SKRIPSI
Oleh :
Rofi
’
ah Sahara
20120210020
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
Oleh :
Rofi’ah Sahara
20120210020
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
1. Skrispi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun diperguruan
tinggi lainnya
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan
arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui
pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun
pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing,
4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam
daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang peroleh karna karya tulis
ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini
Yogyakarta, 20 Februari 2016
Yang membuat pernyataan,
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik
untuk hari tua.”
(Aristoteles)
“Kesopanan adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya.”
(Cherterfield)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.”
(Confusius)
“Sesali masa lalu
karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi jadikan
penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.”
“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang.Mencintailah bagaikan tak pernah
disakiti.Menarilah bagaikan tak seorangp
un sedang menonton.”
(Mahatma Gandhi)
“Seorang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, sedangkan seorang
optimis melihat
kesempatan dalam setiap kesulitan.”
(Sir Winston Churchill)
“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar
tidak tertidur.”
(Richard Wheeler)
“Saya lebih suka lamunan untuk masa akan datang daripada sejarah masa lalu.”
(Thomas Jefferson 1742-1826)
“Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.”
(by : me )
“Yakinlah ada sesuatu yang menemanimu selepas banyak kesabaran (yang kau
jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa
sakit.”
kepada...
Allah SWT
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu
telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku
dengan cinta dan silaturahmi. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terseleseikan.
Kedua Orang Tua ku
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku
persembahkan karya mungil ini kepada Alm. Bapak Sunarto dan Ibu Ngadilah, Ayah
Darwin dan Mama Hidayati yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan
cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Bapak dan Ibu bahagia karna kusadar, selama ini belum
bisa berbuat yang lebih. Untuk Bapak dan Ibu yang selalu membuatku termotivasi
dan selalu menyirami kasih sayang, mendoakanku, memanjakanku, dan selalu
menasihatiku menjadi lebih baik, terima kasih Bapak...terima kasih Ibu...
Kakak dan Adik-Adikku tersayang
Untuk adikku Laila Kholifatul Khoiri, Amiva Vindho Ratu Reso, Atika Mar’atus
Sholihah tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun
sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan,
terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini dan maaf belum bisa menjadi
panutan seutuhnya , tapi kakak akan selalu menjadi yang terbaik buat kalian
kakak yang lainnya. ”
Terima kasih atas perhatian, doa dan motivasi yang telah kalian berikan, selama ini
adikmu selalu merepotkanmu dan maaf hanya bisa mempersembahkan karya mungil
ini untuk kalian, dan maaf tidak dapat menyebutkan satu per satu.
Jodoh ku “Belum Di Ketahui”
Tuhan, pertemukan aku dengan orang yang sudah engkau tulis di Lauhul Mahdfuz.
Persatukanlah aku dengannya dalam satu ikatan pernikahan. Jadikan kami pasangan
suami-istri yang halal, sakinah, mawaddah, dan warahmah, serta hidup bersama untuk
di dunia maupun di akhirat kelak. Tuntun aku selalu ke jalan Mu Rabb. Beri aku
selalu petunjuk Mu sehingga aku tak salah dalam melangkah.
Sahabatku
Buat sahabatku semuanya, Niken Sekar Alam, Tantia Pranadita Ningrum, Putri Monalisa, Mei Sita Sari, Vicky Widyanti, Nurma’atus Sholihah, Ovi Diana Ayu Andini, Nurul Hida, Yoanda Fransisca Natasha Olivia, Mar’atus Sholihah, Amalia
Choirunnisa, Epi Mayasari, Temen-temen Agro A, Temen-temen KKN Kel 36,
terimakasih atas bantuan, doa dan nasihatnya. Maaf tidak bisa menyebutkan satu per
satu.
Almamater
Yang telah membekali dan membesarkan dengan berbagai ilmu serta memberikan
pengalaman-pengalamannya.
Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 saya, dan
Bapak Ir. Agus Nugraha Setiawan, M.P., selaku Dosen Pembimbing 2 saya
terimakasih banyak pak...., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah
diajari, saya tidak akan lupa atas kesabaran dan bantuan bapak. Terima Kasih Banya
pak....
Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Pertanian
Terima kasih banyak atas semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 9 DAFTAR TABEL ... 11 DAFTAR LAMPIRAN ... 12 INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Perumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)Error! Bookmark not defined.
B. Insektisida Organik ... Error! Bookmark not defined.
C. Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. ) .. Error! Bookmark not defined.
D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Parameter Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.
F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.
A. Uji Penolakan ... Error! Bookmark not defined.
B. Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan KematianError! Bookmark not defined.
C. Keutuhan Beras ... Error! Bookmark not defined.
D. Warna, Aroma, dan Rasa ... Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.
The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.
1
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Didalam
pembangunan nasional, komoditi ini mempunyai peranan strategis, karena
mempunyai peran yang sangat besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh
karena itu, beras akan selalu menjadi perhatian dalam ketersediaan. Untuk
meningkatkan produksi beras, faktor gudang sebagai tempat penyimpanan beras
penting sekali. Produksi beras yang melimpah akan menimbulkan problem cara
dan tempat penyimpanannya sehingga pemerintah membangun Bulog untuk
menyediakan stok beras dalam negeri (Amrullah, 2003; Bulog, 2000 dan Hanny,
2002).
Beras yang disimpan di dalam gudang sering mendapat gangguan dari
serangan hama. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan
kehilangan berat bahan. Gudang bisa menjadi tempat perkembangan hama jika
tidak ada program manajemen untuk pengendalian hama (Bonanto, 2008). Faktor
kelembaban juga berpengaruh terhadap potensi serangan hama gudang (Toekidjo,
1996). Pada penyimpanan, beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun
kuantitas yang disebabkan faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah
gangguan hama beras di tempat penyimpanan sedangkan faktor fisik antara lain
adalah derajat sosoh (Sunjaya dkk, 1970 dalam Kusmayadi, 1997). Pada
Coleoptera, salah satunya yaitu Sitophilus oryzae L. (Anggara, 2007 dan Pranata
1982).
Menurut Hussein dan Ibrahim (1986) kerusakan akibat Sitophilus oryzae L.
mencapai 10-20% pada saat penyimpanan beras di gudang, sehingga pada saat
dipasarkan menurunkan nilai jualnya. Di Indonesia Sitophilus oryzae L.
dilaporkan memiliki peranan penting dalam penurunan nilai ekonomis dalam
penyimpanan khususnya beras. Kerusakan beras dapat ditandai dengan adanya
lubang yang ada pada setiap butir beras. Kutu akan menggunakan rahangnya
untuk membuat lubang dan dijadikan sebagai tempat tinggal telur selama 18 hari.
Menurut Natawigena (1985) pengendalian hama Sitophilus oryzae L.
sampai sekarang ini masih menggunakan pestisida yang berbahan dasar kimia
dengan teknik fumigasi yaitu menggunakan gas, uap, bau dan asap. Bahan yang
digunakan dalam fumigasi di gudang-gudang Bulog saat ini antara lain
Phosphine dan Metyl bromide (Bulog, 1996a). Penggunaan pestisida kimia
dalam pengendalian hama saat ini banyak menimbulkan dampak negatif, terutama
masalah pencemaran lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida kimia di
Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati.
Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan, salah satu
alternatifnya adalah penggunaan pestisida alami atau biopestisida. Pestisida alami
atau biopestisida adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002). Tumbuhan kaya akan bahan aktif
yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan
terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga
non sasaran (Istianto, 2009).
Sebagai negara tropis yang masih banyak memiliki sumber daya alami,
Indonesia masih mempunyai banyak peluang untuk menemukan adanya sebuah
senyawa yang memiliki sifat-sifat insektisida dari berbagai jenis tumbuhan.
Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati yaitu
tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai
penarik, atau sebagai insektisida pada serangga (Rodriguez & Levin,1975). Pada saat
ini diperkirakan jumlah tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar
200 spesies, 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Ketaren,1985). Jenis
minyak atsiri yang diproduksi dan beredar dipasar dunia saat ini telah mencapai
70-80 macam, 15 diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993).
Salah satu tanaman yang memiliki bahan aktif berupa minyak atsiri yaitu
tanaman Kencur yang berasal dari family Zingiberaceae (temu-temuan) Gholib
(2009) mengemukakan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.)
mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 - 3.9%, cinnamal, aldehide,
asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat, flavonoid, saponin,
methyl-p-methoxycinnamate 4,3%, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan pentadecane
yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton
mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans dan bersifat repellent yaitu sebagai
penolak serangga. Minyak atsiri pada kencur juga dapat digunakan untuk
dapat mengakibatkan kematian pada hama (Anonim 2007b). Dalam praktek yang
sudah dilakukan oleh Taufik, dkk (2013) ekstrak tanaman kencur dapat diaplikasikan
dengan bentuk formulasi, cair maupun serbuk.
Keberhasilan aplikasi dalam pengendalian hama ditentukan oleh beberapa
faktor, salah satunya berupa dosis. Pemberian dosis yang terlalu banyak ataupun
sedikit akan menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak negatif ataupun dampak
positif. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan dosis yang efektif
dalam mengendalikan hama kutu beras.
B.Perumusan Masalah
1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu
beras ?
2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ?
C.Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian
hama kutu beras.
5
I. TINJAUAN PUSTAKA
A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)
Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat
merugikan dan sulit. Klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) yaitu
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili
Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae). Sitophilus oryzae L.
ukuran dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak
pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai
gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat
garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak
kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2
bercak pada sayap sebelah kanan (Kalshoven,1981).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan
telur sampai 300-400 butir. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak
dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur
diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu
menggunakan rostumnya. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan
telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut lalu ditutupi dengan suatu zat
warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya. Gelatin ini berfungsi melindungi
telur dari kerusakan. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Panjang pendeknya
siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di
Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala
kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir
panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuaikan susut
bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan,
2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu penyimpanan
(Soekarna, 1982). Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk
ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium
pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji
selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relative besar
dengan moncongnya (Tandiabang, dkk, 2009).
Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran
atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang
kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri
pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera
pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang
tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang.
Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti
tepung. Kualitas beras akan menjadi rusak sekali akibat serangan hama ini yang
bercampur dengan air liur hama (Pracaya, 1991).
Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada
keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu,
dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan
enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang
bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt.
sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan
kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut
menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).
B.Insektisida Organik
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida
bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida
kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan
pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).
Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002),
pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena
mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami
dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi,
tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami
terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang
merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya
akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit
tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam
Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung
pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia,
sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan
diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili
(Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002),
jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan
paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.
Nenek moyang kita telah mengembangkan pestisida nabati yang ada di
lingkungan pemukimannya untuk melindungi tanaman dari serangan
pengganggunya secara alamiah. Mereka memakai pestisida nabati atas dasar
kebutuhan praktis dan disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang
karena desakan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Kearifan nenek moyang
kita bermula dari kebiasaan menggunakan bahan jamu (empon-empon = Jawa)
tumbuhan bahan racun (gadung, ubi kayu hijau, pucung, jenu = Jawa), tumbuhan
berkemampuan spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai
hewan/serangga, seperti awarawar, rawe, senthe), atau tumbuhan lain
berkemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsak, biji
mindi, daun mimba, lerak, dll) (Kardinan, 1999).
Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus
dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988)
1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak
meracuni (non toksik).
2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif
aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.
3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.
4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis
tumbuhan penghasil pestisida nabati.
5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi
penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara
berkembang.
Pestisida nabati dapat digolongkan berdasarkan organisme sasaran misalnya
insektisida, rodentisida, fungisida, nematisida, bakterisida, dll. Insektisida adalah
salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
hama serangga. Insektisida mencakup bahan-bahan beracun sehingga perlu
hati-hati dalam penggunaannya. Insektisida dalam bentuk ternis perlu diformulasikan
terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada lahan pertanian. Insektisida dapat
dikelompokkan kembali berdasarkan bahan aktif, sumber bahan, formulasi,
pengaruh dan cara kerjanya (Wudianto, 2010).
C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak
tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.
bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan
tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang
besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang
tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma
(Soeprapto, 1986).
Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan
tanah dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun
berukuran 10-12 cm dengan lebar 8–10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari
pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata (Backer, 1986).
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih
berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih
kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua
ditumbuhi akar pada ruas-ruas rimpang berwarna putih kekuningan (Backer,
1986).
Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun
mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat
tumbuh lebih dari satu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan
beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentuk
corong pendek (Backer, 1986).
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan satu di antara tanaman yang
melaporkan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.)
mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 – 3.9 %, cinnamal,
aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat flavonoid, saponin,
methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan
pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur
Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009).
Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah
menguap. Umumnya tidak berwarna akan tetapi bila dibiarkan lebih lama
warnanya berubah menjadi kecoklatan karena terjadi oksidasi/mencegahnya
disimpan di tempat yang sejuk dan kering di dalam wadah tertutup rapat dan
berwarna gelap. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari persenyawaan hidrokarbon asiklik dan
hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon yang mengikat oksigen seperti alkohol,
fenol dan eter (Claus dkk,1970).
Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur inilah yang dianggap
sebagai senyawa antifungi. Karena berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010)
mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri
mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan
seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang
berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis
seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap
merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson,
1995).
Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau
mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah: (1) Mengganggu/mencegah
perkembangan telur, larva dan pupa, (2) Mengganggu/mencegah aktifitas pergantian
kulit dari larva (3) Mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga
(4). Meracun larva dan serangga dewasa imago, (5). Mengganggu / mencegah makan
serangga, (6) Menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) Menolak
serangga larva dan dewasa, dan (8) Menghambat pertumbuhan penyakit.
(Anonymous dalam Saraswati (2004). Dan minyak atsiri yang terdapat pada rimpang
kencur ini mempunyai sifat sebagai penolak serangga dan bisa dijadikan sebagai
insektisida.
D.Hipotesis
Pemberian ekstrak rimpang kencur dengan dosis 4 gram / 50 gram / 10 ekor
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.
B.Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah hama kutu beras
stadia dewasa dengan ukuran badan seragam sebanyak 210 ekor yang diperoleh dari
Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Hama dan Penyakit Tanaman Universitas
Gadjah Mada dan beras dengan varietas Cianjur sebanyak 1050 gram, air, rimpang
kencur sebanyak 2,5 kg yang dibeli dari pasar terdekat, pestisida sintetik dengan
bahan aktif Alluminium Phosphide sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS,
erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air.
Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi
R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau,
talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik,
nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran
besar yang digunakan untuk aplikasi nantinya, panci yang berukuran besar sebanyak
2 buah. Alat-alat bisa didapatkan dengan cara meminjam di Laboratorium
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan
rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri
atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu
perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan
tanpa perlakuan pestisida sebagai pembanding dalam 50 gram beras / 10 ekor
Sithopilus oryzae L.. Setiap perlakuan dicampur dengan 50 gram beras dan 10 ekor
kutu beras. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggga total ada 21 unit.
D.Cara Penelitian
Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan ekstraksi melalui proses
infundasi dengan pelarut Aquades, pengaplikasian, dan uji kualitas beras.
1. Proses pembuatan ekstrak
a. Proses pembuatan ekstraksi dilakukan di laboratorium Proteksi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu
dengan mencuci rimpang kencur hingga bersih setelah itu mengeringkan dengan
menggunakan suhu ruang tanpa terkena sinar matahari secara langsung selama 24
jam. Rimpang kencur dipotong kecil-kecil dengan cara diiris dengan menggunakan
pisau hingga ukurannya menjadi kecil selanjutnya proses pengeringan menggunakan
sehingga didapat hasil serbuk simplisia halus. Proses selanjutnya ialah proses
infundasi.
b. Proses infundasi ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Proses infundasi ini menggunakan pelarut aquades. Proses infundasi
dilakukan dengan cara menimbang serbuk simplisia sebanyak 200 gram setelah itu
memasukkan air ke dalam panci A secukupnya. Simplisia halus yang sudah
ditimbang dimasukkan ke dalam panci B. Panci B diletakkan diatas panci A setelah
itu dimasukkan aquades sebanyak 2 liter selanjutnya dipanaskan hingga suhu
mencapai 900C dengan sesekali sambil diaduk ditambah dengan perpanjangan waktu
selama 15 menit. Kemudian infuse diserkai dengan menggunakan kain flannel,
sehingga didapat filtrate cairan infuse. Setelah itu mengukur volume filtrate cairan
infuse yang didapat. Selanjutnya cairan infuse dipekatkan dengan menggunakan
Rotary Evaporator dan hasil pekat simplisia dikentalkan dengan menggunakan alat
penggorengan selama 3 jam dengan suhu 900C dengan sesekali diaduk. Hasil yang
didapat berupa ekstrak kental rimpang kencur. Menimbang ekstrak kental kencur
sesuai dengan perlakuan. Tahapan selanjutnya ekstrak kental rimpang kencur dengan
Aplikasi dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, tahap awal serbuk ekstrak kental dikemas menggunakan
kain kasa dan diikat dengan seuntai benang. Untuk perlakuan kontrol tanpa
menggunakan dosis, dan untuk perlakuan sebagai pembanding menggunakan
pestisida sintetik dengan takaran 2.5 mg yang didapat dengan cara menumbuk dan
menimbang serbuk dari tablet. Tahap selanjutnya yaitu beras disortir antara beras
yang bentuknya utuh dan beras yang bentuknya tidak utuh, lalu beras ditimbang
dengan berat 50 gram untuk semua perlakuan, kemudian beras dimasukkan kedalam
siflock. Lalu meletakkan serbuk ekstrak kental yang sudah dikemas sesuai dengan
dosis perlakuan ke dalam toples yang sudah berisi beras kemudian hama kutu beras
dimasukkan ke dalam siflock sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 8
ekor betina diletakkan pada setiap siflock lalu dibiarkan dalam keadaan tertutup dan
siflock diberi sedikit udara supaya menggelembung dan diberi lubang kecil-kecil.
Aplikasi dilakukan pada sore hari jam 18.00 WIB. Penetapan aplikasi pada jam
18.00 WIB merupakan tanda-tanda hama akan keluar dari tempat persembunyiannya
dan hama akan mati setelah mencium aroma dari ekstrak rimpang kencur.
3. Pengamatan Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan setiap hari dan di jam yang sama, diulang
Plastik diberi tanda sesuai dengan perlakuan menggunakan label kertas. Beras
dimasukkan kedalam plastik sesuai dengan perlakuan dan dimasak dengan cara
direbus dalam waktu yang bersamaan. Lontong yang sudah matang kemudian
dipotong dadu lalu dibagikan kepada para panelist untuk menilai kualitas nasi.
Penilaian kualitas nasi digunakan untuk menilai aroma, warna dan rasa dari nasi
sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan.
E.Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak kental rimpang
kencur sebagai insektisida nabati hama kutu beras yaitu
1. Tingkat Penolakan
Tingkat penolakan dihitung dari banyaknya hama kutu beras yang berpindah
tempat dari sudut ke sudut ruangan toples. Jumlah penolakan bisa didapatkan dengan
melakukan pengamatan setiap harinya. Jumlah penolakan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
2. Jumlah hama yang mati
Pengamatan hama yang mati dilakukan setiap 12 jam sekali mulai dari 12 jam
a. Mortalitas Imago
Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh esktrak
rimpang kencur dalam membunuh kutu beras. Tingkat mortalitas imago didasarkan
pada jumlah imago yang mati setiap harinya dengan menggunakan rumus :
P =
Dimana :
P : Persentase kematian imago (%)
A : Jumlah imago yang mati
B : Jumlah imago yang hidup
b. Efikasi
Efikasi adalah efektifitas pestisida terhadap organisme sasaran yang
didaftarkan berdasarkan pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium. Parameter
Efikasi dapat dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi yang dihitung
menggunakan :
rumus :
Efikasi = [
]
Ket :
Ca = Jumlah kutu beras yang hidup dalam toples kontrol sesudah aplikasi di
hari terakhir.
c. Kecepatan kematian
Kecepatan kematian menunjukkan seberapa cepat pengaruh ekstrak
rimpang kencur pada kematian kutu beras dilihat dari jumlah kematian per jam nya.
Kecepatan kematian dihitung menggunakan rumus :
V =
Ket : V = Kecepatan kematian (ekor/jam)
T = Waktu pengamatan (pengamatan jam ke-12 dan jam ke 24)
N = Jumlah serangga yang mati (ekor)
N = Jumlah serangga yang diujikan (ekor)
3. Kualitas Beras
Parameter yang diamati untuk menentukan kualitas beras antara lain sebagai
berikut :
a. Keutuhan Beras
Keutuhan fisik beras ditentukan dari bentuk fisik beras mengalami
perubahan atau tidak. Perubahan fisik dapat ditandai dengan panjang beras yang
4. Kualitas Nasi
Penentuan kualitas nasi dilakukan diakhir pengamatan. Penilaian kualitas nasi
dilakukan oleh 3 orang panelist. Penilaian kualitas nasi ditentukan dari segi aroma,
rasa dan warna. Hasil uji organoleptik dihitung menggunakan rumus :
∑
a. Warna
Pemeriksaan warna nasi dilakukan dengan membandingkan antara nasi
yang diberi dosis perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan dan pemeriksaan dilakukan
diakhir percobaan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 3 yaitu skala 1
menyatakan beras berwarna putih jernih, skala 2 menyatakan beras berwarna putih
keruh, dan skala 3 menyatakan beras berwarna kecoklatan.
b. Aroma
Kualitas aroma ditentukan dengan cara membandingkan antara nasi yang
diberi perlakuan dengan nasi tanpa diberi perlakuan yang ditandai adanya bau aroma
yang bersumber dari ekstrak rimpang kencur tersebut. Penilaian akan penciuman
Penilaian terhadap kualitas rasa ditentukan dengan cara membandingkan
antara nasi yang diberi perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan yang ditandai dengan
pencampuran yang bersumber dari beras dan rimpang kencur. Penilaian akan kualitas
rasa nasi dapat dinyatakan dengan indikator penilaian dalam bentuk indeks skala 1
sampai 3 dengan keterangan skala 1 menyatakan enak dan skala 2 menyatakan tidak
enak dan skala 3 menyatakan enak sekali. Penilaian ini menunjukkan bahwa nasi
yang diberi perlakuan ekstrak rimpang kencur setelah diaplikasikan apakah masih
tetap sama akan rasanya dengan nasi tanpa diberi perlakuan.
F. Analisis Data
Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of
variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka
dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk
ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu
beras menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dan menghasilkan
tingkat penolakan yang lebih rendah dari perlakuan pestisida sintetik. Semakin tinggi
dosis serbuk ekstrak rimpang kencur maka semakin tinggi tingkat penolakan hama
kutu beras (Tabel 1 dan Lampiran 2a).
Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras. Perlakuan
(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Tingkat Penolakan (%) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 3,33 bc
Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 3,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 13,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 26,67 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 33,33 b
Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,00 a*
Tanpa pestisida 0,00 c
Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%. *: 10 ekor hama kutu beras mati.
Pengamatan pada semua imago kutu beras menunjukkan setelah diberi serbuk
ekstrak rimpang kencur mengalami gejala awal yang sama yaitu semua serangga
bergerak naik ke atas menuju pembatas perekat plastik. Hal ini membuktikan bahwa
bau menyengat yang berasal dari bahan aktif pada serbuk ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galangal L.) mengandung komponen zat aktif yaitu saponin, flavonoida,
polifenol, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat
flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone,
eucalyptol, pentadecane dan minyak atsiri 2.4 – 3.9 % yang mengandung sineol dan
kamferin.
Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur mengandung senyawa
metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid.
Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang berperan penting
dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis seskuiterpenoid yang
diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan,
seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida (Repellent), merangsang
pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995). Bahan aktif
yang terdapat dalam rimpang kencur masuk kedalam tubuh serangga melalui system
pernapasan (inhibitor metabolisme respirasi).
Prijono (1988) menyatakan semakin banyak atau pekat konsentrasi insektisida
nabati yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap penolakan
organisme sasaran karena akumulasi racun yang ditimbulkan oleh insektisida
tersebut. Serbuk ekstrak rimpang kencur yang konsentrasinya rendah yang telah
Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan
pengaruh nyata terhadap mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian pada hama kutu
beras (Lampiran 2.b, 2.c, 2.d). Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g
sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras tidak menimbulkan kematian
sehingga lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetik, dan menghasilkan
mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian yang tidak beda nyata. Pertambahan dosis
yang semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap mortalitas, efikasi, dan kecepatan
[image:39.612.118.523.433.579.2]kematian (Tabel 2).
Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian
Perlakuan
(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu)
Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (ekor/jam) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,0 a 100,0 a 100,0 a
Tanpa pestisida 0,0 b 0,0 b 0,0 b
Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%.
Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh ekstrak rimpang
kencur dalam membunuh kutu beras. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dosis 2 sampai
dinding sel dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini akan mengakibatkan transfor
nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya akan mati, akan
tetapi pada kenyataannya kandungan yang terdapat pada rimpang kencur tidak dapat
mengakibatkan kematian serangga sehinggga molekul yang terdapat pada kandungan
rimpang kencur belum mencapai sasaran pada tubuh serangga Sithophylus Oryzae L.
Pestisida rimpang kencur mengandung bahan aktif minyak atsiri minyak atsiri 2.4 –
3.9 % yang mengandung sineol dan kamferin dapat digunakan untuk mengendalikan
berbagai jenis serangga tanaman (Anonim, 2007b). Minyak atsiri dari rimpang kencur
bersifat repellent yaitu sebagai penolak serangga tetapi bila rimpang kencur diblender
dan aroma terhirup ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dapat mengakibatkan
kematian serangga kutu beras.
Beberapa metode ekstraksi untuk mendapat kandungan aktif dalam sebuah
tanaman dapat dilakukan bermacam-macam, bisa dilakukan dengan menggunakan
metode perebusan, salah satunya yakni metode dengan menggunakan Infundasi
(Satria, 2016) dan evaporasi. Ekstraksi dengan metode infundasi memiliki kelebihan
dan kekurangan. Sari yang dihasilkan cepat menguap dan mudah tercemar oleh
bakteri dan kapang merupakan salah satu kekurangan dari proses ekstraksi dengan
terjadi karena perlakuan pemanasan pada saat pengeringan rimpang dan pemekatan
ekstrak dengan menggunakan rotary evaporator, seperti yang telah dipaparkan oleh
Koirewoa dkk (2012) dan Rompas dkk (2012) kandungan kimia yang terdapat pada
rimpang kencur akan cepat mudah teroksidasi pada suhu tinggi.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil efikasi yang didapat lebih rendah
dibanding dengan pestisida sintetik. Hal ini disebabkan keefektifan pestisida nabati
yang semakin menurun, turunnya keefektifan pestisida nabati diduga residu pestisida
yang semakin rendah dan karena sifat pestisida nabati tersebut yang mudah
terdegradasi oleh faktor alam seperti suhu dan kelembaban. Pestisida kimiawi
mempunyai rerata nilai efikasi tertinggi, hal ini disebabkan daya kerja pestisida
kimiawi dapat mengendalikan hama lebih cepat karena pestisida yang digunakan
berbahan aktif Alluminium Phospide. Yang bersifat insektisida racun kontak terhadap
Sithopylus oryzae L., sehingga kutu beras yang terkena insektisida akan mati
dibandingkan dengan pestisida nabati yang berperan sebagai penolak serangga dan
anti feedant akan menghambat makan dengan cara sebagai racun perut dan racun
kontak. Tetapi reaksinya sangat lambat dibanding kimia (Kardiman,1999).
Menurut Sudarmadji (1993) umumnya senyawa aktif yang terkandung dalam
bahan akan mudah larut apabila menggunakan pelarut organik. Tetapi senyawa aktif
sintetik, pada pengamatan 12 jam sekali memperlihatkan bahwa pemberian pestisida
serbuk ekstrak rimpang rimpang kencur pada siang ataupun malam hari tidak
memberikan pengaruh terhadap serangga Sitophylus oryzae L.. Hal ini tidak sesuai
dengan apa yang telah dipaparkan oleh Bulog (2016) bahwa pestisida akan
mempengaruhi serangga Sitophylus oryzae L. pada siang hari setelah 1 jam dari
pemberian pestisida sehingga waktu dormansi untuk serangga terganggu.
C.Keutuhan Beras
Mutu beras dapat diukur atau ditentukan berdasarkan karakteristik secara
subyektif dan obyektif. Keutuhan beras merupakan salah satu karakteristik secara
subyektif. Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun
kuantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah
gangguan hama beras ditempat penyimpanan sedangkan keutuhan fisik beras
merupakan salah satu bagian dari faktor fisik.
Hubungan serangga dan inang merupakan hubungan yang khusus. Dipilih atau
tidaknya suatu jenis tanaman oleh serangga ditentukan oleh kemampuan serangga
menginfestasinya dan kondisi tanaman atau bahan tanaman apakah cocok atau tidak
untuk dijadikan makanan, tempat meletakkan telur ataupun sebagai tempat
berlindung. Kondisi tanaman atau bahan tanaman meliputi keadaan fisik dan fisiologi
terbukti dari suksesnya serangga menyelesaikan seluruh siklus hidupnya pada inang
tersebut mulai dari peletakan telur, telur menetas menjadi larva atau nimfa, pupa
sampai menjadi dewasa (imago). Tanaman atau bahan tanaman dikatakan cocok
sebagai inang dari serangga tersebut jika serangga tersebut dapat tumbuh dan
berkembang biak pada tanaman/bahan tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan
pengaruh nyata terhadap keutuhan beras yang telah diberi ekstrak rimpang kencur.
(Lampiran 2.e). Serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dosis 6g / 50g
beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan keutuhan beras yang tidak beda nyata dan
[image:43.612.117.519.483.615.2]menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan tanpa pestisida.
Tabel 3. Rerata keutuhan beras Perlakuan
(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Keutuhan beras Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 90,13 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 88,89 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 91,20 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 92,91 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 88,65 c
Pestisida sintetik dosis 000025g 100,00 a
Tanpa pestisida 94,52 b
Menurut Bursell (1970) bahwa suatu organisme akan tumbuh dan berkembang biak
dengan baik jika nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsinya ideal
untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Tidak hanya itu, kandungan gizi
yang terdapat pada bahan yang dikonsumsi memperngaruhi tingkat kesukaan dan
ketertarikan hama terhadap bahan makanan, sehingga kandungan gizi dari beras
berpengaruh pada hama sehingga menimbulkan kerusakan fisik beras. Hal ini akan
sama dengan yang sudah dipaparkan oleh Sastroamidjojo (2004) bahwa beras yang
disimpan dalam gudang dapat mencapai kerusakan antara 10-20% didalam waktu
yang relative pendek akibat serangan hama dengan hasil yang telah tersaji
menunjukkan kerusakan mencapai 10-20%. Kecilnya angka kerusakan pada keutuhan
beras terbantu karena adanya bau khas yang berasal dari esktrak tanaman kencur
sehingga aroma yang berasal dari ekstrak kencur menyebabkan ketertarikan dan
kesukaan hama terhadap bahan makanan mengalami penurunan.
D.Warna, Aroma, dan Rasa
Analisa sifat organoleptik sangat penting bagi setiap produk karena berkaitan
erat dengan penerimaan konsumen. Parameter kualitas nasi bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan penerimaan panelis terhadap beras yang sudah
diaplikasikan menggunakan serbuk ekstrak rimpang kencur sebagai pencegah
Tabel 4. Skor warna, aroma dan rasa nasi dari 3 orang panelis Perlakuan
(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras)
Hari Pengamatan
Sifat Organoleptik (Panelist) Warna Aroma Rasa
Rata-rata Skor Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 14 Hari 2,00 2,00 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 14 Hari 2,00 2,33 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 14 Hari 2,00 2,66 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 14 Hari 2,33 2,44 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 14 Hari 2,33 2,77 2,00
Tanpa Pestisida 14 Hari 1,00 1,00 1,22
1. Warna
Warna merupakan suatu sifat bahan yang berasal dari spectrum sinar, begitu
juga dengan kilap dari bahan yang dipengaruhi oleh sinar pantul. Warna bukan
merupakan suatu zat, melainkan sensasi sensoris karena adanya rangsangan dari
seberkas energy radiasi yang jatuh ke indra penglihatan (Bambang Kartika, 1988).
Indikator uji organoleptik warna nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan skala 1
menunjukkan yang menyatakan nasi berwarna putih jernih, sedangkan skala 3
menunjukkan nasi berwarna kecoklatan. Semakin tinggi skor, warna yang dihasilkan
semakin tidak bagus sehingga menyebabkan kualitas warna menjadi turun.
Berdasarkan tabel 4 serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 5g dan dosis 6g
/ 50g beras / 10 kutu beras menghasilkan kualitas warna nasi putih keruh
serbuk ekstrak rimpang kencur terkena dengan embun yang berasal dari
dinding-dinding plastik. Warna yang timbul memberikan warna yang tidak sedap dipandang
atau memberikan kesan menyimpang dari warna nasi yang beredar dipasaran atau
warna nasi yang semestinya layak untuk dikonsumsi. Suatu bahan yang dinilai
bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna
yang tidak sedap dipandang. Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung
faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima.
2. Aroma
Dalam industri pangan pengujian aroma atau bau dianggap penting karena
cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait diterima atau
tidaknya suatu produk. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat
volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak. Hal ini disebabkan karena
serbuk ekstrak rimpang kencur memiliki aroma yang khas sehingga memberikan
pengaruh terhadap kualitas aroma pada nasi.
Indikator uji organoleptik aroma nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan
skala 1 menunjukkan aroma nasi tidak bau, sedangkan skala 3 menunjukkan aroma
nasi menjadi sangat bau. Semakin tinggi skor, aroma yang dihasilkan semakin sangat
10 ekor kutu beras. Seperti yang telah disebutkan oleh (Juliano, 1994 dalam Haryadi
2006) aroma bau yang timbul pada nasi disebabkan karena terjadi pengikatan antara
senyawa khas minyak atsiri yang berada pada rimpang kencur dengan senyawa yang
berada pada beras. Faktor lain dapat disebabkan karena penyimpanan yang
membutuhkan waktu dua minggu.
3. Rasa
Makanan merupakan gabungan dari berbagai macam rasa bahan-bahan yang
digunakan dalam makanan. Rasa diartikan sebagai rangsangan yang ditimbulkan oleh
bahan yang dimakan, yang dirasakan oleh indra pengecap atau pembau, serta
rangsangan lainnya seperti perabaan dan derajat panas oleh mulut.
Indikator uji organoleptik rasa nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan
skala 1 menunjukkan rasa nasi enak, sedangkan skala 3 menunjukkan rasa nasi enak
sekali. Berdasarkan table 4 responden menyatakan serbuk ekstrak rimpang kencur
pada dosis 2g sampai 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan nilai lebih
tinggi dibandingkan tanpa pestisida dan menghasilkan kualitas rasa nasi yang tidak
enak dibandingkan nasi tanpa pestisida. Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh
Ketare, 1985 dan Agusta 2000 menyebutkan bahwa kencur memiliki rasa getir atau
10 ekor kutu kurang efektif untuk membunuh hama kutu beras.
2. Serbuk ekstrak rimpang kencur menyebabkan penurunan kualitas warna,
aroma dan rasa nasi.
B.Saran
Perlu dikaji ulang cara pembuatan ekstrak rimpang kencur dengan menggunakan
Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB . Hal 29-34
Amanupunyo, H.R.D. (2002). Pengaruh Bubuk Cengkih Dalam Menekan PertumbuhanJamur Sclerotium Rolfsii penyebab Penyakit Layu Sclerotium Pada Kedelai.(Tesis Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan).
Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21650/Chap ter%20I.pdf;jsessionid=8
BD8B3E4479FEECF6FC97E724987ACA7?sequence=5
Anonim. 2015. Jurnal
kencur.http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/viewFile/339/402
Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25449/Chap ter%20II.pdf?sequence=4
Anonim. 2012.http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-a-maymikachi-369-2-
babii.pdfhttp://ddzahra.blogspot.com/2012/04/hama-gudang-ekstrak-kencur.html
Bulog. 2016. Tekhnical Meetting All About Rice Lice Pest. Yogyakarta. Unpublish
Bursell, E. 1970. An Introduction to Insect Physiology. Academic Press Inc.(London) LTD. London and New York
Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga) Terhadap Trichophyton mentagrophytes Dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan Penyakit Paru. Balai Besar Penelitian Veteriner Bul. Littro. Vol. 20 No. 1, 59-67
52.
Manueke Jusuf, dan Jantie Pelealu. 2015. Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung Pipilan Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra. Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
Metcalf, R.L. & W.H. Luckman. 1975.Introduction to Insect pest Management,pp. 235 – 273.In R.L Metcalf , J.N. Pitts & W. Stumn (eds), Environmental Science and technology. John Willey & Sons, New York.
Muhlisah. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal 29-33.
NAFED. 1993. Buyer’s Guide to Indinesia Essential Oils. Departemen ofCorner, RI.
Natawigena, H., 1985. Pestisida dan Kegunaannya. Annico. Bandung. 72 H
Novizan.(2002). Membuat dan memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta.Agromedia Pustaka.
Pattikawa. (2007). Potensi Beberapa Tanaman Dalam Menekan Pertumbuhan BakteriRalstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Pada Pisang Secara In Vitro.Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.
Patton, R. L. 1963. Introductory Insect Physiology. W.B. Saunders Compaqny, Philadelphia and London, Toppan Company Limited,Tokyo, Japan.
Prijono.1988. Pengujian Insektisida (Penuntunan Praktikum) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor.
Rahman, dkk. 2007. Ethanolic Extract Of Melgota (Nacaranga Postulata) For Repelent Insectisidal Activity Against Rice Weevil (Sitophilus Oryzae). Arf J. Biotechnology, Vol 6(4), pp.379-383.
Rickman, J.F,.dan M. Gummert.2012. Karakterisasi Dan Standardisasi Mutu Gabah-Beras. IRRI, Los Banos, Philippines: Penelitian Tanaman Padi.
Rompas, R.A., Hosea, J. E., dan Adithya, Y. 2012. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Dalam Daun Lamun (Syringodium isoetifolium).J. Pharmacon 1 (2): 59-63.
Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi.UMM.Malang.
Sastrohamidjojo, Prof. Dr. Hardjono, 2004. “Kimia Minyak Atsiri”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Satria.2016. Volume dan Metode Ekstraksi. Laboratorium Farmasetika UMY. Yogyakarta. Unpublish
Sohilait, H. J. 2006. Kimia Minyak Atsiri dan Peranannya dalam Pembangunan di Maluku ke Depan.Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Pattimura Ambon.
Wasilah, F., Ammi S., dan Yanti H. 2010. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Schlect Secara In Vitro. Bandung: Seminar Nasional BIOUPI.
Wudianto
Keterangan :
K2.1 , K2.2 , K2.3 = 2 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
K3.1 , K3.2 , K3.3 = 3 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
K4.1 , K4.2 , K4.3 = 4 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
K5.1 , K5.2 , K5.3 = 5 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
K6.1 , K6.2 , K6.3 = 6 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
K1 , K2 , K3 = control (tanpa perlakuan) / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras
P1 , P2 , P3 = 0,00025 miligram Pestisida Sintetik / 50 gram beras/ 10 ekor kutu beras
K4.3 K2
K4.2 K3.2 K6.1 K4.1 K3.3 K3.1 K6.3
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 22180.95238 3696.82540 13.16 <.0001
Error 14 3933.33333 280.95238
Corrected Total 20 26114.28571
b. Tingkat mortalitas terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000
Corrected Total 20 25714.28571
c. Tingkat efikasi terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000
Corrected Total 20 25714.28571
d. Tingkat kecepatan kematian terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000
Corrected Total 20 25714.28571
e. Hasil keutuhan beras terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 286.4970667 35.8121333 7.32 0.0013 Error 12 58.7441905 4.8953492
1. Pencucian rimpang kencur
2. Penirisan rimpang kencur
3. Penjemuran rimpang kencur
4. Rimpang kencur kering 5. Proses penghalusan rimpang kencur
6. Serbuk rimpang kencur
7. Proses infundasi 8. Ekstrak rimpang kencur
13. Penimbangan beras
14. Beras tidak utuh 15. Beras utuh
UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR
(Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK
HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)
SKRIPSI
Oleh :
Rofi
’
ah Sahara
20120210020
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
A research was conducted to determine the effective dose of galanga rhizomes extracts for controlling Sitophilus oryzae L. and to understand the influences of kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.
The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Untuk memenuhi kebutuhan beras, pemerintah menyediakan gudang untuk dijadikan sebagai penyimpanan produksi beras. Setiap produk pasca panen yang disimpan di dalam gudang tidak bisa menjamin terhadap kualitas produknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan produk mengalami penurunan, salah satunya hama.
Pada umumnya hama yang menyerang beras adalah kutu beras (Sitophilus oryzae, L.). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama kutu beras ditandai dengan perubahan bulir beras yang awalnya utuh menjadi tidak utuh.
Untuk mengatasi penggunaan pestisida yang dijadikan sebagai alternatif namun dapat merusak lingkungan dapat dialihkan dengan menggantinya menjadi pestisida alami yang diperoleh dari tanaman-tanaman yang tersedia di Negara Indonesia dan tentunya dengan metode serta ukuran yang telah disesuaikan.
B.Perumusan Masalah
1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu beras ?
2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ? C.Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian hama kutu beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)
Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan dan sulit. Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt. sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).
B.Insektisida Organik
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).
Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut (1) Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik). (2) Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.(3) Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah. (4) Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. (5) Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang.
C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )
pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009). Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010) mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida, merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995).
D.Hipotesis
III. TATA DAN CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan hama kutu beras dan beras sebanyak 1050 gram, air, rimpang kencur sebanyak 2,5 kg pestisida sintetik sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS, erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air. Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau, talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik, nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran besar, panci yang berukuran besar sebanyak 2 buah.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan tanpa perlakuan pestisida sebagai p