bagi peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah, memperluas serta mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya terapi-terapi alternatif lainnya dan dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan masyarakat.

2. Manfaat bagi intuisi Rumah Sakit

Dapat diterapkan sebagai asuhan keperawatan dalam pemberian terapi murottal qur’an terhadap tingkat depresi pada pasien selama tindakan hemodialisis dan dapat diterapkan sebagai asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.

3. Manfaat bagi keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah acuan dalam mengembangkan intervensi keperawatan non farmakologi dalam upaya mengurangi tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

4. Manfaat bagi pasien

(21)

E. Keasliaan Penelitian

1. Rustiana, 2012. “Gambaran Tingkat depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Dr.Soedarso Pontianak Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan di Pontianak, Kalimantan Barat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian memperlihatkan Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis yang mengalami depresi sebanyak 24 orang (35.82%) dengan rincian tingkat depresi ringan sebanyak 19 orang (28,36%), depresi sedang sebanyak 3 orang (4,48%) dan depresi berat 2 orang (2,98%), sehingga dapat disimpulkan yang paling tinggi adalah depresi ringan, kemudian depresi sedang dan depresi berat. Pada penelitian diatas, didapatkan persamaan penelitian yaitu terkait dengan depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dan didapatkan perbedaan penelitian yaitu dari segi metode yang dilakukan, lokasi pengambilan sampel (kota Yogyakarta) dan waktu penelitian.

(22)
(23)

11 A. Landasan Teori

1. Gagal Ginjal Kronik

Ginjal merupakan organ vital bagi manusia. Gagal ginjal

merupakan penyebab kematian pasien rawat inap di rumah sakit

dengan persentase sekitar 3,16% (Depkes RI, 2007). Menurut

proses terjadinya penyakit, gagal ginjal dibagi mnejadi 2 yaitu gagal

ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Dikatakan akut apabila penyakit

berkembang sangat cepat, terjadi dalam beberapa jam atau dalam

beberapa hari. Sedangkan kronis, terjadi dan berkembang secara

perlahan, sampai beberapa tahun (Baradero, Dayrit, & Siswadi,

2009).

a. Pengertian

(24)

Workman, 2006)

Menurut Price (2006), GGK merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebih.

b. Stadium GGK

Stage dan Deskripsi dari gagal ginjal kronik

Stage Deskripsi GFR (ml/min/1,75)

Mempunyai resiko GGK > 90 (dengan faktor resiko GGK)

Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat

> 90

Stadium 2 Kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan

60 - 89

Stadium 3 Kerusakan ginjal dengan GFR menurun sedang

30 - 59

Stadium 4 Kerusakan ginjal dengan GFR menurun berat

15 - 29

Stadium 5 Gagal ginjal < 15 (dialysis)

Berdasarkan buku Medical Surgical Nursing, Volum 2. (Lewis, Sharon.,dkk, 2004) c. Etiologi

(25)

hipertensi (25,5%) dan glomerulonephritis (8,4%).

a. Diebetes mellitus

(26)

b. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya gagal ginjal konik. Berdasarkan laporan dari United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 sekitar 51--‐63% pasien GGK menderita hipertensi. Dari penelitian menyebutkan terjadinya hipertensi sebesar 40% pada GFR 90ml/min/1.73m3, 55% pada GFR 60ml/min/1.73m3, dan 75% pada GFR 30ml/min/1.73m3 (Joy, 2008).

Pasien yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan penyakit vaskuler akan mempercepat gangguan fungsi ginjal dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit tersebut (Kausz et al, 2000). Hipertensi menjadi penyebab GGK akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya dalam meningkatkan sekresi aldosterone. Pada keadaan tekanan darah tinggi yang berkembang terus menerus akan meningkatkan tekanan glomerulus yang akan membuat glomerulus menjadi renggang.

c. Glomerulonephritis

(27)

ginjal kronis (National Kidney Foundation K/DOQI, 2000 dalam Kallenbach 2005).

2. Hemodialisis

Sejauh ini, menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, hemodialisis merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik. Tujuan utama hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien CKD (Corca, Gutch, Kallenbach & Stoner 2005).

a. Pengertian

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) (Suharyanto dan Madjid, 2009).

(28)

b. Proses Hemodialisis

Proses hemodialisis dengan menggunakan selaput membran semi permeabel yang berfungsi seperti nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Ignatavicius & Workman, 2009). Proses dialisa menyebabkan pengeluaran cairan dan sisa metanolisme dalam tubuh serta menjaga keseimbangan elektrolit dan produk kimiawi dalam tubuh (Ignatavicius & Workman 2006). Menurut Raharjo (2009), hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah pasien kedalam tabung dialiser yang memiliki dua kompartemen semipermeable. Kompartemen ini akan dialirkan oleh cairan dialysis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolism nitrogene. Pada proses dialysis, terjadi perpindahan cairan dari kompartemen hidrostatik negatif pada kompartemen cairan dialisa.

c. Indikasi

(29)

Cheever, Hinkle & Smeltzer, 2008). Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada gagal ginjal kronis adalah: 1) LFG kurang dari 15 ml/menit karena mengindikasikan fungsi ekresi ginjal sudah minimal, sehingga terjadi akumulasi zat toksik dalam darah; 2) hiperkalemia; 3) asidosis; 4) kegagalan terapi konservatif; 5) kadar ureum lebih dari 200 mg/dL dan kreatinin lebih dari 6 mEq/L; 6) kelebihan cairan; 7) anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari.

d. Komplikasi

Meskipun hemodialisis aman dan bermanfaat untuk pasien, namun bukan berarti tanpa efek samping. Beberapa komplikasi hemodialisis, diantaranya hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam tinggi dan menggigil merupakan komplikasi akut yang muncul pada pasien hemodialisis (Rahardjo, 2009)

(30)

bukan komplikasi intradialisis yang umum, sedikit pasien bisa mengalami hipertensi intradialisis (Hudak & Gallo, 1999).

Komplikasi hipotensi dan hipertensi intradialisis dapat terjadi selama hemodialisis dan bisa berpengaruh pada komplikasi lain (Holley, Bern & Post, 2007). Komplikasi ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah baru yang lebih kompleks antara lain ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan mempengaruhi kualitas hidup memperburuk kondisi pasien bahkan menimbulkan kematian (Jablonski, 2007).

3. Depresi

a. Pengertian

(31)

hemodialisis, 70 (46,6%) pasien mengalami depresi dan 43 (28,6%)

memiliki keinginan untuk bunuh diri.

b. Penyebab Depresi

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan terjadinya depresi, yaitu faktor biologi, faktor genetik dan psikososial.

a) Faktor biologi

(32)

Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis (Aksis HPA)

Pada keadaan depresi terjadi peningkatan aktivitas aksis HPA yang ditandai dengan pelepasan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dari hipotalamus. Pelepasan CRH dari hipotalamus dirangsang oleh noradrenergik, serotonergik dan

kolinergik, serta dihambat oleh GABA dan α-adrenergik

(33)

terutama pada malam hari atau sore hari, sedangkan pada orang normal tidak terjadi peningkatan pada waktu-waktu tersebut. Kortisol yang tinggi ini tidak mampu menginhibisi sekresi CRH dan ACTH. Hal ini diduga karena plastisitas reseptor glukokortikoid menurun pada depresi. Peningkatan kortisol yang lama dapat menyebabkan toksik pada neuron sehingga bisa terjadi kematian neuron terutama di hipokampus. Kerusakan pada hipokampus ini menjadi predisposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi juga dikaitkan dengan gangguan hipokampus. (Amir N, 2005 ; Guyton and Hall, 2008 ; Silbernagl &Lang, 2007 dalam Tjandra, 2014). b) Faktor genetik

(34)

c) Psikososial

(35)

suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa (Tasman, 2008). Faktor ketidakberdayaan pada penderita depresi, dapat membuat penderita menyerah dan merasa putus asa (Sadock, 2010). Pada teori kognitif, menunjukkan gangguan kognitif pada depresi. Tiga pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai “triadkognitif”, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Sadock, 2010).

c. Faktor yang mempengaruhi depresi a) Usia

(36)

terhadap terjadinya depresi, sedangkan pada usia >60 tahun, pasien dianggap sudah memiliki pengalaman hidup lebih baik dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. Pengalaman hidup terkait dengan kondisi pasien dapat membuat berkurangnya depresi pasien, sehingga akan menurunkan resiko terjadinya depresi (Papalia, dkk, 2009; Astiti, 2014). b) Jenis kelamin

Menurut teori yang dikemukakan oleh Satvik (2008) bahwa secara nyata perempuan menunjukkan kualitas hidup lebih rendah dari laki – laki. Perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah disebabkan karena secara studi menunujukkan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang terjadi dalam kehidupannya seperti mengalami sakit dan masalah gender yang mengarah pada kekurangan kesempatan dalam semua aspek kehidupannya.

c) Pendidikan

(37)

penelitian yang dilakukan Astiti (2014), pasien mengatakan jarang mendapatkan informasi kesehatan dari perawat di unit hemodalisa (Astiti, 2014).

d) Pekerjaan

Tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur juga merupakan faktor risiko terjadinya depresi. Suatu survai yang dilakukan terhadap wanita dan pria dibawah 65 tahun yang tidak bekerja, sekitar enam bulan mengalami depresi tiga kali lebih besar dari pada yang bekerja (Nurmiati Amir, 2005). d. Gejala Depresi

Secara umum, gejala dan tanda depresi pada lansia sama dengan depresi pada populasi umum. Kemunculan depresi dapat ditandai dengan gejala yang sifatnya dapat dikenali oleh individu yang mengalaminya atau orang- orang yang ada di sekelilingnya. Gejala tersebut dapat berupa perubahan motivasi, emosi, kognitif atau fungsi diri, tingkah laku dan biologis (Paul Gilbert, 2000 dalam Djaali, et al 2013).

1. Gejala motivasi

(38)

2. Gejala emosi atau suasana perasaan

Gejala emosi atau suasana perasaan dapat terlihat dalam bentuk munculnya kekosongan di dalam diri individu yang disertai dengan menurunnya emosi-emosi positif yang dirasakan sehari-hari. Selain itu dapat muncul juga mood/ suasana hati depresif dan perasaan murung serta tidak berharga di dalam diri.

3. Gejala kognitif

Gejala kognitif tampil dalam bentuk penurunan konsentrasi, atensi, kemampuan berpikir, serta fungi ingatan. Selain itu dapat pula muncul berupa pikiran-pikiran negatif berisi pesimisme mengenai masa depan, sehingga muncul pemikiran untuk mengakhiri hidup.

4. Gejala tingkah laku

Gejala tingkah laku tampil dalam bentuk penghentian aktifitas termasuk yang biasa disukai, menarik diri dari interaksi sosial atau justru ingin selalu ditemani oleh orang lain. Gejala ini sangat terkait dan mencerminkan bentuk nyata dari gejala motivasi.

5. Gejala biologis atau kondisi fisik

(39)

atau penambahan berat badan, serta menurunnya minat seksual.

e. Instrumen penilaian tingkat depresi

(40)

(Kusumawati, Keliat dan Nursasi, 2015). 4. Terapi Murotal Al-Qur’an

a. Pengertian Terapi Murotal Al Quran

Pengobatan nonfarmakologi untuk depresi adalah psikoterapi

suportif, terapi kognitif-perilaku, terapi keluarga, terapi relaksasi,

terapi interpersonal, konseling, dukungan social dan psikoreligius,

seperti murotal Al-Qur’an (Lubis, 2009).

Al-Qur’an merupakan firman Allah AWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Ma’mun (2012) juga menyatakan dalam penjelasannya Al-Qur’an secara ilmiah merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Menurut Poerna (2007) murotal Al-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an).

(41)

b. Mekanisme Terapi Murotal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik

Menurut Oriordan (2002) dalam Faradisi (2012) terapi murotal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra anggapan. Menurut MacGrego (2001) dalam Faradisi (2012) dengan terapi murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al- Quran atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14Hz. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan. Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk koping atau harapan positif, sehingga menurunkan tingkat depresi dari pasien tersebut.

c. Pengaruh Murotal Al Quran Terhadap Respon Tubuh

(42)

sehingga tubuh memiliki keseimbangan yang baik. Kerusakan salah satu sel tubuh akan menyebabkan ketidakseimbangan bagi individu atau menimbulkan sakit (Ma’mun, 2011; AlKahel, 2011). Elzaky; Izzat & Arif (2011) menyatakan bahwa sel tubuh pada manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain; gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang suara. Secara prinsip getaran sel mengikuti irama dan bentuk tertentu yang dipengaruhi oleh sumber suara. Suara yang masuk ke telinga akan mempengaruhi sel-sel tubuh secara berkelanjutan.

(43)

d. Pengaruh Murotal Al-Qur’an Sebagai Penyembuh

Kesembuhan menggunakan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya (Asman, 2008). Ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan kepada orang yang sakit jasmani maka akan mendapat keringanan penyakit. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an melalui dua cara yaitu membaca atau mendengarkan dan mengamalkan ajaran-ajarannya (Asman, 2008; Qadri, 2003). Kedua metode tersebut dapat mengurangi dan menyembuhkan berbagai penyakit, memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang mengamalkannya.

Penelitian Kedokteran Amerika Utara bahwa dengan membaca Al-Qur’an atau mendengarkannya dapat megurangi ketegangan susunan saraf secara spontan, sehingga lambat laun bagi yang mendengarkan menjadi tenang, rileks, dan sembuh terhadap keluhan-keluhan fisik (Arif & Izzat, 2011; Elzaky, 2011). e. Manfaat Murotal Al-Qu’an

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari murotal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) menurut Heru (2008) dalam Siswantinah (2011) :

a) Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan mendapatkan ketenangan jiwa.

(44)

manusia, suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah dan memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

f. Surat Ar-Rahman

Surat Ar-Rahman adalah Surat ke-55 dalam Al-Qur’an, Surat ini tergolong Surat Makiyyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Surat Ar-Rahman yang berarti yang maha pemurah berasal dari kata Ar-Rahmanyang terdapat pada ayat pertama pada Surat ini. Ar-Rahman juga salah satu nama-nama Allah. Surat ini menerangkan sebagian besar dari tanda-tanda kebesaran dan kepemurahan dari Allah SWT. kepada hamba-hamba-nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat.

(45)

dilakukan pada tahun 1985 mengungkapkan, bahwa ketegangan urat syaraf berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses penyembuhan. Mendengarkan murotal Al-Qur’an juga dapat merubah keadaan fisiologis dan psikologis yang besar, dimana dengan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat syaraf reflektif sebesar 97%, (Al-Qahdi, dalam remolda (2009).

Ciri khas dari Surat Ar-Rahman adalah kalimat fa-biayyi alaa’I rabbi kuma tukadziban, yang bermakna (maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang diulang sebanyak 31 kali dalam Surat Ar-Rahman dan terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Surat ini membuktikan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan mengajarkan pengetahuan tentang diri-Nya melalui Al-Qur’an. Akhir dari Surat ini adalahkalimat Tabaraka yang bermakna “Maha berkah”. Maha berkah adalah salah satu nama Allah. Jika manusia menyebut nama Allah maka Allah akan menghampirinya. Keutamaan dalam Surat Ar-Rahman antara lain; a. Rasulullah SAW. bersabda: “Barang siapa yang membaca Surat

(46)

b. Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata : “Barang siapa yang membaca Surat Ar-Rahman dan membaca kalimat ‘Fabiayyi ala’I rabbikuma tukadzibaan’, ia mengucapkan ; La bisyay-inmin alaika Rabbi akdzibu (tidak ada satupun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.

(47)

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan keranka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Keterangan:

Variabel diteliti

Variabel tidak diteliti D. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian yaitu ada pengaruh terapi murotal al-qur’an yang diberikan terhadap tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis”.

Faktor yang berpengaruh:

• Usia

• Jenis kelamin

• Pendidikan

• Pekerjaan

Terapi Murotal Al-Qur’an

Tingkat depresi Pasien GGK

dengan hemodialisis

ringan

(48)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang akan dipakai peniliti merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Quasi Experimental dengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Kelompok eksperimen diberikan intervensi murotalAl-Qur’an dengan surat Ar-Rahman, kemudian dikaji tingkat depresi sebelum dan sesudah intervensi. Pada kelompok kontrol responden dikaji tingkat depresi sebelum dan sesudah tanpa pemberian intervensi dan hanya akan mendapatkan intervensi sesuai standar prosedur dari rumah sakit, yaitu dilakukan bimbingan rohani.

Tabel 3.1 Design Penelitian

Keterangan:

1 : Pengamatan/ test kelompok eksperimen sebelum diberikan intervensi 1’ : Pengamatan/ test kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi 2 : Pengamatan/ test kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi 2’ : Pengamatan/ test kelompok kontrol setelah diberikan intervensi X : Pemberian intevensi murotalAl-Qur’an

X’ : Pemberian standar prosedur RS berupa bimbingan rohani

Subjek Pra-test Perlakuan Post-test

Kel. intervensi Kel. kontrol

1 2

X X’

(49)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani program hemodialisis dan mengalami depresi di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta berjumlah 130 pasien yang didapatkan dari data jadwal terbaru pasien pada bulan Juni 2016.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam,2013).

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Semua pasien GGK yang menjalani hemodialisis b. Pasien dengan tingkat depresi ringan, sedang. c. Pasien dengan fungsi pendengaran yang baik. d. Pasien yang beragama Islam.

(50)

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:

a. Pasien yang mengundurkan diri menjadi responden disaat jalannya proses penelitian.

b. Pasien yang mengkonsumsi obat antidepresan. Penetapan jumlah sampel dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sampel N = perkiraan besar populasi z =nilai standar normal untuk

p = perkiraan proposi, jika tidak diketahui dianggap 50% q =1-p (10%-p)

(51)

Berdasarkan perhitungan purposive sampling, maka jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 30 pasien dan akan dilakukan pembagian menjadi 15 pasien kelompok eksperimen dan 15 pasien kelompok kontrol menggunakan simple random sampling.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakartaselama 3 minggu pada Bulan Juli 2016.

D. Variable Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

a. Variabel Independent (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah murotalAl-Qur’an.

b. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

(52)

-Qur’an GGK yang yang dibaca oleh Mishaari

Raashid al-Aafaaseediberi durasi 15 menit pada kelompok intervensi. Terapi diberikan pada saat pasien menjalani

suasana hati dan biasanya

F. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variable yang akan diteliti.

(53)

1. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

(54)

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti adalah data primer. Data primer dikumpulkan oleh peneliti menggunakan kuisioner dalam bentuk pertanyaan, berupa nilai pre-test dan post-test yang diperoleh dari hasil mengisi kuisioner. Dalam rangka mempermudah proses penelitian,maka peneliti menyusun rangkaian kegiatan selama proses penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Meminta ijin penelitian ke bagian Program Studi Ilmu Keperawatan Falkutas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY. b. Meminta ijin kepada pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping.

c. Melakukan studi pendahuluan di RS PKU MuhammadiyahGamping.

d. Melakukan uji etik penelitian ke Komisi Etika Penelitia Falkutas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY

e. Mengurus surat izin penelitian di RS PKU Muhammadiyah Unit II, Gamping

2. Tahap pelaksanaan

a. Proses pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inkusi dan penjelasan terkait prosedur penelitian.

(55)

datang. Setelah itu, peneliti menanyakan data untuk melengkapi data demografi dan menanyakan terkait dengan tingkat depresi pasien (pre-test)menggunakan kuisioner yang telah disediakan, yaitu HADS (Hospital Anxiety And Depression Scale). Pasien yang mempunyai nilai skoring >7 sesuai dengan kriteria tingkat depresi, maka langsung dimasukan sebagai responden penelitian.

b. Penjelasan terkait dengan prosedur penelitian

Pada proses ini, peneliti sudah mendapatkan jumlah responden sesuai dengan rencana awal, yaitu 30 responden yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan dibagi secara acak dengan tehnik sample random sampling. Pasien eksperimen adalah yang mendapat undian genap, sedangkan kelompok kontrol yang mendapatkan undian ganjil. Pada kelompok kontrol dijelaskan bahwa pasien tidak akan mendapatkan intervensi apapun dan akan mendapatkan murotal Al-Qur’an bersamaan dengan waktu ketika kelompok eksperimen mendapatkan terapi murotal Al-Qur’an. Kelompok eksperimen dijelaskan bahwa peneliti akan memberikan murotal Al-Qur’an yaitu surat Ar-Rahman selama 2 pertemuan, dimana setiap pertemuan peneliti akan memutarkan muotal Al-Qur’an sebanyak 3 kali dalam waktu 45 menit.

c. Responden mengisi inform concent

(56)

menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan. d. Proses penelitian

(57)

H. Alur Pengambilan Data

Didapatkan pasien sesuai dengan kriteria inkulsi, yaitu skor depresi >7,

depresi ringan dan sedang, fungsi pendengaran baik, beragama Islam,

sadr penuh dan bersedia menjadi responden

Kelompok kontrol hanya mendapatkan standar prosedur

dari RS: bimbingan rohani Kelompok eksperimen

mendapat standar prosedur dan terapi murotal Al-Quran

selama 15 menit

Melakukan post-test pengkajian depresi dengan kuisioner HADS

Mendapat izin dari pihak RS & kepala unit

Dari 130 pasien dipilah menggunakan formula purposive sampling

Melakukan pre-test pengkajian depresi dengan kuisioner HADS

Dibagi kembali mengunakan sample random sampling dengan cara diundi

(58)

I. Uji Validitas Dan Reliabilitas a. Uji validitas (kesahihan)

Alat ukur depresi ini sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas ke dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Caninsti (2007) dan terbukti menjadi skala ukur depresi yang valid dan dapat diterima dengan memiiki corrected item total corelation yang lebih besar dari 0,3 yang dilakukan pada pasien penderita gagal jantung kronis.Jadi peneliti tidak melakukan uji validitas karena instrumen HADS yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian ini merupakan instrumen baku yang biasa digunakan untuk mengetahui depresi dari pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

b. Uji reliabilitas (keandalan)

(59)

J. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan proses pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing

Pada proses ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data.

b. Coding

Pada proses ini, peneliti hanya mencantumkan inisial nama dari responden dan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, seperti P= perempuan, L= laki-laki.

c. Tabulasi

Pada proses ini, peneliti memasukan data dari hasil penelitian ke dalam master table atau database computer berdasarkan kriteria yang telah ada.

d. Pengolahan

Pada proses ini, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggambarkan program statistik.

K. Analisa Data

a. Analisis Univariat

(60)

b. Analisis Bivariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh terapi murotal Al-Qur’an yang diberikan terhadap tingkat depresi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Analisis uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney Udikarenakan skala yang digunakan adalah skala ordinal, dimana bisa langsung dikatagorikan sebagai data non-parametrik.

Uji yang digunakan untuk melihat pengaruh pemberian murotal Al-Qur’an sebelum pemberian (pre- test) dan sesudah pemberian (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon (uji non parametrik). Sedangkan uji yang digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh pemberian murotalAl-Qur’an antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah uji Mann-Whitney U (uji non parametrik). Dari uji statistic didapatkan nilai signifikansi p< 0,005, maka H0 ditolak dan Ha diterima (Nursalam, 2013).

L. Etik Penelitian

(61)

1. Inform Consent

Inform concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Inform concent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, tujuannya agar responden mengerti maksud penelitian.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara hanya mencantumkan inisial nama responden. 3. Confidentiality (kerahasiaan)

Seluruh data penelitian ini dijaga kerahasiaannya saat hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan hasil penelitiannya dan tidak disebar luaskan baik melalui media cetak maupun media elektronik.

4. Right for justice (keadilan)

(62)

mendapatkan perlakuan yang sama yaitu murotal Al-Qur’an bersamaan dengan waktu ketika kelompok eksperimen diberikan intervensi.

(63)

51 A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta terletak di Jalan Wates Km. 5,5 Gamping, kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini termasuk yang terlengkap di Yogyakarta, salah satunya fasilitas unit hemodialisis untuk pasien yang ingin cuci darah. Unit hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki 24 tempat tidur dan 24 mesin hemodialisis. Ruangannya difasilitasi dengan 3 buah televisi dan 3 buah kamar mandi. Unit hemodialisis ini memiliki 7 perawat yang terlatih yang bekerja di setiap siftnya.

(64)

Selama hemodialisis pasien diukur tekanan darahnya dan pasien diberikan fasilitas hiburan seperti televisi yang dapat pasien dan keluarga gunakan. Dalam ruangan hemodialisis juga terdapat dispenser yang dapat keluarga dan pasien gunakan. Keluarga diperkenankan untuk menunggu pasien selama berlangsungnya hemodialisis. Di unit hemodialisis belum terdapat SOP terkait penanganan terhadap depresi, hanya terdapat dokter yang berkunjung dan memantau para pasien dan terdapat pembina rohani yaitu seorang ustadz yang akan memimpin do’a bersama tetapi karena keterbatasan waktu dari pembina rohani, maka lebih sering dilakukan pada hari Selasa dan Jumat.

2. Gambaran Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden GGK Yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah

Gamping (N=30) Karakteristik

(65)
(66)

3. Gambaran Tingkat Depresi Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisis Kelompok Penelitian

Tabel 4.2 Tingkat Depresi Pasien Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gamping (N=30)

Tingkat Depresi Pasien

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Total Sumber: Data Primer

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis pada kelompok eksperimen pada saat pre-test paling banyak berada pada kategori ringan yaitu sebanyak 12 responden (80%), jumlah responden dengan kategori kasus sedang 3 responden (20%). Tingkat depresi kelompok eksperimen setelah diberikan murotal Al-Qur’an paling banyak berada di kategori ringan dengan jumlah seluruh responden pada kelompok tersebut menjadi 11 responden (73,3%), sedangkan 3 responden menjadi katagori normal (20%) dan jumlah responden dengan kategori sedang menjadi 1 responden (6,7%).

(67)

kategori normal dan 11 orang responden (73,3%) berada di kategori ringan dan 1 orang responden (6,7%) berada di kategori sedang.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden dan Tingkat Depresi di RS PKU Muhammadiyah Gamping (N=30)

Karakteristik Depresi Kelompok Eksperimen

Depresi Kelompok Kontrol Ringan Sedang Ringan Sedang Jenis kelamin

Sumber: Data Primer

(68)

(60,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 3 responden (20,0%) berjenis kelamin perempuan. Pada kelompok kontrol tingkat depresi dengan jenis kelamin laki-laki didominasi oleh depresi kasus ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60,0%), sedangkan tingkat depresi dengan jenis kelamin perempuan adalah sama, baik kasus ringan maupun kasus sedang dengan jumlah responden 3 orang (20,0%) pada setiap kasus depresi. Karakteristik usia pada kelompok eksperimen didominasi oleh rentang usia 40-59 tahun, baik depresi kasus ringan maupun kasus sedang. Pada kelompok kontrol rentang usia 40-59 tahun mendominasi depresi kasus ringan, sedangkan rentang usia 20-39 tahun mendominasi depresi kasus sedang.

4. Perbedaan Tingkat Depresi Pada Setiap Kelompok Penelitian

a. Pengukuran Tingkat Depresi Pada Setiap Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 4.4Tingkat Depresi Pasien Pre-test dan Post-test Pada Setiap Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol di RS

PKU Muhammadiyah Gamping

Kelompok Pre-test Post-test p

Median Mean SD Median Mean SD

Intervensi 10,00 10,00 1,773 9,00 8,73 1,486 0,025 Kontrol 9,00 9,40 1,242 8,00 8,53 1,187 0,025

Sumber: Data Primer

(69)

bermakna pada pengukuran tingkat depresi saat pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen.

Hasil analisis dengan uji Wilcoxon pada kelompok kontrol diperoleh nilai p=<0,025 dengan rerata depresi tertinggi pada pengukuran saat pre-test (9,40). Karena nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna pada pengukuran tingkat depresi saat pre-test dan post-test pada kelompok kontrol.

5. Perbedaan Tingkat Depresi Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol

a. Pengukuran Tingkat Depresi Pre-Test dan Post-test Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 4.5 Perbedaan Tingkat Depresi Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sesudah Diberikan Intervensi di RS

PKU Muhammadiyah Gamping Waktu

Kelompok Eksperimen N=15

Kelompok Kontrol N=15

Median Mean SD p Median Mean SD p

Pre-test 10,00 10,00 1,773 1,000 9,00 9,40 1,242 1,000 Post-test 9,00 8,73 1,486 1,000 8,00 8,53 1,187 1,000

Sumber: Data Primer

(70)
(71)

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 terkait karakteristik depresi pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki pada kedua kelompok. Fakta di lapangan, responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan saat dilakukan wawancara.

(72)

mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu terjadinya gagal ginjal kronik.

b. Usia Responden

(73)

c. Pendidikan Responden

Karakteristik pasien GGK berdasarkan pendidikan, diketahui responden terbanyak ada di tingkat pendidikan rendah, yaitu sebesar 40,0% pada kelompok eksperimen dan 46,7% kelompok kontrol. Menurut penelitian Nurcahyati (2011), tidak terdapat keterikatan antara pendidikan dengan kejadian GGK maupun pasien yang menjalani hemodialisis. Pendidikan hanya mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan yang akan dan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatannya.

d. Pekerjaan

(74)

Asri,dkk (2006) yang mengatakan bahwa 2/3 pasien yang mendapatkan terapi dialysis tidak pernah kembali pada aktifitas atau pekerjaan sediakala, sehingga banyak pasien yang kehilangan pekerjaannya.

2. Karakteristik Responden dan Tingkat Depresi a. Jenis Kelamin

(75)

b. Usia Responden

Berdasarkan tabel 4.3 terkait dengan usia terhadap depresi, didapatkan usia 40-59 tahun adalah yang terbanyak pada kedua kelompok dan berada paling banyak di katagori depresi ringan. Sesuai dengan penelitian Heny dan Setia (2015) yang menunjukan rentang usia 45 – 60 mempunyai jumlah penderita paling banyak diantara rentang usia lainnya. Hal tersebut bukan hanya terjadi pada laki – laki namun juga pada pasien perempuan. Rentang usia tersebut oleh Papalia dkk (2009) disebut dengan masa dewasa tengah yaitu masa awal terjadinya kemunduran kemampuan sensori, kesehatan, stamina dan kekuatan, sehingga beresiko tinggi terhadap terjadinya depresi.

c. Pendidikan Responden

(76)

terhadap pencetus depresi yang disebabkan oleh stresor fisik dan psikologis, dengan tingkat pendidikan yang baik maka seseorang akan memandang positif stressor yang mereka terima (Hardywinoto, 1999). Didukung oleh Notoatmojo, pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya perilaku, sehingga seseorang yang pendidikan tinggi cenderung akan berprilaku positif. Tingkat pendidikan setara SMA/SMK secara umum sudah termasuk dalam kategori yang baik sehingga responden sudah mampu mengontrol dan membangun tingkat emosi secara sempurna. Notoatmodjo menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin memengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan.

(77)

pendidikan mempunyai pengaruh terhadap depresi yang dialami oleh pasien.

d. Riwayat Hemodialisis

Berdasarkan karakteristik depresi pada pasien terkait dengan lama menjalani hemodialisis didapatkan responden terbanyak adalah 8 orang (53,4%), dimana tingkat depresi <12 bulan pada kelompok ekperimen dan 9 orang (59,9%), dimana tingkat depresi >12 bulan pada kelompok kontrol.

(78)

e. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.3 terkait pekerjaan terhadap depresi, didapatkan responden terbanyak adalah yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebanyak 4 orang (26,7%) pada kelompok eksperimen dan responden yang tidak bekerja sebanyak 5 orang (33,3) pada kelompok kontrol. Penelitian Rustina (2012), pasien yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki angka kejadian lebih besar adanya depresi. Hal ini bisa saja diakibatkan karena tidak adanya kegiatan pasien yang dapat mengalihkan dari rasa tidak nyaman selama pengobatan. Diperkuat dari penelitian Wijaya (2005), yang menyatakan bahwa status pekerjaan, kehilangan pekerjaan, rasa kehilangan peran dalam keluarga dan sosial merupakan factor risiko depresi baik pada populasi normal maupun populasi dengan penyakit kronik dan pada kenyataannya status pekerjaan akan berpengaruh terhadap status ekonomi.

3. Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an Terhadap Depresi

(79)

Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi berhubungan, antara lain adalah lingkungan dan kesiapan psikis dan fisik, pemahaman dari responden, lama pemberian murotal Al-Qur’an, volume audio.

Pada penelitian ini, lingkungan dan kesiapan diri dari responden dalam mendengarkan murotal Al-Qur’an tidak berpengaruh terhadap tingkat depresi. Hal ini diperkuat dari fakta dilapangan, bahwa pada saat dilakukannya intervensi murotal Al-Qur’an keadaan lingkungan di dalam ruang hemodialisis pasien tidak kondusif dikarenakan tata ruangan yang seperti barak yang tidak diberi pemisah antar tempat tidur pasien satu dengan pasien lainnya, selain itu banyaknya keributan yang terjadi dimana banyak keluarga maupun pasien yang mengobrol ditengah berjalannya pemberian murotal AL-Qur’an. Dalam penelitian Ernawati (2013), disebutkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan berpengaruh jika didengarkan dalam keadaan yang tenang serta pendengar memperhatikan dalam arti tidak berbicara atau meninggalkan kesibukan yang dapat mengganggu dari mendengarkan. Selain itu, responden juga harus siap untuk meresapi murotal Al-Qur’an yang didengar, sehingga memberikan efek menenangkan jiwa, seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut “Dan apabila dibacakan Al- Qur’an maka dengarlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang

(80)

Faktor lain selain lingkungan dan kesiapan diri adalah pemahaman dari respoden. Pemahaman dari responden tidak mempengaruhi murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi. Fakta dilapangan memperlihatkan bahwa terdapat beberapa pasien yang tidak membaca selebaran arti dan latin dari murottal hingga murotal selesai diperdengarkan. Menurut Ahmad dalam Al-Hafidz (2007) dalam Erita (2014) menyatakan bahwa Al-Qur’an

berpengaruh semakin kuat untuk menurunkan tingkat depresi dan

membebaskan diri dari pikiran negatif, apabila disamping

mendengarkan, pasien juga bisa memahami ayat yang sedang

mereka dengar.

(81)

menurunkan tingkat depresi apabila diperdengarkan secara berulang-ulang, tidak hanya sebatas 2 kali saja.

Dalam penelitian, faktor lain yang membuat tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi adalah berhubungan dengan volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murotal Al-Qur’an. Peneliti tidak memperhatikan unsur volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murotal Al-Qur’an. Dalam penelitian Novita (2012), disebutkan bahwa musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu frekuensi (pitch), volum (intensity), warna nada (timbre), interval, dan tempo atau durasi (rhytm) (Hus, 2007; Finnerty, 2008; Nilsson, 2008; Andrzej, 2009; Heather, 2010; Chiang, 2012). Misalnya pitch yang tinggi, dengan rhytm cepat dan volume yang keras akan meningkatkan ketegangan otot atau menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks (Chiang 2012).

(82)

20-20.000 Hz. Frekuensi lebih dari 20-20.000 Hz disebut sebagai ultrasonic, dan dibawah 20 Hz dikenal sebagai infrasonic (Birbauner, dkk., 1994; Joseph & Ulrich, 2007). Bunyi dengan frekuensi tinggi (3000-8000 Hz atau lebih) lazimnya bergetar di otak dan mempengaruhi fungsi kognitif seperti berpikir, persepsi spasial dan memori. Bunyi dengan frekuensi sedang 750-3000 Hz cenderung merangsang kerja jantung, paru dan emosional. Sedangkan bunyi dengan frekuensi rendah 125-750 Hz akan mempengaruhi gerakan-gerakan fisik (Campbell, 2006).

Dikatakan high frequencies jika lebih dari 100 Hz, dan low frequencies jika dibawah 100 Hz. Gelombang Hi-Freq dalam bidang kesehatan gelombangnya digunakan untuk pemeriksaan radiologi dan pada penggunaan mesin ESWL (Joseph & Ulrich, 2007). Birbauner, dkk (1994) dalam publikasi ilmiah yang berjudul Perception of Music and Dimensional Complexity of Brain activity,

(83)

gelombang gamma pada frekuensi 20-80 Hz. Eerikainen (2007) melakukan penelitian frekuensi suara musik yang bisa dijadikan terapi. Frekuensi yang direkomendasikan untuk mengurangi nyeri adalah 40-52 Hz.

Terapi musik bisa diawali dengan frekuensi 40 Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini adalah frekuensi dasar di talamus, sehingga stimulasi getaran dengan frekuensi yang sama akan memulai efek kognitif untuk terapi. Pada pasien stroke dan alzeimer disarankan dengan frekuensi 40 Hz. Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang (Arslan, Ozer, & Ozyurt, 2007; American Music Therapy Association, 2008; Andrzej, 2009). Menurut Nilsson (2009), karakteristik musik yang bersifat terapi adalah musik yang nondramatis, dinamikanya bisa diprediksi, memiliki nada yang lembut, harmonis, dan tidak berlirik, temponya 60-80 beat per minute. Musik yang bersifat sebaliknya, akan menimbulkan efek seperti meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan meningkatkan stress.

(84)

ringan dan 3 responden mengalami depresi sedang, namun pada saat post-test terdapat 3 responden yang tingkat depresinya menjadi normal, 11 responden dengan depresi ringan dan 1 responden dengan depresi sedang. Hal ini menunjukan bahwa murotal Al-Qur’an mempunyai pengaruh dapat membuat ketenangan.

(85)

selanjutnya dapat menurunkan tekanan darah. Selaras dengan Al-Quran surat Al-A’raf ayat 204 yang berbunyi “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarlah baik-baik, dan

(86)

C. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan penelitian

a. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Eksperimen dengan pre-test dan post-test dengan kelompok kontrol, dimana desain ini membandingkan antara kelompok yang diberikan perlakuan dan tidak diberikan perlakuan sehingga hasil penelitian dapat terlihat jelas.

b. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil yang digunakan valid dan reliabel. c. Murotal Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat depresi saat

pre-test dan post-test, meskipun murotal Al-Qur’an tidak terdapat pengaruh terhadap depresi.

2. Kelemahan penelitian

a. Waktu pemberian intervensi murotal Al-Qur’an yang terbatas dan kurang lama, sehingga tidak terjadi pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi

b. Peneliti sulit mendapatkan pasien yang mengalami depresi, sehingga peneliti memakan waktu dalam mencari responden. c. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor pengganggu,

(87)

75

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat dismpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Tingkat depresi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, rentang usia antara 40-59 tahun, tingkat pendidikan rendah, riwayat hemodialisis baik <12 bulan maupun >12 bulan dan yang tidak memiliki pekerjaan.

2. Terdapat perbedaan tingkat depresi yang signifikan pada pasien sebelum dan sesudah intervensi pada setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian terapi murottal Al-Qur’an yang diberikan terhadap tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

(88)

factor-faktor pengganggu yang dapat menjadi halangan pada pemberian murotal Al-Qur’an. Peneliti juga berharap ke peneliti selanjutnya untuk memperhatikan kelemahan penelitian yang ada serta melakukan penyempurnaan berdasarkan kelemahan penelitian tersebut.

2. Bagi Perawat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perawat sebagai salah satu intervensi non farmakologi untuk menurunkan depresi pada pasien hemodialisis, apabila diberikan tidak hanya 1-2 kali intervensi saja.

3. Bagi Pasien

Pasien dapat menggunakan teknik ini untuk menurunkan depresi selama hemodialisis.

4. Bagi Rumah Sakit/Institusi

Gambar

Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden GGK
Tabel 4.2 Tingkat Depresi Pasien Pada Kelompok Eksperimen dan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden dan Tingkat Depresi di RS
+5

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA

Persepsi Spiritual Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di ruang hemodialisa di RSI Purwokerto terhadap aspek-aspek tersebut yang meliputi

Responden dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta, yang terdiri dari 57 orang

Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Pada tabel

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabbatini (2002) resiko tinggi untuk terjadi insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU

Kesimpulan : Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan Mean Arterial Pressure (MAP) pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di ruang

Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RS Permata Medika Semarang meningkat setelah diberikan