• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi

ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi’ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

1. Skrispi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun diperguruan

tinggi lainnya

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan

arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui

pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun

pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing,

4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam

daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang peroleh karna karya tulis

ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini

Yogyakarta, 20 Februari 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik

untuk hari tua.”

(Aristoteles)

“Kesopanan adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya.”

(Cherterfield)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh.”

(Confusius)

“Sesali masa lalu

karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi jadikan

penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.”

“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang.Mencintailah bagaikan tak pernah

disakiti.Menarilah bagaikan tak seorangp

un sedang menonton.”

(5)

(Mahatma Gandhi)

“Seorang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, sedangkan seorang

optimis melihat

kesempatan dalam setiap kesulitan.”

(Sir Winston Churchill)

“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar

tidak tertidur.”

(Richard Wheeler)

“Saya lebih suka lamunan untuk masa akan datang daripada sejarah masa lalu.”

(Thomas Jefferson 1742-1826)

“Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi

kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.”

(6)

(by : me )

“Yakinlah ada sesuatu yang menemanimu selepas banyak kesabaran (yang kau

jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa

sakit.”

(7)

kepada...

Allah SWT

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu

telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku

dengan cinta dan silaturahmi. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan

akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terseleseikan.

Kedua Orang Tua ku

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku

persembahkan karya mungil ini kepada Alm. Bapak Sunarto dan Ibu Ngadilah, Ayah

Darwin dan Mama Hidayati yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan

cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan

selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi

langkah awal untuk membuat Bapak dan Ibu bahagia karna kusadar, selama ini belum

bisa berbuat yang lebih. Untuk Bapak dan Ibu yang selalu membuatku termotivasi

dan selalu menyirami kasih sayang, mendoakanku, memanjakanku, dan selalu

menasihatiku menjadi lebih baik, terima kasih Bapak...terima kasih Ibu...

Kakak dan Adik-Adikku tersayang

Untuk adikku Laila Kholifatul Khoiri, Amiva Vindho Ratu Reso, Atika Mar’atus

Sholihah tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun

sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan,

terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini dan maaf belum bisa menjadi

panutan seutuhnya , tapi kakak akan selalu menjadi yang terbaik buat kalian

(8)

kakak yang lainnya. ”

Terima kasih atas perhatian, doa dan motivasi yang telah kalian berikan, selama ini

adikmu selalu merepotkanmu dan maaf hanya bisa mempersembahkan karya mungil

ini untuk kalian, dan maaf tidak dapat menyebutkan satu per satu.

Jodoh ku “Belum Di Ketahui”

Tuhan, pertemukan aku dengan orang yang sudah engkau tulis di Lauhul Mahdfuz.

Persatukanlah aku dengannya dalam satu ikatan pernikahan. Jadikan kami pasangan

suami-istri yang halal, sakinah, mawaddah, dan warahmah, serta hidup bersama untuk

di dunia maupun di akhirat kelak. Tuntun aku selalu ke jalan Mu Rabb. Beri aku

selalu petunjuk Mu sehingga aku tak salah dalam melangkah.

Sahabatku

Buat sahabatku semuanya, Niken Sekar Alam, Tantia Pranadita Ningrum, Putri Monalisa, Mei Sita Sari, Vicky Widyanti, Nurma’atus Sholihah, Ovi Diana Ayu Andini, Nurul Hida, Yoanda Fransisca Natasha Olivia, Mar’atus Sholihah, Amalia

Choirunnisa, Epi Mayasari, Temen-temen Agro A, Temen-temen KKN Kel 36,

terimakasih atas bantuan, doa dan nasihatnya. Maaf tidak bisa menyebutkan satu per

satu.

Almamater

Yang telah membekali dan membesarkan dengan berbagai ilmu serta memberikan

pengalaman-pengalamannya.

(9)

Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 saya, dan

Bapak Ir. Agus Nugraha Setiawan, M.P., selaku Dosen Pembimbing 2 saya

terimakasih banyak pak...., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah

diajari, saya tidak akan lupa atas kesabaran dan bantuan bapak. Terima Kasih Banya

pak....

Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Pertanian

Terima kasih banyak atas semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti

(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 9 DAFTAR TABEL ... 11 DAFTAR LAMPIRAN ... 12 INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Perumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)Error! Bookmark not defined.

B. Insektisida Organik ... Error! Bookmark not defined.

C. Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. ) .. Error! Bookmark not defined.

D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Parameter Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.

F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Uji Penolakan ... Error! Bookmark not defined.

B. Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan KematianError! Bookmark not defined.

C. Keutuhan Beras ... Error! Bookmark not defined.

D. Warna, Aroma, dan Rasa ... Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.

The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.

(16)

1

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Didalam

pembangunan nasional, komoditi ini mempunyai peranan strategis, karena

mempunyai peran yang sangat besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh

karena itu, beras akan selalu menjadi perhatian dalam ketersediaan. Untuk

meningkatkan produksi beras, faktor gudang sebagai tempat penyimpanan beras

penting sekali. Produksi beras yang melimpah akan menimbulkan problem cara

dan tempat penyimpanannya sehingga pemerintah membangun Bulog untuk

menyediakan stok beras dalam negeri (Amrullah, 2003; Bulog, 2000 dan Hanny,

2002).

Beras yang disimpan di dalam gudang sering mendapat gangguan dari

serangan hama. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan

kehilangan berat bahan. Gudang bisa menjadi tempat perkembangan hama jika

tidak ada program manajemen untuk pengendalian hama (Bonanto, 2008). Faktor

kelembaban juga berpengaruh terhadap potensi serangan hama gudang (Toekidjo,

1996). Pada penyimpanan, beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun

kuantitas yang disebabkan faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah

gangguan hama beras di tempat penyimpanan sedangkan faktor fisik antara lain

adalah derajat sosoh (Sunjaya dkk, 1970 dalam Kusmayadi, 1997). Pada

(17)

Coleoptera, salah satunya yaitu Sitophilus oryzae L. (Anggara, 2007 dan Pranata

1982).

Menurut Hussein dan Ibrahim (1986) kerusakan akibat Sitophilus oryzae L.

mencapai 10-20% pada saat penyimpanan beras di gudang, sehingga pada saat

dipasarkan menurunkan nilai jualnya. Di Indonesia Sitophilus oryzae L.

dilaporkan memiliki peranan penting dalam penurunan nilai ekonomis dalam

penyimpanan khususnya beras. Kerusakan beras dapat ditandai dengan adanya

lubang yang ada pada setiap butir beras. Kutu akan menggunakan rahangnya

untuk membuat lubang dan dijadikan sebagai tempat tinggal telur selama 18 hari.

Menurut Natawigena (1985) pengendalian hama Sitophilus oryzae L.

sampai sekarang ini masih menggunakan pestisida yang berbahan dasar kimia

dengan teknik fumigasi yaitu menggunakan gas, uap, bau dan asap. Bahan yang

digunakan dalam fumigasi di gudang-gudang Bulog saat ini antara lain

Phosphine dan Metyl bromide (Bulog, 1996a). Penggunaan pestisida kimia

dalam pengendalian hama saat ini banyak menimbulkan dampak negatif, terutama

masalah pencemaran lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida kimia di

Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati.

Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan, salah satu

alternatifnya adalah penggunaan pestisida alami atau biopestisida. Pestisida alami

atau biopestisida adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002). Tumbuhan kaya akan bahan aktif

yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan

(18)

terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga

non sasaran (Istianto, 2009).

Sebagai negara tropis yang masih banyak memiliki sumber daya alami,

Indonesia masih mempunyai banyak peluang untuk menemukan adanya sebuah

senyawa yang memiliki sifat-sifat insektisida dari berbagai jenis tumbuhan.

Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati yaitu

tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai

penarik, atau sebagai insektisida pada serangga (Rodriguez & Levin,1975). Pada saat

ini diperkirakan jumlah tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar

200 spesies, 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Ketaren,1985). Jenis

minyak atsiri yang diproduksi dan beredar dipasar dunia saat ini telah mencapai

70-80 macam, 15 diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993).

Salah satu tanaman yang memiliki bahan aktif berupa minyak atsiri yaitu

tanaman Kencur yang berasal dari family Zingiberaceae (temu-temuan) Gholib

(2009) mengemukakan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.)

mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 - 3.9%, cinnamal, aldehide,

asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat, flavonoid, saponin,

methyl-p-methoxycinnamate 4,3%, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan pentadecane

yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton

mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans dan bersifat repellent yaitu sebagai

penolak serangga. Minyak atsiri pada kencur juga dapat digunakan untuk

(19)

dapat mengakibatkan kematian pada hama (Anonim 2007b). Dalam praktek yang

sudah dilakukan oleh Taufik, dkk (2013) ekstrak tanaman kencur dapat diaplikasikan

dengan bentuk formulasi, cair maupun serbuk.

Keberhasilan aplikasi dalam pengendalian hama ditentukan oleh beberapa

faktor, salah satunya berupa dosis. Pemberian dosis yang terlalu banyak ataupun

sedikit akan menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak negatif ataupun dampak

positif. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan dosis yang efektif

dalam mengendalikan hama kutu beras.

B.Perumusan Masalah

1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu

beras ?

2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ?

C.Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian

hama kutu beras.

(20)

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)

Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat

merugikan dan sulit. Klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) yaitu

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili

Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae). Sitophilus oryzae L.

ukuran dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak

pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai

gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat

garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak

kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2

bercak pada sayap sebelah kanan (Kalshoven,1981).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan

telur sampai 300-400 butir. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak

dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur

diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu

menggunakan rostumnya. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan

telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut lalu ditutupi dengan suatu zat

warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya. Gelatin ini berfungsi melindungi

telur dari kerusakan. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Panjang pendeknya

siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di

(21)

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala

kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir

panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuaikan susut

bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan,

2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu penyimpanan

(Soekarna, 1982). Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk

ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium

pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji

selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relative besar

dengan moncongnya (Tandiabang, dkk, 2009).

Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran

atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang

kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri

pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera

pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang

tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang.

Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti

tepung. Kualitas beras akan menjadi rusak sekali akibat serangan hama ini yang

bercampur dengan air liur hama (Pracaya, 1991).

Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada

keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu,

dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan

(22)

enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang

bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt.

sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan

kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut

menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).

B.Insektisida Organik

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh

organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang

dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida

bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida

kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan

pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).

Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang

bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002),

pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena

mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami

dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi,

tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami

terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang

merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat

pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya

akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit

(23)

tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam

Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung

pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia,

sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan

diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili

(Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002),

jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan

paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.

Nenek moyang kita telah mengembangkan pestisida nabati yang ada di

lingkungan pemukimannya untuk melindungi tanaman dari serangan

pengganggunya secara alamiah. Mereka memakai pestisida nabati atas dasar

kebutuhan praktis dan disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang

karena desakan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Kearifan nenek moyang

kita bermula dari kebiasaan menggunakan bahan jamu (empon-empon = Jawa)

tumbuhan bahan racun (gadung, ubi kayu hijau, pucung, jenu = Jawa), tumbuhan

berkemampuan spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai

hewan/serangga, seperti awarawar, rawe, senthe), atau tumbuhan lain

berkemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsak, biji

mindi, daun mimba, lerak, dll) (Kardinan, 1999).

Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus

dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988)

(24)

1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak

meracuni (non toksik).

2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif

aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.

3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.

4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis

tumbuhan penghasil pestisida nabati.

5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi

penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara

berkembang.

Pestisida nabati dapat digolongkan berdasarkan organisme sasaran misalnya

insektisida, rodentisida, fungisida, nematisida, bakterisida, dll. Insektisida adalah

salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

hama serangga. Insektisida mencakup bahan-bahan beracun sehingga perlu

hati-hati dalam penggunaannya. Insektisida dalam bentuk ternis perlu diformulasikan

terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada lahan pertanian. Insektisida dapat

dikelompokkan kembali berdasarkan bahan aktif, sumber bahan, formulasi,

pengaruh dan cara kerjanya (Wudianto, 2010).

C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak

tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.

(25)

bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan

tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang

besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang

tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma

(Soeprapto, 1986).

Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan

tanah dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun

berukuran 10-12 cm dengan lebar 8–10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari

pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata (Backer, 1986).

Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang

dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih

berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih

kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua

ditumbuhi akar pada ruas-ruas rimpang berwarna putih kekuningan (Backer,

1986).

Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun

mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat

tumbuh lebih dari satu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan

beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentuk

corong pendek (Backer, 1986).

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan satu di antara tanaman yang

(26)

melaporkan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.)

mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 – 3.9 %, cinnamal,

aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat flavonoid, saponin,

methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan

pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur

Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009).

Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah

menguap. Umumnya tidak berwarna akan tetapi bila dibiarkan lebih lama

warnanya berubah menjadi kecoklatan karena terjadi oksidasi/mencegahnya

disimpan di tempat yang sejuk dan kering di dalam wadah tertutup rapat dan

berwarna gelap. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari persenyawaan hidrokarbon asiklik dan

hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon yang mengikat oksigen seperti alkohol,

fenol dan eter (Claus dkk,1970).

Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur inilah yang dianggap

sebagai senyawa antifungi. Karena berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010)

mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri

mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan

seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang

berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis

seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap

(27)

merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson,

1995).

Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau

mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah: (1) Mengganggu/mencegah

perkembangan telur, larva dan pupa, (2) Mengganggu/mencegah aktifitas pergantian

kulit dari larva (3) Mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga

(4). Meracun larva dan serangga dewasa imago, (5). Mengganggu / mencegah makan

serangga, (6) Menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) Menolak

serangga larva dan dewasa, dan (8) Menghambat pertumbuhan penyakit.

(Anonymous dalam Saraswati (2004). Dan minyak atsiri yang terdapat pada rimpang

kencur ini mempunyai sifat sebagai penolak serangga dan bisa dijadikan sebagai

insektisida.

D.Hipotesis

Pemberian ekstrak rimpang kencur dengan dosis 4 gram / 50 gram / 10 ekor

(28)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.

B.Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah hama kutu beras

stadia dewasa dengan ukuran badan seragam sebanyak 210 ekor yang diperoleh dari

Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Hama dan Penyakit Tanaman Universitas

Gadjah Mada dan beras dengan varietas Cianjur sebanyak 1050 gram, air, rimpang

kencur sebanyak 2,5 kg yang dibeli dari pasar terdekat, pestisida sintetik dengan

bahan aktif Alluminium Phosphide sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS,

erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air.

Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi

R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau,

talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik,

nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran

besar yang digunakan untuk aplikasi nantinya, panci yang berukuran besar sebanyak

2 buah. Alat-alat bisa didapatkan dengan cara meminjam di Laboratorium

(29)

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan

rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri

atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu

perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan

tanpa perlakuan pestisida sebagai pembanding dalam 50 gram beras / 10 ekor

Sithopilus oryzae L.. Setiap perlakuan dicampur dengan 50 gram beras dan 10 ekor

kutu beras. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggga total ada 21 unit.

D.Cara Penelitian

Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan ekstraksi melalui proses

infundasi dengan pelarut Aquades, pengaplikasian, dan uji kualitas beras.

1. Proses pembuatan ekstrak

a. Proses pembuatan ekstraksi dilakukan di laboratorium Proteksi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu

dengan mencuci rimpang kencur hingga bersih setelah itu mengeringkan dengan

menggunakan suhu ruang tanpa terkena sinar matahari secara langsung selama 24

jam. Rimpang kencur dipotong kecil-kecil dengan cara diiris dengan menggunakan

pisau hingga ukurannya menjadi kecil selanjutnya proses pengeringan menggunakan

(30)

sehingga didapat hasil serbuk simplisia halus. Proses selanjutnya ialah proses

infundasi.

b. Proses infundasi ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Proses infundasi ini menggunakan pelarut aquades. Proses infundasi

dilakukan dengan cara menimbang serbuk simplisia sebanyak 200 gram setelah itu

memasukkan air ke dalam panci A secukupnya. Simplisia halus yang sudah

ditimbang dimasukkan ke dalam panci B. Panci B diletakkan diatas panci A setelah

itu dimasukkan aquades sebanyak 2 liter selanjutnya dipanaskan hingga suhu

mencapai 900C dengan sesekali sambil diaduk ditambah dengan perpanjangan waktu

selama 15 menit. Kemudian infuse diserkai dengan menggunakan kain flannel,

sehingga didapat filtrate cairan infuse. Setelah itu mengukur volume filtrate cairan

infuse yang didapat. Selanjutnya cairan infuse dipekatkan dengan menggunakan

Rotary Evaporator dan hasil pekat simplisia dikentalkan dengan menggunakan alat

penggorengan selama 3 jam dengan suhu 900C dengan sesekali diaduk. Hasil yang

didapat berupa ekstrak kental rimpang kencur. Menimbang ekstrak kental kencur

sesuai dengan perlakuan. Tahapan selanjutnya ekstrak kental rimpang kencur dengan

(31)

Aplikasi dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, tahap awal serbuk ekstrak kental dikemas menggunakan

kain kasa dan diikat dengan seuntai benang. Untuk perlakuan kontrol tanpa

menggunakan dosis, dan untuk perlakuan sebagai pembanding menggunakan

pestisida sintetik dengan takaran 2.5 mg yang didapat dengan cara menumbuk dan

menimbang serbuk dari tablet. Tahap selanjutnya yaitu beras disortir antara beras

yang bentuknya utuh dan beras yang bentuknya tidak utuh, lalu beras ditimbang

dengan berat 50 gram untuk semua perlakuan, kemudian beras dimasukkan kedalam

siflock. Lalu meletakkan serbuk ekstrak kental yang sudah dikemas sesuai dengan

dosis perlakuan ke dalam toples yang sudah berisi beras kemudian hama kutu beras

dimasukkan ke dalam siflock sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 8

ekor betina diletakkan pada setiap siflock lalu dibiarkan dalam keadaan tertutup dan

siflock diberi sedikit udara supaya menggelembung dan diberi lubang kecil-kecil.

Aplikasi dilakukan pada sore hari jam 18.00 WIB. Penetapan aplikasi pada jam

18.00 WIB merupakan tanda-tanda hama akan keluar dari tempat persembunyiannya

dan hama akan mati setelah mencium aroma dari ekstrak rimpang kencur.

3. Pengamatan Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan setiap hari dan di jam yang sama, diulang

(32)

Plastik diberi tanda sesuai dengan perlakuan menggunakan label kertas. Beras

dimasukkan kedalam plastik sesuai dengan perlakuan dan dimasak dengan cara

direbus dalam waktu yang bersamaan. Lontong yang sudah matang kemudian

dipotong dadu lalu dibagikan kepada para panelist untuk menilai kualitas nasi.

Penilaian kualitas nasi digunakan untuk menilai aroma, warna dan rasa dari nasi

sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan.

E.Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak kental rimpang

kencur sebagai insektisida nabati hama kutu beras yaitu

1. Tingkat Penolakan

Tingkat penolakan dihitung dari banyaknya hama kutu beras yang berpindah

tempat dari sudut ke sudut ruangan toples. Jumlah penolakan bisa didapatkan dengan

melakukan pengamatan setiap harinya. Jumlah penolakan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

2. Jumlah hama yang mati

Pengamatan hama yang mati dilakukan setiap 12 jam sekali mulai dari 12 jam

(33)

a. Mortalitas Imago

Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh esktrak

rimpang kencur dalam membunuh kutu beras. Tingkat mortalitas imago didasarkan

pada jumlah imago yang mati setiap harinya dengan menggunakan rumus :

P =

Dimana :

P : Persentase kematian imago (%)

A : Jumlah imago yang mati

B : Jumlah imago yang hidup

b. Efikasi

Efikasi adalah efektifitas pestisida terhadap organisme sasaran yang

didaftarkan berdasarkan pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium. Parameter

Efikasi dapat dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi yang dihitung

menggunakan :

rumus :

Efikasi = [

]

Ket :

(34)

Ca = Jumlah kutu beras yang hidup dalam toples kontrol sesudah aplikasi di

hari terakhir.

c. Kecepatan kematian

Kecepatan kematian menunjukkan seberapa cepat pengaruh ekstrak

rimpang kencur pada kematian kutu beras dilihat dari jumlah kematian per jam nya.

Kecepatan kematian dihitung menggunakan rumus :

V =

Ket : V = Kecepatan kematian (ekor/jam)

T = Waktu pengamatan (pengamatan jam ke-12 dan jam ke 24)

N = Jumlah serangga yang mati (ekor)

N = Jumlah serangga yang diujikan (ekor)

3. Kualitas Beras

Parameter yang diamati untuk menentukan kualitas beras antara lain sebagai

berikut :

a. Keutuhan Beras

Keutuhan fisik beras ditentukan dari bentuk fisik beras mengalami

perubahan atau tidak. Perubahan fisik dapat ditandai dengan panjang beras yang

(35)

4. Kualitas Nasi

Penentuan kualitas nasi dilakukan diakhir pengamatan. Penilaian kualitas nasi

dilakukan oleh 3 orang panelist. Penilaian kualitas nasi ditentukan dari segi aroma,

rasa dan warna. Hasil uji organoleptik dihitung menggunakan rumus :

a. Warna

Pemeriksaan warna nasi dilakukan dengan membandingkan antara nasi

yang diberi dosis perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan dan pemeriksaan dilakukan

diakhir percobaan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 3 yaitu skala 1

menyatakan beras berwarna putih jernih, skala 2 menyatakan beras berwarna putih

keruh, dan skala 3 menyatakan beras berwarna kecoklatan.

b. Aroma

Kualitas aroma ditentukan dengan cara membandingkan antara nasi yang

diberi perlakuan dengan nasi tanpa diberi perlakuan yang ditandai adanya bau aroma

yang bersumber dari ekstrak rimpang kencur tersebut. Penilaian akan penciuman

(36)

Penilaian terhadap kualitas rasa ditentukan dengan cara membandingkan

antara nasi yang diberi perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan yang ditandai dengan

pencampuran yang bersumber dari beras dan rimpang kencur. Penilaian akan kualitas

rasa nasi dapat dinyatakan dengan indikator penilaian dalam bentuk indeks skala 1

sampai 3 dengan keterangan skala 1 menyatakan enak dan skala 2 menyatakan tidak

enak dan skala 3 menyatakan enak sekali. Penilaian ini menunjukkan bahwa nasi

yang diberi perlakuan ekstrak rimpang kencur setelah diaplikasikan apakah masih

tetap sama akan rasanya dengan nasi tanpa diberi perlakuan.

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of

variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka

dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf

(37)

pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk

ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu

beras menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dan menghasilkan

tingkat penolakan yang lebih rendah dari perlakuan pestisida sintetik. Semakin tinggi

dosis serbuk ekstrak rimpang kencur maka semakin tinggi tingkat penolakan hama

kutu beras (Tabel 1 dan Lampiran 2a).

Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras. Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Tingkat Penolakan (%) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 3,33 bc

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 3,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 13,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 26,67 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 33,33 b

Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,00 a*

Tanpa pestisida 0,00 c

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%. *: 10 ekor hama kutu beras mati.

Pengamatan pada semua imago kutu beras menunjukkan setelah diberi serbuk

ekstrak rimpang kencur mengalami gejala awal yang sama yaitu semua serangga

bergerak naik ke atas menuju pembatas perekat plastik. Hal ini membuktikan bahwa

bau menyengat yang berasal dari bahan aktif pada serbuk ekstrak rimpang kencur

(38)

(Kaempferia galangal L.) mengandung komponen zat aktif yaitu saponin, flavonoida,

polifenol, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat

flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone,

eucalyptol, pentadecane dan minyak atsiri 2.4 – 3.9 % yang mengandung sineol dan

kamferin.

Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur mengandung senyawa

metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid.

Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang berperan penting

dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis seskuiterpenoid yang

diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan,

seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida (Repellent), merangsang

pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995). Bahan aktif

yang terdapat dalam rimpang kencur masuk kedalam tubuh serangga melalui system

pernapasan (inhibitor metabolisme respirasi).

Prijono (1988) menyatakan semakin banyak atau pekat konsentrasi insektisida

nabati yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap penolakan

organisme sasaran karena akumulasi racun yang ditimbulkan oleh insektisida

tersebut. Serbuk ekstrak rimpang kencur yang konsentrasinya rendah yang telah

(39)

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan

pengaruh nyata terhadap mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian pada hama kutu

beras (Lampiran 2.b, 2.c, 2.d). Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g

sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras tidak menimbulkan kematian

sehingga lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetik, dan menghasilkan

mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian yang tidak beda nyata. Pertambahan dosis

yang semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap mortalitas, efikasi, dan kecepatan

[image:39.612.118.523.433.579.2]

kematian (Tabel 2).

Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian

Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu)

Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (ekor/jam) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,0 a 100,0 a 100,0 a

Tanpa pestisida 0,0 b 0,0 b 0,0 b

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%.

Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh ekstrak rimpang

kencur dalam membunuh kutu beras. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dosis 2 sampai

(40)

dinding sel dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini akan mengakibatkan transfor

nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya akan mati, akan

tetapi pada kenyataannya kandungan yang terdapat pada rimpang kencur tidak dapat

mengakibatkan kematian serangga sehinggga molekul yang terdapat pada kandungan

rimpang kencur belum mencapai sasaran pada tubuh serangga Sithophylus Oryzae L.

Pestisida rimpang kencur mengandung bahan aktif minyak atsiri minyak atsiri 2.4 –

3.9 % yang mengandung sineol dan kamferin dapat digunakan untuk mengendalikan

berbagai jenis serangga tanaman (Anonim, 2007b). Minyak atsiri dari rimpang kencur

bersifat repellent yaitu sebagai penolak serangga tetapi bila rimpang kencur diblender

dan aroma terhirup ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dapat mengakibatkan

kematian serangga kutu beras.

Beberapa metode ekstraksi untuk mendapat kandungan aktif dalam sebuah

tanaman dapat dilakukan bermacam-macam, bisa dilakukan dengan menggunakan

metode perebusan, salah satunya yakni metode dengan menggunakan Infundasi

(Satria, 2016) dan evaporasi. Ekstraksi dengan metode infundasi memiliki kelebihan

dan kekurangan. Sari yang dihasilkan cepat menguap dan mudah tercemar oleh

bakteri dan kapang merupakan salah satu kekurangan dari proses ekstraksi dengan

(41)

terjadi karena perlakuan pemanasan pada saat pengeringan rimpang dan pemekatan

ekstrak dengan menggunakan rotary evaporator, seperti yang telah dipaparkan oleh

Koirewoa dkk (2012) dan Rompas dkk (2012) kandungan kimia yang terdapat pada

rimpang kencur akan cepat mudah teroksidasi pada suhu tinggi.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil efikasi yang didapat lebih rendah

dibanding dengan pestisida sintetik. Hal ini disebabkan keefektifan pestisida nabati

yang semakin menurun, turunnya keefektifan pestisida nabati diduga residu pestisida

yang semakin rendah dan karena sifat pestisida nabati tersebut yang mudah

terdegradasi oleh faktor alam seperti suhu dan kelembaban. Pestisida kimiawi

mempunyai rerata nilai efikasi tertinggi, hal ini disebabkan daya kerja pestisida

kimiawi dapat mengendalikan hama lebih cepat karena pestisida yang digunakan

berbahan aktif Alluminium Phospide. Yang bersifat insektisida racun kontak terhadap

Sithopylus oryzae L., sehingga kutu beras yang terkena insektisida akan mati

dibandingkan dengan pestisida nabati yang berperan sebagai penolak serangga dan

anti feedant akan menghambat makan dengan cara sebagai racun perut dan racun

kontak. Tetapi reaksinya sangat lambat dibanding kimia (Kardiman,1999).

Menurut Sudarmadji (1993) umumnya senyawa aktif yang terkandung dalam

bahan akan mudah larut apabila menggunakan pelarut organik. Tetapi senyawa aktif

(42)

sintetik, pada pengamatan 12 jam sekali memperlihatkan bahwa pemberian pestisida

serbuk ekstrak rimpang rimpang kencur pada siang ataupun malam hari tidak

memberikan pengaruh terhadap serangga Sitophylus oryzae L.. Hal ini tidak sesuai

dengan apa yang telah dipaparkan oleh Bulog (2016) bahwa pestisida akan

mempengaruhi serangga Sitophylus oryzae L. pada siang hari setelah 1 jam dari

pemberian pestisida sehingga waktu dormansi untuk serangga terganggu.

C.Keutuhan Beras

Mutu beras dapat diukur atau ditentukan berdasarkan karakteristik secara

subyektif dan obyektif. Keutuhan beras merupakan salah satu karakteristik secara

subyektif. Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun

kuantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah

gangguan hama beras ditempat penyimpanan sedangkan keutuhan fisik beras

merupakan salah satu bagian dari faktor fisik.

Hubungan serangga dan inang merupakan hubungan yang khusus. Dipilih atau

tidaknya suatu jenis tanaman oleh serangga ditentukan oleh kemampuan serangga

menginfestasinya dan kondisi tanaman atau bahan tanaman apakah cocok atau tidak

untuk dijadikan makanan, tempat meletakkan telur ataupun sebagai tempat

berlindung. Kondisi tanaman atau bahan tanaman meliputi keadaan fisik dan fisiologi

(43)

terbukti dari suksesnya serangga menyelesaikan seluruh siklus hidupnya pada inang

tersebut mulai dari peletakan telur, telur menetas menjadi larva atau nimfa, pupa

sampai menjadi dewasa (imago). Tanaman atau bahan tanaman dikatakan cocok

sebagai inang dari serangga tersebut jika serangga tersebut dapat tumbuh dan

berkembang biak pada tanaman/bahan tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan

pengaruh nyata terhadap keutuhan beras yang telah diberi ekstrak rimpang kencur.

(Lampiran 2.e). Serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dosis 6g / 50g

beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan keutuhan beras yang tidak beda nyata dan

[image:43.612.117.519.483.615.2]

menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan tanpa pestisida.

Tabel 3. Rerata keutuhan beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Keutuhan beras Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 90,13 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 88,89 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 91,20 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 92,91 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 88,65 c

Pestisida sintetik dosis 000025g 100,00 a

Tanpa pestisida 94,52 b

(44)

Menurut Bursell (1970) bahwa suatu organisme akan tumbuh dan berkembang biak

dengan baik jika nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsinya ideal

untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Tidak hanya itu, kandungan gizi

yang terdapat pada bahan yang dikonsumsi memperngaruhi tingkat kesukaan dan

ketertarikan hama terhadap bahan makanan, sehingga kandungan gizi dari beras

berpengaruh pada hama sehingga menimbulkan kerusakan fisik beras. Hal ini akan

sama dengan yang sudah dipaparkan oleh Sastroamidjojo (2004) bahwa beras yang

disimpan dalam gudang dapat mencapai kerusakan antara 10-20% didalam waktu

yang relative pendek akibat serangan hama dengan hasil yang telah tersaji

menunjukkan kerusakan mencapai 10-20%. Kecilnya angka kerusakan pada keutuhan

beras terbantu karena adanya bau khas yang berasal dari esktrak tanaman kencur

sehingga aroma yang berasal dari ekstrak kencur menyebabkan ketertarikan dan

kesukaan hama terhadap bahan makanan mengalami penurunan.

D.Warna, Aroma, dan Rasa

Analisa sifat organoleptik sangat penting bagi setiap produk karena berkaitan

erat dengan penerimaan konsumen. Parameter kualitas nasi bertujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan penerimaan panelis terhadap beras yang sudah

diaplikasikan menggunakan serbuk ekstrak rimpang kencur sebagai pencegah

(45)
[image:45.612.116.574.218.349.2]

Tabel 4. Skor warna, aroma dan rasa nasi dari 3 orang panelis Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras)

Hari Pengamatan

Sifat Organoleptik (Panelist) Warna Aroma Rasa

Rata-rata Skor Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 14 Hari 2,00 2,00 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 14 Hari 2,00 2,33 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 14 Hari 2,00 2,66 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 14 Hari 2,33 2,44 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 14 Hari 2,33 2,77 2,00

Tanpa Pestisida 14 Hari 1,00 1,00 1,22

1. Warna

Warna merupakan suatu sifat bahan yang berasal dari spectrum sinar, begitu

juga dengan kilap dari bahan yang dipengaruhi oleh sinar pantul. Warna bukan

merupakan suatu zat, melainkan sensasi sensoris karena adanya rangsangan dari

seberkas energy radiasi yang jatuh ke indra penglihatan (Bambang Kartika, 1988).

Indikator uji organoleptik warna nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan skala 1

menunjukkan yang menyatakan nasi berwarna putih jernih, sedangkan skala 3

menunjukkan nasi berwarna kecoklatan. Semakin tinggi skor, warna yang dihasilkan

semakin tidak bagus sehingga menyebabkan kualitas warna menjadi turun.

Berdasarkan tabel 4 serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 5g dan dosis 6g

/ 50g beras / 10 kutu beras menghasilkan kualitas warna nasi putih keruh

(46)

serbuk ekstrak rimpang kencur terkena dengan embun yang berasal dari

dinding-dinding plastik. Warna yang timbul memberikan warna yang tidak sedap dipandang

atau memberikan kesan menyimpang dari warna nasi yang beredar dipasaran atau

warna nasi yang semestinya layak untuk dikonsumsi. Suatu bahan yang dinilai

bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna

yang tidak sedap dipandang. Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung

faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima.

2. Aroma

Dalam industri pangan pengujian aroma atau bau dianggap penting karena

cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait diterima atau

tidaknya suatu produk. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat

volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak. Hal ini disebabkan karena

serbuk ekstrak rimpang kencur memiliki aroma yang khas sehingga memberikan

pengaruh terhadap kualitas aroma pada nasi.

Indikator uji organoleptik aroma nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan

skala 1 menunjukkan aroma nasi tidak bau, sedangkan skala 3 menunjukkan aroma

nasi menjadi sangat bau. Semakin tinggi skor, aroma yang dihasilkan semakin sangat

(47)

10 ekor kutu beras. Seperti yang telah disebutkan oleh (Juliano, 1994 dalam Haryadi

2006) aroma bau yang timbul pada nasi disebabkan karena terjadi pengikatan antara

senyawa khas minyak atsiri yang berada pada rimpang kencur dengan senyawa yang

berada pada beras. Faktor lain dapat disebabkan karena penyimpanan yang

membutuhkan waktu dua minggu.

3. Rasa

Makanan merupakan gabungan dari berbagai macam rasa bahan-bahan yang

digunakan dalam makanan. Rasa diartikan sebagai rangsangan yang ditimbulkan oleh

bahan yang dimakan, yang dirasakan oleh indra pengecap atau pembau, serta

rangsangan lainnya seperti perabaan dan derajat panas oleh mulut.

Indikator uji organoleptik rasa nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan

skala 1 menunjukkan rasa nasi enak, sedangkan skala 3 menunjukkan rasa nasi enak

sekali. Berdasarkan table 4 responden menyatakan serbuk ekstrak rimpang kencur

pada dosis 2g sampai 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan nilai lebih

tinggi dibandingkan tanpa pestisida dan menghasilkan kualitas rasa nasi yang tidak

enak dibandingkan nasi tanpa pestisida. Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh

Ketare, 1985 dan Agusta 2000 menyebutkan bahwa kencur memiliki rasa getir atau

(48)

10 ekor kutu kurang efektif untuk membunuh hama kutu beras.

2. Serbuk ekstrak rimpang kencur menyebabkan penurunan kualitas warna,

aroma dan rasa nasi.

B.Saran

Perlu dikaji ulang cara pembuatan ekstrak rimpang kencur dengan menggunakan

(49)

Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB . Hal 29-34

Amanupunyo, H.R.D. (2002). Pengaruh Bubuk Cengkih Dalam Menekan PertumbuhanJamur Sclerotium Rolfsii penyebab Penyakit Layu Sclerotium Pada Kedelai.(Tesis Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan).

Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21650/Chap ter%20I.pdf;jsessionid=8

BD8B3E4479FEECF6FC97E724987ACA7?sequence=5

Anonim. 2015. Jurnal

kencur.http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/viewFile/339/402

Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25449/Chap ter%20II.pdf?sequence=4

Anonim. 2012.http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-a-maymikachi-369-2-

babii.pdfhttp://ddzahra.blogspot.com/2012/04/hama-gudang-ekstrak-kencur.html

Bulog. 2016. Tekhnical Meetting All About Rice Lice Pest. Yogyakarta. Unpublish

Bursell, E. 1970. An Introduction to Insect Physiology. Academic Press Inc.(London) LTD. London and New York

Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga) Terhadap Trichophyton mentagrophytes Dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan Penyakit Paru. Balai Besar Penelitian Veteriner Bul. Littro. Vol. 20 No. 1, 59-67

(50)

52.

Manueke Jusuf, dan Jantie Pelealu. 2015. Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung Pipilan Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra. Fakultas Pertanian Unsrat Manado.

Metcalf, R.L. & W.H. Luckman. 1975.Introduction to Insect pest Management,pp. 235 – 273.In R.L Metcalf , J.N. Pitts & W. Stumn (eds), Environmental Science and technology. John Willey & Sons, New York.

Muhlisah. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal 29-33.

NAFED. 1993. Buyer’s Guide to Indinesia Essential Oils. Departemen ofCorner, RI.

Natawigena, H., 1985. Pestisida dan Kegunaannya. Annico. Bandung. 72 H

Novizan.(2002). Membuat dan memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta.Agromedia Pustaka.

Pattikawa. (2007). Potensi Beberapa Tanaman Dalam Menekan Pertumbuhan BakteriRalstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Pada Pisang Secara In Vitro.Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Patton, R. L. 1963. Introductory Insect Physiology. W.B. Saunders Compaqny, Philadelphia and London, Toppan Company Limited,Tokyo, Japan.

Prijono.1988. Pengujian Insektisida (Penuntunan Praktikum) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor.

Rahman, dkk. 2007. Ethanolic Extract Of Melgota (Nacaranga Postulata) For Repelent Insectisidal Activity Against Rice Weevil (Sitophilus Oryzae). Arf J. Biotechnology, Vol 6(4), pp.379-383.

Rickman, J.F,.dan M. Gummert.2012. Karakterisasi Dan Standardisasi Mutu Gabah-Beras. IRRI, Los Banos, Philippines: Penelitian Tanaman Padi.

(51)

Rompas, R.A., Hosea, J. E., dan Adithya, Y. 2012. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Dalam Daun Lamun (Syringodium isoetifolium).J. Pharmacon 1 (2): 59-63.

Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi.UMM.Malang.

Sastrohamidjojo, Prof. Dr. Hardjono, 2004. “Kimia Minyak Atsiri”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Satria.2016. Volume dan Metode Ekstraksi. Laboratorium Farmasetika UMY. Yogyakarta. Unpublish

Sohilait, H. J. 2006. Kimia Minyak Atsiri dan Peranannya dalam Pembangunan di Maluku ke Depan.Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Pattimura Ambon.

Wasilah, F., Ammi S., dan Yanti H. 2010. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Schlect Secara In Vitro. Bandung: Seminar Nasional BIOUPI.

Wudianto

(52)

Keterangan :

K2.1 , K2.2 , K2.3 = 2 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K3.1 , K3.2 , K3.3 = 3 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K4.1 , K4.2 , K4.3 = 4 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K5.1 , K5.2 , K5.3 = 5 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K6.1 , K6.2 , K6.3 = 6 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K1 , K2 , K3 = control (tanpa perlakuan) / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

P1 , P2 , P3 = 0,00025 miligram Pestisida Sintetik / 50 gram beras/ 10 ekor kutu beras

K4.3 K2

K4.2 K3.2 K6.1 K4.1 K3.3 K3.1 K6.3

(53)

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 22180.95238 3696.82540 13.16 <.0001

Error 14 3933.33333 280.95238

Corrected Total 20 26114.28571

b. Tingkat mortalitas terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

c. Tingkat efikasi terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

d. Tingkat kecepatan kematian terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

e. Hasil keutuhan beras terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 286.4970667 35.8121333 7.32 0.0013 Error 12 58.7441905 4.8953492

(54)

1. Pencucian rimpang kencur

2. Penirisan rimpang kencur

3. Penjemuran rimpang kencur

4. Rimpang kencur kering 5. Proses penghalusan rimpang kencur

6. Serbuk rimpang kencur

7. Proses infundasi 8. Ekstrak rimpang kencur

(55)

13. Penimbangan beras

14. Beras tidak utuh 15. Beras utuh

(56)

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR

(Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK

HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi

ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

(57)

ABSTRACT

A research was conducted to determine the effective dose of galanga rhizomes extracts for controlling Sitophilus oryzae L. and to understand the influences of kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.

The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.

(58)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Untuk memenuhi kebutuhan beras, pemerintah menyediakan gudang untuk dijadikan sebagai penyimpanan produksi beras. Setiap produk pasca panen yang disimpan di dalam gudang tidak bisa menjamin terhadap kualitas produknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan produk mengalami penurunan, salah satunya hama.

Pada umumnya hama yang menyerang beras adalah kutu beras (Sitophilus oryzae, L.). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama kutu beras ditandai dengan perubahan bulir beras yang awalnya utuh menjadi tidak utuh.

Untuk mengatasi penggunaan pestisida yang dijadikan sebagai alternatif namun dapat merusak lingkungan dapat dialihkan dengan menggantinya menjadi pestisida alami yang diperoleh dari tanaman-tanaman yang tersedia di Negara Indonesia dan tentunya dengan metode serta ukuran yang telah disesuaikan.

B.Perumusan Masalah

1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu beras ?

2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ? C.Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian hama kutu beras.

(59)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)

Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan dan sulit. Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt. sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).

B.Insektisida Organik

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).

Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut (1) Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik). (2) Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.(3) Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah. (4) Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. (5) Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang.

C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )

(60)

pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009). Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010) mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida, merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995).

D.Hipotesis

(61)

III. TATA DAN CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan hama kutu beras dan beras sebanyak 1050 gram, air, rimpang kencur sebanyak 2,5 kg pestisida sintetik sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS, erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air. Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau, talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik, nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran besar, panci yang berukuran besar sebanyak 2 buah.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan tanpa perlakuan pestisida sebagai p

Gambar

Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian
Tabel 3. Rerata keutuhan beras
Tabel 4. Skor warna, aroma dan rasa nasi dari 3 orang panelis
Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras
+2

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penguasaan lahan rumahtangga, keikutsertaan suami-istri dalam kegiatan kelompok dan pengetahuan lokal suami istri dalam budidaya tanaman di lahan hutan mempengaruhi

Dari proses login diatas dan berhasil login ke dalam sistem aplikasi ini dapat disadap lalulintas pengiriman data oleh aplikasi wireshark yang dilakukan

Akan tetapi, karena adanya tujuan sosial, dan dengan kewenangan untuk mengatur yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemerintah Daerah Jawa Tengah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan N umbered Head Together (NHT) berbantuan media

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Survei Penggunaan Internet untuk Pencarian Informasi Obat dan Pengobatan di Kalangan Mahasiswa Non-Kesehatan Universitas Sanata Dharma

Analysis of genetic variability in various tissue culture- derived lemon plant populations using RAPD and flow cytometry.. Botany: taxonomy, morphology and

Selanjutnya dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bahwa rata-rata penilaian derajat kecanggihan di industri sangkar burung Mojosongo untuk komponen Inforware memiliki

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional,