LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2011-2013
No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
Lampiran 2
Item-item Pengungkapan Sukarela
No Item-item Pengungkapan Sukarela
1 Informasi mengenai pesanan-pesanan dari pembeli yang belum dipenuhi dan kontrak-kontrak penjualan yang akan direalisasi di masa yang akan datang 2 Informasi mengenai analisis pesaing, dapat secara kualitatif dan kuantitatif 3 Statement perusahaan atau uraian mengenai pemberian kesempatan kerja yang
sama; tanpa memandang suku, agama dan ras
4 Uraian mengenai kondisi kesehatan dan keselamatan dalam lingkungan kerja
5 Uraian mengenai masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dalam
recruitment tenaga kerja dan kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut
6 Informasi mengenai level fisik output atau pemakaian kapasitas yang dicapai oleh perusahaan pada masa sekarang
7 Uraian mengenai dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan hidup dan kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk memelihara lingkungan
8 Informasi mengenai manajemen senior, yang meliputi nama, pengalaman dan tanggung jawabnya
9 Uraian mengenai kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk menjamin kesinambungan manajemen
10 Ringkasan statistik keuangan yang meliputi rasio-rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas untuk 6 tahun atau lebih
11 Laporan yang memuat elemen-elemen rugi-laba yang diperbandingkan untuk 3 tahun atau lebih
12 Laporan yang memuat elemen-elemen neraca yang diperbandingkan untuk 3 tahun atau lebih
13 Informasi yang merinci jumlah yang dibelanjakan untuk karyawan; yang dapat meliputi gaji dan upah, tunjangan dan pemotongan
14 Informasi mengenai nilai tambah; dapat secara kualitatif atau kuantitatif 15 Informasi mengenai biaya yang dipisahkan ke dalam komponen biaya tetap
dan variabel
16 Uraian mengenai dampak inflasi terhadap aktiva perusahaan masa sekarang dan atau di masa yang akan datang
17 Informasi mengenai tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan terhadap sebuah proyek yang akan dilaksanakan perusahaan
18 Informasi mengenai litigasi oleh pihak lain terhadap perusahaan di masa yang akan datang
19 Informasi mengenai pihak-pihak yang mencoba memperoleh pemilikan substansial terhadap saham perusahaan
Lampiran 3
Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur tahun 2011-2013
Emiten
Manajemen Laba
2011 2012 2013
ALMI 0.081160767 0.03666805 -0.049653725 AKPI -0.036000666 0.05326685 -0.006989836 ARNA 0.04638197 0.006369357 0.042375829 AMFG 0.052647046 0.010616979 0.018889904 APLI 0.017443933 0.068605896 -0.055057012 BTON 0.282318822 -0.225575507 0.072855949 BUDI 0.08338352 -0.014889109 0.00132661 IGAR 0.05693962 0.044992153 0.022525969 CPIN 0.079663617 0.050059817 0.050362639 EKAD 0.047403323 0.083782538 0.051870176 SMCB -0.022606302 0.046303682 -0.167938984 INAI -0.036937495 0.260153666 -0.177183427 SRSN 0.085203359 0.005087694 0.050270277 INTP 0.037177852 -0.016312059 -0.009391542 INCI -0.120907227 -0.052032171 -0.136698203 JPFA -0.062780255 0.057663892 0.040350578 KIAS -0.848633888 0.969366986 -0.068727314 LION 0.062920756 0.126098654 0.033162024 LMSH 0.037147744 0.027512509 0.017827615 PICO 0.070162096 0.054612712 0.025551662 SMGR 0.013266605 -0.050892022 0.00897992
Lampiran 4
Biaya Modal Ekuitas Perusahaan Manufaktur tahun 2011-2013
Emiten
Biaya Modal Ekuitas
2011 2012 2013
Lampiran 5
Pengungkapan Sukarela Perusahaan Manufaktur tahun 2011-2013
Emiten
Pengungkapan Sukarela
2011 2012 2013
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2013. Pengaruh Tingkat Disclosure, Manajemen Laba, Asimetri Informasi Terhadap Biaya Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Skripsi dipublikasikan Universitas Negeri Padang.
Badruzzaman, Nunung. 2010. Earnings Management. Modul Ajar Universitas Widyatama.
Belkaoui, Ahmed. 2007. Accounting Theory. Buku dua, Salemba Empat: Jakarta. Chancera, D. M, 2011. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2008-2009. Skripsi S1 tidak dipublikasikan Universitas Diponegoro. Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi:
Universitas Diponegoro Semarang
Field, A. 2009. Discovering Statistics Using SPSS. London: Sage.
Fitriyani. 2014. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi S-1. Universitas Widyatama.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics 4th Edition. New York: Mc Graw Hill. Handayani, Sri dan Agustono, Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No. 1 Harahap, Sofyan S. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Idrus, Muhammad, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi Kedua, Erlangga, Yogyakarta.
Imran, Ali. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba terhadap Cost of Equity Capital (Studi empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis (EKONIS). Vol. 12, No. 1.
Juniarti, 2003.“Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5. No.2 (November 2003)
Lobo, G.J. dan Zhou, J. 2001. Disclosure Quality and Earnings Management. Social Science Research Network Electronic Paper Collection.
Mardiyah, Aida Ainul, 2002, Pengaruh Informasi Asimetri dan Disclosure terhadap Cost of Equity Capital, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5, No.2, Mei, Hal 229 – 256.
Scott, William R. (2003). Financial Accounting Theory 3 Edition. Prentice-Hall, New Jersey
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Supranto, J. 2005. Ekonometri, Buku Kesatu. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suryani, Indra Dewi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Universitas Diponegoro, Semarang. Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi
III). Yogyakarta: BPFE.
Tampubolon, Manahan, P. 2004. Manajemen Keuangan (Finance Management). Ghalia Indonesia. Bogor.
Utami, W, 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII, hlm.100-116.
Vidiyanto, Heri. 2009. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Perusahaan Perbankan di BEI 2002 – 2006). Skripsi S-1. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Bayumedia Publishing, Malang.
Wicaksono, B. B. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Keuangan. Skripsi dipublikasikan. Semarang : Eprints UNDIP.
Wirartha, I. Made, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis sebuah model yang telah dibangun dalam telaah pustaka dan kerangka pemikitan teoritis sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II.
Langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah sebagai berikut : jenis dan sumber data, tempat dan waktu penelitian, penentuan populasi dan sampel,
batasan operasional, definisi operasional, metode pengumpulan data, dan metode analisis.
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang bersangkutan tetapi berasal dari lembaga pengumpul data. Data sekunder
yang digunakan diperoleh melalui laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan manufaktur yang bersangkutan,
juga berbagai hasil penelitian dan buku-buku referensi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media
internet dengan situs perusahaan sampel. Periode penelitian dilakukan pada periode 2011 sampai
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode
2011-2013.
b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a) Variabel bebas, (independent variable) yaitu manajemen laba. b) Variabel terikat (dependent variable) yaitu biaya modal ekuitas (cost
of equity capital) perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini, yaitu Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 sampai 2013.
c) Variabel intervening yaitu pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure).
3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah biaya
modal ekuitas. Biaya modal ekuitas (Cost of equity capital) merupakan
sejumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh investasi baru dalam
perusahaan tersebut. Cara menghitung biaya modal ekuitas yang disederhanakan oleh Utami (2005) yaitu:
�= ��+��+ 1− ��
Keterangan:
r = Biaya modal ekuitas
Bt = Nilai buku per lembar saham periode t Xt+1 = Laba per saham pada periode t+1
Pt = Harga saham pada periode t
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen
laba. “Manajemen laba merupakan perilaku yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri”, menurut Belkaoui (2007:201). Manajemen laba dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar
rasio akrual modal kerja dengan penjualan dengan rumus sebagai berikut :
Manajemen Laba (EM) = Akrual modal kerja (t) Pendapatan (penjualan periode t)
Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas
Keterangan:
Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
3.4.3 Variabel Intervening
sukarela. Luas pengungkapan sukarela dapat dilihat dari tingkat kelengkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Untuk mengetahui
tingkat kelengkapan pengungkapan dapat diukur dengan indeks pengungkapan. Dalam membuat indeks pengungkapan dibutuhkan
suatu instrumen yang disebut score card yang design-nya bisa merefleksikan informasi-informasi yang diinginkan secara detail pada masing-masing item yang ditentukan. Item-item yang digunakan untuk
mengukur pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan disajikan dalam lampiran 2, sejumlah 19 item pengukuran yang digunakan oleh
para peneliti terdahulu sebelumnya, yang dilakukan oleh Susanto (1992), Choi dan Mueller (1992), Gray (1995), Wulansari (2008) dalam Adhi dan Mutmainah (2012). Item pengukuran tersebut merupakan
replika dari penelitian Adhi dan Mutmainah (2012) yang sebenarnya sebanyak 23 item pengukuran namun item ini disesuaikan dengan
peraturan BAPEPAM yang terbaru yaitu nomor KEP-431/BL/2012, sehingga tidak semua item masih bisa dipakai dan menjadi sebanyak 19 item hal ini dikarenakan saat ini item tersebut sudah menjadi item yang
diwajibkan. Item-item tersebut sejumlah 4 item yaitu informasi mengenai proyeksi penjualan tahun berikutnya secara kualitatif atau
kuantitatif, informasi mengenai proyeksi jumlah laba tahun berikutnya secara kualitatif atau kuantitatif, informasi mengenai proyeksi jumlah aliran kas tahun berikutnya secara kualitatif atau kuantitatif dan uraian
komisaris dan direksi.
Luas pengungkapan sukarela relatif setiap perusahaan diukur
dengan rumus:
Indeks = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
Indeks pengungkapan untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a) Pemberian skor untuk setiap item pengungkapan sukarela
dilakukan secara dikotomis, dimana item yang diungkapkan diberi
nilai satu (1), sementara jika item tersebut tidak diungkapkan diberi nilai nol (0).
b) Skor yang diperoleh tiap perusahaan dijumlahkan untuk
mendapatkan skor total
c) Pengukuran indeks pengungkapan sukarela tiap perusahaan
dilakukan dengan cara membagi skor total tiap perusahaan dengan skor total yang diharapkan. Semakin banyak item yang diungkapkan, semakin besar pula indeks pengungkapan
sukarelanya.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Indikator Skala
Pengukuran Manajemen
Laba EM =
Akrual modal kerja (t)
Pendapatan (penjualan periode t) Rasio
Biaya Modal
jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar dari tahun 2011 sampai dengan
2013 di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 142 perusahaan.
3.5.2 Sampel (lihat lampiran 1)
Teknik penarikkan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan suatu
kriteria tertentu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang sudah
terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2011 dan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode penelitian.
2. Perusahaan manufaktur yang menyediakan data laporan keuangan
yang telah diaudit telah memiliki informasi lengkap selama kurun waktu penelitian (2011-2013).
3. Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba (net income)
berturut-turut dari tahun 2011 sampai 2014 (dimana data tahun
2014 digunakan sebagai pelengkap data tahun 2013).
4. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan data laporan keuangan
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan manufaktur periode tahun 2011-2013 yang diperoleh melalui Website Bursa Efek Indonesi
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur dengan analisis statistik yang menggunakan program
SPSS. Sebelum dianalisis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness, Ghozali (2006). Statistik deskriptif akan memberikan
gambaran umum dari setiap variabel penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum serta standar deviasi.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah
multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan normalitas.
3.7.2.1Uji Normalitas
Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011 : 160) “bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.” Menurut Ghozali (2011 : 160) “ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik:
a. Dalam analisis grafik, untuk melihat normalitas residual
adalah melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi normal dan dapat
dilakukan dengan melihat normal probability plot yaitu apabila distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
b. Dalam analisis statistik, Uji statistik sederhana dapat
dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari
tidak normal dan uji statistik yang lain untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansinya <0,05
maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansinya >0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
3.7.2.2Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk “menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen” (Ghozali, 2011 : 105). Salah satu metode untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut :
1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance.
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas
adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10.
2. Besaran Korelasi Antar Variabel Independen. Pedoman
suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah koefisien antar variabel independen haruslah lemah (di
bawah 95%). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinearitas.
3.7.2.3Uji Autokorelasi
bertujuan “untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Autokorelasi dapat terjadi pada observasi yang menggunakan
runtun waktu (time series) dimana penggangu dari data pada periode sebelumnya akan berpengaruh terhadap data pada periode berikutnya. Model regresi yang baik harus terbebas dari
adanya autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson
(DW test). Adapun ketentuan dalam pengujian ini sebagai berikut :
a. Bila nilai Durbin Watson (d) terletak antara batas atas (du)
dan 4-du maka koefisien autokorelasi sama dengan nol (du < d < 4 – du ) artinya tidak terjadi autokorelasi positif dan
negatif.
b. Bila nilai d < dl (batas bawah) maka koefisien autokorelasi
lebih besar dari nol artinya ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai d > 4-dl maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari nol artinya ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai d terletak antara du dengan dl atau d terletak
3.7.2.4Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastistas bertujuan “untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas” (Ghozali, 2011 : 139).
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot dengan dasar
analisis Menurut Ghozali (2011 : 139) yaitu:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, secara titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di
heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas.
3.7.3 Analisis Jalur
Dalam penelitian ini, metode analIsis yang digunakan adalah model analisis jalur. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis
regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Peneltian ini akan
menerangkan pengaruh secara langsung dan tidak langsung variabel bebas (dependent), terhadap variabel terikat (independent) dan variabel perantara (intervening).
Model jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Indeks = α + β1EM + e1... (1) r = α + β1EM + β2Indeks + e2 ... (2) Keterangan:
r = biaya modal ekuitas Indeks = pengungkapan sukarela
EM = manajemen laba α = konstanta
β = koefisien regresi
3.7.4 Pengujian Hipotesis
Ghozali (2011) menjelaskan untuk mengetahui kebenaran
prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan, maka dilakuakn pencarian nilai koefisien determinasi (adjusted R2). Uji F digunakan
untuk mengetahui apakah semua variabel dependen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan pengujian untuk mendukung hipotesis adalah dengan uji t
yaitu seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
3.7.4.1Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, Ghozali (2011).
3.7.4.2Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan mengetahui pengaruh variabel
ini sebesar 5% Ghozali (2011). Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F adalah sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
3.7.4.3Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel independen. Dasar pengambilan keputusan Ghozali (2011) adalah dengan menggunakan angka
probabilitas signifikansi yaitu apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan jika angka probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
(mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel manajemen laba, biaya modal ekuitas, dan pengungkapan sukarela. Berdasarkan analisis statistik deskriptif
diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif dari Manajemen Laba, Biaya Modal Ekuitas, dan Pengungkapan Sukarela
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Manajemen Laba 72 -.848634 .969367 .02408119 .273780376 Biaya Modal Ekuitas 72 -.829270 2.562310 .22853585 .934990757 Pengungkapan Sukarela 72 .093450 .578947 .42474496 .091114947 Valid N (listwise) 72
Sumber : hasil olahan software SPSS
Berdasarkan pengujian deskriptif statistik dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 unit
analisis yang terdiri dari 24 perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI dari tahun 2011 sampai 2013. Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa nilai manajemen laba minimum adalah -0,848634, dan maksimum 0,969367.
Sementara rata-rata dan standar deviasi dari manajemen laba adalah 0,02408119 dan 0,273780376. Diketahui nilai biaya modal ekuitas minimum
Diketahui nilai pengungkapan sukarela minimum adalah 0,093450, dan maksimum 0,578947. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari
pengungkapan sukarela adalah 0,42474496 dan 0,091114947.
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Uji � dan � mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang
digunakan � = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat
angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas �≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Tabel 4.2
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .88595464 Most Extreme Differences Absolute .114
Positive .114
Negative -.109
Kolmogorov-Smirnov Z .971
Asymp. Sig. (2-tailed) .303
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai
probabilitas p atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,303. Karena nilai
probabilitas p, yakni 0,303, lebih besar dibandingkan tingkat
signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi. (Kurva normal untuk data ini disajikan di lampiran 6)
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang
lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011). Sumber : hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel
manajemen laba adalah 1,174, dan nilai VIF dari variabel pengungkapan sukarela adalah 1,174. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas
yang berat.
4.2.3 Uji Autokorelasi
menguji apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji
dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Gio, 2015:61-62, Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau
lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 4.4
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Sukarela, Manajemen Laba b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Sumber : hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,084. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak
di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi autokorelasi. Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak juga dapat dibandingkan dengan nilai kritis
Durbin-Watson. Diketahui jumlah variabel bebas sebanyak 2, dan
jumlah pengamatan yang diteliti sebanyak 72, maka �� = 1,6751 dan
4− �� = 2,3249. Karena �� < 2,084 < 4− �� atau 1,6751 <
lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara
SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai
proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan
variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefsien
determinasi �2 yang kecil (mendekati nol) berati kemampuan
variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel-variabel
tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi �2 yang mendekati
1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel tak bebas.
Tabel 4.5
Koefisien Determinasi untuk Persamaan Substruktur I
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .320a .102 .076 .898702841 2.084
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Sukarela, Manajemen Laba b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi untuk Persamaan Substruktur II
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .385a .148 .136 .084678052 1.321
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba b. Dependent Variable: Pengungkapan Sukarela Sumber : hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi untuk
persamaan substruktur I sebesar �2 = 0,102. Nilai tersebut berarti
variabel manajemen laba dan pengungkapan sukarela, secara simultan
mempengaruhi biaya modal ekuitas sebesar 10,2%, sisanya sebesar 89,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan Tabel 4.6, nilai
koefisien determinasi �2 untuk persamaan substruktur II sebesar
�2 = 0,148. Nilai tersebut berarti variabel manajemen laba
mempengaruhi pengungkapan sukarela sebesar 14,8%, sisanya sebesar 85,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.3.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji signifikansi pengaruh simultan merupakan suatu uji untuk
Gambar 4.2
Menentukan Nilai � Tabel dengan Microsoft Excel
Berdasarkan Gambar 4.2, diketahui nilai F tabel adalah 3,129644.
Tabel 4.7
Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 6.340 2 3.170 3.925 .024a
Residual 55.729 69 .808
Total 62.069 71
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Sukarela, Manajemen Laba b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Sumber : hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui nilai probabilitas (Sig) 0,024.
Karena nilai probabilitas (0,024) lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka pengaruh simultan dari variabel
dari variabel pengungkapan sukarela dan manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas signifikan secara statistika.
4.3.3 Uji Parsial (Uji t)
Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menyajikan nilai koefisien jalur, serta
nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 4.8
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Persamaan Substruktur I
Coefficientsa a. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
Sumber : hasil olahan software SPSS Tabel 4.9
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Persamaan Substruktur II Coefficientsa a. Dependent Variable: Pengungkapan Sukarela
Sumber : hasil olahan software SPSS
Untuk menentukan apakah pengaruh parsial suatu variabel bebas
tingkat signifikansi, yakni 0,05.
Nilai probabilitas (Sig.) ≥ 0,05, pengaruh parsial tidak signifikan
secara statistika
Nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, pengaruh parsial signifikan secara
statistika
Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai Sig. untuk variabel manajemen laba adalah 0,014, dan nilai Sig. untuk variabel pengungkapan sukarela adalah 0,869. Perhatikan bahwa nilai Sig. dari
variabel manajemen laba (0,014), yakni lebih kecil dari 0,05, Hal ini berarti pengaruh parsial dari variabel manajemen laba signifikan secara
statistika terhadap biaya modal ekuitas.
Perhatikan bahwa nilai Sig. dari variabel pengungkapan sukarela (0,869) lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti pengaruh parsial dari
variabel pengungkapan sukarela tidak signifikan secara statistika terhadap biaya modal ekuitas. Diketahui nilai koefisien jalur dari
variabel manajemen laba adalah 1,063 dan nilai koefisien jalur dari variabel pengungkapan sukarela adalah -0,211. Karena nilai koefisien jalur dari manajemen laba bernilai positif, hal ini berarti secara parsial,
variabel manajemen laba memberikan pengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Sementara, diketahui nilai koefisien jalur dari
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai Sig. untuk variabel manajemen laba adalah 0,001. Perhatikan bahwa nilai Sig. dari variabel
manajemen laba (0,001) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti pengaruh parsial dari variabel manajemen laba signifikan secara statistika
terhadap pengungkapan sukarela. Diketahui nilai koefisien jalur dari variabel manajemen laba adalah -0,128. Hal ini berarti variabel manajemen laba memberikan pengaruh negatif terhadap pengungkapan
sukarela.
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9, hasil diringkas pada
Gambar 4.2.
Pengungkapan Sukarela
Manajemen Laba Biaya Modal Ekuitas
Gambar 4.3
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial
Pada Gambar 4.2 diketahui jalur dari manajemen laba ke
pengungkapan sukarela signifikan, namun jalur dari pengungkapan sukarela ke biaya modal ekuitas tidak signifikan. Hal ini berarti
pengungkapan sukarela tidak signifikan dalam memediasi hubungan antara manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. Namun diketahui bahwa koefisien jalur dari variabel manajemen laba ke biaya modal
ekuitas signifikan. Hal ini berarti variabel manajemen laba memiliki pengaruh langsung (direct effect) yang signifikan terhadap biaya modal
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Sukarela
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari manajemen laba sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, maka pengaruh
manajemen laba terhadap pengungkapan sukarela signifikan. Diketahui nilai koefisien jalur adalah -0,128, yakni bernilai negatif, hal ini berarti pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan sukarela
berpengaruh negatif dan signifikan.
4.4.2 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari manajemen laba sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05, maka pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas signifikan. Diketahui
nilai koefisien jalur adalah 1,063, yakni bernilai positif, hal ini berarti pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas berpengaruh
positif dan signifikan.
4.4.3 Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
pengungkapan sukarela sebesar 0,869 lebih besar dari 0,05, maka pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas tidak
4.4.4 Pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa manajemen laba dan pengungkapan sukarela secara simultan berpengaruh terhadap biaya
modal ekuitas. Hal ini terlihat dari Fhitung 3,925 > Ftabel 3,129 dan nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,024.
4.4.5 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas melalui Pengungkapan Sukarela
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa jalur dari manajemen
laba ke pengungkapan sukarela signifikan, dan jalur dari pengungkapan sukarela ke biaya modal ekuitas tidak signifikan. Hal ini berarti pengungkapan sukarela tidak signifikan dalam memediasi hubungan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang peneliti lakukan dengan menggunakan alat bantu program SPPS Statistic 17.0, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Variabel manajemen laba signifikan secara statistika terhadap biaya
modal ekuitas dan pengungkapan sukarela tidak signifikan secara statistika terhadap biaya modal ekuitas.
2. Diketahui nilai koefisien jalur dari variabel manajemen laba adalah
1,063 dan nilai koefisien jalur dari variabel pengungkapan sukarela adalah -0,211. Karena nilai koefisien jalur dari manajemen laba bernilai
positif, hal ini berarti secara parsial, variabel manajemen laba memberikan pengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Sementara, diketahui nilai koefisien jalur dari pengungkapan sukarela bernilai
negatif, hal ini berarti secara parsial, variabel pengungkapan sukarela memberikan pengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas.
3. Diketahui nilai koefisien jalur dari variabel manajemen laba adalah
-0,128. Hal ini berarti variabel manajemen laba memberikan pengaruh negatif terhadap pengungkapan sukarela.
4. Diketahui jalur dari manajemen laba ke pengungkapan sukarela
signifikan, dan jalur dari pengungkapan sukarela ke biaya modal ekuitas
dalam memediasi hubungan antara manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang
berkaitan erat secara teori terhadap variabel biaya modal ekulitas. Hal ini
dimaksudkan agar variasi naik turunnya belanja modal dapat lebih dijelaskan.
2. Bagi perusahaan, aspek manajemen laba dan pengungkapan sukarela,
dapat diperhatikan lebih ekstra, dikarenakan berdasarkan hasil penelitian ini, manajemen laba signifikan terhadap biaya modal ekuitas namun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Biaya Modal Ekuitas
Menurut Mardiyah (2002), cost of equity capital adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source financing). Santoso (2006) dalam Vidiyanto (2009) mendefinisikan cost
of equity capital sebagai biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan modal, baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk membiayai investasi
perusahaan. Sedangkan Gitman (2003) dalam Vidiyanto (2009) mendefinisikan cost of equity capital sebagai rate of return yang harus
diperoleh perusahaan pada proyek yang diinvestasikannya untuk menjaga nilai pasar dan menarik dana. Asumsi dasar yang digunakan dalam estimasi cost of equity capital adalah resiko bisnis dan resiko
keuangan adalah tetap (relatif stabil). Cost of equity capital dihitung atas dasar sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan.
Ada empat sumber dana jangka panjang yaitu: (a) hutang jangka panjang, (b) saham preferen, (c) saham biasa, (d) laba ditahan.
Menurut (Warsono, 2003:136) biaya modal dapat didefinisikan
sebagai “biaya peluang atas penggunaan dana investasi untuk diinvestasikan dalam proyek-proyek baru”. Biaya ekuitas biasa menurut
rate of return) yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas dana yang
diinvestasikan dalam suatu proyek yang bersumber dari modal sendiri,
agar harga saham perusahaan di pasar saham tidak berubah”.
Menurut Tampubolon (2004: 170) biaya modal (the cost of
capital) didefinisikan sebagai “tingkat pengembalian (rate of return)
berdasarkan nilai pasar dari suatu korporasi yang dilihat dari saham yang beredar (price of the firm’s stock)”. Biaya modal ekuitas adalah
tingkat pengembalian yang diminta atas investasi oleh para pemegang saham perusahaan.
Pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal ekuitas) dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan. Dalam Utami (2005) pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal
ekuitas), dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan. Dalam Utami (2005) ada beberapa model penilaian perusahaan,
antara lain:
1. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation
model)
Model ini dikenal dengan sebutan Gordon Model. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham dengan nilai tunai
(present value) dari semua deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas.
Biaya modal saham biasa adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat
didiversifikasi yang diukur dengan beta. 3. Model Ohlson.
Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba abnormal.
�=��
+��+ 1− ��
��
Keterangan:
r = Biaya modal ekuitas
Bt = Nilai buku per lembar saham periode t Xt+1 = Laba per saham pada periode t+1
Pt = Harga saham pada periode
2.1.2 Manajemen Laba
Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tersebut secara umum dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu.
Menurut Ahmed dan Belkaoui (2000) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyatakan bahwa
Informasi laba penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dengan alasan, yaitu:
1. Laba menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan deviden.
2. Laba merupakan dasar dalam memperhitungkan kewajiban perpajakan perusahaan.
investasi dan pembuat keputusan ekonomi.
4. Laba diyakini sebagai sarana prediksi yang membantu dalam memprediksi laba dan kejadian ekonomi di masa mendatang. 5. Laba dijadikan pedoman dalam mengukur kinerja
manajemen.
Menurut Sulistyanto (2008:5), terjadi perbedaan terhadap praktik
manajemen laba mengkibatkan sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai defenisi manajemen laba. Sebagian pihak memandang bahwa manajemen laba sebagai tindakan kecurangan (fraud) karena berusaha
untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Sementara itu sebagian lain menilai manajemen laba sebagai aktivitas yang wajar dilakukan manajer
dalam menyusun laporan keuangan, terlebih lagi dilakukan masih dalam lingkup prinsip akuntansi.
Menurut Harahap (2007) memberikan defenisi manajemen laba
(earnings management) sebagai “disclosure management” dalam
pengertian bahwa: “manajemen melakukan intervansi terhadap proses
pelaporan keuangan kepada pihak ekstern dengan maksud untuk memperoleh kepentingan pribadi”.
Healy and Walen dikutip Harahap (2007) mendefinisikan
manajemen laba yaitu:
Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan merubah transaksi untuk mempengaruhi laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholders yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.
Menurut Badruzzaman (2010), manajemen laba merupakan
mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan akuntansi tertentu dengan tujuan meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan sesuai
dengan harapan manajemen.”
Menurut Scott (2003) manajemen laba dilakukan dengan pola
sebagai berikut : a) Taking a bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan
dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi. b) Income minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari
pada laba sesungguhnya.
c) Income maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.
Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. d) Income smoothing
Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara
melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode-periode tertentu.
Tindakan para manajer perusahaan yang melakukan pemanipulasian laporan keuangan dengan menaikkan (menurunkan) laba perusahaan dinilai merugikan para pengguna laporan keuangan. Praktik
investasi yang salah. Manajer perusahaan memiliki motivasi-motivasi tertentu dalam memanipulasi data keuangan perusahaan.
Menurut Watt and Zimmerman dalam Suryani (2010) menyebutkan 3 (tiga) hal yang melatarbelakangi terjadinya praktik
manajemen laba, antara lain: 1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya, yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings, lebih banyak
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit, cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan
laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: menaikkan pajak pendapatan perusahaan.
dari definisi-definisi tersebut menyebutkan bahwa manajemen laba merupakan upaya manajemen secara sengaja untuk mempengaruhi
laporan keuangan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba untuk tujuan memenuhi kepentingannya sehingga informasi di dalam laporan
keuangan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya dan pada akhirnya menyesatkan pemakai informasi tersebut.
2.1.3 Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau
peraturan badan pengawas, Suwarjono (2005:538). Teori pensignalan melandasi pengungkapan sukarela. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya
sangat diminati oleh investor kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas
manajemen untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan.
Indeks pengungkapan sukarela menggambarkan luasnya pengungkapan informasi dalam laporan keuangan suatu perusahaan
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagai berikut :
a) Pemberian skor untuk setiap item pengungkapan sukarela
dilakukan secara dikotomis, dimana item yang diungkapkan diberi
nilai nol (0).
b) Skor yang diperoleh tiap perusahaan dijumlahkan untuk
mendapatkan skor total.
c) Pengukuran indeks pengungkapan sukarela tiap perusahaan
dilakukan dengan cara membagi skor total tiap perusahaan dengan skor total yang diharapkan. Semakin banyak item yang diungkapkan, semakin besar pula indeks pengungkapan
sukarelanya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk menentukan Cost of Equity Capital, diantaranya adalah:
1. Chancera (2011) dalam penelitiannya menguji pengaruh manajemen laba
terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2008-2009. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas, yang artinya manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas.
2. Murni (2004) yang meneliti pengaruh luas ungkapan sukarela dan
asimetri informasi terhadap cost of capital pada perusahaan publik di
Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa asimetri informasi dan ungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap biaya modal. Hasil ini menunjukkan bahwa ungkapan sukarela yang dibuat oleh pihak
equity capital perusahaan dan semakin kecil asimetri informasi maka cost
of equity capital perusahaan juga semakin turun.
3. Fitriyani (2014) dalam penelitiannya menguji pengaruh manajemen laba
terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t yang digunakan untuk menguji pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor peenting yang dapat mempengaruhi biaya modal ekuitas.
4. Utami (2005) yang menjadi acuan dalam penelitian ini, membuktikan bahwa
manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal
ekuitas dengan menggunakan model pengukuran Ohlson sebagai proksi
pengukuran biaya modal ekuitas, artinya semakin tinggi tingkat akrual,
maka semakin tinggi biaya modal ekuitas.
5. Juniarti (2003), mengenai pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya modal
ekuitas dan signifikan pengaruh tersebut pada perusahaan yang sahamnya
tergolong sebagai saham bluechip dan non bluechip, menemukan bukti
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat disclosure dan biaya
modal ekuitas serta tidak terdapatnya perbedaan signifikan pengaruh tingkat
disclosure terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan perbankan
bersaham bluechip maupun non bluechip. Dengan kata lain, tanpa
memperhatikan suatu perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan yang
bersaham bluechip atau pun non bluechip, pengaruh tingkat disclosure tetap
Tabel 2.1
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Chancera
Cost of Equity Capital
pada Perusahaan Publik di Indonesia
Variabel
of Equity Capital
Asimetri informasi
4. Utami (2005) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya
Pengungkapan Sukarela
(Z) Manajemen
Laba (X)
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam Wirartha (2005:209) kerangka (landasan) teoritis atau konsepsional adalah kerangka berpikir kita yang bersifat teoritis atau
konsepsional mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang
akan diteliti. Konsep atau variabel itu sendiri merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena tang akan diteliti.
Menurut Mardiyah (2002), cost of equity capital adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source financing). Faktor-faktor yang mempengaruhi Biaya Modal Ekuitas antara lain: Manajemen
Laba dan Pengungkapan Sukarela.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) Manajemen Laba berpengaruh secara positif terhadap biaya modal ekuitas. Semakin
tinggi tingkat manajemen laba menunjukkan semakin tinggi risiko imbal hasil saham dan konsekuensinya investor akan menaikkan rate biaya modal
Biaya Modal Ekuitas
Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa perusahaan akan mengungkapkan sejumlah informasi dengan tujuan mengurangi beban politis
yang ditanggung perusahaan dalam menjelaskan aktivitasnya kepada pemakai laporan keuangan, Ghozali dan Chariri (2007). Bagi investor, pengungkapan
sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dapat menambah informasi yang diterima dalam rangka pengambilan keputusan. Informasi tambahan tersebut juga dapat digunakan oleh pemakai laporan keuangan untuk memperkirakan
pengembalian yang akan diterima oleh investor di masa yang akan datang.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul” (Sugiyono, 2010 : 306).
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H1 : Manajemen Laba berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela
H2 : Manajemen Laba dan Pengungkapan Sukarela secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Biaya Modal Ekuitas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biaya modal ekuitas (Cost of equity capital) merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan keinginan
perusahaan untuk memperoleh investasi baru dalam perusahaan tersebut. Kebutuhan akan dana (investasi) baru ini tentu akan menjadi pertimbangan
manajemen perusahaan dalam menentukan sumber yang akan dipilih apakah dengan memperoleh investor baru atau dengan menambah utang, tentunya pilihan ini mempunyai konsekuensi biaya bagi perusahaan. Bagi perusahaan
hal yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan pendanaan perusahaan terpenuhi dengan biaya yang wajar. Dengan demikian maka manajemen harus
bisa mengelola informasi perusahaan dalam laporan keuangan menjadi lebih baik dan terpercaya, sehingga investor merasa nyaman dengan informasi tersebut dan tidak menuntut return yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat
return yang disyaratkan maka biaya modal akan semakin meningkat, Imran (2011).
Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan. Biaya tersebut mencerminkan proporsi pembiayaan total dari
masing-masing sumber, dan merupakan tingkat pengembalian hasil yang harus didapatkan perusahaan, sehingga dapat memberi kompensasi kepada
dibutuhkan. Perusahaan perlu menghitung biaya modalnya untuk membuat keputusan investasi dan untuk menentukan kompensasi insentif dan mencoba
menjaganya untuk tetap sederhana.
Tabel 1.1
Biaya Modal Ekuitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2013
Emiten Biaya Modal Ekuitas
2011 % 2012 % 2013
ALMI 1.147881489 88.55 2.164303345 18.39 2.562309721 AKPI 0.274779759 165.22 0.728779266 57.36 1.146817207 ARNA -0.045867484 1602.45 -0.780871822 6.20 -0.829270138 AMFG -0.123380589 81.48 -0.223916218 -126.68 0.059731731 APLI 0.956098891 -25.77 0.709742584 88.30 1.336442963
Sumber: data diolah.
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dilakukan analisis sementara. Biaya modal ekuitas PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI), PT
Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI), dan PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) mengalami kenaikan berturut-turut selama tiga tahun. Berbeda
dengan PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) yang biaya modal ekuitasnya mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan PT Asiaplast Industries
Tbk (APLI), biaya modal ekuitasnya mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013. Hal
tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik dikarenakan biaya modal yang berubah-ubah setiap tahunnya, maka perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai penyebab meningkat dan menurunnya biaya modal
ekuitas.
investor menginginkan adanya keuntungan atau imbal hasil saham yang diinvestasikan secara kontiniu, namun berdasarkan data laporan keuangan
dari 72 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2012, terdapat 13 perusahaan yang tidak membagikan
dividen, namun laba per lembar saham atau earnings per share mengalami kenaikan yang signifikan yaitu antara 40%-600%, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah laba yang diperoleh perusahaan benar atau tidak, dan
apakah terdapat praktik manajemen laba di perusahaan. Untuk mengantisipasi risiko tersebut investor harus lebih teliti lagi ketika mengambil keputusan
investasi.
Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan besarnya biaya modal biasanya dapat diketahui apabila perusahaan mengungkapkannya.
Pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham untuk memahami isi dan angka yang disajikan dalam laporan keuangan.
Kegagalan dalam memahami laporan keuangan mengakibatkan beberapa perusahaan mengalami kesalahan penilaian (misvalued), baik undervalued maupun overvalued, (Wicaksono, 2011). Hal ini menyebabkan pemegang
saham mempertanyakan relevansi dari laporan keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan.
Luas atau sempitnya suatu pengungkapan merupakan pilihan dari perusahaan. Ketika perusahaan tidak mengungkapkan informasi yang cukup, maka informasi yang diserap oleh pasar hanya sedikit sehingga dapat
membentuk suatu badan regulasi yang menjadi otoritas pengungkapan, yaitu Bapepam. Jenis pengungkapan yang diwajibkan oleh Bapepam disebut
pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Informasi yang termasuk pengungkapan wajib dapat dilihat dalam keputusan ketua Bapepam
Kep-134/BL/2006 yang dikeluarkan Bapepam pada tanggal 7 Desember 2006. Selain mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh Bapepam, beberapa perusahaan mengungkapkan informasi tambahan yang dianggap
relevan untuk pengambilan keputusan bagi pemegang saham. Pengungkapan yang melebihi pengungkapan wajib yang diatur oleh pemerintah dan
menggambarkan keputusan pengungkapan informasi tambahan secara bebas oleh manager disebut pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa pengungkapan sukarela mengungkapkan
informasi-informasi selain yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-134/BL/2006 atau yang dinamakan Peraturan Bapepam
Nomor X.K.6.
Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan tentang
pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang go public. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi dari adanya
kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya. .
Kesenjangan informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang
tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang
lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam
laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten dan Milgrom (1985) dalam Lobo dan Zhou (2001) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam
pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan kesenjangan informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan menyebabkan fleksibilitas
manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Manajemen laba menyebabkan banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan, sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Manajemen laba meningkat seiring dengan meningkatnya biaya modal ekuitas yang dikeluarkan perusahaan, Utami (2005).
Penelitian empiris tentang faktor penentu biaya modal ekuitas telah dilakukan oleh Chancera (2011), manajemen laba yang diukur dengan
menggunakan akrual modal kerja dengan penjualan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Namun hal demikian tidak didukung oleh penelitian Adriani (2013) yang menyatakan manajemen laba yang diukur
Pengungkapan Sukarela juga mempengaruhi besar kecilnya biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan, seperti dalam pernyataan Siti Asiah
Murni (2004) bahwa ada hubungan antara luas ungkapan sukarela terhadap cost of equity capital perusahaan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian
Purwanto (2012) yang menyatakan luas ungkapan sukarela tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam laporan tahunan perusahaan terhadap cost of equity capital perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pengungkapan sukarela sebagai variabel intervening sedangkan pada
penelitian terdahulu pengungkapan sukarela sebagai variabel independen dan tahun penelitian perusahaan yang akan diteliti dari tahun 2011 hingga 2013 yang memiliki jarak waktu yaitu tiga tahun terakhir. Penelitian ini juga lebih
terfokus menggunakan data populasi dan jumlah sampel perusahaan dari perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sedangkan
tidak semua penelitian terdahulu meneliti perusahaan manufaktur. Dengan perbedaan tersebut diharapkan dengan hasil penelitian yang akan dilakukan ini memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
Berdasarkan fenomena dan perbedaan terhadap hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai hal-hal yang mempengaruhi biaya modal ekuitas dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela?
2. Apakah manajemen laba dan pengungkapan sukarela berpengaruh
terhadap biaya modal ekuitas baik secara simultan maupun parsial?
3. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas
melalui pengungkapan sukarela?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela.
2. Untuk mengetahui apakah manajemen laba dan pengungkapan
sukarela berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas baik secara
simultan maupun parsial.
3. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap
biaya modal ekuitas melalui pengungkapan sukarela.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, memberi manfaat berupa tambahan pengetahuan
empiris tentang pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan
Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas, disamping pengetahuan konseptual yang dimiliki.
2. Bagi Praktisi, memberi masukan dalam pengambilan keputusan
mengenai pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas pada perusahaan manufaktur di
Indonesia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk
ABSTRAK
Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Pengungkapan Sukarela sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas, serta menganalisis pengaruh pengungkapan sukarela dalam memediasi hubungan antara manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar dari tahun 2011 sampai dengan 2013 di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui, secara simultan, pengaruh variabel manajemen laba dan pengungkapan sukarela signifikan secara statistika terhadap biaya modal ekuitas.Namun secara parsial, pengaruh variabel manajemen laba signifikan secara statistika terhadap biaya modal ekuitasdan pengungkapan sukarela tidak signifikan secara statistika terhadap biaya modal ekuitas.Diketahui pengaruh parsial variabel manajemen laba terhadap pengungkapan sukarela signifikan secara statistika.Pengungkapan sukarela tidak signifikan dalam memediasi hubungan antara manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas.
ABSTRACT
Influence of Earnings Management to Cost of Equity Capital with Voluntary Disclosure as an Intervening Variable inManufacturing Companies
Listed on Indonesia Stock Exchange Period 2011 – 2013
This study aimed to analyze the effect of earnings management variables of the cost of equity capital, as well as analyze the impact of voluntary disclosure in mediating the relationship between the management of profit to the cost of equity capital. This research collects empirical evidence. The population used in this study are all companies listed from 2011 to 2013 in the Indonesia Stock Exchange.
Based on the results of data processing are known, simultaneously, the effect of variable earnings management and voluntary disclosure are statistically significant to the cost of equity capital. However partially, the effect of earnings management variables are statistically significant to the cost of equity capital and voluntary disclosure is not statistically significant to the cost of equity capital. Unknown variable partial effect to the voluntary disclosure of earnings management are statistically significant. Voluntary disclosure is not significant in mediating the relationship between the management of profit to the cost of equity capital.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS DENGAN PENGUNGKAPAN SUKARELA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2011-2013
OLEH
MAISYARAH DWI PUTRI 140522170
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA