• Tidak ada hasil yang ditemukan

interlanguange dan fosilisasi kesalahan berbahasa asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "interlanguange dan fosilisasi kesalahan berbahasa asing"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah pemerolehan bahasa kedua (PB2) (Second Language Acquisition) mengacu pada “proses pemerolehan bahasa ke dua, baik oleh orang muda maupun

tua. Proses tersebut dapat berlangsung di lingkungan bahasa itu sendiri dengan

atau tanpa tutor maupun di luar lingkungan bahasa tersebut” (Nunan 1991: 1).

PB2 juga mengacu pada “pembelajaran bahasa selain bahasa ibu (bahasa kedua,

ketiga, asing) setelah bahasa ibu dikuasai” (Ellis dan Barkhuizen 2005: 3). Sejalan

dengan definisi tersebut, istilah bahasa kedua (B2) dalam penelitian ini digunakan

untuk mengacu kepada bahasa apapun selain bahasa ibu dan tidak dikontraskan

dengan istilah foreign language (bahasa asing) selanjutnya disebut BA. Ke duanya digunakan untuk mengacu pada bahasa Inggris (BIng) dalam penelitian

ini.

Penelitian PB2 banyak mengamati pertanyaan tentang penggunaan B2

oleh pemelajar BA (yang disebut sebagai interlanguage) dan proses pemerolehannya. Permasalahan interlanguage dan fosilisasi kesalahan (kesalahan yang tidak dapat dipulihkan) telah banyak menarik perhatian para peneliti PB2.

Penelitian ini mencoba mengakaji teori-teori yang yang berkenaan dengan

(2)

Semua pembelajar membuat kesalahan saat mempelajari bahasa asing,

You can't learn without goofing". Umumnya kesalahan semacam itu dianggap wajar, tak terhindarkan (Corder 1981: 65). Kesalahan pasti muncul pada saat

pembelajaran apapun yang memerlukan kreativitas, termasuk pembelajaran

bahasa asing. Dalam konsep Corder, kesalahan berbahasa tidak lagi dianggap

sekedar penyimpangan, melainkan sumber untuk mempelajari sistem kebahasaan

pembelajar bahasa asing (interlanguage). Sebagaimana dikatakan Corder (1977: 167) bahwa kesalahan merupakan “evidence about the nature of the process and of the rules used by the learner at a certain stage in the course”. Oleh karenanya, untuk mempelajari sistem interlanguage, kita dapat menggalinya lewat analisis kesalahan berbahasa.

Permasalahan interlanguage dan kesalahan yang memfosil/persisten atau "the persistence of plateaus of non-target like competence in the interlanguage" (Selinker 1988: 92) merupakan fenomena pemerolehan bahasa asing yang telah

banyak menarik perhatian para peneliti di bidang pemerolehan bahasa kedua

(second language acquisition research). Salah satu permasalah yang dikaji adalah apakah kesalahan yang persisten dapat diperbaiki atau sebaliknya kesalahan

tersebut cenderung persisten (dikenal secara luas dengan istilah memfosil)?Kajian

tentang interlanguage sekarang ini banyak dikaitkan dengan fenomena fosilisasi1 kesalahan. Pernyataan yang relevan mengenai hal ini misalnya telah disampaikan

1

(3)

oleh Schachter (1990: 160) yang memandang fosilisasi sebagai isu ‘ketuntasan’

(completeness). Dia bersikukuh pada pendiriannya bahwa tidak ada pemelajar B2 dewasa yang mampu menguasai B2 secara tuntas sempurna, walaupun telah

banyak ter-ekspose pada bahasa tersebut. Bahasa asing mereka pasti dapat

dibedakan dari bahasa pembicara natif. Pemelajar B2 juga tidak akan pernah

mencapai penguasaan gramatika secara sempurna.

Pernyataan yang sama disampaikan oleh Towell dan Hawkins (1994: 14)

yang mengatakan bahwa pemelajar BA mengalami proses fosilisasi di sejumlah

area gramatika. Menanggapi pernyataan Towell dan Howkins, James (1998: 2)

mengatakan bahwa pemelajar BA mengalami proses fosilisasi dalam dua cara,

yaitu ketika pengetahuan kebahasaannya tidak lagi berkembang (memfosil) dan

ketika kesalahan berulang kali muncul pada saat pemelajar menggunakan BA.

Fenomena inilah yang menginspirasi peneliti untuk mengakji masalah

interlanguage dan fosilisasi kesalahan berbahasa karena hal ini telah menjadi sentra kajian PBA. Dan kajian kali ini dibatasi pada lingkup syntaksis

(gramatika).

Han (2004: 4) telah mengkaji ratusan studi tentang fosilisasi kesalahan

berbahasa selama 30 tahun terakhir ini dan menyimpulkan bahwa terdapat dua

cara pandang yang berbeda. Cara pandang pertama mengatakan bahwa kesalahan

interlanguage tidak dapat dipulihkan; sistem interlanguage bersifat memfosil. Implikasinya bahwa pembelajar dewasa (telah melewati masa kritis) tidak

mungkin mencapai kompetensi natif. Han (2004) sendidri cenderung mendukung

(4)

dipulihkan; interlanguage bersifat tidak memfosil. Implikasinya adalah pembelajar bahasa dewasa (telah melewati masa kritis) masih dimungkinkan

untuk mencapai kompetensi natif.

Perbedaan cara pandang tersebut berkaitan erat dengan hipotesis periode

kritis (critical period hypothesis) Lenneberg (1967), yang menyatakan bahwa otak akan kehilangan kelenturan serebralnya setelah usia dewasa (setelaha masa

pubertas) yang mengakibatkan B2 sangat sulit dipelajari pada usia dewasa.

Lenneberg menyatakan bahwa terdapat jadual yang secara biologis sudah pasti

(biologically fixed time table) untuk proses lateralisasi funngsi otak, akibatnya terdapat masa kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu sebelum masa pubertas.

Menurut Lenneberg, pemerolehan bahasa secara ‘normal’ hanya dapat terjadi

antara masa kanak-kanak (usia 2 tahun) sampai dengan usia sebelum pubertas,

yaitu bersamaan dengan saat selesainya proses lateralisasi otak. Konsep-konsep

Lenneberg dapat diterima sacara luas karena dia mampu menyampaikan

penjelasan secara meyakinkan tentang berbagai pertanyaan, seperti: mengapa

orang dewasa mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa asing dan mengapa

anak-anak kecil mampu mengucapkan bunyi-bunyi (berbicara) bahasa asing

secara alamiah (seperti pembicara natif) sedangkan pemelajar dewasa tidak

mampu.

Implikasi dari kosep periode masa kritis untuk pemerolehan bahasa ini

adalah munculnya perdebatan yang panjang; bahkan sampai sekarang perdebatan

tersebut belum final. Secara garis besar terdapat dua kubu dengan pandangan yang

(5)

BA sehingga pembelajar dewasa tidak dapat memanfaatkan proses pengajaran

yang diberikan guru (Mukkatash, 1987; Thep-Ackrapong, 1990). Sejalan dengan

pandangan tersebut, Patkowsky (1980), Johnson dan Newport (1989), Long

(1990), dan Han (2004) juga mempercayai bahwa critical period2 memang benar ada dalam pemerolehan bahasa asing; akibatnya, pembelajar tidak mungkin

mampu mencapai kompetensi natif. Anggapan bahwa kesalahan interlanguage bersifat memfosil juga telah dibahas oleh Adjemian (1976), Long (1990), dan

Saville-Troike (2006) yang bersikukuh bahwa salah satu karakteristik

interlanguage adalah fosilisasi kesalahan.

Kubu kedua di wakili oleh White (1991), Spada dan Lightbown (1993),

serta Muranoi (2000) yang meyakini bahwa pengajaran (instruction) penting dilakukan dalam pemerolehan bahasa asing. Pemulihan kesalahan memberikan

manfaat/efek positif pada pembelajaran bahasa asing; pembelajar dapat

memanfatkan untuk mengembangkan interlanguage-nya menuju tingkat penguasaan bahasa yang lebih sempurna. Pandangan ini sejalan dengan Scovel

(1988), White dan Genesee (1996), Bialystok (1997), Steinberg dkk. (2004), serta

Birdsong (2004) yang menyangkal adanya periode kritis dalam pemerolehan

bahasa asing. Mereka berpendirian bahwa periode kritis hanya dapat diterapkan

pada aspek fonologis dan bukan pada aspek sintaksis. Oleh karenanya, aspek

sintaksis dapat dipelajari oleh pembelajar segala umur; dengan kata lain tidak ada

periode kritis untuk pemerolehan sintaksis.

2

(6)

Perdebatan mengenai fenomena fosilisasi kesalahan interlanguage masih terus berlangsung sampai sekarang ini, sejak istilah tersebut diciptakan oleh

Selinker di tahun 1972. Dua kubu bersikukuh dengan pendapat masing-masing

dengan argumentasi yang menguatkan pendapatnya. Kubu pertama berkeyakinan

bahwa kesalahan interlanguage bersifat memfosil sedangkan kubu kedua berkeyakinan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berorientasi

pada penciptaan hipotesa baru; dengan demikian, hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi pada perkembangan teori, khususnya teori-teori tentang

interlanguage.

Kajian tentang kesalahan interlanguage juga menawarkan aplikasi praktis pada pengajaran BA. Kajian yang sistematis tentang kesalahan interlanguage memberikan kontribusi pada pemahan PB2. Kesalahan berbahasa merupakan fitur

yang paling menonjol pada interlanguage dan kesalahan merupakan penanda bahwa pemelajaran yang aktual sedang berlangsung. Kesalahan merupakan

jendela untuk melihat proses mental (kognitif) pemerolehan bahasa karena

kesalahan adalah perwujudan dari pengetahuan kebahasaan yang telah terpatri

dalam struktur kognitif pemelajar. Kesalahan mengindikasikan kemajuan dalam

proses pemelajaran yang dilakukan oleh pemelajar dan bukti bahwa proses

pemelajaran masih barlangsung.

Penelitian ini menggunakan kerangka anaslisis kesalahan (ANASKES)

dan terapi kesalahan. Terapi kesalahan (error treatment), selain sebagai tindak lanjut dari ANASKES juga sering digunakan dalam kajian fosilisasi kesalahan

(7)

terhadap terapi kesalahan. Apabila kesalahan masih tetap ada dalam sistem

interlanguage pemelajar bahasa maka diasumsikan kesalahan tersebut telah memfosil dan sebaliknya. Metode terapi kesalahan juga dipakai dalam penelitian

ini. Dalam hal ini terapi kesalahan dilakukan dengan memberikan pengajaran

gramatika guna melihat apakah proses pemerolehan gramatika telah berhenti

(dengan kata lain kesalahaninterlanguage pemelajar memfosil) atau sebaliknya,

pemelajar dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan sistem interlanguage mereka sehingga kesalahaninterlanguage mereka dapat dipulihkan.

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian

Pertanyaan fundamental yang selalu muncul dalam pemelajaran bahasa

Inggris sebagai BA adalah apakah kesalahan pemelajar dapat sepenuhnya terkikis

dari sistem interlanguage pemelajar (dengan demikian mereka bisa menguasai BA secara tuntas sempurna) atau sebaliknya, kesalahan itu akan tetap melekat menjadi

bagian dari sistem interlanguage mereka. Dalam penelitian ini kami tertarik untuk untuk mecari jawaban tentang masalah ini, dengan pembuktian secara empiris.

Dari penelitian ini diharapkan munculnya hipotesa baru mengenai permasalahan

ini. Penelitian hanya terfokus pada kesalahaninterlanguage (aspek sintaksis).

Untuk tujuan ini, peneliti menggunakan metode longitudinal (satu tahun)

dikombinasi dengan pemberian terapi kesalahan berupa pengajaran gramatika

untuk pemulihan kesalahan. Dan untuk menentukan apakah proses

pembelajaran/pemerolehan bahasa berhenti atau tidak, peneliti melihat

(8)

kesalahan (error treatment) (Han, 2004). Sebagai subjek eksperimentasi adalah mahasiswa jurusan bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta

angkatan 2008.

Pada tahun pertama ini peneliti berfokus pada usaha untuk memperoleh

jawaban bagaimanakah pola perilaku kesalahaninterlanguage. Untuk memperoleh

jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan

suplementer yang akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada

pemaparan tentang perilaku atau natur dari kesalahaninterlanguage pemelajar

bahasa. Adapaun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Apa saja tipe kesalahan interlanguage yang dibuat oleh pemelajar sebelum

mereka diberi pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?

(2) Berapa frekuensi masing-masing tipe kesalahan interlanguage tersebut?

(3) Bagaimana reaksi/respon pemelajar terhadap pemulihan kesalahan yang

diberikan; apakah kesalahan interlanguage masih tetap ada?

(4) Bagaimana pola prilaku atau natur kesalahan interlanguage setelah pemelajar

memperoleh pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?

Pada tahun kedua nanti, penelitian akan berfokus pada usaha untuk

memperoleh jawaban apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung

bersifat memfosil atau sebaliknya bersifat dinamis. Untuk memperoleh jawaban

dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan suplementer yang

akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada pemaparan tentang

(9)

memperoleh jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa

pertanyaan suplementer sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah pola perilaku kesalahan interlanguage mahasiswa setelah

mereka diberi pengajaran selama dua semester? (diperoleh dari hasil

penelitian tahun pertama)

(2) Aspek (kognitif) apa saja yang berkontribusi terhadap proses stabilisasi

kesalahan?

(3) Aspek (kegiatan kelas) apa saja yang berkontribusi terhadap proses

de-stabilisasi kesalahan?

(4) Tipe kesalahan interlanguage apa saja yang mudah dipelajari?

(5) Tipe kesalahan interlanguage apa jas yang sulit dipelajari?

(6) Apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung bersifat memfosil atau

sebaliknya, bersifat dinamis?

Penelitian ini berada dalam lingkup kajian linguistik terapan (applied linguistics), khususnya kajian pemerolehan bahasa asing (Second Language Acquisition). Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang jamak digunakan dalam kajian PBA antara lain Error Analysis, Transfer Analysis, Interlanguage, dan Second language Acquistion. Keempat teori ini bersifat saling melengkapi/menyempurnakan sehingga diharapkan dapat memberikan eksplanasi

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Adjemian, C. 1976. “On the Nature of Interlanguage System.” Language Learning. 26: 297—320.

Beebe, Leslie M. (Ed.) 1990. Issues in Second Language Acquisition: Multiple Perspectives. London: Newbury House.

Bley-Vroman, Robert. 1990. “What is the Logical Problem of Foreign Language Learning.” In Gass, Susan and

Chaudron, Craig. 1990. Second Language Classroom: Research on Teaching and Learning. Cambridge: C.U.P.

Corder, S. P. 1982. Error Analysis and Interlanguage. London: Oxford University Press.

Corder, S. P. 1992. “A Role for Mother Tongue” In S. Gass and L. Selinker (Eds.) Language Transfer in Language Learning (18—31). Amsterdam: John Benjamin.

Crystal, David. 1997. English as a Global Language. Cambridge: C. U. P.

Ellis, Rod. 2004. Understanding Second Language Acquisition. Cambridge: C U P.

Ellis, Rod. 2006. Second Language Acquisition. Cambridge: C U P.

(11)

Dissertation at School of Applied English Linguistics Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta.

Han, Zhaohong. 2004. Fossilization in Adult Second Language Acquisition. Toronto: Multilingual Matters.

Han, Zhaohong. 2007. Five Central Issues of Fossilization. Toronto: SLRF Teachers College, Columbia University.

Hatch, Evelyn and Farhady, Hossein. 1992. Research Design and Statistics for Applied Linguistics. London: Newbury House Publishers.

Jack C. Richards (Ed.) 1977: Perspectives on Second Language Acquisition. London: Longman

James, Carl. 1998. Errors in Language Learning and Use: Exploring Error Analysis. London: Longman.

Jenkins, Jennifer. 2003. World Englishes: A Resource Book for Students. New York: Routledge.

Johnson, J.S. and Newport, E.L. 1989. “Critical Period Effects in Second Language Learning: The Influence of Maturational State on the

Acquisition of English as a Second Language. Cognitive Psychology 21, 60-99.

Krashen, S.D. 1985. The Input Hypothesis: Issues and Implications. London: Longman.

(12)

Little Wood. W. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Mukattash, Lewis. 1987. “Persistence of Fossilization”. IRAL, 24/3: 187—203

Muranoi, Hitoshi. 2000. “Focus on Form through Interaction Enhancement: Integrating Formal Instruction into a Communicative Task in EFL Classrooms.” Language Learning, 50/4: 617—83.

Nunan, David. 1992. Research Method in Language Learning. New York: Cambridge U.P.

Saville-Troike, Muriel. 2006. Introducing Second Language Acquisition. Cambridge: C.U.P.

Schachter. 1990. Linguistic Perspectives on Second Language Acquisition. Cambridge: C.U.P. 41—67 Brooks, Nelson. 1964. Language and Language Learning and Teaching: Theory and Practice. Chicago: Rand McNally

Schachter, Jacquelyn. 1998. “Resent Research in Language in Language Learning Studies: Promise and Problems. Language Learning, 28/4: 557—583.

Scovel, T. 1998. “A Critical Review of the Critical Period Research”. Annual Review of Applied Linguistics. 13/1: 1—18.

Selinker, Larry. 1977. “Interlanguage.” In Jack C. Richards (Ed.) Error Analysis: Perspectives on Second Language Acquisition. London: Longman.

(13)

Selinker, Larry and Usha Lakshamanan. 1992. “Language Transfer and

Fossilization: The Multiple Effects Principle.” In Gass and Selinker. 1994.

197—216.

Sorace, A. 1993. “Incomplete vs. Divergent Representations of Unaccusativity in Non-native Grammars of Italian. Second language Research. 9/1:22—27.

Spada, Nina. And Lightbown, P. 1999. “Instruction, L1 Influence and Developmental Readiness in Second Language acquisition. Modern Language Journal, 83: 1—22.

Standard Penilain Buku Pelajaran Bahasa Inggris. 2003. Pusat Perbukuan: DEPDIKNAS

Steinberg, Danny D, Hiroshi Nagata and David P. Aline. 2004. Psycholinguistics: Language, Mind and Word. London: Longman

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R and D. Bandung: Alfabeda

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

(14)
(15)

RINGKASAN

Permasalahan interlanguage dan kesalahan yang memfosil/persisten merupakan fenomena pemerolehan bahasa asing (PBA) yang telah menarik perhatian para peneliti di bidang pemerolehan bahasa kedua (B2). Han telah mengkaji ratusan studi tentang fosilisasi kesalahan berbahasa selama 30 tahun terakhir ini dan menyimpulkan bahwa terdapat dua cara pandang yang berbeda. Pandangan pertama mengatakan bahwa kesalahan interlanguage tidak dapat dipulihkan; sistem interlanguage bersifat memfosil. Implikasinya bahwa pembelajar dewasa (telah melewati masa kritis) tidak mungkin mencapai kompetensi natif. Han sendiri cenderung mendukung pandangan ini. Kubu pertama mempercayai adanya masa kritis pada pembelajaran BA sehingga pembelajar dewasa tidak dapat memanfaatkan proses pengajaran yang diberikan guru (Mukkatash, Thep-Ackrapong, Patkowsky, Johnson dan Newport, Long, dan Han. Anggapan bahwa kesalahan interlanguage bersifat memfosil juga telah dibahas oleh Adjemian, Long, dan Saville-Troike yang bersikukuh bahwa salah satu karakteristik interlanguage adalah fosilisasi kesalahan.

Pandangan kedua menyatakan sebaliknya, interlanguage bersifat tidak memfosil. Implikasinya adalah pembelajar bahasa dewasa (telah melewati masa kritis) masih dimungkinkan untuk mencapai kompetensi natif. Kubu kedua di wakili oleh White, Spada dan Lightbown, serta Muranoi yang meyakini bahwa pengajaran penting dilakukan dalam PBA. Pemulihan kesalahan memberikan manfaat/efek positif pada pembelajaran BA; pembelajar dapat memanfatkan untuk mengembangkan interlanguage-nya menuju tingkat penguasaan bahasa yang lebih sempurna. Pandangan ini sejalan dengan Scovel, White dan Genesee, Bialystok, Steinberg dkk., serta Birdsong yang menyangkal adanya periode kritis dalam PBA. Mereka berpendirian bahwa periode kritis hanya dapat diterapkan pada aspek fonologis.

(16)

lateralisasi funngsi otak, akibatnya terdapat masa kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu sebelum masa pubertas.

Penelitian ini mencoba mecari jawaban tentang masalah ini dengan pembuktian secara empiris. Dari penelitian ini diharapkan munculnya hipotesa baru mengenai permasalahan yang diperdebatkan. Untuk tujuan ini, peneliti menggunakan metode longitudinal (satu tahun) dikombinasi dengan pemberian terapi kesalahan berupa pengajaran sebagai alat untuk pemulihan kesalahan. Dan untuk menentukan apakah proses pembelajaran atau PBA berhenti atau tidak, peneliti melihat reaksi/respon subjek teliti terhadap pengajaran (Han). Sebagai subjek teliti adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2008.

Pada tahun pertama ini peneliti berfokus pada usaha untuk memperoleh jawaban bagaimanakah pola perilaku kesalahan interlanguage. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan suplementer yang akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada pemaparan tentang perilaku atau natur kesalahan interlanguage pemelajar bahasa. Adapaun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Apa saja tipe kesalahan interlanguage yang dibuat oleh pemelajar sebelum mereka diberi pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?

(2) Berapa frekuensi masing-masing tipe kesalahan interlanguage tersebut? (3) Bagaimana reaksi/respon pemelajar terhadap pemulihan kesalahan yang

diberikan; apakah kesalahan interlanguage masih tetap ada?

(4) Bagaimana pola prilaku atau natur kesalahan interlanguage setelah pemelajar memperoleh pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?

Pada tahun kedua nanti, penelitian akan berfokus pada usaha untuk memperoleh jawaban apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung bersifat memfosil atau sebaliknya bersifat dinamis.

(17)

kesalahan interlanguage dan bagaimana mereka memperoleh pengetahuan kebahasaan Bing yang dikumpulkan lewat observasi mendalam dan interview. Informasi ini diperlukan untuk menerangkan pola perilaku kesalahan interlanguage dan fenomena stabilisasi dan de-stabilisasi kesalahan interlanguage. Data dianalisis dengan menggunakan kerangka kerja analisis kesalahan berbahasa (ANASKES).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Inggris mahasiswa banyak diwarnai dengan kesalahan interlanguage, yang meliputi berbagai komponen linguistik seperti: (1) Kosa Kata yang meliputi: terjemahan harfiah dari bahasa ibu, salah pilih kelas kata, salah pengejaan, salah pilih kata karena kemiripan atau false friend, dan penggunaan BIndo. (2) BE yang meliputi: penghilangan of BE sebagai predikat, penambahan BE pada bentuk Present Tense, salah pilih bentuk BE, (4) penghilangan BE dalam klausa sifat, dan penggunaan BE ganda. (3) Verb yang meliputi 8 macam ketidaktepatan penggunaan kata kerja dengan tense yang digunakan. Ketidaktepatan tersebut adalah penggunaan bentu present tense digunakan dalam past tense, present participle digunakan dalam present tense, present tense digunakan dalam phase verb, past tense digunakan dalam present tense, To infinitive with digunakan dalam present tense, past tense dalam Phrasal Verb, dan overgeneralisasi bentuk past participle. (4) Morfem Terikat {-S}yang meliputi: Penghilangan (-S) pada Orang Ketiga Tunggal Penghilangan (-S) sebagai penanda Jamak Penghilangan {-S} sebagai Possessive Penambahan {-S} pada Orang ke tiga Jamak. (5) Struktur gramatika yang meliputi: Salah dalam penyusunan (misordering), Konstruksi Passive, Penghilangan subjek, Konstruksi negative, Penghilangan predikat Konstruksi parallel. (6) Preposisi yang meliputi: Salah pilih Preposisi dan Penambahan Penghilangan. (7) Artikel yang meliputi: Penghilangan artikel, Salah Pilih bentuk artikel, Penambahan artikel,Penambahan the. (8) Kata Ganti, dan (9) Kata Sifat.

Adapun frekuensi kesalahan dari masing masing tipe kelasalahan interlanguage dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tipe Kesalahan Persentase

1. Vocabulary Frekuensi % per kat % total

Salah pilih kata karena pengaruh

bahasa Ibu 192 13.4%

Salah pilih kelas kata 130

483

9.1%

(18)

Salah Pengejaan 83 5.8% Salah Pilih Kata karena kemiripan

(False Friend) 69 4.8%

Penggunaan bahasa Indonesia 9 0.6%

2. BE

Penghilangan of BE sebagai predikat 87 6.1% Penambahan BE pada bentuk Present

Tense 48 3.4%

Salah pilih bentuk BE 41 2.9% Penghilangan BE dalam klausa sifat 20 1.4%

BE ganda 4

Present Tense Digunakan dalam Past

Tense 87 6.1%

Present Participle digunakan dalam

present tense 24 1.7%

Infinitive Digunakan dalam Phasel

Verbs 22 1.5%

Past Tense digunakan dalam Present

Tense 14 1.0%

To Infinitive digunakan dalam Present

Tense 12 0.8%

Past Tense dalam Phase Verbs 3 0.2% Overgeneralisasi bentuk Past Paticiple 3

165

0.2%

11.6%

4. Morfem Terikat (-S)

Penghilangan (-S) pada Orang Ketiga

Tunggal 79 5.5%

Penghilangan (-S) sebagai penanda

Jamak 69 4.8%

Penghilangan {-S} sebagai Possessive 8 0.6% Penambahan {-S} pada Orang ke tiga

Jamak 4

Salah dalam penyusunan (misordering) 70 4.9% Konstruksi Passive 25 1.8% Penghilangan subjek 21 1.5% Konstruksi negative 20 1.4% Penghilangan predikat 6 0.4% Konstruksi parallel 3

(19)

Penghilangan artikel 60 4.2% Salah Pilih bentuk artikel 11 0.8% Penambahan artikel 6 0.4% Penambahan the 28

105

Penambahan More- pada Exceptional

Adjective 7 7 0.5%

0.5%

TOTAL 1428 1428 100.0% 100.0%

Untuk mngetahui hasil respon mahasiswa terhadap proses pemelajaran, penelitian ini menggunakan data kesalahan interlanguage yang diambil sebelum dan sesudah proses pemelajaran atau Tugas I dan Tugas II. Data yang terkumpul dari seluruh subyek teliti dianalisis dengan menggunakan kerangka Error Analysis (James, 1998). Hasil dari kedua macam data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Frekuensi Kesalahan Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran

(20)

24 32 16 16 50%

Frekuensi Kesalahan Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran dapaty dilihat pada grafik berikut.

Frekuensi Kesalahan

Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran

0

Dari pemaparan pada tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa ada

perbedaan frekuensi kesalahan interlanguage pada Tugas I dan Tugas II. Jumlah

frekuensi kesalahan menurun pada semua pemelajar. Hal ini menunjukkan bahwa

proses pemelajar yang diberikan kepada para mahasiswa telah memberikan

dampak pada terjadinya perubahan pada kesalahan interlanguage. Namun

demikian, penurunan jumlah frekuensi kesalahan interlanguage pada tiap-tiap tipe

kesalahan interlanguage berbeda beda.

Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa proses pemelajaran

(21)

interlanguage. Sejumlah kesalahan interlanguage masih tetap ada (persistent); sejumlah kesalahan interlanguage yang lain masih ada dengan jumlah yang relative sedikit (non-persistent). Kesalahan yang dikategori dalam kelompok ini adalah kesalahan interlanguage yang muncul hanya satu sampai dua kali dalam satu komposisi (tugas) mahasiswa. Sedangkan sisanya adalah kesalahan yang sudah tidak muncul lagi; kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan yang telah tereradikasi. Table berikut memaparkan jenis kesalahan interlanguage yang bersifat persisten dan yang non-persistent setelah dilakukan proses pemelajaran.

NO Tipe Kesalahan Persistent Non-

Persistent

Salah Pilih Kata karena kemiripan (False

Friend) +

Present Participle digunakan dalam present

tense +

Present Tense Digunakan dalam Past Tense + Past Tense digunakan dalam Present Tense +

To Infinitive with digunakan dalam Present

(22)

Penghilangan predikat +

Penambahan More- pada Exceptional

Adjective +

Berdasarkan data diatas, peneliti dapat memaparkan perilaku atau nature dari kesalahan interlanguage. Artinya, nature kesalahan interlanguage dapat dilihat dari kondisi sebelum dan susudah perlakuan, yaitu proses pemelajaran. Perilaku dalam hal ini adalah adanya perubahan nature setelah terjadi perlakuan terhadapnya. Natur kesalahan interlanguage mengalami perubahan setelah adanyan perlakuan. Dari pengamatan data dapat dilihat bahwa kesalahan interlanguage berubah nature atau perilakunya setelah adanya perlakuan. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

(23)

Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa setelah adanya perlakuan, kesalahan menjadi non-persistent dan kesalahan yang non-persistent ini cenderung teradikasi. Setelah perlakuan, kesalahan cenderung persistent; kesalahan yang persisten ini akan cenderung untuk berfluktuasi; dan kesalahan yang berfluktuasi akan cenderung terearadikasi. Pada akhirnya kesalahan interlanguage akan bermuara pada kondisi tereradikisi selama diberi perlakuan; artinya, pemelajar B.Ing terus memperoleh pemelajaran atau intervensi pedagogis (pedagogical intervention). Berikut diagram perilaku kesalahan interlanguage.

Berfluktuasi Non Persistent Persistent

Tereradikasi

Tereradikasi Non Persistent Kesalahan

Interlanguage

Persistent

Tugas III Tugas II

Tugas I

(24)

Intervensi pedagogis (penelitian Tahun ke II, apakah yang akan terjadi?)

menjadi bagian dari sistem Bhs. bagian dari sistem Interlanguage

Intervensi Pedagogis

persistent non-persistent tereradikasi

bagian dari sistem Interlanguage bagian dari sistem Bhs. Target

persistent non-persistent

intervensi pedagogis

tereradikasi

berfluktuasi Kesalahan Interlanguage

(25)

SUMMARY

The current study on interlanguage (IL) errors has been much discussed in its connection to the phenomenon of fossilization. Han reviews hundreds of studies of fossilization that have emerged over the past three decades and comes to a conclusion that there are two competing views which can be identified. The disputable issue is also closely linked to Lenneberg’s critical period hypothesis (CPH) that was put forth in the 1960's, claiming that the brain lost its cerebral plasticity after puberty, making SLA more difficult as an adult than as a child. Lenneberg argues that there is a biologically fixed time table for the lateralization of the language function and consequently, there is a CP for the acquisition of language before adolescence. He said that ‘normal’ language learning was possible between the periods from infancy to puberty, with a loss of abilities after puberty.

The first view suggests that instruction has unconvinced value for SLA (Krashen, Mukkatash, and Thep-Ackrapong). Adults do not get much benefit from error correction; thus, the role of the teacher is to provide inputs which learners can work on in order to refine their understanding and move to the next stage of IL. There was not much value in explicit and systematic error treatment in the case of adult foreign-language (FL) learning since their IL errors are fossilized. This view corresponds with Patkowsky, Johnson and Newport, and Long who believe critical period (CP) indeed exist and consequently FL learners cannot attain TL grammar since their IL errors are fossilized. The view that IL errors are fossilized is also discussed by Adjemian and Saville-Troike who maintain that one of the characteristics of interlanguage is fossilization.

(26)

applicable for the acquisition of phonology but not for syntax. Lexicogrammar is learnable at any age.

The objective of the current study (Year I) is to find out the answer related to this debatable issue, using pedagogical intervention as to see the learners’ reaction to it in order to determine whether or not their learning have ceased to developed (an intervention technique as an attempt to de-fossilize errors). The fundamental question is whether IL errors can be eliminated entirely from the learners’ IL system (thus, the learners can attain the complete TL) or they are static or cannot be eradicated entirely from their IL system. To answer this question, some subsidiary research questions were raised. It is hoped that the answers to these subsidiary research questions could be tightly connected with one another to form a unity in order to provide a comprehensive explanation to the problem. The subsidiary research questions are formularized as follows: (1) What types of IL errors do the learners produce before the pedagogical intervention?; (2) What is the frequency of its type of error?; (3) What are the learners’ response towards the pedagogical intervention; are the IL errors removed? (4) What is the nature (behavior) of the learners’ IL errors after having been intervened pedagogically? Later in year II, the study will focus on the attempt to find answers whether IL errors are fossilized (in a sense that they are static) or dynamic after the learners have got further pedagogical intervention.

The primary data of this study comprises of erroneous sentences taken from the free compositions the learners wrote prior to and after the intervention and two months afterwards. There were around 129 pieces of compositions of about 150 to 200 words each. In addition, this research also used secondary data in the form of information dealing with what was going on within the students, namely, the making of errors and foreign language learning processes. This information was needed to account for the phenomenon of the nature of IL errors. The collected data are analyzed qualitatively, using error analysis as a methodological framework.

(27)

nine, namely: (1) vocabulary which includes: word to word translation from mother tongue, wrong diction, wrong choice of class of word, misspelling, false friend, and the use of Indonesia word. (2) BE which includes: omission of BE as predicate, addition of BE in the Present Tense, wrong choice of BE form, (4) omission of BE in adjective clause, and double BE. (3) Verb which includes 8 types of improper use of verb in its agreement with tense, namely: the conflation between present and the past tense form, present participle and the present tense, the use of present tense in the phase verb, past tense in the present tense, To infinitive-with in the present tense, past tense in Phrasal Verb, and overgeneralization of past participle. (4) Bound morpheme {-S} which includes: omission of (-S) for third person singular, omission of (-S) as plural marker, omission of {-S} as Possessive marker, addition of {-S} for third person plural. (5) grammatical structrure which includes: misordering, passive construction, subject omission, negative construction, omission of predicate, and parallel construction. (6) Preposition which includes: wrong choice of preposition, omission and addition of preposition. (7) Article which includes: omission of article, wrong choice of article, addition of article, addition of the. (8) wrong choice pronoun form, and (9) wrong choice of adjective form.

The frequency of its type of error can be seen in the table below:

Type of Error Persentage

1. Vocabulary Frequency % Total %

Word for word translation from

Indonesian 192 13.4%

Wrong diction 130 9.1%

Misspelling 83 5.8%

False Friend 69 4.8%

The use of mother tongue (Indonesian) 9

483 Addition of BE in the Present Tense

form 48 3.4%

Wrong choice of BE form 41 2.9% Omission of BE in adjective clause 20 1.4%

(28)

The conflation of Present Tense with

the Past Tense 87 6.1%

The conflation of Present Participle

with the present tense 24 1.7% Infinitive used in Phasel Verbs 22 1.5% Past Tense used in Present Tense 14 1.0% To Infinitive used in Present Tense 12 0.8% Past Tense used in Phase Verbs 3 0.2% Overgeneralization of Past Participle 3

165

0.2%

11.6%

4. Morfem Terikat (-S)

Omission of (-S) for third person

singular 79 5.5%

Omission of (-S) as plural marker 69 4.8% Omission of {-S} as Possessive marker 8 0.6% Addition of {-S} for third person plural 4

160

0.3%

11.2%

5. Grammatical Structrure

Misordering 70 4.9%

Passive construction 25 1.8% Subject omission 21 1.5% Negative construction 20 1.4% Predicate omission 6 0.4% Parallel construction 3

145

0.2%

10.2%

6. Preposition

Wrong choice of Preposition 70 4.9%

Addition 48 3.4%

Addition of More- for Exceptional

Adjective 7 7 0.5%

0.5%

TOTAL 1428 1428 100.0% 100.0%

(29)

(before and after the pedagogical intervention). Data which were collected from the research subjects were analyzed using Error Analysis as methodological framework (James, 1998). Result of analysis can be seen in the table below:

(30)

Total 1428 824 604 42%

The frequency of error before and after the pedagogical intervention can be seen

error f in the chart below.

The table and chart above indicate that there exist significant differences in requency of composition I and II. The error frequency in most all the learners lowers down in composition II. This indicates that pedagogical intervention given to the students give certain effects to the IL errors, that is, the change in nature. Pedagogical intervention has changed the nature of the learners’ IL errors. Some Il errors were still persistent; some were non-persistent; and the rest were eradicated from the learners’ IL system. Which follow are tables and charts which illustrate the frequency of the ungrammatical items in C1, C2 and C3, showing how they changed in their state as a result of the pedagogical intervention.

Word for word translation from mother

tongue +

Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran

(31)

Addition +

urther analysis indicates that as a result of the pedagogical intervention arners’ IL errors changed their state: some were still persistent, others became

(32)

non-pe

he diagram below illustra errors were behaving.

rsistent (appeared only once within one composition); and the rest were eradicated. The non persistent errors were finally disappeared. New IL errors appeared as the learners used new linguistic items but later due to the pedagogical intervention, they changed their states in the diagram below.

Task I Task II Task III

Eradicated Persistent

Non Persistent

Fluctuated Persistent

Interlanguage

Errors

Non Persistent

Eradicated

(33)

Interlanguage errors emerge

Pedagogical Intervention

persistent non-persistent Eradicated

Becoming part of IL system Becoming part of TL system

persistent non-persistent

Pedagogical intervention Fluctuated

Eradicated

Becoming part of IL system Becoming part of TL system

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan peneliti, dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: (1) membuat catatan jawaban pada langkah-langkah yang benar; (2) membuat catatan

Sekaitan dengan hasil penelitian di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran untuk dapat dipertimbangkan, antara lain (1) sebaiknya para dosen, khususnya dosen

(4) Untuk jawaban sangat tidak setuju memperoleh skor 4 Peneliti sudah menyiapkan daftar kisi-kisi berserta dengan pertanyaan angket yang nantinya akan dipakai peneliti

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa (1) kesalahan berbahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik terbagi atas tiga bagian,

Teknik wawancara merupakan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dirumuskan untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara

Berdasarkan jawaban tertulis dan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa jawaban tersebut mengindikasikan subjek 1 tidak

Dari proses wawancara yang dilakukan peneliti, keseluruhan jawaban yang di dapatkan peneliti dari informan mengerucut pada satu titik yaitu faktor kebiasaan setelah perkuliahan

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah atau aturan yang digunakan dalam penulisan yang digunakan untuk menggambarkan suatu bahasa tertentu yang